Professional Documents
Culture Documents
Tugas Rekayasa Sungai
Tugas Rekayasa Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggung bukit dimana air
hujan yang jatuh akan mengalir ke dalamnya melalui alur-alur menuju anak-anak sungai
kemudian terkonsentrasi menuju sungai utama dan berakhir di laut. Pada DASN inilah semua
aktivitasmanusia di darat berlangsung, dan di daerah ini juga rawan akan terjadinya banjir dan
tanah longsor.
DAS Sampean yang terletak di wilayah Jawa, merupakan salah satu DAS yang memiliki
kondisi kritis. Banyak faktor yang menyebabkan kondisi DAS menjadi kritis, antara lain
karena penggundulan hutan oleh masyarakat, pengelolaan sumber daya lahan milik
masyarakat yang tidak benar, perubahan fungsi lahan untuk kepentingan, faktor alam, seperti
tingginya curah hujan, dan sebagainya. Kondisi DAS yang kritis ini jika tidak segera
ditangani akan menyebabkan tingkat kekeringan dan banjir semakin tinggi, untuk itu
diperlukan adanya suatu sistem yang dapat mengolah data sehingga memberikan informasi
tentang analisa dalam penentuan tingkat kerusakan lahan pada DAS. Oleh karena itu, DAS
Sampean memerlukan penanganan yang cepat untuk memperbaiki kondisi DAS supaya
tingkat kekeringan dan banjir dapat menurun. Upaya penanganan DAS yang cepat tersebut
memerlukan pengolahan data dan penyajian informasi yang aktual, cepat dan akurat yang
dapat menjawab kebutuhan yang diperlukan setiap saat.teknologi system informasi geografi
(SIG) di rasa dapat memenuhi keperluan penyajian informasi yang cepat, mudah dan tepat
sesuai dengan yang diperlukan oleh instansi yang terkait atau pihak yang membutuhkan.
Dengan menggunakan SIG maka informasi yang disajikan tidak hanya dalam bentuk tekstual
saja, namun juga menyajikan informasi dalam bentuk gambar peta.
Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat
diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau,
sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan
menurunnya kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa
digunakan sesuai peruntukannya. Fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi
dll juga mengakibatkan perubahan terhadap kualitas air, tapi dalam pengertian ini tidak
dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air, baik sungai, laut, danau maupun air bawah tanah, semakin hari
semakin menjadi permasalahan di Indonesia sebagaimana pencemaran udara dan pencemaran
tanah. Mendapatkan air bersih yang tidak tercemar bukan hal yang mudah lagi. Bahkan pada
sungai-sungai di lereng pegunungan sekalipun.
Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang
meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk
pertambangan. Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang
dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa
sampah organik (kayu, daun dll), dan sampah nonorganik (plastik, logam, dan deterjen).
Limbah pertanian mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan
aktifitas pertanian seperti penggunaan pestisida dan pupuk. Sedangkan limbah industri
mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan aktifitas industri yang sering
menghasilkan bahan berbahaya dan beracun (B3).
Daerah Aliran Sungai di Indonesia semakin mengalami kerusakan lingkungan dari tahun ke
tahun. Kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi kerusakan pada
aspek biofisik ataupun kualitas air.
Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu
sungai utama panjang totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
mencapai 1.512.466 km2. Selain mempunyai fungsi hidrologis, sungai juga mempunyai peran
dalam menjaga keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budaya, transportasi, pariwisata dan
lainnya.
Saat ini sebagian Daerah Aliran Sungai di Indonesia mengalami kerusakan sebagai akibat dari
perubahan tata guna lahan, pertambahan jumlah penduduk serta kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap pelestarian lingkungan DAS. Gejala Kerusakan lingkungan Daerah
Aliran Sungai (DAS) dapat dilihat dari penyusutan luas hutan dan kerusakan lahan terutama
kawasan lindung di sekitar Daerah Aliran Sungai.
Dampak Kerusakan DAS. Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terjadi
mengakibatkan kondisi kuantitas (debit) air sungai menjadi fluktuatif antara musim penghujan
dan kemarau. Selain itu juga penurunan cadangan air serta tingginya laju sendimentasi dan
erosi. Dampak yang dirasakan kemudian adalah terjadinya banjir di musim penghujan dan
kekeringan di musim kemarau.
Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) pun mengakibatkan menurunnya kualitas air sungai
yang mengalami pencemaran yang diakibatkan oleh erosi dari lahan kritis, limbah rumah
tangga, limbah industri, limbah pertanian (perkebunan) dan limbah pertambangan.
Pencemaran air sungai di Indonesia juga telah menjadi masalah tersendiri yang sangat serius
Beberapa ulah manusia baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada
kerusakan Sumber Daya Alam yaitu :
1. Penebangan hutan secara liar.
2. Perburuan liar.
3. Merusak hutan bakau.
4. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
5. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
6. Pembangunan liar di daerah aliran sungai.
7. Pemanfaatan SDA secara berlebihan di luar batas.
Upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara :
1. Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar
pantai.
2. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena
karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
3. Pelestarian Flora dan Fauna.
Upaya yang dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna diantaranya :
1. Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2. Melarang kegiatan perburuan liar.
3. Menggalakkan kegiatan penghijauan.
4. Pelestarian tanah.
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir merupakan peristiwa yang berkaitan dengan
masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang
disebut erosi yan berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah
dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan
lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Pelestarian tanah dapat
dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon / penghijauan kembali
terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan / pegunungan yang posisi
tanahnya miring perlu dibangun terassering/sengkedan, sehingga mampu menghambat laju
aliran air hujan. Langkah-langkah untuk menjaga kestabilan lahan pertanian daerah miring
dan untuk mengurangi erosi tanah adalah sebagai berikut :
Pembangunan regional. DAS Nasional yang letaknya atau yang secara potensial dimanfaatkan
oleh lebih dari satu daerah propinsi, dan/atau DAS regional yang atas usulan Pemerintah
Propinsi yang bersangkutan. Hasil dari penilaian ditetapkan untuk didayagunakan
(dikembangkan dan dikelola) oleh Pemerintah Pusat,dan/ atau DAS yang secara potensial
bersifat strategis bagi pembangunan nasional.
Menurut Aronoff89 (dalam Prahasta, 2002), Sistem berbasiskan komputer yang digunakan
untuk menyimpan dan dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek-
objek dan fenomena dimana lokasi kritis untuk dianalisis. Pada hakekatnya Sistem Informasi
mengelola dan menganalisis data secara tektual maupun spasial (gambar).
SIG merupakan sistem komputer yang memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani
data yang (penyimpanan dan pemanggilan data), (c) analisis dan manipulasi data, (d)
keluaran. Menurut Nuarsa (Nuarsa,2004), data pada SIG dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu data spasial dan data atribut atau tabular. Data spasial adalah data yang
menggambarkan bentuk atau kenampakan objek di permukaan bumi atau ekumpulan data
yang menerangkan lokasi geometric dibuat. Sedangkan data tabular adalah data deskriptif
garis besar, data spasial dibedakan menjadi tiga macam, yaitu data titik (point), data garis
(line/polyline), data area (region/polygon). Data spasial Titik biasanya digunakan
untuk mewakili objek kota, stasiun, curah hujan, alamat customer, dan lain-lain. Data Garis
dapat dipakai untuk menggambarkan jalan, sungai, jaringan listrik, dan lainlain.
Sementara data Area digunakan untuk mewakili batas administrasi, penggunaan lahan,
kemiringan lereng dan lain-lain. Data atribut atau tabular menyimpan Untuk struktur data
vektor, data atribut tersimpan secara terpisah dalam bentuk tabel. Sementara pada struktur
nilai grid atau piksel tersebut.
