You are on page 1of 9

LINK Vol. 11 No.

3 September 2015 ISSN 1829-5754

Intervention Based on Nursing Integration with Islam Relaxatation to


Decrease Anxiaty and Pain on IMA Patients in ICU

Intervensi Berbasis Keperawatan Integrasi dengan Relaksasi Islami


terhadap Penurunan Kecemasan dan Nyeri Pasien AMI di Ruang ICU

1
Angga Sugiarto
2
Anies
3
Hari Peni Julianti
4
Mardiyono

1) 4)Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang
2) 3)
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
E-mail: akhanggas@gmail.com

Abstract
Disease Acute Myocardial Infarction (AMI) today became one of the major causes of
death (mortality) and the top 10 causes of death in the world according to the WHO.
Referring to the health profile of the city, the number of patients with AMI reached 1847
people in 2010 and increased to 2130 people in 2011 with AMI Patients generally experience
high anxiety associated with the disease. This study aims to determine the effect-Based
Nursing Intervention Integration with relaxation Islamist in AMI patients in the ICU. The
research design used in this study was a quasi-experiment with pre and post test design
approach, and repeated measures that provide treatment in the 2 groups: a group given
relaxation Islamist intervention and control groups. Treatment effect seen in the differences
in anxiety before and after the treatment. Gauges in this study is the Numerical Rating Scale
of Anxiety (NRSA) and 0-10 Pain Rating Scale. The results showed that the intervention was
able to reduce anxiety and pain in patients with AMI (p <0.05).

Keywords: acute Myocardial Infarction (AMI) ; anxiety ; pain ; relaxation

Abstrak
Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) dewasa ini menjadi salah satu penyebab
utama kematian (mortalitas) dan masuk 10 besar penyebab kematian di dunia menurut WHO.
Mengacu pada profil kesehatan Kota Semarang, jumlah penderita AMI mencapai 1847 orang
pada tahun 2010 dan meningkat menjadi 2130 orang pada tahun 2011. Pasien dengan AMI
umumnya mengalami kecemasan yang tinggi terkait dengan penyakit yang dideritanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Intervensi Berbasis Keperawatan
Integrasi dengan Relaksasi islami pada Pasien AMI di ICU. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment dengan pendekatan pre and postets
design, dan repeated measures yang memberikan perlakuan pada 2 kelompok yaitu
kelompok diberi intervensi relaksasi islami dan kelompok kontrol. Pengaruh perlakuan
dilihat pada perbedaan kecemasan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Alat ukur
dalam penelitian ini adalah Numerical Rating scale of Anxiety (NRSA) dan 0-10 Pain Rating

___________________________________________________________________________________
Intervensi Berbasis Keperawatan Integrasi dengan Relaksasi Islami 1017
LINK Vol. 11 No. 3 September 2015 ISSN 1829-5754

Scale. Hasil penelitian menunjukkan intervensi tersebut mampu menurunkan kecemasan


dan nyeri pada pasien AMI (p<0,05).

