You are on page 1of 7

MANFAAT RELAKSASI RELIGIUS: DZIKIR DALAM MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA


(The Beneficience of Religious Relaxation: Dzikir to Increase Phsycological Wellness of
Elder)

Ahmad Yusuf*, Sriyono*, Iqlima Dwi Kurnia**

* Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya. Telp/Fax: (031)


5913257. E-mail: yusuf@fk.unair.ac.id

ABSTRACT

Introduction: Psychological well-being is one of an important part on the positive aging process
for elderly. Many older people face stressful situation such as death of family, deterioration of
health, decrease of physical ability and psychological problem like loneliness, low self esteem,
useless, isolation or difficulty in relationship. Religious relaxation: dzikir is one of the group
therapy to fill up psychological necessary by filled up spiritual necessary so they could say thanks
to God for everything what they have had now. The aimed of this study was to analyze the effect of
religious relaxation: dzikir to increase the level of psychological well being of the elderly. Method:
This study was used a quasy experimental pre post test design. There were 20 respondents which
taken by using purposive sampling. The independent variable was religious relaxation: dzikir and
the dependent variable was elderly psychological well being. Data were analyzed by using
Wilcoxon Signed Rank Test and Mann Whitney U-Test with significance level 0.05. Result: The
result showed that religious relaxation: dzikir has an effect on increasing the level of psychological
well being of the elderly with Wilcoxon Signed Rank Test p=0.004 in treatment group, p=1.000 in
control group and the result of Mann Whitney U-Test revealed p=0.000. Discussion: It can be
concluded that religious relaxation: dzikir can increase psychological well-being. Religious
relaxation: dzikir help the elderly to develop self acceptance, autonomy, positive relation with
others, environmental mastery, purposive in life and personal growth. Researcher suggests the
institutional to practice relaxation religious: dzikir to help elderly people to raise psychological
well-being.

Keywords: elderly, psychological well-being, religius relaxation (dzikir)

PENDAHULUAN lansia yang terobservasi oleh peneliti pada


survey pendahuluan. Masa tua yang dijalani
Lanjut usia (lansia) dihadapkan dengan ketidakbahagiaan banyak dialami
pada berbagai perubahan akibat proses oleh lansia yang tinggal di Panti werdha.
menua. Perubahan tersebut meliputi Pertengkaran antar teman, cenderung
perubahan fisik, biologi, psikologis, dan berdiam di dalam kamar dari pada melakukan
sosial (Suhartini, 2006). Lansia yang tidak interaksi dengan teman, mempunyai perasaan
mampu melakukan penyesuaian dengan baik malu dengan keadaan sekarang, dan sering
yang dirasakan hanya ketidakbahagiaan. merasa kesepian merupakan kondisi yang
Permasalahan psikologis yang sering muncul sering dialami para lansia di Unit Pelayanan
adalah depresi di mana seseorang Sosial Tresna Werdha Pare Kediri, hal ini
mempunyai penilaian dan pandangan yang terjadi karena lansia tidak dapat mensyukuri
negatif terhadap pengalaman dan diri, serta apa yang dimiliki saat ini.
cenderung menyalahkan diri sendiri (Koenig Kebanyakan lansia menganggap
et al. 1988 dalam Santrock, 2006a). bahwa melakukan ibadah merupakan hal
Kesejahteraan psikologis negatif (buruk) terpenting dalam hidup. Diharapkan dengan
yang terjadi di Unit Pelayanan Sosial Tresna diberikan relaksasi religius: dzikir dapat
Werdha Pare Kediri sebesar 67,50% dari 40 meningkatkan keyakinan dan keimanan, yang
Jurnal Ners Vol.3 No.1 April 2008 : 81-86