SIG sebenarnya terletak pada kemampuannya untuk menganalisis dan mengolah data dengan
volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data dan bagaimana
menggunakannya merupakan kunci analisa di dalam SIG. Sistem informasi ini mempunyai
kemampuan analisis, berdasarkan aspek spasial, antara lain (Prahasta, 1998)
:a. Klasifikasi,yaitu mengelompokan data spasial menjadi data spasial yang baru.
b. Overlay, yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang
berbeda.
c. Networking, yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari garis-garis dan
titik-titik yang saling terhubung.
d. Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa berbentuk
lingkaran atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga dapat
diketahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya.
e. Analisis 3 Dimensi, analisis ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman, karena
data divisualisasikan dalam 3 dimensi yang akan dibangun. Salah satu alat untuk perancangan
yang dipilih adalah Data Flow Diagram (DFD). DFD berfungsi untuk menggambarkan proses
aliran data yang terjadi di dalam sistem dari tingkat yang tertinggi sampai yang terendah
sehingga memungkinkan untuk dilakukan proses dekomposis, partisi atau pembagian
sistem ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih sederhana. Awal pembuatan DFD
ini dimulai dengan pembuatan context diagram, yang menggambarkan system secara
garis besar. Context diagram untuk analisa kerusakan lahan pada DAS
Cuaca dan iklim yang tidak menentu menyebabkan musim hujan maupun musim
kemarau sulit diprediksi. Gerakan gelombang laut yang tinggi juga mempengaruhi banjir
dipesisir pantai misalnya saja terjadinya tsunami sehingga akan terjadi banjir bandang karena
permukiman disekitar pantai akan rusak dan hanyut dibawa air laut tersebut. Adanya
penggundulan hutan baik untuk pembukaan lahan pertanian, illegaloging, dan yang lainnya
menyebabkan kurangnya daerah resapan air ketika musim hujan tiba. Air hujan langsung
mengalir ke sungai dan sungai tidak dapat menampung debit air yang terlalu banyak dan
akhirnya akan meluap ke daerah sekitar sungai bahkan dapat sampai ke permukiman
penduduk. Banjir pada umumnya terjadi di daerah perkotaan, yang mana tidak ada daerah
resapan air hujan. Dalam hal ini, peran masyarakat dan pemerintah sangat penting dalam
menjaga kelestarian lingkungan. Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dikawasan rawan
bencana banjir dilaksanakan melalui upaya penanggulangan untuk meminimalkan dampak
akibat bencana yang mungkin timbul. Kondisi ini tidak bisa dipisahkan dari pola
pengendalian pemanfaatan ruang di bagian hulu, dalam lingkup satuan wilayah sungai.
Sasaran yang akan dicapai adalah terwujudnya pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan
rawan bencana banjir, termasuk mekanisme perijinan pemanfaatan ruang sesuai dan
mendukung upaya penerapan rencana pemanfaatan ruang, dan prosedur penanganan yang
tepat.
. Kondisi ini tidak bisa dipisahkan dari pola pengendalian pemanfaatan ruang di
bagian hulu, dalam lingkup satuan wilayah sungai.
Dalam suatu sistem DAS, hujan adalah faktor input, DAS itu sendiri sebagai prosesor,
dan tata air di hilir sebagai output. Apabila hujan sebagai faktor yang tidak dapat
dikendalikan, maka kondisi tata air akan sangat tergantung pada kondisi DAS. Banjir maupun
banjir bandang menunjukkan fenomena perubahan tata air sebagai bentuk respon alam atas
interaksi alam dan manusia dalam sistem pengelolaan. Telaah masalah kerusakan siklus air
tersebut harus menggunakan satuan Daerah Aliran Sungai (DAS). Untuk menganalisa kinerja
suatu DAS, harus melihat keseluruhan komponen yang ada, baik output yang bersifat positif
(produksi) maupun dampak negatif
DAFTAR PUSTAKA
1.Asdak, cay ,1995.hidrologi dan pengelolaa Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University
Press,yogyakarta
2.Anonimus ,1998,pedoman penyusunan rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan
konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai, Keputusan Direktur Jenderal Reboisasi dan
Rehabilitasi Lahan Nomor:041/kpts/V/1998.tanggal 21 april 1998,direktorat Jenderal
Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan Departemen Kehutanan jakarta
3.Prahasta ,EDDY,2002,konsep konsep dasar system informasi geografis informatika
bandung.
4.Nuarsa, iwayan,belajar sendiri menganalisi data spasi dengan Arc View 3.3 untuk pemula
Elex Media Komputindo, Jakarta.
5.Yousman ,yeyep,2004,system informasi geografis dengan MapInfo propesional ,penerbit
andy ,yogyakarta
6.http://www.kesehatanlingkungan.org/book/9-ip.pdf