Kata kunci: akut miokardial infark (AMI) ; kecemasan ; nyeri ; relaksasi

1. Pendahuluan tinggi tampak pada penilaian awal


(rata-rata skor 7.1 dari skala 10). Pada
Penyakit Acute Myocardial kedatangan di CCU skor nyeri rata-rata
Infarction (AMI) menjadi salah satu
sudah turun namun 51% masih
penyebab utama mortalitas dan masuk
memiliki nyeri dada. Skor nyeri
10 besar penyebab kematian di dunia
menurun berturut-turut selama 12 jam
menurut WHO. Di Indonesia pada
pertama di CCU. Pada 24 jam setelah
tahun 2012 angka prevalensi penyakit
kedatangan, 20% masih memiliki
jantung yang di dalamnya termasuk
beberapa ketidaknyamanan dada
AMI mencapai 7,2% yang berarti
(Herlitz, 1986).
terdapat 720 penderita pada setiap
Pada ranah keperawatan
10.000 orang (Departemen Kesehatan RI,
terdapat metode relaksasi yang
2012). Di kota Semarang, jumlah
mengacu pada pendekatan spiritual
penderita AMI mencapai 1847 orang
berupa Intervensi berbasis keperawatan
pada tahun 2010 dan meningkat
integrasi dengan relaksasi islami yang
menjadi 2130 orang pada tahun 2011
merupakaan kombinasi dari deep
(Dinas Kesehatan Kota Semarang,
acceptance, self-hypnosis, tapping, dan
2012).
dzikr melalui hubungan interaktif
Pasien dengan AMI umumnya
antara perawat dan pasien kemudian
mengalami kecemasan yang tinggi
diberikan untuk memberikan hasil
terkait dengan penyakitnya. Tingginya
berupa penurunan kecemasan yang
kecemasan yang dirasakan pada pasien
dirasakan pasien dengan AMI
dengan AMI adalah fenomena
(Mardiyono, 2011).
universal sebagaimana terlihat dari
penelitian yang dilakukan di lima
negara dari beberapa benua yang
2. Metode
berbeda dalam waktu yang bersamaan. Metode penelitian ini adalah
Sampel diambil di Australia, Jepang quasi experiment dengan pendekatan pre
dan Korea Selatan yang terdapat di and post test design, dan repeated measures
benua Asia, Inggris yang terdapat di yang memberikan perlakuan kelompok
benua Eropa, serta United State of intervensi relaksasi islami dan
America (USA) yang berada di benua kelompok kontrol. Pengaruh perlakuan
Amerika (De Jong et al, 2004). Selain dilihat pada perbedaan kecemasan
mengalami kecemasan pasien AMI juga sebelum dan sesudah diberikan
mengalami nyeri. Nyeri pada pasien perlakuan. Alat ukur dalam penelitian
AMI yang umum dirasakan oleh para ini adalah Numerical Rating scale of
penderita adalah nyeri dada yang Anxiety (NRSA) dan 0-10 Pain Rating
terkadang menjalar kebagian lain Scale. Penelitian dilakukan di RSUD
sekitar dada. Nyeri timbul karena Kota Semarang dan RSUD Provinsi
penyempitan satu atau lebih pembuluh Jawa Tengah Adyatma pada bulan
arteri koronaria yang menyebabkan Desember 2013 Maret 2014.
iskemi dan infark serta mengakibatkan Menggunakan consecutive sampling
nekrosis otot jantung (Oman, 2008). yang memenuhi kriteria inklusi dan
Pada studi nyeri pasien dengan AMI eksklusi sebanyak 18 orang. Kriteria
(n=722) intensitas nyeri dada yang inklusi yaitu didiagnosis AMI, muslim,

___________________________________________________________________________________
1018 Angga Sugiarto, Anies, Hari Peni Julianti, Mardiyono
LINK Vol. 11 No. 3 September 2015 ISSN 1829-5754

serangan AMI pertama, mampu kontrol.


