Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Desrainy Inhardini Gunadiputri
11-2013 - 136
IDENTITAS PASIEN
Nama: Ny. N Jenis Kelamin: Perempuan
Umur: 39 tahun Suku Bangsa: Jawa
Status Perkawinan: Menikah Agama: Islam
Pekerjaan: Buruh pabrik Pendidikan: SD
Alamat: Ternadi, Dawe, Kudus Tanggal masuk RS: 23 Juni 2014
I. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Pusing
Os pusing hilang timbul sejak sekitar satu tahun yang lalu. Pusing dirasakan seperti
berputar dan terutama dicetuskan karena perubahan posisi tubuh seperti misalnya saat
baru bangun dari posisi tidur. Pusing terjadi hampir setiap hari. Saat pusing, Os
merasakan ketidakseimbangan sehingga ingin jatuh, tapi masih bisa berdiri dan
berjalan. Mual dan muntah disangkal. Keluhan pada telinga disangkal. Riwayat
trauma kepala disangkal.
Os juga mengeluh jantungnya sering berdebar sejak 5 bulan lalu. Keluhan disertai
sulit tidur, sering gemetar, sering kepanasan dan lebih suka udara dingin, sering
berkeringat, dan sering gugup. Os merasa lehernya membesar sejak 4 bulan lalu, tidak
nyeri dan tidak mengganggu kegiatan.Berat badan Os turun dari 62 kg menjadi 58 kg
dalam sebulan terakhir.Os juga mengeluh pengelihatannya seperti berbayang sejak 1
bulan lalu. Keluhan tidak disertai sakit dada dan sesak. BAB dan BAK normal.
Kurang
Pemeriksaan Umum
Kepala
Normocephal, tidak terdapat benjolan maupun lesi, distribusi rambut merata, warna
hitam, rambut tidak mudah dicabut.
Mata
Pupil isokor diameter 3 mm, refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak
langsung (+/+), konjungiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-
/-), mata cekung (-/-), exophtalmus (-/-), diplopia (+), kelopak mata tertinggal (-/-),
jarang berkedip (+), Moebius sign (+), Stellwags sign (-), tremor palpebra (-).
Hidung
Pernafasan cuping hidung (-), deviasi septum (-), sekret (-), epistaksis(-), nyeri tekan
sinus paranasal (-)
Telinga
Mulut
Simetris, bibir sianosis (-),oral hygiene baik, T1 T1 tenang, faring hiperemis (-)
Leher
Pembesaran KGB (-), trakea di tengah, tiroid tampak membesar, simetris kanan-kiri,
batas tidak tegas, permukaan rata, tidak nyeri tekan, konsistensi kenyal, ukuran sekitar
18 cm, tidak terdengar bruit, JVP 5-2 cm H2O.
Thoraks
Inspeksi: Bentuk toraks normal, pergerakan dinding dada simetris saat statis dan
dinamis, tipe pernapasan abdominotorakal, retraksi sela iga (-), spider naevi (-), tidak
ada benjolan
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Superior Inferior
Sianosis -/- -/-
Edema -/- -/-
Akral hangat +/+ +/+
Clubbing finger -/- -/-
Palmar eritem -/- -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Darah rutin
Imunoserologi
IV. PROBLEM
V. PEMBAHASAN
Vertigo merupakan suatu sensasi berputar, pasien merasa bahwa dia ataupun
lingkungannya berputar. Seringkali vertigo terjadi dengan seketika, kadang-kadang,
dan ketika berat umumnya dibarengi dengan mual, muntah, dan jalan yang terhuyung-
huyung. Vertigo merupakan tipe dizziness yang paling banyak ditemukan pada
perawatan primer sebanyak 54%. Di perawatan primer jenis vertigonya 93% benign
paroxysmal positional vertigo (BPPV), neuronitis vestibular akut, atau penyakit
Meniere. Penyebab lain adalah obat-obatan, antidepresan, antihipertensi, barbiturat,
kokain, diuretik, nitrogliserin, kuinin, salisilat, penyakit serebrovaskular, migrain,
labirinitis akut, multipel sklerosis, dan neoplasma intrakranial. Penyebab vertigo bisa
perifer, atau sentral.1
Tabel 1. Karakteristik yang Membedakan Vertigo Perifer atau Sentral1
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang sesuai bergantung pada tanda dan gejala yang
ditemukan. Dapat dilakukan pemeriksaan hitung darah lengkap dan analisis elektrolit
termasuk kadar glukosa, nitrogen urea darah dan kreatinin. Anemia dapat
menyebabkan pusing melayang presinkop. Gagal ginjal, hiperglikemia dan
hipoglikemia juga dikaitkan dengan vertigo.
