Professional Documents
Culture Documents
Daftar Pustaka 23
Daftar Pustaka 23
2013
(Permeability Study of Several Soil Types in Kwala Bekala Field Trials USU Through
Laboratory and Field Test)
ABSTRACT
Permeability of the soil is one of the important factor in designing drainage channels. The difference in the value of the
permeability of the soil in the laboratory and in the field is due to of the different conditions in the test procedure. This
study was aimed to determine the value of the rate of soil permeability on Andepts, Inceptisol, and the Ultisol through
laboratory and field testing. Results of laboratory studies showed the value of the permeability rate was 1.34 cm/h at
Andepts, 3.20 cm/h at g Inceptisol, and 1.06 cm/h at Ultisol. The field results showed that value of the permeability rate
was 1.26 cm/h at Andepts, 2.23 cm/h at Inceptisol, and 0.98 cm/h at Ultisol. Factors affecting the value of the
permeability differences among the three types of ground, among others, were the depth and the effective porosity of the
soil. Difference in the value of soil permeability results in the laboratory and in the field was because of the thickness of
the soil.
Key Words: Permeability, Effective Depth, Porosity, Drainage.
138
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013
formasi kerikil. Untuk tanah yang tak jenuh air muka air konstan, penggaris sebagai alat
kadar kelembaban (moisture content) adalah pengukur tinggi air, kalkulator sebagai alat hitung,
salah satu dari faktor dominan yang dan alat tulis sebagai pencatat data.
mempengaruhi nilai laju permeabilitas tanah Penelitian dilakukan di laboratorium
(Israelsen and Hansen, 1962). dengan menggunakan ring sampel dan langsung
Pengukuran permeabilitas tanah sangat di lapangan dengan menggunakan permeameter
penting untuk beberapa kepentingan di bidang yang dibenamkan ke dalam tanah seperti pada
pertanian, misalnya masuknya air ke dalam gambar di bawah ini:
tanah, gerak air ke akar tanaman, aliran air
drainase, evaporasi air pada permukaan tanah,
kesemuanya itu dapat dipengaruhi oleh
permeabilitas tanah yang mana berkaitan pula Graduate formeasuring
dengan peranan konduktivitas hidroliknya. Water feed line water added
pencucian salinitas tanah, dan sebagainya. Tanggal : 13 Oktober 2013 Prodi : Keteknikan Pertanian A4
CONSTAN HEAD PERMEAMETER
Penentuan kemampuan permeabilitas
tanah dapat dilakukan dengan pengukuran di
laboratorium dan lapangan yang memiliki Dalam menghitung gerakan air melalui
kelebihan dan kekurangan seperti kemudahan tanah pada kondisi jenuh dikenal hukum Darcy
dalam penggunaan alat dan keakuratan hasil. yang biasa digunakan dalam menghitung
Secara ideal pengukuran melalui kedua permeabilitas. Hukum Darcy merupakan satu
pengujian tersebut pada lahan yang sama harus ukuran pengaliran air pada tanah jenuh dan
memberikan nilai yang tidak terlalu berbeda. dirumuskan sebagai berikut:
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan k
nilai laju permeabilitas tanah Andepts, Inceptisol,
dan Ultisol melalui uji laboratorium dan uji di mana:
lapangan. k = koefisien permeabilitas (cm/jam)
Q = debit air (cm3/jam)
A = luas permukaan tanah (cm2)
METODOLOGI hL = tinggi muka air dan tebal tanah (cm)
L = tebal/kedalaman tanah (cm)
Bahan - bahan yang digunakan adalah air, (Israelsen and Hansen, 1962).
kertas label, sampel tanah Andepts, Inceptisol, Sifat fisik tanah sangat mempengaruhi
dan Ultisol serta data jenis tanah. besarnya laju permeabilitas tanah. Sifat fisik
Alat - alat yang digunakan adalah ring tanah yang diukur di laboratorium yaitu tekstur
sampel yang akan digunakan untuk media tanah, tanah, struktur tanah, kandungan bahan organik
permeameter sebagai alat untuk mengukur laju tanah, kerapatan massa, kerapatan partikel, dan
permeabilitas, timbangan sebagai alat porositas. Sifat fisik tanah yang diukur di
penimbang tanah, bor tanah sebagai alat ukur lapangan yaitu kedalaman efektif tanah.
kedalaman efektif tanah di lapangan, tabung ukur Parameter Penelitian
untuk mengukur air yang ditambahkan secara
1. Tekstur tanah
kontinu di tabung permeameter, stopwatch
sebagai alat untuk menghitung waktu Tekstur tanah dianalisis di laboratorium
penambahan air secara kontinu dalam tinggi dengan metode hygrometer.
