Professional Documents
Culture Documents
1
ISSN : 1978 - 0303
The Quality of Rambak Cracker from Rabbit Skin (Water Content and Swelling Power) using
The Different Technique of Fur Picking
Dedes Amertaningtyas1, Masdiana Ch. Padaga1, Manik Eirry Sawitri1, Abdul Manab1 dan
Khothibul Umam Al-Awwaly1
1)
Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang
ABSTRACT
This objective of this research was to compare the different technique of fur picking
(liming and boiling) in the quality rambak cracker from rabbit skin on water content and
swelling power. Materials of this research were 20 drying rabbit skin 5 6 months old. The t
Test was using to compare the different technique of fur picking. The independent variables of
this research were water content and swelling power on rambak cracker from rabbit skin. The
result showed that the different technique of fur picking had highly significant effect (P<0.01)
on water content and expanding rate. The best result was liming technique of fur picking. It
had the following properties: Water content of 1.5922 % and expending rate of 855.3798 %.
The conclusion showed that the use liming of 4% produced high quality of rambak cracker
from rabbit skin or another animal skin (cow, buffalo, chicken or fish).
1
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
2
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
3
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
2007). Matz (1984) menyatakan bahwa Siti (2003) daya kembang kerupuk rambak
kadar air sebesar 0,60-2,30% merupakan dari kulit sapi berkisar antara 199,1026-
tingkat kadar air yang umum untuk produk 286,9231% sedangkan penelitian yang
pangan bahan kering. dilakukan oleh Liya (2007) menghasilkan
Kadar air yang tinggi dapat kerupuk rambak kulit kambing PE
disebabkan oleh proses perebusan. Air ini (Peranakan Etawah) 600% dan dari kulit
akan terikat dalam protein kolagen kambing PB (Peranakan Boer) 416,67%.
membentuk gel dengan ikatan yang sangat
kuat sehingga pada saat pengeringan sulit Tabel 2. Nilai rata-rata perbedaan teknik
untuk diuapkan. Menurut Harper et al. buang bulu dengan pengapuran
(1979), mengemukakan bahwa protein dan perebusan air panas terhadap
menyerap air dan mengikatnya, sedangkan daya kembang kerupuk rambak
air yang terikat dalam protein tersebut sulit kulit kelinci.
untuk dilepaskan walaupun dengan Perlakuan Daya Kembang (%)
pemanasan. Pendapat serupa dikemukakan
oleh Wiriarno (1984) bahwa adanya daya K (Pengapuran) 855,3798 a
A (Perebusan dengan air 330,8329 b
ikat bahan makanan terhadap air yang panas)
berasal dari terbentukknya gel protein pada Keterangan : Notasi yang berbeda (a,b) pada kolom
proses pembuatan kerupuk menyebabkan air yang sama menunjukkan adanya
yang terjebak dalam gel protein sulit perbedaan yang sangat nyata
(P<0,01)
menguap dari bahan pangan, karena air tidak
bisa menerobos bahan dengan proses difusi
Perbedaan daya kembang yang
normal pada saat pengeringan kerupuk.
dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan
Proses pengapuran merupakan salah
kolagen dalam kulit dan kolagen kulit
satu tahap dalam pembuatan kerupuk
mempengaruhi ketebalan kulit. Semakin
rambak yang akan mempengaruhi kualitas
sedikit kolagen dan elastin dalam lapisan
kimia terutama kadar air dan kadar protein
dermis, maka kulit akan tampak transparan
kerupuk. Kulit yang mengalami pengapuran
dan tipis (Anonim, 2003). Menurut Harper
akan memiliki kadar air yang rendah karena
et al. (1979) struktur kolagen mengalami
adanya ion-ion Ca++ yang masuk dalam
denaturasi dengan larutan asam atau basa
jaringan sehingga dinding sel menjadi kokoh
dan air dapat tertarik keluar dari jaringan sel encer menjadi gelatin yang menyebabkan
(Bryant and Hamaker, 1997) disitasi terbukanya lipatan wiru molekul sehingga
Cahyono (2002). akan meningkatkan daya kembang.
Peningkatan yang terjadi diduga
Daya Kembang karena terperangkap dalam jaringan pada
Kualitas kerupuk rambak kulit saat gelatinisasi sudah tercukupi, sehingga
kelinci ditinjau dari daya kembang dapat pada saat penggorengan, air yang
dilihat pada Tabel 2. terperangkap dalam jaringan tersebut akan
Daya kembang kerupuk rambak kulit berubah menjadi uap dan akan terdesak
kelinci pada kedua teknik buang bulu keluar membentuk rongga-rongga udara.
berbeda sangat nyata (P<0,01). Rata-rata Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Nabil
daya kembang lebih tinggi ditunjukkan pada (1983), pengembangan kerupuk yang
kerupuk rambak kulit kelinci dengan semakin tinggi menyebabkan uap air yang
pengapuran yaitu dengan nilai 855,3798% terlepas akan mendesak jaringan gel untuk
sedangkan daya kembang lebih rendah keluar dan terjadi pengembangan sekaligus
ditunjukkan pada kerupuk rambak kulit pengosongan yang berbentuk kantong-
kelinci dengan perebusan air panas dengan kantong udara pada kerupuk sesudah
nilai 330,8329%. Penelitian yang dilakukan digoreng.
4
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303
Hasil penelitian menunjukkan daya yaitu pengapuran dan perebusan air panas,
kembang kerupuk rambak dengan metode memberikan perbedaan kualitas kerupuk
perebusan air panas lebih rendah daripada rambak kulit kelinci pada kadar air dan daya
daya kembang dengan metode pengapuran. kembang. Pengapuran merupakan teknik
Penurunan kembali pada daya kembang buang bulu yang terbaik untuk
diduga karena air yang terserap semakin menghasilkan kualitas kerupuk rambak kulit
banyak sehingga ketika mengalami proses kelinci dan juga mempermudah pada saat
penggorengan menyebabkan jumlah air proses buang bulu (pengerokan).
yang tertinggal pada produk lebih banyak,
sehingga produk akhir kerupuk rambak kulit
kelinci kurang mengembang karena DAFTAR PUSTAKA
strukturnya yang kurang porous (keropos).
Menurut Soekarto (1997), kandungan air Anonim. 1996. Cara Uji Mutu Kerupuk
terlalu rendah atau terlalu tinggi tidak Kulit. SNI 01-4308-1996. Badan
menghasilkan kerupuk goreng yang Standarisasi Nasional. Jakarta.
mengembang. Anonim. 2003. Teknologi Gen III:Sukses
Proses penggorengan kerupuk Hambat Penuaan
rambak kulit kelinci dilakukan dua kali yaitu Dini.http://www.cantik-
dengan minyak goreng yang tidak terlalu sehat.news/2007/02/01.html. Diakses
panas (suhu 80oC) selama sekitar 30 detik, 6 Agustus 2007.
kemudian penggorengan dengan minyak Astawan, M dan M, Astawan. 1989.
panas (suhu 160-180oC) sampai Teknologi Pengolahan Pangan Tepat
mengembang sempurna. Menurut Ningsih, Guna. Akademika Pressindo.
Wasito, Soedjadi, Abungamar (1981) bahwa Jakarta.
dalam proses pembuatan kerupuk rambak, Cahyono, S.A. 2002. Pembuatan Chips
kulit perlu digoreng dengan menggunakan Bawang Putih (Allium sativum L).
suhu rendah dan selanjutnya dapat digoreng Kajian Konsentrasi Air Kapur dan
lagi. Penggorengan dengan menggunakan Lama Perendaman. Fakultas
suhu rendah 80-100oC sebelum proses Pertanian. Universitas Brawijaya.
penggorengan selanjutnya dengan Malang.
menggunakan suhu tinggi sangat diperlukan Harper, H.A., V.W. Rodwell and P.A
agar minyak dapat masuk kedalam kulit Meyer. 1979. Biokimia. Penerjemah
yang kemudian akan merubah ikatan silang Martin Muliawan. Penerbit Buku
kolagen dan mengakibatkan terbentuknya Kedokteran. E.G.C. Jakarta.
gelembung udara sehingga pada saat Liya, S. D. A. 2007. Kualitas Kerupuk
penggorengan dengan suhu tinggi, panas Rambak Kulit Kambing Peranakan
minyak akan memberikan tekanan yang Etawah (PE) dan Peranakan Boer
lebih besar didalam kulit dan menyebabkan (PB) Ditinjau dari Kadar Air, Daya
semua ikatan silang kolagen terputus Kembang, Rasa dan Kerenyahan.
sehingga kulit akan mengembang lebih Skripsi. PS THT. Fapet. UB.
besar dibanding pada proses penggorengan Matz, S.A. 1984. Snack Food Tecnology.
dengan menngunakan suhu rendah dan The Avi Publishing. Co. Westport
kerupuk rambak yang dihasilkan dapat Connecticut.
matang dengan sempurna. Nabil, M. 1983. Mempelajari Cara
Pembuatan Kerupuk Telur serta
KESIMPULAN Beberapa Sifat-sifat Fisik dan Kimia
dari Kerupuk Yang Dihasilkan.
Perbedaan teknik buang bulu pada Skripsi. Fapet. UB. Malang.
pembuatan kerupuk rambak kulit kelinci
5
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, Maret 2011, Hal 1-6 Vol. 6, No. 1
ISSN : 1978 - 0303