berkomunikasi verbal, menunjukkan Pada 24 jam setelah masuk ICU
adanya kecemasan skor minimal 3 dari rerata skor kecemasan responden
NRS-A. Data dianalisa menggunakan pengukuran 3 adalah 5,33 (simpangan
Wilcoxon dan Mann Whitney U-test. baku 0,707) dan skor kecemasan
pengukuran 4 mengalami perubahan
3. Hasil dan Pembahasan menjadi 5,22 (simpangan baku 0,833).
Hasil analisis diperoleh nilai
Hasil signifikansi 0,317 (p> 0,05), artinya
Pada Penurunan Kecemasan tidak ada penurunan yang bermakna
Responden sebelum dan setelah rerata skor kecemasan sebelum dan
Intervensi pada Kelompok Relaksasi, setelah dilakukan intervensi pada
dengan menggunakan uji statistik kelompok kontrol
wilcoxon rerata skor kecemasan Pada Penurunan Kecemasan
responden sebelum Intervensi pada 12 Responden sebelum dan setelah
jam setelah masuk ICU adalah 6,78 Intervensi antara Kelompok Relaksasi
(simpangan baku 0,667) dan setelah dan Kontrol dengan menggunakan uji
Intervensi rerata skor kecemasan statistik wilcoxon diketahui bahwa hasil
mengalami perubahan menjadi 5,67 analisis penurunan kecemasan pada 12
(simpangan baku 0,707). Hasil analisis jam setelah masuk ICU diperoleh nilai
diperoleh nilai signifikansi 0,008 (p< signifikansi 0,001 (p< 0,05), artinya ada
0,05), artinya ada penurunan yang penurunan rerata selisih skor
bermakna rerata skor kecemasan kecemasan yang bermakna antara
sebelum dan setelah dilakukan kelompok relaksasi dan kelompok
intervensi. kontrol. Sedangkan pada pengukuran
Pada 24 jam setelah masuk ICU 24 jam setelah masuk ICU diperoleh
skor kecemasan responden sebelum nilai signifikansi 0,001 (p< 0,05), artinya
Intervensi adalah 5,11 (simpangan baku ada penurunan rerata selisih skor
0,601) dan setelah Intervensi rerata kecemasan yang bermakna antara
skor kecemasan mengalami perubahan kelompok relaksasi dan kelompok
menjadi 3,78 (simpangan baku 0,833). kontrol.
Hasil analisis diperoleh nilai Penurunan nyeri responden
signifikansi 0,010 (p<0,05), artinya ada sebelum dan setelah Intervensi pada
penurunan yang bermakna rerata skor Kelompok relaksasi di dapatkan rerata
kecemasan sebelum dan setelah skor nyeri responden sebelum
dilakukan intervensi pada kelompok Intervensi pada 12 jam setelah masuk
relaksasi. ICU adalah 6,00 (simpangan baku
Tingkat kecemasan responden 0,500) dan setelah Intervensi rerata skor
sebelum dan setelah Intervensi pada nyeri mengalami perubahan menjadi
Kelompok kontrol di dapatkan rerata 5,00 (simpangan baku 0,707). Hasil
skor kecemasan responden kelompok analisis diperoleh nilai signifikansi
kontrol pada pengukuran 12 jam 0,007 (p<0,05), artinya ada penurunan
setelah masuk ICU pengukuran 1 dan 2 yang bermakna rerata skor nyeri
tidak mengalami perubahan yaitu pada sebelum dan setelah dilakukan
skor 6,56 (simpangan baku 0,527). intervensi.
Hasil analisis diperoleh nilai Pada 24 jam setelah masuk ICU
signifikansi 1,000 (p> 0,05), artinya rerata skor nyeri responden sebelum
tidak ada penurunan yang bermakna Intervensi adalah 4,56 (simpangan baku
rerata skor kecemasan pada 0,726) dan setelah Intervensi rerata
pengukuran 1 dan 2 pada kelompok skor nyeri mengalami perubahan

___________________________________________________________________________________
Intervensi Berbasis Keperawatan Integrasi dengan Relaksasi Islami 1019
LINK Vol. 11 No. 3 September 2015 ISSN 1829-5754

