You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sebenarnya sejak dahulu kala orang mengetahui bahwa kebanyakan

anak mirip dengan orang tuanya, baik wajahnya, tingkah lakunya maupun

kesukaannya. Orang Belanda mengenal pepatah yang sangat terkenal De

Appel valt niet ver van de boom (artinya : buah apel jatuh, tidak jauh dari

pohonnya). Orang yang berbahasa Inggris pun mengenal pepatah semacam itu,

yaitu Like father like son. Bangsa kita pun tidak ketinggalan dengan pepatah

serupa yang berbunyi Air cucuran jatuh ke pelimbahan juga.

Namun demikian kita masih sering mendengar ucapan atau anggapan

keliru, seolah-olah sifat seseorang itu ada hubungannya dengan keturunan.

Misalnya seorang ayah yang pekerjaannya sehari-hari menempa besi sehingga

lengannya berotot kuat tentu akan mempunyai anak laki-laki yang berotot kuat

pula seperti ayahnya. Dan masih banyak contoh lainnya.

Genetika tergolong dalam ilmu hayat yang mempelajari turun

temurunnya sifat-sifat induk kepada keturunannya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Gen

GEN adalah "substansi hereditas" yang terletak di dalam kromosom.

Gen bersifat antaralain :

- Sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam kromosom.

- Mengandung informasi genetika.

- Dapat menduplikasikan diri pada peristiwa pembelahan sel.

Thomas Hunt Morgan adalah ahli genetika dari Amerika Serikat yang

menemukan bahwa faktorfaktor. keturunan (gen) tersimpan dalam lokus yang

khas dalam kromosom.Pada setiap makhluk hidup pasti memiliki substansi

gen pada kromosom.Perubahan pada gen atau genetika pada makhluk tersebut

akan berakibat pada terjadinya perubahan sifat organisme tersebut. Perubahan

pada gen kromosom dapat terjadi akibat :

a. Mutasi Gen

Mutasi adalah perubahan pada struktur kimia gen yang bersifat turun

temurun yang terjadi bisa secara spontan atau tidak spontan oleh zat

kimia, radiasi sinar radioaktif, terinfeksi virus, dan lain sebagainya.

b. Rekombinasi Gen

Pengertian dan arti definisi rekombinasi gen adalah penggabungan

beberapa gen induk jantan dan betina ketika pembuahan ovum oleh

2
sperma yang menyebabkan adanya susunan pasangan gen yang

berbedadari induknya. Akibatnya adalah lahirnya varian spesies baru..

Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat keturunan (hereditas)

serta segala seluk beluknya secara ilmiah. Orang yang dianggap sebagai

"Bapak Genetika" adalah Johan Gregor Mendel.

2.2. Hukum genetika

Gregor Mendel dikenal sebagai bapak genetika, dan ia-lah yang

menciptakan hukum-hukum genetika. Hingga saat ini, hukum ini terbukti

bermanfaat dalam menemukan dan mempelajari gen. Gregor Mendel adalah

seorang Augustinian Monk. Beberapa percobaan awal yang dilakukan oleh

dia berada di persimpangan tanaman kacang putih dan bunga ungu tanaman.

Dia menyadari bahwa penyerbukan silang ini menghasilkan keturunan

hibrida. Ia kemudian, menemukan bahwa karakteristik dari setiap tanaman

tergantung pada sesuatu yang disebut faktor. Faktor-faktor tersebut kemudian

diidentifikasi dan dinamakan sebagai gen. Hukum Mendel genetika

menyatakan bahwa gen biasanya terjadi sebagai pasangan dalam sel-sel tubuh

dan terpisah ketika sel kelamin terbentuk. Ia juga menyatakan bahwa dalam

setiap pasangan gen, salah satu yang dominan dan yang lain resesif di alam.

Ciri-ciri gen dominan membantu untuk menentukan fitur.

Mendel juga menyatakan bahwa setiap sel individu akan memiliki dua

gen dan satu dari setiap orangtua. Dua gen ini mungkin atau mungkin tidak

mengandung jenis yang sama sifat. Kedua gen akan sama, dan masing-

3
masing gen disebut homozigot untuk sifat. Jika kedua gen memiliki sifat yang

berbeda, maka disebut heterozigot. Jika gen bolak-balik, maka mereka

disebut alel. Alel menentukan genotipe individu. Alel ini juga ditemukan

dalam berpasangan, di mana setiap alel berasal dari masing-masing orang tua;

satu berasal dari laki-laki dan yang lain berasal dari perempuan. Gen ini bisa

diteruskan ketika individu dewasa dan mereka ditularkan ke sperma atau

telur.

2.3. Pengertian kromosom

Kromosom berasal dari dua kata, yaitu chroma (warna) dan soma

(badan). Istilah ini muncul karena bagian ini akan jelas terlihat di bawah

mikroskop apabila diberi zat warna. Kromosom terletak di dalam nukleus

(inti sel). Inti sel tubuh dan inti sel kelamin suatu organisme mempunyai

jumlah yang berbeda. Kromosom yang terletak di dalam inti sel tubuh bersifat

haploid (2n), sedangkan yang terletak di dalam inti sel kelamin (gamet)

bersifat haploid (n). Jumlah kromosom pada sel tubuh manusia sebanyak 46

(23 pasang), sedangkan pada sel kelaminnya (sperma atau ovum) sebanyak

23. dalam setiap kromosom manusia terdapat ribuan gen.

Kromosom adalah struktur benang dalam inti sel yang bertanggung

jawab dalam hal sifat keturunan (hereditas). Kromosom adalah khas bagi

makhluk hidup. Didalam inti sel terdapat kromosom. Didalam kromosom

terdapat gen atau faktor pembawa sifat keturunan. Dengan demikian, individu

baru hasil perkembangbiakan generatif membawa kedua sifat induknya.

4
Sepasang kromosom adalah "Homolog" sesamanya, artinya mengandung

lokus gen-gen yang bersesuaian yang disebut alela.

Lokus adalah lokasi yang diperuntukkan bagi gen dalam kromosom.

alel ganda (multiple alleles) adalah adanya lebih dari satu alel pada lokus

yang sama. Dikenal dua macam kromosom yaitu:

a. Kromosom badan (Autosom).

Kromosom tubuh atau autosom adalah kromosom yang tidak

menentukan jenis kelamin, berjumlah 2n-2. pada manusia jumlah

autosom pada setiap sel tubuh sebanyak 44 (22pasang).

b. Kromosom kelamin / kromosom seks (Gonosom).

Kromosom kelamin (seks) atau gonosom adalah kromosom yang

menentukan jenis kelamin, berjumlah sepasang. Kromosom kelamin pada

wanita XX, sedangkan laki-laki XY.

DNA pada setiap makhluk hidup disimpan dalam suatu wadah yang

disebut kromosom. Tiap kromosom menyimpan DNA yang mempunyai tugas

khusus untuk mengatur bentuk fisik tubuh. Jumlah kromosom pada tiap

spesies berbeda. Oleh sebab itu, tidak semua makhluk hidup bisa melakukan

perkawinan antar spesies, karena tiap kromosom dari sperma harus mendapat

pasangan kromosom lain dari sel telur. Walaupun jumlah kromosom sama,

belum tentu perkawinan berhasil. Ibarat kunci dan gembok, pasangan

kromosom dari sperma dan sel telur harus identik. Kunci berbentuk bulat

tidak dapat dimasukkan ke lubang gembok yang berbentuk pipih. Inilah

mengapa perkawinan antar spesies yang memiliki kromosom sama belum

5
tentu berhasil. Kalaupun berhasil, biasanya akan menghasilkan mutasi yang

menyebabkan cacat pada keturunan atau kematian pada induk.

2.4. DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) dan RNA (Ribo Nucleic Acid)

2.4.1. DNA (Deoxyribo Nucleic Acid)

DNA merupakan molekul kimia yang tersusun atas dua benang

polinukleotida yang berpilin (double helix). Polinukleotida adalah untaian

molekul kimia yang tersusun atas gula, fosfat dan basa nitrogen. DNA pada

semua makhluk hidup berstruktur sama. Molekul DNA juga ditemukan dalam

mitokondria, plastida, dan sentriol. Komponen dasar penyusun DNA adalah

sebagai berikut:

- Gugusan Gula

- Gugusan Fosfat

- Basa nitrogen

Purin atau pirimidin yang berikatan dengan deoksiribosa membentuk

suatu molekul yang disebut nukleosida. Nukleosida yang berikatan dengan

fosfat membentuk nukleotida atau deoksiribonokleotida. Pasangan basa

nitrogen pada DNA, yaitu adenin (A) dan guanin (G) dengan sitosin (S).

Antara basa nitrogen dihubungkan ikatan hidrogen.

