Professional Documents
Culture Documents
Full Paper
EVALUASI KONDISI TERUMBU KARANG DI TELUK KULISUSU
MUNA SULAWESI TENGGARA
Abstract
The objective of this research was to know the condition of coral reef in Kulisusu Bay of
Muna. Field observation with scuba diving apparatus was done in February 29 th, 2000
located in 3 stations and within the depth of 3 to 10 m. Line intercept transect method was
used along 100 m of plastic rope. The data of coral reef were analysed by using dBase III +
and Lifeform packet program. The result showed that coral reef condition in two stations
were generally in good condition. Fair condition was observed only in station I. The life coral
reef was dominated by hard coral Acropora, namely Acropora branching, Acropora
Encrusting, Acropora Submassif, Acropora digitate, and Acropora tabulate. While non
Acropora namely coral branching, coral encrusting, coral foliose, and coral massive,
Milepora and Heliopora were found acrros the coral reef. On the other hand the most
abudance benthic fauna were mainly dominated by sponge and soft coral.
*)
Peneliti pada Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros 90512, Sulawesi
Selatan
)
Penulis untuk korespondensi: E-mail : litkanta @ indosat. net.id
Gambar 1. Peta lokasi sampling dan stasiun penyelaman di Teluk Kulisusu. Stasiun
penyelaman (S1, S2, S3) ditandai bulatan hitam ()
Tabel 2. Posisi geografis dan persentase tutupan fauna bentik di masing-masing stasiun
pada kedalaman 3 dan 10 m di Teluk Kulisusu Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara
Presentase tutupan (%)
Stasiun Kedala
Biotic Abiotic
penyela- Posisi -man Kriteria
Karang Karang Biota Pecahan
man (m) Alga Pasir
hidup mati lain karang
api/Milepora (CME), dan karang jauh lebih baik dengan kondisi terumbu
biru/Heliopora (CHL). Karang submasif karang di perairan Hila dan Morela.
dan karang jamur hanya dijumpai di Pulau Ambon, yang dikategorikan rusak
stasiun I kedalaman 10 m. Hal ini berat dengan persentase tutupannya
disebabkan pada kedalaman 3-9 m di masing-masing 23,3% dan 5% (Syam &
stasiun I, bentuk kemiringan terumbu Edrus, 1996). Di Pulau Pari Kepulauan
karang sekitar 60o, sedangkan pada Seribu Teluk Jakarta, kondisi terumbu
kedalaman 10 m ke bawah bentuk karangnya juga dalam kondisi rusak
landai sampai kedalaman 16 m dan berat dengan persentase tutupannya
berpasir. Menurut Sukarno (1995) 16,4% (Suharyanto, 1996). Selanjutnya
karang sub masif dan karang jamur di perairan pulau-pulau kecil di sekitar
banyak dijumpai pada daerah yang Pulau Enggano, Bengkulu terumbu
berpasir putih. karangnya juga mengalami kerusakan
berat dengan persentase tutupannya
Hampir semua jenis biota yang 16,6% (Gianto, 1997), dan di Sulawesi
termasuk dalam fauna bentik lain Selatan di perairan Teluk Pare-pare
dijumpai di setiap stasiun pada kondisinya lebih buruk yakni dalam
kedalaman 3 dan 10 m. Sebagai contoh kondisi rusak berat dengan persentase
Sponge (SP) dan Karang lunak (SC) tutupan 0%, serta di perairan Teluk
selalu dijumpai dan mendominasi di Awerange dalam kondisi buruk dengan
setiap stasiun terutama di stasiun II dan persentase tutupannya 24,2%
III, pada kedalaman 3 m maupun (Suharyanto & Utojo, 2004). Dari data di
kedalaman 10 m dengan persentase atas, maka perairan Teluk Kulisusu
tutupannya masing-masing 11,7%, terumbu karangnya termasuk lengkap,
12,4%, 25,6%, dan 25,5%. Persentase karena pada setiap stasiun pada masing-
tutupan sponge pada perairan Teluk masing kedalaman (3 m dan 10 m)
Kulisusu masih jauh lebih baik jika selalu dijumpai jenis-jenis fauna
dibandingkan dengan persentase bentik yang mendukung suburnya
tutupan sponge di perairan Pulau pertumbuhan terumbu karang dan juga
Barranglompo Sulawesi Selatan yang ditunjang oleh kesuburan perairan
hanya 4,5% (Suharyanto et al., 1997). tersebut.
