PENGEMBANGAN PEMBINAAN MINAT BACA BAGI PESERTA DIKLAT MANAJEMEN
PERPUSTAKAAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN BANDUNG
Oleh: Ahmad Husni Hamim, S.Pd., M.Ag.* (Widyaiswara Adm. Bdk Bandung) Abstrak Perpustakaan wajib ada di sebuah lembaga atau lingkungan pendidikan. Perpustakaan gedungnya ilmu dan informasi, baik berkaitan dengan dunia pendidikan maupun pengetahuan umum. Keberadaan perpustakaan di lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan diharapkan mampu memudahkan dalam mencari referensi atau rujukan sumber ilmu yang sedang dipelajarinya. Dalam rangka mengemban misi perpustakaan pelaku pengelola perpustakaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk membina minat baca. Pustakawan atau pengelola harus benar-benar memahami prinsip-prinsip membaca, karakteristik membaca yang baik, kesiapan membaca, cara-cara memotivasi agar pemustaka senang membaca. Pembinaan dan pengembangan minat baca, harus selalu disertai kegiatan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembinaan dan pengembangan minat baca. Membaca yang baik merupakan syarat mutlak keberhasilan belajar. Agar berhasil belajar, seseorang harus membaca secara efisien dan perlu diperhatikan dalam membina minat baca yaitu dengan pelayanan perpustakaan, yaitu usaha untuk menarik pembaca agar datang ke perpustakaan dan memiliki kegemaran membaca. Selanjutnya mempublikasikan tentang adanya buku-buku baru atau buku referensi baru. Ini bisa melalui tulisan, petunjuk brosur dan tulisan lain. Atau melalui pameran dangan memperkenalkan koleksi yang tersedia di perpustakaan. Ini dapat dilakukan berkala, yaitu pameran yang diadakan secara periodik di perpustakaan. Buku-buku yang dipamerkan harus diganti secara teratur supaya tidak membosankan. Pameran sementara, yaitu yang diadakan untuk sementara waktu. Ini diselenggarakan dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa khusus seperti kongres, seminar, hari nasional, dan sebagainya. Rangsangan kegiatan membaca untuk senang membaca perlu diadakan diskusi, kegiatan ilmiah, ceramah, pembacaan puisi atau prosa, dan sebagainya. Dalam menggiatkan minat baca pustakawan atau pengelola perpustakaan perlu memperkenalkan macam-macam bahan pustaka dengan menerangkan bahwa tiap-tiap bacaan mempunyai informasi yang berbeda tujuan dan fungsinya. Membaca tidak bisa lepas dari keberadaan dan tersedianya bahan bacaan yang memadai, baik jumlah maupun kualitas bacaan. Peran dapat dilakukan perpustakaan dalam menciptakan tumbuhnya kondisi minat baca di lingkungan lembaga pendidkan adalah melalui pilihan bahan bacaan yang menarik bagi pengguna perpustakaan, menganjurkan berbagai cara penyajian pelajaran yang dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan. memberikan berbagai kemudahan dalam mendapatkan berbagai bacaan yang menarik untuk pemustaka. Keyword : Pembinaan Minat Baca A. PENDAHULUAN Eksistensi sebuah perpustakaan merupakan suatu hal yang wajib di lembaga/lingkungan pendidikan. Perpustakaan itu sebagai system informasi dengan fungsi menyimpan pengetahuan dalam berbagai bentuk dokumen serta pengaturannya sedemikian rupa sehingga informasi yang diperlukan dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat ( Muh. Kailani, 1999 :1). Perpustakaan merupakan gedungnya ilmu dan informasi bacaan, baik yang berkaitan dengan dunia pendidikan maupun pengetahuan umum sehingga keberadaan perpustakaan di lingkungan tersebut diharapkan mampu memudahkan pemustaka dalam mencari referensi atau rujukan sumber ilmu yang sedang dipelajarinya, dengan demikian pemustaka akan dapat mengembangkan wacana serta wawasannya lebih luas lagi. Namun, semua itu hanya akan menjadi dilema, manakala perpustakaan tidak dikelola dengan baik. Terlebih lagi apabila suasana