Professional Documents
Culture Documents
menyambut Ramadhan, artinya « selamat datang wahai bulan pembersih ». Ramadhan adalah bulan
pembersih, bulan dimana terbuka pintu maghfirah seluasnya. Maghfirah adalah amat penting bagi
seseorang yang mengharapkan (raja’a) Jannah dari Allah. Maghfirah amat diperlukan bagi seseorang
yang memiliki rasa takut (khauf) kepada Allah Azza wa Jalla, takut kepada iqaab Nya, takut kepada
neraka yang diperuntukkan bagi orang musyrik dan kafir. Maghfirah adalah jalan untuk berbersih diri.
Masukilah Ramadhan ini dengan dengan niat yang ikhlas. Jangan di awali Ramadhan dengan
perbuatan percuma. Perbuatan mubadzir, apalagi berbuat maksiat, mendatangi tempat tempat
pemandian dengan berbuka aurat, bercampur baur lelaki dan perempuan. Jangan dirusak Ramadhan
yang mulia dan membersihkan kita dengan perbuatan kotor dan tercela. Datangilah Ramadhan dengan
Imam Al Qusyairy An Naisyabury dalam kitabnya Risalah Qusyairiyah mengatakan bahwa takut
(al khauf) adalah masalah yang berkaitan dengan kejadian yang akan datang. Seseorang hanya merasa
takut jika yang dibenci tiba atau yang dicinta sirna. Khauf merupakan salah satu syarat iman. Takut
kepada Allah adalah rasa takut yang harus dimiliki setiap hamba. Rasa takut itu akan mendorong
seseorang untuk meningkatkan amal kebaikan. Rasa takut kepada Allah pula akan bersegera dalam
meninggalkan semua yang dilarang-Nya. Rasa takut kepada Yang Maha Kuasa adalah salah satu pilar
penyangga keimanan kepada-Nya. Dengan adanya rasa takut, maka timbullah rasa harap (raja’a) akan
maghfirah (ampunan), ‘inayah (pertolongan), serta rahmat Allah dan ridha-Nya. Sehingga hakikat
"iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin" benar-benar terpatri dalam qalbu seorang hamba.
Langkahkanlah kaki memasuki Ramadhan dengan perasaan rajaa ’(harap) atas rahmat Allah dan
maghfirah yang dijanjikan Nya. Di saat manusia merasakan getaran rasa takutnya kepada Allah, maka
saat itu berarti mereka memiliki rasa takut pula akan ancaman azab yang Allah sediakan bagi orang-
orang yang durhaka kepada-Nya. Ma’rifah (pengenalann) akan sifat Allah akan mengantarkan ke dalam
pengetahuan tentang azab-Nya. Seorang hamba yang shaleh yang berma’rifatullah, merealisasikan
hakikat kehambaannya dengan senantiasa mengamalkan perintah Allah, dan mengamalkan pula semua
Seorang hamba yang shaleh pasti memiliki rasa takut yang dalam terhadap azab yang selalu
mengancamnya. Maka ia selalu waspada sehingga tidak ada amal atau perilaku yang mengarah kepada
hal-hal yang menjadikan Allah murka dan menjadikan dirinya durhaka kepada Allah. Allah SWT
berfirman : “Katakanlah: “Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar jika aku durhaka
Sesungguhnya rasa takut kepada Allah itu merupakan salah satu perangai yang diciptakan dalam
diri manusia untuk memotivasi mereka dalam menyebarluaskan dan menjaga nilai-nilai Ilahy. Orang
yang benar dalam memposisikan rasa takutnya akan merasakan rahmat Allah, baik dalam kehisupan
duniawi maupun ukhrawi. Firman Allah menandai orang yang memiliki rasa takut (khauf) itu dalam
firman Nya ; "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhan mereka
dengan penuh rasa takut (khauf) dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
Hasan Musa As-Saffar di dalam bukunya Kaifa Nuqhirul Khauf mengatakan, kata khauf yang
berarti takut, telah disinggung di dalam Alquran sebanyak 134 kali, dan sinonimnya yaitu kata “Khasy-
syah” yang juga berarti takut terdapat sebanyak 84 kali. Allah SWT menjadikan kehidupan di dunia ini
ibarat ruang ujian, yang harus ditempuh manusia. Firman Allah tentang hal tersebut: “(.. Dialah Allah)
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kami, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2).
Allah SWT telah menjadikan salah satu ujian itu adalah rasa takut. Rasa takut (Khauf) merupakan
sifat kejiwaan dan kecenderungan alami yang bersemayan dalamhati manusia, dan memiliki peran
penting dalam kehidupan kejiwaan manusia. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata: “Man khaafa Aamana”,
barangsiapa yang takut, aman!” Kalau kita tidak takut hujan, kita tidak akan sedia payung, bila kita tidak
takut sakit kita tidak berupaya meningkatkan kesehatan kita. Islam tidak memandang rasa takut yang
ada dalam diri manusia sebagai aib yang harus dihilangkan. Namun demikian, rasa takut akan menjadi
sesuatu yang buruk apabila seseorang tidak mampu mengatur dan menyalurkan rasa takutnya, apalagi
bila rasa takut itu jadi perintang kemajuan, kebebasan dan kehormatannya.
Imam Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu menasehati kita: “Kalau anda bertekad melakukan
sesuatu, maka arungilah. Karena bayangan bencana selalu terlihat lebih besar dari yang sebenarnya.”
Menunggu datangnya bencana lebih buruk dari bencana itu sendiri. Lebih baik kita melakukan persiapan
sebelum datangnya bencana menimpa. Salah satu upaya adalah mengharapkan maghfirah Allah.
Alquran telah menggambarkan rasa takut yang timbul pada jiwa para rasul dan hamba-hamba Allah
yang shaleh, meskipun mereka adalah manusia pilihan yang terkenal suci dan bersih. Allah SWT
berfirman: “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: “Susukanlah dia, dan apabila kamu takut (khawatir)
maka hanyutkanlah ia ke dalam sungat (Nil). Dan janganlah kamu takut dan (jangan pula) bersedih
hati. Karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah