You are on page 1of 3

TUGAS ARTIKEL

Mata Kuliah: Problem Pembelajaran MIPA

Oleh
SRI WAHYUNI
NIM. 20167270300

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2017
CO2 dan Efek Rumah Kaca

Matahari merupakan sumber energi terbesar di muka Bumi. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi tiba
permukaan Bumi, energi tersebut bertransformasi dari cahaya menjadi panas. Permukaan
Bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan sisanya kembali. Namun sebagian
panas lainnya tetap terperangkap di atmosfer Bumi akibat menumpuknya jumlah Gas Rumah
Kaca antara lain Uap Air (H2O), Karbon Dioksida (CO2), Sulfur Dioksida (SO2) dan Metana
(CH4) yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas
tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-
gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Karbon Dioksida adalah salah satu penyebab adanya Gas Rumah Kaca. Karbon
Dioksida tidaklah berdampak mematikan langsung terhadap manusia. Penggunaan bahan
bakar fosil sebagai bahan bakar penggerak mesin adalah penyumbang terbanyak gas Karbon
Dioksida di atmosfer Bumi. Keberadaannya di atmosfer Bumi pada kepekatan rendah,
sehingga dampak pelepasan karbondioksida tidak dipahami oleh semua orang karena gas
tersebut tidak berbau dan bukan toksik.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di Bumi,
karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 C
(59 F), Bumi sebenarnya telah lebih panas 33 C (59 F) dari suhunya semula, jika tidak ada
efek rumah kaca suhu Bumi hanya -18 C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan
Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan
mengakibatkan pemanasan global. Dampaknya adalah permukaan Bumi menjadi panas,
ekosistem terganggu, dan terjadinya fenomena alam yang tidak normal.
Pencemaran udara yang disertai dengan meningkatnya kadar gas CO2 di udara akan
menjadikan lingkungan kota menjadi lingkungan yang tidak sehat. Departemen Fisika dan
Astronomi Universitas California merilis data bahwa konsentrasi gas CO 2 pada masa sebelum
maraknya industri sebesar 275 ppmv sedangkan pada masa sekarang konsentrasinya sebesar
350 ppmv. Jika laju penambahan penggunaan bahan bakar minyak dan gas tidak berubah,
maka dalam kurun waktu 60 tahun mendatang konsentrasi gas CO 2 akan meningkat menjadi
550 ppmv. Perubahan konsentrasi gas ini dari 275 menjadi 550 ppmv akan mengakibatkan
peningkatan suhu udara sebesar 5oF (2,78 oC). Sementara Keeling dan Whorf (2005)
menyatakan dari pantauan yang dilakukan pada 4 buah menara dengan ketinggian 7 meter
dan 1 buah menara dengan ketinggian 27 meter di Mauna Loa, Hawaii menunjukkan bahwa
konsentrasi gas ini pada tahun 1959 sebesar 315,98 ppmv dan pada tahun 2004 menjadi
377,38 ppmv.
Oleh sebab itu konsentrasi gas ini di atmosfer harus diturunkan ke tingkat yang aman
yakni 300 - 350 ppmv. Telah dijelaskan bahwa konsentrasi gas CO2 di atmosfer terus
meningkat. Gas CO2 memiliki berat jenis 1,5 kali lebih besar daripada udara, merupakan
salah satu gas rumah kaca yang kemudian mengakibatkan pemanasan global. Peningkatannya
sebesar 100 ppmv akan mengakibatkan peningkatan suhu udara sekitar 1 oC. Hal ini
disebabkan karena gas ini mampu menyerap gelombang panjang yang panjangnya 4.26 m.
George Mason University menyatakan bahwa pemanasan global mengakibatkan flora
dan fauna yang sensitif terhadap perubahan suhu udara akan bergerak ke arah kutub atau ke
tempat yang lebih tinggi. Peningkatan suhu sebesar 1 oC akan mengakibatkan satwa liar
pindah sejauh 100 - 150 km mendekati kutub atau 150 m ke tempat yang lebih tinggi.
Pengaruh buruk lainnya akibat dari pemanasan global adalah cuaca menjadi lebih ekstrim,
meningkatnya evapotranspirasi, meningkatnya suhu udara dan permukaan air laut serta
mudah terjadinya kebakaran hutan dan kelangkaan air.
Selain dari bahaya yang telah disebutkan di atas, pemanasan global juga akan
mengakibatkan mencairnya es di kutub, sehingga mengakibatkan naiknya permukaan air laut
dan tenggelamnya kota-kota pantai. Dampak ini akan sangat dirasakan pada daratan dan
pulau kecil yang terletak pada 40o - 70o LU. Jika hal ini dibiarkan, maka diperkirakan es yang
menyelimuti kutub Selatan akan hilang pada tahun 2030.
Sebagai penghuni Bumi maka kita berkewajiban untuk meminimalisir produksi gas
CO2 sehingga semua bahaya yang telah disebutkan di atas dapat dikurangi. Hal yang dapat
kita lakukan antara lain membudayakan hemat listrik, menanam pohon sebanyak mungkin
dan menjaga hutan, mengurangi penggunaan kendaraan yang berbahan bakar minyak bumi,
mengolah sampah dengan baik, mengurangi penggunaan CFC pada berbagai alat rumah
tangga, dan menerapkan sistem budidaya pertanian dan peternakan yang baik. Marilah
membuat perubahan mulai dari diri sendiri.

You might also like