You are on page 1of 9

PENGEMBANGAN PEMBINAAN MINAT BACA BAGI PESERTA DIKLAT MANAJEMEN

PERPUSTAKAAN DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN BANDUNG


Oleh: Ahmad Husni Hamim, S.Pd., M.Ag.*
(Widyaiswara Adm. Bdk Bandung)
Abstrak
Perpustakaan wajib ada di sebuah lembaga atau lingkungan pendidikan. Perpustakaan
gedungnya ilmu dan informasi, baik berkaitan dengan dunia pendidikan maupun pengetahuan
umum. Keberadaan perpustakaan di lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan diharapkan
mampu memudahkan dalam mencari referensi atau rujukan sumber ilmu yang sedang
dipelajarinya. Dalam rangka mengemban misi perpustakaan pelaku pengelola perpustakaan
harus berusaha semaksimal mungkin untuk membina minat baca. Pustakawan atau pengelola
harus benar-benar memahami prinsip-prinsip membaca, karakteristik membaca yang baik,
kesiapan membaca, cara-cara memotivasi agar pemustaka senang membaca.
Pembinaan dan pengembangan minat baca, harus selalu disertai kegiatan evaluasi untuk
mengetahui keberhasilan pembinaan dan pengembangan minat baca. Membaca yang baik
merupakan syarat mutlak keberhasilan belajar. Agar berhasil belajar, seseorang harus membaca
secara efisien dan perlu diperhatikan dalam membina minat baca yaitu dengan pelayanan
perpustakaan, yaitu usaha untuk menarik pembaca agar datang ke perpustakaan dan memiliki
kegemaran membaca. Selanjutnya mempublikasikan tentang adanya buku-buku baru atau buku
referensi baru. Ini bisa melalui tulisan, petunjuk brosur dan tulisan lain. Atau melalui pameran
dangan memperkenalkan koleksi yang tersedia di perpustakaan. Ini dapat dilakukan berkala,
yaitu pameran yang diadakan secara periodik di perpustakaan. Buku-buku yang dipamerkan
harus diganti secara teratur supaya tidak membosankan. Pameran sementara, yaitu yang diadakan
untuk sementara waktu. Ini diselenggarakan dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa khusus seperti
kongres, seminar, hari nasional, dan sebagainya. Rangsangan kegiatan membaca untuk senang
membaca perlu diadakan diskusi, kegiatan ilmiah, ceramah, pembacaan puisi atau prosa, dan
sebagainya. Dalam menggiatkan minat baca pustakawan atau pengelola perpustakaan perlu
memperkenalkan macam-macam bahan pustaka dengan menerangkan bahwa tiap-tiap bacaan
mempunyai informasi yang berbeda tujuan dan fungsinya.
Membaca tidak bisa lepas dari keberadaan dan tersedianya bahan bacaan yang memadai, baik
jumlah maupun kualitas bacaan. Peran dapat dilakukan perpustakaan dalam menciptakan
tumbuhnya kondisi minat baca di lingkungan lembaga pendidkan adalah melalui pilihan bahan
bacaan yang menarik bagi pengguna perpustakaan, menganjurkan berbagai cara penyajian
pelajaran yang dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan. memberikan berbagai kemudahan
dalam mendapatkan berbagai bacaan yang menarik untuk pemustaka.
Keyword : Pembinaan Minat Baca
A. PENDAHULUAN
Eksistensi sebuah perpustakaan merupakan suatu hal yang wajib di lembaga/lingkungan
pendidikan. Perpustakaan itu sebagai system informasi dengan fungsi menyimpan
pengetahuan dalam berbagai bentuk dokumen serta pengaturannya sedemikian rupa sehingga
informasi yang diperlukan dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat ( Muh. Kailani,
1999 :1). Perpustakaan merupakan gedungnya ilmu dan informasi bacaan, baik yang
berkaitan dengan dunia pendidikan maupun pengetahuan umum sehingga keberadaan
perpustakaan di lingkungan tersebut diharapkan mampu memudahkan pemustaka dalam
mencari referensi atau rujukan sumber ilmu yang sedang dipelajarinya, dengan demikian
pemustaka akan dapat mengembangkan wacana serta wawasannya lebih luas lagi. Namun,
semua itu hanya akan menjadi dilema, manakala perpustakaan tidak dikelola dengan baik.
Terlebih lagi apabila suasana perpustakaan tersebut tidak menarik. Jangankan untuk
membaca, sekadar singgah saja mungkin pemustaka sudah enggan sehingga eksistensi
sebuah perpustakaan dianggap seperti ruang kosong dan fungsinya sebagai gedung ilmu
menjadi terabaikan Perpustakaan menyimpan khazanah budaya bangsa atau masyarakat
tempat perpustakaan berada dan juga meningkatkan nilai dan apresiasi budaya masyarakat
sekitar melalui proses penyediaan bahan Bacaan (Wiji Suwarno :2007 ; 15).
Untuk menumbuhkembangkan minat baca sangat dibutuhkan, bagi siswa adalah peran
orangtua, guru,sekolah, masyarakat, pemerintah. Orang tua dapat menjadi contoh di rumah
dengan membiasakan membaca (koran, majalah, tabloid,buku, dsb.) menyediakan bahan-
bahan bacaan yang menarik dan mendidik, mengajak anak berkunjung ke pameran buku,
memasukkan anak menjadi anggota perpustakaan. Bagi guru dapat mengajak siswa untuk
membaca/menelaah buku-buku yang menarik di perpustakaan, dan memberi tugas yang
sumbernya dicari di perpustakaan. Guru dapat pula mewajibkan siswa membaca satu buah
setiap minggu, dan orang tua wajib menandatangani laporannya. Sekolah dapat
menumbuhkan minat baca siswa dengan menjadikan perpustakaan bersifat aktif dan
kondusif. Perpustakaan sekolah dapat mengadakan klub/kelompok baca, hari baca, wajib
baca, jam baca dalam satu minggu, promosi, iklan, resensi buku, story telling, lomba
(membuat cerpen, puisi, resensi buku, dsb.) Perpustakaan memiliki peranan yang signifikan
untuk mendukung gemar membaca dan meningkatkan literasi informasi, juga untuk
mengembangkan siswa supaya dapat belajar secara independen ( Mudjito, 1993 : 1).
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Dalam Kamus KBBI pembinaan minat membaca adalah perhatian atau kesukaan.
Hakikat Pembinaan minat membaca adalah Perhatian atau kesukaan (Kecenderungan
hati) kepada sesuatu. Mengacu kepada makna itu maka dalam hal ini pemberdayaan
pembinaan minat membaca berarti adanya perhatian atau kesukaan (kecenderungan)
untuk membaca. Kecenderungan atau kesukaan membaca itu perlu dibina sejak kecil.
Pembinaan dan pengembangan, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pemeliharaan, penyempurnaan, dan peningkatan. Misalnya pembinaan dan
pengembangan prestasi murid. Sedangkan pembinaan dan pengembangan minat baca
berarti usaha memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan minat baca. Apabila
minat baca para peserta didik/siswa sulit untuk ditingkatkan maka minimal harus
diperhatikan. Minat sering diartikan sebagai interest. Minat bisa dikelompokkan
sebagai sifat atau sikap (traits or attitude) yang memiliki kecenderungan atau tendensi
tertentu. Minat tidak bisa dikelompokkan sebagai pembawaan tetapi sifatnya bisa
diusahakan, dipelajari dan dikembangkan. Membaca merupakan suatu proses
menangkap atau memperoleh konsep-konsep yang dimaksud oleh pengarangnya,
menginterpretasi, mengevaluasi konsep-konsep pengarang dan merefleksikan atau
bertindak seperti yang dimaksud dalam konsep itu. Kemampuan membaca tidak hanya
mengoperasikan berbagai keterampilan untuk memahami kata-kata dan kalimat tetapi
juga kemampuan untuk menginterpretasi, mengevaluasi sehingga diperoleh pemahaman
yang komprehensif. Dalam rangka mengemban misi perpustakaan di lembaga pendidikan
di sekolah khususnya, guru pustakawan selaku pengelola perpustakaan sekolah harus
berusaha semaksimal mungkin untuk membina minat baca para siswa. Guru pustakawan
harus benar-benar memahami prinsip-prinsip membaca, karakteristik membaca yang
baik, kesiapan membaca, cara-cara memotivasi para siswa supaya senang membaca.