139
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013
Tekstur Tanah
Dimana: Hasil analisa tekstur tanah dapat dilihat
= kerapatan massa (bulk density) (g/cm3) pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa
Mp = Massa padatan tanah (g) tanah Andepts memiliki tekstur lempung berpasir,
Vt = Volume total tanah (cm3) tanah Inceptisol memiliki tekstur lempung liat
(Hillel, 1981). berpasir, dan tanah Ultisol memiliki tekstur
5. Kerapatan Partikel lempung liat berpasir yang dapat ditentukan
Dilakukan analisis kerapatan pertikel, rumus dengan menggunakan segitiga USDA.
yang digunakan sebagai berikut Jika dilihat dari persentase kandungan
pasirnya, tanah Ultisol memiliki kandungan pasir
yang lebih besar dibandingkan pada tanah
Andepts dan Inceptisol. Dengan demikian
Dimana: berdasarkan kandungan pasirnya tanah
= Kerapatan partikel tanah (g/cm3) Inceptisol lebih sulit untuk meloloskan air
Mp = Massa padatan tanah (g) dibandingkan tanah Andepts dan Ultisol. Hal ini
Vp = Volume tanah kering (cm3) sesuai dengan pernyataan Hanafiah (2005) yang
(Hillel, 1981). menyatakan bahwa tanah yang mengandung
6. Porositas persentase pasir cukup besar dalam teksturnya
Dilakukan analisis porositas tanah, rumus akan mudah melewatkan air dalam tanah.
yang digunakan sebagai berikut: Namun kemampuan tanah meloloskan air, tidak
hanya bergantung kepada tekstur tanahnya.
Banyak faktor lain yang berpengaruh secara
langsung seperti porositas, bahan organik, dan
Dimana: kontinuitas pori pori tanah.
= porositas (%)
= kerapatan massa (bulk density) (g/cm3)
140
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013
141
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013
lebih besar sehingga mempengaruhi daya serap tanah tersebut, maka semakin cepat pula
air oleh tanah yang menyebabkan tanah lebih permeabilitas tanah tersebut.
mudah menyerap air. Hal ini sesuai dengan Dari hasil analisa dan pengukuran laju
literatur Hardjowigeno (2003) yang menyatakan permeabilitas di laboratorium dan di lapangan
bahwa tanah dengan kedalaman dangkal akan didapat hasil pengukuran di laboratorium selalu
membatasi ketersediaan air dan pertumbuhan lebih besar dibandingkan di lapangan. Beberapa
akar. Demikian juga, tanah dangkal pada area hal yang dapat mempengaruhi lebih rendahnya
yang datar dengan permeabilitas rendah akan permeabilitas di lapangan di antaranya adalah
mungkin tergenang secara musiman. Menurut kedalaman (ketebalan) tanahnya dan udara yang
Israelsen and Hansen (1962) tebal/kedalaman terjebak pada lapisan tanah pada saat masuknya
tanah (L) sangat berpengaruh terhadap laju aliran air ke dalam tanah. Israelsen and Hansen
permeabilitas tanah (k), di mana hukum Darcy (1962) menyatakan di dalam hukum Darcy
menjelaskan hubungan yang searah antara bahwa semakin besar kedalaman (ketebalan)
tebal/kedalaman tanah (L) dengan laju tanah maka semakin besar pula laju
permeabilitas tanah (k), semakin besar permeabilitasnya. Akan tetapi, kedalaman
tebal/kedalaman tanah (L) maka semakin besar (ketebalan) tanah tersebut juga dapat
pula laju permeabilitas tanah (k) tersebut menghambat keluarnya udara dari pori pori
tanah. Terhambatnya udara dalam pori pori
Tabel 7. Hasil pengukuran kedalaman efektif tanah menyebabkan aliran air menjadi lebih
tanah lambat karena terputusnya kontinuitas pori dalam
Jenis tanah Kedalaman efektif (cm) menyalurkan air.
