You are on page 1of 20

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS PARU
INFECTION CENTER (IC)
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

Oleh

DEWITA AMANDA BANDUNG


C121 13 316

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

(................................................. ) (................................................. )

PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hamper seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini
dapat masuk ke saluran pernapasan dan saluran pencernaan serta luka terbuka pada kulit.
Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri
tersebut (Nurarif dan Kusuma, 2015). TB ditularkan ketika seorang penderita penyakit paru
aktif mengeluarkan organism pathogen. Individu yang rentan akan menghirup droplet dan
menjadi terinfeksi. Bakteri ditransmisikan ke alveoli dan bronkopneumonia, granuloma, dan
jaringan fibrosa. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu setelah pajanan
(Smeltzer, 2011).
Klasifikasi tuberculosis dari system lama (Nurarif dan Kusuma, 2015).
1. Pembagian secara patologis:
a. Tuborkulosis primer (childhood tuberculosis)
b. Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis)
2. Pembagian secara aktivitas radiologis tuberculosis paru :
a. Koch pulmonum aktif
b. Non aktif
c. Quiescent (bentuk aktif yang menyembuh)
3. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
a. Tuberculosis minimal
b. Moderately advanced tuberculosis
c. Far advanced tuberculosis
Klasifikasi tuberculosis menurut American Thoracic Society
Kategori 0 : tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes
tuberculin negative
Kategori 1 : terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi, riwayat kontak positif, tes
tuberculin negative
Kategori 2 : terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit. Tes tuberculin positif, radiologis dan
sputum negatif
Kategori 3 : terinfeksi tuberculosis dan sakit (Nurarif dan Kusuma, 2015).
B. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam
mikrobacteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe Bovin berada dalam
susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Sedangkan basil tipe Human bisa berada
di bercak ludah (droplet) dan diudara yang berasal dari penderita TBC dan orang yang
terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. Setelah organism terinhalasi, dan masuk paru-
paru bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus local. Penyebaran
melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, di mana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun-tahun. Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase yaitu:
1. Fase I (Fase tuberculosis primer)
Masuk ke dalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi pertahanan tubuh.
2. Fase II
3. Fase III (Fase laten)
Fase di mana bakteri tidur selama bertahun-tahun/seumur hidup dan reaktifitas jika
terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh dan bisa terdapat di tulang panjang,
vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limfatikus, leher dan ginjal.
4. Fase IV
Dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke organ yang lain dan
yang kedua ke ginjal setelah paru.
Factor risiko terpajan bakteri tuberculosis antara lain:
1. Kontak dekat dengan seseorang yang menderita TB aktif
2. Status gangguan imun (misalnya pada lansia, penderita kanker, terapi kortikosteroid, dan
HIV)
3. Penggunaan obat injeksi dan alkoholisme
4. Masyarakat yang kurang mendapat layanan kesehatan yang memadai
5. Tinggal di lingkungan padat penduduk dan di bawah standar
6. Pekerjaan, misalnya tenaga kesehatan, terutama yang melakukan aktifitas berisiko tinggi)
C. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis dari penderita tuberculosis paru antara lain:
1. Deman yang suhu tubuhnya mencapai 40-41 0C
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-41 0C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh
daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang
masuk.
2. Terdapat batuk yang disertai pengeluaran darah
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif). Keadaan
setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak).
Keadaan yang lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh
darah yang cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak napas dan nyeri dada
4. Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah
bagian paru-paru. Gejala nyeri dada dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah
sampai pada pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi gejala ini akan
jarang ditemukan.
5. Malaise dan keringat di malam hari
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan
anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot dan keringat
malam. Gejala semakin lama semakin berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
6. Suara khas pada perkusi dada
7. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama pada
kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimptomatik. Penyakit baru
dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau
uji tuberculin yang positif.
a. inspeksi: inspeksi keadaan umum pasien, mungkin ditemukan konjungtiva mata
atau kulit yang pucat karena anemia, demam, badan kurus atau berat badan
menurun.
b. palpasi : Bila terdapat sulit menilai dari palpasi dinding dada
c. perkusi : tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks
(puncak paru). bila dicurigai ada infiltrate yang agak luas, maka didapatkan perkusi
yang redup. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara
hipersonor atau timfani. Bila tuberculosis mengenai pleura, tejadi efusi pleura, pada
perkusi terdengar suara beda.
d. auskultasi : TB paru yang menimbulkan infiltrat yang luas didapatkan auskultasi
suara napas bronchial, didapatkan juga suara napas tambahan berupa ronki basah,
kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrate diliputi oleh penebalan pleura, suara napas
menjadi vesikuler melemah. Pada efusi pleura akibat TB Paru menimbulkan suara
napas yang melemah sampai tidak terdengar sama sekali pada auskultasi toraks.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Untuk pemeriksaan TB paru, semua pasien susupek TB diperiksa 3 spesimen dahak
dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu. Diagnosis TB paru ditegakkan
dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pemeriksaan dahak mikroskopis juga
digunakan untuk menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi
penularan.
1) Sewaktu : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama
kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
2) Pagi : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua , segera setalah
bangun tidur.
3) Sewaktu : dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
b. Pemeriksaan biakan (kultur TB)
Berfungsi untuk mengidentifikasi M.tuberkulosis (gold standard), dan untuk
mengetahui apakah kuman BTA pada pasien tersebut masih peka/sensitive terhadap
OAT yang digunakan atau sudah persisten. Indikasi kultur TB dan uji resistensi
OAT :
1) Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
2) Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak
3) Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda
c. Pemeriksaan Radiologis
Lokasi lesi tuberkulosis biasanya di apeks paru (segmen apikal lobus atau
segmen apikal lobus bawah), tetpai dapat juga, mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberkulosis
endobronkial).
Pada awal penyakit, gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan
dan dengan batas-batas yang tida tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka
bayangan terlihat berupa bulatan batas yang tegas. Lesi ini disebut tuberkuloma.
Indikasi pemeriksaan foto thoraks adalah :
1) Hanya ada 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
foto thoraks diperlukan untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif
2) Ketiga specimen dahak negative setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada perbaikan
setelah pemberiaan antibiotic non OAT.
3) Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti : penumothoraks, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis, atau efusi pleura) dan hemoptisis berat, untuk menyingkirkan
bronkiektasis atau aspergiloma.
Gambaran foto toraks yang menunjang diagnose TB, yaitu:
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas atau segment apical lobus bawah
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak/nodular
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
4) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
5) Bayangan menetap pada foto ulang minggu kemudian
d. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imonoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya Ig G spesifik terhadap basil TB
e. Tes Mantoux/Tuberkulin

f. Teknik Polymerase Chain Reaction


Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya
satu mikroorganisme dalam specimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi
g. Bection Dickinson Diagnostic Instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolism asam
lemak oleh mikrobakterium tuberkulosis
h. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu
alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai
memakai warna sisir akan berubah.
E. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
a. Pemeriksaan kontak,yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita tuberculosis paru BTA positif.
b. Vaksinasi BCG
2. Pengobatan
Pengobatan tuberculosis terutama berupa pemberian obat antimikroba dalam jangka
waktu lama diantaranya: Isoniazid, Rifampicyn, Pirazinamida, Ethambutol,
Streptomicyn.
F. Komplikasi
Meenurut Suriadi (2006)kompliki dari TBParu antaralain :
1. Meningitis
2. Spondilitis
3. Pleuritis
4. Bronkopneumoni
5. Atelektasi
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Riwayat Perjalanan Penyakit
a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit
tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut;
infiltrasi radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
c. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid
kuning atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim
paru dan pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi
pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi trakeal
(penyebaran bronkogenik).
d. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
e. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada
harapan.
f. Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
2. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
a. Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.
b. Pernah berobat tetapi tidak sembuh
c. Pernah berobat tetapi tidak teratur.
d. Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.
e. Daya tahan tubuh yang menurun.
f. Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.
3. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:
a. Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
b. Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
c. Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
d. Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
4. Riwayat Sosial Ekonomi:
a. Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
b. Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas,
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan
dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus
harapan.
5. Faktor Pendukung:
a. Riwayat lingkungan.
b. Pola hidup.Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur,
kebersihan diri.
c. Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan,
pengobatan dan perawatannya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan kepatenan jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
3. Hipertermia berhubungan dengan tingkat keparahan inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
keparahan mual muntah, nafsu makan
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Ketidakefektifan bersihan NOC: NIC :


jalan napas berhubungan
dengan kepatenan jalan Setelah dilakukan 1. Monitor Pernapasan
napas tindakan keperawatan Monitor kecepatan, irama,
selama 324 jam, kedalaman, dan kesulitan bernapas
DS:
ketidakefektifan bersihan Catat pergerakan dada, catat
- Memiliki riwayat jalan napas berkurang ketidaksimetrisan, penggunaan otot-
kebiasaan merokok dengan kriteria hasil: otot bantu pernapasan, dan retraksi
pada otot supraclavicularis dan
1. Status pernapasan: interkosta
DO:
kepatenan jalan napas Monitor suara napas tambahan
- Batuk yang tidak seperti ngorok atau mengi, gurgling,
meningkat yang ditandai
efektif Monitor pola napas (misalnya:
dengan:
- Dispneu bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
- Perubahan frekuensi Frekuensi pernapasan pernapasan kussmaul
napas (16-24 /menit) Monitor saturasi oksigen seperti
- Sputum dalam Irama pernapasan SaO2, SvO2, SpO2 untuk pasien
jumlah berlebihan regular atau teratur dengan penurunan tingkat kesadaran
- Suara napas Kedalaman inspirasi 2. Penghisapan Lendir pada Jalan
tambahan normal Napas
Suara napas tambahan
Lakukan tindakan cuci tangan dan
berkurang
penggunaan alat pelindung diri
Akumulasi sputum (sarung tangan, masker) sebelum
berkurang melakukan prosedur
Lakukan suction orofaring setelah
menyelesaikan suction trakea pada
trakeostomi.
Monitor dan catat warna , junlah, dan
konsistensi sekret
Edukasi keluarga tentang tujuan
prosedur dan ajarkan keluarga untuk
melakukan suction jalan napas,
sebagaimana mestinya.
3. Fisioterapi dada

Kenali ada tidaknya kontraindikasi


dilakukannya fisioterapi dada pada
pasien (misalnya: osteoporosis,
pneumonia dengan sputum minimal,
kanker paru).
Lakukan fisioterapi dada minimal
dua jam setelah makan.
Monitor status respirasi dan
kardiologi (misalnya:denyut nadi dan
irama nadi, suara, dan kedalaman
napas)
Monitor jumlah dan karakteristik
sputum.
4. Kolaborasi

Kolaborasi dengan pemberian obat


pereda hipersekresi dahak
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Gangguan pertukaran gas NOC: NIC:


berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Monitor Status Pernapasan
ketidakseimbangan tindakan keperawatan Anjurkan untuk napas dalam
ventilasi-perfusi selama 3x24 jam, klien Berikan posisi yang nyaman
mampu memperlihatkan Berikan terapi oksigen sesuai
DS: peningkatan oksigenasi kebutuhan
- atau pembuangan karbon Observasi tanda-tanda vital, AGD,
DO: dioksida pada membran dan status mental
- Dispneu kapiler alveoli dengan Pantau kepatenan jalan napas
- Nilai AGD abnormal kriteria hasil: Observasi tanda-tanda hipoventilasi
- Gelisah 1. Klien mampu Monitor repisrasi dan status O2
- Napas cuping hidung menunjukkan saturasi Monitor sianosis pada membran
- pH arteri abnormal oksigen dalam batas mukosa
- Pola napas abnormal normal
(kecepatan, irama, 2. Klien mampu
kedalaman) menunjukkan pH
- Sianosis arteri normal
- Somnolen 3. Klien mampu
- Takikardia menunjukkan
berkurangnya dyspnea
saat beristirahat
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Hipertermia berhubungan NOC : NIC :


