Professional Documents
Culture Documents
1
Muttaqin,2011).
I.2 Etiologi
2
badan berkurang, mudah tersinggung, depresi.
Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas
dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem
yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga
sangat parah.
3
I.4 Patofisiologi
4
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood
Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin
serum mulai meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan,
timbul nokturia dan poliuri.
c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit
atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum
nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri (Price, 1992)
I.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul akibat penyakit ginjal kronis antara
lain:
a. Hiperkalemia, Akibat penurunan eksresi asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
5
b. Perikarditis, efusi perincalkdial dan temponade jantung
c. Hipertensi, Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem
rennin angioaldosteron.
d. Anemia, Akibat penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah
merah, pendarahan gastrointestinal akibat iritasi
e. Penyakit tulang, Akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang
rendah metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar
aluminium.
I.7 Penatalaksanaan
a. Dialisis (cuci darah)
b. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih).
c. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
d. Transfusi darah
e. Transplantasi ginjal
I.8 Pencegahan
6
kehamilan) (Barbara C Long, 2001).
I.9 Pathway
7
II. Rencana Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Ginjal
Kronik
II.1 Pengkajian
Pengkajian focus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita
gagal ginjal kronik menurut Doeges (1999), dan Smeltzer dan Bare
(2001) ada berbagai macam, meliputi :
II.1.1 Riwayat keperawatan
II.1.1.1 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat infeksi saluran kemih, penyakit peradangan,
vaskuler hipertensif, gangguan saluran penyambung,
gangguan congenital dan herediter, penyakit metabolik,
nefropati toksik dan neropati obstruktif.
II.1.1.2 Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit
metabolik, riwayat menderita penyakit gagal ginjal
kronik.
8
II.1.2.7 Hidung : pernapasan cuping hidung
II.1.2.8 Mulut : ulserasi dan perdarahan, nafas berbau ammonia,
mual,muntah serta cegukan, peradangan gusi.
II.1.2.9 Leher : pembesaran vena leher.
II.1.2.10 Dada dab toraks : penggunaan otot bantu pernafasan,
pernafasan dangkal dan kusmaul serta krekels, nafas
dangkal, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub
pericardial.
II.1.2.11 Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
II.1.2.12 Genital : atropi testikuler, amenore.
II.1.2.13 Ekstremitas : capitally revil > 3 detik,kuku rapuh dan
kusam serta tipis, kelemahan pada tungkai, rasa panas
pada telapak kaki, foot drop, kekuatan otot.
II.1.2.14 Kulit : ecimosis, kulit kering, bersisik, warnakulit abu-
abu, mengkilat atau hiperpigmentasi, gatal (pruritas),
kuku tipis dan rapuh, memar (purpura), edema.
9
d. Klirens kreatinin, mungkin menurun
e. Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal
tidak mampu mereabsobsi natrium.
f. Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus.
II.1.3.2 Darah
a. Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya
anemia, Hb biasanya kurang dari 7-8 gr.
b. Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin
seperti azotemia.
c. GDA, PH menurun, asidosis metabolik (kurang dari
7,2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal
untuk mengeksresi hydrogen dan amonia atau hasil
akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun,
PaCO2 menurun.
d. Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi
sesuai perpindahan seluler (asidosis) atau
pengeluaran jaringan.
e. Magnesium fosfat meningkat
f. Kalsium menurun
g. Protein (khusus albumin), kadar serum menurun
dapat menunjukkan kehilangan protein melalui urine,
perpindahan cairan, penurunan pemasukan atau
sintesa karena kurang asam amino esensial.
h. Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg,
sering sama dengan urin.
10
a. Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney,
ureter dan bladder/KUB): menunjukkan ukuran
ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi
(batu).
b. Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan
mengidentifikasi ekstravaskuler, masa.
c. Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran
kandung kemih, refluks kedalam ureter dan retensi.
d. Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan
adanya masa, kista, obstruksi pada saluran
perkemuhan bagian atas.
e. Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara
endoskopik, untuk menentukan seljaringan untuk
diagnosis hostologis.
f. Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk
menentukan pelis ginjal (keluar batu, hematuria dan
pengangkatan tumor selektif).
g. Elektrokardiografi/EKG: mingkin abnormal
menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan
asam basa.
h. Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan,
dapat menunjukkan demineralisasi, kalsifikasi.
i. Pielogram intravena (IVP), menunjukkan
keberadaan dan posisi ginjal, ukuran dan bentuk
ginjal.
j. CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal
(seperti penyebararn tumor).
