SJ wei gore
oot
or?
MEMPELAJARI PENAMBAHAN GUM ARAB DALAM PEMBUATAN
SELAI JAMBU BIJI BERSERAT TINGGI
‘Oleh:
HARA YULIANTO.
A05497013
JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002RINGKASAN
HARA YULIANTO. Mempelajari Penambahan Gum Arab dalam Pembuatan Selai
Jambu Biji Berserat ‘Tinggi. (Dibawah — bimbingan LILIK KUSTIYAH dan
SUDJANA SIBARANI)
Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari pembuatan selai jambu biji
tinggi serat dengan penambahan gum arab komersial, Tujuan khusus dari penelitian
ini adalah mempelajari_ pengaruh taraf penambahan gum arab terhadap daya terima
selai_jambu biji, mempelajari pengaruh penambahan gum arab terhadap sifat fisik
(Viskositas) dan kimia (kadar air, aq, pH, total asam, vitamin C, total gula, serat
makanan, kadar abu dan total energi) selai jambu biji, serta menentukan formula
selai jambu biji tinggi serat makanan yang paling baik.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April hingga Juni 2002, bertempat di
Laboratorium Pengolahan Pangan dan Laborstorium Kimia Gizi, Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Laboratorium Pengolahan Pangan Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor serta Laboratorium Balai
Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Departemen Pertanian,
Bogor. Penelitian ini dibagi dalam dua tahap yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian lanjutan, Pada penelitian pendabuluan dilakukan analisis kandungan kimia
jambu_ biji, penentuan taraf penambahan gum arab, serta uji kesukaan untuk
mengetahui daya terima’ selai yang dihasilkan. Penelitian lanjutan bertujuan untuk
mempelajari sifat kimia dan fisik selai jambu biji yang terpilih berdasarkan uji
kesukaan. Sifat kimia yang diamati meliputi penentuan kadar air, ay, pH, total asam,
total gula, kadar abu, vitarhin C, serat makanan dan total energi. Sedangkan sifat fisik
yang diamati yaitu kekentatan atau viskositas.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua kali ulangan.. Data hasil uji organoleptik dianalisis sccara
deskriptif berdasarkan persentase penerimaan ‘panelis dan modus. Data tersebut juga
dianalisis secara statistik dengan uji Friedman untuk mengetahui pengaruh
penambahan gum arab terhadap daya terima warna, aroma, tekstur, kemudahan
dioleskan, dan rasa. Jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji lanjut
Multiple Ce ‘omparison Test. Data hasil analisis sifat fisik dan kimia dianalisis secara
statistik dengan vji sidik ragam untuk .nengetahui pengaruh penambahan gum arab
terhadap kadar air, ay, pH, total asam, vitamin C, kadar abu, serat makanan, total
energi dan viskositas atau kekentalan selai jambu biji. Jika terdapat perbedaan yang
nyata dilanjutkan dengan uji Duncan.
Pada penelitian pendahuluan diperolch komposisi kimia jambu biji dengan
kadar air 84,70%; vitamin C 85,14mg/!00g; serat makanan 5,8%, total gula 4.76%,
total asam 47,81 ml NaOH 0,1N/100g; dan pH 4,3 (1 : 9). Berdasarkan trial and
error, gum arab yang ditambahkan yaitu $5,6g; 111,2g; 166,7g; 222,2g, dan 27,8
untuk tiap formula (300g), Uji Friedman terhadap hasil uji organoleptik menunjukkan
bahwa penambahan gum arab pada berbagai taraf memberikan perbedaan yang nyata
(c:=0,05) terhadap daya terima warna, tekstur, kemudahan dioleskan dan rasa kecuali
terhadap aroma. Berdasarkan uji kesukaan ini, maka selai dengan penambahan gumarab 55,6g, 111,2g dan 166,7g digunakan dalam penelitian lanjutan guna mengetahui
sifat kimia dan sifat fisiknya.
Hasil analisis sifat kimia selai menunjukkan kadar air, aw, vitainin C, serat
makanan tidak larut, total gula, total energi dan pH semakin menurun dengan
meningkatnya taraf penambahan gum arab. Sedangkan kadar abu, serat makanan
larut, total serat makanan dan to.jl asam mengalami peningkatan dengan
meningkatnya taraf penambahan gum arab. Kadar air selai yaitu 44,62-54,87% dan
tidak memenuhi syarat SI yaity maksimal 35%, ay 0,9030-0,9155, vitamin C 46,02-
78,73 mg (bk), serat makanan tidak larut 6,44-11,97% (bk), total gula 27,44-37,23%
(bk) tidak memenuhi syarat SII yaitu minimal 55% (bo), total energi 22,6-23,8 Kal
dan pH 4,9-5,2. Sedangkan serat makanan larut, total serat makanan, kadar abu dan
total asam yaitu 23,315-45,175% (bk), 35,28-51,62% (bk), 2,9-3,08% (bk) dan 29,25-
50,32 ml NaOH 0,1N/100g, Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan
gum arab berpengaruh nyata (a=0,05) pada semua sifat kimia kecuali nilai av. Hasil
uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kadar air dan vitamin C selai dengan
penambahan gum arab 55,6g berbeda nyata (a=0,05) dengan selai pada ieraf
penambahan gum arab 111,2g dan 166,7g sedangkan taraf penambahan gum arab
keduanya tidak berbeda nyata. Berdasaskan uji lanjut yang sama ditunjukkan bahwa
pH; total asam; serat makanan larut, tidak larut dan total; total guia; dan total energi
berbeda nyata (0=0,05) diantara ketiganya. Sifat fisik selai jambu biji mempunyai
nilai viskositas antara 24750-32500 cP. Berdasarkan analisis sidik ragam, taraf
penambahan gum arab tidak berbeda yang nyata (0.=0,05) terhadap viskositas selai.
Selai jambu biji dengan taraf penambahan gum arab 166,7g per formula
(300g) terpilih sebagai selai jambu biji berserat tinggi yang paling baik. Selai jambu
biji tersebut memiliki kandungan serat makanan sebesar 51,56% (bk) dengan total
energi 22,6 Kal/100g. Selain itu, hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa sclai
tersebut memiliki daya terima terhadap aroma, tekstur, kemudahan dioleskan dan rasa
yang masih dapat diterima konsumen. Selain dapat diklaim tinggi serat makanan,
selai ini juga dapat diklaim produk rendah energi.MEMPELAJARI PENAMBAHAN GUM ARAB DALAM PEMBUATAN
SELAI JAMBU BIJI BERSERAT TINGGI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat intuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh =
HARA YULIANTO
A05497013,
JURUSAN GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002Judul : MEMPELAJARI PENAMBAHAN GUM ARAB DALAM
PEMBUATAN SELAI JAMBU BIJI BERSERAT TINGGI
Nama : HARA YULIANTO
Nomor Pokok : A05497013
Menyetujui
Dosen Pembimbing I Degen Pembimbing IT
a _
Ir. Lilik Kustiyah, M.S Prof. Dr. Ir. Sudjata Sibarani, M. Sc
NIP. 131669945 NIP. 130234812
=
FORE
Brajat Martianto, M. S.
NIP. 131861464
Tonga ulus: § Sep p9npRIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 11 Juli 1979. Penulis adalah anak
kedua dari lima bersaudara dari keluar,a Bapak Engkus Kusnadi dan Ibu Ade Siti
Rasmanah.
Pendidikan formal penulis diawali di TK Pertiwi selama tiga tahun (1983-
1986), selanjutnya penulis menempuh pendidikan SD di SDN Tamansari IV dart
tahun 1986 sampai tahun 1991, Penulis melanjutkan sekolah di SMPN Tarogong dari
tahun 1991 sampai tahun 1994, Pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan di
SMUN 1 Tarogong dan lulus pada tahun 1997
Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 1997
melalui jalur USMT. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dibeberapa organisasi
kemahasisweaan seperti Himpunan Mahasiswa Peminat filma Gizi Pectanian
(HIMAGITA) sebagai Ketua II, Bina Desa dan Badan Konsultasi Gizi sebagai Ketua
Bidang Pengembangan Organisasi dan Sumberdaya Manusia, serta Resimen
Mahasiswa (SATMENWA IPB) dari tahun 1998-2001, Penulis pernah menjadi
asisten pada mata kuliah Analisis Zat Gizi, Biokimia Gizi, IImu Pengetahuan Pangan,
Higiene Bahan Pangan Nabati dan Kewiraan. Pada tahun 2001, penulis menjadi
koordinator tim Pameran IPB pada Pekan Iimiah Mahasiswa Tingkat Nasional
(PIMNAS) XIV di Universitas Negeri Makasar. Selain itu, penulis bersama tim
menjadi Semifinalis Lomba Karya Inovatif Produktif (LKIP) bidang pertanian pada
tahun 2000 dan 2001“dengan judul “Pembudtan Sosis dari Jengger Udang, Tempe
dan Janng Pisang Sebagai Alternatif Pangan Rendah Kolesterol” dan “Pembuatan
Margarin Sehat dari Minyak Bekatul”. Pada tahun 2002 penulis bersama beberapa
teman mendirikan FAST Group yang bergerak dalam pengembangan sumberdaya
rmanusiaUCAPAN TERIMA KASIH
Syukur a‘itamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, karunia, kesabaran dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, Karena Dialah yang mengatur dan membuat semuanya
menjadi kenyataan.
Pada kesempatan ini, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besamya’ kepada Ibu Ir. Lilik Kustiyah, MS selaku dosen pembimbing
akademik dan skripsi serta Bapak Prof. Dr Ir. Sudjana Sibarani, M.Sc selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberikan dorongan semangat
hingga terselesaikannya skrip:
Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan, MS sebagai dosen pemandu seminar dan Bapak Ir.
Eddy S Mudjajanto, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan
saran untuk kesempurnaan skripsi ini, serta Bapak Dr. Ir. Drajat Martianto, MS
. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
selaku Ketua Jurusan GMSK beserta selutuh’staf pengajar, pegawai dan luboran atas
segala wawasan, pengetahuan dan bimbingan yang diberikan.
Terima Kasih tak terhinga penulis haturkan kepada Bapak dan Mama
tercinta, Bapak dan Mama kulon, kekak dan adik (Teh Enung, Teh Santi, Desi, Risris,
dan Adi) atas do’a, kasih sayang, jerih payah, kebahagiaan dan restunya untuk
keberhasilan dan selamanya menjadikan semangat bagi penulis.
Kepada Sahabatku (Ekky, Faried, Ani, Said, Yenni B, Siska, Nana dan
Yanti). Indun, Evi dan Nana sebagai tim pembahas seminar, Ahsan, Winda, Trias,
U'chan, Nunung, Yuni, Dini, GeMaSaKers 34, adik-adik 35 (Novi, Achie, Anie),
A 00, A°37 dan A 92 (Dewi) terima kasih’ telah mengisi dan memberikan dorongan
semangat selama menempuh pendidikan di GMSK. Komandan beserta Staf
SATMENWA IPB dan Warga Kodar yang menjadikan penulis mempunyai sesuatu
yang berarti yang tidak dapat dilupakan. Ingat Widva Castrena Dharma Siddha
semoga dapat diterapkan dalam kehidupan. Semoga Alloh membalas kebaixannya
dengan balasan yang berlipat ganda.DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL. 6...
DAFTAR GAMBAR ...
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN ......
Latar Belakang ......
TINJAUAN PUSTAKA
Jambu Bij...
Serat Makanan ..
Selai ....
Bahan Penyusun Selai
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Bahan dan Alat ....
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan ..
Pengolahan dan Analisis Dat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Kimia Jambu Biji
‘Taraf Penambahan Gum Arab...
Pembuatan Selai Tinggi Serat.....
Daya Terima Selai
Sifat Kimia Selai
Sifat Fisik Selai
KESIMPULAN DAN SARAN .......
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ....0...05DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
SNA AR YN
Kandungan Energi, Zat Gizi dan Serat dari Jambu Biji dalam 100g Bdd...... 5
Syarat Mutu Selai (SIE 1978 dalam Tuah, 1991) . 8
Komposisi Kimia Jambu bij 18
Komposisi Bahan dalam Pembuatan Selai Jambu Biji Tinggi Serat ............ 20
Nilai Modus Warna Selai Jambu Biji dengan Penambahan Gum Arab 23
Nilai Modus Aroma Selai Jambu Biji dengan Penambahan Gum Arab 25
Nilai Modus Tekstur Selai Jambu Biji dengan Penambahan Gum Arab. 25
Nilai Modus Kemudahan Dioleskan Selai Jambu Biji dengan Penembahan
Gum Arab... seven 2
Nilai Modus Rasa Selai Jambu Biji dengan Penambaban Gum Arab........... 28
Sifat Kimia dan Fisik Selai Jambu Biji dengan Penambahan Gum Arab .. 30vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Thailaman:
Pembuatan Selai Jambu Biji Tinggi Serat ... sesstintntitnnsintnieisee 14
Gum Arab Komersial yang digunakan 19
Selat Jambu Biji dengan Penambahan Gum Arab . 22
Persentase Penerimaan Panelis terhadap Warna Selai Jambu i
wonlgan i craievalien Gum Arab. 22
Persentase Penerimaan Panelis terhadap Aroma Selai Jambu
dengan Penambahan Gum Arab.
Persentase Penerimaan Panelis terhadap Tekstur Selai Jambu Bi
dengan Penambahan Gum Arab. 25
Persentase Penerimaan Panels terbadep KemudehenDioleskan Seta Jamu
Biji dengan Penambahan Gum Arab.. 26
Persentase Penerimsan Panelis ternadap Rasa Selai Jambu
dengan Penambahan Gum Arab... 28
viiNomor
I
2
3a,
6b.
Ta,
Tb,
2
8b.
10a,
10b.
lla.
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lembar Uji Kesukaan (Hedonik)
Prosedur Analisis Sifat Kimia dan Fisik Selai oe
asi Uj Friedman terhadsp Daya Terima Warra Seti Jambu Bi yang
Ditambah Gum Arab . 49
Hasil Uji Lanjut Perbandingan Berganda terhadap Daya Terima Warna
Selai Jambu Biji-yang Ditambah Gum Arab ...... 49
Hasil Uji Friedman terhadap Daya Terima Aroma Selai Jambu Biji yang
Ditambah Gum Arab ...
Hasil Uji Friedman terhadap Daye Terima Tekstur Selai Jambu Biji yang
Ditambah Gum Arab . 49
Hasil Uji Lanjut Perbandingan Berganda terhadap Daya Terima Tekstur
Selai Jambu Biji yang Ditambah Gum Arab ........ 50
riedman terhadap Daya Terima Kemudahan Dioleskan Selai
Jambu Biji yang Ditambah Gum Arab ......... 50
Hasil Uji Lanjut Perbandingan ergonda terhadap Daya Terima
Kemudahan Dioleskan Selai Jambu Biji yang Ditambah Gum Arab 50
Hasil Uji Friedman terhadap Daya Terima Rasa Selai Jambu Bi yang
Ditambah Gum Arab . .
Hasil Uji Lanjut Perbandingan Berganda inp Daya Terima Rasa
Sela Jambu Bij yang Ditambeh Gum Arab.
Kasil Uj S: mn Pengarsh Penambahan Gum Arab teshadap K Kadar
Air Selai Jar bu biji
Hasil Uji Lanjut Duncan Penh Penambahan Gum Arab tata
Kadar Air Selai Jambu bij ..
Hasil Uji Sidik Ragam Pengeruh Penambahan Gum Arab way ae
Selai Jambu biji
Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap pH
Selai Jambu biji ........
Hasil Uji Lanjut Duncan Pengaruh Pe Penambahan Gum Arab teshaep pH
Selai Jambu biji .
Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab snip Total
Asam Selai Jambu biji .
50
31
we SD
SL
. 52
$2
52PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kemajuan teknologi berdampak pada peningkatan kualitas _hidup
masyarakat termasuk pola konsumsi pangan. Pola konsumsi pangan masyarakat
cenderung beralih ke pola makan tinggi lemak, energi, kholesterol dan rendah serat.
Pada tahun 1940-an, Burkitt dan Trowell yang diungkapkan oleh Almatsier (2001)
menghubungkan rendahnya konsumsi serai makanan pada masyarakat Eropa dengan
penyakit peradaban seperti konstipasi, apendisitis, divertikulitis, hemoroid, diabetes
mellitus, kanker kolon, penyakit jantung koroner, dan batu ginjal serta berbagai
penyakit gastrointestinal.
Serat makanan merupakan begian dari makanan yang terdapat dalam
dinding sel tanaman yang sukar dicerna oleh enzim pencernaan. Serat makanan dapat
diperoleh dari buah-buahan dan sayuran dengan kandungan dan komposisi yang
berbeda-beda. Salah satu buah yang kaya akan kandungan serat makanan yaitu jambu
biji. Kandungan serat dari jambu biji sekitar 5,6 g, sedangkan beberepa buak: lainnya
seperti alpukat, sirsak, nangka dan pisang memiliki kandungan serat_ makanan
berturut-turut 1,4 g! 2g: 0,9 g; dan 0,6g (Wirakusumah, 1996).
Selain dari buah dan sayuran, serat makanan juga dapat diperoleh dari
pangan ‘olahan yang diperkaya serat makanan. Pengkayaan serat makanan dapat
dilakukan melalui-dua cara, yaitu pangan sumber serat makanan ditambahkan dalam
bentuk aslinya serta-menambahkan serat makanan sebagai hasil ekstraksi. Akan
tetapi, penelitian tentang penambahan serat makanan hasil ekstraksi pada suatu
produk pangan masih jarang dilakukan. Kebanyakan serat makanan seperti pektin,
gum dan alginat digunakan sebagai bahan tamibahan makanan untuk memperbaiki
sifat fungsional suatu produk pangan. Berdasarkan hal diatas, pemanfaatan serat
makanan hasil ekstraksi pada suatu produk perlu diteliti lebih lanjut. Jenis serat yang
akan dicoba yaitu gum arab komersial.
Gum arab tergolong kedalam kelompok serat makanan yang larut dalam air.
Imeson (1992) mengungkapkan kadar serat gum arab sekitar 94%. Disamping sebagai2
sumber setat, gum arab tergolong bidrokoloid ysag bara mencapai kekentulan pada
honsentrasi 10-50%
honsentrasi 165% (Vardi, 1989). Renduhiaya tingkat kekentalan ini dapat di
danykan hidrokoloid tainnya dapat mencapai kekentalan pada
inanfiathan untuk menambahkan gum arab dengan konsentrasi yang tinggi pada
produk tersebut, seingga kandungan serat makanan dari produk yang ditambah gum
arab ini akan meningkat
Berdasark.n hal diatas, maka perlu dicoba dilakukan _ penefitian
penambahan gum arab komersial sebagai sumber serat makanan pada sclai jambu
biji, Selai_ merupakan produk komplementer dengan roti. Imeson (1992)
memperkirakan permintaan roti akan meningkat setiap tahunnya. Peningkatan
permintaan terhadap roti diperkirakan akan meningkatkan permintaan terhadap selai.
Berhubungan dengan sifat hidrokoloid dari gum arab, maka dalam penelitian ini
penggunaan gula pasir (sukrosa) akan dikurangi dan sebagai pemanis digunakan
aspartam dengan tingkat kemanisan sekitar 180-220 kali daripada sukrosa (Nabors &
Geraldi, 1986). Pengurangan bahan pengental seperti gula dengan serat yang bersifat
larut, selain meningkatkan kadar serat produk akhir juga dapat menurunkan
kandungan energi dari produk tersebut (Andon, 1987 dalam Umar, 1997).
Penambahan gum arab sebagai sumber serat makanan dan aspartam sebagai pemanis
pada selai jambu biji diharapkan dapat menghasilkan selai dengan kandungan serat
makanan yang tinggi dan rendah energi
Tujuan
Tyjuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mempelajari pembuatan selai jambu
tinggi serat dengan penambahan gum arab komersial.
Tujuan Khusus
Tujuan kuusus vari penelitian ini adalah
1. Mempelajari pengaruh taraf penambahan gum arab terhadap daya terima selai
jambu biji3
2. Mempelajari pengaruh penambahan gum arab terhadap sifat fisik (viskositas)
dan kimia (kadar air, aw , pH, total sam, vitamin C, total gula, serat makanan,
kadar abu dan total energi) selai jambu biji
3. Menentukan formula selai jambu biji tinggi serat makanan yang paling baik
‘Kegunagn Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu altematif produk
pangan dengan kandungan serat makanan yarig tinggi. Selain itu diharapkan produk
ini dapat digunakan sebagai diet bagi orang yang ingin mempertahankan dan
menurunkan berat badanBotani dan Morfologi
Jambu bij (Psidium guajava L) termasuk dalam famili Myriaceae
merupaken buah yang cukup dikenal masyarakat Indonesia, Padahal sebenamye
tanaman ini berasal dari Amerika bagian tropik terutama Meksiko dan Amerika
Serikat. Di. Indonesia, tanaman ini memiliki nama-nama daerah seperti gawaya
(Ternate), jambu klutuk (Jawa Tengah & Jeiwa Timur), jambu batu (Jawa Barat),
gliwa breueh (Aceh) dan sotong (Bali) (Rismunandar, 1986).
Tanaman jambu biji dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran
tinggi lebih dari 1000 m dpl dengan curah hujan antara 1000-2000 mm pertahun,
suhu optimum 23°-28°C dan pH tanah 4,5-7,5. sehingga orang Belanda menyebutnya
onkruid vergaat,nier yang berarti gulma tidak akan luluh (Sunarjono, 1987). Jambu
biji memiliki batang yang cukup kokoh dengan ketinggian mencapai 5-10 meter.
Baas pokOK jetuvw by! ini tidak ada yang lurus, warnanya coklat muda sampai
putih abu-abu dan mudah terkupas berganti kulit baru seirama dengan gejolak
membesarnya batang, Permukaan batang dan cabang cukup licin dan bersih dengan
sifat kayu yang halus, list dan tidak mudah patah (Rismunandar, 1986).
Bentuk buah jambu biji dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bulat dan
lonjong, Diantara kedua bentuk itu ada pula yang bentuknya agak bulat dan bagian
dekat tangkai buahnya agak meruncing, Ukuran buah ditentukan oleh banyak faictor,
diantaranya sifat astinya, umur pohon, keadaan kesuburan tanah, dan kandungan air
tanah pada waktu jambu biji berbuah (Rismunandar, 1986), Pada waktu masih muda,
buah jambu biji sangat keras, tetapi setelah matang buah tersebut menjadi lunak dan
menimbulkan aroma yang spesifik dengan rasa yang manis (Sunarjono, 1987)
Menorut Tohir (1981), jambu biji dibagi menjadi tiga jenis, yaitu jambu biji biasa
dengan daging buah berwarna merah, berbiji banyak dan rasanya enak; jambu sukun
dengan buah yang besar, rasanya hambar dan tidak berbiji, dan jambu susu yang
bercirikan buah tidak berbiji banyak, tetapi rasa buahnya tidak seenak rasa jambu biji
biasa.Potensi dan Manfaat Jambu Biji
Jambu biji dapat tumbuh diseluruh wilayah pelosok tanah air dan cukup
dikenal dikalangan masyarakat, Menurut BPS (1996) produksi jambu biji pada tahun
1995 mencapai 1.570.362 kuintal untuk wilayah Jawa dan mencapai 84.366.000
kuintal untuk wilayah di luar Jawa.
Jambu biji dikenal sebagai buah yang tinggi kandungan vitamin C dan
vitamin A-nya, schingge-dengan mengkonsumsi satu buah jambu biji dianggep dapat
mencukupi kebutuhan kedua vitamin tersebut (Rismunandar, 1986). Disamping
kedua jenis vitamin tersebut, ada kandungan zat lain yang bermanfaat dan dapat
dikembangkan dari jvmbu biji yaitu serat, Kandungan energi, zat gizi dan serat dari
jambu biji disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Energi, Zat Gizi dan Serat dari Jambu Biji dalam 100 g Bdd
Energi (Kal) 49,00 |
Protein (gram) 0.90
Lemak (gram) 0,30
Karbohidrat (gram) 12,20
Vitamin A (Re) 4.00
Vitamin By (mg) 0,02
Vitamin C (mg) 87,00
Kalsium (mg) 14,00
Fosfor (mg) 28,00
Besi (mg) 1,10
Serat_(gram) 5,60 *
‘Sumber : Depkes RU (1991)
*) Wirakusumah (1996)
Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, jambu biji telah banyak
dimanfaatkan masyarakat dalam bentuk olahan. Jenis makanan dan minuman yang
dibuat dari jambu biji diantaranya selai, nektar, setup, kembaiig gula dan juice/sari
buah (Rismunandar, 1986),
Secat Makan:
Pengertian Serat Makanan
‘Ada dua jeais serat yang biasa digunakan dalam analisis proksimat, yaitu
serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (diztary fiber). Serat kasar yaitu bagiandari makanan yang tersisa atau tidak dapat dihidrolisis oleh NaOH 1,25% dan HaSO,
1,25% (Muchtadi, 1989). Sementara menurut Robert dan Somer (1990) dalam
Anonymous (1993) sérat kasar adalah serat yang secara laboratorium dapat menahan
asam dan basa serta sebagian besar terdiri dari selulosa dan tidak rmudah larut
Sedangkan serat makanan merupakan salah satu jenis polisakarida yang
sering disebut kerbohidrat komplek, Karbohidrat komplek ini dibentuk dari beberapa
gugusan gula sederhana’ yang bergabung menjadi satu membentuk rantai kimia yang
panjang sehingga sangat sukar dicema oleh enzim pencernaan (Tongmee, 1976 dalam
Wirakusumah 1995). Winarno (1997) menyatakan bahwa serat makanan merupakan
Komponen dari jeringan tanaman yang tahan terhadap proses hidrolisis oleh enzim
dalam lambung dan usus kecil. Di dalam usus, keberadaan serat makanan dalam
jumlah yang tidak beriebihan berpengaruh positif terhadap proses di dalam saluran
pencernaan dan metabolisme zat-zat gizi (Sulistijani, 2000)
‘Sumber Serat Makanan
Serat makanan dapat berasai dari bahan alami dan belum mengalami proses
pengolahan seperti bekatul; hasil isolasi seperti selulosa dan beberapa gum; hasil
modifikasi seperti: Carboxy Meity! Cellulose; atau bahan yang bukan berasal dari
tanaman seperti xylay dan polidekiros (Gordon, 1989 dalam Sofia, 1998). Menurut
Winamo (1997), serat makanan banyak berasal dari dinding sel berbagai sayuran dan
buah. Dinding sel mengandung 35 % serat tidak larut, 75% lignin, 3% protein dan
2% abu (Wirakusumah, 1995), Berdasarkan kelarutannya, Harianto (1996)
mengungkapkan serat yang larut terkandung dalam bueh-buahan, sedangkan serat
yang tidak farut terkandung dalam kulit biji-bijian, seperti kulit ari gandum, dan
bekatul oat. :
Konsumsi Serat Makan:
Menurut Mayer dan Goldberg (1990) dalam Sulistijani (2090) orang
dewasa schat dianjurkan untuk mengkonsumsi serat makanan paling sedikit 10-13
9/1000 Kal. Konsumsi serat makanan yang dianjurkan untuk pria dewasa sebanyak
27-35 gfhasi (rata-rata konsumsi energi 2700 KaV/ari) dan untuk wanita dewasa
sebanyak 21-27 g/hari (rata-rata konsumsi energi 2100 KaVhari).Meskipun bermantiat bagi tubuh, konsumsi serat_makanan yang terlalu
finuei dapat menimbulkan masalah bagi tubuh, Kelebihan volume serat_makanan
jani, 2000). tebih
ji serat_makanan yang terlale
dapat mengurungi absorpsi mineral zoo, best dan kalsium (Sul
lanjut’ Wirakusumah (1994) menambahkaa kensun
banyak dapat menghalangi absorpsi vitamin By, A, D, Li dan K karena adanya pektin.
Peranan Serat Makanan
Peranan serat makanan tidak kalah penting dibandingkan dengan komponen
esensial lainnya, Prosky dan DeVries (1992) mengungkapkan manfaat serat makanan
berdasurkan sifat keluutannya. Serat makanan yang larut efektif dalam menurunkan
penyakit hiperfipidemia, Sedangkan serat makanan yang tidak farut efektif dalam
mencegah gangguan sistem pencernaan seperti konstipasi. Manfaat lain dari serat
makanan yaitu mengurangi gejala sembelit dan diare, mencegah wasir dan kanker
usus, mengontrol lemak darah, serta mengetur insulin dan gula darah (Harianto,
1996)
Peranan serat makanan larut dalam menurunkan kadar kholesterol darah
telah dibuktikan secara Klinis pada pasien sukarelawan dan tikus percobaan. Didalam
usus halus, serat_makanan lerut akan membentuk gel yang mengikat lemak,
kolesterol, dan asam empedu. Akibatnya asam empedu didalam hati berkurang
Untuk memproduksi asam empedu yang hilang, hati akan menarik kolesterol dari
darah sehingga kadar kolesterol darah menurun (Karyadi, 2002), Sulistiyani (2000)
menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian National Heart Lung and Blood
Institute di Bethesda, Maryland, Amerika menunjukkan bahwa setiap penurunan 1%
olesterol dalam darah akan menurunkan resiko serangan jantung sebesar 2%
Adanya pengungkapan manfaat serat makanan bagi kesebatan tubuh, telah
menjadikan produk ini banyak dimanfaatkan sebagai pencampur berbagai jenis
makanan dan minuman. Dalam penggunaannya, serat makanan tidak larut digunakan
dalam makanan padat dan produk panggangan, sedangkan serat makanan larut
digunakan untuk makanan cair seperti sup, puding, minuman dan minuman diit
Penggunaan serat Jarut dalam minuman diit berperan untuk menggantikan fungsi gulaaia
Selai adalah makanan semi padat atau makanan kental yang dibuat dari
campuran tidak kurang dari 45 bagian berat buah-buahan dan 5S bagian berat gula.
Campuran ini kemudian dipekatkan sampai hasil akhir mempunyai kadar gula
(soluble solid) tinggi (Anwar, Sulaeman, & Kustlyah 1998). Sedangkan SNI 01-3746-
1995 mendefinisikan selai buah sebagai produk makanan semi basah, dibuat dari
pengolahan bubur buah-buahan, gula dengan atau tanpa penambahan bahar tambahan
makanan (BTM) yang diizinkan dengan padatan terlarut minimal 65% (b/b), Adapun
syarat moutu selai disajikan pada Tabel 2
Tabel 2, Syarat Mutu Selai (SH, 1978 dalam Tuah, 1991
i a
- Kadar Air % ‘Maks 35
- Kadar Gula % Min 55 (84,62% bk)
- Padatan tak terlarut % Min 0,5
- Serat - + (sesuai bahan)
~ Asam benzoat mg/Kg Maks 50
Asam asetat ~ -
; - Logam veroanaya - -
{+ Rasa dan pau - Normal
Menurat Muchtadi (1989) proses pembuatan selai terdiri dari tiga tahap
yaitu persiapan bahan, pemasakan, pengisian dan pasteurisasi. Pada tahap persiapan,
pemilihan tingkat kematangan buah akan menentukan hasil akhir. Buah yang
setengah matang akan memberikan rasa asim dan pektin yang cukup, sedangkan
bush yang matang penuh akan memberikan flavor yang baik.
Pada tahap pemasakan, air yang ditambahkan harus divapkan selama
pengentalan, Cruess (1984) dalam Kurniaseri (1997) menyarankan wakiu pemasakan
selai dari awal sampai pengemasan adalah sekitar 25 menit. Pemasakan yang
berlebihan akan menyebabkan selai menjadi keras dan kental, sedangkan pemasakan
yang kurang akan menghasilkan selai yang encer. Disamping hal diatas, kerusakan
yang sering terjadi pada’selai yaitu terjadinya kristalisasi yang disebabkan bahan yangterlarut (erlalu banyak, gel besar dan kaku akibat kadar gula yang rendah atau pektin
yang tidak cukup, get kurang padat dan menyerupai sirup karena kadar gula yang
Linggi dan tidak seimbang dengan kandungan pektin, dau sineresis (Buckle, Edwards,
Fleet, & Wootton, 1987),
_ Tahap pengisian adalah tahap pada saat sclai dimasukkan ke dalam wadah
gelas. Selai yang dihasitkan biasanya mengandung gula dalam kadar yang cukup
sebagai pengawet untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pemanasan
setelah pengisian ke dalam wadah akan menyebabkan perubahan warna dan aroma
yang tidak dikehendaki (Woodroof & Luh, 1976).
. Bahan Penyusun Selai
Gum Arab
Gum termasuk polisakarida non-struktural yang bukan merupakan
penyusun dinding sel tanaman, Dari berbagai macam gum, gum eksudat merupakan
jenis gum yang terbaik, Gum ini dibentuk sebagai respon untuk perlindungan diri
terhadap keadaan yang dapat merusak tanaman dan membatasi kehilangan air
(Johnson & Southgate, 1994).
Gum arab ditemukan di alam umumnya berupa suatu campuran garam
kalsium, magnesium dan kalium dari asam polisakridat (asam arabat). Jika
terhidrolisis, gum arab akan menghasilkan lima jenis gula, yaitu D-galakiosa, L-
arabindsa (dalam bentuk piranosa dan furanosa), L-ramnosa, D-asam glukoronat dan
metil asam glukuronat (Groff & Gropper, 1999).
Gum arab mudah larut dalam air dan sifetnya unik jika dibardingkan
dengan gum lain, Gum arab dapat membentuk larutan dengan kekentalan yang rendah
sehingga dapat membentuk larutan dengan konsentrasi sampai 50% (BeMiller &
Whistler, 1996), Sedangkan gum lain akan membentuk larutan yang sangat kental
pada konsentrasi yang rendah (1-5%) dan gum arab bara mencapai kekentalan
maksimum pada konsentrasi 40-50%. Rendahnya sifat kekentalan ini berhubungan
dengan sift molekul globular yang bercabang banyak dan komplek dari gum arab
(Fardiaz, 1989),10
Pada umumnya gum arab akan mencapai kekentalan maksimum pada pH
4,5 — 5,5, Pada pH kurang dari 4,5 dan lebih dari 5,5 menyebabkan kekentalannya
rendah. Adanya elektrolit dalam larutan gum arab juga mengakibatkan turunnya
kekentalan, meskipun dalam larutan yang sangat encer, penurunan kekentalan ini
lebih nyata pada larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Kemampuannya untuk
membentuk larutan pekat tersebut menyebabkan gum arab merupakan pemantap dan
pengemulsi yang sangat baik jika dicampurkan dengan sejumlah besar bahan-bahan
yang tidak larut { Fardiaz, 1989).
Aspariam .
Aspartam ditemukan secara kebetulan pada tahun 1965 oleh G.D. Searle
bersama asistennya James Schlatter. Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida
yaitu L-fenil-alanin-metil ester yang mempunyai daya kemanisan kurang lebih dua
ratus kali kemanisan sakarosa (Almatsier, 2001), Nabors dan Geraldi (1986)
menyebutkan beberapa alasan yang membuat Searle memilh aspartam sebagai
pemanis sintetis yaitu : 1) analog yang dibuat ini lebih ekonomis, 2) potensi
penggunaan pemianis aspartam lebih memuaskan dengan rasa yang prima,
3) komponen aspartam (L-fenilalanin dan metil ester) merupakan komponen alamiah
yang terdapat dalam makanan sehingga akan dimetabolisme secara alamiah pula.
Sifat Fisik dan Kimia, Dilihat dari sifat fisiknya, aspartam adalah senyawa
yang beraroma, berbentuk bubuk kristal putih bersih, mempunyai rasa manis mirip
gula, jarut dalam air dan sebagian (0,4 %) larut dalam alkohol serta tidak larut dalam
lemak dan minyak (Grenby, 1989). Aspartam tergolong dipeptida (BM = 294) yang
memiliki sifat amfoter dengan ikatan yang stabil pada pH 3,1 dan 7,9 pada suhu 25°C
dengan titik isoelektriknya adalah 5,2 (Mazur & Ripper, 1979).
Kestabilan aspartam kering akan berubah jika dipanaskan pada suhu yang
sangat tinggi. Dalam produk yang dibakar, digoreng atau produk yang menggunakan
suhy tinggi, aspartam akan terhidrolisis menjadi diketopiperazine (DKP) atau menjadi
asam amino penyusunnya (Nabors & Geraldi, 1986). Hal ini menyebabkan
diperlukanaya kehati-hatian dalam menggunakan aspartam pada proses pemanasan
yang tinggi, misalnya dalam produk HTST (High Temperature Short Time) (Grenby,MI
1989). Pada pH 4,3 kestabilan aspartam mencapai maksimum (Mazur & Ripper,
1979),
Aspartam merupakan sumber pemanis baru dengan tingkat kemanisan
mencapai 160 — 220 kali sukrosa (Nabors & Geraldi, 1986), tidak menimbulkan rasa
pahit dan after taste vane tidak enak serta dapat dimanfaatkan dalam berbagai jenis
makanan dan minum.n (Lindsay, 1985). Penggunaan aspartam dalam makanan atau
minuman hanya. berfungsi sebagai pemanis dan tidak mempengaruhi sifat fisik/tekstur
dari makanan tersebut (Nabors & Geraldi, 1986). Homler dan Shazer (1987)
mengatakan bahwa penggunaan aspartam sebagai pengganti gula dalam makanan dan
minuman dapat menurunkan kalori sebesar 95%
Keamanan. Pada percobaan dengan menggunakan tikus, hamster, anjiny
dan era diperoleh data bahwa tidak ada indikasi keracunan ataupun sifat
karsinogenik yang ditimbulkan oleh aspartam (Nabors & Geraldi, 1986). Secara
fisiologis tidaklah mungkin aspartam bersifat karsinogenik karena aspartam tidak
memasuki aliran darah. Aspartam merupakan metil ester dari suatu dipeptida turunan
dari asam amino yang mengandung asam aspartat dan fenilalanin yang mudah dicema
menjadi sejumlah kecil komponen asam amino dan metanol. Tubuh akan mencerna
asam amino tersebut seperti halnya asam- amino yang berasal dari makanan,
sedangkan metanol diubah menjadi air dan CO; (De Man, 1985). Berdasarkan
penelitian Sukardji (1996) aspartam aman digunakan oleh orang dewasa sehat, anak-
anak dan remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta pasien diabetes melitus.
FDA mengeluarkan rekomendasi batas aman penggunaan aspartam sebesar
50 mg/kg berat badan. Frey (1976) dalam Nabors dan Geraldi (1986) menyatakan
bahwa penggunaan aspartam yang aman untuk dikonsumsi manusia sebanyak 1,8
g/hari. Sedangkan penggunaan aspartam dalam suatu produk berkisar antara 0,05-
0.1% (Homler & Shazer, 1987). Namun demikian FDA memberi peringatan bagi
individu yang menderita penyakit genetis PKU (Phenyl Keton Urea). Hal ini
disebabkan phenil alanin hasil hidrolisis dari aspartam tidak mampu dimetabolisme
oleh penderita PKU, sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak dengan akibat
cacat mental (Winarno & Rahayu, 1994).Gula
Gula adalah suatu istilah umum yang sering digunakan sebagai pemanis,
tetapi dalam industri pangan biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa yang
diperoleh dari bit atau tebu (Buckle et al., 1987), Sedangkan menurut Winamo (1997)
sukrosa adalah oligosakarida, polimer dengan derajet polimerisasi 2-10 dan biasanya
bersifat larut dalam air yang terdiri dari dua molekul yaitu glukosa dan fruktosa
Meskipun rasa manis adalah ciri gula yang paling banyak dikenal, namun
penggunaaan gula yang luas dalam industri pangan tergantung pada sifat-sifat lain
(Buckle et al., 1987), Gula digunakan sebagai pengawet pada makanan terutama pada
makanan jadi seperti selai, jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buahan dan
manisan buah (Muchtadi, 1997) :
Gula memberikan flavor dan wama melalui reaksi browning secara non-
enzimatis pada berbagai jenis makanan (Penfield & Campbell, 1990 dalam Budiayy,
2002), Reaksi antara gula pereduksi dan gugus amina primer disebut reaksi Maillard
yang menghasilkan warna coklat, Warna tersebut kadang-kadang diinginkan atau
merupakan tanda penurunan mutu (Winarno, 1997).