perpustakaan tersebut tidak menarik. Jangankan untuk membaca, sekadar singgah saja mungkin pemustaka sudah enggan sehingga eksistensi sebuah perpustakaan dianggap seperti ruang kosong dan fungsinya sebagai gedung ilmu menjadi terabaikan Perpustakaan menyimpan khazanah budaya bangsa atau masyarakat tempat perpustakaan berada dan juga meningkatkan nilai dan apresiasi budaya masyarakat sekitar melalui proses penyediaan bahan Bacaan (Wiji Suwarno :2007 ; 15). Untuk menumbuhkembangkan minat baca sangat dibutuhkan, bagi siswa adalah peran orangtua, guru,sekolah, masyarakat, pemerintah. Orang tua dapat menjadi contoh di rumah dengan membiasakan membaca (koran, majalah, tabloid,buku, dsb.) menyediakan bahan- bahan bacaan yang menarik dan mendidik, mengajak anak berkunjung ke pameran buku, memasukkan anak menjadi anggota perpustakaan. Bagi guru dapat mengajak siswa untuk membaca/menelaah buku-buku yang menarik di perpustakaan, dan memberi tugas yang sumbernya dicari di perpustakaan. Guru dapat pula mewajibkan siswa membaca satu buah setiap minggu, dan orang tua wajib menandatangani laporannya. Sekolah dapat menumbuhkan minat baca siswa dengan menjadikan perpustakaan bersifat aktif dan kondusif. Perpustakaan sekolah dapat mengadakan klub/kelompok baca, hari baca, wajib baca, jam baca dalam satu minggu, promosi, iklan, resensi buku, story telling, lomba (membuat cerpen, puisi, resensi buku, dsb.) Perpustakaan memiliki peranan yang signifikan untuk mendukung gemar membaca dan meningkatkan literasi informasi, juga untuk mengembangkan siswa supaya dapat belajar secara independen ( Mudjito, 1993 : 1). B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Dalam Kamus KBBI pembinaan minat membaca adalah perhatian atau kesukaan. Hakikat Pembinaan minat membaca adalah Perhatian atau kesukaan (Kecenderungan hati) kepada sesuatu. Mengacu kepada makna itu maka dalam hal ini pemberdayaan pembinaan minat membaca berarti adanya perhatian atau kesukaan (kecenderungan) untuk membaca. Kecenderungan atau kesukaan membaca itu perlu dibina sejak kecil. Pembinaan dan pengembangan, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan pemeliharaan, penyempurnaan, dan peningkatan. Misalnya pembinaan dan pengembangan prestasi murid. Sedangkan pembinaan dan pengembangan minat baca berarti usaha memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan minat baca. Apabila minat baca para peserta didik/siswa sulit untuk ditingkatkan maka minimal harus diperhatikan. Minat sering diartikan sebagai interest. Minat bisa dikelompokkan sebagai sifat atau sikap (traits or attitude) yang memiliki kecenderungan atau tendensi tertentu. Minat tidak bisa dikelompokkan sebagai pembawaan tetapi sifatnya bisa diusahakan, dipelajari dan dikembangkan. Membaca merupakan suatu proses menangkap atau memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya, menginterpretasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang dan merefleksikan atau bertindak seperti yang dimaksud dalam konsep itu. Kemampuan membaca tidak hanya mengoperasikan berbagai keterampilan untuk memahami kata-kata dan kalimat tetapi juga kemampuan untuk menginterpretasi, mengevaluasi sehingga diperoleh pemahaman yang komprehensif. Dalam rangka mengemban misi perpustakaan di lembaga pendidikan di sekolah khususnya, guru pustakawan selaku pengelola perpustakaan sekolah harus berusaha semaksimal mungkin untuk membina minat baca para siswa. Guru pustakawan harus benar-benar memahami prinsip-prinsip membaca, karakteristik membaca yang baik, kesiapan membaca, cara-cara memotivasi para siswa supaya senang membaca. Pustakawan mesti memilki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyediaan informasi serta keahlian dalam menggunakan berbagai sumber, baik tercetak maupun elektronik (Suherman, 2009 : 30). Artinya bahwa sesungguhnya pustakawan adalah seorang yang memilki kompetensi yang diperoleh dengan melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan wewenang secara profesional. Ada beberapa prinsip membaca yang perlu diperhatikan oleh pengelola / pustakawan dalam membina dan mengembangkan minat baca adalah sebagai berikut : 1. Membaca merupakan proses berpikir yang kompleks. Hal ini terdiri dari sejumlah kegiatan seperti memahami kata-kata atau kalimat yang ditulis oleh pengarang, menginterpretasikan konsep-konsep pengarang serta menyimpulkannya; 2. Kemampuan membaca tiap orang berbeda-beda. Setiap orang memiliki kemampuan membaca sendiri-sendiri tergantung pada beberapa faktor. Misalnya tingkatan kelas, kecerdasan, keadaan emosi, hubungan sosial seseorang, latar belakang pengalaman yang dimiliki, sikap, aspirasi, kebutuhan-kebutuhan hidup seseorang, dan sebagainya; 3. Pembinaan kemampuan membaca atas dasar evaluasi pembinaan tersebut harus dimulai atas dasar hasil evaluasi terhadap kemampuan membaca orang yang bersangkutan; 4. Membaca harus menjadi pengalaman yang memuaskan. Seseorang akan senang jika telah berhasil mempelajari sesuatu dengan baik dan merasa puas atas hasil bacaannya; 5. Kemahiran membaca perlu keahlian yang kontinyu, agar memiliki kemahiran membaca, keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam membaca perlu diperhatikan sedini mungkin sejak seseorang pertama kali masuk lembaga pendidkan; 6. Evaluasi yang kontinyu dan komprehensif merupakan batu loncatan dalam pembinaan minat baca. Dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan minat baca para peserta didik harus selalu disertai kegiatan evaluasi karena untuk mengetahui keberhasilan pembinaan dan pengembangan minat baca para peserta diidik; 7. Membaca yang baik merupakan syarat mutlak keberhasilan belajar. Agar memperoleh keberhasilan belajar, seseorang harus membaca secara efisien. 2. Metode untuk menumbuhkan minat baca Sasaran dari pelaksanaan perpustakaan fungsi ini adalah terbentuknya masyarakat yang mempunyai budaya membaca dan belajar sepanjang hayat ( Dian Sinaga, 1997 : 1) Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam membina minat baca melalui pelayanan perpustakaan, yaitu : 1. Usaha untuk menarik pembaca agar datang ke perpustakaan dan memiliki kegemaran membaca hendaknya dilakukan oleh pengelola perpustakaan/ pustakawan dengan cara : a. Kunjungan perpustakaan Dengan kunjungan ini diharapkan pengunjung perpustakaan memperoleh informasi dengan melihat sendiri dan mengamati secara teratur sehingga mengetahui koleksi perpustakaan dan menimbulkan rasa ingin membaca atau meminjam buku di perpustakaan. b. Publikasi Perlu adanya wadah untuk memberitahukan pada pemakai perpustakaan tentang adanya buku-buku baru dan buku referensi baru. Hal ini bisa dilakukan melalui tulisan, petunjuk brosur dan tulisan lain. c. Pameran Pameran dilakukan untuk memperkenalkan koleksi yang tersedia di perpustakaan. Ada dua macam jenis pameran : - Pameran berkala, yaitu pameran yang diadakan secara periodik di perpustakaan. Buku-buku yang dipamerkan harus diganti secara teratur biar tidak membosankan. - Pameran sementara, yaitu pameran yang diadakan untuk sementara waktu. Pameran ini pada umumnya penyelenggaraannya dikaitkan dengan peristiwa- peristiwa khusus seperti kongres, seminar, hari nasional, dan sebagainya. d. Rangsangan kegiatan membaca. Untuk merangsang kegiatan membaca dapat diselenggarakan diskusi, kegiatan ilmiah, ceramah, pembacaan puisi atau prosa, dan sebagainya. 