MRI atau CT dapat diindikasikan jika terdapat vertigo yang berlangsung lama atau
tanda neurologis tambahan. Dokter sebaiknya mencari bukti adanya tumor atau
perdarahan ke dalam serebelum, batang otak atau labirin.
Etiologi
Pada vertigo tipe sentral, etiologi umumnya adalah gangguan vaskuler. Sedangkan
pada vertigo tipe perifer, etiologinya idiopatik. Biasanya vertigo jenis perifer
berhubungan dengan manifestasi patologis di telinga.
Idiopatik 49%
Trauma 18%
Labirintitis viral 15%
Sindrom meniere 2%
Pascaoperasi telinga 2%
Pascaoperasi nontelinga 2%
Ototoksisitas 2%
Otitis sifilitika 1%
Lainnya 3%
Patofisiologi
BPPV biasanya disebabkan oleh otoconia yang melepaskan diri dari utrikulus dan
jatuh ke dalam kanalis semisirkularis posterior. Schuknecht adalah orang pertama
yang menunjukkan bahwa deposit basofilik pada kupula dari kanalis semisirkularis
posterior adalah penyebab BPPV dan menggambarkan bahwa timbunan ini
menggambarkan kristal kalsium karbonat dari otolit utrikulus yang jatuh ke dalam
ampula sebagai hasil degenerasi, komosio labirinthus atau labirintitis.10 Namun,
penelitian lebih lanjut dan pengamatan intraoperatif menunjukkan bahwa mereka
cenderung mengambang bebas di kanalis semisirkularis posterior di mana mereka
bertindak sebagai pendorong, menyebabkan kanalis semisirkularis menjadi sensitif
terhadap gravitasi. BPPV biasanya idiopatik, tetapi dapat terjadi setelah trauma kepala
atau berhubungan dengan gangguan telinga lain seperti neuritis vestibular atau
labirintitis. Posisi tertentu cenderung memicu vertigo, misalnya berbaring di tempat
tidur, bangun dengan cepat, mencari barang, atau berbaring untuk perawatan gigi atau
penataan rambut.5
Penatalaksanaan
Prognosis
Prognosis BPPV sangat bervariasi. Setelah sekali terapi manuver, sekitar 70% pasien
tidak lagi memiliki keluhan. Sedangkan 30% sisanya memerlukan ulangan terapi
manuver untuk kesembuhan yang sempurna.
Angka kekambuhan cukup tinggi. Dalam periode 2 tahun setelah terapi manuver,
sekitar 20% kembali dengan keluhan verrigo. Dalam periode 8 tahun, angka
kekambuhan mencapai 55%. Hanya kasus yang sangat langka yang membutuhkan
terapi operatif.7
HIPERTIROID
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam
sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid
yang hiperaktif. Dengan kata lain hipertiroid terjadi karena adanya peningkatan
hormon tiroid dalam darah dan biasanya berkaitan dengan keadaan klinis
tirotoksikosis.8
Etiologi
Patofisiologi
Pada penyakit graves, limfosit T didensitisasi terhadap antigen dalam kelenjar tiroid
dan merangsang limfosit B untuk mensintesa antibodi terhadap antigen-antigen ini.
Satu dari antibodi ditunjukan terhadap tempat reseptor TSH pada membran sel tiroid
dan mempunyai kemampuan untuk merangsang sel tiroid dalam peningkatan
pertumbuhan dan fungsi. Adanya antibodi dalam darah berkorelasi positif dengan
penyakit aktif dan kekambuhan penyakit. Ada predisposisi genetik yang mendasari,
namun tidak jelas apa yang mencetus episode akut ini. Beberapa faktor yang
mendorong respon imun pada penyakit graves ialah8,10:
1. Kehamilan.
2. Kelebihan iodida, khusus di daerah defisiensi iodida. Dimana kekurangan
iodida dapat menutupi penyakit Graves laten pada saat pemeriksaan.
3. Infeksi bakterial atau viral. Diduga stres dapat mencetus suatu episode
penyakit Graves, tapi tidak ada bukti yang mendukung.
Manifestasi Klinis
Pada individu yang lebih muda manifestasi yang umum termasuk palpitasi,
kegelisahan, mudah lelah dan diare, banyak keringat, tidak tahan panas, dan senang
dingin. Sering terjadi penurunan berat badan jelas, tanpa penurunan nafsu makan.
