You are on page 1of 13

http://kampungwirausaha.

com/aturan-dan-cara-menghitung-harga-jual-produk-anda/

Aturan dan Cara Menghitung Harga Jual Produk Anda

HARGA dari sudut pandang Akuntansi untuk BOSS (Business Owner), yang sering kali
temen-temen Pengusaha masih banyak yang belum paham. Semoga dengan membaca
artikel ini temen-temen akan makin paham.

1. Harga RETAIL
Harga Retail terbentuk dari Profit (Nett Profit atau Laba Bersih) ditambah dengan Total
Cost (Biaya Total). Besarnya Profit sangat variatif. Masing-masing bidang bisnis,
segmen, berbeda-beda. Bahkan nilai BRAND/MERK ikut berperan dalam menentukan
Profit.

2. Biaya Total
Biaya Total adalah hasil dari penjumlahan Biaya Marketing & Distribusi ditambah
dengan HPP. Biaya Marketing dan Distribusi ini terdiri dari berbagai alokasi dana untuk
promosi, event, dll.. Termasuk KOMISI PENJUALAN. Biasanya temen-temen pemain
bisnis Online mendapatkan alokasi keuntungan dari sini. Besaran komisi untuk Reseller
yang menarik biasanya di atas 30% dari harga retail.

3. HPP (Harga Pokok Produksi)


HPP merupakan akumulasi dari Biaya Langsung/Pokok dengan Biaya Tidak Langsung.
Contoh Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah biaya sewa, biaya perawatan
mesin, biaya perawatan gedung, alat tulis kantor, dll.

4. Biaya Pokok (Direct Cost)


Yaitu akumulasi dari Biaya Tenaga kerja langsung dan biaya Bahan Baku.
Yang dimaksud dari tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja produksi. Trus kalo yang
bukan bagian produksi? Biasanya dimasukkan ke dalam pos biaya tenaga kerja tidak
langsung atau biaya operasional. Seperti halnya Direct Labor, Direct Material (atau
Bahan Baku), merupakan Biaya Pokok pada sebuah produk.
Trus fixed cost dan variable cost yang mana donk?

Pengertian Fixed Cost adalah Biaya yang selalu dikeluarkan, walaupun tidak ada penjualan.
Jika kita memakai sistem karyawan tetap dengan gaji yang tetap, maka biaya ini termasuk
Biaya Tetap (Fixed Cost). Sedangkan Variable Cost terjadi jika ada penjualan.

Artikel ini hanya memperlihatkan bagaimana suatu HARGA PRODUK terbentuk. Bukan untuk
melihat dari sisi Fixed atau Variable Cost. Juga bukan untuk melihat dari sisi Pajak. Karena,
pada prinsipnya, Pengusaha tidak pernah kena pajak, karena pajak sudah DITANGGUNG
oleh konsumen.

Mungkin ada yang bertanya.. Lhaa klo Brand ada di mana?


Jawab: Ada pada komponen PROFIT. Karena orang membeli karena VALUE/Nilai Benefit
barang yang dia terima, termasuk Brand/merk. Ibaratnya.. Obat generik dan obat ber-merk,
kandungannya kurang lebih sama, tapi jauh lebih murah, karena tidak ada Brand/Merk yang
melekat di dalamnya.

HARGA DISKON

Koq ada Harga Diskon di gambar itu yaa?


Naaahh.. Harga Diskon ini hanyalah ilustrasi, jika ada pelanggan-pelanggan yang sudah lama
dan/atau penjualan dalam partai besar. Yang biasanya mereka akan NEGO untuk mendapat
harga diskon. Berapa banyaknya? Tergantung pada komoditinya. Dan Harga Diskon ini
sifatnya hanya insidental, bukan rutinitas. Yang diskon tersebut diambil dari Profit kita.
Kecuali barang komoditi primer, seperti sembako, umumnya diskon bisa mencapai 5-10%.
Tapi klo sembako, alias komoditi primer, diskonnya sangat sedikit, hanya Nol Koma
persentasenya.