2. Bimbingan membaca Ada beberapa kegiatan yang perlu diberikan dalam rangka menggiatkan minat baca antara lain a. Pemanfaatan perpustakaan dalam hal ini pengelola perpustakaan/pustakawan perlu memperkenalkan macam-macam aneka bahan pustaka dengan menerangkan bahwa tiap-tiap bacaan mempunyai informasi yang berbeda tujuan dan fungsinya atau dengan deskripsi singkat isi buku. b. Cara membaca yang baik dan membuat laporan dalam melakukan kegiatan ini ada dua cara yang perlu diperhatikan yaitu : - Cara membaca untuk mengerti, memakai dan membaca cepat. - Cara membaca dilihat dari gerak mata, posisi badan, dan arah sinar yang baik. c. Perlunya digiatkan pelajaran mengarang dan bercerita apabila peserta diberi tugas mengarang oleh pengajar bahasa mereka, pasti mereka akan mencari bahan yang berhubungan dengan tugas yang diberikan oleh pengajar. d. Membuat kliping. Pembuatan kliping ini dapat membantu merangsang minat baca peserta didik, karena dengan membuat kliping pasti peserta didik harus membaca untuk mengelompokkan kliping tersebut sesuai dengan subyeknya. e. Pembuatan majalah dinding di lingkungan kegiatan pendidikan atau sekolah sehingga peserta didik dapat berkreasi, senang membaca dan menulis. f. Jadual buka perpustakaan ini perlu ditetapkan untuk membiasakan pemustaka mengunjungi perpustakaan. g. Adanya pelayanan referral. Pelayanan referral ini dilakukan dengan mengadakan hubungan kerjasama dengan perpustakaan lain. Apabila peserta tidak dapat menemukan informasi di perpustakaan setempat, maka bisa mencari di perpustakaan lain. h. Pembuatan karya tulis. Penulisan karya tulis ini perlu diupayakan secara terus menerus. 3. Petugas perpustakaan/pengelola/Pustakawan hendaknya memilki sikap ramah, mempunyai disiplin kerja yang tinggi, terbuka, suka menolong dan menyenangkan pemustaka/pembaca. 4. Fasilitas perpustakaan harus memiliki fasilitas yang cukup memadai akan membawa pengaruh yang baik terhadap user/ pemustaka. Adapun fasilitas-fasilitas tersebut antara lain : koleksi buku yang cukup memadai, perabot, penerangan yang cukup baik, sirkulasi udara yang cukup baik, adanya ruang diskusi/ceramah, ruang pandang dengar, toilet, dan sebagainya. Secara umum menurut (Suherman, 2009: 48-49) Perpustakaan itu adalah sebuah pusat belajar, oleh karena itu, ia harus memungkinkan untuk dapat mengakomodasi berbagai macam aktivitas instruksional pada waktiu yang bersamaan. Tempat-tempat khusus yang mesti ada di perpustakaan. Dengan uraian Sbb : 1. Ruang Referensi (Reference Area) 2. Ruang bercerita (Booktalking/Storytelling area) 3. Ruang Komputer (Computer/Technology area) 4. Ruang kelas (Intructional/Classroom Area) 5. Ruang Santai (Quiet study / recreational reading area) 6. Ruang Produksi (Multimedia Production) 7. Ruang Pengolahan Bahan Pustaka (Stroge/processing workroom) 3. Dimensi dan Pengembangan Minat Baca Ada tiga dimensi pengembangan minat baca yang perlu dipertimbangkan antara lain : 1. Dimensi edukatif pedagogik. Dimensi ini menekankan tindak tanduk motivasional apa yang dilakukan oleh para pengajar di di kelas, untuk semua bidang studi /kajian yang pada akhirnya para peserta tertarik dan memiliki minat terhadap kegiatan membaca untuk tujuan apa saja. Karena pengajaran saat ini adalah berpusat pada peserta didik maka pengembangan minat baca hendaknya dimulai dari aktivitas belajar sehari-hari di kelas 2. Dimensi sosio kultural, Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca peserta didik/siswa dapat digalakkan berdasarkan hubungan sosial dan kebiasaan anak didik sebagai anggota masyarakat, misalnya dalam masyarakat paternalistic, orang tua atau pemimpin selalu menjadi panutan. Apabila yang dijadikan panutan memiliki minat baca yang tinggi, maka dapat diprediksi bahwa anak juga dengan sendirinya terbawa situasi tersebut, artinya anak akan memiliki kegemaran membaca juga. 3. Dimensi perkembangan psikologis, Anak usia pada jenjang pendidikan tingkat pertama (SLTP dari usia 13-15 tahun) merupakan usia anak menjelang remaja, tahap akhir masa ini didominasi oleh fungsi penalaran secara intelektual. Pada masa ini perlu dipertimbangkan secara sungguh- sungguh dalam upaya memotivasi kegemaran membaca peserta didik atau siswa. C. PEMBAHASAN Perpustakaan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam membina dan menumbuhkan kesadaran membaca. Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan tersedianya bahan bacaan yang memadai, baik dalam jumlah maupun dalam kualitas bacaan. Dalam Undang-undang No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan mengatur cukup lengkap berbagai hal yang menyangkut pengembangan perpustakaan, posisi pustakawan dan keterlibatan masyarakat serta tanggung jawab pemerintah dalam proses mencerdaskan kehidupan berbangsa seperti diamanatkan dalam UUD 1945. Dalam implementasi terselenggaranya Perpustakaan harus dapat mewujudkan di antaranya : 1. Sumber Daya Manusia (SDM.) Realita di lapangan sering di temui bahwa pekerjaan yang ditugaskan diperpustakaan dianggap pekerjaan yang tidak menjanjikan bahkan lebih ekstrim bahwa pekerjaan yang ditugaskan diperpustakaan buangan. Bahkan dalam beberapa kasus ketiadaan SDM membuat kegiatan sama sekali tidak memperdulikan adanya perpustakaan sebagai bagian integral dari sistem pendidikan. Pengelola perpustakaan (SDM) sesungguhnya merupakan kunci utama dalam kesuksesan pengelolaan sebuah perpustakaan. Inovasi dan ide-ide kreatifitasnya akan membawa perpustakaan menjadi perpustakaan yang efektif dan nyaman digunakan oleh peserta didik atau Fasilitator maupun seluruh civitas pendidikan. Untuk itu dibutuhkan SDM yang mampu mengelola dan memepunyai ide- ide segar serta bekerja secara profesional. Kualitas penyelenggaraan perpustakaan sangat bergantung pada kapasitas Sunber Daya Manusia (SDM) tenaga pengelolanya (Suherman, 2009: 30). Upaya untuk ini adalah bagaimana ke depan bisa mempersiapkan dan retrutmen calon pengelola perpustakaan sesuai Backgraund pendidikan dan atau pengalaman melalui kediklatan; 2. Posisi Fungsional Pusatakawan Idealnya yang diangkat sebagai pustakawan harus mempunyai latar belakang pendidikan akademik ilmu perpustakaan sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No,. 43 Tahun 2007 BAB VIII pasal 29 AYAT 1 dan 2 ; Pada ayat 1 di jelaskan bahwa Tenaga perpustakaan terdiri atas Pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan dan pada ayat 2 dijelaskan bahwa Pustakawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kualifikasi sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Selanjutnaya pustakawan harus memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepusatakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Apabila melihat realita seringkali yang ditugaskan di perpustakaan atau calon tenaga atau tenaga pengelola perpustakaan tidak berdasarkan kepada kemampuan. Malah mereka yang tidak bagus kinerjanya di tempatkan di perpustakaan. Bahkan lebih mengenaskan lagi banyak lagi tenaga perpustakaan tidak mengenal dunia perpustakaan atau tidak dibekali kemampuannya melalui kediklatan lebih dahulu. Ini kerja hanya outodidak padahal perpustakaan saat ini program perpustakaan sangat bervariasi dan dinamis. Jadi saat ini masih terjadi pengelola perpustakkaan bisa exvivalenkan dengan tenaga buangan atau pelengkap penderitaan. Konsekuensi logis hal ini akan mengakibatkan tidak akan berjalan pengelolaan perpustakaan secara profesional. Pustakawan mesti memilki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan penyediaan informasi serta keahlian dalam mengggunakan berbagai sumber, baik tercetak maupun elektronik (Suherman, 2009 : 30). Artinya bahwa sesungguhnya pustakawan adalah seorang yang memilki kompetensi yang diperoleh dengan melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan wewenang secara profesional. Peran yang dapat dilakukan oleh perpustakaan dalam menciptakan tumbuhnya kondisi minat baca di lingkungan lembaga pendidikan adalah sebagai berikut : 1. Memilih bahan bacaan yang menarik bagi pemustaka. 