Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
tenaga listrik diperlukan suatu gardu induk (GI) yang berfungsi untuk pengaturan
menuntut mutu serta kualitas pelayanan energi listrik yang lebih baik secara terus
menerus.
berbagai alat seperti PMT, PT, CT, Relay, dll. Kukibel juga rentan mengalami trip
jumat, 03 Februari 2017 dimana sebuah kubikel mengalami trip permanen karena
akibat arus hubung singkat 2 fasa lalu 1 fasa ke tanah, awalnya relay OCR yang
penyulang kembali trip karena bekerjanya relay GFR. Akibat arus hubung singkat
di lepas.
Berdasarkan hal tersebut penulis mengangkat sebuah judul Laporan Tugas
Panakkukang?
Panakkukang.
yang dilakukan.
terulang lagi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dalamnya terdapat kubikel/panel bagi yaitu panel In comming, Out going, Couple,
(http://mtrpagi.blogspot.co.id/2012/09/pengetahuan-dasar-gardu-induk-20-kv.html),
(http://mtrpagi.blogspot.co.id/2012/09/pengetahuan-dasar-gardu-induk-20-kv.html)
2.2. Kubikel 20 KV
Kubikel 20 KV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada
lain:
daya ke busbar 20 Kv
3.Areva 4.Alstom
5.Siemen 6.AEG,dll
(PMT) adalah suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga
listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua
kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai dengan ratingnya baik pada kondisi
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus
1) Pemisah (PMS)
pada kubikel disisi kabel dan di sisi rel, berfungsi sebagai pemisah,
bekerja, agar aman terhadap tegangan sisa dan tegangan induksi. Pemisah
plat.
yang sebanding dengan arus yang hendak diukur (sisi sekunder 1A atau
5A) dan untuk memisahkan sirkuit dari sistem yang arusnya hendak diukur
Potensial Transformers.
Gambar 2.7. PT Kubikel
listrik. Peralatan ini sangat dibutuhkan bilamana sistem mengalami gangguan atau
dan mengisolasi daerah yang mengalami gangguan dan menjaga agar daerah yang
(https://swatechelectrica.blogspot.co.id/2015/03/sell-and-ready-stock-micom-p123.html)
Secara umum pengertian sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau
menimbulkan arus yang besar. Semakin besar sistemnya semakin besar arus
gangguannya. Arus yang besar bila tidak segera dihilangkan akan merusak
peralatan yang dilaluinya. Untuk memisahkan daerah yang terganggu itu dari
sistem diperlukan suatu sistem proteksi, yang pada dasarnya adalah alat pengaman
yang bertujuan untuk melepaskan atau membuka sistem yang terganggu, sehingga
peralatan yang terganggu atau peralatan yang dilalui oleh arus gangguan.
Over Current Relay (OCR) adalah peralatan yang dapat merasakan adanya
arus lebih yang disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat maupun
adanya beban berlebih (overload) yang dapat merusak peralatan yang berada di
wilayah proteksi dalam hal ini antara fasa ke fasa. Relay ini dapat digunakan
pengaman utama pada jaringan distribusi dan sub-transmisi sistem radial. Sebagai
Prinsip kerja Over Current Relay (OCR) adalah berdasarkan adanya arus
lebih yang dirasakan relay, baik disebabkan adanya gangguan hubung singkat atau
overload (beban lebih) untuk kemudian memberikan perintah trip ke PMT sesuai
arus kemudian membandingankan dengan nilai setting, apabila nilai arus yang
terbaca oleh relay melebihi nilai setting, maka relay akan mengirim perintah trip
(lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) setelah tunda waktu yang diterapkan pada
Berdasarkan karakteristik waktunya relay arus lebih dibedakan atas tiga jenis
yaitu:
Adalah relay arus lebih yang tidak mempunyai waktu tunda/waktu kerja
sesaat. Relay bekerja pada gangguan yang paling dekat dengan lokasi dimana
(http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/07/relay-arus-lebih.html)
Adalah relay dimana waktu tundanya tetap, tidak tergantung pada besarnya
arus gangguan. Jika arus gangguan telah melebihi arus settingnya berapapun
besarnya arus gangguan relay akan bekerja dengan waktu yang tetap, seperti
Gambar 2.11. Karakteristik relay arus lebih waktu tertentu (Definite time
relay)
(http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/07/relay-arus-lebih.html)
pada besarnya arus gangguan. Jadi semakin besar arus gangguan maka kerja relay
akan semakin cepat, arus gangguan berbanding terbalik dengan waktu kerja relay,
Gambar 2.12. Karakteristik relay arus lebih waktu terbalik (inverse time)
(http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/07/relay-arus-lebih.html)
Relay hubung tanah yang lebih dikenal dengan GFR (Ground Fault Relay)
pada dasarnya mempunyai prinsip kerja sama dengan Over Current Relay (OCR)
namun memiliki perbedaan dalam kegunaannya. Bila relay arus lebih mendeteksi
adanya hubung singkat antar fasa, maka GFR mendeteksi adanya hubung singkat
ke tanah.
