Professional Documents
Culture Documents
Rekapitulasi 155 DX
Rekapitulasi 155 DX
DIAGNOSA ICD X
NO NAMA DIAGNOSA
KODE NAMA DIAGNOSA
1 TB PARU A15 Respiratory TB
5 DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE A90, A91 Dengue fever, DHF
6 LEPTOSPIROSIS A279
11 ALERGI MAKANAN
14 REAKSI ANAFILAKTIK
21 INTOLERANSI MAKANAN
22 MALABSORBSI MAKANAN
30 HEPATITIS A
31 HEPATITIS B
32 PAROTITIS K11.2 Sialoadenitis
145 ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA KEHAMILAN D50 Iron deficiency anemia
4A rasa nyeri dan panas seperti DL, breath test, FL barium enema, anamnese,
terbakar pada perut bagian atas, endoskopi pemeriksaan fisik
keluhan mereda atau memburuk
bila diikuti dengan makan, mual
muntah, dan kembung
Dapat ditemukan
tanda-tanda
defisiensi vitamin
A:
a. Terdapat bercak
bitot pad
konjungtiva.
b. Kornea mata
kering/kornea
serosis.
c. Kulit tampak
kering dan
bersisik.
c.
Penderita diminta
membaca kartu
snellen mulai
huruf terbesar
(teratas)
dan diteruskan
pada baris
bawahnya sampai
pada huruf
terkecil yang
masih dapat
dibaca. Lensa
positif terkecil
ditambah pada
mata yang
diperiksa dan bila
bertambah kabur
lensa positif
tersebut diganti
dengan
4A Pasien datang dengan keluhan lensa negatif.
Pemeriksaan Penegakan
penglihatan kabur ketika melihat refraksi subjektif diagnosis
dekat. Gejalalainnya, setelah dengan berdasarkan
membaca mata terasa lelah, menggunakan anamnesis dan
berair, dan sering terasa kartu Jaeger. pemeriksaan
perih.Membaca dilakukan Pasien oftalmologi
dengan menjauhkan kertas yang diminta untuk
dibaca. Terdapatgangguan menyebutkan
pekerjaan terutama pada malam kalimat hingga
hari dan perlu sinar lebih terang kalimat terkecil
untuk membaca. yang terbaca
pada kartu. Target
koreksi sebesar
20/30.
2 pasien datang dengan keluhan Pemeriksaan Fisik Penegakan
penglihatan menurun secara Oftalmologis diagnosis
perlahan seperti a. Visus menurun. dilakukan
tertutup asap/kabut. Keluhan b. Refleks pupil berdasarkan
disertai ukuran kacamata dan Tekanan Intra anamnesis dan
semakin bertambah, Okular normal. pemeriksaan
silau dan sulit membaca fisikoftalmologis.
c.
Tidak ditemukan
kekeruhan kornea.
d. Terdapat
kekeruhan lensa
yang tampak lebih
jelas setelah
dilakukan
dilatasi pupil
dengan tetes mata
tropikamid 0.5%.
e. Pemeriksaan iris
shadow test
positif.
4A Pasien datang dengan keluhan Pemeriksaan Fisik Penegakan
yang bervariasi dan berbeda Oftalmologis diagnosis
tergantung jenis Pada glaukoma dilakukan
glaukoma. Gejala pada glaukoma akut: berdasarkan
kronik (sudut terbuka primer) a. Visus menurun. anamnesis dan
adalah b. Tekanan Intra pemeriksaan fisik
kehilangan lapang pandang Okular meningkat. oftalmologis.
perifer secara bertahap pada
kedua mata. Pasien
sering datang pada kondisi yang
telah lanjut. Gejala pada c.
glaukoma akut Konjungtiva bulbi:
(sudut tertutup) adalah rasa hiperemia
sakit atau nyeri pada mata, mual kongesti, kemosis
dan muntah dengan injeksi
(pada nyeri mata yang parah), silier,
penurunan visus mendadak, injeksi
mata merah dan konjungtiva.
berair. d. Edema kornea.
e. Bilik mata
depan dangkal.
f. Pupil mid-
dilatasi, refleks
pupil negatif.