Pustakawan mesti memilki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
penyediaan informasi serta keahlian dalam menggunakan berbagai sumber, baik tercetak
maupun elektronik (Suherman, 2009 : 30). Artinya bahwa sesungguhnya pustakawan
adalah seorang yang memilki kompetensi yang diperoleh dengan melalui pendidikan
dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan wewenang secara
profesional.
Ada beberapa prinsip membaca yang perlu diperhatikan oleh pengelola / pustakawan
dalam membina dan mengembangkan minat baca adalah sebagai berikut :
1. Membaca merupakan proses berpikir yang kompleks. Hal ini terdiri dari sejumlah
kegiatan seperti memahami kata-kata atau kalimat yang ditulis oleh pengarang,
menginterpretasikan konsep-konsep pengarang serta menyimpulkannya;
2. Kemampuan membaca tiap orang berbeda-beda. Setiap orang memiliki kemampuan
membaca sendiri-sendiri tergantung pada beberapa faktor. Misalnya tingkatan kelas,
kecerdasan, keadaan emosi, hubungan sosial seseorang, latar belakang pengalaman
yang dimiliki, sikap, aspirasi, kebutuhan-kebutuhan hidup seseorang, dan
sebagainya;
3. Pembinaan kemampuan membaca atas dasar evaluasi pembinaan tersebut harus
dimulai atas dasar hasil evaluasi terhadap kemampuan membaca orang yang
bersangkutan;
4. Membaca harus menjadi pengalaman yang memuaskan. Seseorang akan senang jika
telah berhasil mempelajari sesuatu dengan baik dan merasa puas atas hasil
bacaannya;
5. Kemahiran membaca perlu keahlian yang kontinyu, agar memiliki kemahiran
membaca, keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dalam membaca perlu
diperhatikan sedini mungkin sejak seseorang pertama kali masuk lembaga
pendidkan;
6. Evaluasi yang kontinyu dan komprehensif merupakan batu loncatan dalam
pembinaan minat baca. Dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan minat baca
para peserta didik harus selalu disertai kegiatan evaluasi karena untuk mengetahui
keberhasilan pembinaan dan pengembangan minat baca para peserta diidik;
7. Membaca yang baik merupakan syarat mutlak keberhasilan belajar. Agar
memperoleh keberhasilan belajar, seseorang harus membaca secara efisien.
2. Metode untuk menumbuhkan minat baca
Sasaran dari pelaksanaan perpustakaan fungsi ini adalah terbentuknya masyarakat yang
mempunyai budaya membaca dan belajar sepanjang hayat ( Dian Sinaga, 1997 :
1) Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam membina minat baca
melalui pelayanan perpustakaan, yaitu :
1. Usaha untuk menarik pembaca agar datang ke perpustakaan dan memiliki
kegemaran membaca hendaknya dilakukan oleh pengelola perpustakaan/
pustakawan dengan cara :
a. Kunjungan perpustakaan
Dengan kunjungan ini diharapkan pengunjung perpustakaan memperoleh
informasi dengan melihat sendiri dan mengamati secara teratur sehingga
mengetahui koleksi perpustakaan dan menimbulkan rasa ingin membaca atau
meminjam buku di perpustakaan.
b. Publikasi
Perlu adanya wadah untuk memberitahukan pada pemakai perpustakaan tentang
adanya buku-buku baru dan buku referensi baru. Hal ini bisa dilakukan melalui
tulisan, petunjuk brosur dan tulisan lain.
c. Pameran
Pameran dilakukan untuk memperkenalkan koleksi yang tersedia di
perpustakaan. Ada dua macam jenis pameran :
- Pameran berkala, yaitu pameran yang diadakan secara periodik di
perpustakaan. Buku-buku yang dipamerkan harus diganti secara teratur biar
tidak membosankan.
- Pameran sementara, yaitu pameran yang diadakan untuk sementara waktu.
Pameran ini pada umumnya penyelenggaraannya dikaitkan dengan peristiwa-
peristiwa khusus seperti kongres, seminar, hari nasional, dan sebagainya.
d. Rangsangan kegiatan membaca.
Untuk merangsang kegiatan membaca dapat diselenggarakan diskusi, kegiatan
ilmiah, ceramah, pembacaan puisi atau prosa, dan sebagainya.