dengan tingkat keparahan Setelah dilakukan 1. Manajemen cairan
inflamasi tinfakan keperawatan Monitor intake (asupan) yang akurat dan
selama 324 jam, Suhu catat output pasien
DS: Monitor status hidrasi (membran
badan menurun dengan
- Laporan secara verbal mukosa lembab, denyut nadi adekuat,
kriteria hasil:
dan tekanan darah dalam rentang normal
1. termoregulasi
DO: Monitor tanda-tanda vital pasien
terkontrol yang ditandai
- Perubahan pola napas (tekanan darah, nadi, pernapasan dan
dengan:
(takipneu) suhu)
Berkeringat saat suhu
- Gelisah Monitor indikasi kekurangan volume
meningkat
- Penuruanan tekanan cairan
Tingkat pernapasan
darah, takikardi Berikan terapi intravena sesuai yang
dalam rentang normal
- Warna kulit menjadi ditentukan
(16-24 /menit)
kemerahan, terasa hangat Tingkatkan asupan oral (misalnya
- Perubahan dalam nafsu Perubahan warna kulit: memberikan sedotan, menawarkan
makan dan minum tidak ada tanda cairan diwaktu makan)
kemerahan Dukung pasien dan keluarga untuk
membantu dalam pemberian makan
dengan baik
2. Perawatan Demam
Pantau suhu dan tanda-tanda vital
lainnya
Monitor warna kulit dan suhu
Monitor asupan dan haluaran,
perhatikan adanya tanda-tanda
kehilangan cairan
Berikan obat dan terapi intravena
(misalnya antipiretik)
Dorong pasien untuk konsumsi cairan
oral
Berikan terapi oksigen, jika diperlukan
Pantau komplikasi-komplikasi yang
berhubungan dengan demam serta tanda
dan gejala kondisi penyebab demam
Lembabkan bibir dan mukosa hidung
yang kering

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Ketidakseimbangan nutrisi NOC: NIC:


kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan 1. Manajemen Nutrisi
tubuh berhubungan dengan tindakan keperawatan Kaji adanya alergi makanan
keparahan mual muntah, selama 324 jam, nutrisi Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nafsu makan menentukan jumlah kalori dan nutrisi
kurang dari kebutuhan
yang dibutuhkan pasien
teratasi dengan kriteria
DS: Yakinkan diet yang dimakan
hasil:
- Nyeri abdomen mengandung tinggi serat untuk
1. Status nutrisi: asupan
- Muntah mencegah konstipasi
makanan dan cairan
- Kejang perut Ajarkan pasien bagaimana membuat
terpenuhi yang ditandai
- Rasa penuh tiba-tiba catatan makanan harian.
dengan:
setelah makan Monitor adanya penurunan BB dan gula
Asupan makanan secara
DO: darah
oral adekuat
- Kurang nafsu makan Monitor lingkungan selama makan
Asupan cairan secara
- Bising usus berlebih Jadwalkan pengobatan dan tindakan
oral adekuat
- Konjungtiva pucat tidak selama jam makan
- Denyut nadi lemah Asupan cairan intravena Monitor turgor kulit
terpenuhi Monitor kekeringan, rambut kusam, total
Asupan nutrisi protein, Hb dan kadar Ht
parenteral terpenuhi Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
Kelola pemberian antiemetik
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Intoleransi aktivitas NOC: NIC:


berhubungan dengan 1. Manajemen Energi
kelemahan umum Setelah dilakukan Anjurkan dan bantu dalam
tindakan keperawatan aktivitas fisik, kognitif, social, dan
2x24 jam aktivitas yang spiritual yang spesifik untuk
DS:
- merasa lelah saat biasa dilakukan menjadi meningkatkan rentang, frekuensi, atau
beraktivitas toleran,dengan kriteria : durasi aktivitas individu
- sesak saat 1. Toleransi aktivitas, Mengatur penggunaan energy
beraktivitas ketahanan, untuk mengatasi atau mencegah
penghematan energi, kelelahan dan mengoptimalkan fungsi
DO: kebugaran fisik, energi Menggunakan gerakan tubuh aktif
- Keadaan umum psikomotorik, dan atau pasif untuk
lemah perawatan diri mempertahankanfleksibilitas sendi
- Klien nampak sulit 2. Menunjukkan toleransi Memanipulasi lingkungan sekitar
untuk beraktivitas aktivitas, yang pasien untuk memperoleh manfaat
sendiri dibuktikan oleh terpeutik, stimulasi sensorik, dan
indikator sebagai kesejahteraan psikologis.
berikut (1-5 : Membantu individu untuk
gangguan ekstrem, melakukan AKS
berat, sedang, ringan, Member rasa keamanan,
atau tidak mengalami stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan
gangguan) : pasien yang mengalami disfungsi alam
Saturasi oksigen perasaan, baik depresi maupun
saat beraktivitas peningkatan alam perasaan.
Frekuensi
pernapasan saat
beraktivitas
Kemampuan untuk
berbicara saat
beraktivitas fisik
3. Mendemonstrasikan
penghematan energi,
yang dibuktikan oleh
indikator sebagai
berikut ( sebutkan 1-5
: tidak pernah, jarang,
kadang-kadang,
sering, atau selalu
ditampilkan.

