You are on page 1of 3

MASUKILAH RAMADHAN DENGAN KHAUF DAN RAJA’A

Oleh : H. Masoed Abidin

Marhaban ya Muththahhir itulah ucapan nabi Muhammad Shallalallahu ‘alaihi wa Sallam

menyambut Ramadhan, artinya «  selamat datang wahai bulan pembersih  ». Ramadhan adalah bulan

pembersih, bulan dimana terbuka pintu maghfirah seluasnya. Maghfirah adalah amat penting bagi

seseorang yang mengharapkan (raja’a) Jannah dari Allah. Maghfirah amat diperlukan bagi seseorang

yang memiliki rasa takut (khauf) kepada Allah Azza wa Jalla, takut kepada iqaab Nya, takut kepada

neraka yang diperuntukkan bagi orang musyrik dan kafir. Maghfirah adalah jalan untuk berbersih diri.

Masukilah Ramadhan ini dengan dengan niat yang ikhlas. Jangan di awali Ramadhan dengan

perbuatan percuma. Perbuatan mubadzir, apalagi berbuat maksiat, mendatangi tempat tempat

pemandian dengan berbuka aurat, bercampur baur lelaki dan perempuan. Jangan dirusak Ramadhan

yang mulia dan membersihkan kita dengan perbuatan kotor dan tercela. Datangilah Ramadhan dengan

rasa khauf (takut) kepada Allah.

Imam Al Qusyairy An Naisyabury dalam kitabnya Risalah Qusyairiyah mengatakan bahwa takut

(al khauf) adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang. Seseorang hanya merasa

takut jika yang dibenci tiba atau yang dicinta sirna. Khauf merupakan salah satu syarat iman. Takut

kepada Allah adalah rasa takut yang harus dimiliki setiap hamba. Rasa takut itu akan mendorong

seseorang untuk meningkatkan amal kebaikan. Rasa takut kepada Allah pula akan bersegera dalam

meninggalkan semua yang dilarang-Nya. Rasa takut kepada Yang Maha Kuasa adalah salah satu pilar

penyangga keimanan kepada-Nya. Dengan adanya rasa takut, maka timbullah rasa harap (raja’a) akan

maghfirah (ampunan), ‘inayah (pertolongan), serta rahmat Allah dan ridha-Nya. Sehingga hakikat

"iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin" benar-benar terpatri dalam qalbu seorang hamba.

Langkahkanlah kaki memasuki Ramadhan dengan perasaan rajaa ’(harap) atas rahmat Allah dan

maghfirah yang dijanjikan Nya. Di saat manusia merasakan getaran rasa takutnya kepada Allah, maka

saat itu berarti mereka memiliki rasa takut pula akan ancaman azab yang Allah sediakan bagi orang-
orang yang durhaka kepada-Nya. Ma’rifah (pengenalann) akan sifat Allah akan mengantarkan ke dalam

pengetahuan tentang azab-Nya. Seorang hamba yang shaleh yang berma’rifatullah, merealisasikan

hakikat kehambaannya dengan senantiasa mengamalkan perintah Allah, dan mengamalkan pula semua

ajaran Rasul-Nya, karena raja’a atau harap terhadap maghfirah Allah.

Seorang hamba yang shaleh pasti memiliki rasa takut yang dalam terhadap azab yang selalu

mengancamnya. Maka ia selalu waspada sehingga tidak ada amal atau perilaku yang mengarah kepada

hal-hal yang menjadikan Allah murka dan menjadikan dirinya durhaka kepada Allah. Allah SWT

berfirman : “Katakanlah: “Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka

kepada Tuhanku.” (Q.S. Az Zumar: 13).

Sesungguhnya rasa takut kepada Allah itu merupakan salah satu perangai yang diciptakan dalam

diri manusia untuk memotivasi mereka dalam menyebarluaskan dan menjaga nilai-nilai Ilahy. Orang

yang benar dalam memposisikan rasa takutnya akan merasakan rahmat Allah, baik dalam kehisupan

duniawi maupun ukhrawi. Firman Allah menandai orang yang memiliki rasa takut (khauf) itu dalam

firman Nya ; "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhan mereka

dengan penuh rasa takut (khauf) dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami

berikan kepada mereka" (Q.S. As Sajadah: 16).

Hasan Musa As-Saffar di dalam bukunya Kaifa Nuqhirul Khauf mengatakan, kata khauf yang

berarti takut, telah disinggung di dalam Alquran sebanyak 134 kali, dan sinonimnya yaitu kata “Khasy-

syah” yang juga berarti takut terdapat sebanyak 84 kali. Allah SWT menjadikan kehidupan di dunia ini

ibarat ruang ujian, yang harus ditempuh manusia. Firman Allah tentang hal tersebut: “(.. Dialah Allah)

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kami, siapa di antara kamu yang lebih baik

amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2).

Allah SWT telah menjadikan salah satu ujian itu adalah rasa takut. Rasa takut (Khauf) merupakan

sifat kejiwaan dan kecenderungan alami yang bersemayan dalamhati manusia, dan memiliki peran

penting dalam kehidupan kejiwaan manusia. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: “Man khaafa Aamana”,

barangsiapa yang takut, aman!” Kalau kita tidak takut hujan, kita tidak akan sedia payung, bila kita tidak
takut sakit kita tidak berupaya meningkatkan kesehatan kita. Islam tidak memandang rasa takut yang

ada dalam diri manusia sebagai aib yang harus dihilangkan. Namun demikian, rasa takut akan menjadi

sesuatu yang buruk apabila seseorang tidak mampu mengatur dan menyalurkan rasa takutnya, apalagi

bila rasa takut itu jadi perintang kemajuan, kebebasan dan kehormatannya.

Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu menasehati kita: “Kalau anda bertekad melakukan

sesuatu, maka arungilah. Karena bayangan bencana selalu terlihat lebih besar dari yang sebenarnya.”

Menunggu datangnya bencana lebih buruk dari bencana itu sendiri. Lebih baik kita melakukan persiapan

sebelum datangnya bencana menimpa. Salah satu upaya adalah mengharapkan maghfirah Allah.

Alquran telah menggambarkan rasa takut yang timbul pada jiwa para rasul dan hamba-hamba Allah

yang shaleh, meskipun mereka adalah manusia pilihan yang terkenal suci dan bersih. Allah SWT

berfirman: “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: “Susukanlah dia, dan apabila kamu takut (khawatir)

maka hanyutkanlah ia ke dalam sungat (Nil). Dan janganlah kamu takut dan (jangan pula) bersedih

hati. Karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah

seorang) dari para rasul." (Q.S. Al Qashash : 7).

Wallahu A’lam Bissawab

You might also like