Asam Sitrat
Asam sitrat. dengan rumus kimia CeHyOx merupakan asam trikarboksilat
yang mempunyai rasa asam yang menyenangkan dan ditemukan dalam verbagai
makanan yang berfungsi sebagai pemberi rasa asam, mencegah kristalisasi gula serta
penjernih gel yang dihasilkan (Alikonis, 1979 dalam Nopriantini, 1999)
Penggunaan asam sitrat dalam industri pangen berperan sebagai asidulan
(zat pengasam). Asidulan tidak hanya berfungsi sebagai pemberi rasa asam, tetapi
berperan juga sebagai penegas rasa dan warna atau menyelubungi after taste yang
tidak disukai, mencegah ketengikan dan browning (Winarno, 1997)
Menurut Buckle ¢/ af (1987) asam sitrat mempunyai kemampuan untuk
menghambat beberapa jenis mikroorganisme. Asam mempunyai dua pengaruh yang
bercorak anti mikroba. Pertama, karen pengaruhnya terhadap pH dan kedua, sifat
meracun yang khas dari asam-asam yang tidak terurai.BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April hingga Jum 2002, bertempat
di Laboratorium Pengolahan Pangan dan Laboratorium Kimia Gizi, Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Laboratorium Pengolahan Pangan Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi
Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Departemen Pertanian,
Institut Pertanian Bogor serta Laboratorium Balai
Bogor,
Bahan can Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jambu biji (Psidium
‘guajava) yang diperoleh dati Pasar Anyar Bogor, gum arab, asam sitrat, CaCO; dari
toko Setia Guna; gula pasir dari Al-amin; dan aspartam dari PT Bina Karya Prima,
Jakarta. Sedangkan bahan yang digunakan untuk analisis kimia yaitu Larutan Luff,
tio, Pb Asetat, NaGH, HCl, larutan dye, aquades, kertas saring Hulls dan Whatman
41, enzim termamyl, pepsin dan pankreatin,
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah panci, gelas ukur,
termometer, pengaduk dan pisau. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk analisis
kimia yaitu cawan porselen, pipet mobr, gelas piala, buret, viskometer, oven, tanur
dan Bomb Kalorimeter.
Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan
penelitian lanjutan =
Penelitian Pendahuluan
Pada perelitian pendahuluan dilakukan analisis kandungan kimia jambu biji
dan penentuan taraf penambahan gum arab: yang akan digunakan dalam pembuatan
selai jambu biji tinggi serat serta uji kesukaan untuk mengetahui daya terima seiai
yang dihasilkan. Pembuatan selai jambu biji tinggi serat dilakukan dengan
memodifikasi metode Kurniasari (1997), Modifikasi yang dilakukan meliputi| Gum arab | Jambu Biji |
Son :
Dilarutkan dalam air panas Dibersihican dan dicuci
Dipotong kecil-kecil
Diblender
Dipanaskan (t = 20 menit)
Ditambah gula, CaCOs dan aspartam
Gambar 1. Pembuatan Selai Jambu Biji Tinggi Serat
(Modifikasi Kurniasari, 1997)
Gum arab merupakan hidrokoloid yang memiliki keunikan dibandingkan
dengan hidrokoloid lainnya. Menurut Fardiaz (1989) gum arab mei tingkat
kelanutan yang sangat tinggi dalam air dan baru membentuk kekentalan pada
konsentrasi 40-50%, sedangkan gum lain dapat membentuk kekentalan pada
konsentrasi 1-5%. Disamping itu, berdasarkan hasil penelitian Harlinawati (2002)
gum arab komersial memiliki kandungan serat makanan yang cukup tinggi yaitu
sekitar 81,58%, sedangkan pektin komersial memiliki kandungan serat_makanan
sebesar 45,52%.Is
Penentuan tral penambahan gum arab dilakukan berdasarkan ketentuan
Klaim produk pangin pada label, Berdasarkan ketentuan tersebut, produk dongs
1 tinggi serat makanan harus mengandung.‘seral makanan minimal 4 g
(Nutrition Labelling of Singapura, 1999). Ketentuan ini digunakan untuk penentuan
r saji
batas minimal’ penambahan gum arab, Sedangkan penentuan batas maksimal
penggunaan gum arab dilakukan secara trial and error dengan tetap memperhatikan
syarat sclai bahwa kandungan buh tidak kurang dari 45 bagian dari total bahan
(Anwar ef af, 1998).
Selai jambu biji tinggi serat yang dihasilkan tersebut diuji daya terimanya
dengan uji kesukean (hedonik). Penilaian dilakukan dengan menggunakan skor 1
ngat tidak suka (1), tidak suka (2), biasa (3), suka (4) dan
sangat suka (5). Paameter yang di
dioleskan dan rasa, Lembar uji kesukaan disajikan pada Lampiran 1, Panelis yang
digunakan adalah panelis agak terlatih dengan jumlah 30 orang. Dari hasil uji
sarcv § deng-” kes
lai meliputi warna, aroma, tekstur, kemudahan
kesukaan ini, akan dipilih tiga produk terbaik berdasarkan nilai modus dan persentase
Penerimaan yang akan dilanjutkan dalam penelitian lanjutan
Penelitian Lanjutan
Penelitian lanjutan bertujuan untuk mempelajari sifat kimia dan sik selai
jambu biji yang terpilih berdasarkan uji kesukaan. Sifat ximia yang diamati meliputi
penentuan kadar air metode oven vakum, vitamin C metode sitrimetri, serat makanan
metode enzimatis, total gula metode /uff schoor! dan kadar abu metode pengabuan
ering (Sulaeman, Anwar, Rimbawan, & Marliyati, 1995); ay dan total energi dengan
alat_omb kalorimeter (AOAC, 1984), pH {Apriyantono, Fardiaz, Puspitasari,
Sedarnawati, & Budiyanto, 1986); dan total asam tertitrasi (Sulaeman & Mudjajanto,
1991). Sedangkan sifat fisik yang diamati yaitu kekentalan atau viskositas dengan alat
viskosimeter (Smit & Bryan, 1967 dalam Siregar, 1996). Prosedur analisis sifat kimia
dan fisik disajikan pada Lampiran 2.Rancangan Percobaan
Unit percobaan yang diamati adalah selai jambu bij, Perlakuan yang
diberikan pada unit percobaan yaitu jumlah gum arab yang ditambahkan. Perlakuan
tersebut terdiri atas tiga taraf yaitu 55,6g, 111,2g dan 166,7g. Peubah yang diamati
yaitu sifat kimia dan fisik dari selai jambu biji. Rancangan percobaan yang digunakan
pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali ulangan.
Model matematika yang digunakan (Sudjana, 195) adalah
Yyon t+ at
Keterangan :
Yy = Nilai pengamatan respon karena pengaruh taraf ke-i penambahan gum arab
pada ulangan ke-j
= Nilai rata-rata pengamatan
A, = Pengarub tingkat penambahan gum arab pada taraf ke-i
i = Kesalahan’ penelitian karena pengaruh taraf kei dari penambahan cum arab
pada ulangan keyj
i = Banyaknya taraf penambahan gum arab (i= 55,6 g, 111.2 g, 166,7 9)
j= Banyaknya ulangan {j= 2)
Pe n. Dar
Data hasil uji organoleptik dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai
modus dan persentase penerimaan panelis- dari masing-masing taraf perlakuan.
Persentase penerimean dihitung dengan menjumlahkan persentase panelis yang
memberikan kriteria biasa (3), suka (4), dan sangat suka (5). Selain itu, data tersebut
juga dianalisis dengan uji statistik Non-Parametrik Friedman yang berguna untuk
mengetahui pengaruh perlakuan penambahan gum arab terhadap daya terima. Jika
hasil uji Friedman terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan maka dilakukan
Uji lanjut Multiple Comparison Test (Damayanthi, Marliyati, Syarief & Sukandar,
1997).7
Data hasit analisis sifat kimia dan sifat fisik selai dianalisis secara statistik
dengan menggunakan analisis sidik ragam. Jika hasil analisis_ menunjukkan
perbedaan yang nyata, maka dilakukan uji lanjut Duncan (Sudjana, 1995).Penelitian Pendahyluan
Komposisi Kimia Jambu Biji .
Jambu biji yang digunakan dalam pembuatan selai memiliki ciri-ciri sebagai
berikut mengkel, daging buah berwarna putih, kulit buah berwama hijau muda, dan
teksturnya tidak lembek, Menurut Damayanthi ef al (1997) tingkat kematangan buah
menentukan kandungan pektin dan asam yang memegang peranan penting dalam
pembuatan selai. Buah yang masih muda mengandung protopektin yang tidak larut
dalam air dan tidak mempunyai kemampuan membentuk gel, sedangkan buah yang
terlalu matang banyak mengandung asam pektat yang tidak mempunyai kemampuan
membentuk gel (Winarno, 1997).
Jambu biji yang akan digunakan dalam pembuatan selai dianalisis untuk
mengetahui komposisi kimia yang berkaitan dengan pembuatan selai, Hasil analisis
teidnoap KOMpoviss luda juitbu Oiji dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Kimia Jambu Biji
Kadar Air (%) 84,70
Vitamin C (mg/100 g) : 85,14
pH 4/30
Total Asam (ml NaOH 0,1 N/100 g) 4781
Total Gula (%) 4.76
Serat Makanan.(%) 5,80
Kadar air jambu biji sekitar 84,70%. Berdasarkan kadar air yang
dikandungnya, maka jambu tergolong buah dengan kandungan air yang tinggi.
Menurut Makfoeld (1982) suatu buah mempunyai kandungan air yang tinggi jika
buah tersebut memiliki kadar air lebih dari 80%. Disamping itu, jambu biji tergolong
buah dengan derajat keasaman yang tinggi. Winarno, Fardiaz dan Fardiaz (1980)
mengemukakan buah dengan pH diatas 4,5 tergolong buah berasam rendah (pH
tinggi).Penambahan batas minimal gum arab dalam pembuatan selai tinggi serat
berpedoman pada klaim tinggi serat makanan pada label pangan yeitu 4g serat
makanan per saji. Dalam penelitian ini diasumsikan persaji sekitar 20g selai. Gum
arab yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan total serat makanan
sebesar 81,58% dengan komposisi serat makanan larut sebesar 80,51% dan serat
makanan tidak larut 1,07% (Harlinawati, 2002). Serat makanan dalam selai ini
berasal dari jambu biji sekitar 1g per saji dan gum arab sebesar 3g per saji. Untuk
memperoleh serat makanan dari gum arab sebesar 3g per saji dibutuhkan gum arab
sebesar 3,67g per saji, sehingga dalam satu formula (300g) jumlah gum arab yang
ditambahkan minimal 55,6g, Gum arab yang digunakan disajikan pada Gambar 2
Gambar 2. Gum Arab Komersial yang digunakan
Gum arab dapat membentuk Jarutan dengan kekentalan yang rendah
sehingga dapat membentuk larutan sampai konsentrasi 50% (BeMiller & Whistler,
1996), Berdasarkan metode trial and error, jumlah gum arab maksimal yang dapat
ditambahkan sebanyak 277,8g per formula (300g). Pertimbangan penentuan batas
maksimal tersebut adalah selai mengandung buah-buahan minimal 45 bagian dati
total bahan dan tidak adanya produk gosong selama pemasakan. Lamanya waktu
pemasakan selai pada penambahan gum arab maksimal sama dengan waktu
pema:
kan selai pada penambahan gum arab minimal yaitu sekitat 20 menit, Waktu
pemasakan sclai ditentukan melalui pengujian secara spoon test, Pengujian secara20
spoon test yaitu selai tidak segera tumpah jika sendok yang berisi selai dimiringkan.
Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan selai jambu biji tinggi serat
disajikan pada Tabel 4
Tabel 4. Komposisi Bahan dalam Pembuatan Selai Jambu Biji Tinggi Serat
Jambu Biji 268,35, 268,35 268,35 268,35 268,35
Gula Pasir 30,00 30,00 30,00 30,00 30,00
Aspartam 0,30 0,30 0,30 0,30 0,30
CaCO; 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90
Asam Sitrat 0,45 0,45 0,45 0,45 0.45
Gum Arab 55,60 111,20 | 166,70 222,20 277,80
Pembuatan Selai Tinggi Serat
Proses pembuatan selai meliputi beberapa tahap. Tahap pertama yaitu
Persiapan bahan. Jambu biji dicuci, dibersihkan dari kotoran, dipotong kecil-kecil dan
dihancurkan dengan blender. Penghancuran buah bertujuan untuk menghasilkan
bubur buah dengan ukuran yang homogen, sehingga serat dari buah dapat digunakan
dals > > sabuat.
