You are on page 1of 6

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No.

1
ISSN : 1978 - 0303

KUALITAS KERUPUK RAMBAK KULIT KELINCI (KADAR AIR DAN


DAYA KEMBANG) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BUANG
BULU YANG BERBEDA

The Quality of Rambak Cracker from Rabbit Skin (Water Content and Swelling Power) using
The Different Technique of Fur Picking

Dedes Amertaningtyas1, Masdiana Ch. Padaga1, Manik Eirry Sawitri1, Abdul Manab1 dan
Khothibul Umam Al-Awwaly1

1)
Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang

diterima 18 Agustus 2010; diterima pasca revisi 5 Februari 2011


Layak diterbitkan 28 Maret 2011

ABSTRACT

This objective of this research was to compare the different technique of fur picking
(liming and boiling) in the quality rambak cracker from rabbit skin on water content and
swelling power. Materials of this research were 20 drying rabbit skin 5 6 months old. The t
Test was using to compare the different technique of fur picking. The independent variables of
this research were water content and swelling power on rambak cracker from rabbit skin. The
result showed that the different technique of fur picking had highly significant effect (P<0.01)
on water content and expanding rate. The best result was liming technique of fur picking. It
had the following properties: Water content of 1.5922 % and expending rate of 855.3798 %.
The conclusion showed that the use liming of 4% produced high quality of rambak cracker
from rabbit skin or another animal skin (cow, buffalo, chicken or fish).

Keywords: rambak cracker, rabbit skin, water content, expanding rate.

PENDAHULUAN adalah protein kolagen. Protein kolagen


merupakan struktur protein utama pada
Kulit kelinci adalah hasil samping teknologi proses pengolahan kulit.
ternak yang mempunyai nilai ekonomis Pemanfaatan kulit kelinci di
tinggi, karena dapat dihasilkan sebagai Indonesia belum dapat dimanfaatkan secara
produk food ataupun non food misalnya maksimal, sampai sekarang ini kulit kelinci
untuk kerupuk rambak. Kerupuk rambak baru digunakan sebagai bahan pembuat tas,
dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai dompet, peci, binatang mainan dan lain-
makanan tradisional yang terbuat dari kulit lainnya. Kerupuk rambak sudah lama
ternak yang kemudian diberi bumbu dan dikenal oleh masyarakat Indonesia tetapi
digoreng (Supartono, 2000), yang sifatnya dengan bahan dasar kulit sapi atau kerbau.
mengembang dan renyah. Protein yang Oleh karena itu akan lebih bermanfaat bila
terkandung dalam kulit ternak terbanyak kulit kelinci dapat juga digunakan sebagai