Adapun prinsip kerja dari GFR yaitu pada kondisi beban seimbang, Ir, Is, It
sama besar, sehingga pada kawat netral tidak timbul arus dan relay hubung tanah
tidak dialiri arus. Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan
hubung singkat ke tanah maka akan timbul arus urutan nol pada kawat netral,
sehingga relay hubung tanah akan bekerja. Menurut Muhalan, dkk (2014 : 169),
(http://dunia-listrik.blogspot.co.id/2009/07/relay-arus-lebih.html)
kontak relay bekerja (yang tadinya NO menjadi NC) sehingga memberi suplai
pada tripyng coil. Tripyng coil bekerja menggerakkan mekanik open PMT
sehingga membuka kontak utama PMT. Proses ini berlangsung sangat cepat
(bebepapa detik) tujuannya segera mengisolasi daerah yang terganggu, namun bila
relay proteksi tidak bekerja maka gangguan akan meluas yang menyebabkan
kerugian.
1. Relay rusak
arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya , dimana gangguan hampir selalu
ditimbulkan oleh hubung singkat antar fasa atau hubung singkat fasa ke tanah.
Gangguan 3 fasa adalah putusnya salah satu kawat fasa yang letaknya
paling atas pada transmisi atau distribusi, dengan konfigurasi kawat antar
salah satu kawat transmisi dan distribusi. Sesaat setelah tiang tersambar
petir yang besar walaupun tahanan kaki tiangya cukup rendah namun bisa
juga gangguan fasa ke tanah ini terjadi sewaktu salah satu kawat fasa
transmisi / distribusi tersentuh pohon yang cukup tinggi dll, seperti gambar
di bawah ini.
gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah. Adapun rumus dasar perhitungan arus
Keterangan :
sistem, maka besarnya arus gangguan hubung singkat dapat dihitung dengan
rumus di atas.
Dari ketiga jenis gangguan terdapat perbedaan dalam penggunaan
EFasa-Fasa
Berdasarkan standar PUIL 2000, Arus hubung singkat adalah arus lebih
yang diakibatkan oleh gangguan impedansi yang sangat kecil mendekati nol
antara dua penghantar aktif yang dalam kondisi operasi normal berbeda
dari gardu induk, Untuk menghitung arus hubung singkat pada sistem diatas,
pertama tama hitung impedansi sumber ( reaktansi ) dalam hal ini diambil dari
data hubung singkat pada bus 150 kV , kedua menghitung reaktansi trafo tenaga,
Yulistiawan, dkk (2012 : 87) maka data yang diperlukan adalah data hubung
Keterangan :
Zs = Impedansi sumber (dalam hal ini pada sisi sumber 150 kV)
Perlu diingat bahwa impedansi sumber ini adalah nilai ohm pada sisi 150
kV, karena arus gagguan hubung singkat yang akan dihitung adalah gangguan
dikonversikan dulu ke sisi 20 kV, sehingga pada perhitungan arus gangguan nanti
Keterangan :
Xt = Reaktansi trafo ()
Reaktansi urutan nol ini didapat dengan memperhatikan data trafo tenaga
itu sendiri yaitu dengan melihat kapasitas belitan delta yang ada dalam trafo itu :
Untuk trafo tenaga dengan belitan Yyd dimana kapasitas belitan delta (d)
menyalurkan daya, sedangkan belitan delta tetap ada di dalam tetapi tidak
Xt0=3Xt1,
dimana besar nilainya ditentukan dari konsfigurasi tiang yang digunakan untuk
jaringan udara tegangan menengah (JUTM) atau dari jenis kabel tanah untuk
(2012 : 91) .
dalam perhitungan ini disimulasikan terjadi pada lokasi dengan jarak 0%, 25%,
sampai ke sumber, sesuai dengan urutan di atas. Karena dari sumber ke titik
trafo tenaga yang netralnya ditanahkan. Untuk menghitung Z 0eq ini, diumpamakan
trafo tenaga yang terpasang mempunyai hubungan Y yd, dimana mempunyai nilai
Xt0 = 3Xt1.
Adapun rumus Perhitungan Z1eq dan Z2eq dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012
: 85)
Keterangan :
Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan
100% panjang penyulang, maka Z1 eq (Z2 eq ) yang didapat juga pada lokasi tersebut.
Perhitungan Z0 eq :
Keterangan :
Karena lokasi gangguan diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100%
ekivalen mana yang dimasukkan ke dalam rumus dasar tersebut adalah tergantung
rumus hukum ohm yang dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012 : 92)
V
I = Z ...................................................................................................(14)
Keterangan :
Sehingga arus gagguan hubung singkat 3 fasa dapat dihitung sebagai berikut :
20000
E fasa V ph 11547
I 3fasa Z 1 eq = Z 1 eq = 3 = Z 1 eq ..................................(15)
Z 1 eq
2.5.6. Gangguan Hubung Singkat 2 fasa
rumus sebagai berikut yang dikemukakan oleh Yulistiawan, dkk (2012 : 94)
V
I= Z ....................................................................................................(16)
Keterangan :
Sehingga arus gagguan hubung singkat 2 fasa dapat dihitung sebagai berikut :
V ph ph 20000
I1fasa = Z + Z = Z +Z ....................................................(17)
1 eq 2 eq 1 eq 2 eq
dihitung untuk lokasi gangguan yang diasumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75%
dan 100% panjang penyulang. Dalam hal ini dianggap nilai Z1eq = Z2eq, sehingga
menjadi :
V ph ph
I2fasa = 2 x Z 1 eq ..................................................................................(18)
Keterangan:
Sehingga arus gagguan hubung singkat 1 fasa ketanah dapat dihitung sebagai
berikut : 20000
E fasa 3 xV ph 3x
I1fasa = Z = 3 x I0 = Z = 3
1 eq 1 eq+ Z + Z
Z 1 eq+ Z + Z
2eq 0eq
Fasa, Arus gangguan 1 Fasa ketanah juga dihitung untuk lokasi gangguan yang di
asumsikan terjadi pada 25%, 50%, 75% dan 100% panjang penyulang, sehingga
dengan rumus terakhir diatas dapat dihitung besarnya arus gangguan 1 fasa ke
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di kantor PT. PLN (Persero) UPT
langkah yang terstruktur agar laporan ini dapat dikerjakan secara sistematis dan
Lapangan).
standar dan ketentuan yang ada, dan menjadikan rumusan masalah serta
1. Studi literatur
baik melalui buku, tugas akhir ataupun jurnal penelitian, hingga melalui internet
Proteksi Sistem Tenaga Listrik, Buku Pedoman Proteksi, Buku Pedoman Kubikel
2. Metode observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan kunjungan
tahun sebelumnya, data arus hubung singkat, single line diagram dan standar PLN
(SPLN).
3. Metode wawancara
Pada saat wawancara, penulis melakukan tanya jawab dengan semua pihak
yang akan dikaji. Penulis bermaksud untuk memahami lebih mengenai penyulang
permanen, yang mengakibatkan trafo 60MVA ikut trip dan beberapa Penyulang
terjadinya penyulang trip permanen, maka penulis mencari data yang berkaitan
dengan masalah tersebut seperti name plate Penyulang, data pemeliharaan, data
arus hubung singkat dan lainnya. Kemudian data tersebut digunakan untuk
permanen dan mengapa trafo 60MVA ikut trip serta beberapa Penyulang lainnya
harus dilepas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan memberikan solusi
BAB IV
terhubung pada bus 150 kV menuju bus 20 kV. Berikut ini data kompenen pada
Penyulang Perumnas :
Kapasitas 60 MVA
Teg. Sek. 20 kV
Reaktansi Xo
CT ratio 2000 5
NGR 40 Ohm
4.1.3. Kubikel 20 kV
20 kV.
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Single line Penyulang , (b) Kubikel Penyulang Perumnas
a. Bus 20 KV
posisi rel umumnya terletak pada bagian atas kubikel. Busbar dibuat dari tembaga
atau aluminium dengan bentuk sesuai dengan desain dari masing-masing pabrik.
Busbar pada penyulang Perumnas memiliki tegangan kerja 20 kV, namun dapat
rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk arus hubung singkat, sesuai
dengan ratingnya baik pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak normal.
Voltage 24 kV
In 630 A
Frequency 50 Hz
menjadi arus kecil yang dipergunakan untuk pengukuran dan proteksi. Berikut
CURRENT TRANSFORMER
Ith 25 kA/1 s
Ratio CT 600/5 A
Frekuensi 50 Hz
d. Relay OCR/GFR
yang berbeda. Relay arus lebih (OCR) adalah peralatan yang dapat merasakan
adanya arus lebih yang disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat
maupun adanya beban berlebih (overload) yang dapat merusak peralatan yang
berada di wilayah proteksi dalam hal ini antara fasa ke fasa. Sedangkan, Relay
5 In Relay 5A 5A
6 Kurva Karakteristik SI
7 Rasio CT 600/5 A
e. Data jaringan distribusi
Panakkukang
tama hitung impedansi sumber ( reaktansi ) dalam hal ini diambil dari data
hubung singkat pada bus 150 kV , kedua menghitung reaktansi trafo tenaga,
= 825.082 A
= 773.096 A
Lokasi Gangguan
No
25% 50% 75% 100%
1 Z1 = Z2 () 0.336+j0.7895 0.672+j1.579 1.008+j2.3685 1.334+j3.158
Zeq1 = Zeq2
3 ()
0.336+j10.4995 0.672+j11.289 1.008+j12.0785 1.334+j12.868
Berdasarkan dari tabel di atas dapat dilihat bahwa arus gangguan hubung
singkat yang terjadi pada jarak 25% adalah sebesar 952.381 A , sesuai dengan
= 680.97 A
Lokasi Gangguan
No
25% 50% 75% 100%
1 Z1 = Z2 () 0.336+j0.7895 0.672+j1.579 1.008+j2.3685 1.334+j3.158
2 Z0 () 0.706+j4.0082 1.412+j8.0165 2.118+j12.025 2.824+j16.033
Zeq1 = Zeq2
3 ()
0.336+j10.4995 0.672+j11.289 1.008+j12.0785 1.334+j12.868
gangguan hubung singkat yang paling mendekati dengan laporan gangguan yang
dilampirkan pada lampiran 1 tugas akhir ini adalah 25% dari jarak penghantar
pada jaringan distribusi. Pada kasus ini terjadi gangguan hubung singkat satu fasa
= 0.67 x 5
= 0.05 x 5
= 0.25 A (pada sisi sekunder) = 30 A (pada sisi primer)
gangguan hubung singkat 2 fasa dan gangguan hubung singkat 1 fasa ke tanah,
Sebagaimana dijelaskan pada teori bahwa gangguan tersebut terdeteksi oleh relay
OCR dan GFR. Batas arus maksimum yang dapat dialiri arus tiap fasa yaitu hanya
sebesar 402 A sedangkan arus ke tanah yaitu hanya sebesar 30 A (sesuai dengan
setting relay) karena berbahaya jika arus yang melebihi batas maksimum yang
gangguan hubung singkat 2 fasa dan 1 fasa ke tanah, Gangguan 2 fasa tersebut
terjadi pukul 07.10 WITA tanggal 03 februari 2017 dan terjadi lagi gangguan 1
fasa ketanah pada saat PMT penyulang di coba untuk di masukkan kembali pada
pukul 07.11 WITA tanggal 03 februari 2017, dengan besar arus 1000 Amper yang
melebihi batas setting relay sehingga relay melepaskan PMT penyulang
yakni trip nya Penyulang Perumnas dan beberapa penyulang lainnya harus dilepas
sehingga konsumen yang dilayani oleh penyulang Perumnas dan Trafo Distribusi
Jika telah dilakukan perbaikan pada gangguan yang terjadi maka dari
kembali. Untuk kasus gangguan trafo ini yang banyak menghilangkan beban hal
Dispatcher UPB (Unit Pengatur Beban) untuk manuver beban, karena NGR (
dalam keadaan basah sehingga harus di perbaiki dan diukur tahanannya. Setelah
itu memberi penanganan berupa cat isolasi kepada NGR ( Neutral Grounding
Resistor ) agar tidak terjadi short circuit lagi pada body NGR, barulah dilakukan
perumnas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
yaitu adanya gangguan Arus Hubung singkat 2 Fasa dan 1 Fasa ke tanah.
Dalam kasus ini gangguan hubung singkat yang terjadi dengan besaran
besaran 952.381 A yang melebihi arus setting pada relay OCR yaitu 402
A dan pada saat PMT di masukkan kembali terjadi arus hubung singkat 1
setting pada relay GFR yaitu 30 A sehingga hal ini lah yang
1. Perlu adanya koordinasi yang baik antara pihak Tragi Panakkukang pihak
kurang lebih 3X dalam setahun karena melihat dari umur peralatan yang
Http://www.academia.edu/6932115/Koordinasi_Relai_Arus_Lebih_and_Ground_
Gangguan_Hubung_Singkat_Berbahaya_Bagi_Peralatan_Mengganggu_Pe
layanan_Perlu_Diketahui_Besarnya_Arus_Sebelum_Kejadian_Sesungguh
nya_Dalam_Perencanaan_Sistem_Spesifikasi_PMT_Konduktor. Diakses
17 juni 2017
PT PLN (Persero) P3B. 2005. Buku Pelatihan O&M Rele Proteksi Penghantar.
Yulistiawan, dkk. 2012. Analisis Penggunaan Gas SF6 Pada Pemutus Tenaga
(PMT) Di Gardu Induk Cigerelaing Bandung. Dalam Jurnal Upi Edu,
XIV (2): 81 93.
LAMPIRAN
Tahanan Isolasi