11
k. Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi
struktur ginjal, luasnya lesi invasif ginjal
12
NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Kelebihan volume Electrolit and acid base Fluid balance management :
cairan balance
Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan
Hydration output yang akurat
2. Pasang urin kateter jika diperlukan
Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor hasil lab yang sesuai
keperawatan selama 3x24 jam dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
dengan pasien Kelebihan volume osmolalitas urin)
cairan teratasi dengan kriteria 4. Monitor vital sign
hasil: 5. Monitor indikasi retensi / kelebihan
cairan (cracles, CVP , edema,
1. Terbebas dari edema, efusi, distensi vena leher, asites)
anaskara 6. Kaji lokasi dan luas edema
2. Bunyi nafas bersih, tidak ada 7. Monitor masukan makanan / cairan
dyspneu/ortopneu 8. Monitor status nutrisi
3. Terbebas dari distensi vena 9. Berikan diuretik sesuai interuksi
jugularis 10. Kolaborasi pemberian obat
4. Memelihara tekanan vena 11. Monitor berat badan
sentral, tekanan kapiler paru, 12. Monitor elektrolit
output jantung dan vital sign 13. Monitor tanda dan gejala dari
DBN odema
5. Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau bingung
skala :
1: tidak pernah menunjukan
2: jarang menunjukan
3: kadang-kadang menunjukan
4: sering menunjukan
5: menunjukan secara konsisten
2. Ketidakseimbangan Nutritional status: Nutritional management :
nutrisi kurang dari Adequacy of nutrient
kebutuhan tubuh Nutritional Status : food and 1. Kaji adanya alergi makanan
Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Weight Control menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
Setelah dilakukan tindakan 3. Yakinkan diet yang dimakan
keperawatan selama 3x24 jam mengandung tinggi serat untuk
dengan pasien penyakit mencegah konstipasi
13
ketidakseimbangan nutrisi 4. Ajarkan pasien bagaimana
kurang dari kebutuhan tubuh membuat catatan makanan harian.
dapat teratasi dengan kreteria 5. Monitor adanya penurunan BB dan
hasil: gula darah
6. Monitor lingkungan selama makan
1. Albumin serum dalam 7. Jadwalkan pengobatan dan
rentang normal tindakan tidak selama jam makan
2. Pre albumin serum dalam 8. Monitor turgor kulit
rentang normal 9. Monitor kekeringan, rambut
3. Hematokrit dalam rentang kusam, total protein, Hb dan kadar
normal Ht
4. Hemoglobin dalam rentang 10. Monitor mual dan muntah
normal 11. Monitor pucat, kemerahan, dan
5. Total iron binding capacity kekeringan jaringan konjungtiva
dalam rentang normal 12. Monitor intake nuntrisi
6. Jumlah limfosit dalam 13. Informasikan pada klien dan
rentang normal keluarga tentang manfaat nutrisi
14. Kolaborasi dengan dokter tentang
skala : kebutuhan suplemen makanan
1: tidak pernah menunjukan seperti NGT/ TPN sehingga intake
2: jarang menunjukan cairan yang adekuat dapat
3: kadang-kadangmenunjukan dipertahankan.
4: sering menunjukan 15. Atur posisi semi fowler atau fowler
5: menunjukan secara konsisten tinggi selama makan
16. Kelola pemberan anti emetik:.....
17. Anjurkan banyak minum
18. Pertahankan terapi IV line
19. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oval.
Daftar Pustaka
Doengoes E, Marilynn, dkk (1999). Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan medical bedah jilid 3. Bandung : Yayasan IAPK
Pajajaran
14
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson (2006). Patofisiologi konsep klinis proses
proses penyakit edisi 6. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G bare (2002) Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah edisi 8. Jakarta : EGC
Nanda (2015) aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan
Nanda, Jilid 1. MediAction
( ) ( )
15