menjadi 3,67 (simpangan baku 0,866). selanjutnya mengendalikan dua sistem


Hasil analisis diperoleh nilai neuroendokrin, yaitu sistem saraf
signifikansi 0,005 (p<0,05), artinya ada simpatis dan sistem korteks adrenal.
penurunan yang bermakna rerata skor Sistem saraf simpatik berespon
nyeri sebelum dan setelah dilakukan terhadap impuls saraf dari hipotalamus
intervensi. yaitu dengan mengaktivasi berbagai
Tingkat nyeri responden organ dan otot polos yang berada di
sebelum dan setelah Intervensi pada bawah pengendaliannya. Sistem saraf
Kelompok kontrol menggunakan uji simpatis juga memberi sinyal ke
statistik Mann Whitney didapatkan medula adrenal untuk melepaskan
rerata skor nyeri responden kelompok epinefrin dan norepinefrin ke dalam
kontrol pada 12 jam setelah masuk ICU aliran darah. Sistem korteks adrenal
pengukuran 1 dan 2 tidak mengalami diaktivasi jika hipotalamus
perubahan yaitu pada skor 6,11 mensekresikan corticotropin releasing
(simpangan baku 0,928). Hasil analisis factor (CRF) yang bekerja pada kelenjar
diperoleh nilai signifikansi 1,000 hipofisis yang terletak tepat di bawah
(p>0,05), artinya tidak ada penurunan hipotalamus. Kelenjar hipofisis
yang bermakna rerata skor nyeri pada selanjutnya akan mensekresikan
pengukuran 1 dan 2. adrenocorticotropic hormon (ACTH)
Pada 24 jam setelah masuk ICU yang dibawa melalui aliran darah ke
rerata skor nyeri responden korteks adrenal. Hal tersebut
pengukuran tidak mengalami menstimulasi pelepasan sekelompok
perubahan yaitu pada skor 6,11 hormon, termasuk kortisol, yang
(simpangan baku 0,928). Hasil analisis meregulasi kadar gula darah. ACTH
diperoleh nilai signifikansi 1,000 (p> juga memberi sinyal ke kelenjar
0,05), artinya tidak ada penurunan yang endokrin lain untuk melepaskan sekitar
bermakna rerata skor nyeri pada 30 hormon. Efek kombinasi berbagai
pengukuran 3 dan 4 sebelum dan hormon stres yang dibawa melalui
setelah dilakukan intervensi aliran darah ditambah aktivitas neural
Penurunan Nyeri Responden cabang simpatik dari sistem saraf
sebelum dan setelah Intervensi antara otonomik berperan dalam respons fight
Kelompok Relaksasi dan Kontrol or flight (Corwin, 2009)
diketahui bahwa hasil analisis Proses relaksasi secara fisiologis
penurunan nyeri pada 12 jam setelah akan membalikkan efek stres yang
masuk ICU diperoleh nilai signifikansi melibatkan bagian parasimpatik dari
0,004 (p< 0,05), artinya ada penurunan sistem saraf pusat tersebut (Domin,
rerata selisih skor nyeri yang bermakna 2001). Relaksasi akan menghambat
antara kelompok relaksasi dan peningkatan saraf simpatik, sehingga
kelompok kontrol. hormon penyebab disregulasi tubuh
Pada 24 jam setelah masuk ICU dapat dikurangi jumlahnya. Sistem
diperoleh nilai signifikansi 0,000 (p< saraf parasimpatik yang memiliki
0,05), artinya ada penurunan rerata fungsi kerja berlawanan dengan saraf
selisih skor nyeri yang bermakna antara simpatik, akan memperlambat atau
kelompok relaksasi dan kelompok memperlemah kerja alat-alat internal
kontrol. tubuh. Sehingga terjadi penurunan
tanda-tanda vital seperti detak jantung,
Pembahasan irama nafas dan tekanan darah,
ketegangan otot, tingkat metabolisme,
Secara fisiologis situasi stres
dan produksi hormon penyebab stress.
yang dialami pasien dengan AMI akan
Seiring dengan penurunan tingkat
mengaktivasi hipotalamus yang

___________________________________________________________________________________
1020 Angga Sugiarto, Anies, Hari Peni Julianti, Mardiyono
LINK Vol. 11 No. 3 September 2015 ISSN 1829-5754