Komisi Penjualan untuk reseller sifatnya adalah RUTIN, sehingga harus masuk Post-Post
biaya yang rutin.

Sedikit tambahan sharing strategi:

1. Strategi Diskon

Sebaiknya Diskon diambilkan ke budget Biaya Marketing yang berbentuk


Barang/Hadiah/gimmick atau menghabiskan sisa stok barang lama. Bisa juga voucher untuk
pembelian berikutnya atau kombinasi keduanya. Sehingga tidak mengurangi Profit, bahkan
pelanggan merasa SURPRISE, dan akan kembali lagi. Karena PENGALAMAN BERBELANJA
akan MENANCAP di Benak Pelanggan.

2. Prinsip PERPUTARAN

Semakin barang tersebut sering dikonsumsi, maka biasanya harga akan semakin rendah.
Sebaliknya, barang yang jarang dibeli (dikonsumsi), akan semakin mahal.
Setiap bisnis punya karakteristik sendiri-sendiri. Semakin EXCLUSIVE, harga jualnya semakin
tinggi, karena VALUE produknya bukan cuma kebutuhan pokok, tapi juga menjual EGO.
Sebagai contoh, barang-barang LIMITED EDITION wajib dijual lebih mahal. Karena, jika
sama harganya, maka akan menurunkan Positioning dari Brand kita.

If You hear, Youll forget..

If You see, Youll remember..

If You do, Youll Understand..

FOKUS PADA PROFIT, BUKAN LABA SEMU

LABA RUGI DARI SUDUT PANDANG


PENGUSAHA
Kayaknya Tulisan saya ini bakal dikutuk oleh para Akuntan. Karena saya
memperlihatkan satu sisi laporan keuangan, dalam hal ini adalah Laporan Laba/Rugi
dari sudut PENGUSAHA. Semoga dengan tulisan singkat ini, temen-temen Pengusaha
akan makin PAHAM bagaimana membaca Laporan Keuangan.
Oke.. Kita mulai aja yaa.. Baca pelan-pelan, klo perlu diulang.

Fenomena pengusaha selalu dihadapkan pada 2 hal:

1. Pendapatan.
2. Biaya (Bukan Pendapatan)

Untuk mendapatkan sesuatu harus mengeluarkan biaya. Hukum kekekalan energi.


Biaya + tenaga + ide/konsep + waktu akan menghasilkan Pendapatan.
Dalam Laporan L/R, kita bisa lihat ada 2 hal yang sangat berbeda antara:
1. Bagian atas, yang membuat para pengusaha hepi, yaitu POS PENDAPATAN atau
Penjualan.
2. Bagian bawah, yang membuat para pengusaha kurang hepi, yaitu biaya alias
pengeluaran, alias Non-Pendapatan, kecuali pos akumulasi (hasil penjumlahan, yaitu
laba kotor, laba sebelum pajak, dan laba bersih).

Apa sih yang akan dibawa pulang oleh pengusaha? Yaa.. PROFIT BERSIH. Jadi.. Jangan
buru-buru mengakui Laba jika belum sampai ke laba bersih.

Penekanan Profit Bersih dalam tulisan ini adalah Profit yang dihasilkan dari Penjualan
Operasional, bukan penjualan lain-lain, seperti penjualan aset. Karena penjualan lain-
lain atau aset adalah Bonus bagi pengusaha, jika menguntungkan. Makanya, pos
tersebut tidak saya tampilkan di dalam contoh format laporan L/R yang sederhana
tersebut.

Bahkan, penjualan aset, contohnya mesin, biasanya hanya untung dalam pembukuan,
tapi faktanya kita masih butuh beli mesin yang baru (peremajaan), yang justru
cenderung mengeluarkan uang lebih banyak. Penjualan aset yang menguntungkan
biasanya hanya properti, atau tanah dan bangunan.

Menaikkan Profit
Okee.. Balik ke Topik..

PROFIT akan NAIK jika ada 2 cara:

1. Menaikkan Pendapatan/Penjualan.

2. Menurunkan Biaya.

Simple kan? Yes! Tapi bukan hanya itu yang akan saya bahas.

Ada hal yang lebih MENDASAR dari upaya menaikkan PROFIT, yaitu FOKUS operasional
perusahaan. Terutama, maaf, bagi Pengusaha yang belum mapan, atau FLYING WATCH
(jam terbang) nya belum tinggi. Mereka banyak yang terfokus pada mengurangi dan
mengurangi biaya. Apalagi kalo omsetnya lagi turun.
Apa efeknya jika kita fokus pada biaya? Kita hanya sibuk menekan dan menekan biaya..
Secara sadar ataupun tidak sadar, selalu muncul pertanyaan Mana lagi yaa yang bisa
di-efisien-kan?

Prioritasnya jangan kebalik!! Kalo ibarat orang puasa.. Ada batasnya. Ada saat berbuka
puasa. Bukan puasa terus NGEBLENG (tanpa buka), akhirnya justru tewas ngenes.

Untuk menyamakan persepsi, ada 2 hal dalam kita menjalankan bisnis, yaitu EFEKTIF
dan Efisien. Efektif berkaitan dengan tercapainya Target, efisien berkaitan dengan
kesempurnaan operasional bisnis.

Untuk itu, Fokus kita berbisnis adalah 80% pada pencapaian target (Efektivitas), dan
20% pada Efisiensi biaya. Fokus pada pendapatan akan membuat kita kreatif dan
action. Sebaliknya, jika fokus pada efisiensi, maka pikiran kita cenderung tidak kreatif.

Kenapa??

Saya mengibaratkan dengan naik mobil, masa depan Anda adalah pada kaca utama,
fokus pada tujuan akhir. Sedangkan biaya hanyalah kaca spion yang perlu untuk
dilihat/dikontrol sesekali, atau pada saat-saat tertentu, misalnya saat parkir. Tentunya
dengan asumsi, dari awal kita sudah menghitung dan menentukan harga jual yang akan
memberikan keuntungan bagi kita. Artinya, jika jualan sampai di atas BEP kita sudah
pasti PROFIT.

Biaya dianalisa dari data yang sudah terjadi dan ruang gerak untuk diubah sudah sangat
sempit. Sementara, Pendapatan (OMSET) dapat diupayakan dan variable-nya bebas.
Tergantung dari ide, KREATIVITAS, Inovasi, Strategi, dan langkah-langkah kita
berikutnya.

Pengecualian
Pengecualian.. Fokus pada Efisiensi Biaya, hanya boleh dilakukan pada saat masa krisis.
Selebihnya, FOKUS PADA OMSET.

Fokus pada Omset/penjualan akan mengasah INTUISI kita pada perubahan market. Dan
akan membawa kita untuk menjadi pebisnis sejati. Sepakat?? ?
http://kampungwirausaha.com/fokus-pada-profit-bukan-laba-semu/

Bagaimana Menjawab jika Calon Konsumen berkata, Kok Mahal, ya?

Setiap orang punya masalah dengan harga. Sumber sikap keberatan atas harga ini
runutannya kembali ke masa anak-anak, ke semua persoalan emosi di sekitar
uang yang harus dihadapi sejak kecil. Berita baiknya adalah bahwa harga
sebenarnya jarang menjadi alasan untuk membeli atau tidak membeli produk
atau jasa. Harga memang penting, tetapi hampir selalu ada sesuatu lain yang lebih
penting.

Poin Penting Tentang Harga

1. Tidak seorang pun mampu

Tidak seorang pun mampu membayar saat pertama kali ia menerima penawaran.
Berapa pun harganya, biasanya masih akan dibilang terlalu mahal, lebih dari
yang diharapkan akan dibayar oleh prospek. Seringkali, hal ini menjadi karena
prospek tidak memiliki bayangan tentang biaya sebenarnya atau ia belum
menganggarkannya.

Kenyataannya, jumlah uang tiap orang itu memang terbatas. Ketika Anda
mengajukan harga, jumlah ini mewakili semua hal lain yang sebenarnya bisa
dibeli oleh si prospek dengan jumlah uang yang sama. Ini disebut prinsip
pengesampingan pilihan. Setiap pilihan yg dibuat secara tidak langsung
menyatakan pengesampingan sesuatu yang lain. Untuk segala sesuatu yang Anda
beli, ada hal lain yang tidak dapat dibeli.

Ini artinya ketika Anda membeli sesuatu, Anda mengorbankan sejumlah lain
pilihan. Itulah mengapa ketika muncul penawaran harga, apapun itu, orang akan
secara otomatis berkata, Saya nggak sanggup membayarnya. Itulah kenapa
Anda harus menghabiskan banyak waktu membangun nilai produk atau jasa
Anda sebelum menyebutkan harga untuk pertama kalinya.

2. Kemauan dan Kemampuan itu Berbeda

Kemauan dan kemampuan membayar adalah dua hal yang berbeda. Tak ada
seorang pun akan mau membayar berapa pun harga yang Anda minta. Tidak
seorang pun akan mau berpisah dengan uangnya. Namun, apakah seseorang
mampu membayar adalah perihal lain. Kebanyakan orang dapat membeli produk
atau jasa jika mereka sangat menginginkannya. Tujuan Anda adalah
meningkatkan kemauan membayar dengan membangun gairah membeli.
Mengulang dan menekankan manfaat yang akan dinikmati prospek dari produk
atau jasa Anda akan memenuhi tujuan ini. Semakin prospek menginginkan apa
yang Anda jual, ia akan semakin kurang peka terhadap harga.
Yakinkah prospek bahwa nilai produk Anda jauh lebih besar ketimbang biaya
yang dikeluarkan. Tundalah pembahasan tentang harga sebisa mungkin.
Sebaliknya, bicaralah tentang manfaat. Ketika Anda kemudian membahas harga,
hal ini tidak lagi tampak terlalu tinggi.

3. Membicarakan Harga Tidak Pada Tempatnya Akan Membunuh Penjualan.

Ini adalah aturan dasar dalam penjualan. Jika Anda membawa masalah harga
sebelum prospek memutuskan bahwa ia ingin memiliki dan meniikmati produk
atau jasa Anda, ia akan kehilangan minat, ada percakapan akan berakhir.
Seringkali prospek bertanya pada awal percakapan penjualan, Berapa
harganya? Pada tahap ini, dia sama sekali tidak punya gambaran tentang ciri dan
manfaat yang Anda tawarkan atau betapa lebih baik kehidupannya dengan
memiliki apa yang Anda jual. Jika Anda menyampaikan harga sebelum proses
mengetahui hal-hal itu, ia tidak memiliki apa pun untuk menjembatani.
Kemudian, harga akan menjadi persoalan terpenting dalam percakapan, dan
dapat diperkirakan ia akan berkata, Itu terlalu mahal, saya ndak sanggup bayar.

Alasan atas Keberatan Harga

Keberatan harga adalah cara prospek mengatakan pada Anda bahwa Anda belum
memberi cukup bukti bahwa manfaatnya melebihi harga. Karena itu, jangan
pernah memperdebatkan masalah harga. Jangan pernah mengatakan bahwa
harga Anda baik atau terjangkau atau wajar atau lainnya. Apa pun kata
prospek tentang harga Anda, sepakati saja. Kemudian lanjutkan mengatakan
sesuatu seperti, Ibu, produk ini sudah pasti tidak murah. Namun, ada alasan
mengapa harganya seperti ini. Coba saya jelaskan mengapa kami meminta
seharga ini. atau Ada alasan yang baik mengapa ribuan orang seperti Anda
memeriksa produk kami dengan teliti, membandingkannya dengan pesaing kami,
dan memutuskan untuk membayar lebih mahal. Apakah Anda tertarik untuk
mengetahuinya?