pada akhirnya dapat membawa lansia untuk tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi.
bersikap pasrah, menerima keadaan dan Tidak tercapainya kesejahteraan psikologis
pandai mengambil hikmah dari setiap muncul bila tidak berhasil menemukan jalan
kejadian hidup, sehingga kebahagiaan bisa keluar masalah akibat dari proses menua
dirasakan oleh lansia dan kesejahteraan seperti rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi,
psikologis (Psychological Well-Being) dapat ketidakikhlasan menerima kenyataan karena
tercapai. Seorang perawat harus bisa kurang mensyukuri apa yang dimiliki saat ini
memenuhi kebutuhan manusia secara (Neugarten et al., 1968 dalam Santrock,
holistik, baik dari segi fisik, psikologis, 2006a).
sosial, dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan Relaksasi religius: dzikir
psikologis pada lansia dapat dilakukan merupakan penggabungan teknik relaksasi
dengan memenuhi kebutuhan spiritual yaitu dengan memasukkan faktor keyakinan. Pada
relaksasi religius: dzikir. Relaksasi religius: penelitian ini unsur keyakinan yang akan
dzikir merupakan media yang dipergunakan adalah unsur keyakinan agama
memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan Islam, dengan penyebutan asma-asma Allah
psikologis lansia (Daaleman et al, 2004 secara berulang disertai sikap pasrah.
dalam Santrock, 2006a), namun pengaruh Beribadah (dzikir) akan menimbulkan unsur
relaksasi religius: dzikir terhadap tingkat spiritual sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan psikologis (Psychological keimanan seseorang, sehingga dapat
Well-Being) lansia belum dapat dijelaskan. memahami tentang sang diri (sang roh)
Prevalensi lansia di Indonesia saat sebagai jati diri yang sebenarnya (Sumalsi,
ini sekitar 16 juta orang dan diperkirakan 2002). Pemahaman tersebut mempengaruhi
akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sikap dan perilaku ke arah lebih religius,
sebesar 11,37% dari jumlah penduduk. sehingga individu mampu bersikap tabah,
Jumlah populasi di Unit Pelayanan Sosial sabar, pasrah dan pandai mengambil hikmah
Tresna Werdha Pare Kediri sebanyak 90 dari setiap kejadian hidup (Koenig et al.,
orang, dengan laki-laki berjumlah 24 orang 2001 dalam Santrock, 2006a). Relaksasi
dan perempuan 66 orang. Penelitian religius: dzikir diharapkan dapat menambah
mengenai kesejahteraan psikologis lansia model terapi relaksasi terutama untuk
sebagai berikut: penelitian sosiologis pada memenuhi beberapa kebutuhan psikologis
tahun 2002 mengungkapkan sebagian besar lansia dan mempertahankan perasaan
lansia mengaku minder dan tidak pantas lagi berharga (Daaleman et al. 2004 dalam
aktif di masyarakat dan Santrock (2006b) Santrock, 2006a). Berdasarkan latar belakang
menyebutkan lansia yang memiliki gaya di atas, peneliti mencoba menerapkan
hidup aktif memiliki Psycological Well- relaksasi religius: dzikir sebagai salah satu
Being (PWB) lebih baik dibandingkan lansia upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
yang diam di rumah dan menyendiri. psikologis lansia.
Penelitian Larson et al., (2002)
menyimpulkan lansia non religius angka BAHAN DAN METODE
kematiannya dua kali lebih tinggi dari pada
lansia religius karena mempunyai tingkat Desain penelitian yang digunakan
kesejahteraan psikologis baik. dalam penelitian ini adalah quasy
Sendiony, 1989 (dalam Santrock experimental pre-post test purposive
2006a) menyatakan seseorang yang memiliki sampling design. Populasi pada penelitian ini
religiusitas tinggi dapat mencapai adalah lansia di Unit Pelayanan Sosial Tresna
kesejahteraan psikologis. Penelitian Koenig Werdha Pare Kediri. Sampel diambil sesuai
(dalam Santrock, 2006a) menunjukkan dengan kriteria inklusi dan diperoleh 20
bahwa individu yang memiliki tingkat responden yang dibagi menjadi 10 orang
religius tinggi mempunyai sikap lebih baik, kelompok perlakuan (relaksasi religius:
merasa lebih puas dalam hidup dan hanya dzikir) dan 10 orang kelompok kontrol
sedikit mengalami kesepian. Hal ini (kegiatan harian). Penelitian dilakukan
didukung oleh penelitian Coke tahun 1992 selama bulan Mei sampai dengan Juni 2008.
(dalam Santrock, 2006a) menunjukkan Variabel independen dalam
individu yang mendapatkan dukungan dari penelitian ini adalah relaksasi religius: dzikir,
tempat peribadatan cenderung mempunyai sedangkan variabel dependen adalah tingkat
Relaksasi Religius: Dzikir (Ahmad Yusuf)