Demikian juga dengan karang lunak,
walaupun persentase tutupannya di Kualitas air
bawah 10%, namun keberadaannya Hasil pengamatan kualitas air pada
selalu dijumpai di setiap stasiun dan masing-masing stasiun dan kedalaman
masih cukup baik. Jenis Zoantida (ZO) tersaji pada Tabel 4. Kondisi habitat
dan lain-lain (OT) dari jenis Ascidian, perairan Teluk Kulisusu masih dalam
Anemon laut, Gorgonian juga selalu kisaran yang layak untuk kehidupan
dijumpai di setiap stasiun, walaupun terumbu karang, karena sebagian besar
persentase tutupannya di bawah 5% karang termasuk plankton feeder, maka
(Tabel 3). perlu kualitas dan kesuburan perairan
yang ideal untuk menunjang
Data di atas menunjukkan bahwa kehidupannya.
kondisi terumbu karang di Perairan
Teluk Kulisusu Sulawesi Tenggara, Hasil pengukuran oksigen terlarut di
masih jauh lebih baik jika dibandingkan ketiga stasiun masing-masing adalah
dengan kondisi terumbu karang di 5,5 ppm, 5,4 ppm, dan 5,2 ppm.
perairan sebelah timur Pulau Kecepatan arus di stasiun I, II dan III
Barranglompo, Sulawesi Selatan yang yang diukur pada saat penyelaman
dikategorikan dalam kondisi buruk adalah 1,5 cm/dt, 2,2 cm/dt, dan 2,6
dengan persentase tutupan 19,1% cm/dt. Kecerahan air pada stasiun I, II,
(Suharyanto et al., 1997). Juga masih dan III masing-masing adalah 100%
artinya sinar matahari dapat menembus
Tabel 3. Tutupan fauna benthik (%) pada garis transek di setiap stasiun pengamatan di
Teluk Kulisusu Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara pada kedalaman 3 dan 10 m
Stasiun / Kedalaman (m)
Jenis Fauna bentik Kode I II III
3 10 3 10 3 10
Karang keras/Hard coral
Acropora
- Becabang/Branching ACB 5,3 4,2 4,5 6,5 6,6 7,7
- Kerak/Encrusting ACE 6,3 0 9,5 4,5 5,4 6,8
- Submasif/Submassive ACS 4,4 5,6 4,5 0 6,6 2,1
- Menjari/Digitate ACD 0 5.3 6.8 9.5 4,8 6,0
- Meja/Tabulate ACT 4,3 6,3 13,5 6,8 6,6 7,6
Bukan Acropora/Nonacropora
- Bercabang/ Branching CB 0 4,3 6,8 7,2 3,4 5,0
- Kerak/Encrusting CE 5,6 0 25,0 14,6 13,1 8,4
- Bentuk daun/Foliose CF 4,3 4,2 6,8 2,3 3,8 4,6
- Masif/Massive CM 8,4 0 2,3 6,8 2,5 3,4
- Submasif/Submassive CS 0 4,4 0 0 0 0
- Jamur/Mushroom CMR 0 7,4 0 0 0 0
- Karang api/Milepora CME 4,2 0 6,8 4,5 3,8 3,7
- Karang biru/ Heliopora CHL 4,2 4,3 0 2,8 3,4 4,5
47,0 45,8 63,5 65,8 56,2 59,9
Dead Scleractinia
-Karang mati/ Dead coral DC 16,2 15,2 0 0 0 0
-Dengan alga/ With algal DCA 0 0 0 0 0 0
covering
Fauna Lain/ Other fauna
- Karang lunak/Soft coral SC 6,3 7,4 13,6 8,6 10,2 9,4
- Spons/Sponge SP 8,6 9,6 11,7 12,4 25,6 25,5
- Zoantida/ Zoantids ZO 2,2 1,3 2,2 3,6 5,6 1,8
- Lain-lainOthers OT 1,8 1,7 2,0 2,4 2,9 2,4
18,9 20,6 29,5 27,0 43,3 40,1
Algae
- Alga campuran/Assemblage AA 0 0 0 0 0 0
- Alga koralin/Coraline algae CA 0 0 0 0 0 0
- Halimeda/Halimeda HA 0 0 1,5 2,6 0 0
- Alga makro/Macro algae MA 0 1,6 1,6 1,9 0,3 0
- Alga turf/Turf algae TA 4,2 2,2 3,9 1,7 0,2 0
4,2 3,8 7,0 7,2 0,5 0
Abiotik/Abiotik
- Pasir/Sand S 6,5 6,6 0 0 0 0
- Pecahan karang/Ruble R 8,1 10,0 0 0 0 0
- Lumpur/Silt SI 0 0 0 0 0 0
- Air/Water WA 0 0 0 0 0 0
- Karang batu/Rock RCK 0 0 0 0 0 0
14,6 16,6 0 0 0 0
Copyright2008, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
248 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 242-250 ISSN: 0853-6384
Barnes, R.D. 1990. Invertebrate Reid, G.K. 1961. Ecology of Inland water
zoology. Fourth Ed. Holt-saunders estuaries. Rein hald published Co.
International Edition Brown, J.H. New York. 375 p
1989. Antibiotics their use and
abuse in aquaculture. Aquaculture Schmittou, H.R. 1991. Budidaya
keramba: Suatu metode produksi