Berbanggalah pada Harga Anda

Jika Anda menarik harga tinggi, berbanggalah! Jika prospek berkata, Ini benar-
benar mahal! maka katakanlah, Iya, Pak. Sebenarnya, kami memang pemasok
yang punya harga tertinggi untuk produk ini di pasar. Dan sekarang kami
menjual lebih banyak daripada sebelumnya. Apakah Anda tertarik mengetahui
mengapa begitu banyak orang membeli produk kami dan menggunakan layanan
kami meskipun kami punya harga lebih mahal? Anda biasanya akan
mendapatkan jawaban YA.

Bandingkan Harga Anda dengan Pesaing

Anda dapat mengurangi keberatan akan harga dengan membandingkannya


dengan barang lain yang lebih mahal. Ketika prospek berkata, Harganya
kemahalen. jawablah Dibandingkan apa, Pak? Seringkali ia tidak mengerti apa
yang dikatakannya. Ia tidak mengetahui sedikit pun tentang produk Anda, atau
produk lain yang serupa. Prospek dapat berkata Yah, dibandingkan produk XYZ
Anda jawab, Benar, produk XYZ memang serupa dengan produk kami, tapi tidak
memiliki manfaat dan ciri yang kami miliki. Tunjukkan pada prospek
perbandingan harga tertulis. Logika menghasilkan penjualan.

Lalu adalah penting untuk mengetahui apa yang diperbandingkan prospek. Selalu
bandingkan apel dengan apel, jeruk dengan jeruk. Artinya, Anda tidak bisa
membandingkan harga mobil mercedes dengan honda. Selidiki harga pokok yang
dibebankan pesaing Anda, dan alasan perbedaan harga.

Tawarkan Beberapa Pilihan

Terkadang prospek mengatakan bahwa mereka kekurangan uang tunai. Untuk


menanggapinya, Anda dapat mengajukan pertanyaan, Bagaimana jika saya
tawarkan cicilan, jadi Anda bisa melunasinya dalam jangka waktu yang lebih
panjang? atau cobalah ini: Bagaimana jika kami dapat menunda pembayaran
sampai masa anggaran berikutnya?, Bagaimana jika kami dapat
memperpanjang pembayaran hingga lima tahun, dan bukannya tiga tahun,
sehingga menurunkan pembayaran bulanan? Jika customer benar-benar
menginginkannya, hampir dipastikan ia akan setuju.

Jika terus saja ditawar,


maka katakan: Pak, apa bapak pernah mendapatkan sesuatu yang bagus secara
gratis? dan Pak, apakah bapak pernah mendapatkan sesuatu yang murah dan
ternyata bagus? Jawaban normal untuk keduanya adalah tidak pernah.
Akhirnya, tanyakan, Pak, bukankah benar bahwa Anda selalu mendapatkan
sebesar nilai yang Anda bayar?

Sebutan senama terkecil

Anda dapat mengurangi penolakan harga dengan memecahnya menjadi satuan


kecil sebutan senama. Bandingkanlah produk Anda dengan Coca Cola, secangkir
kopi atau harga voucher pulsa.Bandingkan harga Anda dengan sesuatu yang
dikonsumsi prospek secara rutin

Panduan Bisnis UKM: Pecat Saja, dan Rekrut Baru!


DIPECAT GAK YAA?? ??

Banyak bisnis terhambat pertumbuhannya, salah satu penyebab utamanya dikarenakan


faktor SDM.

SDM tidak serta merta muncul langsung BAGUS, QUALIFIED secara tiba-tiba, tapi melalui
proses recruitment. Jadi.. Sebelum menyalahkan SDM Anda, telitilah dulu proses
recruitment yang ada pada bisnis Anda.

Bagi sebagian pengusaha, memang proses rekrutmen karyawan/tim ini adalah proses
yang membosankan, mendingan cari orang yang ahli, trus dia yang melaksanakan fungsi
tersebut. Salah? Tidak! Hanya perlu diteliti dan dirumuskan terlebih dulu, tim seperti
apa yang sebaiknya kita rekrut/pilih.

Formula Rekrutmen
Kepedulian untuk membuat FORMULA rekrutmen yang harus dibuat terlebih dulu.
Sebetulnya MUDAH untuk merumuskannya, karena secara umum rekrutmen hanya ada
3 filter utama:
1. Attitude
2. Skill
3. Aturan main

Poin no 1 dan 2 adalah Selection Process, agar lamaran yang masuk sesuai dengan
kualifikasinya. Kemudian disaring lagi saat interview, test kemampuan, atau test-test
yang lain.

Sedangkan no 3, sering disebut proses de-selection, yang biasa dilakukan saat


rekrutmen. Di mana, sebagai contoh saja, kita bisa menjelaskan aturan main yang ada di
perusahaan. Sehingga klo dia (si pelamar kerja) merasa tidak cocok, maka dia bisa
segera mundur atau berpikir ulang untuk tetap maju dalam proses rekrutmen
berikutnya. Dan Dalam proses ini kita juga bisa melihat perubahan pada bahasa
tubuhnya (gak dibahas di sini, soalnya panjang).

Sebagai Bos, Anda bisa merekrut orang yang mampu melaksanakan rekrutmendengan
baik, kemudian, biar dia yang membuat rumusannya. Kita tinggal meluangkan waktu
untuk me-review, apakah rumusannya sudah sesuai dengan keinginan kita atau belum.
Ada juga pilihan untuk mengambil dari lembaga/konsultan jasa penyedia SDM.

Kalo belum cocok rumusannya gimana? Yaa tinggal pake rumus TAMBAH dan KURANG
aja.. Simple kan? ?

Standar Training
Setelah itu ngapain? Buat standar training (sering disebut dengan OJT/On-the Job
Training) yang diperlukan di masing-masing posisi. Apa saja materinya? Biasanya dibagi
menjadi 2, yaitu:

1. MATERI UMUM.
Yaitu materi yang berkaitan dengan Visi, culture, aturan main, dan jenjang karir di
perusahaan Anda. Penekanannya adalah VISI dan CULTURE. Agar perahu bisnis Anda
selalu berada di jalur dan arah yang tepat. Jangan pernah anggap remeh materi ini,
karena justru ini materi POKOK dalam membangun TIM yang berkualitas yang akan
men-support bisnis kita.

2. MATERI TEKNIS
Yaitu materi yang berkaitan dengan proses kerja dan TARGETNYA di masing-masing
posisi. Seahli apapun orang yang kita rekrut, tidak serta merta langsung boleh
melakukan perubahan dalam proses bisnis kita. Karena perubahan proses bisa
mengakibatkan goncangan dalam perahu bisnis. Perubahan proses bisnis harus
direncanakan dengan baik, agar peraliahnnya smooth, berjalan lancar, alias mulus..
Apalagi dari orang baru, biasanya, resistensinya tinggi.

Cukup? Yaa.. Konsepnya sesederhana itu. Untuk teknisnya, Anda lebih tau kondisi bisnis
Anda sendiri.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang sudah ada alias TIM yang ada? Kemungkinan
resistensi selalu ada di manapun itu. Bahkan di perusahaan besar atau multinasional
sekalipun.

Orang-orang yang tidak lagi satu arah dengan BISNIS Anda harus di-ikhlas-kan.
Barangkali dia lebih cocok di posisi yang lain, atau di perahu bisnis orang lain. Dipecat
donk? Yaa.. Klo tega..! Klo gak tega, yaa ditega-tegain untuk didudukkan di bangku
cadangan sampe dia keluar sendiri. Hehe.. Pilihannya adalah, dia mau BERUBAH dan
men-support bisnis kita, atau masuk kotak. ?

Koq gitu sih Mas ngajarinnya?


Barangkali ada yang punya pertanyaan seperti ini, jawabanya adalah: siapa yang mau
kita korbankan? Bisnis kita bersama Tim yang men-support kita, atau memilih yang
melubangi perahu bisnis kita? Apakah kita rela perahu bisnis kita beserta orang-
orang yang di dalamnya tenggelam dikarenakan oknum tersebut? Mereka (yang men-
support Anda) juga punya keluarga/tanggungan looohh.. Kecuali, LEADERSHIP Anda
cukup kuat, ada pada minimal di Level 4 dari 5 level leadership-nya Om John C.
Maxwell. Dan pondasi bisnis kita juga cukup kuat.

Performance bisnis kita ditentukan oleh tim kita. Dan Culture yang ada di tim kita
ditentukan oleh Lingkungan Kerja dan LEADERSHIP yang kita bangun selama ini.

Strategi PRICING (Penentuan Harga)

Pada prinsipnya, penentuan harga dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:


1. Segmen & Positioning
2. Kualitas produk
3. Harga wajar (harga pesaing)
4. Kekuatan BRAND (berkaitan dengan no 1)
Jalur distribusi atau Mediator yang dipakai harus juga dipersiapkan. Biasanya didasari
dengan persentase, walaupun banyak yang kemudian dibulatkan ke angka yang lebih mudah
perhitungannya.
Komposisinya pun masih punya fleksibilitas/negotiable. Tentunya dengan ambang (range)
atas dan bawah. Untuk apa?? Ruang negosiasi dengan para mediator. Mediator sendiri scope-
nya bisa online, offline, atau kombinasi keduanya. Itu pun masih bisa dibagi beberapa level.
Sekali lagi.. KONSEP-nya harus dipersiapkan dengan matang.
Bagaimana menilai mediator? Biasanya dengan market share, atau penguasaan pasar.
Seberapa kuat dia dalam menjual. Semuanya harus diperhitungkan sejak awal, sebelum
dibuka kran saluran distribusi.
Yang udah telanjur gimana? Yaa dibenerin.. Disesuaikan dengan konsepnya. Tentunya sebagai
pengusaha, kita juga gak ingin rugi kan?
Kuncinya pada hukum supply dan demand, plus penguasaan pasar. Mediator yang mempunyai
POTENSI pasar yang besar akan cenderung MEMINTA bagian yang besar. Tidak ada patokan
angka atau persentase, tapi selalu dikembalikan pada penilaian PASAR dan kemampuan
bernegosiasi.
Seringkali produsen terjebak pada negosiasi dengan Mediator yang sudah LEBIH mapan
bisnisnya. Dalam negosiasi, banyak caranya, perlu flying watch (jam terbang). Orang-orang
dengan flying watch rendah sering kali kaku dan akhirnya kalah. Sebaliknya.. Yang flying
watch-nya tinggi, mempunyai FLEKSIBILITAS yang tinggi pula.. Memenangkan negosiasi, tanpa
harus menjatuhkan lawan. Dan justru MERANGKUL lawan untuk berjalan bersama-sama.

Kembali ke laptop

Bukan Biaya Akuisisi yang Menentukan


Harga
Dalam konsep konvensional (gak tega untuk bilang JADUL), banyak yang beranggapan,
penentuan harga ditentukan oleh BIAYA Akuisisi (cost acquisition) nya. Biaya akuisisi ini
didefinisikan sebagai biaya yang timbul untuk mendapatkan barang sampai tersedia di
pasaran.
Menurut pendapat saya pribadi, harga TIDAK berhubungan langsung dengan biaya! Jangan
kaget.. Hehehe..
Jika dihubungkan dengan biaya, maka biaya tinggi = harga tinggi. Padahal belum tentu
segmen/target pasar yang dibidik bisa menerima harga tersebut. Bisa jadi karena pesaing di
pasar tersebut sudah banting-bantingan harga.
Barang yang bagus, kemasannya kurang bagus, brand-nya belum dikenal, biasanya hanya
dijual dengan harga rendah, yang penting nutup biaya. Akhirnya, untuk mem-branding, iklan,
promosi, ngadain event, dll, tidak ada BUDGET-nya. Karena keuntungan/profitnya tipis.
Sebaliknya.., ada produk kurang bagus, dikemas bagus, dipasarkan pada SEGMEN yang tepat,
membuat harga relatif tinggi pun diterima oleh pasarnya. Pernah ketemu produk seperti itu??
Jadi.., adakah hubungan antara biaya dengan harga?? Hehehe.. #PLETAAAKK
#Sukurin

Harga adalah Konteks


Dalam beberapa pertimbangan, strategi penentuan harga rendah, terkadang dilakukan
untuk membuat barrier/penghalang bagi pemain baru untuk masuk. Ada juga yang dengan
tujuan branding, dan tujuan-tujuan marketing lainnya.
Sekali lagi, kekuatan BRAND dan Positioning sangat berperan dalam menentukan harga jual.
Produk dengan brand yang belum kuat cenderung harganya rendah, jika tidak di-
POSITIONING-kan dengan baik.
Konsep PRICING (strategi harga) sudah bergeser, dari biaya menjadi CONTEXT. Artinya, tidak
hanya dari satu sudut pandang biaya saja, tapi juga beberapa faktor yang sudah disebutkan di
atas.
Hanya saja, walaupun begitu harga wajar tetaplah ada. Contoh.. Mobil buatan Korea saat ini
pricing-nya di-POSITIONING-kan dengan mobil Jepang. Walaupun Brand-nya belum sekuat
brand-brand buatan Jepang. Bagaimana jika di-positioning-kan dengan mobil buatan Eropa,
seperti Mercedes atau BMW? Belum bisa.. Baik secara Brand, maupun kualitas. Secara umum
yaa.. Tidak semuanya.. Karena ada produk-produm tertentu yang kualitasnya cukup pantas
untuk disandingkan dengan kualitas Jerman.
Kembali lagi.. BRAND dan Target Market berpengaruh.
Hmm.. Koq jadi panjang yaa.. Padahal belum sampai 30% penjelasannya.. Padahal niatnya
hanya tulisan iseng aja. Hehehe..

Bagaimana Untuk Mediator?


Lanjuuut.. Lalu bagaimana dengan penetapan harga untuk Mediator dan Distribusi. Menjadi
menarik, karena para produsen akan menawarkan RABAT yang tinggi kepada yang
MENGUASAI pasar/market yang diinginkan oleh produsen. Sekali lagi.. MARKET jadi faktor
utama.
Apakah akan berlaku selamanya? Jelas TIDAK! Para produsen yang CERDIK, dia akan belajar
dengan cepat untuk memotong jalur distribusi, karena biaya distribusi atau mediator ini
adalah Profit milik mereka yang dipinjamkan kepada mediator. Okelah kontrak 10 atau 20
tahun, tapi setelah itu?? Hehehe.. Silahkan bayangkan sendiri, apa yang akan dilakukan sang
RAKSASA yang cerdik.
So.. Mau tidak mau, pengusaan market ini sifatnya hanya sementara. Mediator pun harus
berpikir untuk punya produk sendiri. Atau setidaknya, untuk mengulur waktu, harus punya
SUPPLY dari tempat lain untuk market yang sama. Yang biasanya, sang produsen tidak akan
senang dengan hal ini. Dia akan meminta kontrak mati, hanya produk dia yang
diperbolehkan untuk didistribusikan. Klo melanggar, yaa diputus kontrak.
Jika ada pelanggaran kontrak, terkadang dibiarkan dulu.. Sampai sang produsen (asal supply
barang) sudah cukup bekal untuk mengambil alih market-nya.
Serem yaa?? Yaahh.. Itulah realita bisnis. Bukan ETIKA yang berkuasa, tapi UANG. Etika hanya
untuk orang-orang yang religius. Dalam bisnis, banyak orang yang bertuhankan UANG, bahkan
tanpa disadarinya. Hehehe..
Udah dulu aahh.. Ntar kepanjangan artikelnya..
Buka-bukaannya dilanjut lain waktu yaa.. Jempol udah mulai kriting

You might also like