Pembesaran tiroid, tanda-tanda tirotoksikosis pada mata, dan takikardi ringan
umumnya terjadi. Kelemahan otot dan berkurangnya massa otot dapat sangat berat
sehingga pasien tidak dapat berdiri dari kursi tanpa bantuan. Pada anak-anak terdapat
pertumbuhan cepat dengan pematangan tulang yang lebih cepat. Pada pasien diatas 60
tahun, manifestasi kardiovaskuler dan miopati sering lebih menonjol. Keluhan yang
paling menonjol adalah palpitasi, dispneu d`effort, tremor, nervous dan penurunan
berat badan.8,10,11
Penderita hipertiroidisme memiliki bola mata yang menonjol yang disebut dengan
eksoftalmus, yang disebabkan oleh edema daerah retro-orbita dan degenerasi otot-otot
ekstraokuli. Penyebabnya juga diduga akibat proses autoimun. Eksoftalmus berat
dapat menyebabkan teregangnya N. Optikus sehingga penglihatan akan rusak.
Eksoftalmus sering menyebabkan mata tidak bisa menutup sempurna sehingga
permukaan epithel menjadi kering dan sering terinfeksi dan menimbulkan ulkus
kornea.12
Hipertiroidisme pada usia lanjut memerlukan perhatian khusus sebab gejala dan tanda
sistem kardiovaskular sangat menonjol dan kadang-kadang berdiri sendiri. Pada
beberapa kasus ditemukan payah jantung, sedangkan tanda-tanda kelainan tiroid
sebagai penyebab hanya sedikit. Payah jantung yang tidak dapat diterangkan pada
umur pertengahan harus dipikirkan hipertiroidisme, terutama bila ditemukan juga
curah jantung yang tinggi atau atrium fibrilasi yang tidak dapat diterangkan. Pada usia
lanjut ada baiknya dilakukan pemeriksaan rutin secara berkala kadar tiroksin dalam
darah untuk mendapatkan hipertiroidisme dengan gejala klinik justru kebalikan dari
gejala-gejala klasik seperti pasien tampak tenang, apatis, depresi dan struma yang
kecil.8,10,11
Diagnosis
Sebagian besar pasien memberikan gejala klinis yang jelas, tetapi pemeriksaan
laboratorium tetap perlu untuk menguatkan diagnosis. Pada kasus-kasus subklinis dan
pasien usia lanjut perlu pemeriksaan laboratorium yang cermat untuk membantu
menetapkan diagnosis hipertiroidisme. Diagnosis pada wanita hamil agak sulit karena
perubahan fisiologis pada kehamilan seperti pembesaran tiroid serta manifestasi
hipermetabolik, sama seperti tirotoksikosis. Menurut Bayer MF, pada pasien
hipertiroidisme akan didapatkan Thyroid Stimulating Hormon Sensitive (TSHs) tak
terukur atau jelas subnormal dan Free T4 (FT4) meningkat.
Indeks Wayne
No Gejala Yang Baru Timbul Dan Atau Bertambah Berat Nilai
1 Sesak saat kerja +1
2 Berdebar +2
3 Kelelahan +2
4 Suka udara panas -5
5 Suka udara dingin +5
6 Keringat berlebihan +3
7 Gugup +2
8 Nafsu makan naik +3
9 Nafsu makan turun -3
10 Berat badan naik -3
11 Berat badan turun +3
Penatalaksanaan
1. Obat anti tiroid (OAT) adalah kelompok derivat tiomidazol (CBZ 5 mg, MTZ,
metimazol atau tiamazol 5, 10, 3 mg) dan derivat tiourasil (PTU propiltiourasil
50,100 mg). PTU dosis awal 300-600 mg/hari, dosis maksimal 2000mg/hari.
Metimazol dosis awal 20-30 mg/hari.9,12
Indikasi :
Komplikasi
Prognosis
Dubia ad bonam.
Mortalitas krisis tiroid dengan pengobatan adekuat = 10-15%.9
HIPERTRIGISERIDEMIA
Pilihan terapi untuk dislipidemia adalah perubahan gaya hidup yang diikuti dengan
medikamentosa. Namun demikian, perubahan diet dan latihan jasmani saja tidak
cukup berhasil mencapai target. Oleh karena itu disarankan untuk memberiksan obat
berbarengan dengan perubahan gaya hidup. Fenofibrat secara khusus digunakan untuk
menurunkan trigliserida dan meningkatkan kolesterol HDL, telah menunjukkan
perbaikan profil lipid yang sangat efektif dan mengurangi resiko
kardiovaskular.Fenofibrat juga dapat menurunkan konsentrasi fibrinogen.Kombinasi
fenofibrat dan statin memperbaiki konsentrasi trigliserida, kolesterol HDL dan LDL.
