You are on page 1of 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/269638511

PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA


MATAHARI

Conference Paper May 2010


DOI: 10.13140/2.1.1190.8161

CITATIONS READS

0 2,115

4 authors, including:

Asep Najmurrokhman
Universitas Jenderal Achmad Yani
15 PUBLICATIONS 5 CITATIONS

SEE PROFILE

Available from: Asep Najmurrokhman


Retrieved on: 29 August 2016
PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MATAHARI

Asep Najmurrokhman, Een Taryana, Kiki Mayasari, M Fajrin.

Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani

Abstrak

Penyediaan tenaga listrik untuk meningkatkan rasio elektrifikasi di seluruh daerah di Indonesia
tidak bisa mengandalkan bahan bakar minyak, karena penyusutan tingkat produksi minyak dan
peningkatan jumlah emisi polutan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah berupaya
melakukan program percepatan pencapaian rasio tersebut melalui program listrik pedesaan dan
pemanfaatan energi terbarukan. Salahsatu bentuk energi terbarukan adalah energi panas
matahari. Untuk merealisasikan pembangkit listrik tenaga matahari dibutuhkan beberapa
komponen yaitu modul sel surya, akumulator, dan inverter. Dalam makalah ini akan dipaparkan
kajian tentang prototipe pembangkit listrik tenaga matahari yang dibuat di Laboratorium Teknik
Tenaga Listrik Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. Modul sel surya yang
digunakan berukuran 120 cm x 30 cm yang tersusun dari 35 keping sensor fotovoltaik. Dalam
penelitian, sistem pembangkitan tenaga listriknya diperoleh setelah modul sel surya
dihubungkan dengan akumulator dan inverter agar dihasilkan tegangan bolak-balik. Dari hasil
pengujian diperoleh bahwa modul sel surya yang dikoneksikan dengan akumulator dan inverter
dapat bekerja dengan baik. Penelitian lanjutan yang terkait dengan optimalisasi penyerapan
energi matahari oleh modul sel surya akan dijelaskan.

Kata kunci : akumulator, efisiensi, fotovoltaik, inverter, sel surya.

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan energi semakin lama semakin meningkat sebagaimana laju pertumbuhan


pembangunan di Indonesia. Begitu juga dengan kebutuhan energi listrik, hampir di setiap
bidang pembangunan membutuhkan energi listrik dalam proses kegiatannya. Hal ini dapat
dipahami karena pertumbuhan pembangunan di negara kita ditandai dengan laju pertumbuhan
industri, baik industri menengah maupun industri besar sekalipun dan semua itu membutuhkan
energi listrik untuk penerangan maupun untuk menggerakan mesin-mesin. Selain untuk
keperluan industri juga masih banyak sektor-sektor lain yang sangat memerlukan enegi listrik.
Salah satunya yaitu untuk keperluan rumah tangga. Dengan demikian jelaslah bahwa
penggunaan energi listrik semakin lama semakin meningkat.

Dalam rangka memperkuat ketahanan energi nasional, tantangan dalam penyediaan energi
listrik sangat besar. Kondisi kelistrikan saat ini untuk sistem tenaga listrik Jawa, Madura, dan
Bali memiliki beban puncak 17000 MW dengan daya netto pembangkitan 21300 MW,
sedangkan kondisi kelistrikan di luar pulau Jawa terjadi defisit daya listrik di beberapa wilayah di
Indonesia [1]. Permasalahan tersebut diakibatkan ketidakseimbangan antara penyediaan energi
dan permintaan konsumen energi listrik. Selain itu, tantangan penyediaan tenaga listrik juga
terjadi pada pemerataan pembangunan infrastruktur dan konsumsi bahan bakar minyak dalam
pembangkitan tenaga listrik yang masih tinggi. Penyediaan tenaga listrik untuk meningkatkan
rasio elektrifikasi di seluruh daerah di Indonesia tidak bisa mengandalkan bahan bakar minyak,
karena penyusutan tingkat produksi minyak dan peningkatan jumlah emisi polutan. Untuk
mengatasi hal tersebut, pemerintah berupaya melakukan program percepatan pencapaian rasio
tersebut melalui program listrik pedesaan dan pemanfaatan energi terbarukan. Salahsatu
bentuk energi terbarukan adalah energi panas matahari.

Energi matahari merupakan energi yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik untuk
dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan energi yang sangat diperlukan pada
masa-masa sekarang ini. Apalagi kita sadari bahwa negara Indonesia terletak pada daerah
khatulistiwa yang kaya akan pancaran matahari, karena itu rata-rata musim kemarau (panas)
sangat panjang, sehingga kita dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk membangkitkan
energi listrik. Namun selain dari keuntungan tersebut kita juga mempunyai dilema dengan
musim kemarau tersebut, yaitu kekeringan baik irigasi maupun sumur-sumur air minum. Untuk
itulah kita dipacu untuk dapat memikirkan agar kondisi tersebut akan selalu menguntungkan
bagi umat manusia.

II. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MATAHARI (PLTM)


Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi listrik berdasarkan efek fotovoltaik. Efek
fotovoltaik adalah peristiwa timbulnya tegangan antar elektroda atau mengalirnya arus listrik
akibat radiasi elektromagnetik dari sumber cahaya. Peristiwa tersebut dimulai sekitar tahun
1839 ketika seorang ilmuwan Perancis, Alexander Edmond Becquerel, mengamati efek
fotovoltaik dari sebuah elektroda ketika dikenai cahaya [2]. Selanjutnya, ilmuwan Amerika
bernama Charles Fritts dianggap sebagai orang yang pertama kali bekerja dengan material
semikonduktor yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik yang dikenal
dengan nama sel surya (solar cell) pada tahun 1883. Dia menggunakan bahan semikonduktor
selenium yang dilapisi dengan emas tipis. Saat itu, Fritts hanya menghasilkan tingkat efisiensi
1%. Sejarah perkembangan sel surya mencatat pada tahun 1960, sebuah perusahaan bernama
Hoffman Electronics berhasil memproduksi sel surya dengan tingkat efisiensi 14% [3].
Perkembangan terakhir dilaporkan bahwa para ahli di National Renewable Energy Laboratory
(NREL) Departemen Energi AS berhasil membuat sel surya dengan tingkat efisiensi 40,8 % [4].
Dengan nilai efisiensi yang relatif kecil memang tantangan pembangkit listrik tenaga matahari
ini terletak pada bagaimana membuat terobosan teknologi agar diperoleh efisiensi sel surya
setinggi mungkin atau membuat panel surya sebesar mungkin. Sebuah pusat pembangkit listrik
dengan tenaga matahari di Olmedilla de Alarcn, Spanyol berkapasitas 60 MW dan merupakan
yang terbesar di dunia saat ini. Pembangkit tersebut menggunakan 160.000 panel surya
fotovoltaik di lahan seluas 100 hektar dan setara dengan dapat "menghidupi" lebih dari 40.000
rumah. Total biaya yang dikeluarkan adalah sekitar 530 juta dollar U.S dan diharapkan dapat
mengurangi emisi gas CO2 sekitar 42.000 ton per tahun [5].

Secara skematik, pembangkit listrik tenaga matahari diperlihatkan pada gambar 1. Skema
tersebut memperlihatkan skema pembangkit listrik tenaga surya skala kecil yang dipakai untuk
skala rumahtangga. Tegangan DC yang dihasilkan sel surya diubah menjadi tegangan AC
dengan menggunakan inverter. Inverter diparalel dengan tegangan jala-jala (misal PLN).
Sebagian energi listrik yang dihasilkan sel surya akan dikonsumsi sendiri. Jika berlebih, energi
listrik yang dihasilkan bisa dijual ke jaringan PLN. Pembangkit listrik semacam ini tidak
memerlukan batere sebagai penyimpan energi.
Gambar 1. Pembangkit Listrik Tenaga Matahari [6]

Sementara, skema PLTM yang menggunakan penyimpan energi listrik diperlihatkan pada
gambar 2.

Gambar 2. PLTM dengan penyimpan energi listrik [7]

PLTM tidak hanya berguna bagi rakyat Indonesia yang tinggal di daerah kepulauan untuk
meningkatkan kemandirian di bidang energi tetapi juga berguna bagi penduduk pulau Jawa
yang ingin mengurangi beban PLN atau mengurangi emisi CO2. Di banding pembangkit batu
bara, PLTM mempunyai peluang mengurangi lebih dari 1 kg CO2 untuk setiap kWh energi listrik
yang dibangkitkannya. Dengan menggunakan teknologi film tipis, PLTM bisa dipasang di kaca-
kaca jendela gedung bertingkat tanpa mengubah tampilan bangunan. Pemasangan PLTM bisa
digunakan untuk meningkatkan citra perusahaan dalam memperoleh sertifikat ramah
lingkungan. Di banyak negara maju, memiliki sertifikat ramah lingkungan terbukti sangat
berguna dalam menarik investor dan menaikkan harga saham [6].