DNA memiliki sifat yang menarik dan unik. Jumlah adenin yang

terdapat di dalam DNA suatu organisme sama dengan jumlah timin. Demikan

pula jumlah sitosin akan selalu sama dengan jumlah guanin. Keunikan lain

adalah jumlah dan susunan atau urutan basa berbeda pada setiap spesies.

6
DNA bersifat stabil dan tidak mudah terurai. Dengan sifat ini maka DNA

mampu mempertahankan sifat sel yang mantap.

Sifat khas yang lain dari DNA adalah kemampuannya melakukan

penggandaan diri (replikasi). Replikasi merupakan peristiwa sintesis DNA

yang terjadi karena adanya sintesis rantai nukleotida baru dari rantai

nukleotida lama. Pada beberapa organisme seluler, replikasi DNA terjadi di

dalam inti sel dan terjadi sebelum sel membelah. Ada beberapa hipotesis cara

DNA bereplikasi, yaitu semikonservatif, konservatif, dan dispersive.

Teori Semikonservatif, Replikasi DNA menurut teori ini dimulai

dengan terpisahnya dua rantai DNA akibat lemahnya ikatan hidrogen yang

mengikatkan dua basa nitrogren pada heliks ganda. Tiap-tiap rantai

nukleotida membentuk pasangan komplementernya sehingga dihasilkan dua

DNA identik. Tiap-tiap DNA terdiri dari satu rantai lama dan satu rantai baru.

Teori Konservatif, Heliks ganda pararel tetap utuh, tetapi berfungsi

sebagai cetakan untuk dua rantai heliks ganda baru.

Dispersif, Kedua buah rantai polinukleotida terputus-putus. Segmen

rantai DNA parental digunakan sebagai cetakan untuk sintesis rantai DNA

baru. Akibatnya rantai DNA lama DNA yang baru dibentuk saling

bersambungan sehingga dihasilkan heliks ganda baru.

2.4.2. RNA (Ribo Nucleic Acid)

RNA berbentuk rantai tunggal yang disintesis oleh DNA melalui proses

transkripsi. Komponen penyusun RNA adalah sebagai berikut.

7
Gugusan gula (ribosa)

Gugusan fosfat.

Basa nitrogen terdiri dari purin meliputi adenin (A) dan guanin (G); serta

pirimidin meliputi sitosin (S) urasil (U).

Pasangan basa nitrogen pada RNA adalah adenin (A) dengan urasil (U),

sedangkan sitosin (S) dengan guanin (G). RNA dibedakan menjadi 3 macam,

yaitu sebagai berikut.

mRNA (messenger RNA) atau RNAd (RNA duta), mengandung kode-

kode genetik yang harus diterjemahkan.

tRNA (transfer RNA) sebagai heliks terpendek, berfungsi

menerjemahkan kode genetik dan membawa asam amino.

rRNA (ribosomal RNA) yang terdapat di ribosom. Bersama dengan

tRNA bertugas menyusun asam amino menjadi rangkaian polipeptida

sesuai dengan susunan kode genetiknya.

2.5. Hereditas Pada Manusia

Telah diketahui bersama bahwa manusia satu dengan manusia lainnya

di dunia ini tentunya tidak ada yang sama persis (benar-benar identik).

Penyebabnya ialah adanya materi genetik yang mempunyai sifat-sifat berbeda

antarindividu. Dalam ilmu tentang materi genetik (genetika), telah banyak

dipelajari tentang peristiwa penurunan sifat, baik pada tumbuhan, hewan,

maupun manusia. Di antara objek yang dipelajari dalam genetika tersebut,

genetika manusia paling lambat perkembangannya dibandingkan pada hewan

8
dan tumbuhan. Beberapa hambatan yang menyebabkan lambatnya

perkembangan tersebut, antara lain: sulitnya mencari objek (manusia) untuk

penelitian, sulitnya mengarahkan manusia dalam mencapai tujuan atau

keinginan peneliti, sulitnya mengamati perkembangan sifat manusia yang

mengarah pada tujuan peneliti, keturunan manusia yang relatif lebih sedikit

dibandingkan hewan dan tumbuhan karena umur atau siklus hidup manusia

lebih panjang, serta lingkungan manusia yang tidak mudah bahkan tidak

dapat dikontrol.

Setelah kita mengetahui adanya beberapa hambatan dalam

perkembangan genetika manusia, bagaimanakah cara yang dilakukan untuk

mengatasi hambatan tersebut? Cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut

dapat dilakukan dengan membuat peta silsilah keluarga atau keturunan

(pedegree chart) dan menerapkan hasil percobaan hewan pada manusia.

Selain itu, dapat juga dilakukan dengan mempelajari adanya fenomena-

fenomena pada manusia seperti munculnya anak kembar hasil perkawinan.

Kita tentunya pasti telah mengetahui hal apa saja yang diwariskan pada

manusia, bukan? Ya, sifat-sifat pada manusia yang dapat diwariskan meliputi:

jenis kelamin, kelainan atau cacat menurun, dan golongan darah. Selain itu,

ada juga ekspresi gen-gen (genotip) yang ditentukan oleh jenis kelamin.

Peristiwa pembentukan jenis kelamin pada manusia telah dibahas

sebelumnya. Oleh karena itu, pada uraian berikut akan kalian pelajari tentang

tiga hal yang diwariskan pada manusia.

9
1. Kelainan atau cacat menurun

Kelainan oleh alel resesif dan dominan autosomal. Kelainan ini

diturunkan dari kromosom sel-sel diploid tubuh. Kelainan ini dapat

ditentukan oleh gen dominan atau resesif pada autosom tersebut.Oleh

karena itu, kelainan ini dapat diturunkan pada keturunan pria atau wanita.

Beberapa contoh kelainan yang terpaut pada autosom manusia adalah

sebagai berikut:

1) Albinisma ( Albino). Kelainan ini terjadi karena tubuh seseorang tidak

mempunyai gen yang mampu membentuk enzim untuk mengubah

tirosin menjadi pigmen melanin (pembentuk warna kulit). Gen

tersebut adalah gen dominan A. Oleh karena itu, orang yang normal

akan mempunyai genotip AA atau Aa dan orang albino tidak

mempunyai gen A atau mempunyai genotip aa (resesif

homozigot).Penderita albino mempunyai ciri-ciri yaitu seluruh bagian

tubuhnya tidak berpigmen. Kulit badan dan matanya berwarna merah

jambu karena warna darah menembus kulit. Oleh karena itu, matanya

sangat sensitif terhadap cahaya. Pada perkawinan dua orang yang

normal, heterozigot dapat menghasilkan keturunan albino. Hal ini

disebabkan kedua orang tuanya mempunyai gen resesif yang akan

bergabung membentuk gen resesif homozigot (aa). Orang tua yang

terlihat normal tetapi dapat menurunkan albino kepada anaknya ini

disebut carrier.

10
2) Gangguan mental. Salah satu contoh bentuk gangguan mental adalah

idiot, yang ditentukan oleh gen resesif homozigot (gg) seperti pada

albino. Anak idiot umumnya diturunkan dari kedua orang tua yang

normal heterozigot (Gg). Penderita ini mempunyai ciri-ciri, antara

lain: wajahnya menunjukkan kebodohan, reflek (daya responnya)

lambat, kulit dan rambutnya kekurangan pigmen, umumnya tidak

berumur panjang, steril (tidak mampu menghasilkan keturunan atau

mandul), dan jika urinnya ditetesi larutan fenil oksida 5% akan

berwarna hijau kebiruan karena terdapatnya senyawa derivat fenil

ketourinarin (FKU). Senyawa ini tidak ditemukan pada orang normal.

Adanya senyawa FKU ini disebabkan tidak adanya enzim pengubah

asam amino fenilalanin menjadi tirosin.

3) Brachydactily. Adalah keadaan seseorang yang mempunyai jari-jari

pendek atau tidak normal. Hal ini terjadi karena pendeknya tulang-

tulang pada ujung jari dan tumbuh menjadi satu. Kelainan ini

disebabkan oleh gen dominan B. Orang yang menderita penyakit

brachydactily mempunyai genotip heterozigot (Bb) sedangkan orang

yang normal akan mempunyai genotip homozigot resesif (bb).

Genotip homozigot dominan (BB) menyebabkan individu mengalami

kematian (letal).

4) Diabetes Mellitus. Diabetes mellitus adalah terbuangnya glukosa

bersama urine karena terjadi gangguan fungsi insulin yang dihasilkan

oleh pulau Langerhans pada pankreas. Seperempat dari penderita

11
diabetes mellitus ternyata diakibatkan faktor genetis dan tiga perempat

yang lainnya karena faktor makanan. Penyakit ini dikendalikan oleh

gen resesif homozigot (dd).

5) Cystinuria (sistinuria). Adalah keadaan seseorang yang mempunyai

kelebihan asam amino sistein yang sukar larut, diekskresikan dan

ditimbun menjadi batu ginjal. Kelainan ini disebabkan oleh adanya

gen dominan homozigot (CC).

