Professional Documents
Culture Documents
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
1. Pengertian Alat suntik Auto-Disable adalah alat suntik yang setelah dipakai
mengunci sendiri dan hanya dapat dipakai sekali. Alat suntik ini yang
direkomendasikan untuk semua jenis pelayanan imunisasi. Setiap alat
suntik AD adalah steril dan diberi segel oleh pabrik. Ada beberapa
jenis alat suntik AD yang berbeda-beda antara lain : Uniject,
Soloshot, Destroject, Univec, Terumo, K1, Medico injet.
Semua alat suntik AD mempunyai penutup plastik untuk menjaga
agar jarum tetap steril dan beberapa juga memiliki penutup pada
pistonnya.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penggunaan Alat Suntik Auto-Disable.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015
tentang Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / Langkah-langkah umum menggunaan alat suntik AD
Langkah-langkah 1) Keluiarkan alat suntik dan jarum dari bungkus plastik (lepaskan
dan buka ujung piston alat suntik dari paket) atau lepaskan tutup
plastiknya.
2) Pasang jarum pada alat suntik jika belum terpasang.
3) Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum.
4) Masukkan jarum ke dalam vial/ampul vaksin dan arahkan ujung
jarum ke bagian paling rendah dari dasar vial/ampul (dibawah
permukaan vaksin).
5) Tarik piston untuk mengisi alat suntik. Piston secara otomatis
akan berhenti setelah melewati tanda 0,05 ml/0,50 ml dan anda
akan mendengar bunyi klik.
6) Tekan/dorong piston hingga isi alat suntik sesuai dosis 0,05
ml/0,5 ml. lepaskan jarum dari botol. Untuk menghilangkan
gelembung udara, pegang alat suntik tegak lurus dan buka
penyumbatnya.
7) Kemudian tekan dengan hati-hati ke tanda tutup.
8) Tentukan tempat suntikan.
9) Dorong piston ke depan dan suntikkan vaksin. Setelah suntikan,
piston secara otomatis akan mengunci dan alat suntik tidak bisa
digunakan lagi. Jangan lagi menutup jarum setelah digunakan.
10) Segera masukkan jarum dan alat suntik langsung ke dalam safety
box. Safety box adalah penampung ADS bekas yang tahan bocor
dan tahan tusukan.
Catatan :
Keuntungan alat suntik AD :
1) Sterilitas ADS terjamin.
2) Alat ini mengeliminasi penyebaran penyakit dari penerima vaksin ke
orang lain yang disebabkan oleh penggunaan jarum dan alat suntik yang
terkontaminasi.
3) Tidak perlu sterilisasi.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
1. Pengertian Vaksin Oral Polio hidup (Oral Polio Vaccine = OPV) adalah Vaksin Polio
Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3
(Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal
kera dan distabilkan dengan sukrosa.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
pemberian dan Penyuntikan Vaksin Polio.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang
Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah
Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal
4 minggu.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang
baru.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan
label VVM.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
1. Pengertian Vaksin TT merupakan suspense kolodial homogen berwarna putih susu
dalam vial gelas, mengandung toksoid tetanus murni, teradsorbsi ke dalam
alumunium fosfat.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pemberian Vaksin Polio.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang
Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer
yang disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan
dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan
kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan
diberikan 5 dosis. Dosis keempat dan kelima diberikan dengan interval
minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi
TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada
periode trimester pertama.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan
label VVM.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
PEMBERIAN DAN PENYUNTIKAN VAKSIN DT
No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh
Terbitan Kepala Puskesmas
: 01 Aikmel
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/2 NIP. 197212312000031039
PERAWATAN LEMARI ES
No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh
Terbitan Kepala Puskesmas
: 01 Aikmel
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 2/2 NIP. 197212312000031039
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 2/2 NIP. 197212312000031039
PENANGANAN VAKSIN
No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh
Terbitan Kepala Puskesmas
: 01 Aikmel
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
1. Pengertian Vaksin adalah produk biologis yang sangat mudah rusak dan kehilangan
potensi bila tidak dikelola dengan benar.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Penanganan Vaksin.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang
Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / 1. Penyimpanan Vaksin
Langkah-langkah a) Semua vaksin disimpan pada suhu 2 s/d 8 C
b) Letakkan cool pack di bagian bawah lemari es sebagai penahan
dingin dan menjaga kestabilan suhu.
c) Peletakan dus vaksin mempunyai jarak antara minimal 1-2 cm atau
satu jari tangan
d) Vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat dengan
evaporator.
e) Vaksin FS (Hep. B, DPT/HB/Hib, DT, Td, TT dan IPV) diletakkan
jauh dengan evaporator.
f) Vaksin dalam lemari es harus diletakkan dalam kotak vaksin
2. Penanganan Vaksin di Unit Pelayanan
Tempat pelayanan imunisasi baik di komponen statis maupun di
posyandu adalah merupakan mata rantai paling akhir dari system
rantai vaksin. Oleh karena itu perlakuan vaksin di unit ini sangat
penting.
a) Di puskesmas dan unit pelayanan statis lainnya (RS, Klinik
Bersalin, Dokter/Bidan Praktek Swasta).
1) Vaksin disimpan dalam vaccine carrier yang diberi kotak dingin
cair.
2) Letakkan vaccine carrier di meja yang tidak terkena sinar
matahari langsung.
3) Dalam penggunaan, letakkan vaksin diatas spon/busa yang
berada di dalam vaccine carrier.
4) Di dalam vaccine carrier tidak boleh ada air yang merendam
vaksin. Ini untuk mencegah kontaminasi vaksin dari bakteri lain.
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
1. Pengertian Semua alat suntik pada akhirnya harus dimusnahkan. Alat suntik dan
jarum untuk mencampur yang sekali digunakan rusak atau dibuang (auto-
disable atau disposable) sebaiknya digunakan sekali dan kemudian
dimusnahkan. Limbah imunisasi yang lain seperti vial/flacon vaksin, tutup
vial, kapas bekas suntikan dan lain-lain, sebaiknya tidak dibuang bersama
dengan jenis-jenis sampah lainnya, karena dapat mencemari dan
membahayakan lingkungan. Maka harus ditangani sama seperti
menangani limbah tajam imunisasi.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pembuangan Sampah Limbah Tajam dan Limbah Imunisasi Lainnya.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Aikmel No. 445/002/0901/PKMA/I/2015 tentang
Standar Pelayanan Publik Puskesmas Aikmel.
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / 1. Letakkan kotak pengaman di tempat yang terjangkau oleh petugas
Langkah-langkah kesehatan. Setiap kali selesai melakukan penyuntikan, segera
masukkan alat suntik dan jarum ke dalam kotak pengaman atau wadah
untuk benda-benda tajam.
Jika tersedia pencabut atau pemotong jarum, segera pisahkan jarum
dan alat suntik bekas stiap kali setelah digunakan untuk menyuntik.
Setelah mencabut jarum dengan sebuah alat, segera masukkan ke
dalam kotak pengaman.
2. Setelah pelayanan imunisasi atau ketika isi kotak pengaman sudah
penuh, tutup kotak tesebut.
Jangan memindahkan alat suntik dan jarum bekas dari kotak
pengaman ke wadah lain. Kotak pengaman dengan kapasitas lima liter
dapat menampung kurang lebih dari 100 alat suntik dan jarum. Selain
itu terdapat juga safety box ukuran 0,25 ml yang dapat menampung 10
HB PID bekas.
3. Cari tempat yang aman untuk menimbun atau membakar kotak
Jangan pernah memasukkan benda-benda berikut ke dalam kotak
pengaman. Musnahkan benda-benda ini dengan sampah medis lainnya
seperti botol kosong, botol vaksin yang tidak digunakan, bantalan
kapas, kompresor, bahan-bahan pembalut, kantong IV atau pipa
sambungan, sarung tangan karet dan atau segala jenis bahan-bahan
platik atau sisa buangan.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
PENYIAPAN PELAYANAN IMUNISASI
No. Dikumen : SOP. /PKMA/2015 Ditetapkan oleh
Terbitan Kepala Puskesmas
: 01 Aikmel
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/2 NIP. 197212312000031039
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 2/2 NIP. 197212312000031039
5. Prosedur / e. Pada kondisi tersebut, diduga pernah terjadi pembekuan pada vaksin
Langkah-langkah yang sensitif beku seperti DT, TT, Td, Hepatitis B, DPT/HB,
DPT/HB/Hib dan IPV. Untuk memastikan vaksin dalam kondisi baik
atau rusak, maka sebaiknya dilakukan shake test (uji kocok).
Langkah-langkah uji kocok :
a) Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah
beku, utamakan yang dekat dengan evaporator atau bagian lemari
es yang paling dingin. Beri label Tersangka Beku. Bandingkan
dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja
dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label
Dibekukan.
b) Biarkan contoh vaksin Dibekukan dan vaksin Tersangka beku
sampai mencair seluruhnya.
c) Kocok contoh vaksin Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku
secara bersamaan.
d) Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.
e) Amati contoh vaksin Dibekukan dan vaksin Tersangka Beku,
utk membandingkan lamanya waktu pengendapan (5 30 mnt).
f) Jika :
Pengendapan vaksin Tersangka Beku lebih lambat dari contoh
vaksin Dibekukan, maka vaksin boleh digunakan.
Pengendapan vaksin Tersangka Beku sama atau lebih cepat dari
pada contoh vaksin Dibekukan, maka vaksin tidak boleh
digunakan (vaksin sudah rusak).
g) Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch
dan jenis vaksinnya dengan kontrol Dibekukan yang sesuai.
4. Pemeliharaan vaksin & rantai vaksin selama pelaksanaan imunisasi
a. Hindari vaccine carrier yang berisi vaksin dari sinar matahari
langsung.
b. Sebelum sasaran datang, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier yang tertutup rapat.
c. Jika sasaran imunisasi sudah datang, maka vaksin dilarutkan dengan
jenis pelarut yang sesuai.
d. Pada saat melarutkan vaksin, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
e. Vaksin yang sudah dilarutkan diberi label yang berisikan waktu
pelarutan. Setelah dilarutkan, vaksin BCG hanya boleh digunakan
selama 3 jam, dan vaksin campak selama 6 jam.
f. Vaksin yang lainnya, setelah dibuka harus diberi label yang ditulis
tanggal dan waktu vaksin dibuka. Penggunaannya mengikuti standar
penggunaan vaksin multidose.
g. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu vaksin dan
pelarut tetap terjaga.
h. Tidak diperkenankan membuka vial baru sebelum vial yang sudah
dibuka habis.
i. Apabila sasaran selanjutnya belum datang, vaksin yg sudah dilarutkan
harus diletakkan di lubang busa yang terdapat di bagian atas vaccine
carrier, dan dilindungi agar tidak terkena sinar matahari langsung.
j. Setiap vaccine carrier sebaiknya dilengkapi dgn empat buah cool pack
k. Apabila vaksin yang sudah dilarutkan habis, pelarutan selanjutnya
dilakukan jika sasaran berikutnya telah datang.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039
SOP Revisi : 00
Tgl. Mulai berlaku :
Puskesmas
Halaman Satar, SKM.M.Kes.
Aikmel : 1/1 NIP. 197212312000031039