Gum arab yang digunakan dilarutkan terlebih dahulu sehingga didapatkan
larutan gum arab. Pelarutan dilakukan menggunakan air panas pada suhu sekitar 95-
100°C selama 5 menit. Tujuan dari pelarutan gum arab yaitu untuk melarutkan gum
arab secara sempurna dan untuk menghindari pembentukan gel yang tidak homogen
Disamping itu, pelarutan hidrokoloid mempunyai keuntungan, yaitu larutan gum arab
dapat ditambahkan setiap saat selama proses pemasakan berlangsung,
Tahap kedua dari pembuatan selai adalah pemasakan atau pengentalan
hancuran buah. Bubur buah yang dihasilkan bersama dengan gula dan asam sitrat
dimasak terlebih dahulu. Menurut Muchtadi (1989) penambahan asam sitrat
disamping untuk mereduksi keasaman (pH) yang optimum bagi pembentukan gel
juga berfungsi untuk, mempertajam atau mempertegas rasa, memperbaiki sifat
dan selai,
membantu ekstraksi pektin dan pigmen dari buah dan sayur, serta menaikkan
koloidal dari makanan yang mengandung pektin, memperbaiki tekstur j
keefektifan benzoat sebagai pengawet. Winarno (1997) mengungkapkan penambahan21
asam sitrat berfungsi sebagai zat asidulan untuk menyelubungi affer taste yang tidak
disukai dan menghambat oksidasi lebih lanjut dari vitamin C akibat proses
pengolahan. Ion Ca dalam bentuk CaCO3 ditambahkan dengan tujuan untuk
menghindari terbentuknya gel yang lebih cepat dari waktu yang ditetapkan (gel
prematur/ pregelasi). Pregelasi perlu dihindari karena dapat menyebabkan sineresis
selama penyimpanan (Cross, 1984 dalam Kurniasari, 1997).
Tahap akhir dari proses pemasakan yaitu penambahan aspartam. Hal ini
dilakukan guna menghindari terjadinya hidrolisis aspartam. Menurut Nabors dan
Geraldi (1986) dalam produk yang dibakar, digoreng atau produk yang menggunakan
suhu tinggi, aspartam akan terhidrolisis menjadi diketopiperazine (DKP) atau menjadi
asam amino penyusunnya. Proses pemasakan selai berlangsung selama 20 menit.
Cruess (1958) dalam Kurniasari (1997) menyarankan waktu pemasakan selai dari
awal sampai pengemasan sekitar 25 menit. Pemasekan yang terlalu lama akan
mereduksi flavor dan aroma serta mengakibatkan selai menjadi keras dan kental,
sedangkan waktu pemasakan yang Kurang akan menghasilkan selai yang encer.
Setelah dimasak, selai dibiarkan dingin dan dimasukkan kedalam botoi yang telah
disterilkan, Sebelum mempertimbangkan zat gizi, dilakukan uji kesukaan untuk
mengetahui daya terima selai yang dihasilkan.
Daya Terima Selai
Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui daya terima selai pada beberapa
taraf penambahan gum arab. Uji kesukaan yang dilakukan meliputi warna, aroma,
tekstur, kemudahan dioleskan dan rasa. Penilaian dilakukan dengan kriteria sangat
tidak suka (1), tidak suka (2), biasa (3), suka (4), dan sangat suka (5). Selai jambu biji
yang dihasilkan disajikan pada Gambar 3
Warna. Penentuan mutu suatu’ bahan pangan pada umumnye sangat
bergantung pada beberapa faktor diantaranya wama, citarasa, tekstur dan nilai
gizinya. Tetapi selain faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil
lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan (Winarno, 1997), Hasil uji
kesukaan terhadap warna selai menunjukkan bahwa persentase penerimaan_panelis22
terhadap warna selai pada berbagai taraf penambahan gum arab adalah berkisar antara
23,3-60,0%. Persentase penerimaan panelis terhadap warna selai disajikan pada
Gambar 4.
Keterangan : Taraf Penambahan Gum Arab (A= 55,68 A= 1il2g
Ay = 166,78 As =222,2g As =277.82)
Gambar 3, Selai Jambu Biji dengan Penambahan Gum Arab
60)
50
40.
7
Persentase Penerimaan (%)
12 168,7 ——222,2 277.8
TaratPenambahan Gum Arab (6)
Gambar 4 ‘Persentase Penerimaan Panelis terhadap Wama Selai Jambu
dengan Penambahan Gum Arab
Penerimaan panelis terhadap warna selai jambu biji cenderung mengalami
peningkatan sampai penambahan gum arab 166,7g yaitu 60% menerima dengen
modus biasa, Namun, penambahan gum arab lebih besar dari 166,7g menyebabkan
penerimaan panelis terhadap warna selai mengalami penurunan kembali yaitu sekitar23
50% dan 43.3% panelis menerima dengan modus tidsk suka pada selai dengan
Penambahan gum arab sebesar 222.2 dan 277,8g. Penurunan tersebut terjadi karena
warna selai coklat sckali dan panclis tidak terbiasa sclai yang berwarna coklat
Modus kesukaan panclis terhadap warna selai jambu biji pada semua taraf
penambahan gum arab disajikan pada Tubel 5
Tabel. 5. Nilai Modus Warna Selai Jambu Biji dengan Penambahan Gum Arab
55.6 2 Tidak suka
112 3 Biasa _]
166.7 3 Biasa
222.2 2 Tidak suka
2778 2 Tidak suka
Hasil uji Friedman menunjukkan bahwa taraf penambahan gum arab berbeda
nyata (ci=0,05) terhadap warna selai (Lampiran 3a). Berdasarkan uji perbandingan
berganda diketahui bahwa wama selai pada taraf penambahan gum arab 166,7g
berbeda nyata dengan taraf penambahan gum arab $5,6g, sedangkan perlakuan taraf
penambahan gum arab lainnya tidak berbeda nyata (Lampiran 3b).
Selai jambu biji yang dihasilkan berwama kuning kecoklatan sampai coklat.
Warna selai ini sangat dipengaruhi oleh wera gum arab yang berwama kuning
kecoklatan, sehingga dengan semakin banyaknya penambahan gum arab, warna selai
semakin coklat. Hal senada diugkapkan oleh Imeson (1992) bahwa gum arab
berwarna kuning kecoklatan sampai coklat,
Aroma. Aroma atau bau makanan banyak menentukan kelezatan bahan
makartan. Aroma lebih banyak berhubungan dengan panca indera pembau. Bau-bauan
baru dapat dikenali bila berbentuk uap dan molekul-molekul komponen bau tersebut
‘menyentuh silia sei olfaktori dan diteruskan ke otak dalam bentuk impuls listrik oleh
ujung-ujung syaraf olfaktori. Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak
merupakan campuran empat bau utama yaitu harum, asam, tengik, dan hangus
(Winamo, 1997). Hasil uji kesukaan terhadap aroma selai menunjukkan bahwa
persentase penerimaan panelis terhadap aroma selai pada berbagai taraf penambahan24
gum arab adalah berkisar antara 40-70%, Persentase penerimaan panelis terhadap
aroma selai disajikan pada Gambar 5.
seu
28 8 & B
an:
4,5).
Data hasil analisis menunjukkan adanya kecenderungan penurunan nilai pH
dengan semakin “besarnya penambahan gum arab. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa taraf penambahan gum arab berpengaruh sangat nyata (a=0,01)
terhadap pH selai jambu biji (Lamipiran 10a). Berdasarkan uji lanjut Duncan, pH selai
05) diantara
jambu biji antar .araf penambahan gum arab berbeda nyata (o=
ketiganya (Lampiran 10b). ‘
Adanya penurunan pH selai dengan meningkatnya penambahan gum arab
diduga berhubungan dengan hidrolisis gum arab menjadi asam glukuronat (Fardiaz,
1989). Jumlzh asam glukuronat akan meniigkat dengan meningkatnya gum arab
yang terhidrolisis. Peningkatan jumlah asam yang terbentuk pada selai dapat
menurunkan nilai pH selai. .
Total Asam. Selai jambu biji dengan perlakuan penambahan gum arab
memiliki nilai total asam antara 29,25~50,32 ml NaOH 0,1 N/100g. Total asam selai
cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya jumlak gum arab yangditambabkan. Nilai total asam berhubungan erat dengan nilai pH yaitu adanya
penurunan pt akan diikulé dengan peningkatan nilai total asam,
Hlasil sidik raga menunjukkan bahwa tara’ penambahan gum arab
berpenyaruh sangat nyata (a=0,01) terhadap total asam selai yang. dihasilkan
(Lampiran tla) Berdasarkan uji lanjut Duncan, total asam selai jambu biji pada
setiap tara? penambahan gum arab berbeda nyala (a 0,05) antara yang satu dengan
yang, jainnya (Lampiran! 1b).
Peningkatan total asam pada selai jambu biji disebabkan terjadinya hidrolisis
gum arsb meniadi asari-asam organik. Adanya peningkatan jumlah asam berarti
jumlah ion H” dala: selai meningkat. Dengan demikian jumlah OH’ yang dibutuhkan
untuk menetralkannya akan semakin banyak. Jumlah OH yang dibutuhkan untuk
menetralkan inilah yang terhitung sebagai total asam. Menurut Ranganna (1997)
dalam Nopriantini (1999) total asam pada produk dihitung sebagai volume NaOH
yang dibutuhkan untuk menetralkan sejumlah asam dalam produk dengan
menggunakan indikator PP.
Vitamin C. Selai jambu biji dengan perlakuan penambahan gum arab
memiliki kandungan vitamin C sekitar 46,02-78,73 mg/100g selai (bk) atau 25.49-
35,53% (bb). Kandungan vitamin C -cenderung menurun dengan semakin
meningkatnya jumlah gum arab yang ditambahkan. Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa penambahan gum arab berpengaruh sangat nyata (a=0,01) terhadap kadar
vitamin C selai (Lampiran 12a). Berdasarkan uji lanjut Duncan dapat diketahui
bahwa selai jambu biji dengan taraf penambahan gum arab sebesar 111,2g dan 16,7g
memiliki kandungan vitamin C yang tidak berbeda nyata (a=0,05), sedangkan selai
Jjambu biji dengan taraf penambahan gum arab 55,6g memiliki kandungan vitamin C
yang berbeda nyata (a=0,05) dengan keduanya (Lampiran 12b).
Adanya penurunan kandungan vitamin C selai dengan semakin
meningkatnya taraf penambahan gum arab disebabkan vitamin C selai hanya berasal
dari jambu biji tanpa adanya penambahan vitamin C dari luar, sehingga dengan
semakin banyaknya gum arab yang ditambahkan akan menyebabkan peningkatan34
total padatan selai, Dengan demikian persentase vitamin C selai akan menurun
dengan semakin meningkatnya penambahan gum arab.
Disamping itu, penurunan vitamin C dari jambu biji (84,15%) (bb) atau
{556,47mg/100g) (bk) ke selai diakibatkan adanya proses oksidasi oleh panas selama
pengolahan, Menurut Anderwulan dan Koswara (1992) asam askorbat akan
dioksidasi menjadi L-dehidro asam askorbat yang masih mempunyai keaktifan
vitamin C. L-dehidro asam askorbat ini sangat labil dan akan tercksidasi
menghasilkan asam 2,3 diketogulonat yang berstfat irreversible dan tidak mempunyai
keaktifan sebagai vitamin C. .
‘Serat makanan tidak larut- Serat makanan tidak larut merupakan besamya
serat_makanan yang tidak dapat larut dalam air. Hasil analisis kandungan serat
makanan tidak larut dari selai jambu biji berkisar antara 6,440-11,965% (bk). Hasil
analisis sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan gum arab berpengaruh sangat
nyata (o=0,01) terhadap kadar serat makanan tidak larut selai jambu biji (Lampican
13a). Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa serat makanan tidak larut selai jamba
biji berbeda nyata diantara ketiganya (Lampiran 13b).
Kadar serat makanan tidak Jarut- selai menurun dengan semakin
meningkainya penambahan gum areb. Hal ini disebabkan karena serat makanan tidak
larut selai berasal dari jambu biji dengan kandungan serat makanan tidak larut lebih
jika @ihendieoken dengan gum arab. Kandungan serat makanan tidak lanst
jambu biji sekitar +,93% dan kandungan serat makanan tidak larut dari gum arab
sekitar 107%, Oleh Karena itu, dengan semakin banyaknya gum arab yang
ditambahkan akan menyebabkan penurunan persentase sumbangan serat makanan
tidak larut dari jambu biji, Dengan demikian persentase serat makanan tidak larut
selai jambu biji akan menurun.
Serat_mekanan.larut, Hesil analisis kandungan serat makanan laut selai
jambu biji berkisar antara 23,315-45,175% (bk). Berdasarkan data hasil analisis
terlihat kecenderungan peningkatan kadar serat makanan larut. Hasil sidik ragam
menunjukkan bahwa penambahan gum arab berpengaruh sangat nyata (a=0.01)
terhadap kandungan serat makanan larut selai jambu biji (Lampiran 14a). Uji lanjut35
Duncan menunjukkan bahwa serat makanen selai jambu biji berbeda nyata (a=0,05)
antara yang satu dengan yang lain antar taraf penambahan gum arab (Lampiran 14b).
Kandungan serat makanan larut pada selai jambu biji meningkat dengan
semakin meningkatnya taraf penambahan gum arab. Hal ini disebabkan gum arab
‘merupakan sumber serat makanan yang bersifit larut. Kendungan serat makanan larut
jambu biji dan gum arab berturut-turut sebesar 0,87% dan 80,51%. Dengan demikian
serat makanan larut selai jambu biji akan meningkat dengan meningkatnya taraf
penambahan gum «rab, Menurut Almatsier (2001) kelompok serat makanan yang
larut dalam air terdiri dari pektin, gum, mukilase, glukan dan alga.
‘Total serat makanan, Total serat makanan merupakan jumlah serat makanan
larut dan serat makanan tidak larut. Hasil analisis total serat makanan setai jambu biji
berkisar antara 35,280-51,615% (bk) atau 15,92-28,59% (bb). Berdasarkan sidik
ragam, penambahan gum arab berpeng.ruh sangat nyata (2=0,01) terhadap total serat
makanan (Lampiran 15a).
berbeda nyata antara yang satu dengan yang lain akibat pengaruh
taraf penambahan gum arab (Lampiran 15b).
Selai jambu biji pada semua taraf penambahan gum arab dapat diklaim
sebagai makanan tinggi serat. Hal ini discbabkan telah memenuhi salah satu syarat
klaim makanan tinggi serat makanan. Suatu produk dapat dikatakan tinggi serat
makanan jika didalam produk tersebut mengandung serat makanan 6g per 100g atau
4g persaji (Nutrition Labelling of Singapore, 1999). Total serat makanan selai yang
dihasilkan sekitar 15,92-28,59% (bb). Asumsi selai per saji dalam penelitian ini
sekitar 20g, sehingga total serat makanan selai per saji sckitar seperlimanya yaitu
sekitar 3,2g-5,7g.
Total_gula. Total gula selai jambu biji yang dihasilkan berkisar antara
27,44-37,225 % (bk) atau 15,20-16,80% (bb). Menurut SII tahun 1978, total gula
selai minimal $5% (bb). Hal ini berarti selai yang dihasilkan belum memenulii syarat
mutu SII, Namun menurut Furia (1968) dalam Kurniasari (1997) total padatan terlarut
untuk selai rendah kalori sekitar 15-20%. Total padatan terlarut sering diidentikkan
dengan kandungan gula dalam produk tersebut. Rendahnya total gula selai yang
Janjut Duncan menunjukkan bahwa total serat makanan
selai jambudihasilkan berkaitan erat dengan jumlah gula pasir (sukrosa) yang ditambahkan pada
proses pembuatan selai. Pada penelitian ini, jumlah gula pasir yang ditambahkan
lebih rendah bila dibandingkan dengan selai buah biasa yaitu sekitar 10%. Hasil uji
sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan gum arab berpengarth sangat nyata
(a:=0,01) terhadap nilai total. gula selai (Lampiran 16a). Uji lanjut Duncan diketahui
bahwa selai jambu biji antar perlakuan taraf penambahan gum arab memiliki total
gula yang berbeda nyata (cr=0,05) satu sama lain (Lampiran 16b).
Total gula selai cenderung mengalami peaurunan dengan semakin
meningkatnya penambahan gum arab. Penurunan total gula pada selai diduga
berbubungan dengan persentase jumlah sukrosa dalam bahan. Adanya peningkatan
gum arab yang ditambahkan akan menurunkan persentase sukrose terhadap jumlah
total bahan yang digunakan dalam pembuatan selai, sehingga total gula selai akan
menurun. Disamping hal diatas, penurunan total gula diduga berhubungan dengan
susunan molekul sukrosa yang lebih mudah dihidrolisis dibandingkan dengan gum
arab. Sukrosa dihidrolisis menghasilkan fruktosa dan glukosa yang memberikan
sumbangan terbesar dalam penentuan total gula. Sedangkan gum arab akan
terhidrolisis secara sempurna menghasilkan empat gula dasar yaitu D-galaktosa, L-
arabinosa, L-rhamnosa dan D-asam glukoronat (Fardiaz, 1989).
Kadar aby. Kadar abu menunjukkan kandungan bahan anorganik dalam
suatu bahan pangan, Kadar abu selai berkisar antara 2,905-3,080 % (bk). Ham! uji
sidik ragam menuninkkan penambahan gum arab berpengaruh nyata (a=0.05)
tethadap kadar abu selai (Lampiran 17a), Dari uji lanjut Duncan diketahui bahwa
kadar abu selai dengan penambahan gum arab 55,6g dan 111,2g tdak berbeda nyata
(-=0,05), sedangkan kadar abu selai dengan penambahan gum arab sebesar 166,7 ¢
berbeda nyata dengan keduanya (Lampiran 17b),
Kadar abu sclai meningkat seiring adanya peningkatan penambahan gum
arab. Hal ini mungkin disebabkan penambahan gum arab yang semakin banyak akan
mengakibatkan bertambahnya senyawa anorganik dalam selai. Kadar abu gum arab
sekitar 3.06%, sedangkan kadar abu jambu biji sekitar 1,50%. Dengan demikian
adanya peningkatan penambahan gum arab’ akan meningkatkan perbandingan antaraa7
jumiah senyawa anorganik dan senyawa organik dalam selai, schingga kadar abu
soli jars an meningkat
‘Votal_gnergi Hasil analisis total energi selai yang dihasilkan dengan bomh
katorimeter adalah berkisar antara 22,60-23,75 Kal/100g, Tabel 10 memperlihatkan
adanya kecenderungan penurunan total energi selai dengan meningkatnya taraf
Penambahan gum arab. Hasil sidik ragam‘menunjukkan penambahan gum arab
berpengaruh sanga nyata (cc=0,01) terhadap total energi selai jambu biji (Lampiran
18a). Uji lanjut Duncan dapat diketahui bahwa total energi selai pada ketiga taraf
penambahan gum arab berbeda nyata (00,05) satu sama lainnya (Lampiran 18b).
Depkes RI menyebutkan kandungan energi selai buah sekitar 239 Kal/100g,
Rendahnya nilai kalori ini disebabkan rendahnya penggunaan gula pasir. Dalam
pembuatan selai ini, gula pasir digantikan oleh aspartam. Menurut Homler dan Shazer
(1987) penggunaan aspartam sebagai pengganti gula dapat menurunkan total energi
dari produk sekitar 95%.
Penurunan total energi selai dengén meningkatnya taraf penambahan gum
arab diduga berhubungan dengan total gula, Dalam sela
yang menjadi sumber
energi berasal dari gula pasir (sukrosa). Oleh karena itu adanya peningkatan taraf
Penambahan gum arab akan menurunkan persentase sukrosa tethadap total bahan.
Dengan demikian, total energi selai akan menurun dengan meningkatnya taraf
penambahan gum arab.
Total energi selai jambu biji pada semua taraf penambahan gum arab dapat
diklaim produk rendah kalori, Dalam peraturan pelabelan, suatu produk dapat diklaim
rendah energi jika produk tersebut memiliki energi kurang dari 40 Kal persaji atau 40
Kal per 100g (Nutrition Labelling of Singapura, 1999). Total energi selai yang
dihasilkan sekitar 22,60-23,75 Kal/100g. Asumsi selai per saji dalam penelitian ini
sekitar 20g, sehingga total energi selai per saji sekitar sepertimanya yaitu
4,52 - 4,72 Kal. :‘Silt Kisih Selai Jody ijt
Viskesitus. Viskositas atnu kekentalan merapakan indeks hambatan aliran
Untuk mendapatkan kekentulan tertentu dapat pula ditambahkan bahan
Kal Bahan pengental yang biasa ditambahkan pada produk pangan diantaranys
ai, dekstrin, turunan protein, dan bahar lainaya yang menstabilkan,
memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampur dengan air membentuk
kekentalan tertentu atau membentuk gel (Winarno, 1997).
Kekentalan selai jambu biji yang dihasilkan berkisar antara 24750-32500 cP
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perfakuan peningkatan penambahan gum arab
tidak berpengaruh secara nyata (c=0,05) terhadap kekentalan selai jambu_biji
(Lampiran 19). Meskipun demikian kekentalan selai jambu biji cenderang mengalami
peningkatan dengan semakin meningketnya penambahan gum arab.
Adanya peningkatan kekentalan selai dengan meningkatnya penambahan
gum arab berhubungan dengan kadar air yang terdapat pada selai. Kader air selai
mengalami penurunan dengan meningkatnya taraf penambahan gum arab, sehingga
total padatan selai akan meningkat, Dengan demikian jumlah air yang digunakan
untuk pergerakan selai semakin terbatas dan hal ini akan meningkatkan kekentalan
dari selai. Disamping hal itu, peningkatan kekentalan ini bechubungan dengan fungsi
hidrokoloid yaitu memberikan kekentalan pada suatu medium air (Fardiaz, 1989).
Gum arab merupakan hidrokoloid dengan fingkat kekentalan yang rendab, schingga
dengan adanya peringkatan gum arab akan meningkatkan kekentalan selai jambu biji
yang dihasilkan (BeMiller & Whistler, 1996).Penambahan gum arab dilakukan pada taraf 55,6g; 111,2g; 166,7g; 222,2g;
dan 277,8g per formula bahan penyusun selai (300 g). Penambahan gum arab pada
berbagai taraf mengakibatkan perbedean yang nyata (a™0,05) pada uji daya terima
yang meliputi warna, tekstur, kemudahan dioleskan dan rasa, Namun demikian,
penambahan gum arab tersebut tidak mengakibatkan perbedaan yang nyata (0.-0,05)
pada aroma selai yang dihasilkan. Berdasarkan uji kesukaan, maka selai dengan taraf
penambahan gum arab 55,6g; 111,2g; dan 166,7g yang mendapat penerimaan terbaik
dan dilakukan analisis terhadap sifat fisik dan kimianya,
Sifat kimia selai jambu biji yang meliputi kadar air, ay, pH, vitamin C, serat
makanan tidak larut, total gula, dan total energi memiliki kecenderungan menurun
dengan semakin besamya taraf penambahan gum arab, Sedangkan nilai total asam,
serat makanan larut, total serat makanan dan kadar abu memiliki kecenderungan
meningkat dengan semakin meningkatnya penambahan gum arab. Penambahan gum
arab berpengaruh nyata (a=0,03) pada semua sifat kimia keouali nitai ay, Sedangkan
sifat fisik (viskositas) selai jambu biji tidak dipengaruhi dengan peningkatan taraf
penambahan gum arab
Selai jambu bji, dengan taraf penambahan gum arab 16,7 g terpilih sebagai
rerbaik, Selai tersebut memiliki daya terima terhadap aroma, tekstur,
kemudahan dioleskan dan rasa yang dapat diterima oleh konsumen, Selain itu, selai
tersebut memiliki kandungan serat makanan 51,56% (bk) atav 28,59% (bb) dengan
total kalori 22,6 Kal/100g. Semua selai pada taraf penambahan gum arab dapat
diklaim sebagai produk tinggi serat makanan dan rendah kalori.
selai jambu
Saran
Perlu adanya perbaikan terhadap wama selai yang gelap. Disamping itu perlu
adanya penelitian lanjutan mengenai daya simpan selai mengingat rendahnya kader
gula dan tingginya nilai aw.DAKAR PUSTAKA
Abmatsier, 8 2001. Prinsip Dasar Umu Gizi, Gremedia Pustaka Utama, Jakarta
Andarwulan, N. & S. Koswara. 1992, Kimia Vitamin, Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi, IPB, Bogor
Anonymous, 1993, Serat Kasar dan Kesehatan, Buletin Sadar Pangan dan Gizi, 2
Anwar, F., A. Sulaeman, & L. Kustiyah. 1998. Penuntun Praktikum Pengolahan
Pangan, Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
AOAC 1984. Official Methode of Analysis, Association of Official Agriculture
Chemists, Washington D. C.
Apriyantono, A, D, Fardiaz, N. L. Puspitasari. Sedarnawati, & S. Budiyanto. 1988.
Analisis Pangan, IPB Press, Bogor.
BeMiller, J. N. & R. L, Whistler. 1996. Carbohydrates, Dalam Fennema, O. R(Ed).
Food Chemistry (3 ed.). Marcell Dekker, New York,
BPS. 1996. Survei Pertanian Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan di Indonesia. Biro
Pusat Statistik, Jakarta.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, & M. Wootton. 1987. Iimu Pangan (H.
Purnomo dan Adiono, penerjemah). UI Press, Jakarta.
Budiayu, Y. 2002. Daya Terima dan Kandungan Zat Gizi Selai Campuran Tempe
dan Pisang Raja Bulu (Musa paradisiacal L). Skripsi Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor
Damayanthi, E., S. A. Marliyati, H. Syarief & D. Sukandar. 1997. Percobaan
Makanan, Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,
Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. .
De Man, J. M. 1985. Principles of Food Chemistry. The AVI Publishing,
Connecticut.
o
Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan (M. Muljohardio,
penerjemah). UL-Press, Jakarta. °
Fardiaz, D. 1989, Hidrokoloid. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB,
Bogor.
Gaman, PM. & K. B. Sherrington. 1992. Imu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Glicksman, M. 1982. Food Hydrocolloids. CRC Press. Boca Raton, Florida.
Grenby, T. H. 1989. Progress in Sweeteners. Elsevier Science. Publishing, London.