III. PERANCANGAN DAN REALISASI PROTOTIPE PLTM

Dalam makalah ini akan diuraikan perancangan dan realisasi prototipe pembangkit listrik tenaga
matahari yang dibuat di Laboratorium Teknik Tenaga Listrik Jurusan Teknik Elektro Universitas
Jenderal Achmad Yani. Diagram blok perencanaan pembangkit energi listrik menggunakan sel
surya diperlihatkan pada gambar 3.
Energi
matahari

Solar cell

Dioda

Akumulator

Inverter

Power Suplay
220 VAC
200 W

Gambar 3. Skema pembangkit energi listrik menggunakan sel surya

Berdasarkan skema di atas, pembangkit energi listrik memerlukan beberapa komponen, yaitu
Solar cell (sel surya)
Dioda
Akumulator
Inverter
Terminal power suplay

Prinsip utama pembangkit energi listrik menggunakan sel surya ini adalah konversi energi dari
energi matahari menjadi energi listrik yang dilakukan oleh sel surya. Energi listrik yang di
hasilkan diteruskan ke bagian akumulator melalui dioda. Selanjutnya, energi listrik yang ada di
akumulator dibangkitkan oleh inverter sehingga menghasilkan energi listrik yang diinginkan.

Panel surya yang dipakai pada perancangan ini berupa 2 set solar cell yang dipasang paralel
seperti diperlihatkan pada gambar 4. Sel surya yang digunakan adalah merk Arco Solar model
no. M51 buatan USA dengan ukuran 120 cm x 30 cm, tersusun oleh 35 keping sensor
fotovoltaik per panel dan memiliki berat 5 kg. Panel surya dipasang menghadap matahari agar
mendapatkan panas dan sensor fotovoltaiknya bekerja maksimal sehingga dapat mengalirkan
arus dan tegangan yang diinginkan.
Gambar 4. Panel surya yang Diparalel

Pada perancangan ini digunakan diode 6 A10 MIC yang dihubung seri terhadap rangkaian solar
cell dan akumulator. Dioda juga berpengaruh terhadap jalannya arus listrik dari panel surya ke
beban. Adapun fungsi dari dioda pada rangkaian ini adalah sebagai penahan feed back atau
umpan balik arus listrik apabila tegangan berlebih pada saat panel surya dipanaskan.
Penggunaan diode dapat mengamankan komponen solar cell nya karena apabila terjadi feed
back maka solar cell tidak akan dapat bekerja secara optimal. Dioda yang dipilih memiliki arus 6
Ampere berdasarkan perhitungan berikut:

Watt solarcell
= IDioda
Vsolarcell
72 watt
=6A
12V

Panel surya apabila terkena panas matahari akan membangkitkan arus listrik. Arus listrik
tersebut dapat disimpan pada sebuah batere atau akumulator agar dapat dimanfaatkan setiap
saat baik malam hari maupun pada saat mendung dan matahari tidak muncul. Akumulator atau
batere yang digunakan dalam rangkaian pembangkit listrik energi surya adalah Akumulator
Merk GS 38 Ah 12V DC seperti diperlihatkan pada gambar 5.
Gambar 5. Akumulator

Untuk mengubah tegangan dari 12 Volt DC menjadi 220 Volt AC maka harus menggunakan
inverter. Inverter yang dirancang disini adalah Inverter 220VAC; 300VA; 50 Hz seperti terlihat
pada gambar 6. Inverter ini memiliki sensor panas dan alarm untuk mengisyaratkan kekuatan
beban yang dapat dipakai oleh inverter tersebut. Frekuensi 50 Hz adalah untuk menyamakan
frekuensi pada alat-alat rumah tangga agar tidak mudah rusak. Realisasi rangkaian dalam
inverter diperlihatkan pada gambar 7.