kesejahteraan psikologis (Psychological sebelum dilakukan kegiatan relaksasi


Well-Being) lansia. Instrumen yang religius: dzikir didapatkan 80% responden
digunakan dalam penelitian ini adalah mempunyai tingkat kesejahteraan psikologis
kuesioner kesejahteraan psikologis (Ryff, negatif (buruk). Pada kelompok perlakuan
1989) serta panduan SAK relaksasi religius: maupun kontrol masing-masing terdapat 8
dzikir (Purwanto, 2007). Kuesioner responden yang mempunyai kesejahteraan
kesejahteraan psikologis Ryff terdiri dari psikologis negatif (buruk) dan dua responden
enam dimensi yaitu Penerimaan diri (Self lainnya mempunyai kesejahteraan psikologis
Acceptance), hubungan positif dengan orang positif (baik).
lain (Positive Relation with Others), otonomi Kesejahteraan psikologis negatif
(Autonomy), penguasaan lingkungan (buruk) meliputi penilaian diri yang negatif,
(Environmental Masteri), tujuan hidup tidak mempunyai sikap mandiri, tidak
(Purpose in Life), dan pertumbuhan pribadi mampu memanfaatkan kesempatan dalam
(Personal Growth). lingkungan secara efektif, tidak memahami
Data yang diperoleh, dianalisis dengan jelas tujuan hidup, hubungan negatif
dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon dengan orang lain serta tidak terbuka dengan
Signed Rank Test dan Mann Whitney U-Test pengalaman baru (Ryff, 1989). Kesejahteraan
dengan derajat kemaknaan 0,05. psikologis yang buruk terjadi karena lansia
tidak mampu melakukan penyesuaian dengan
HASIL baik akibat dari perubahan proses menua dan
tidak dapat mensyukuri apa yang dimiliki
Tabel 1 menunjukkan terdapat saat ini (Hardywinoto, 2005). Kebanyakan
perbedaan tingkat kesejahteraan psikologis lansia memiliki sikap penerimaan diri yang
yang diberikan intervensi relaksasi religius: kurang. Seorang lansia cenderung menjadi
dzikir dan yang tidak mendapatkan intervensi sangat berorientasi pada ego (egocentric) dan
relaksasi religius: dzikir. Berdasarkan hasil pada diri di mana mereka lebih banyak
analisis statistik Wilcoxon Signed Rank Test berpikir tentang diri sendiri dari pada orang
ditemukan adanya perubahan kesejahteraan lain dan kurang memperhatikan kehendak
psikologis pada kelompok perlakuan sebelum orang lain (Hurlock, 1999). Banyak lanjut
dan sesudah dilakukan intervensi relaksasi usia dihadapkan pada berbagai perubahan
religius: dzikir dengan nilai p=0,004. Pada akibat proses menua, perubahan tersebut
kelompok kontrol tidak ditemukan perubahan meliputi perubahan fisik, biologi, psikologi
kesejahteraan psikologis yang bermakna dan sosial (Suhartini, 2006). Keadaan seperti
sebelum dan sesudah relaksasi religius: dzikir ini mempengaruhi lansia secara mental dan
dengan nilai p=1,000. Pada hasil statistik pada akhirnya membuat mereka tidak
Mann Whitney U Test diperoleh nilai bahagia. Tekanan emosional, yang berasal
p=0,000 yang berarti ada pengaruh relaksasi dari sebab-sebab psikologis, dapat
religius: dzikir terhadap tingkat kesejahteraan mempercepat perubahan kemampuan
psikologis lansia. motorik atau menurunnya motivasi untuk
mencoba melakukan sesuatu yang masih
PEMBAHASAN dapat dilakukan (Hurlock, 1991).

Kesejahteraan psikologis lansia

Tabel 1. Kesejahteraan psikologis lansia sebelum dan sesudah diberikan relaksasi religius: dzikir.
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Post Post
Mean 53,80 87,90 53,30 53,30 87,90 48,50
SD 0,422 0,991 0,675 0,483 0,991 0,483
Hasil Wilcoxon Signed Rank Wilcoxon Signed Rank
Mann Whitney U Test
Analisis Test Test
(p=0,000)
Statistik (p=0,004) (p=1,000)
Keterangan:
p = Derajat kemaknaan SD = Standar Deviasi Mean = Rerata
Jurnal Ners Vol.3 No.1 April 2008 : 81-86