J Groff, JL, & S. $. Gropper_ 1999. Advanced Nutrition and Human Metabolism (3"!
ed). Wadsworth, Ontario, Canada.4t
Harianto. 1996. Manfaat Serat Makanan. Buletin Sadar Pangan dan Gizi, 5 (2).
Harlinawati, Y. 2002. Pembuatan Margarin Berserat Melalui Pemanfaatan Pektin
dan Gum Arab Komersial, — Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.
Homer, B. A. K & W.R, Shazer, 1987, FDA Approves for How Aspartame Uses
Jurnal Food Technology.
Imeson, A. 1992. Thickening and Gelling Agent for Food. Marcell Dekker, New
York :
yJonhson, I. T. & D. A. T. Southgate. 1992. Dietary Fibre and Related Substances
(1"ed.). Chapman & Hall, London.
Karyadi, E. 2002. Manfaat Serat bagi Kesehatan. Harian Kompas, 19 Mei. him. 20
Kumalasari, V.D. A. R. 2001, Pembuatan Madu Bubuk dengan Metode Pengeringan
Semprot pada Komposisi Bahan Pengisi (Gum Arab dan Dekstrin) yang
Berbeda: Skripsi Fakultas Peternakan, IPB, Bogor.
Kurniasari, R, 1997, Penentuan Jenis dan Konsentrasi Hidrokoloid dan Bahan
Pemanis untuk Pembuatan Selai Nanas Rendah Kalori, Skripsi Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, 1PB, Bogor.
Lindsay, R. C. 1985. Food Chemistry. Marcell Dekker, New York.
Mazur, R. H. & A. Ripper. 1979. Peptide-based Sweeteners. Applied Science
Publishers, London.
Muchtadi, T. R. 1997. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Puset Antar
Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
» Muchtadi, D. 1989. Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi, IPB, Bogor.
Navurs, L. O. & RK. u, Geialdi. 1986. Alternative Sweeteners. Marcell Dekker, New
York.
Nopriantini. 1999. Kajian Mutu Kimia dan Daya Terima Selai Lidah Buaya
(Aloevera) Rendah Kalori, Skripsi Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor
Prosky. L. & J. DeVries. 1992. Controlling Dietary Fiber in Food Products. Van
Nostrand Reinhold, New York.
\ Rismunandar. 1986, Tanaman Jambu Diji. Sinar Baru, Bandung
Sofia, 1. R. 1998. Studi Sifat Fisikokimia, Fungsional dan Daya Terima Tepung,
Bekatul Sebagai Sumber Serat Makanan dan Pemanfeatannya pada Kue
Jajanan Pasar. Skripsi Sarjana Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, BogorAZ
Standar Nasional indonesia (SNI) 01-3746-1995, Selai Buah, Departemen
Perindustrian, Jakarta.
Sudjana. 1998. Desain dan Analisis Eksperimen. Tarsito, Bandung
Sukardji, K. 1996. Manfaat dan Keamanan Pemanis untuk Diet, Majalah temina,
No. 46/XX1V.
Sulaeman, A & E. S. Mudjajanto. 1991. Diktat Praktikum Uji-Uji dan Percobaan
dalam Kimia Makanan, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian, 1B, Bogor
F. Anwar, Rimbawan’& S.A Marliyati. 1995. Metode Analisis Zat
Gizi dan Komponen Kimia Lainnya dalam Makanan. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor
Sulistijani, D. A. 2000. Sehat dengan Menu Berserat. Trubus Agriwidya, Jakarta.
¥ Sunarjono, H. 1987, Ilmu Produksi Tanaman Buah-Buahan. Sinar Baru, Bandung,
Suriany. 1991. Pemanfaatan Buah Kama (Chrysophyltum cainito L) dalam Bentuk
Sari Buah dengan Penambahan Asam Sitrat dan Na-Benzoat. Karya Iimiah
Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,
IPB, Bogor. :
xTohir, K. A. 1981. Bercocok Tanam Pohon Buah-Buahan, Pradnya Paramita,
Jakarta, .
Tuah, AH. 1991. Pemanfaatan Buah Ceremai (Phyllonthus acidus STEELS) dalam
Bentuk Selai dengan Penambahan Natrium Benzoat. Skripsi sarjana
Jurusan ‘Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,
IPB, Bogor.
Umar, Y. E, 1997. Minuman Berdietary Fiber. Skripsi Sarjana Jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
yWinamno, F, G & T. S. Rahayu, 1994. Bahan Tambahan untuk Makanan dan
Kontaminan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
. D. Fardiaz, & S. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
v Wirakusumah, E, S$, 1994. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
1995. Buah dan Sayur untuk Terapi. Penebar Swadaya, Jakarta.
X—————. . 1996. Juice Buah dan Sayur Suatu Alernatif Pengganti Sof
Drink. Media Komunikasi dan Informesi Pangan, 7 (26).
y Woodroof, J. G. & B.S. Luh. 1976. Commercial Fruit Processing. The AVI
Publishing, Connecticut.4
Lampiran 1. :
LEMBAR UJI KESUKAAN (HEDONIK)
Name
Hari/Tanggal
Produk : Selai
Dihadapan saudara disajikan sampel selai jambu biji dengan penambahan
gum arab, Saudara diminta untuk memberikan penilaian terhadap sampel tersebut
dengan mengisi tabel penilaian yang telah disediakan (Jangan membandingkan
antar sampel). Perilaian meliputi waa, rasa, aroma, kemudshan dioleskan dan
kekentalan dengan memberikan skor :
1 = Sangat Tidak Suka
2. = Tidak Suka
3) = Biasa
4 = Suka
5 = Sangat Suka
Tabel Penilaian
Ars
Cd eee etc erie)
Pe U Mc cu!
eral)
621990
623316
621564
623938
621807
Komentar/Saran :
Terima kasth atas partisipasiyaLampiran 2
Provedur Analisis Sifat Kimia dan Visik Selai
a. Kadar Air (Sulaeman, Anwar, Rimbawan, & Marliyati, 1995)
Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode oven vakum. Sebanyak 5
gram sampel dikeringkan dengan oven vakum pada suhu 70°C dan tekanan
vakum 25 mmbig. Pengeringan dilakukan sampai behan mencapsi berat konstan
Kadar air dihitung dengan rumus : ,
x x 100%
Keterangan :
X = kadar air (%)
A= Berat sampel sebelum dikeringkan (2)
B = Berat sampel setelah dikeringkan (g)
b. Nilai ay (AOAC, 1984)
Pengukuran nilai ay menggunakan ay meter merk Shibaura pype Wa-360,
dengan cara kerja sebagai berikut :
Tekan tombol power untuk menghidupkan.alat, tekan tombol star dan tunggu
2 tamp:*: ¢ ‘2ady to start” di monitor. Standarisasi dengan NaCl
sampai nilai stabil. Tekan tombol start’ dan masukkan selai dan tunggu sampai
‘muncul nilai ay. Pengukuran dilakukan duplo untuk masing-masing ulangan.
c. pH (Apriyantono, Fardiaz, Puspitasari, Sedarnawati, & Budiyanto, 1988)
Mula-mula sensor pH meter dibilas dengan aquades dan keringkan
dengan tissue, Selanjutnya pH meter dike i dengan larutan buffer pH 4 dan
PH 7. Sampel yang akan divkur dimasukkan kedalam wadah gelas dan masukkan
pH meter yang telah dikalibrasi ke dalam sampel sampai muncul nilai yang stabil
pada pH meter. Pengukuran dilakukan duplo untuk masing-masing ulangan.
Total Asam (Sulaeman & Mudjajanto, 1991)
Pengukuran total asam dimulai dengan mengkalibrasi pH meter dengan
p
larutan buffer pHi 4 dan pH 7 dan standarisasi larutan NaOH 0,1 N dengan asamas
oksalat, Sampel kurang lebih 10 gram ditambah aquades 90 ml, Kemudian
celupkan pH meter yang sudah dikalibrasi sebelumnya, Titrasi sampel dengan
farutan NaOH 0,1 N yang sudah distandarisasi sampai mencapai pH 7. Total asam
dihitung dengan rumus
mINaOH x Ne
Total Asum = O.
% sampel
Analisa Serat Makanan Secara Enzimatis (Asp ef af, 1983 dalam Sulaeman
et al., 1995)
Sebariyak 1 gram sampel ditimbang dan di tambahkan 25 ml 0,1 M
buffer fosfat pH 6 dan 0,1 mi enzim termamyl dan panaskan selama 15 menit
pada subu 100°C. Kemudian dinginkan dan turunkan pHnya menjadi 1,5 dengan
HCI, lalu tambahkan 100 mg pepsin dan panaskan dengan penangas bergoyang
pada suhu 40°C selama 1 jam, Naikkan pHnya menjadi 6,8 dengan menggunakan
NaOH, Tambahkan 100 mg pankreatin dan panaskan kembeli dengan penangas
bergoyang pada suhu 40°C selama 1 jam. Atur pHnya menjadi 4,5 dengan
menggunakan HCI dan saring dengan menggunakan kertas saring whatman 41
yang telah diketahui beratnya serta pisahkan antara residu dan filtrat,
Residu (Serat yang Tidak Larut)
Kertas saring yang berisi residu dicuci dengan 20 ml etanol 95% dan 20
mt aseton. Keringkan dalam oven sampai berat konstan dan timbang (Di).
Abukan pada suhu 550°C dan ditimbang kembali (11).
Filtrat (Serat yang Laruty
Tambahkan 400 mi! etanol 95 % hangat dan biarkan mengendap. Setclah
mengendap saring menggunakan buchner funnel yang telah diberi kertas saring
yang telah dikeringkan dalam oven dani diketahui beratnya. Cuci dengan 20 ml
etanol 95% dan 20 ml aseton. Keringkan. dalam oven sampai berat konstan dan
timbang (Dz). Abukan pada suhu 550°C dan ditimbang kembali (I:).
Blanko
Blanko untuk serat larut dan tidak larut diperoleh dengan cara seperti prosedur
untuk sampel tetapi tanpa sampel (B, dan Bz)f
46
Perhitungan :
% Serat Makanan Tidak Larut =
% Serat Makanan Larut =
Keterangan :
Berat sampel (¢)
Berat setelah pengeringan (g) _
= Berat setelah pengabuan (g)
Berat Bianko bebas abu (D-I) panko
B
Vitamin C Metode Titrimetri (Sulaeman et al., 1995)
Pembuatan larutan standar vitamin C
Sebanyak 0,002 g vitamin C muri ditimbang dan tambahkan 2 g asam
oksalat Kristal. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan encerkan dengan air
sampai tanda tera, kemudian titrasi dengan larutan dye sampai berwarna merah
jambu yang stabil selama 15 detik.
Pembuatan Larutan Contoh
Sebanyak 10 g selai ditimbang dan ditambahkan 10 ¢ asam oksalat,
Masukkan kedalam fabu ukur 100 ml dan encerkan dengan air sampai tanda tera.
Kemudian saring dan tampung filtratnya. Pipet 10 ml filtratnya dan tera dengan
larutan dye sampai berwama merah jambu yang stabil selama 15 detik
Perhitungan
. img vitamin C murhi
Exivalen vitamin C = 7&8 MUGRIN mun
ml dye stan dar
mg asam askorbat 100x fpxvxE
per 100 giml sampel ="
Keterangan :
fp = Faktor pengenceran
erat/Volume sampel yang digunakan untuk penetapan_
V = ml larutan dye yang digunakan
E = ekivalen vitamin C47
g. Kadar Abu Metode Pengabuan Kering (Sulaeman ef al., 1995)
Sebanyak 5 gram sampel ditimbang kedalam cawan porselen dan dibakar
sampai tidak berasap lagi. Kemudian 1ampel dibakar dalam tanur pengabuan pada
suhu 550°C sampai berwarna putih keabu-abuan, Cawan didinginkan dalam
desikator dan ditimbang,
Bobot Abu (g)_
Bobot Sampel (g)-
bh. Total Gula Metode Luff Schoorl (Sulaeman et al., 1995)
Sebanyak 10 gram sampel ditimbang dan encerkan dengan air sampai
tanda tera pada labu ukur 250 mi. Saring dan pipet 50 ml fltratnya dan masukkan
ke labu ukur 250 ml. Tambahkan 10 ml Pb asetat setengah basa sambil dikocok.
Endapkan kelebihan Pb asetat dengan menambahkan Na;HPO, 10% dan
tambahkan air sampai tanda tera dan disaring sehingga didapatkan fitratnya
Kadar Abu = x 100%
Sebelum terjadi inversi .
Pipet 25 ml filtrat dan tambahkan 25 ml Jarwian luff dan panaskan selama
10 menit, Setelah dingin tambahkan 10 hl larutan KI 30%, 25 ml HySO, 25% dan
indikator kanji. Titrasi dengan larutan tio 0,1N_ sampai berwarna putih susu. Catat
volumenya (a'ml), Blanko dikerjakan dengan 25 ml air ditambah 25 ml Jarutan
luff dan dikerjakan seperti diatas ( b ml)
Sesudah terjadi inversi
Pipet $0 ml filtrat dan tambahkan 5 ml HCI 25%. Kemudian masukkan ke
labu ukur 100 mi-dan labu dimasukkan ke penangas air dan panaskan pada suhu
60-70°C selama :0 menit. Setelah dingin tambahkan indikator PP dan NaOH 30%
hingga merah jambu serta tambahkan air hingga tanda tera. Pipet 25 mi tetapkan
gula sesudah inversi dengan cara seperti penetapan gula sebelum inversi.