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Ansietas berhubungan NOC : NIC :


dengan perubahan status 1. Penurunan kecemasan
kesehatan Setelah dilakukan Gunakan pendekatan yang
tindakan keperawatan menenangkan
selama 224 jam ansietas Nyatakan dengan jelas harapan
DO/DS: yang dirasakan pasien terhadap perilaku pasien
- Insomnia berkurang dengan kriteria Jelaskan semua prosedur dan apa
- Kontak mata kurang hasil: yang dirasakan selama prosedur
- Kurang istirahat 1. Tingkat kecemasan, Temani pasien untuk memberikan
- Berfokus pada diri sendiri menurun yang ditandai keamanan dan mengurangi takut
- Iritabilitas dengan: Berikan informasi faktual mengenai
- Takut Klien mampu diagnosis, tindakan prognosis
- Nyeri perut mengidentifikasi dan Libatkan keluarga untuk
- Penurunan TD dan denyut mengungkapkan mendampingi klien
nadi gejala cemas Instruksikan pada pasien untuk
- Diare, mual, kelelahan Mengidentifikasi, menggunakan tehnik relaksasi
- Gangguan tidur mengungkapkan dan Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gemetar menunjukkan tehnik Identifikasi tingkat kecemasan
- Anoreksia, mulut kering untuk mengontol Bantu pasien mengenal situasi yang
- Peningkatan TD, denyut cemas
nadi, RR Vital sign dalam batas menimbulkan kecemasan
- Kesulitan bernafas normal Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Bingung Tekanan darah: 100- perasaan, ketakutan, persepsi
- Bloking dalam 140/60-90 mmHg
pembicaraan Nadi: 60-100/menit
- Sulit berkonsentrasi Pernapasan: 12-
24/menit
Suhu: 36.0-37.5C
Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
PKDM

Mycobacterium
Tuberculosis Virus

Droplet infection

Tumbuh dan Pengeluaran zat Intoksikasi virus


Masuk melalui
berkembang di pirogen dalam aliran darah
saluran napas
sitoplasma
makrofag Berdampak pada
Menempel pada Stimulasi mediator
system percernaan
epithelium paru kimia: histamine
Pertahanan tubuh dan prostaglandin
Intoksikasi virus tidak adekuat Asam lambung
Histamine vasodilatasi
Merangsang Prostaglandin merangsang
Terjadi proses Stimulasi nervus
kelenjar mukosa sel point termoregulasi di
peradangan vagus rasa mual
dan sel goblet hipotalamus
Stimulasi CTZ
Merangsang aktivasi muntah
Hipersekresi mucus
Ig E Kulit tampak merah dan
dan permiabilatas
kapiler suhu tubuh
Nafsu makan

Pembentukan Demam
Akumulasi sekret/sputum
Tuberkel Intake oral
Nutrisi tidak adekuat
Kerusakan Respon batuk Hipertemia
membrane alveolar
Nutrisi kurang
Ketidakefektifan
dari kebutuhan
Alveolus bersihan jalan
tubuh
mengalami napas
konsilidasi dan Terjadi perubahan status
eksudasi kesehatan

Gangguan
Stressor: kurang
Pertukaran Gas
pengetahuan tentang
prosedur section
caesar

Isyarat diteruskan ke
hipotalamus

Stimulasi system
saraf otonom dan
endokrin

Pengeluaran hormone
kortisol

Respon cemas Ansietas


muncul
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M.(2013). Nursing
Interventions Classification (NIC), 7th. Elsevier.

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. (2015). NANDA International Nursing diagnosis definitions and
classification 2015-2017, 10th. Oxford: Wiley Blackwell

Moorhead, S. M., Johnson, Maas., M. L., & Swanson E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC), 5th. Elsevier

Muntaqqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Respirasi. Salemba Medika, Jakarta

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & nanda nic-noc. Jogjakarta: Mediaction.

Smeltzer, S. C. (2011). Keperawatan medikal-bedah brunner & suddarth, ed. 12. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC .

Sudoyono, Aru dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi 5. Interna Publishing.
Jakarta

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2008). Patofisiologi : konsep klinis & proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.

You might also like