2. Bimbingan membaca
Ada beberapa kegiatan yang perlu diberikan dalam rangka menggiatkan minat
baca antara lain
a. Pemanfaatan perpustakaan dalam hal ini pengelola perpustakaan/pustakawan
perlu memperkenalkan macam-macam aneka bahan pustaka dengan
menerangkan bahwa tiap-tiap bacaan mempunyai informasi yang berbeda tujuan
dan fungsinya atau dengan deskripsi singkat isi buku.
b. Cara membaca yang baik dan membuat laporan dalam melakukan kegiatan ini
ada dua cara yang perlu diperhatikan yaitu :
- Cara membaca untuk mengerti, memakai dan membaca cepat.
- Cara membaca dilihat dari gerak mata, posisi badan, dan arah sinar yang
baik.
c. Perlunya digiatkan pelajaran mengarang dan bercerita apabila peserta diberi
tugas mengarang oleh pengajar bahasa mereka, pasti mereka akan mencari
bahan yang berhubungan dengan tugas yang diberikan oleh pengajar.
d. Membuat kliping. Pembuatan kliping ini dapat membantu merangsang minat
baca peserta didik, karena dengan membuat kliping pasti peserta didik harus
membaca untuk mengelompokkan kliping tersebut sesuai dengan subyeknya.
e. Pembuatan majalah dinding di lingkungan kegiatan pendidikan atau sekolah
sehingga peserta didik dapat berkreasi, senang membaca dan menulis.
f. Jadual buka perpustakaan ini perlu ditetapkan untuk membiasakan pemustaka
mengunjungi perpustakaan.
g. Adanya pelayanan referral. Pelayanan referral ini dilakukan dengan
mengadakan hubungan kerjasama dengan perpustakaan lain. Apabila peserta
tidak dapat menemukan informasi di perpustakaan setempat, maka bisa mencari
di perpustakaan lain.
h. Pembuatan karya tulis. Penulisan karya tulis ini perlu diupayakan secara terus
menerus.
3. Petugas perpustakaan/pengelola/Pustakawan hendaknya memilki sikap ramah,
mempunyai disiplin kerja yang tinggi, terbuka, suka menolong dan menyenangkan
pemustaka/pembaca.
4. Fasilitas perpustakaan harus memiliki fasilitas yang cukup memadai akan
membawa pengaruh yang baik terhadap user/ pemustaka. Adapun fasilitas-fasilitas
tersebut antara lain : koleksi buku yang cukup memadai, perabot, penerangan yang
cukup baik, sirkulasi udara yang cukup baik, adanya ruang diskusi/ceramah, ruang
pandang dengar, toilet, dan sebagainya. Secara umum menurut (Suherman, 2009:
48-49) Perpustakaan itu adalah sebuah pusat belajar, oleh karena itu, ia harus
memungkinkan untuk dapat mengakomodasi berbagai macam aktivitas instruksional
pada waktiu yang bersamaan. Tempat-tempat khusus yang mesti ada di
perpustakaan. Dengan uraian Sbb :
1. Ruang Referensi (Reference Area)
2. Ruang bercerita (Booktalking/Storytelling area)
3. Ruang Komputer (Computer/Technology area)
4. Ruang kelas (Intructional/Classroom Area)
5. Ruang Santai (Quiet study / recreational reading area)
6. Ruang Produksi (Multimedia Production)
7. Ruang Pengolahan Bahan Pustaka (Stroge/processing workroom)
3. Dimensi dan Pengembangan Minat Baca
Ada tiga dimensi pengembangan minat baca yang perlu dipertimbangkan antara lain :
1. Dimensi edukatif pedagogik.
Dimensi ini menekankan tindak tanduk motivasional apa yang dilakukan oleh para
pengajar di di kelas, untuk semua bidang studi /kajian yang pada akhirnya para
peserta tertarik dan memiliki minat terhadap kegiatan membaca untuk tujuan apa
saja. Karena pengajaran saat ini adalah berpusat pada peserta didik maka
pengembangan minat baca hendaknya dimulai dari aktivitas belajar sehari-hari di
kelas
2. Dimensi sosio kultural,
Dimensi ini mengandung makna bahwa minat baca peserta didik/siswa dapat
digalakkan berdasarkan hubungan sosial dan kebiasaan anak didik sebagai anggota
masyarakat, misalnya dalam masyarakat paternalistic, orang tua atau pemimpin
selalu menjadi panutan. Apabila yang dijadikan panutan memiliki minat baca yang
tinggi, maka dapat diprediksi bahwa anak juga dengan sendirinya terbawa situasi
tersebut, artinya anak akan memiliki kegemaran membaca juga.
3. Dimensi perkembangan psikologis,
Anak usia pada jenjang pendidikan tingkat pertama (SLTP dari usia 13-15 tahun)
merupakan usia anak menjelang remaja, tahap akhir masa ini didominasi oleh fungsi
penalaran secara intelektual. Pada masa ini perlu dipertimbangkan secara sungguh-
sungguh dalam upaya memotivasi kegemaran membaca peserta didik atau siswa.
C. PEMBAHASAN
Perpustakaan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam membina dan menumbuhkan
kesadaran membaca. Kegiatan membaca tidak bisa dilepaskan dari keberadaan dan
tersedianya bahan bacaan yang memadai, baik dalam jumlah maupun dalam kualitas
bacaan.
Dalam Undang-undang No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan mengatur cukup lengkap
berbagai hal yang menyangkut pengembangan perpustakaan, posisi pustakawan dan
keterlibatan masyarakat serta tanggung jawab pemerintah dalam proses mencerdaskan
kehidupan berbangsa seperti diamanatkan dalam UUD 1945.
Dalam implementasi terselenggaranya Perpustakaan harus dapat mewujudkan di antaranya
:
1. Sumber Daya Manusia (SDM.)
Realita di lapangan sering di temui bahwa pekerjaan yang ditugaskan diperpustakaan
dianggap pekerjaan yang tidak menjanjikan bahkan lebih ekstrim bahwa pekerjaan yang
ditugaskan diperpustakaan buangan. Bahkan dalam beberapa kasus ketiadaan SDM
membuat kegiatan sama sekali tidak memperdulikan adanya perpustakaan sebagai bagian
integral dari sistem pendidikan. Pengelola perpustakaan (SDM) sesungguhnya
merupakan kunci utama dalam kesuksesan pengelolaan sebuah perpustakaan. Inovasi
dan ide-ide kreatifitasnya akan membawa perpustakaan menjadi perpustakaan yang
efektif dan nyaman digunakan oleh peserta didik atau Fasilitator maupun seluruh civitas
pendidikan. Untuk itu dibutuhkan SDM yang mampu mengelola dan memepunyai ide-
ide segar serta bekerja secara profesional. Kualitas penyelenggaraan perpustakaan
sangat bergantung pada kapasitas Sunber Daya Manusia (SDM) tenaga pengelolanya
(Suherman, 2009: 30). Upaya untuk ini adalah bagaimana ke depan bisa
mempersiapkan dan retrutmen calon pengelola perpustakaan sesuai Backgraund
pendidikan dan atau pengalaman melalui kediklatan;
2. Posisi Fungsional Pusatakawan
Idealnya yang diangkat sebagai pustakawan harus mempunyai latar belakang pendidikan
akademik ilmu perpustakaan sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No,. 43 Tahun
2007 BAB VIII pasal 29 AYAT 1 dan 2 ; Pada ayat 1 di jelaskan bahwa Tenaga
perpustakaan terdiri atas Pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan dan pada ayat 2
dijelaskan bahwa Pustakawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
kualifikasi sesuai dengan standar nasional perpustakaan. Selanjutnaya pustakawan harus
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan
kepusatakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.
Apabila melihat realita seringkali yang ditugaskan di perpustakaan atau calon tenaga
atau tenaga pengelola perpustakaan tidak berdasarkan kepada kemampuan. Malah
mereka yang tidak bagus kinerjanya di tempatkan di perpustakaan. Bahkan lebih
mengenaskan lagi banyak lagi tenaga perpustakaan tidak mengenal dunia perpustakaan
atau tidak dibekali kemampuannya melalui kediklatan lebih dahulu. Ini kerja hanya
outodidak padahal perpustakaan saat ini program perpustakaan sangat bervariasi dan
dinamis. Jadi saat ini masih terjadi pengelola perpustakkaan bisa exvivalenkan dengan
tenaga buangan atau pelengkap penderitaan. Konsekuensi logis hal ini akan
mengakibatkan tidak akan berjalan pengelolaan perpustakaan secara profesional.
Pustakawan mesti memilki pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
penyediaan informasi serta keahlian dalam mengggunakan berbagai sumber, baik
tercetak maupun elektronik (Suherman, 2009 : 30). Artinya bahwa sesungguhnya
pustakawan adalah seorang yang memilki kompetensi yang diperoleh dengan melalui
pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan wewenang
secara profesional.