hormon penyebab stress, maka seluruh penerima, memiliki efek pada relaksasi
badan mulai berfungsi pada tingkat berbasis keperawatan integrasi dengan
lebih sehat dengan lebih banyak energi relaksasi Islami. Pada penelitian ini,
untuk penyembuhan (healing), transpersonal caring relationship
penguatan (restoration), dan peremajaan mengacu pada bagaimana perawat
(rejuvenation) (Domin, 2001). Hasil bereaksi terhadap pasien dengan AMI
penelitian diatas juga sejalan dengan dan bagaimana hal tersebut
penelitian sebelumnya yang dipengaruhi oleh self-ego dari
menyebutkan bahwa relaksasi Islami orang-orang, persepsi situasi, dan
yang diberikan selama kurang lebih 20 intersubjektivitas dari orang lain (Neil
menit mampu menurunkan kecemasan dan Tomey, 2006; Watson, 2001).
pada pasien AMI ketika diberikan pada Relaksasi berbasis keperawatan
awal masuk ICU (Mardiyono, 2011). integrasi dengan relaksasi Islami adalah
Pada Fenomena staganansi kombinasi dari caring, Spiritual
kecemasan sesuai dengan hasil Emotional Freedom Technique (SEFT)
penelitian sebelumnya yang yang terdiri dari caring, deep acceptance,
menunjukkan bahwa dalam studi self-hypnosis, tapping, dan Dzikr.
sebelumnya puncak kecemasan pada Prosedur dari Relaksasi Berbasis
pasien dengan AMI akan hadir selama keperawatan Integrasi dengan
12 jam setelah masuk ICU. Tingkat Relaksasi Islami terdiri dari empat
kecemasan tetap stabil dari 24 jam langkah yaitu setup, mendengarkan,
setelah masuk ICU dan meningkat penyadapan, dan dzikr. Relaksasi
setelah 60 jam ketika pasien mungkin mendapat respon dari
dipindahkan dari ICU ke bangsal ketenangan dan kesadaran. Hubungan
perawatan umum (An et al., 2004). yang baik pada awalnya dibuat ketika
Dengan begitu pada pasien AMI yang memberikan relaksasi tersebut
tidak mendapatkan terapi terkait (Mardiyono, 2011).
dengan kecemasannya maka Respon nyeri tidak lepas dari
kecemasan akan menetap secara peran reseptor nyeri atau disebut juga
sementara dan tidak mengalami dengan nosiseptor yang mencakup
penurunan pada rentang 24 hingga 60 ujung saraf bebas yang berspon
jam setelah masuk ke ruang ICU. terhadap berbagai stimulus termasuk
Hasil pengukuran diatas sesuai nyeri. Zat kimia yang menyebabkan
dengan konsep transpersonal caring nyeri adalah histamin, bradikinin,
relationship yang mencakup tiga serotonin, beberapa prostaglandin, ion
dimensi yaitu self, phenomenal field, kalium, dan ion hidrogen.
dan intersubjektivitas untuk Masing-masing zat tersebut tersebut
mendukung relaksasi holistik. tertimbun di tempat cidera sel, hipoksia,
Transpersonal caring relationship dapat atau kematian sel (Corwin, 2009). Hal
diterapkan ke dalam relaksasi holistik inilah yang terjadi pada pasien AMI
yang disusun dari relaksasi biologis, yang pada bagian myocardial terdapat
psikologis, dan spiritual (Dossey, infark.
Keegan, and Guzzeta, 2005). Self Berdasarkan bukti eksperi-
sebagai integrasi pikiran-tubuh-jiwa -mental menunjukkan bahwa
yang berharga dalam mempromosikan kemungkinan transmisi stimulus nyeri
keyakinan spiritual dan penerimaan dari medula spinalis ke otak dapat
yang mendalam dalam relaksasi dipengaruhi oleh neuron desenden
holistik. Intersubjektivitas adalah yang mencetuskan potensial aksi pada
hubungan manusia ke manusia yang sel medula spinalis. Input desenden spina
penting dimana pihak penyembuh dan dapat meningkatkan transmini stimulus

___________________________________________________________________________________
Intervensi Berbasis Keperawatan Integrasi dengan Relaksasi Islami 1021
LINK Vol. 11 No. 3 September 2015 ISSN 1829-5754