2. Menganjurkan berbagai cara penyajian pelajaran di lembaga pendidikan yang dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan. 3. Memberikan berbagai kemudahan dalam mendapatkan berbagai bacaan yang menarik untuk pemustaka. 4. Memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada pemustaka. 5. Perpustakaan perlu dikelola dengan baik agar pemustaka merasa betah dan senang berkunjung ke perpustakaan. 6. Perpustakaan perlu melakukan berbagai promosi kepada masyarakat berkaitan dengan pemanfaatan perpustakaan dan berkaitan dengan peningkatan minat dan kegemaran membaca. 7. Menanamkan kesadaran dalam diri user/pemakai perpustakaan, bahwa membaca sangat penting untuk mencapai keberhasilan lembaga pendidkan. 8. Melakukan berbagai kegiatan seperti lomba minat dan kegemaran membaca untuk peserta didik. Lomba ini biasanya diadakan oleh perpustakaan lembaga pendidikan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian agama bidang pendidikan atau dengan Perpustakaan Umum. 9. Menjadikan peristiwa yang memiliki sejarah setiap tahun sebagai tahun buku nasional. Pada kesempatan ini perpustakaan bisa melakukan pameran buku atau kegiatan lain yang menunjang tahun buku nasional. 10. Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang paling banyak meminjam buku di perpustakaan dalam kurun waktu tertentu misalnya tiap catur wulan atau sekali dalam satu tahun. D. PENUTUP Perpustakaan yang ada di lembaga pendidikan adalah merupakan sarana yang vital. Pengelola perpustakaan di lembaga pendidikian harus bertanggung jawab terhadap pengadaan dan pengembangan bahan pustaka. Apabila penyelenggaraan pendidikan tidak dibarengi dengan adanya perpustakaan yang memadai atau repsentatif, maka akan sulit untuk menumbuhkan dan memupuk minat baca peserta didik. Akan tetapi sebaliknya, apabila perpustakaannya memadai maka sejak dini peserta didik dapat diarahkan untuk memanfaatkan perpustakaan. Seluruh buku dan segala jenis bahan bacaan yang tersedia hendaknya dipilih atau diseleksi dengan berbagai pertimbangan yang matang, terutama buku-buku yang menunjang pembelajaran bagi peserta didik. Jenis bacaan ini biasanya memberikan dasar-dasar yang dapat mengarahkan peserta didik untuk menimba ilmu dan mengembangkan pengetahuan. Dengan adanya perpustakaan di lembaga pendidikan yang baik dan didukung dengan adanya tugas-tugas dari pengajar, sumbernya ada di perpustakaan, cepat atau lambat minat baca peserta didik akan mulai tumbuh. Para peserta atau siswa akan terdorong untuk memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan, sehingga minat baca mereka akan terpupuk. DAFTAR PUSTAKA Dian Sinaga, 1997, Ilmu Perpustakaan dan Profesi Pustakawan, Bandung, Binacipta Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinanaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta Balai Pustaka. Kailani Er, 1999, Daftar Tajuk Subyek Islam dan Sistem Klasifikasi Islam; Adaptasi dan Perluasan DDC Seksi Islam, Jakarta, Puslitbang Lektur Badan Litbang Agama Dep. Agama. Mudjito, Teknik Meningkatkan Minat Baca Pada Perpustakaan Sekolah, Diektorat Sarana Pendidikan, Jakarta, 1992 Suherman, 2009, Perpustakaan Sebagai Jantung Sekolah; Referensi Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, Bandung, MQS Publishing. Wiji Suwarno, 2007, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan: Sebuah Pendekatan Praktis, Yogyakarta, Ar-Ruzz UU RI Nomor 43 Tahun 207 Tentang Perpustakaan UUD Tahun 1945 *Isi artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita