You are on page 1of 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan yang diperlukan oleh setiap

orang, baik yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan. Dalam penyaluran

tenaga listrik diperlukan suatu gardu induk (GI) yang berfungsi untuk pengaturan

tegangan yang disalurkan dari pembangkit ke pusat beban. Dalam

perkembangannya, kebutuhan energi listrik semakin meningkat, sedangkan

masyarakat sebagai konsumen energi listrik juga bertambah jumlahnya dan

menuntut mutu serta kualitas pelayanan energi listrik yang lebih baik secara terus

menerus.

Pada proses penyaluran listrik terdapat suatu perangkat instalasi listrik

yang sering disebut kubikel/perangkat hubung bagi/penyulang. Fungsinya adalah

sebagai pembagi beban serta pengukuran. Kubikel didalamnya mempunyai

berbagai alat seperti PMT, PT, CT, Relay, dll. Kukibel juga rentan mengalami trip

akibat adanya gangguan. Adapun suatu kasus di GI Panakkukang pada hari

jumat, 03 Februari 2017 dimana sebuah kubikel mengalami trip permanen karena

gangguan pada jaringan distribusi tepatnya di jalur asuhan penyulang perumnas

akibat arus hubung singkat 2 fasa lalu 1 fasa ke tanah, awalnya relay OCR yang

bekerja melepaskan penyulang tapi pada saat dimasukkan kembali ternyata

penyulang kembali trip karena bekerjanya relay GFR. Akibat arus hubung singkat

pada penyulang perumnas yang sampai 1000 Amp sehingga mengakibatkan

transformator 60MVA GI Panakkukang juga trip dan 13 penyulang lainnya harus

di lepas.
Berdasarkan hal tersebut penulis mengangkat sebuah judul Laporan Tugas

Akhir yaitu ANALISA PENYEBAB TERJADINYA TRIP PERMANEN

PENYULANG PERUMNAS DI GI PANAKKUKANG.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa penyebab trip permanen penyulang perumnas GI Panakkukang?

2. Bagaimana menganalisis sebab trip permanen penyulang perumnas GI

Panakkukang?

1.3. Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya membahas masalah penyebab Penyulang Perumnas GI

Panakkukang Rayon Panakkukang Area Makassar Selatan mengalami trip


permanen yang terjadi pada tanggal 03 Februari 2017 pukul 07.11 WITA.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi penyebab trip permanen penyulang perumnas GI

Panakkukang.

2. Menganalisis sebab trip permanen penyulang perumnas GI Panakkukang.

1.5. Manfaat Penelitian


Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Dengan melakukan penelitian ini, penulis diharapkan menjelaskan sebab-

sebab trip permanen penyulang perumnas GI Panakkukang dari analisis

yang dilakukan.

2. Penulis diharapkan menjelaskan hasil analisis sebab trip permanen

penyulang perumnas GI Panakkukang.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak penyedia

listrik yakni PT PLN (Persero) untuk penyelesaian agar kejadian trip

permanen yang mengakibatkan pemadaman yang cukup banyak tidak

terulang lagi.

4. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini, mahasiswa dan semua

pihak dapat memperoleh pengetahuan dan sekaligus menjadi bahan

referensi bagi penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gardu Induk Sisi 20 KV

Gardu Induk sisi 20 KV merupakan instalasi sistem penyaluran tenaga

listrik dengan tegangan menengah (20.000 Volt) ke pusat - pusat beban. Di

dalamnya terdapat kubikel/panel bagi yaitu panel In comming, Out going, Couple,

Panel Pengukuran dan Panel Trafo Pemakaian Sendiri.

(http://mtrpagi.blogspot.co.id/2012/09/pengetahuan-dasar-gardu-induk-20-kv.html),

Diakses 28 juni 2017).

Gambar 2.1. Wilayah gardu induk sisi 20 kV

(http://mtrpagi.blogspot.co.id/2012/09/pengetahuan-dasar-gardu-induk-20-kv.html)

2.2. Kubikel 20 KV
Kubikel 20 KV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada

Gardu Hubung Distribusi yang berfungsi sebagai Pembagi, Pemutus, Penghubung

Pengontrol dan Proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan 20 KV.

2.2.1. Jenis dan fungsi kubikel 20KV

Berdasarkan fungsi/penempatannya, kubikel 20 kV di Gardu Induk antara

lain:

a. Kubikel Incoming berfungsi sebagai penghubung dari sisi sekunder trafo

daya ke busbar 20 Kv

b. Kubikel Outgoing : sebagai penghubung / penyalur dari busbar ke beban

c. Kubikel Pemakaian sendiri (Trafo PS) : sebagai penghubung dari busbar

ke beban pemakaian sendiri GI

d. Kubikel Kopel : sebagai penghubung antara rel 1 dan rel 2

Berdasarkan pabrik pembuatnya antara lain :

1.Modalek 2. Merlin Gerin

3.Areva 4.Alstom

5.Siemen 6.AEG,dll

Gambar 2.2. Kubikel 20KV

Gambar 2.2. Kubikel 20 kV Alsthom


2.2.2. Bagian-bagian kubikel 20KV

Kubikel 20 kV terdiri dari :

A. Pemutus tenaga (PMT)

Menurut Ir.Wahyudi Sarimun N.,MT(2012 : 52), Sakelar pemutus tenaga

(PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga

listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua

kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya baik pada kondisi

tegangan yang normal ataupun tidak normal.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan

hal-hal diatas, sebagai berikut :

1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.

2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban

maupun terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus

tenaga itu sendiri.

3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus

hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem


kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga itu sendiri.

Gambar 2.3. PMT Kubikel 20KV


(Buku O&M Kubikel 20 KV, 2014)

B. Pemisah (PMS) dan pemisah tanah (Grounding)

1) Pemisah (PMS)

Pemisah berfungsi untuk memisahkan peralatan yang akan

dipelihara agar terlihat bahwa peralatan yang akan dipelihara sudah

terpisah dari bagian yang bertegangan, sehingga aman bagi petugas

dari tegangan dari luar peralatan tersebut. Lengan kontak PMT 20 kV

pada kubikel disisi kabel dan di sisi rel, berfungsi sebagai pemisah,

dimana untuk memisahkannya dilakukan dengan cara mengeluarkan PMT

dari kubikel tersebut atau diposisikan test.

Gambar 2.4. PMS Kubikel 20KV

2) Pemisah Tanah (Grounding)

Pemisah tanah berfungsi untuk pengamanan petugas yang akan

bekerja, agar aman terhadap tegangan sisa dan tegangan induksi. Pemisah

tanah pada kubikel adalah mentanahkan di sisi kabel. Sedangkan untuk

mentanahkan di sisi busbar (rel) harus dilakukan secara lokal melalui

grounding fleksibel atau melalui pentanahan model dorong.


C. Busbar (Rel) 20 KV

Busbar 20 kV pada kubikel berfungsi sebagai penghubung antara

kabel masuk dengan beberapa penyulang. Bentuk rel 20 kV ada yang

berpenampang bulat/pipa (tubuler), setengah bulat dan ada pula yang

berbentuk plat sesuai dengan desain dari pabrik kubikelnya.

Bahan yang digunakan adalah aluminium atau tembaga. Besar

kecilnya penampang busbar 20 kV tergantung pada besar / kecilnya daya

yang akan disalurkan. Untuk merangkai kubikel-kubikel 20 kV dengan rel

bulat/pipa agar diperhatikan betul-betul rata (selevel), untuk mencegah

tingginya tahanan kontak pada sambungan rel, yang dapat mengakibatkan

gangguan/kerusakan. Di bawah ini adalah gambar bubar yang berbentuk

plat.

Gambar 2.5. Busbar Kubikel 20KV

D. Tranformator arus dan transformator tegangan


Transformator Arus dan Transformator Tegangan biasa juga disebut

transformator instrumen. Transformator instrumen ini rangkaian

sekundernya tersambung dengan instrumen pengukuran dan atau

instrumen proteksi / relay.

1) Transformator arus / Current Transformers (CT)

Menurut Ir.Wahyudi Sarimun N.,MT(2012 : 268), Current

Transformers (CT) adalah peralatan listrik yang dipergunakan dalam

rangkaian arus bolak-balik yang dapat memperkecil arus besar menjadi

arus kecil, dipergunakan untuk pengukuran dan proteksi. Di bawah ini

adalah gambar Current Transformers (CT).

Gambar 2.6. CT Kubikel

Fungsi Current Transformers (CT) adalah untuk memperoleh arus

yang sebanding dengan arus yang hendak diukur (sisi sekunder 1A atau

5A) dan untuk memisahkan sirkuit dari sistem yang arusnya hendak diukur

(yang selanjutnya disebut sirkuit primer) terhadap sirkuit dimana

instrumen tersambung (yang selanjutnya disebut sirkuit sekunder).

2) Transformator tegangan / Potensial Transformers (PT)

Menurut Ir.Wahyudi Sarimun N.,MT(2012 : 268), Potensial

Transformers (PT) adalah peralatan listrik yang dapat menurunkan

tegangan tinggi menjadi tegangan rendah." Di bawah ini adalah gambar

Potensial Transformers.
Gambar 2.7. PT Kubikel

2.3. Relay Proteksi Sisi 20 kV

Relay Proteksi merupakan bagian penting dalam sebuah sistem tenaga

listrik. Peralatan ini sangat dibutuhkan bilamana sistem mengalami gangguan atau

kondisi tidak normal. Relay Proteksi dibutuhkan untuk menginisiasi pemutusan

dan mengisolasi daerah yang mengalami gangguan dan menjaga agar daerah yang

tidak mengalami gangguan tetap dapat menjalankan fungsinya.

Gambar 2.8. Relay Proteksi

(https://swatechelectrica.blogspot.co.id/2015/03/sell-and-ready-stock-micom-p123.html)

Secara umum pengertian sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau

membatasi kerusakan peralatan akibat gangguan, sehingga kelangsungan

penyaluran tenaga listrik dapat dipertahankan. Gangguan pada sistem distribusi


tenaga listrik hampir seluruhnya merupakan gangguan hubung singkat, yang akan

menimbulkan arus yang besar. Semakin besar sistemnya semakin besar arus

gangguannya. Arus yang besar bila tidak segera dihilangkan akan merusak

peralatan yang dilaluinya. Untuk memisahkan daerah yang terganggu itu dari

sistem diperlukan suatu sistem proteksi, yang pada dasarnya adalah alat pengaman

yang bertujuan untuk melepaskan atau membuka sistem yang terganggu, sehingga

arus gangguan ini akan padam.

Tujuan dari sistem proteksi antara lain :

a. Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan akibat gangguan pada

peralatan yang terganggu atau peralatan yang dilalui oleh arus gangguan.

b. Untuk melokalisir daerah gangguan menjadi sekecil mungkin.

c. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi

kepada konsumen serta memperkecil bahaya bagi manusia.

2.3.1. Relay arus lebih / Over Current Relay (OCR)

Over Current Relay (OCR) adalah peralatan yang dapat merasakan adanya

arus lebih yang disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat maupun

adanya beban berlebih (overload) yang dapat merusak peralatan yang berada di

wilayah proteksi dalam hal ini antara fasa ke fasa. Relay ini dapat digunakan

sebagai pengaman utama ataupun sebagai pengaman cadangan. Sebagai

pengaman utama pada jaringan distribusi dan sub-transmisi sistem radial. Sebagai

pengaman cadangan generator, transformator daya dan saluran transmisi.

Prinsip kerja Over Current Relay (OCR) adalah berdasarkan adanya arus

lebih yang dirasakan relay, baik disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau

overload (beban lebih) untuk kemudian memberikan perintah trip ke PMT sesuai

dengan karakteristik waktunya.


Over Current Relay (OCR) bekerja dengan membaca input berupa besaran

arus kemudian membandingankan dengan nilai setting, apabila nilai arus yang

terbaca oleh relay melebihi nilai setting, maka relay akan mengirim perintah trip

(lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) setelah tunda waktu yang diterapkan pada

setting. Over Current Relay (OCR) memproteksi instalasi listrik terhadap

gangguan antar fasa.

Gambar 2.9. Karakteristik relay arus lebih

( Buku O&M Proteksi, 2014)

Berdasarkan karakteristik waktunya relay arus lebih dibedakan atas tiga jenis

yaitu:

a. Instantaneous relay (relay waktu seketika)

Adalah relay arus lebih yang tidak mempunyai waktu tunda/waktu kerja

sesaat. Relay bekerja pada gangguan yang paling dekat dengan lokasi dimana

relay terpasang. Dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.


Gambar 2.10. Karakteristik Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay)

(http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/07/relay-arus-lebih.html)

Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan

relay arus lebih dengan karakteristik yang lain.

b. Definite time relay (relay arus lebih waktu tertentu)

Adalah relay dimana waktu tundanya tetap, tidak tergantung pada besarnya

arus gangguan. Jika arus gangguan telah melebihi arus settingnya berapapun

besarnya arus gangguan relay akan bekerja dengan waktu yang tetap, seperti

gambar di bawah ini.

Gambar 2.11. Karakteristik relay arus lebih waktu tertentu (Definite time

relay)

(http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/07/relay-arus-lebih.html)

c. Inverse relay (relay arus lebih waktu terbalik)

Adalah relay dimana waktu tundanya mempunyai karakteristik tergantung

pada besarnya arus gangguan. Jadi semakin besar arus gangguan maka kerja relay
akan semakin cepat, arus gangguan berbanding terbalik dengan waktu kerja relay,

seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.12. Karakteristik relay arus lebih waktu terbalik (inverse time)

(http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/07/relay-arus-lebih.html)

Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat

karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan atas :

Long Time Inverse (LTI)


120
t= tms ..........................................................................................(1)
I 1

Extremely Inverse (EI)


80
t= 2
tms ..........................................................................................(2)
I 1

Very Inverse (VI)


13.5
t= tms ...........................................................................................(3)
I 1

Standard Invers (SI)


0.14
t= 0.02
tms ......................................................................................(4)
I 1

Dimana : tms = setting waktu relay beroperasi

I = setting arus relay beroperasi


t = waktu sebenarnya relay beroperasi

2.3.2. Relay hubung tanah / Ground Fault Relay (GFR)

Relay hubung tanah yang lebih dikenal dengan GFR (Ground Fault Relay)

pada dasarnya mempunyai prinsip kerja sama dengan Over Current Relay (OCR)

namun memiliki perbedaan dalam kegunaannya. Bila relay arus lebih mendeteksi

adanya hubung singkat antar fasa, maka GFR mendeteksi adanya hubung singkat

ke tanah.

Adapun prinsip kerja dari GFR yaitu pada kondisi beban seimbang, Ir, Is, It

sama besar, sehingga pada kawat netral tidak timbul arus dan relay hubung tanah

tidak dialiri arus. Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan

hubung singkat ke tanah maka akan timbul arus urutan nol pada kawat netral,

sehingga relay hubung tanah akan bekerja. Menurut Muhalan, dkk (2014 : 169),

perhitungan setelan arus gangguan tanah di penyulang dengan rumus :

Iset = Set relay x In relay..............................................................................(5)

2.3.3. Prinsip kerja relay OCR & GFR

Gambar 2.13 Hubungan antara OCR Dan GFR

(http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/07/relay-arus-lebih.html)

Apabila relay proteksi merasakan arus gangguan maka dengaan segera

kontak relay bekerja (yang tadinya NO menjadi NC) sehingga memberi suplai

pada tripyng coil. Tripyng coil bekerja menggerakkan mekanik open PMT

sehingga membuka kontak utama PMT. Proses ini berlangsung sangat cepat
(bebepapa detik) tujuannya segera mengisolasi daerah yang terganggu, namun bila

relay proteksi tidak bekerja maka gangguan akan meluas yang menyebabkan

kerugian.

Kegagalan kerja proteksi dapat disebabkan oleh :

1. Relay rusak

2. Seting relay tidak benar

3. Power suplay dc tidak ada/ hilang

4. Gangguan pada mekanis tripyng/pegas macet

5. Kegagalam PMT memutus arus gangguan

6. Trafo arus tidak jenuh pada arus gangguan

7. Kesalahan pengawatan wirring tripyng

2.4. Gangguan dan Jenis Gangguan

Berdasarkan ANSI/IEEE standar 100-1992, Gangguan didefenisikan

sebagai suatu kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat,

komponen, atau suatu elemen untuk bekerja sesuai fungsinya. Sedangkan

menurut Widianto, dkk Suatu gangguan di dalam peralatan listrik didefenisikan

sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan listrik yang menyebabkan

arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya , dimana gangguan hampir selalu

ditimbulkan oleh hubung singkat antar fasa atau hubung singkat fasa ke tanah.

Berikut adalah 3 jenis gangguan yang terjadi:

2.4.1. Gangguan hubung singkat 3 fasa

Gangguan 3 fasa adalah putusnya salah satu kawat fasa yang letaknya

paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan konfigurasi kawat antar

fasanya disusun secara vertikal. Kemungkinan terjadinya memang sangat

kecil, tetapi dalam analisanya tetap harus diperhitungkan. Kemungkinan


lain adalah akibat pohon yang cukup tinggi dan berayun sewaktu angin

kencang, kemudian menyentuh ketiga kawat pada transmisi atau distribusi,

seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.14. Gangguan hubung singkat 3 fasa

(Yulistiawan, dkk, 2012)


2.4.2. Gangguan hubung singkat dua fasa

Gangguan 2 fasa adalah gangguan yang disebabkan oleh putusnya

kawat fasa tengah pada transmisi atau distribusi. Kemungkinan lainnya

adalah dari rusaknya isolator di transmisi atau distribusi sekaligus 2 fasa,

seperti gambar di bawah ini.

Gambar 2.15. Gangguan hubung singkat 2 fasa

(Yulistiawan, dkk, 2012)

2.4.3. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah


Gangguan satu fasa ke tanah adalah back flashover antara tiang ke

salah satu kawat transmisi dan distribusi. Sesaat setelah tiang tersambar

petir yang besar walaupun tahanan kaki tiangya cukup rendah namun bisa

juga gangguan fasa ke tanah ini terjadi sewaktu salah satu kawat fasa

transmisi / distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi dll, seperti gambar

di bawah ini.

Gambar 2.16. Gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah

(Yulistiawan, dkk, 2012)

Gangguan hubung singkat 3 fasa, gangguan hubung singkat 2 fasa dan

gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah. Adapun rumus dasar perhitungan arus

gangguan yang dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012 : 85).


V
I = Z ...................................................................................................(6)

Keterangan :

I = Arus gangguan Hubung singkat

V = Tegangan Sumber (Volt)

Z = Impedansi jaringan, nilai ekivalen dari seluruh impedansi di dalam

jaringan dari sumber tegangan sampai ke titik gangguan (/km)

Dengan mengetahui besarnya tegangan sumber dan besarnya nilai

impedansi tiap komponen jaringan serta bentuk konfigurasi jaringan di dalam

sistem, maka besarnya arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan

rumus di atas.
Dari ketiga jenis gangguan terdapat perbedaan dalam penggunaan

impedansi untuk menghitung besarnya arus gangguan tersebut.

1. Gangguan 3 fasa : impedansi yang digunakan adalah impedansi urutan

positif (ekivalen Z1) tegangannya adalah Efasa

2. Gangguan 2 fasa : impedansi yang digunakan adalah jumlah impedansi

urutan positif + urutan negatif (nilai ekivalen Z1 + Z2) tegangannya adalah

EFasa-Fasa

3. Gangguan 1 fasa ke tanah : impedansi yang digunakan adalah impedansi

urutan positif + urutan negatif + urutan nol (nilai ekivalen Z 1 + Z2 + Z0)

tegangannya adalah EFasa

2.5. Perhitungan arus gangguan hubung singkat

Berdasarkan standar PUIL 2000, Arus hubung singkat adalah arus lebih

yang diakibatkan oleh gangguan impedansi yang sangat kecil mendekati nol
antara dua penghantar aktif yang dalam kondisi operasi normal berbeda

potensialnya. Perhitungan arus hubung singkat dari sistem 20 kV yang dipasok

dari gardu induk, Untuk menghitung arus hubung singkat pada sistem diatas,

pertama tama hitung impedansi sumber ( reaktansi ) dalam hal ini diambil dari

data hubung singkat pada bus 150 kV , kedua menghitung reaktansi trafo tenaga,

ketiga menghitung impedansi penyulang.

2.5.1. Menghitung impedansi sumber


Rumus dasar perhitungan impedansi sumber yang dikemukakan oleh

Yulistiawan, dkk (2012 : 87) maka data yang diperlukan adalah data hubung

singkat pada bus primer trafo.


2
kV
Zs = MVA .........................................................................................(7)
hs

Keterangan :

Zs = Impedansi sumber (dalam hal ini pada sisi sumber 150 kV)

kV = Tegangan pada sisi primer

MVAHS = Short circuit level trafo tenaga

Perlu diingat bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150

kV, karena arus gagguan hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan

hubung singkat di sisi 20 kV, maka impedansi sumber tersebut harus

dikonversikan dulu ke sisi 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti

sudah menggunakan sumber 20 kV. Untuk mengkonversikan impedansi yang

terletak di sisi 150 KV, dilakukan dengan cara sebagai berikut :


kV 2
Zs (sisi 20 kV) = MVA x Zs (sisi 150 kV)........................................(8)
hs

2.5.2. Menghitung reaktansi trafo

Untuk menghitung reaktansi trafo, digunakan rumus yang dikemukakan

oleh Yulistiawan, dkk (2012 : 89).


kV 2
Xt (pada 100%) = MVA (trafo) ............................................................(9)

Keterangan :

Xt = Reaktansi trafo ()

Nilai reaktansi trafo tenaga :

Reaktansi urutan positif, negatif (Xt1 = Xt2 )


Xt = Xt % x Xt (pada 100%) ........................................................................(10)

Reaktansi urutan nol (Xt0)

Reaktansi urutan nol ini didapat dengan memperhatikan data trafo tenaga

itu sendiri yaitu dengan melihat kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo itu :

Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan /Y dimana kapasitas belitan

deta sama besar dengan kapasitas belitan Y, maka Xt0 = Xt1,

Untuk trafo tenaga dengan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d)

biasanya sepertiga dari kapasitas belitan Y (belitan yang dipakai untuk

menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada di dalam tetapi tidak

dikeluarkan kecuali satu terminal delta untuk ditanahkan), maka nilai

Xt0=3Xt1,

Untuk trafo tenaga dengan hubungan YY dan tidak mempunyai belitan

delta di dalamnya, maka besarnya Xt0 berkisar antara 9 s/d 14 Xt1.

2.5.3. Menghitung impedansi penyulang

Menghitung impedansi penyulang, impedansi penyulang ini dihitung

tergantung dari besarnya impedansi per meter penyulang yang bersangkutan,

dimana besar nilainya ditentukan dari konsfigurasi tiang yang digunakan untuk

jaringan udara tegangan menengah (JUTM) atau dari jenis kabel tanah untuk

saluran kabel tegangan menengah (SKTM). Dalam perhitungan disini diambil

dengan impedansi. Rumus perhitungan dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk

(2012 : 91) .

Z1 = Z2 = % panjang x Panjang penyulang x (R1 + jX1) ........................(11)


Keterangan :

Z1 = Impedansi urutan positif ()

Z2 = Impedansi urutan negatif ()

Dengan demikian nilai impedansi penyulang untuk lokasi gangguan yang

dalam perhitungan ini disimulasikan terjadi pada lokasi dengan jarak 0%, 25%,

50%, 75% dan 100% panjang penyulang.

2.5.4. Menghitung impedansi ekivalen jaringan

Perhitungan yang akan dilakukan disini adalah perhitungan besarnya nilai


impedansi positif ( Z1 eq ), negative ( Z2 eq ), dan nol ( Z0 eq ) dari titik gangguan

sampai ke sumber, sesuai dengan urutan di atas. Karena dari sumber ke titik

gangguan impedansi yang terbentuk adalah tersambung seri, maka perhitungan

Z1eq dan Z2eq dapat langsung menjumlahkan impedansi-impedansi tersebut.

Sedangkan untuk perhitungan Z0eq dimulai dari titik gangguan sampai ke

trafo tenaga yang netralnya ditanahkan. Untuk menghitung Z 0eq ini, diumpamakan

trafo tenaga yang terpasang mempunyai hubungan Y yd, dimana mempunyai nilai

Xt0 = 3Xt1.

Adapun rumus Perhitungan Z1eq dan Z2eq dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012

: 85)

Z1 eq = Z2 eq = Z1s + Z1t + Z1 penyulang................................................................(12)

Keterangan :

Z1s = Hitungan impedansi sumber

Z1t = Hitungan impedansi trafo

Z1 penyulang = Tergantung dari lokasi gangguan

Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan

100% panjang penyulang, maka Z1 eq (Z2 eq ) yang didapat juga pada lokasi tersebut.
Perhitungan Z0 eq :

Z0 eq = Zt0 + 3RN + Z0 penyulang........................................................................(13)

Keterangan :

RN = Pentanahan netral pada trafo ().

Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100%

panjang penyulang, maka Z0 eq yang didapat juga pada lokasi tersebut.

Setelah mendapatkan impedansi ekivalen sesuai dengan lokasi gangguan,

selanjutnya perhitungan arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan

menggunakan rumus dasar seperti dijelaskan sebelumnya, hanya saja impedansi

ekivalen mana yang dimasukkan ke dalam rumus dasar tersebut adalah tergantung

dari hubung singkat 3 fasa, 2 fasa atau 1 fasa ke tanah.

2.5.5. Gangguan hubung singkat 3 fasa

Gangguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung dengan menggunakan

rumus hukum ohm yang dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012 : 92)
V
I = Z ...................................................................................................(14)

Keterangan :

I = Arus gangguan hubung singkat 3 fasa


20000
V = Tegangan fasa-netral system 20 kV = 3
Z = Impedansi urutan positif ( Z1 eq )

Sehingga arus gagguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung sebagai berikut :
20000
E fasa V ph 11547
I 3fasa Z 1 eq = Z 1 eq = 3 = Z 1 eq ..................................(15)
Z 1 eq
2.5.6. Gangguan Hubung Singkat 2 fasa

Gangguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut yang dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012 : 94)
V
I= Z ....................................................................................................(16)

Keterangan :

I = Arus gangguan hubung singkat 2 fasa

V = Tegangan fasa-netral system 20 kV

Z = Impedansi urutan positif ( Z1 eq ) dan urutan negative ( Z2eq )

Sehingga arus gagguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung sebagai berikut :
V ph ph 20000
I1fasa = Z + Z = Z +Z ....................................................(17)
1 eq 2 eq 1 eq 2 eq

Seperti halnya gangguan 3 fasa, Gangguan Hubung Singkat 2 Fasa juga

dihitung untuk lokasi gangguan yang diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75%

dan 100% panjang penyulang. Dalam hal ini dianggap nilai Z1eq = Z2eq, sehingga

persamaan arus gangguan hubung singkat 2 fasa di atas dapat di sederhanakan

menjadi :
V ph ph
I2fasa = 2 x Z 1 eq ..................................................................................(18)

2.5.7. Gangguan Hubung Singkat 1 Fasa ke tanah

Berikut rumus yang dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012 : 92)


V
I= Z ....................................................................................................(19)

Keterangan:

I = Arus gangguan urutan nol = I0


20000
V = Tegangan fasa-netral system 20 kV = = Vph
3
Z = Impedansi urutan positif ( Z1eq ) dan urutan negatif ( Z2eq ) dan

impedansi urutan nol (Z0eq)

I1 fasa ke tanah = 3 x I0........................................................................................(20)

Sehingga arus gagguan hubung singkat 1 fasa ketanah dapat dihitung sebagai

berikut : 20000
E fasa 3 xV ph 3x
I1fasa = Z = 3 x I0 = Z = 3
1 eq 1 eq+ Z + Z
Z 1 eq+ Z + Z
2eq 0eq

34641,016 34641,016 2eq 0eq

= Z 1 eq+ Z + Z = 2 xZ 1 eq+ Z ..............................................(21)


2eq 0eq 0eq

Kembali sama halnya dengan perhitungan arus gangguan 3 Fasa dan 2

Fasa, Arus gangguan 1 Fasa ketanah juga dihitung untuk lokasi gangguan yang di

asumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, sehingga

dengan rumus terakhir diatas dapat dihitung besarnya arus gangguan 1 fasa ke

tanah sesuai lokasi gangguannya.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di kantor PT. PLN (Persero) UPT

Sistem Sulselrabar Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang (TRAGI

PANAKKUKANG) yang dimulai dari tanggal 16 Februari 2017 hingga 16 Mei

2017 dan di kampus Politeknik Negeri Ujung Pandang.

3.2. Metode Penelitian


Dalam menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, penulis mengikuti langkah-

langkah yang terstruktur agar laporan ini dapat dikerjakan secara sistematis dan

terarah. Berikut langkah-langkah yang menjadi acuan dari penulis:

1. Melakukan pengenalan lingkup kerja di Tragi Panakkukang.

2. Mengenali objek yang akan diteliti berupa observasi langsung (Studi

Lapangan).

3. Melakukan pengambilan data penelitian yang dibutuhkan .

4. Melakukan pengolahan data penelitian yang telah diperoleh dengan

mengacu pada tinjauan pustaka.

5. Melakukan analisis terhadap data-data yang telah diolah, salah satunya

dengan membandingkan hasil pengolahan data terhadap teori sesuai

standar dan ketentuan yang ada, dan menjadikan rumusan masalah serta

tinjauan pustaka sebagai acuan analisis dan pembahasan.

6. Memberikan solusi atau saran yang dapat dilakukan untuk perbaikan

sistem proteksi apabila terjadi ketidaksesuaian dengan hasil pengolahan

data yang akurat terhadap standar dan ketentuan yang berlaku.

7. Menarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan sehingga

tujuan ataupun rumusan masalah dari obyek penelitian dapat terjawab.

Gambar 3.1 Diagram alir (flow chart) prosedur penelitian

3.3. Metode Pengumpulan Data

Berikut adalah metode atau teknik yang digunakan dalam mengumpulkan

data dari penelitian yang dilakukan:

1. Studi literatur

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan berbagai referensi,

baik melalui buku, tugas akhir ataupun jurnal penelitian, hingga melalui internet

Perhitungan biasa dengan


menggunakan rumus & Analisis
berbentuk dokumen ataupun digital library. Adapun buku-buku yang kami

gunakan dalam memperoleh beberapa data yang dibutuhkan yaitu: Praktik-praktik

Proteksi Sistem Tenaga Listrik, Buku Pedoman Proteksi, Buku Pedoman Kubikel

Tegangan Menengah Kepdir 0520-2 K DIR 2014, dll.

2. Metode observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan kunjungan

langsung ke lapangan guna mengetahui mengapa penyulang perumnas GI

Panakkukang trip permanen. Adapun data-data yang akan diambil melalui

observasi ini berupa name plate Penyulang, pengukuran/pemeliharaan Penyulang

tahun sebelumnya, data arus hubung singkat, single line diagram dan standar PLN

(SPLN).

3. Metode wawancara

Pada saat wawancara, penulis melakukan tanya jawab dengan semua pihak

yang memahami masalah sistem ketenagalistrikan yang berkaitan dengan kasus

yang akan dikaji. Penulis bermaksud untuk memahami lebih mengenai penyulang

perumnas GI Panakkukang yang mengalami trip permanen.

3.4. Metode Analisa Data

Penelitian ini didasarkan pada penyulang perumnas GI Panakkukang trip

permanen, yang mengakibatkan trafo 60MVA ikut trip dan beberapa Penyulang

lainnya harus dilepas yakni Penyulang Adiyaksa, Penyulang Clarion, Penyulang

Latanete, Penyulang Veteran, Penyulang IKIP, Penyulang UNM, Penyulang

Toddopuli, Penyulang Pengayoman, Penyulang Denpasar, Penyulang Diamond,

Penyulang Boulevard dan Penyulang WILAYAH. Setelah menelusuri awal

terjadinya penyulang trip permanen, maka penulis mencari data yang berkaitan

dengan masalah tersebut seperti name plate Penyulang, data pemeliharaan, data

arus hubung singkat dan lainnya. Kemudian data tersebut digunakan untuk

menganalisis kejadian tersebut. Setelah mengetahui sebab penyulang tersebut trip

permanen dan mengapa trafo 60MVA ikut trip serta beberapa Penyulang lainnya
harus dilepas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan memberikan solusi

agar kejadian tersebut tidak terulang lagi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Komponen pada Panyulang Perumnas

Pada penyulang Perumnas disuplai dari trafo #3 GI Panakkukang yang

terhubung pada bus 150 kV menuju bus 20 kV. Berikut ini data kompenen pada

Penyulang Perumnas :

4.1.1. Bus 150 KV


Busbar disini merupakan titik hubungan pertemuan (connecting) antara

transformator daya, SUTT (saluran udara tegangan tinggi) dengan komponen

listrik lainnya, untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik. Pada GI

Panakkukang mempunyai dua (double) busbar. Dimana keunggulan menggunakan

dua (double) busbar untuk mengurangi terjadinya pemadaman beban, khususnya

pada saat melakukan perubahan sistem (manuver sistem).

Gambar 4.1 Bus 150 kV

4.1.2. Trafo Daya #3 GI Panakkukang

Transformator daya disini berfungsi untuk mentranformasikan daya listrik,

dengan merubah besarnya tegangan dari 150 kV menjadi 20 kV, sedangkan

frekuensinya tetap. Berikut spesifikasi Trafo #3 GI Panakkukang :

Tabel 4. 1 Spesifikasi Trafo #3 GI Panakkukang

MVA hubung singkat : 1009.7 MVA

Kapasitas 60 MVA

Reaktansi X1 13.282% Ohm


11.481% Ohm

Teg. Prim 150 kV

Teg. Sek. 20 kV

Belitan D Tidak Ada

Reaktansi Xo

I nominal 1732.1 Ampere

CT ratio 2000 5

NGR 40 Ohm

4.1.3. Kubikel 20 kV

Kubikel 20 kV yang dipakai pada Penyulang Perumnas yakni merk GEC

ALSTHOM/UNINDO. Kubikel ini berfungsi sebagai pembagi, pemutus,

penghubung, pengontrol, dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan

20 kV.
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Single line Penyulang , (b) Kubikel Penyulang Perumnas

Didalam kubikel ini terdapat beberapa komponen seperti dibawah ini :

a. Bus 20 KV

Sebagai rel/busbar penghubung antara kubikel yang satu dengan lainnya,

posisi rel umumnya terletak pada bagian atas kubikel. Busbar dibuat dari tembaga

atau aluminium dengan bentuk sesuai dengan desain dari masing-masing pabrik.

Busbar pada penyulang Perumnas memiliki tegangan kerja 20 kV, namun dapat

diberi tegangan sampai 24 kV.

b. Pemutus tenaga (PMT)

Pemutus tenaga (PMT) disini berfungsi untuk membuka dan menutup

rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai

dengan ratingnya baik pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak normal.

Berikut spesifikasi PMT Penyulang Perumnas :


Tabel 4.2 Spesifikasi PMT Penyulang Perumnas

VACUUM CIRCUIT BREAKER

Voltage 24 kV

Short time current 25 kA/1s

In 630 A

Frequency 50 Hz

c. Current transformer (CT)

CT disini berfungsi sebagai peralatan yang mengkonversi dari arus besar

menjadi arus kecil yang dipergunakan untuk pengukuran dan proteksi. Berikut

spesifikasi CT pada Penyulang Perumnas :

Tabel 4. 3 Spesifikasi CT pada Penyulang Perumnas

CURRENT TRANSFORMER

Ith 25 kA/1 s

Ratio CT 600/5 A

Frekuensi 50 Hz
d. Relay OCR/GFR

Relay OCR/GFR disini berfungsi untuk mengamankan peralatan dari

gangguan simetri maupun asismetri. Dimana relay OCR/GFR memiliki peran

yang berbeda. Relay arus lebih (OCR) adalah peralatan yang dapat merasakan

adanya arus lebih yang disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat

maupun adanya beban berlebih (overload) yang dapat merusak peralatan yang

berada di wilayah proteksi dalam hal ini antara fasa ke fasa. Sedangkan, Relay

GFR mendeteksi adanya hubung singkat ke tanah. Berikut spesifikasi relay

OCR/GFR pada penyulang Perumnas :

Tabel 4.4 Data Relay

No Data Relay OCR GFR

1 Merek/Tipe AREVA / MICOM P123

2 Set Relay 0.67 A 0.05 A

3 Aktual (Batas Maks) 402 A 30 A

4 Waktu Kerja 0.1 0.1

5 In Relay 5A 5A

6 Kurva Karakteristik SI

7 Rasio CT 600/5 A
e. Data jaringan distribusi

Pada penyulang Perumnas menggunakan kabel AAAC ( All Aluminium

Alloy Conductor ) 3x240 mm2 untuk menyalurkan tenaga listrik menuju

konsumen yang dipakai sepanjang 10 km. Berdasarkan ketetapan SPLN 64 1985

tentang reaktansi penghantar AAAC tegangan 20 kV.

Tabel 4.5 Data Jaringan Distribusi

4.2. Analisis Perhitungan Gangguan Penyulang Perumnas pada GI

Panakkukang

4.2.1. Arus hubung singkat

Untuk menghitung arus hubung singkat pada sistem di atas, pertama

tama hitung impedansi sumber ( reaktansi ) dalam hal ini diambil dari data

hubung singkat pada bus 150 kV , kedua menghitung reaktansi trafo tenaga,

ketiga menghitung impedansi penyulang.

A. Arus hubung singkat 2 fasa ( S-T )

1. Menghitung impedansi sumber


kV 2
Zs(sisi 150 kV) = MVAhs
2
150
Zs(sisi 150 kV) = 1009.7 = 22.28
Zs(sisi 20 kV) = kV 2 x Zs(sisi 150 kV)
MVAhs
Zs(sisi 20 kV) = 202 x 22.28 = 8.83
1009.7
2. Menghitung reaktansi trafo
2
kV
Xt (pada 100%) = MVA trafo
2
20
Xt (pada 100%) = 60 = 6.667

Nilai reaktansi trafo tenaga :

- Reaktansi urutan positif, negatif (Xt1 = Xt2 )

Xt1 = Xt % x Xt (pada 100%)

Xt1 = 13.282 % x 6.667 = 0.88

3. Menghitung impedansi penyulang

Impedansi Urutan Positif (Z1) = Impedansi Urutan Negatif (Z2)

a. Untuk jarak 25% dari panjang penghantar.

0.25 x 10 Km x (0.1344 + j0.3158) = 0.336 + j0.7895

b. Untuk jarak 50% dari panjang penghantar.

0.50 x 10 Km x (0.1344 + j0.3158) = 0.672 + j1.579

c. Untuk jarak 75% dari panjang penghantar.

0.75 x 10 Km x (0.1344 + j0.3158) = 1.008 + j2.3685

d. Untuk jarak 100% dari panjang penghantar.

1.00 x 10 Km x (0.1344 + j0.3158) = 1.334 + j3.158


4. Menghitung impedansi jaringan ekivalen

- Perhitungan Z1eq dan Z2eq :

Z1eq = Z2eq = Zs1 + Zt1 + Z1penyulang

Z1eq = Z2eq = j8.83 + j0.88 + Z1penyulang

a. Untuk jarak 25% dari panjang penghantar.

j9.71 + (0.336 + j0.7895) = 0.336 + j10.4995

b. Untuk jarak 50% dari panjang penghantar.

j9.71 + (0.672 + j1.579) = 0.672 + j11.289

c. Untuk jarak 75% dari panjang penghantar.

j9.71 + (1.008 + j2.3685) = 1.008 + j12.0785

d. Untuk jarak 100% dari panjang penghantar.

j9.71 + (1.344 + j3.158) = 1.344 + j12.868

5. Menghitung arus gangguan hubung singkat 2 fasa


V ph ph V ph ph 20000
I1fasa = Z 1 eq + Z 2 eq = 2 x Z 1 eq = 2 x Z 1 eq

a. Untuk jarak 25% dari panjang penghantar.


20000
Ifasa =
(2 x 0.336)2+(2 x 10.4995)2
20000 20000
= = 21
0.451584 +440.958001
= 952.381 A

b. Untuk jarak 50% dari panjang penghantar.


20000
Ifasa =
(2 x 0.672)2 +(2 x 11.289)2
20000 20000
= = 22.62
1.806336+509.766084
= 884.173 A

c. Untuk jarak 75% dari panjang penghantar.


20000
Ifasa =
(2 x 1.008)2 +(2 x 12.0785)2
20000 20000
= 4.064256+583.560649 = 24.24

= 825.082 A

d. Untuk jarak 100% dari panjang penghantar.


20000
Ifasa =
(2 x 1.344)2+(2 x 12.868)2
20000 20000
= 7.225344+ 662.341696 = 25.87

= 773.096 A

Lokasi Gangguan
No
25% 50% 75% 100%
1 Z1 = Z2 () 0.336+j0.7895 0.672+j1.579 1.008+j2.3685 1.334+j3.158
Zeq1 = Zeq2
3 ()
0.336+j10.4995 0.672+j11.289 1.008+j12.0785 1.334+j12.868

5 Ifasa (A) 952.381 884.173 825.082 773.096


Tabel 4.6 Data Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat 2 fasa ke tanah (S-T)

Berdasarkan dari tabel di atas dapat dilihat bahwa arus gangguan hubung

singkat yang terjadi pada jarak 25% adalah sebesar 952.381 A , sesuai dengan

lokasi gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah.

B. Arus hubung singkat 1 fasa ke tanah ( T - G )

1. Menghitung impedansi sumber


2
kV
Zs(sisi 150 kV) = MVAhs
1502
Zs(sisi 150 kV) = 1009.7 = 22.28
Zs(sisi 20 kV) = kV 2 x Zs(sisi 150 kV)
1009.7
Zs(sisi 20 kV) = 202 x 22.28 = 8.83
1009.7
2. Menghitung reaktansi trafo
2
kV
Xt (pada 100%) = MVA trafo
2
20
Xt (pada 100%) = 60 = 6.667

Nilai reaktansi trafo tenaga :

- Reaktansi urutan positif, negatif (Xt1 = Xt2 )

Xt1 = Xt % x Xt (pada 100%)

Xt1 = 13.282 % x 6.667 = 0.88

- Reaktansi urutan nol (Xt0)

Xt0=10Xt1 = 10(0.88) = 8.8

3. Menghitung impedansi penyulang

Impedansi Urutan Positif (Z1) = Impedansi Urutan Negatif (Z2)

a. Untuk jarak 25% dari panjang penghantar.

0.25 x 10 Km x (0.1344 + j0.3158) = 0.336 + j0.7895

b. Untuk jarak 50% dari panjang penghantar.

0.50 x 10 Km x (0.1344 + j0.3158) = 0.672 + j1.579

c. Untuk jarak 75% dari panjang penghantar.

0.75 x 10 Km x (0.1344 + j0.3158) = 1.008 + j2.3685

d. Untuk jarak 100% dari panjang penghantar.

1.00 x 10 Km x (0.1344 + j0.3158) = 1.334 + j3.158


Impedansi Urutan Nol (Z0)

a. Untuk jarak 25% dari panjang penghantar.

0.25 x 10 Km x (0.2824 + j1.6033) = 0.706 + j4.0082

b. Untuk jarak 50% dari panjang penghantar.

0.50 x 10 Km x (0.2824 + j1.6033) = 1.412 + j8.0165

c. Untuk jarak 75% dari panjang penghantar.

0.75 x 10 Km x (0.2824 + j1.6033) = 2.118 + j12.025

d. Untuk jarak 100% dari panjang penghantar.

1.00 x 10 Km x (0.2824 + j1.6033) = 2.824 + j16.033

4. Menghitung impedansi jaringan ekivalen

- Perhitungan Z1eq dan Z2eq :

Z1eq = Z2eq = Zs1 + Zt1 + Z1penyulang

Z1eq = Z2eq = j8.83 + j0.88 + Z1penyulang

a. Untuk jarak 25% dari panjang penghantar.

j9.71 + (0.336 + j0.7895) = 0.336 + j10.4995

b. Untuk jarak 50% dari panjang penghantar.

j9.71 + (0.672 + j1.579) = 0.672 + j11.289

c. Untuk jarak 75% dari panjang penghantar.

j9.71 + (1.008 + j2.3685) = 1.008 + j12.0785

d. Untuk jarak 100% dari panjang penghantar.

j9.71 + (1.344 + j3.158) = 1.344 + j12.868


- Perhitungan Z0eq :

Z0eq = Zt0 + 3RN + Z0penyulang

Z0eq = j8.8 + 3(0) + Z0penyulang

a. Untuk jarak 25% dari panjang penghantar.

j8.8 + (0.706 + j4.0082) = 0.706 + j12.8082

b. Untuk jarak 50% dari panjang penghantar.

j8.8 + (1.412 + j8.0165) = 1.412 + j16.8165

c. Untuk jarak 75% dari panjang penghantar.

j8.8 + (2.118 + j12.025) = 2.118 + j20.825

d. Untuk jarak 100% dari panjang penghantar.

j8.8 + (2.824 + j16.033) = 2.824 + j24.833

5. Menghitung arus gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah


20000
3 x V ph 3x
I1fasa = Z + Z +Z = 3
1 eq 2 eq 0 eq
Z 1 eq + Z 2 eq +Z 0 eq
34641.016 34641.016
= Z + Z +Z = 2 x Z +Z
1 eq 2 eq 0 eq 2 eq 0 eq

a. Untuk jarak 25% dari panjang penghantar.


34641.016
Ifasa =
(2 x 0.336+0.706)2 +(2 x 10.4995+12.8082)2
34641.016 34641.016
= = 33.83
1.8988+1142.9268
= 1023.97 A

b. Untuk jarak 50% dari panjang penghantar.


34641.016
Ifasa =
(2 x 0.672+1.412)2 +(2 x 11.289+16.8165)2
34641.016 34641.016
= = 39.49
7.5955+1551.926
= 877.21 A

c. Untuk jarak 75% dari panjang penghantar.


34641.016
Ifasa =
(2 x 1.008+2.118)2 +(2 x 12.0785+20.8247)2
34641.016 34641.016
= = 45.17
17.0899+2023.263
= 766.90 A

d. Untuk jarak 100% dari panjang penghantar.


34641.016
Ifasa =
(2 x 1.344+2.824)2 +( 2 x 12.868+ 24.833)2
34641.016 34641.016
= 30.382+2557.22 = 50.87

= 680.97 A

Lokasi Gangguan
No
25% 50% 75% 100%
1 Z1 = Z2 () 0.336+j0.7895 0.672+j1.579 1.008+j2.3685 1.334+j3.158
2 Z0 () 0.706+j4.0082 1.412+j8.0165 2.118+j12.025 2.824+j16.033
Zeq1 = Zeq2
3 ()
0.336+j10.4995 0.672+j11.289 1.008+j12.0785 1.334+j12.868

4 Zeq0 () 0.706+j12.8082 1.412+j16.815 2.118+j20.825 2.824+j24.833


5 Ifasa (A) 1023.97 877.21 766.90 680.97
Tabel 4.7 Data Hasil Perhitungan Arus Hubung Singkat 1 fasa ke tanah (T-G)

Berdasarkan dari tabel hasil perhitungan di atas diketahui bahwa arus

gangguan hubung singkat yang paling mendekati dengan laporan gangguan yang

dilampirkan pada lampiran 1 tugas akhir ini adalah 25% dari jarak penghantar

pada jaringan distribusi. Pada kasus ini terjadi gangguan hubung singkat satu fasa

ke tanah sebesar 1023.97 A seperti hasil di atas.


4.2.2. Analisis Relay

Berikut perhitungan Arus setting OCR dan GFR:

1. Perhitungan Arus setting OCR.

Iset = Set Relay x In Relay

= 0.67 x 5

= 3.35 A (pada sisi sekunder) = 402 A (pada sisi primer)

2. Perhitungan Arus setting GFR.

Iset = Set Relay x In Relay

= 0.05 x 5
= 0.25 A (pada sisi sekunder) = 30 A (pada sisi primer)

Gangguan yang terjadi pada penyulang Perumnas GI Panakkukang yaitu

gangguan hubung singkat 2 fasa dan gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah,

Sebagaimana dijelaskan pada teori bahwa gangguan tersebut terdeteksi oleh relay

OCR dan GFR. Batas arus maksimum yang dapat dialiri arus tiap fasa yaitu hanya

sebesar 402 A sedangkan arus ke tanah yaitu hanya sebesar 30 A (sesuai dengan

setting relay) karena berbahaya jika arus yang melebihi batas maksimum yang

telah di setting maka dapat merusak/meledaknya peralatan. Sedangkan arus yang

mengalir melewatinya melewati batas maksimum sehingga menyebabkan relay

OCR dan GFR medeteksi dan bekerja yakni sebesar 1000 A .

4.3. Penyebab Permanen Penyulang Perumnas

Yang menyebabkan trip permanen penyulang perumnas karena adanya

gangguan hubung singkat 2 fasa dan 1 fasa ke tanah, Gangguan 2 fasa tersebut

terjadi pukul 07.10 WITA tanggal 03 februari 2017 dan terjadi lagi gangguan 1

fasa ketanah pada saat PMT penyulang di coba untuk di masukkan kembali pada

pukul 07.11 WITA tanggal 03 februari 2017, dengan besar arus 1000 Amper yang
melebihi batas setting relay sehingga relay melepaskan PMT penyulang

perumnas. Gangguan tersebut terjadi Karena adanya pohon tumbang pada

jaringan udara tegangan menengah (JUTM) penyulang perumnas.

4.4. Dampak Gangguan

Dampak yang ditimbulkan oleh gangguan pada tanggal 03 Februari 2017

yakni trip nya Penyulang Perumnas dan beberapa penyulang lainnya harus dilepas

sehingga konsumen yang dilayani oleh penyulang Perumnas dan Trafo Distribusi

60MVA mengalami pemadaman selama 2 jam, Karena terjadinya gangguan pada

jaringan distribusi tegangan menengah pada penyulang perumnas yang berdampak

pada hilangnya tegangan pada Trafo Distribusi 60MVA.

4.5. Proses Pemulihan

Pihak pemeliharaan Tragi panakkukang berkoordinasi kepada pihak

Dispatcher DCC (Distribution Control Center) dan pihak pelayanan Teknik

Rayon Panakkukang untuk melakukan pemulihan dimana pihak DCC akan

mengkonfimasikan kepada pihak pelayanan teknik bahwa pemulihan sudah dapat

dilakukan dengan aman, untuk dilakukan perbaikan pada jaringan distribusi

tegangan menengah yang mengalami gangguan.

Jika telah dilakukan perbaikan pada gangguan yang terjadi maka dari

pihak pemeliharaan Tragi Panakkukang PT.PLN Persero melakukan penormalan

kembali. Untuk kasus gangguan trafo ini yang banyak menghilangkan beban hal

yang perlu dilakukan terlebih dahulu yaitu menginformasikan ke pihak

Dispatcher UPB (Unit Pengatur Beban) untuk manuver beban, karena NGR (

Neutral Grounding Resistor ) mengalami banyak bekas flashover dan masih

dalam keadaan basah sehingga harus di perbaiki dan diukur tahanannya. Setelah
itu memberi penanganan berupa cat isolasi kepada NGR ( Neutral Grounding

Resistor ) agar tidak terjadi short circuit lagi pada body NGR, barulah dilakukan

permintaan kepada Dispatcher UPB untuk penormalan Trafo dan setiap

penyulang yang berada di asuhannya di masukkan kembali khususnya penyulang

perumnas.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyebab trip permanen pada penyulang Perumnas GI Panakkukang

yaitu adanya gangguan Arus Hubung singkat 2 Fasa dan 1 Fasa ke tanah.

Dalam kasus ini gangguan hubung singkat yang terjadi dengan besaran

arus hingga 1000 A yang disebutkan dalam berita acara laporan


gangguan trafo 60 MVA GI Panakkukang pada tanggal 3 Februari 2017.

Dimana gangguan ini di sebabkan oleh adanya pohon tumbang ke JUTM

( jaringan udara tegangan menengah ) Penyulang perumnas yang

menyebabkan terjadinya hubung singkat 2 fasa ( S T ) sehingga relay

OCR bekerja melepaskankan PMT lalu pada saat di masukkan kembali,

PMT lepas kembali, relay GFR bekerja di karenakan terjadi hubung

singkat 1 fasa ke tanah ( T-G ) akibat adanya pohon tumbang di jaringan.

2. Hasil Analisis penyebab trip permanen penyulang Perumnas GI

Panakkukang yaitu adanya arus hubung singkat 2 fasa ( S-T ) dengan

besaran 952.381 A yang melebihi arus setting pada relay OCR yaitu 402

A dan pada saat PMT di masukkan kembali terjadi arus hubung singkat 1

fasa ke tanah ( T-G ) dengan besaran 1023.97 A yang melebihi arus

setting pada relay GFR yaitu 30 A sehingga hal ini lah yang

menyebabkan Penyulang perumnas permanen dan trafo distribusi

60MVA juga ikut .


B. Saran

1. Perlu adanya koordinasi yang baik antara pihak Tragi Panakkukang pihak

Rayon Panakkukang untuk senantiasa melakukan pengontrolan seluruh

jaringan distribusi yang dilayani oleh GI Panakkukang untuk

menghilangkan resiko akibat adanya gangguan yang tidak diinginkan.

2. Pihak pemeliharaan TRAGI ( Transmisi dan Gardu Induk ) Panakkukang

lebih meningkatkan pemeliharaan yang intensif yaitu pemeliharaan

dengan mengecek semua keadaan penyulang tanpa melihat waktu yang


telah ditetapkan untuk memelihara bagian bagian penyulang. Dan

sebaiknya dari pihak pemeliharaan TRAGI ( Transmisi dan Gardu

Induk ) Panakkukang melakukan pemeliharaan pada setiap penyulang

kurang lebih 3X dalam setahun karena melihat dari umur peralatan yang

sudah tua dan seringnya terjadi gangguan pada jaringan.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. PUIL 2000.

Http://www.academia.edu/6932115/Koordinasi_Relai_Arus_Lebih_and_Ground_
Gangguan_Hubung_Singkat_Berbahaya_Bagi_Peralatan_Mengganggu_Pe
layanan_Perlu_Diketahui_Besarnya_Arus_Sebelum_Kejadian_Sesungguh
nya_Dalam_Perencanaan_Sistem_Spesifikasi_PMT_Konduktor. Diakses
17 juni 2017

Pandjaitan, Bonar. 2012. Praktik-praktik Proteksi Sistem Tenaga Listrik.


Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

PT.PLN (Persero). 2011. Diklat Profesi Penyaluran Pemeliharaan Kubikel 20 KV


Gardu Induk B.1.1.2.60.3. Jakarta Selatan.

----------------------. 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan Primer GI Kepdir 0520-


2.K.Dir.2014.

----------------------. 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan Sekunder GI Kepdir


0520-2.K.Dir.2014.

----------------------. 2014. Buku O&M (SE114).

PT PLN (Persero) P3B. 2005. Buku Pelatihan O&M Rele Proteksi Penghantar.

Wahyudi, dkk. 2008. Proteksi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: APEI.

Yulistiawan, dkk. 2012. Analisis Penggunaan Gas SF6 Pada Pemutus Tenaga
(PMT) Di Gardu Induk Cigerelaing Bandung. Dalam Jurnal Upi Edu,
XIV (2): 81 93.
LAMPIRAN

1. Laporan Gangguan Trafo 60MVA GI Panakkukang


2. Laporan Rekap Gangguan 3 Februari 2017

3. Data Setting Relay


4. Hasil Pengukuran/Pengujian PMT

Tahanan Isolasi

Tahanan Kontak dan Uji Vacuum


5. Foto Dokumentasi pemeliharaan Penyulang Perumnas
6. Data Pendukung

Single Line GI Panakkukang


Single Line Distribusi Perumnas

Beban Puncak Penyulang Panakkukang

You might also like