Kesejahteraan psikologis negatif Mereka beranggapan bahwa dirinya tidak


yang dialami oleh lansia di panti terjadi dapat mengerjakan berbagai aktifitas sebaik
karena sebagian besar lansia dengan latar pada saat muda dulu, pihak panti yang ikut
belakang terlantar, yang terbuang dari membatasi kegiatan lansia, serta sikap sosial
keluarga. Kondisi wisma yang terlalu padat yang tidak menyenangkan yang beranggapan
dan sering terjadi pertengkaran membuat bahwa orang berusia lanjut sering dianggap
lansia merasa kurang nyaman dan kurang tidak berguna lagi sehingga menyebabkan
mendapat support system baik dari keluarga, lansia kemudian demotivasi, menarik diri
teman maupun dari pihak panti sendiri, selain dari lingkungan sosial dan merasa semakin
itu karena lansia tidak mampu melakukan tidak berguna. Penilaian negatif lansia
penyesuaian dengan baik atas perubahan terhadap diri sendiri muncul karena merasa
yang terjadi. Berbagai penyebab psikologis terbuang dari keluarga. Menurut mereka
yang mempengaruhi perubahan dalam meskipun berada dalam hidup yang serba
kemampuan motorik berasal dari kesadaran kekurangan, mereka merasa lebih bahagia
yang menurun dan perasaan rendah diri tinggal dengan orang yang dikasihi. Separuh
apabila dibandingkan dengan orang yang penghuni panti yang merupakan penghuni
lebih muda dalam hal kekuatan, kecepatan, lama (2-5 tahun) sering mengalami
dan ketrampilan. kebosanan dan kesepian, sehingga muncul
Setelah dilakukan relaksasi religius: perasaan sedih, tidak diperhatikan pihak panti
dzikir terjadi perubahan tingkat kesejahteraan maupun penghuni panti yang lain. Bahkan
psikologis pada lansia. Pada kelompok apabila mereka berada dalam kondisi fisik
perlakuan sebanyak 90% responden berada yang baik pun, orang usia lanjut sering begitu
pada tingkat kesejahteraan psikologis positif dikuasai oleh kesehatan dan proses
(baik) sedangkan pada kelompok kontrol jasmaniah. Mereka cenderung mengeluh
relatif tetap yakni hanya ada satu perubahan tentang kesehatan dan sering membesar-
dari dua responden menjadi tiga responden besarkan penyakit ringan yang diderita.
yang mempunyai kesejahteraan psikologis Mereka sering menunjukkan sikap yang
baik. Sembilan responden (90%) mempunyai tampak begitu dikuasai oleh diri mereka
penerimaan diri yang baik. Hal ini sendiri. Gejala seperti ini tampak atau dapat
ditunjukkan dengan peningkatan perasaan dilihat dari cerita masa lalu tentang diri
terhormat, berguna dan berharga terhadap mereka yang tidak ada habisnya diceritakan
diri sendiri. setiap saat, serta berharap untuk dilayani dan
Kesejahteraan psikologis dipandang selalu ingin menjadi pusat perhatian.
sebagai suatu aspek penting dalam proses Pada usia lanjut, dukungan terbesar
penuaan yang positif dan juga sebagai lansia diperoleh dari orang terdekat dan
komponen yang sangat diperlukan dalam apabila hal ini tidak terpenuhi maka lansia
perkembangan sepanjang hidup serta dalam semakin merasa tidak berguna. Keberadaan
proses adaptasi (Ryff, 1989). Kesejahteraan lansia di panti membuat mereka merasa
psikologis pada lansia juga dipengaruhi oleh menjadi orang yang gagal bila dibandingkan
terpenuhi atau tidaknya acceptance dengan lansia yang masih dapat hidup
(penerimaan), affection (kasih sayang) dan dengan keluarga. Lansia yang mendapatkan
achievement (pencapaian). Apabila seseorang intervensi relaksasi religius: dzikir memiliki
lansia tidak dapat memenuhi tiga hal pemahaman yang relatif baik karena
tersebut, maka sulit bagi lansia untuk didukung oleh umur lansia pada kelompok
mencapai kebahagiaan (Hurlock, 1991). Ada perlakuan yang sebagian besar berada pada
beberapa kondisi penting yang membantu rentang 60-74 tahun dan juga terdapat
pencapaian Psychological Well-Being (PWB) responden yang berpendidikan setingkat SD
lansia, antara lain terus berpartisipasi dengan juga satu responden yang berpendidikan
kegiatan yang berarti dan menarik, diterima SMP sehingga responden masih dapat
oleh dan memperoleh respek dari kelompok menerima stimulus yang diberikan dengan
sosial, menikmati kegiatan sosial yang baik.
dilakukan dengan kerabat keluarga dan Sebanyak satu responden pada
teman (Hurlock, 1991). kelompok perlakuan berada pada tingkat
Perubahan fisik pada lansia dapat kesejahteraan negatif (buruk) setelah
menyebabkan perubahan pada kondisi jiwa. diberikan intervensi relaksasi religius: dzikir.
Relaksasi Religius: Dzikir (Ahmad Yusuf)

