Professional Documents
Culture Documents
Volume 4 Nomor 3 1
Review: Derivatisasi Senyawa pada KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) dengan
Detektor Fluoresens
KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) merupakan metode analisis yang banyak
digunakan karena sensitifitas dan selektifitasnya yang tinggi. Penggunaan berbagai macam
detektor pada KCKT memberikan hasil analisis yang berbeda-beda. Detektor fluoresens
merupakan detektor yang dapat digunakan pada KCKT dengan memberikan hasil analisis
yang lebih baik daripada detektor yang lain dengan batas deteksi 10-9 -10-12. Namun tingkat
kepekaan dari detektor fluoresens bergantung pada senyawa yang terlibat dalam analisis.
Untuk beberapa senyawa yang tidak bisa berfluoresensi, sulit jika harus dianalisis
menggunakan metode KCKT dengan detektor fluoresens. Maka dari itu diperlukan
derivatisasi senyawa untuk mengubah sifat kimia maupun fisika dari senyawa tersebut
sehingga memberikan hasil yang baik ketika dianalisis menggunakan KCKT dengan detektor
fluoresens. Review artikel ini membahas lebih lanjut tentang derivatisasi pada metode analisis
KCKT dengan detektor fluoresens.
Kata kunci: KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi), derivatisasi, detektor fluoresens,
senyawa penderifat, validasi KCKT.
Abstract
HPLC (High performance Liquid Chromatography) is an analysis method that is widely used
because of the high sensitivity and selectivity. The use of various kinds of detectors in HPLC
provides analytical results vary. Fluorescence detector is a detector can be use in HPLC
analysis with results better thann the other detectors with detection limit of 10-9-10-12.
However, the sensitivity of a fluorescence detector depending on the compound involved in
the analysis. For some substance that can not fluorescence, difficult if you have analyzed
using HPLC with fluorescence detector. Thus it is necessary derivatization of compounds to
alter the chemical and physical properties of the compound that gives good results when
analyzed using HPLC with fluorescence detector. Review this article discusses more about
derivatization in HPLC analytical method with fluorescence detector.
Key words: HPLC (High Performance Liquid Chromatography), derivatization, fluorescence
detectors, reagents derivatized, validation HPLC.
analisis bidang farmasi yaitu Kromatografi diatur sesuai kebutuhan (Gupta, et al.,
kolom dan terdeteksi oleh detektor yang Yang akan dibahas lebih lanjut
kemudian dihasilkan kromatogram pada review artikel ini yaitu KCKT dengan
(Charde, et al., 2014). Kelebihan dari detektor fluoresens. Kelebihan dari teknik
teknik KCKT diantaranya mempunyai fluoresensi itu sendiri adalah waktu yang
resolusi yang tinggi, kolom yang terbuat dibutuhkan cepat dengan biaya kecil. Pada
dari bahan gelas atau stainless steel dan teknik spektroskopi serapan untuk senyawa
hasil pemisahan sempurna, proses analisis pada panjang gelombang yang berdekatan
berlangsung cepat, tekanan yang diberikan akan menghasilkan spektrum yang tidak
oleh fase gerak relatif tinggi, laju alir dapat dapat dipisahkan sehingga menyulitkan
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 3
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 4
atau output yang kompatibel (KuSmierek, yang lain sebagai penunjang didapat dari 3
Metode
30 jurnal
7 jurnal tidak
memenuhi kriteria
Sumber data yang digunakan
tahun
23 jurnal
didalam review artikel ini diperoleh dari 3 jurnal bahasannya
bukan tentang
US National Library of Medicine Institute derivatisasi
20 jurnal
of Health website (www.ncbi.nlm.nih.gov 2 jurnal bahasannya
tentang derivatisasi
NCBI Literature PubMed Central 18 jurnal namun tidak
menggunakan detektor
(PMC)). Pencarian dilakukan dengan kata fluoresens
Chromatography), derivatization,
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 5
Hasil
Table 1. Derivatisasi Senyawa dengan berbagai jenis senyawa penderivat didalam KCKT dengan Detektor Fluoresens
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 6
Memanti OPA Pre kolom Plasma 20 4,2 2,5 Chromolith Asetonitril:0,02 335-440 - / 2
ne performance 5 bufer PO4 ng/mL
(Zarghi, (RP-18e, (50:50) pH 4,6
et al., 100x4,6 mm)
2010).
Asam OPA Pre kolom - 10 25 0,5 C18 ODS Elusi gradien 240-450 -
amino 150x4,6 mm 5 Pelarut A: 0,05 Asp dan
(Perucho m M Na-asetat pH Gln : 450.
, et al., 5,88 dan Gly,
2015). metanol (95:5) taurin,
Pelarut B: GABA:
metanol dan 448.
ddH2O (70:30) Glu:452
Glutation FMOC- Pre kolom Tikus ruan 12 2 C18 (ODS-3 5 Metaanol:buffer 260-315 15,26/25,4
(hami, et Cl wistar g m 250x4,6 PO4 (40:60) 2 M
al., jantan mm)
2013). albino
MPH[15]. DIB-Cl Pre kolom Plasma ruan 10,6 1 C18 (250x4,6 Asetonitril:air 330-460 -/ 1
g mm) (73:27) ng/mL
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 7
Keterangan: PSS (Propilenglikol alginat Sodium Sulfat); OPA (O-Phthaldi Aldehyde); FMOC-Cl (9-Fluorenyl Methyl Chloroformate); MPH
(Methylphenidate); DIB-Cl (4-(4,5-diphenyl-1H-imidazol-2-yl)benzoyl chloride); T (Temperature); tR (time retention/waktu retensi); FR (Flow
Rate/Laju alir); LOD/LOQ (Limit of Detection/Limit of Quantitation).
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 8
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 9
primer dan sekunder. Isosianat dan mengandung gugus SH dan NH2 (Hami,
isotiosianat juga sering digunakan sebagai et al., 2013). Didalam derivatisasi, gugus
senyawa penderivat untuk amin primer dan SH pada glutation mudah teroksidasi
juga digunakan untuk analisis asam amino. menjadi disulfida (-S-S) sehingga harus
senyawa derivat fluoresens dari glutation, Ca2+, Mg2+, Na+, dan Fe2+ yang
yaitu gugus isoindol dari sampel berupa kromatogram yang dihasilkan tidak bagus.
maupun amin sekunder bereaksi dengan penambahan ion Ca2+ agar reaksi
OPA, asam borat dan merkaptoetanol yang derivatisasi hanya terjadi antara FMOC
(Perucho, et al., 2015). FMOC-Cl (9- kromatogram yang baik (Hami, et al.,
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 12
menentukan waktu inkubasi optimal Fase diam yang banyak digunakan disini
Jenis elusi yang digunakan ada dua semakin banyak jumlah lempeng teoritis
yaitu elusi gradien dan elusi isokratik. dan efisiensi semakin baik. Sedangkan
Elusi gradien yaitu elusi dengan untuk resolusi (R), semakin tinggi resolusi
menggunakan fase gerak yang polaritasnya maka pemisahan yang terjadi semakin baik
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 13
kalibrasi didapatkan dari hasil perhitungan merupakan konsentrasi terkecil yang dapat
regresi linier secara statistika yang diukur secara kuantitatif (ICH, 2005).
konsentrasi. Persamaan kurva baku yang dengan 2 cara yaitu dengan metode
konsentrasi. Uji linearitas dapat dilihat dari addition method). Metode simulasi
nilai koefisien korelasi (r2) yang didapat, dilakukan dengan cara sejumlah sampel
jika nilai r2 mendekati 1 yaitu > 0,998 itu murni ditambahkan kedalam plasebo lalu
memenuhi uji linearitas (Zhang, et al., Sedangkan pada metode standar adisi,
mengukur zat yang akan dianalisis secara sampel dan dianalisis kembali. Selisih
didapatkan dari kurva kalibrasi, LOD = 3.3 antara hasil pengukuran yang diperoleh
/S dan LOQ = 10 /S, dimana standar dari beberapa pengulangan pada sampel
deviasi dan S adalah slope atau a pada yang homogen. Presisi dinyatakan sebagai
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 14
HPLC method: a review. Int. Res. 11. ICH Q2 (R1) (2005). Validation of
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 16
14. Li PL, Chun XL, Yi TX, Hai HL, using Pre Column OPA
Printed : 16931424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 3 17
19. Zhang L, Tao MH, Xiao LF, Xue Analyt Technol Biomed Life Sci.
Determination of Glucosamine
Chromatography B. 2006;848:8-12.
Determination of Memantine in
Pharm. 2010;78:847-856.
Printed : 16931424
Online : 2089-9157