nyeri atau dapat mengurangi ketenangan berdasarkan kekuatan


kemungkinan bahwa stimulus spiritual pasien. Efek menenangkan
dipersepsikan sebagai nyeri. Jaras yang ditimbulkan oleh relaksasi ini
desenden ini dapat dioptimalkan mengubah fisiologi dominan sistem
sehingga mampu mempengaruhi simpatis menjadi dominan sistem
persepsi dan toleransi nyeri penderita parasimpatis. Menurut Oberg (2009),
dengan menekankan kemampuan jaras dalam keadaan ini, terjadi penurunan
desenden melalui teknik distraksi atau sekresi katekolamin dan kortisol,
relaksasi (Corwin, 2009). Prinsip ini sedangkan hormon parasimpatis serta
kemudian yang diadopsi untuk neurotransmiter seperti dehidroepan
menurunkan nyeri mengunakan drosterone (DHEA) dan dopamine
relaksasi Islami. mengalami peningkatan.
Penurunan nyeri pada pasien Kondisi relaks yang dihasilkan
AMI diatas selaras dengan penggunaan melalui proses relaksasi dapat
relaksasi Islami berupa SEFT yang memberikan pengaruh terhadap skala
pernah dilakukan oleh Hakam (2009) nyeri didasarkan pada teori Gate
dengan hasil penurunan nyeri pada Control (Ganong, 2002) yang
pasien yang diberikan terapi relaksasi menjelaskan bahwa nyeri yang terjadi
dikombinasikan dengan analgesik lebih pada seseorang akibat adanya rangsang
baik daripada pasien yang diberikan tertentu dapat diblok ketika terjadi
analgesik saja. Senada dengan interaksi antara stimulus nyeri dan
penelitian tersebut, hasil penelitian lain stimulus pada serabut yang
(Yuniarsih, 2014) menunjukkan mengirimkan sensasi tidak nyeri diblok
penurunan nyeri pada pasien yang pada sirkuit gerbang penghambat.
diberikan terapi SEFT. Penelitian lain Pemblokan ini dapat dilakukan melalui
(Sitepu, 2009) menerapkan terapi dzikr pengalihan perhatian ataupun dengan
selama 30 menit untuk menghilangkan tindakan relaksasi (Andersen et. al,
rasa sakit pasca operasi pada 6-8 jam 2005).
dan 24-30 jam pada pasien Muslim
dengan hasil penurunan yang 4. Simpulan dan Saran
signifikan antara sebelum dan sesudah
terapi (p<0,01). Simpulan
Fenomena staganansi nyeri Intervensi relaksasi Islami
sesuai dengan hasil penelitian mampu memberikan pengaruh
sebelumnya yang menunjukkan bahwa menurunkan kecemasan dan nyeri
dalam studi sebelumnya puncak nyeri pasien AMI yang dirawat di ruang ICU.
pada pasien dengan AMI akan hadir Hal tersebut tampak pada hasil analisis
selama 12 jam setelah masuk. Tingkat yang menunjukkan ada penurunan
nyeri tetap stabil dari 24 jam setelah skor kecemasan pre dan post intervensi
masuk dan meningkat setelah 60 jam pada 12 dan 24 jam setelah masuk ICU
ketika pasien dipindahkan dari ICU ke pada kelompok relaksasi, ada
bangsal umum (An et al., 2004). Dengan penurunan skor nyeri pre dan post
begitu pada pasien AMI yang tidak intervensi setelah masuk ICU kelompok
mendapatkan terapi terkait dengan relaksasi, tidak Ada penurunan skor
nyerinya maka nyeri akan menetap kecemasan pre dan post intervensi
secara sementara dan tidak mengalami setelah masuk ICU kelompok kontrol,
penurunan pada rentang 24 hingga 60 tidak Ada penurunan skor nyeri pre
jam setelah masuk ke ruang ICU. dan post intervensi setelah masuk ICU
Relaksasi Islami yang diberikan kelompok kontrol, ada beda penurunan
pada pasien AMI memberikan skor kecemasan pre dan post intervensi

___________________________________________________________________________________
1022 Angga Sugiarto, Anies, Hari Peni Julianti, Mardiyono
LINK Vol. 11 No. 3 September 2015 ISSN 1829-5754