Tidak adanya perubahan tingkat ketika melakukan aktifitas lainnya (Suroso,


kesejahteraan psikologis pada lansia tersebut 1994). Lansia yang merasa kesepian lebih
dikarenakan responden masih tergolong mendekatkan diri pada Tuhan (Prawitasari,
penghuni baru (1 tahun) dan memiliki tingkat 1994). Lansia yang lebih dekat dengan
keyakinan yang rendah. Responden masih agama menunjukkan tingkatan tinggi dalam
sering teringat masalah yang dialami oleh hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme
keluarganya, terutama anak tunggalnya yang (Dacey & Travers, 2004). Studi lain juga
telah menjual rumah tanpa seijin responden. menyatakan bahwa praktisi religius dan
Responden tersebut mempunyai latar perasaan religius berhubungan dengan sense
belakang hidup sebatangkara sejak kecil. of well-being, terutama pada wanita dan
Keadaan ini membuat responden tersebut individu berusia di atas 75 tahun (Koenig et
merasa menjadi orang yang gagal dan tidak al., 1988 dalam Santrock, 2006a).
berguna. Relaksasi religius: dzikir
Pada kelompok kontrol tidak ada merupakan salah satu upaya untuk memenuhi
perubahan nilai (skor) kesejahteraan kebutuhan psikologis lansia melalui
psikologis namun ada perubahan tingkat pemenuhan kebutuhan spritual. Relaksasi
kesejahteraan psikologis, dari dua responden religius: dzikir merupakan suatu amalan
yang memiliki kesejahteraan psikologis dalam bentuk Asma Allah berisikan
positif menjadi tiga responden. Responden permohonan pada Allah SWT dengan selalu
pada kelompok kontrol lebih banyak mengingat nama-Nya disertai dengan sikap
menghabiskan waktu dengan berdiam diri di pasrah. Inti pemahaman dari praktik dzikir
dalam ruangan masing-masing tanpa adalah beristigfar mohon ampunan, bertasbih
melakukan kegiatan apapun. Hal ini memuji kebesaran dan keagungan Allah,
menyebabkan rasa tidak berguna dan tidak bersyukur atas segala kenikmatan, bertakbir
berharga tetap ada dalam diri lansia tersebut. untuk mengecilkan diri dihadapan-Nya dan
Kebanyakan individu lansia akhirnya melenyapkan diri dan ego kita
menganggap bahwa melakukan ibadah terhadap ego Allah dalam segala aktifitas
merupakan hal yang terpenting dalam yang kita jalani. Perubahan yang terjadi pada
hidupnya, nilai religius meningkat seiring diri lansia hendaknya diantisipasi dan
dengan pertambahan usia (Hurlock, 1991). diketahui sejak dini sebagai bagian dari
Dengan melakukan relaksasi religius: dzikir persiapan masa tua. Mendekatkan diri pada
akan lebih meningkatkan keyakinan dan Tuhan, biasanya merupakan gejala menjadi
keimanan dan pada akhirnya dapat membawa tua yang wajar.
lansia untuk lebih bersikap pasrah, menerima Hasil penelitian antara pengaruh
keadaan yang dimilikinya saat ini, sehingga relaksasi religius: dzikir terhadap tingkat
kebahagiaan bisa dirasakan oleh lansia dan kesejahteraan psikologis lansia sangat
kesejahteraan psikologis dapat tercapai signifikan, hal ini ditunjukkan dengan
(Hawari, 2005). Pendekatan religius: dzikir pemahaman yang relatif baik dari tiap
bertujuan untuk lebih memahami tentang diri responden karena didukung oleh tingkat
sebagai jati diri yang sebenarnya serta keyakinan responden sehingga dapat
hubungannya dengan Tuhan sebagai sumber menerima stimulus yang diberikan.
segala ciptaan. Pemahaman tersebut Penerimaan yang baik ini disebabkan tempat
membawa kepada tingkat kesadaran religius pelaksanaan di dalam mushola yang tenang,
lebih tinggi tentang sang diri (Indriana, nyaman dan bersih, sehingga dapat
2003). Hal ini akan mempengaruhi sikap dan membantu responden berkonsentrasi dengan
perilaku ke arah lebih religius. Tujuan utama baik selama intervensi. Tidak hanya dengan
bimbingan religius adalah untuk lebih melakukan relaksasi religius: dzikir
memahami akan arti hidup, bahwa segala kesejahteraan psikologis positif dapat
sesuatu ada di tangan Sang Pencipta. tercapai, alternatif lain yang bisa dilakukan
Keyakinan religius yang tertanam dalam diri yaitu dengan selalu berperan aktif dalam
individu diwujudkan dalam berbagai sisi berbagai kegiatan yang ada di panti,
kehidupan manusia. Aktifitas tersebut tidak menyalurkan kesenangan dan hobi yang
hanya terjadi ketika seseorang melakukan masih diminati, memperluas interaksi sosial
perilaku ritual (beribadah saja) tetapi juga dengan tidak membatasi pergaulan antar
Jurnal Ners Vol.3 No.1 April 2008 : 81-86