1
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

bahan dasar pembuat kerupuk rambak MATERI DAN METODE


seperti kulit sapi dan kerbau.
Pembuatan kerupuk rambak kulit Materi yang digunakan dalam
kelinci dibutuhkan kulit kelinci yang penelitian ini adalah 20 lembar kulit kelinci
memenuhi syarat diantaranya kulit mulus, kering daerah krupon berumur 5-6 bulan, air
gemuk dan tidak cacat. Selain itu kulit kapur (Ca(OH)2), minyak goreng merek
kelinci harus baik dengan pengertian kulit Bimoli Spesial, bawang putih, garam,
kelinci yang didapat bukan berasal dari penyedap rasa, plastik pembungkus.
kelinci yang mati karena sakit, tetapi sengaja Peralatan yang digunakan untuk
disembelih. Kulit merupakan salah satu proses pembuatan kerupuk rambak kulit
alternatif bahan pangan yang masih adalah panci besar dan kecil, termometer
memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kulit o
skala 200 C toples, tampah, baskom, pisau,
mengandung protein, lemak, kalori, kalsium, cobek, bak pengapuran, gunting,
fosfor, besi, vitamin A dan vitamin B. Zat- penggorengan dan kompor.
zat tersebut jumlahnya bervariasi, tetapi Peralatan untuk analisis adalah
kandungan protein, kalori dan fosfornya timbangan analitik merek Mettler AJ 150,,
cukup tinggi (Sutejo, 2000). Kulit mentah botol timbang, oven, tang penjepit merek
mengandung kadar air sebesar 60-65%, Tiga Berlian, eksikator, biji jewawut, gelas
protein 30%, lemak 0,5-7%, mineral, ukur, beaker glass.
karbohidrat, enzim dan zat warna (pigmen) Penelitian dilakuan dengan metode
0,5% (Yuwono, 1991). percobaan dengan menggunakan t test yang
Proses pembuatan kerupuk rambak berfungsi untuk membandingkan dua
terdiri dari pencucian, proses pengapuran, variabel yang diteliti yaitu :
pembuangan bulu, pembersihan sisa kapur, - K = teknik buang bulu dengan pengapuran
perebusan, perendaman dalam bumbu, - A = teknik buang bulu dengan perebusan
pengeringan serta penggorengan. Teknik air panas.
dan proses pembuangan bulu yang Variabel yang diukur adalah kadar
digunakan dalam membuat kerupuk rambak air (Sudarmadji dan Bambang,1984) dan
ada dua. Pertama dengan merendam kulit daya kembang (Widati, 1988).
dalam larutan kapur tohor 2-4% dan yang
kedua adalah dengan merendam kulit dalam Prosedur Pembuatan Kerupuk Rambak
air panas (50oC selama 3-5 menit). Kedua (Astawan dan Astawan, 1989).
teknik tersebut belum diketahui apakah ada 1) Perendaman.
perbedaannya dalam hal mempengaruhi Perendaman 20 lembar kulit dilakukan
kualitas kerupuk rambak kulit kelinci serta dengan air bersih selama 24 jam.
untuk mencari teknik buang bulu yang 2) K = teknik buang bulu dengan
terbaik untuk menghasilkan kualitas pengapuran.
kerupuk rambak kulit kelinci. - Kulit yang telah mengalami
Tujuan dari penelitian ini adalah perendaman , selanjutnya
untuk mengetahui perbedaan dua teknik dimasukkan dalam larutan kapur
buang bulu (pengapuran dan perebusan konsentrasi 2oBe, yaitu 0,4 kg kapur
dengan air panas) terhadap kualitas kerupuk dalam 5 liter air untuk 1 kg kulit.
rambak kulit kelinci dan mencari teknik Selama pengapuran dilakukan
buang bulu terbaik untuk menghasilkan pengadukan setiap 5 jam sekali
kualitas kerupuk rambak kulit kelinci untuk mempertahankan pH larutan.
ataupun untuk kulit dari ternak lainnya. - Pembuangan kapur dengan mencuci
kulit dengan air bersih dan
pembuangan bulu dengan cara
dikerok menggunakan pisau.

2
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

3) A = teknik buang bulu dengan Tabel 1. Nilai rata-rata perbedaan teknik


perebusan air panas buang bulu dengan pengapuran
- Kulit yang telah mengalami dan perebusan air panas terhadap
perendaman , selanjutnya kadar air kerupuk rambak kulit
dimasukkan dalam air panas suhu kelinci.
50oC selama 3-5 menit.
- Pembuangan bulu dengan cara Perlakuan Kadar Air (%)
dikerok menggunakan pisau K (Pengapuran) 1,5922 a
4) Perebusan A (Perebusan dengan air 0,0635 b
Perebusan kulit pada suhu 90 oC panas)
selama 2 jam selanjutnya diangin- Keterangan : Notasi yang berbeda (a,b) pada kolom
anginkan. yang sama menunjukkan adanya
5) Pengguntingan perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01)
Pengguntingan dengan ukuran 3 x 2
cm.
Kadar air kerupuk rambak kulit
6) Perendaman Bumbu
kelinci pada kedua teknik buang bulu
Kerupuk rambak mentah (krecek)
berbeda sangat nyata (P<0,01). Kadar air
direndam dalam larutan bumbu selama
tertinggi ditunjukkan pada kerupuk rambak
1-2 jam. Komposisi bumbu yaitu :
kulit kelinci dengan teknik pengapuran nilai
garam 2%, Bawang putih 5% dan
rata-rata 1,5922% sedangkan kadar air
penyedap rasa 1,5%.
terendah ditunjukkan pada kerupuk rambak
7) Pengeringan
kulit kelinci dengan perebusan air panas
Pengeringan dengan sinar matahari 2-3
dengan nilai 0,0635%. Perendaman dalam
hari (sampai kering) kemudian krecek
air kapur dapat memperlonggar struktur
diambil untuk mngukur daya
bagian luar dari kulit sehingga memudahkan
kembang.
lepasnya atau hilangnya lapisan epidermis.
8) Penggorengan
Oleh karena itu proses pengerokan bulu juga
I : Krecek dimasukkan ketempat
lebih mudah dilakukan. Menurut Purnomo
penggorengan pada suhu 80 oC
(1987) dengan semakin banyak prosentase
selama 30 detik.
kapur maka kulit akan menjadi lebih berat
II : Suhu 160oC (minyak goreng
karena larutan kapur dapat membuka
panas) sampai mengembang
tenunan jaringan kulit sehingga air akan
sempurna .
lebih mudah masuk ke dalam kulit. Hal ini
Data dianalisis secara statistik didukung pula oleh Subarja (1984), semakin
dengan menggunakan analisis ragam Uji t banyak prosentase kapur maka kulit akan
untuk mengetahui dan membandingkan memperoleh keuntungan dengan lebih
antara dua perlakuan (Yitnosumarto, 1993). ratanya penetrasi air hingga kebagian yang
paling dalam dari kulit dan daerah-daerah
HASIL DAN PEMBAHASAN pada struktur seratnya lebih kompak.
Kadar air yang dihasilkan oleh
Kadar Air kerupuk rambak kulit kelinci memenuhi
Kualitas kerupuk rambak kulit syarat Standar Nasional Indonesia (SNI)
kelinci ditinjau dari kadar air dapat dilihat dimana syarat maksimal kadar air kerupuk
pada Tabel 1. rambak kulit adalah 6% (Anonim, 1996).
Kadar air pada rambak kulit sapi bekisar
antara 0,3166-2,0609% (Siti, 2003)
sedangkan pada rambak kulit kambing PE
(Peranakan Etawah) 3,26% dan dari kulit
kambing PB (Peranakan Boer) 3,22% (Liya,

3
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

2007). Matz (1984) menyatakan bahwa Siti (2003) daya kembang kerupuk rambak
kadar air sebesar 0,60-2,30% merupakan dari kulit sapi berkisar antara 199,1026-
tingkat kadar air yang umum untuk produk 286,9231% sedangkan penelitian yang
pangan bahan kering. dilakukan oleh Liya (2007) menghasilkan
Kadar air yang tinggi dapat kerupuk rambak kulit kambing PE
disebabkan oleh proses perebusan. Air ini (Peranakan Etawah) 600% dan dari kulit
akan terikat dalam protein kolagen kambing PB (Peranakan Boer) 416,67%.
membentuk gel dengan ikatan yang sangat
kuat sehingga pada saat pengeringan sulit Tabel 2. Nilai rata-rata perbedaan teknik
untuk diuapkan. Menurut Harper et al. buang bulu dengan pengapuran
(1979), mengemukakan bahwa protein dan perebusan air panas terhadap
menyerap air dan mengikatnya, sedangkan daya kembang kerupuk rambak
air yang terikat dalam protein tersebut sulit kulit kelinci.
untuk dilepaskan walaupun dengan Perlakuan Daya Kembang (%)
pemanasan. Pendapat serupa dikemukakan
oleh Wiriarno (1984) bahwa adanya daya K (Pengapuran) 855,3798 a
A (Perebusan dengan air 330,8329 b
ikat bahan makanan terhadap air yang panas)
berasal dari terbentukknya gel protein pada Keterangan : Notasi yang berbeda (a,b) pada kolom
proses pembuatan kerupuk menyebabkan air yang sama menunjukkan adanya
yang terjebak dalam gel protein sulit perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01)
menguap dari bahan pangan, karena air tidak
bisa menerobos bahan dengan proses difusi
Perbedaan daya kembang yang
normal pada saat pengeringan kerupuk.
dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan
Proses pengapuran merupakan salah
kolagen dalam kulit dan kolagen kulit
satu tahap dalam pembuatan kerupuk
mempengaruhi ketebalan kulit. Semakin
rambak yang akan mempengaruhi kualitas
sedikit kolagen dan elastin dalam lapisan
kimia terutama kadar air dan kadar protein
dermis, maka kulit akan tampak transparan
kerupuk. Kulit yang mengalami pengapuran
dan tipis (Anonim, 2003). Menurut Harper
akan memiliki kadar air yang rendah karena
et al. (1979) struktur kolagen mengalami
adanya ion-ion Ca++ yang masuk dalam
denaturasi dengan larutan asam atau basa
jaringan sehingga dinding sel menjadi kokoh
dan air dapat tertarik keluar dari jaringan sel encer menjadi gelatin yang menyebabkan
(Bryant and Hamaker, 1997) disitasi terbukanya lipatan wiru molekul sehingga
Cahyono (2002). akan meningkatkan daya kembang.
Peningkatan yang terjadi diduga
Daya Kembang karena terperangkap dalam jaringan pada
Kualitas kerupuk rambak kulit saat gelatinisasi sudah tercukupi, sehingga
kelinci ditinjau dari daya kembang dapat pada saat penggorengan, air yang
dilihat pada Tabel 2. terperangkap dalam jaringan tersebut akan
Daya kembang kerupuk rambak kulit berubah menjadi uap dan akan terdesak
kelinci pada kedua teknik buang bulu keluar membentuk rongga-rongga udara.
berbeda sangat nyata (P<0,01). Rata-rata Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Nabil
daya kembang lebih tinggi ditunjukkan pada (1983), pengembangan kerupuk yang
kerupuk rambak kulit kelinci dengan semakin tinggi menyebabkan uap air yang
pengapuran yaitu dengan nilai 855,3798% terlepas akan mendesak jaringan gel untuk
sedangkan daya kembang lebih rendah keluar dan terjadi pengembangan sekaligus
ditunjukkan pada kerupuk rambak kulit pengosongan yang berbentuk kantong-
kelinci dengan perebusan air panas dengan kantong udara pada kerupuk sesudah
nilai 330,8329%. Penelitian yang dilakukan digoreng.

4
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Hasil penelitian menunjukkan daya yaitu pengapuran dan perebusan air panas,
kembang kerupuk rambak dengan metode memberikan perbedaan kualitas kerupuk
perebusan air panas lebih rendah daripada rambak kulit kelinci pada kadar air dan daya
daya kembang dengan metode pengapuran. kembang. Pengapuran merupakan teknik
Penurunan kembali pada daya kembang buang bulu yang terbaik untuk
diduga karena air yang terserap semakin menghasilkan kualitas kerupuk rambak kulit
banyak sehingga ketika mengalami proses kelinci dan juga mempermudah pada saat
penggorengan menyebabkan jumlah air proses buang bulu (pengerokan).
yang tertinggal pada produk lebih banyak,
sehingga produk akhir kerupuk rambak kulit
kelinci kurang mengembang karena DAFTAR PUSTAKA
strukturnya yang kurang porous (keropos).
Menurut Soekarto (1997), kandungan air Anonim. 1996. Cara Uji Mutu Kerupuk
terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak Kulit. SNI 01-4308-1996. Badan
menghasilkan kerupuk goreng yang Standarisasi Nasional. Jakarta.
mengembang. Anonim. 2003. Teknologi Gen III:Sukses
Proses penggorengan kerupuk Hambat Penuaan
rambak kulit kelinci dilakukan dua kali yaitu Dini.http://www.cantik-
dengan minyak goreng yang tidak terlalu sehat.news/2007/02/01.html. Diakses
panas (suhu 80oC) selama sekitar 30 detik, 6 Agustus 2007.
kemudian penggorengan dengan minyak Astawan, M dan M, Astawan. 1989.
panas (suhu 160-180oC) sampai Teknologi Pengolahan Pangan Tepat
mengembang sempurna. Menurut Ningsih, Guna. Akademika Pressindo.
Wasito, Soedjadi, Abungamar (1981) bahwa Jakarta.
dalam proses pembuatan kerupuk rambak, Cahyono, S.A. 2002. Pembuatan Chips
kulit perlu digoreng dengan menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L).
suhu rendah dan selanjutnya dapat digoreng Kajian Konsentrasi Air Kapur dan
lagi. Penggorengan dengan menggunakan Lama Perendaman. Fakultas
suhu rendah 80-100oC sebelum proses Pertanian. Universitas Brawijaya.
penggorengan selanjutnya dengan Malang.
menggunakan suhu tinggi sangat diperlukan Harper, H.A., V.W. Rodwell and P.A
agar minyak dapat masuk kedalam kulit Meyer. 1979. Biokimia. Penerjemah
yang kemudian akan merubah ikatan silang Martin Muliawan. Penerbit Buku
kolagen dan mengakibatkan terbentuknya Kedokteran. E.G.C. Jakarta.
gelembung udara sehingga pada saat Liya, S. D. A. 2007. Kualitas Kerupuk
penggorengan dengan suhu tinggi, panas Rambak Kulit Kambing Peranakan
minyak akan memberikan tekanan yang Etawah (PE) dan Peranakan Boer
lebih besar didalam kulit dan menyebabkan (PB) Ditinjau dari Kadar Air, Daya
semua ikatan silang kolagen terputus Kembang, Rasa dan Kerenyahan.
sehingga kulit akan mengembang lebih Skripsi. PS THT. Fapet. UB.
besar dibanding pada proses penggorengan Matz, S.A. 1984. Snack Food Tecnology.
dengan menngunakan suhu rendah dan The Avi Publishing. Co. Westport
kerupuk rambak yang dihasilkan dapat Connecticut.
matang dengan sempurna. Nabil, M. 1983. Mempelajari Cara
Pembuatan Kerupuk Telur serta
KESIMPULAN Beberapa Sifat-sifat Fisik dan Kimia
dari Kerupuk Yang Dihasilkan.
Perbedaan teknik buang bulu pada Skripsi. Fapet. UB. Malang.
pembuatan kerupuk rambak kulit kelinci