Peran yang dapat dilakukan oleh perpustakaan dalam menciptakan tumbuhnya kondisi
minat baca di lingkungan lembaga pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Memilih bahan bacaan yang menarik bagi pemustaka.
2. Menganjurkan berbagai cara penyajian pelajaran di lembaga pendidikan yang
dikaitkan dengan tugas-tugas di perpustakaan.
3. Memberikan berbagai kemudahan dalam mendapatkan berbagai bacaan yang
menarik untuk pemustaka.
4. Memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada pemustaka.
5. Perpustakaan perlu dikelola dengan baik agar pemustaka merasa betah dan senang
berkunjung ke perpustakaan.
6. Perpustakaan perlu melakukan berbagai promosi kepada masyarakat berkaitan
dengan pemanfaatan perpustakaan dan berkaitan dengan peningkatan minat dan
kegemaran membaca.
7. Menanamkan kesadaran dalam diri user/pemakai perpustakaan, bahwa membaca
sangat penting untuk mencapai keberhasilan lembaga pendidkan.
8. Melakukan berbagai kegiatan seperti lomba minat dan kegemaran membaca untuk
peserta didik. Lomba ini biasanya diadakan oleh perpustakaan lembaga pendidikan
bekerjasama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian agama
bidang pendidikan atau dengan Perpustakaan Umum.
9. Menjadikan peristiwa yang memiliki sejarah setiap tahun sebagai tahun buku
nasional. Pada kesempatan ini perpustakaan bisa melakukan pameran buku atau
kegiatan lain yang menunjang tahun buku nasional.
10. Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang paling banyak meminjam buku
di perpustakaan dalam kurun waktu tertentu misalnya tiap catur wulan atau sekali
dalam satu tahun.
D. PENUTUP
Perpustakaan yang ada di lembaga pendidikan adalah merupakan sarana yang vital.
Pengelola perpustakaan di lembaga pendidikian harus bertanggung jawab terhadap
pengadaan dan pengembangan bahan pustaka. Apabila penyelenggaraan pendidikan tidak
dibarengi dengan adanya perpustakaan yang memadai atau repsentatif, maka akan sulit
untuk menumbuhkan dan memupuk minat baca peserta didik. Akan tetapi sebaliknya,
apabila perpustakaannya memadai maka sejak dini peserta didik dapat diarahkan untuk
memanfaatkan perpustakaan.
Seluruh buku dan segala jenis bahan bacaan yang tersedia hendaknya dipilih atau diseleksi
dengan berbagai pertimbangan yang matang, terutama buku-buku yang menunjang
pembelajaran bagi peserta didik. Jenis bacaan ini biasanya memberikan dasar-dasar yang
dapat mengarahkan peserta didik untuk menimba ilmu dan mengembangkan pengetahuan.
Dengan adanya perpustakaan di lembaga pendidikan yang baik dan didukung dengan
adanya tugas-tugas dari pengajar, sumbernya ada di perpustakaan, cepat atau lambat minat
baca peserta didik akan mulai tumbuh. Para peserta atau siswa akan terdorong untuk
memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan, sehingga minat baca mereka akan
terpupuk.
DAFTAR PUSTAKA
Dian Sinaga, 1997, Ilmu Perpustakaan dan Profesi Pustakawan, Bandung, Binacipta
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinanaan dan
Pengembangan Bahasa, Jakarta Balai Pustaka.
Kailani Er, 1999, Daftar Tajuk Subyek Islam dan Sistem Klasifikasi Islam; Adaptasi dan
Perluasan DDC Seksi Islam, Jakarta, Puslitbang Lektur Badan Litbang Agama Dep. Agama.
Mudjito, Teknik Meningkatkan Minat Baca Pada Perpustakaan Sekolah, Diektorat Sarana
Pendidikan, Jakarta, 1992
Suherman, 2009, Perpustakaan Sebagai Jantung Sekolah; Referensi Pengelolaan Perpustakaan
Sekolah, Bandung, MQS Publishing.
Wiji Suwarno, 2007, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan: Sebuah Pendekatan Praktis, Yogyakarta,
Ar-Ruzz
UU RI Nomor 43 Tahun 207 Tentang Perpustakaan
UUD Tahun 1945
*Isi artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis

You might also like