6) Polydactily . Selain ada brakhidaktili, ada juga polidaktili, yaitu

keadaan seseorang yang mempunyai kelebihan (tambahan) jari pada

tangan atau kaki. Jadi jumlah jari kaki atau tangannya lebih dari lima.

Polidaktili disebabkan oleh adanya gen dominan homozigot (PP).

Karena itu, genotip orang normal adalah Pp atau pp.

a. Kelainan oleh alel resesif pada gonosom X. Alel resesif atau dominan

pada kromosom X juga dapat menentukan terjadinya kelainan pada

individu keturunan manusia. Pada manusia, telah dikenal lebih dari 150

sifat keturunan yang kemungkinan disebabkan oleh gen-gen tertaut

kromosom X. Beberapa kelainan, terutama akibat alel resesif pada

kromosom X tersebut adalah:

1) Buta Warna. Buta warna dibedakan menjadi 2 tipe. Yang pertama

adalah tipe protan, yaitu apabila tidak dapat membedakan warna hijau

karena bagian mata yang sensitif terhadap warna hijau tersebut rusak.

Kedua adalah tipe deutan, yaitu apabila yang rusak adalah bagian

mata yang sensitif terhadap warna merah. Tipe deutan ini paling

12
sering terjadi. Buta warna disebabkab oleh gen resesif c (colour

blind) pada kromosom X. Gen ini tidak dijumpai pada kromosom Y.

Oleh karena itu, wanita dapat mempunyai genotip CC (normal

homozigot), Cc (normal heterozigot), atau cc (buta warna).

Sementara itu, pria hanya dapat mempunyai gen C (normal) atau c

(buta warna) saja.

2) Anodontia. merupakan kelainan pada seseorang yang tidak

mempunyai benih gigi pada rahangnya, sehingga gigi tidak dapat

tumbuh selamanya. Kelainan ini banyak ditemukan pada pria.

Menurut para ahli, penderita anodontia juga menunjukkan ciri seperti

berambut jarang dan susah berkeringat. Gen resesif penyebab

anodontia adalah a, sehingga pewarisan sifatnya juga seperti pada

buta warna.

3) Hemofilia. Sebelum ditemukan, penyakit hemofilia mula-mula

dikenal di negara-negara Arab. Pada waktu itu, seorang anak

mengalami pendarahan akibat dikhitan (disunat). Sementara itu,

putera mahkota Alfonso dari Spanyol juga meninggal akibat

pendarahan karena kecelakaan. Selanjutnya, penelitian mendalam

tentang hemofilia juga dilakukan pada anggota kerajaan Inggris. Ratu

Victoria adalah orang yang dikenal pertama kali sebagai carrier

hemofilia yaitu mempunyai genotip heterozigotik (Suryo, 2005). Gen

penentu hemofilia adalah gen resesif h. Berbeda dengan buta warna

dan anodontia, genotip resesif homozigot pada hemofilia bersifat

13
letal. Hemofilia merupakan suatu penyakit keturunan, dengan ciri

sullitnya darah membeku saat terjadi luka. Waktu yang diperlukan

oleh seorang penderita hemofilia untuk pembekuan darah adalah 50

menit hingga 2 jam, sehingga akan menyebabkan perdarahan bahkan

kematian. Sementara itu, orang yang normal hanya memerlukan

waktu 5-7 menit untuk pembekuan darah.

b. Kelainan oleh alel resesif pada gonosom Y

Karena yang mempunyai kromosom Y hanya pria, maka kelainan ini

hanya dialami oleh pria saja. Agar lebih mudah dalam mempelajari

kelainan oleh alel resesif pada gonosom Y

c. Kelainan oleh aberasi jumlah dan struktur kromosom autosom.

Selain disebabkan oleh adanya gen dominan atau resesif, kelainan dapat

disebabkan oleh adanya aberasi atau perubahan jumlah dan struktur

kromosom. Aberasi kromosom serta kelainan-kelainannya akan kalian

pelajari lebih lanjut pada pada Mutasi.

2. Golongan darah

Penelitian mengenai penggolongan darah diawali oleh Dr. Karl

Landsteiner pada tahun 1901. Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa di

dalam sel darah merah (eritrosit) terdapat suatu substansi asing yaitu antigen

yang akan bereaksi dengan substansi pada plasma darah yaitu antibodi (zat

anti). Selanjutnya, penggolongan darah pada manusia ini didasarkan pada

antigen (aglutinogen) yang terdapat di dalam eritrosit. Pada materi ini akan

14
dipelajari 3 sistem penggolongan darah, yaitu sistem ABO, sistem MN, dan

sistem Rhesus.

a. Sistem ABO

Pewarisan golongan darah ini ditentukan oleh adanya alel ganda

(beberapa alel atau seri alel yang terdapat dalam satu lokus yang sama).

Simbol untuk alel tersebut adalah I (berasal dari kata isoaglutinin,

merupakan protein pada permukaan sel eritrosit). Orang yang mampu

membentuk aglutinogen A akan mempunyai alel IA, yang mampu

membentuk aglutinogen B mempunyai alel IB, dan yang mampu

membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel IA dan IB. Sementara

itu, orang yang tidak mampu membentuk aglutinogen A dan B

mempunyai alel resesif i. Golongan darah ditentukan oleh adanya

interaksi alel-alel tersebut.

b. Sistem MN

Penggolongan sistem ini ditemukan oleh Landsteiner dan Lavine,

didasarkan pada ada tidaknya antigen M dan N. Jika pada penggolongan

darah A, B, AB, dan O terdapat antibodi dalam darah seseorang, maka

pada golongan darah ini darah seseorang tidak mengandung antibodi M

atau N. Oleh karena itu, untuk menguji apakah seseorang mempunyai

antingen M atau N atau keduanya digunakan antibodi dari kucing.

Dengan tidak adanya antingen M atau N dalam darah manusia, maka

penggolongan darah dengan sistem ini tidak berpengaruh atau tidak

berperan dalam transfusi darah.

15
c. Sistem Rhesus (Rh)

Penemuan sistem ini sejak tahun 1940 oleh Landsteiner dan Wiener.

Berdasarkan ada tidaknya faktor Rh (Rhesus) dalam eritrosit, golongan

darah pada manusia dibedakan menjadi Rh+, yaitu jika mempunyai

antigen Rh dan golongan darah Rh -, jika tidak mempunyai antigen Rh.

Transfusi atau pencampuran darah dengan sistem Rh berbeda dapat

menyebabkan terjadinya penggumpalan akibat ketidaksesuaian Rh yang

disebut incompatibilitas rhesus. Pada perkawinan antara pria Rh+

homozigot (IRhIRh) dengan wanita Rh homozigot (Irh Irh), semua anak

yang dilahirkan akan mempunyai Rh+. Fetus dalam tubuh ibu akan

menerima zat makanan atau menerima pertukaran gas dan air melalui

saluran penghubung yang disebut plasenta. Nah, jika seorang ibu Rh-

mengandung bayi Rh+ maka setelah bayi lahir, eritrosit-eritrosit bayi

yang mengandung antigen Rh masuk dalam aliran darah ibu. Dengan

demikian, darah ibu akan membentuk antibodi. Bayi pertama yang

dilahirkan akan selamat. Pada kehamilan berikutnya tentu dihasilkan

anak Rh+ lagi, bukan? Karena ibu telah mempunyai anti-Rh, maka akan

beraglutinasi dengan antigen Rh pada bayi yang dikandungnya.

Akibatnya, eritrosit bayi akan rusak dan mengalami kelebihan zat

bilirubin yang akan masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Thomas Hunt Morgan adalah ahli genetika dari Amerika Serikat yang

menemukan bahwa faktorfaktor. keturunan (gen) tersimpan dalam lokus yang

khas dalam kromosom.Pada setiap makhluk hidup pasti memiliki substansi

gen pada kromosom.Perubahan pada gen atau genetika pada makhluk tersebut

akan berakibat pada terjadinya perubahan sifat organisme tersebut.

Gregor Johnn Mendel, merupakan orang yang pertama kali

mempelajari, mengamati serta melakukan percobaan tentang pewarisan sifat,

dengan menggunakan tanaman kacang ercis ( Pisum sativum).Dari percobaan

tersebut dihasilkanlah hukum-hukum mendel yang merupakan dasar didalam

mempelajari tentang pewarisan sifat, baik pada manusia, hewan maupun

tumbuhan.

Pewarisan sifat pada manusia diwariskan melalui kromosom autosomal

dan gonosom. Baik secara dominan maupun resesif, homozigot maupun

heterozigot.

17
DAFTAR PUSTAKA

Suryo .Genetika. Gajahmada University Press, Jogjakarta,

Kus Irianto. 2007. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Bandung : Yrama Widya

Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk mahasiswa Keperawatan. Jakarta :


EGC

18

You might also like