5
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303

Ningsih, D., Wasito., Soedjadi. dan Nasional Perkulitan. HAKTKI.


Abungamar. 1981. Pembuatan Yogyakarta.
Krecek Rambak Dari Berbagai Kulit Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan,
Segar dan Awet. Laporan Penelitian Perancangan, Analisis dan
UNSOED. Purwokerto. Interpretasinya. PT. Gramedia
Purnomo, E. 1987. Penyamakan Kulit Pustaka Utama. Jakarta.
Reptil. Kanisius. Yogyakarta.
Siti, M. 2003. Pengaruh Frekuensi
Penggorengan Terhadap Kualitas
Kerupuk Rambak Sapi Ditinjau Dari
Kadar Protein, Kadar Air, Kadar
Lemak, Water Actifity (Aw), Daya
Kembang dan Kerenyahan. Skripsi.
PS THT. Fapet. UB.
Soekarto, S. 1997. Perbandingan Pengaruh
Kadar Air Kerupuk Mentah pada
Penggorengan dengan Minyak dan
dengan Oven Gelombang Mikro.
Prossiding Seminar Teknologi
Pangan. Fakultas Teknologi
Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Subarja. 1984. Teknologi Penyamakan Kulit
Jilid 2. Akademi Teknologi Kulit.
Yogyakarta.
Sudarmadji, S dan S. Bambang. 1984.
Prosedur Analisa untuk Bahan
Makan dan Hasil Pertanian. Penerbit
Liberty. Yogyakarta.
Supartono, W. 2000. Pengembangan
Produk dan Standarisasi Kualitas
Kerupuk Rambak. Seminar Nasional
Industri Pangan. Fakultas Teknologi
Pertanian. UGM.. Yogyakarta.
Sutejo, A. 2000. Rambak Cakar Ayam.
Penerbit PT. Trubus Agrisarana.
Surabaya.
Widati, A.S. 1988. Pengaruh Lama
Perebusan terhadap Tingkat
Pengembangan Kerupuk Rambak
Kulit Kelinci Sesudah Digoreng.
Fapet. UB. Malang.
Wiriarno, H. 1984. Mekanisme Dan
Teknologi Pembuatan Kerupuk.
Badan Penelitian Dan
Pengembangan Industri. Departemen
Perindustrian. Jakarta.
Yuwono, A.P. 1991. Peranan Kimia Dalam
Proses Penyamakan Kulit Pada Berm
House Operation. Simposium

You might also like