Andepts 103 Laju permeabilitas merupakan parameter
Inceptisol 128 penting dalam irigasi dan drainase. Selama
Ultisol 94 proses drainase, permeabilitas sangat
. menentukan besar kecilnya aliran air yang
Laju Permeabilitas Tanah didrainase. Israelsen and Hansen (1962)
Hasil analisa dan pengukuran laju menyatakan bahwa di dalam studi irigasi dan
permeabilitas tanah di laboratorium dan di drainase, permeabilitas adalah variabel yang
lapangan dapat dilihat pada Tabel 8. dominan. Permeabilitas tanah sangat penting di
dalam desain sistem drainase untuk mengatasi
Tabel 8. Hasil analisa laju permeabilitas tanah banjir serta reklamasi tanah salin dan alkali.
Jenis tanah Laju permeabilitas Kategori1
tanah (cm/jam) KESIMPULAN DAN SARAN
Lab. Lapangan
Andepts 1,34 1,26 Agak Kesimpulan
lambat 1. Tekstur dari tanah Andepts adalah lempung
Inceptisol 3,20 2,23 Sedang berpasir, tekstur dari tanah Inceptisol adalah
Ultisol 1,06 0,98 Agak lempung liat berpasir, dan tekstur dari tanah
lambat Ultisol adalah lempung liat berpasir.
1Kategori menurut Uhland and Oneal (1951) 2. Struktur dari tanah Andepts adalah granular,
struktur dari tanah Inceptisol adalah remah,
Dari hasil analisa dan pengukuran laju dan struktur dari tanah Ultisol adalah gumpal
permeabilitas di laboratorium dan lapangan dapat bersudut.
dikategorikan bahwa laju permeabilitas pada 3. Tanah Andepts memiliki kandungan bahan
tanah Andepts dan Ultisol tergolong agak lambat organik sebesar 2,33 %, tanah Inceptisol
dan laju permeabilitas pada tanah Inceptisol memiliki kandungan bahan organik sebesar
tergolong sedang. Dengan demikian tanah 1,43 %, dan tanah Ultisol memiliki kandungan
Inceptisol memiliki laju permeabilitas lebih besar bahan organik sebesar 0,9 %.
dibandingkan tanah Andepts dan Ultisol. Laju 4. Tanah Andepts memiliki bulk density sebesar
permeabilitas yang lebih besar pada tanah 1,1 g/cm3, particle density sebesar
Inceptisol disebabkan oleh porositas tanah 2,35 g/cm3, dan porositas sebesar 53 %,
tersebut lebih besar dibandingkan porositas pada tanah Inceptisol memiliki bulk density sebesar
tanah Andepts dan Ultisol. Hal ini sesuai dengan 1,2 g/cm3, particle density sebesar
literatur Hanafiah (2005) yang menyatakan 2,89 g/cm3, dan porositas sebesar 58 %, dan
bahwa porositas atau ruang pori adalah rongga tanah Ultisol memiliki bulk density sebesar
antar tanah yang biasanya diisi air atau udara. 1,1 g/cm3, particle density sebesar
Pori sangat menentukan sekali dalam 2,27 gr/cm3, dan porositas sebesar 52 %.
permeabilitas tanah, semakin besar pori dalam
142
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.1 No. 4 Th. 2013
Sebaiknya dalam pengukuran di lapangan Rohmat, A., 2009. Tipikal Kuantitas Infiltrasi
alat yang sudah ada perlu dimodifikasi lebih Menurut Karakteristik Lahan. Erlangga,
lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti Jakarta.
terutama dalam pengukuran tinggi muka air
maupun penambahan air untuk pengambilan Soepardi, G., 1975. Konduktivitas Hidrolik.
debit. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
143