Perhitungan : : .
Larutan tio yang digunakan = (b-a) ml ——» konversikan pada daftar skala lu?
Schoorl untuk menghitung gulanya
mg gula_x _pengenceran
Kadar Gula Sebelum Inversi =
‘Berat Sampel (g)
x 100%Ag
Kadar Sukrosa = (% gula sesudah inversi ~ gula sebelum inversi) x 0,95
Kadar Guta dihitung sebagai sukrosa ~ % guila sesudah inversi x 0,95
Total Energi (AOAC, 1984)
Sebanyak 1,6 gram sampel ditimbang. Lalu dijadikan pelet dan dipres dan
sampel ditimbang kembali (w gram). Masukkan kawat nikel krom ke dalam
lubang elektrode. sedalam 5 om. kawat dikencangkan bagian tengahnya dan ikat
dengan benang katun yang berukuran sama panjang dengan ikatan simpul mati.
Sampel yang telah ditimbang (w gram), dimasukkan kedalam alat bomb dan
ditutup rapat serta masukkan gas dengan menggunakan medical oksigen pada
tekanan 25 atm. Bomb dimasukkan kedalam ember yang berisi air suling
sebanyak 3 kg dan bomb tidak boleh tenggelam, kemudian semuaya dimasukkan
ke dalam bomb kalorimeter. Catat suiu awal (t1) dan bakar, kemudian catat suhu
akhir (t2) sampai suhu tersebut konstan. Lakukan standar dengan menggunakan
asam benzoat (tablet) dan lakukan blanko dengan cara kerja seperti contoh.
Perhitungan :
om — F2=TD_= _Blanko_x ¥
W
fire,
1868 kkal/kg
ikalikan 1000 jika satuan yang diinginkan kal/gram
Keterangan : .
'W = berat contoh (gram)
GE = Gross energi
Y = nilai kalori air
Kekentatan (Smit & Bryant, 1967 dalam Siregar, 1996)
Selai diukur kekentalannya dengan menggunakan viskometer. Pengukuran
kekentalan ini dilakukan pada suhu kamar.49
Lampiran 3a. Hasil Uji Friedman terhadap Daya Terima Wama Selai Jambu Biji yang
Ditambah Gum Arab
Tes Statistik
30. 9,65" 4 9,49 13,28
Keterangan : Berbeda nyata (a = 0,05)
Lampiran 3b. Hasil Uji Lanjut Perbandingan Berganda terhadap Daya Terima Warna
Selai Jambu Biji yang Ditambah Gum Arab
55.69 2,40 a
2g 2,80 ab
166.7% 3,50 b
222,28 3,38 ab
2778.9 2,92 ab
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan perlakwan tidak berbeda nyata
Lampiran 4. Hasil Uji Friedman terhadap Daya Terima Aroma Selai Jambu Biji
yang Ditambah Gum Arab
Tes Statistik
30 3,75" 4 9,49 13,28
Keterangan : * Tidak berbeda nyata (a = 0,05)
Lampiran 5a: Hasil Uji Friedman terhadap Daya Terima Tekstur Selai Jambu Biji
yang Ditambah Gum Arab
Ranking
Rj 106,5 105,5 76,5
Tes Statistik
30 12,43* 4 949 13,28 J
Keterangan : * Berbeda nyata (ct = 0,05)50
Lampiran 5b. Hasil Uji Lanjut Perbandingan Berganda terhadap Daya Terima
Tekstur Selai Jambu Biji yang Ditambah Gum Arab
35,6 2,88 ab
M2g 2,50 a
166,75 3,55 b
22,2 3,52 ab
2778 2,55 ab
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan periakuan tidak berbeda nyata
Lampiran 6a, Hasil Uji Friedman terhadap Daya Terima Kemudahan Dioleskan
Selai Jambu Biji yang Ditambah Gum Arab
Rankin
Rj : 73,5 63
Tes Statistik
30 24,7° 19,49 13,28
Keterangan = Berita tanga iia > 0.01)
Lampiran 6b, Hasil Uji Lanjut Perbandingan Berganda terhadap Daya Terima
Kemudahan Dioleskan Selai Jambu Biji Ditambah Gum Arab
55,6 3,83
111,2 3,48
16,7 31
222,2 2.45
2178 2,10
Kererangan : huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda a
Lampiran 7a. Hasil Uji Friedman terhadap Daya Terima Rasa Selai Jambu Biji yang
Ditambah Gum Arab
Rankin;
Rj 113.5 96,5 94,5 79,5, 66
Tes Statistik
30 17,35* 9,49
Keterangan . * Berbeda sangat ayaa (e= 0,05)sl
Lampiran 7b. Hasil Uji Lan
Selai Jambu Bij
Gahan Gai
Perbandingan Berganda terhadap Daya ‘Terima Rusa
any Ditambah Gum Arab_
8
166.7 g
Bg
Perlakuan_ 2 | 114,97 57,49 9,71" 9,35 28,16
Galat 3 17,76 5,92:
Total S_| 132,73
Keterangan . *terdapat perbedaan pengaruh yang nyata (a = 0.05)
Lampiran 8b. Hasil Uji Lanjut Duncan Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Kadar Air Selai Jambu Biji
LSR= Sx X SSR
Sx_= (5,92/2)'? = 1,720
SSR [4,501 4,516
LSR 7,744 7,710
55,6 54,87, 10,25* 734*
W112 A703 2,41
166.7 44,62
Keterangan ; * terdapat perbedaan yang nyata (0 = 0,05)
55,69 54,8
112g 47,03 b
166,78, 44,62 b
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (a = 0,03)Hasit Uji Stik Ragan Pengarah Penambahaa Gum Arab torladap Aw
Solu J;
Fotal 5 _ . -
Keterangan : * tidak terdapat perbedaan pengaruh yang nyata (a = 0,05)
Lampiran Ia, Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap pH Sclai
Jambu Biji
erlakuan 2 [00975 | 0.04875. | LI7*
Galat 3_| 125x107 | 4,17. 107
Total ¥
Keterangan; * terdapat nerbedaan pengaruh yang sangat ayata (a= 0,01)
Lampiran 10b, Hasil Uji Lanjut Duncan Pengaruh Penambahan Gum Arab techadap pH
Selai Jambu Biji
LSR = Sx X SSR
Sx_= (4,17 x 107/2)'" = 0,0144
SSR [4,501 4,516
LSR. [6,064 0,065
53,6 5,200 0,300
Ha 4,975 0,075*
16,7 4,500 :
Keterangan : * terdapat perbedaan yang nyata (a=
"33.68 5,200 a
ig 4975 2 |
166,7g 4,900
Keterangan ; huruf yang sama memunjukkan perlakwan tidak berbeda nyata fae
Lampiran 11a. Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Total Asam Selai Jambu Bi
Perlakuan. ~ 2 | 466,194 233,097 99,94" 9,35 28,16
Galat 3. | 6,997 2,33
Total 5
Keterangan . * terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata (a = 0,01)53
Lampiran 11b, Hasil Uji Lanjut Duncan Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Total Asam Selai Jambu Biji
LSR = Sx X SSR
Sx_ = (2.33/2)'" = 1,079
inde
SSR 4,501 4,516
LSR 4,858 4,874
166,7 $0,32 21,07"
12 43,87 14,62"
35,6 29,25
Keterangan : * terdapat perbedaan yang nyata (a = 0,05)
16,7 50,32 a
11,2 5 43,87 b
35,6, 29,25 °
Keterangan ; huruf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (a= 0,05)
Lampiran 12a, Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Vitamin C Selai Jambu Biji
Perlakuan 2-1120,79° | 560,40 51,08" 9,35 | 28,16
Galat 3_| 32,90 10,97
Total 3 [7153.69
Keterangan: *terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata (a = 0,01)
Lampiran 12. Hasil Uji Lanjut Duncan Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Vitamin C Selai Jambu Bii
LSR = Sx X SSR
Sx_=(10,97/2)'? = 2,342
SSR. 4,501 4,516
LSR. 10,541 10,577
55,6 g 78,73 32,71* 22,53*
112g. 56,20 10,18
166,7 ¢ 4€,02,
Keterangan ; * terdapat perbedaan yang nyata (a. = 0,05)55,68 78,73 a
12g 56,20 b
i 166,78 746,02 &
Keterangan ; huraf yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata (a = 0,05)
Lampiran 13a. Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Serat Makanan Tidak Larut Selai Jambu Biji
: =o Pr 0s
Perlakuan 2 | 31,9333 15,96665 85,28* 935 28,16
Galat 3_| 0,8617 0,187,
Tota! 5__| 32,495
Keterangan . *terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata (a = 0,01)
Lampiran 13b. Hasil Uji Lanjut Duncan Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Serat Makanan Tidak Larut Selai Jambu Biji
LSR = Sx X SSR
Sx _= (0,187/2)'? = 0,306
SSR 4,501 4,516
LSR. i377 1,382
55,6 g 11,965 5,525" 3,79
128 3175 1735"
166.7 6,44
Keterangan : * terdapat perbedaan yang nyata (a = 0,05)
35.6 g 11,965 a
112g. 8,175, 6
166.78 6,44
Keterangan : huruf yang Sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata ia 0,05)
Lampiran 14a. Hasil’ Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Serat Makanan Larut Selai Jambu Biji
Perioteran, 7 F'A00,303634 | 245,15 501,91* 935 | 28.16
+_| 11,4653 0,488
Galat
Total 5__| 491,768934
Keterangan : *terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata (a = 0,01)58
W2g 37,30 13,985"
35,68, 23,315
166,7 45,175 a
1112 37,30, 2
35.6 23,315 -
Keterangan : hurof yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata ae 0,05)
Lampiran 1a, Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab tethadap
Total Serat Makanan Selai Jambu Biji
i
. ie
Perlakuan 2 | 272,31323 | 136,16 155,38* 9,35 28,16
Galat 3 | 2,6289 0,8763
Total $_ | 274,94213
Keterangan : *terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata (c= 0,01)
Lampiran 15b. Hasil Uji Lanjut Duncan Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Total Serat Makanan Selai Jambu Biji
x X SSR
8763/2)’ = 0,002
SSR 4,501 4,516
LSR 2,979 2,989
166,7 51,615 16,335* 6,14
12 45,475, 10,1957"
35,6 35,28
Keterangan ; * terdapat perbedaan yang nyata (a = 0,05)166,7 g- 51,615 a
1,2 48,475, 8
55.68 35,28
Keterangan : huruf yang sama menuajukkan perlakuan tidak berbeda nyata e = 0,08)
Lampiran 16a, Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Total Gula Selai Jambu Biji
Perlakuan 2 | 99,28 49,64 109,52* 9,35 28,16
Galat 3_ [136 0.45
Total [100,64
Keterangan . “terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata (a = 0,01)
Lampiran 16b, Hasil Uji Lanjut Duncan Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Total Gula Selai Jambu
LSR = Sx X SSR
Sx = (1,36/2)'? = 0,476
SSR 4,501
LSR 2,143
55.6. 3
lig 30,705 3,265*
166.7 5 27,440
Keterangan : * terdapat perbedaan yang nyata (a = 0,05)
55,6 37,225 a
12 30,705 8
166.7 27,440,
Keterangan : hunif yang sama menunjukkan perlakuan tidak berbeda nyata ‘a= 0,03)
Lampiran 17a, Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Kadar Abu Selai Jambu Biji
t
Perlakuan 2 - | 0,04203333 | 0,021016665 | 50,44* 9,35 | 28,16
Galat 3_|1,25 x 10" _| 4,17. 10"
Total 5 [0,04328333
Keterangan : *terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata (a. = 0,01)a7
Lampiran 17b. Hasit (ji Lanjut Duncan Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Kadar Abu Selai Jambu byji
LSR = Sx X SSR
Sx 7X
'2)'? 0,01
i gz 2,900
Keterangan : * terdapat perbedaan yang nyata (a = 0.05)
33.68 2,900 b
Keterangan - huruf yang sama menunjukkan perlakiran tidak berbeda nyata (a = 0,05)
Lampiran 18a. Hasit Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Total Energi Selai Jambu Biji
Sunbar Vak E
eal ce | ot
Perlakuan 2 71,323333 [0.6617 | 66,17" 9,35 | 28,16
Galat 3. | 0,03 0,01
Total 5 _[ 1.353333
Keterangan . *terdapat perbedaan pengaruh yang sangat nyata (a = 0,01)
Lampiran 18, Hasit Uji Lanjut Duncan Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Total Kalori Selai Jambu Biji
LSR = Sx X SSR
Sx_= (1/2)! = 0,707
ne
SSR 4,501 4,516
LSR 3,183 3,193
35,68
Wi2g
166.7 g 226
Keterangan : * terdapat perbedaan yang nyata (a = 0,05)
3,5*58
55,6
Wig" 231,5 b
166.7 g 226 c
Keterangan : huruf yang sama menunjukkan porlakuan tidak berbeda nyata (a = 0,05)
Lampiran 19. Hasil Uji Sidik Ragam Pengaruh Penambahan Gum Arab terhadap
Viskositas Selai Jambu Biji
fi i
Perlakuan 2 | 73083333 | 36541666,5 | 6,798* 9,35
Galat 3_| 16125000 _| 5375000
Total 5__| 89208333
Keterangan : *tidak berbeda nyata (a = 0,05)