4A Pasien datang dengan keluhan Pemeriksaan Diagnosis
rasa sakit pada telinga, terutama sediaan langsung ditegakkan
bila daun jamur dengan KOH berdasarkan
telinga disentuh dan waktu untuk otomikosis anamnesis,
mengunyah. Namun pada pasien pemeriksaan fisik,
dengan dan
otomikosis biasanya datang d. Pada pemeriksaan
dengan keluhan rasa gatal yang pemeriksaan liang penunjang.
hebat dan rasa telinga:
penuh pada liang telinga. 1. Pada otitis
Rasa sakit di dalam telinga bisa eksterna
bervariasi dari yang hanya sirkumskripta
berupa rasa tidak dapat terlihat
enak sedikit, perasaan penuh di furunkel atau bisul
dalam telinga, perasaan seperti serta liang telinga
terbakar sempit;
hingga rasa sakit yang hebat, 2. Pada otitis
serta berdenyut. Rasa penuh eksterna difusa
pada telinga liang telinga
merupakan keluhan yang umum sempit, kulit liang
pada tahap awal dari otitis telinga
eksterna difusa terlihat hiperemis
dan sering mendahului dan udem yang
terjadinya rasa sakit dan nyeri batasnya tidak
tekan daun telinga. jelas serta sekret
Kurang pendengaran mungkin yang sedikit.
terjadi pada otitis eksterna 3. Pada otomikosis
disebabkan edema dapat terlihat
kulit liang telinga, sekret yang jamur seperti
serous atau purulen, penebalan serabut kapas
kulit yang dengan
progresif pada otitis eksterna warna yang
yang lama sehingga sering bervariasi (putih
menyumbat lumen kekuningan)
kanalis dan menyebabkan 4. Pada herpes
timbulnya tuli konduktif zoster otikus
tampak lesi kulit
vesikuler di sekitar
4A Pasien datang dengan keluhan Pemeriksaan Fisik Diagnosis
yang bergantung pada stadium a. Dapat ditegakkan
OMA yang ditemukan berdasarkan
terjadi. demam anamnesis dan
Pada anak, keluhan utama b. Pemeriksaan pemeriksaan fisik.
adalah rasa nyeri di dalam dengan otoskopi
telinga dan demam untuk melihat
serta ada riwayat batuk pilek membran timpani:
sebelumnya. Anak juga gelisah,
sulit tidur, tibatiba 1. Pada stadium
menjerit waktu tidur, oklusi tuba
bila demam tinggi sering diikuti Eustachius
diare dan kejangkejang. terdapat
Kadang-kadang anak memegang gambaran retraksi
telinga yang sakit. Pada stadium membran timpani,
supurasi pasien tampak sangat warna membran
sakit, dan demam, serta rasa timpani suram
nyeri di dengan reflex
telinga bertambah hebat. Bila cahaya tidak
terjadi ruptur membran timpani, terlihat.
maka sekret 2. Pada stadium
mengalir ke liang telinga, suhu hiperemis
tubuh turun, dan anak tertidur membran timpani
tenang. tampak hiperemis
Pada anak yang lebih besar atau serta
dewasa, selain rasa nyeri edema.
terdapat pula 3. Pada stadium
gangguan pendengaran dan rasa supurasi membran
penuh dalam telinga. timpani menonjol
ke arah luar
(bulging)
berwarna
kekuningan.
4. Pada stadium
perforasi terjadi
ruptur membran
timpani dan
4A Keluhan pendengaran yang nanah
- - Otoskopi, dan
berkurang disertai rasa penuh pemeriksaan
pada telinga yang disebabkan penala
impaksi/gumpalan serumen yang
menumpuk dengan penurunan
pendengaran (tuli konduktif),
terutama bila telinga kemasukan
air
4A Adanya kutil pada kulit dan muko Tidak Diperlukan - Diagnosis klinis
dapat
ditambahkan
sesuai dengan
bentuk klinis atau
lokasi
4A a. Kwashiorkor, dengan keluhan: gula darah, Hb, Ht, Foto toraks. berdasarkan tanda
Edema, wajah sembab, preparat apusan dan gejala klinis
Pandangan sayu, Rambut tipis, darah, urine serta pengukuran
kemerahan seperti warna rutine, antropometri
rambut jagung, mudah feses, uji
dicabut tanpa sakit, rontok, Anak tuberkulin.
rewel, apatis.
b. Marasmus,
dengan keluhan : Sangat kurus,
Cengeng, Rewel, Kulit keriput.
c. Marasmus Kwashiorkor,
dengan keluahan kombinasi dari
ke 2 penyakit tersebut diatas.
4A Bengkak dan nyeri sendi yang Kadar asam urat Tampak Berdasarkan
mendadak, biasanya timbul pada dalam darah > 7 pembengkakan anamnesis,
malam hari. Bengkak disertai mg/dl. asimetris pada pemeriksaan fisik
rasa panas dan kemerahan. sendi dan kista dan untuk
Keluhan juga dapat disertai subkortikal tanpa diagnosis
demam, menggigil, dan nyeri erosi pada definitifGout
badan. pemeriksaan arthritis adalah
radiologis. ditemukannya
kristal urat (MSU)
di cairan sendi
atau tofus.
antiseptik, antibiotik, bila tidak ada perbaikan bila intake tidak mecukupi,
dan ada tanda perluasan ada tanda dehidrasi, terdapat
infeksi komplikasi sepsis
antibiotik, rehidrasi oral, 3-4 hari kemudian gejala tidak berhenti setelah
suplemen elektrolit, 3 hari, kondisi pasien
absorben memburuk
1. Pirantel pamoat 10
mg /kg BB, dosis tunggal,
atau
2. Mebendazol, 500 mg,
dosis tunggal, atau
3. Albendazol, 400 mg,
dosis tunggal. Tidak
boleh diberikan pada ibu
hamill.
Terapi farmakologi Pasien dirujuk apabila dalam
dengan: Tiabendazol waktu 8 minggu tidak
50mg/kgBB/hari, 2x membaik dengan terapi.
sehari,
selama 2 hari; atau
Albendazol 400 mg sekali
sehari, selama 3 hari.
1. Pemberian pirantel
pamoat selama 3 hari,
atau
2. Mebendazole 500 mg
dosis tunggal atau 100
mg, 2x sehari, selama 3
hari, atau
3. Albendazole 400 mg,
dosis tunggal, tidak
diberikan pada wanita
hamil.
4. Sulfasferosus
Prazikuantel adalah obat Setelah 4 minggu dapat Pasien yang didiagnosis
pilihan yang diberikan dilakukan pengulangan dengan skistosomiasis
karena dapat pengobatan. (kronis) disertai komplikasi.
membunuh semua Pada pasien dengan telur
spesies Schistosoma. cacing positif dapat
Walaupun pemberian dilakukan pemeriksaan
single ulang setelah satu bulan
terapi sudah bersifat untuk memantau
kuratif, namun keberhasilan
pengulangan setelah 2 pengobatan.
sampai 4minggu dapat
meningkatkan efektifitas
pengobatan
Pemberian albendazol Pasien strongyloidiasis
menjadi terapi pilihan dengan keadaan
saat ini dengan dosis imunokompromais seperti
400 mg, 1-2 x sehari, penderita
selama 3 hari, atau AIDS
Mebendazol 100 mg, 3 x
sehari, selama 2 atau 4
minggu.
b. Untuk obat-obatan,
pasien dapat diberikan
Lorazepam 0,5 2 mg
atau Diazepam 2 - 5 mg
pada malam hari. Pada
orang yang berusia lanjut
atau mengalami
gangguan medik umum
diberikan dosis minimal
efektif.
a.Farmakologi - A.Pasien dirujuk untuk
konfirmasi diagnosis dan
Bila pasien berperilaku penatalaksanaan lanjutan.
agresif, dapat diberikan B.Apabila pasien
antipsikotik dosis rendah, menunjukkan gejala
seperti: Haloperidol 0,5 agresifitas dan
1 mg/hari. membahayakan
dirinya atau orang lain.
b.Non Farmakologi
Modifikasi faktor
resiko yaitu kontrol
penyakit fisik, lakukan
aktifitas fisik sederhana
seperti senam otak,
stimulasi kognitif dengan
permintaan, kuis, mengisi
teka-teki silang, bermain
catur
b. Jangan
memencet atau
melakukan insisi pada
furunkel
c. Pemberian
antibiotik topikal
d. Insisi
dilakukan jika sudah
timbul abses
a. Istirahat cukup a. Faringitis luetika.
c.Dekongestan
hidung, Kortikosteroid
c. Menghindari
minum-minuman dingin
d. Tatalaksana
dengan terapi
kortikosteroid topikal
dapat diberikan
Pemberian oksigenasi, -
Pemberian Antibiotika,
Antitusif,Makanan Yang
Mudah Ditelan,
Menghindari Faktor 3 bulan sekali apabila Bila sering terjadi
Pencetus, Kortikosteroid, Asma terkontrol, eksaserbasi,Pada serangan
Pemberian Obat asma akut sedang dan
Asma,Oksigenasi berat,Asma dengan
komplikasi.