setelah masuk ICU antara kelompok of autogenic training. Journal


intervensi dan kelompok kontrol, ada of Behavioral Medicine, 28 3.
beda penurunan skor nyeri pre dan 249-256.
post intervensi setelah masuk ICU Bassampour, S. S. 2006. The effect of
antara kelompok intervensi dan relaxation techniques on
kelompok kontrol. anxiety in patients with
Relaksasi Islami dapat diberikan myocardial infarction.
pada 12 jam setelah pasien masuk Atherosclerosis Supplements,
ruang ICU untuk dapat mendapatkan 73, 100-100.
hasil yang maksimal dalam proses Caine, R. M. 2003. Advanced practice.
penurunan kecemasan dan nyeri. Psychological influences in
Intervensi juga sebaiknya dilanjutkan critical care: perspectives from
dengan perlakuan yang sama pada titik psychoneuroimmunology.
waktu 24 jam setelah pasien masuk Critical Care Nurse, 232, 60.
ruang ICU. Corwin, E. J. 2009. Buku Saku
Patofisiologi, Jakarta : EGC
Saran De Jong, M. J., Chung, M. L., Roser, L.
P., Jensen, L. A., Kelso, L. A.,
Relaksasi Islami hendaknya Dracup, K., et al. 2004. A five
dapat digunakan sebagai country comparison of anxiety
penatalaksanaan non medikamentosa early after acute myocardial
psikososial pada pasien AMI yang infarction. European Journal of
dirawat di ruang ICU yang sedang Cardio-vascular Nursing, 32,
menghadapi perubahan fisik dan psikis 129-134.
terkait dengan penyakit yang Departemen Kesehatan Republik
dideritanya. Penerapan dalam tataran Indonesia. 2009. Profil
klinis dapat menjadi pelengkap terapi Kesehatan Indonesia 2008.
sebagai pendukung proses http://www.depkes.go.id/do
penyembuhan dan pemulihan secara wnloads/publikasi/Profil%20
fisik dan psikologis utamanya pada Kesehatan%20Indonesia%2020
kecemasan dan nyeri pasien AMI. 08.pdf. [Diakses 19 September
Penelitian lanjutan dapat dilakukan 2013].
dengan meneliti lamanya efektifitas Dinas Kesehatan Kota Semarang,
dari teknik relaksasi ini pada pasien. http://dinkeskotasemarang.fil
es.wordpress.com/012/07/pro
5. Daftar Pustaka fil-kesehatan-kota-semarang-20
An, K., De Jong, M. J., Riegel, B. J., 11.pdf] [Diakses 19 September
McKinley, S., Garvin, B. J., 2013]
Doering, L. V., et al. 2004. A Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
cross-sectional examination of http://www.dinkesjatengprov.
changes in anxiety early after go.id/dokumen/profil/profil2
acute myocardial infarction. 011/BAB%20I-VI%202011a.pdf
Heart & Lung: The Journal of [diakses 19 September 2013]
Acute and Critical Care, 332, Domin, V. 2001. Relaxation-How Good
75-82. Are You at Relaxing?
Andersen, Mark B and Sutherland, www.hypnosisupdate.com
Georgina and Morris, Tony. Frazier, S. K., Moser, D. K., O'Brien, J. L.,
2005. Relaxation and Garvin, B. J., An, K., and
health-related quality of life in Macko, M. 2002. Management
multiple sclerosis: the example of anxiety after acute

___________________________________________________________________________________
Intervensi Berbasis Keperawatan Integrasi dengan Relaksasi Islami 1023
LINK Vol. 11 No. 3 September 2015 ISSN 1829-5754

myocardial infarction. Heart & book of Pain (4 th ed).