teman sesama panti, serta dukungan dari Jenis Aktifitas, Jenis Kelamin,
lingkungan sekitar. Religiusitas. Jurnal Psikologi UNDIP,
1-10.
SIMPULAN DAN SARAN Larson, R.J., et al. 2002. Meditation and
Relaxation, Social Indicator Research,
Simpulan (Online), (http://www.healthy.net.,
diakses tanggal 12 Agustus 2007, jam
Kesejahteraan psikologis lansia 10.00 WIB).
yang tinggal di panti werdha Pare Kediri Prawitasari. 1994. Aspek Sosiologi-
ditemukan cukup banyak yang mempunyai Psikologis Lansia di Indonesia. Buletin
tingkat kesejahteraan psikologis negatif Psikologi, 1, 27-34.
(buruk). Relaksasi religius: dzikir Purwanto, S. 2007. Relaksasi Dzikir,
berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan (Online),
psikologis lansia berupa peningkatan (http://www.setiyoblogspot.com.,
keyakinan religius dan keimanan seseorang, diakses tanggal 15 Agustus 2007, jam
sehingga lansia mampu mengendalikan 11.20 WIB)
kejadian yang dialaminya, membentuk sikap Ryff, C.D. 1989. Happines is everything, or
yang positif yang bisa menerima keadaan is it? Exploration on the meaning of
dirinya. psychological Well-Being. Journal of
Personality and Social Psychology, 57,
Saran 6, 56, 1069-1081.
Berdasar hasil penelitian ini, Sani, R. 2002. Hikmah Dzikir dan Doa.
peneliti menyarankan agar lansia disarankan Jakarta: Al- Mawardi Prima, hlm. 21-
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah 23.
salah satunya melalui relaksasi religius: Santrock, J.W. 2006(a). Life Span
dzikir untuk membangkitkan kekuatan Development 8th edition, New York:
kerohanian. Relaksasi religius: dzikir McGraw Hill, hlm. 55-92.
diharapkan dapat menjadi salah satu tindakan Santrock, J.W. 2006(b). Life Span
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan Development: Perkembangan Masa
psikologis lansia melalui pemenuhan Hidup. Edisi 5. Alih bahasa oleh
kebutuhan spiritual, sehingga kesejahteraan Ahmad Chusairi dan Judo Damainik.
psikologis yang baik bisa tercapai dan Jakarta: Erlangga, hlm. 35-55.
relaksasi religius: dzikir dapat dimasukkan ke Suhartini. 2006. Faktor-Faktor yang
dalam salah satu rutinitas kegiatan panti. Mempengaruhi Kemandirian Orang
Lansia (Studi Kasus), (Online),
KEPUSTAKAAN (http://www.damandiri.or.id/detail.,
diakses tanggal 2 September 2007, jam
Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi 11.30 WIB).
Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta: Suroso. 1994. The Relaxation Response,
Gramedia Pustaka Utama, hlm. 44, 99- (Online),
116. (http://stressabout.com/cs/relaxation.ht
Hawari, D. 2005. Dimensi Religi Dalam m., diakses tanggal 4 September 2007,
Praktik Psikiatri & Psikologi. Jakarta: jam 10.00 WIB)
FKUI, hlm. 38-45. Sumalsi. 2002. Self Esteem Across The Life
Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Span, (Online),
Perkembangan Suatu Pendekatan (http://www.researchautooservice.com
Sepanjang Rentang Hidup. Jakarta: /publication/, diakses tanggal 04
Erlangga, hlm. 379-444. September 2007, jam 10.00 WIB).
Indriana. 2003. Kepuasan Hidup Orang
Lansia dalam Hubungannya dengan
Relaksasi Religius: Dzikir (Ahmad Yusuf)

You might also like