Apabila konsentrasi trigliserida 500 mg/dl, maka target terapi pertama adalah
penurunan trigliserida untuk mencegah timbulnya pankreatitis akut. Pada konsentrasi
trigliserida < 500 mg/dl, terapi kombinasi untuk menurunkan trigliserida dan
kolesterol LDL dapat digunakan.16
RINGKASAN
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan pusing berputar yang terutama
dicetuskan oleh perubahan posisi. Ini mengaacu pada BPPV (Benign Paroxysmal
Position Vertigo) yang merupakan vertigo sentral. Pasien juga mengeluh sering
berdebar, sulit tidur, sering gemetar, sering kepanasan dan lebih suka udara dingin,
sering berkeringat, sering gugup. Leher pasien juga membesar (terdapat struma
diffusa) dan terdapat tanda-tanda ophtalmopati. Dari hasil laboratorium
didapatkanFree T4 34.55 pmol/L dan TSHs <0.005 uIU/mL sehingga mengarah pada
hipertiroid akibat Graves disease. Selain itu didapatkan Trigliserid 239 mg/dl yang
berarti pasien menderita hipertrigliseridemia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Probosuseno, Husni NA, Rochmah W. Dizziness pada lanjut usia. Dalam: Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta:
Interna Publishing; 2009:827-9.
2. Davey P. At a glace medicine. Jakarta: Erlangga; 2006: 92-3.
3. Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL.
Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volume 1. Edisi 13. Jakarta: EGC;
1999: 117.
4. Schwartz MW, editor. Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2005: 286-9.
5. Weber PC. Vertigo and disequilibrium: a practical guide to diagnosis and
management. New York: Thieme Medical Publisher; 2008: 69.
6. Bashiruddin J. Vertigo posisional paroksismal jinak. Dalam: Soepardi EA,
Iskandar N, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala
leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007: 104-109.
7. Anniko M, Sprekelsen MB, Bonkowsky V, Bradley PJ, Iurato S.
Otorhinolaryngology, head & neck surgery. Berlin: Springer; 2010: 144.
8. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam edisi 13. Jakarta EGC 2000;5:2144-
2151.
9. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Panduan Pelayanan
Medik. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.
10. Shahab A. Penyakit Graves (struma diffusa toksik) diagnosis dan
penatalaksanaannya. Bullletin PIKI4 : seri endokrinologi-metabolisme. 2002:9-18.
11. Chew SC, Leslie D. Clinical endocrinology and diabetes. Churchill Livingstone
Elseiver 2006:8.
12. Moeljanto RD. Kelenjar tiroid, hipotiroidisme, dan hipertiroidisme. Dalam: Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Edisi 5. Jakarta:
Interna Publishing; 2009:1993-2008.
13. Kalra S, Khandelwal SK, Goyal A. Clinical scoring scales in thyroidology: A
compendium. Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3169861/ pada tanggal 2 Juli
2014.
14. SA, Price. Patofiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2006.
15. Kurniawan LB, Aprianti S, Bahrun U, Pakasi RDN. Hipertrigliseridemia sangat
berat pada penderita diabates melitus tipe 2. Diunduh dari
http://www.kalbemed.com/Portals/6/11_207Laporan%20Kasus%20Hipertrigliseri
demia%20Berat%20Penderita%20DM.pdf pada tanggal 2 Juli 2014.
16. Soegondo S, Purnamasari D. Sindrom metabolik. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S,
editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing;
2009:1865-72.
1 Probosuseno, Husni NA, Rochmah W. Dizziness pada lanjut usia. Dalam: Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Interna
Publishing; 2009:827-9.
2 Davey P. At a glace medicine. Jakarta: Erlangga; 2006: 92-3.
3Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL.Harrison
prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Volume 1. Edisi 13. Jakarta: EGC; 1999: 117.
4Schwartz MW, editor.Pedoman klinis pediatri. Jakarta: EGC; 2005: 286-9.
5 Weber PC. Vertigo and disequilibrium: a practical guide to diagnosis and
EA,Iskandar N, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala
leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007: 104-109.
7 Anniko M, Sprekelsen MB, Bonkowsky V, Bradley PJ, Iurato S.
Medik. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006.