Lung: The Journal of Acute Churchill Livingstone:
and Critical Care, 31, 411-420. Harcourt Publishers.
Grachev I D, Fredickson BE, Apkarian Moser, D. K. 2007. "The rust of life":
AV. 2001. Dissociating anxiety impact of anxiety on cardiac
from pain: mapping the patients. American Journal of
neuronal marker N-acetyl Critical Care, 16, 361-369.
aspartate to perception Moser, D. K., Chung, M. L., McKinley,
distinguishes closely S., Riegel, B., An, K.,
interrelated characteristics of Cherrington, C. C., et al. 2003a.
chronic pain. Mol Psychiatry Critical care nursing practice
6:256260. regarding patient anxiety
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari assessment & management.
terjemahan, jilid 11, Pustaka Intensive & Criti-cal Care
Azzam : Jakarta Nursing, 19, 276-288
Kim, K. A., Moser, D. K., Garvin, B. J., Oman, K.S. 2008. Panduan Belajar
Riegel, B. J., Doering, L. V., Keperawatan Emergensi, EGC :
Jadack, R. A., et al. 2000. Jakarta
Differences between men and Oberg, E. 2009. Mind-Body Techniques
women in anxiety early after to reduce Hypertensions
acute myocardial infarction. Chronic Effects, Integrative
American Journal of Critical Medicine, Vol 8, No 5,
Care, 94, 245-253. Purnama, Y, Memupuk rasa takut
Mardiyono, M., Angraini, M. D., dan kepada Allah. muslim.or.id/
Sulistyowati, D. I. D. 2009. aqidah/memupuk-rasa-takut-
Pengaruh terapi dzikir kepada-allah.html [diakses
terhadap penurunan tanggal 19 September 2013]
kecemasan pasien bedah Rhudy JL, Meagher MW. 2000. Fear and
mayor. Jurnal Keperawatan anxiety: divergent effects on
Profesional Indonesia, 21, human pain thresholds. Pain
45-56. 84:6575
Mardiyono, Songwathana P, Shives, L. R. 2005. Basic concepts of
Petpichetchian W. 2011a. The psychiatric-mental nursing 6th
Effects of the Nursing-Based ed. Philadelphia: J. B.
Intervention Integrating Lippincott Company.
Islamic Relaxation on Anxiety Sitepu, N. 2009. Effect of Zikr
and Percieved Control in Medi-tation on Post Operative
indonesian Patients with Acute Pain Among Muslim, Prince of
Myocardial Infarction Song-kla University
Admitted in ICCU, Prince of Knowledge Bank
Songkla University Knowledge Sorensens. 1993. Medical Surgical
Bank Nursing. Philadelphia: W.B.
McKinley, S., Nagy, S., Stein-Parbury, J., Saunders Company
Bramwell, M., and Hudson, J. Spielberger, C. D., Gorsuch, R. L.,
2002. Vulnerability and Lushene, P. R., Vaag, P. R., and
security in seriously ill patients Jacobs, G. A. 1983. Manual for
in intensive care. Intensive and the State-Trait Anxiety
Critical Care Nursing, 18, Inventory Form Y. Palo Alto,
27-36. Canada: Consulting
Melzack, R., and Wall, P. D. 1999. Text Psycologist Press, Inc..

___________________________________________________________________________________
1024 Angga Sugiarto, Anies, Hari Peni Julianti, Mardiyono
LINK Vol. 11 No. 3 September 2015 ISSN 1829-5754

Suls J, Wan CK. 1989. Effect of sensory trans-theoretical discourse for


and procedural information on nursing knowledge
coping with stressful medical develop-ment. Journal of
0procedures and pain: a Advanced Nursing, 375,
meta-analysis. J Consult C lin 452-461.
Psychol 57:372379 World Health Organization. 2011. The
Van den Hout JH, Vlaeyen JW, Houben Top Ten Causes of Death.
RM, Soeters AP, Peters ML. Diunduh dari:
2001. The effects of failure http://www.who.int/mediacentre/fact
feedback and pain-related fear sheets/fs310/en/ [Diakses 19
on pain report, pain tolerance, September 2013]
and pain avoidance in chronic Yuniarsih, S.M. 2014. Perbandingan
low back pain patients. Pain Intervensi Spiritual Dan
92:247257 Spiritual Emotional Freedom
Watson, J. 2001. Jean Watson: Theory of Technique Seft Terhadap
Human Caring. In M. E. Parker Penurunan Inten-sitas Nyeri
Ed., Nursing theories and Dan Kecemasan Ibu Bersalin
nursing practice pp. 343-354. Kala I Di Puskesmas Poned
Philadelphia: F. A. Davis. Kota Pekalongan. http://
Watson, J., and Smith, M. C. 2002. pustaka.unpad.ac.id/archives/
Caring science and the science 130040/ [Diakses 16 Mei 2014]
of unitary human beings: a

___________________________________________________________________________________
Intervensi Berbasis Keperawatan Integrasi dengan Relaksasi Islami 1025

You might also like