golongan asam fibrat, Evaluasi ulang dilakukan Perlu dilakukan rujukan jika
HMG-CoA reductase setelah 3 bulan terdapat penyakit komorbid
inhibitor, Niaspan, obat modifikasi gaya hidup yang harus ditangani
hipolipidemik sehat oleh spesialis
diterapkan. Bila kadar
kolesterol LDL belum
mencapai target yang
diinginkan, perlu
ditambahkan terapi
farmakologi
No Nama Diagnosa
1 Kejang Demam
2 Tetanus
3 HIV AIDS tanpa komplikasi
4 Tension headache
5 Migren
6 Bells Palsy
7 Vertigo (Benign paroxysmal positional Vertigo)
8 Gangguan somatoform
9 Insomnia
10 Benda asing di konjungtiva
11 Konjungtivitis
12 Perdarahan subkonjungtiva
13 Mata kering
14 Blefaritis
15 Hordeolum
16 Trikiasis
17 Episkleritis
18 Hipermetropia ringan
19 Miopia ringan
20 Astigmatism ringan
21 Presbiopia
22 Buta senja
23 Otitis eksterna
24 Otitis Media Akut
25 Serumen prop
26 Mabuk perjalanan
27 Furunkel pada hidung
28 Rhinitis akut
29 Rhinitis vasomotor
30 Rhinitis vasomotor
31 Benda asing
32 Epistaksis
33 Influenza
34 Pertusis
35 Faringitis
36 Tonsilitis
37 Laringitis
38 Asma bronchiale
39 Bronchitis akut
40 Pneumonia, bronkopneumonia
41 Tuberkulosis paru tanpa komplikasi
42 Hipertensi esensial
43 Kandidiasis mulut
44 Ulcus mulut (aptosa, herpes)
45 Parotitis
DAFTAR 144 DIAGNOSA DENGAN KOMPETENSI 4A
No Nama Diagnosa
46 Infeksi pada umbilikus
47 Gastritis
48 Gastroenteritis (termasuk kolera, giardiasis)
49 Refluks gastroesofagus
50 Demam tifoid
51 Intoleransi makanan
52 Alergi makanan
53 Keracunan makanan
54 Penyakit cacing tambang
55 Strongiloidiasis
56 Askariasis
57 Skistosomiasis
58 Taeniasis
59 Hepatitis A
60 Disentri basiler, disentri amuba
61 Hemoroid grade
62 Infeksi saluran kemih
63 Gonore
64 Pielonefritis tanpa komplikasi
65 Fimosis
66 Parafimosis
67 Sindroma duh 9discharge) genital (GO dan NGO)
68 Infeksi saluran kemih bagian bawah
69 Vulvitis
70 Vaginitis
71 Vaginosis bakterialis
72 Salphingitis
73 Kehamilan normal
74 Aborsi spontan komplit
75 Anemia defisiensi besi pada kehamilan
76 Ruptur perineum tingkat
77 Abses folikel rambut/kelj sebasea
78 Mastitis
79 Cracked nipple
80 Inverted nipple
81 DM tipe 1
82 DM tipe 2
83 Hipoglikemi ringan
84 Malnutrisi energi protein
85 Defisiensi vitamin
86 Defisiensi mineral
87 Dislipidemia
88 Hiperurisemia
89 Obesitas
90 Anemia defiensi besi
DAFTAR 144 DIAGNOSA DENGAN KOMPETENSI 4A
No Nama Diagnosa
91 Limphadenitis
92 Demam dengue, DHF
93 Malaria
94 Leptospirosis (tanpa komplikasi)
95 Reaksi anafilaktik
96 Ulkus pada tungkai
97 Lipoma
98 Veruka vulgaris
99 Moluskum kontangiosum
100 Herpes zoster tanpa komplikasi
101 Morbili tanpa komplikasi
102 Varicella tanpa komplikasi
103 Herpes simpleks tanpa komplikasi
104 Impetigo
105 Impetigo ulceratif ( ektima)
106 Folikulitis superfisialis
107 Furunkel, karbunkel
108 Eritrasma
109 Erisipelas
110 Skrofuloderma
111 Lepra
112 Sifilis stadium 1 dan 2
113 Tinea kapitis
114 Tinea barbe
115 Tinea facialis
116 Tinea corporis
117 Tinea manus
118 Tinea unguium
119 Tinea cruris
120 Tinea pedis
121 Pitiriasis versicolor
122 Candidiasis mucocutan ringan
123 Cutaneus larvamigran
124 Filariasis
125 Pedikulosis kapitis
126 Pediculosis pubis
127 Scabies
128 Reaksi gigitan serangga
129 Dermatitis kontak iritan
130 Dermatitis atopik (kecuali recalcitrant)
131 Dermatitis numularis
132 Napkin ekzema
133 Dermatitis seboroik
134 Pitiriasis rosea
135 Acne vulgaris ringan
DAFTAR 144 DIAGNOSA DENGAN KOMPETENSI 4A
No Nama Diagnosa
136 Hidradenitis supuratif
137 Dermatitis perioral
138 Miliaria
139 Urtikaria akut
140 Eksantemapous drug eruption, fixed drug eruption
141 Vulnus laseraum, puctum
142 Luka bakar derajat 1 dan 2
143 Kekerasan tumpul
144 Kekerasan tajam
REKAP 42 DIAGNOSA YANG MASUK 155 DIAGNOSA
13 GAGAL JANTUNG AKUT DAN KRONIK I50.9 Heart failure Gagal jantung
akut (3B),
Gagal jantung
kronik (3A)