220 V AC 0

220
24 CT TRANSFORMATOR
10 A

30 A
0, 1 F 6, 8 KO

R1 R2 R3 R4

C2 C3

DC C1 2N 2102 2N 2102
12 V 25 V
HEAT SING

2N 3055 2N 3055

HEAT SING
IN
R5 4001 R6

Gambar 6. Inverter 220 VAC 200 Watt, 50 Hz


Gambar 7. Rangkaian dalam Inverter

Beban yang dirancang adalah menggunakan 4 buah lampu pijar yang terdiri dari 3 buah lampu
@ 40 watt dan 1 buah lampu @ 60 watt yang diparalelkan agar lampu dapat menyala terang.
Lampu-lampu pijar tersebut dirancang dalam sebuah miniatur atau maket rumah-rumahan yang
didalamnya dipasang 4 buah lampu pijar dan dilengkapi instalasi listriknya sesuai PUIL 2000.

Realisasi prototipe pembangkit listrik tenaga matahari yang dirancang diperlihatkan pada
gambar 8.

Gambar 8. Realisasi rangkaian

IV. PENGUJIAN ALAT


Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja dari sistem yang dirancang. Pengujian
ini meliputi pengujian panel surya, pengujian akumulator, dan pengujian dengan menggunakan
beban listrik. Pada pengujian panel surya didapat pengukuran yang menghasilkan tegangan 17
VDC. Panel surya dipasang paralel agar diperoleh arus sebesar 1 A. Arus listrik yang dihasilkan
panel surya tergantung dari cahaya matahari. Apabila cuaca mendung atau hujan, maka besar
tegangan turun dan arus juga menjadi lebih kecil sampai 0,3 A.

Untuk mengisi akumulator 38 Ah diperoleh perbandingan arus dan waktunya yang diperlihatkan
pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengisian Akumulator

No Iin (A) waktu(jam)


1 0,5 76
2 0,7 54,2
3 0,8 47,5
4 1 38

Gambar 9. Amperemeter pada saat pengisian Akumulator

Gambar 9 memperlihatkan arus yang terbaca saat pengisian akumulator ketika cuaca mendung
atau matahari tidak terlalu bersinar. Arus akan membesar apabila matahari terik atau pada jam-
jam tertentu misalnya jam 11.00 sampai jam 14.00. Pengisian akumulator maksimal sehari
hanya mencapai 6 s/d 7 jam dan dalam 7 hari maka akumulator tersebut akan penuh dan dapat
digunakan secara maksimal lagi.

Pada pengujian inverter, sebelum dilakukan pengujian, inverter harus diperiksa terlebih dahulu
dari bentuk fisik dan komponen yang ada didalamnya. Inverter 300 VA ; 220 V ; 50 Hz yang
dirancang memiliki sensor alarm yang apabila beban sudah melebihi batas atau battere tidak
cukup memberi tegangan pada inverter maka inverter tersebut akan berbunyi, yang
menandakan bahwa beban yang ada harus dikurangi. Inverter juga dilengkapi dengan kipas
(blower) yang fungsinya untuk mengurangi panas pada inverter tersebut.

Sementara itu, hasil pengukuran pada rangkaian panel surya diperlihatkan pada tabel 2.

Tabel 2. Pengukuran Tegangan Panel Surya

Tegangan Panel 1 Tegangan Panel 2 Tegangan setelah Tegangan setelah


diparalel dipasang Aku
17 V 17 V 17 V 12V

Pada tabel 2 pengukuran panel surya didapat setiap tegangan pada panelnya adalah 17 VDC.
Akan tetapi setelah diberi beban ke akumulator tegangan menjadi drop 12 V. Hal tersebut
diakibatkan tegangan yang ada pada sel surya menyesuaikan dengan tegangan bebannya.
Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa akumulator berfungsi sebagai regulator tegangan.

Adapun data pengukuran rangkaian akumulator diperlihatkan pada tabel 3 dan pengukuran
arus akumulator ke beban diperlihatkan pada tabel 4.

Tabel 3. Rata- rata Pengukuran Arus dan Tegangan

No Jam I solar cell V accu


1 09.00 0,5 A 10 V
2 10.00 0,75 A 10 V
3 11.00 0,85 A 10,15 V
4 12.00 1A 10.55 V
5 13.00 1A 11.2 V
6 14.00 1A 11.9 V
7 15.00 1,05 A 12 V

Tabel 4 Data Pengukuran Arus Akumulator ke Beban

No Beban T (jam) I Input I Output


1 40 Watt 10 Jam 3,5 A 0,18 A
2 65 Watt 7,5 Jam 5A 0,2 A
3 80 Watt 5,8 Jam 6,5 A 0,33 A
4 100 Watt 4,4 Jam 8,5 A 0,4 A
5 140 Watt 3 Jam 12,5 A 0,6 A
6 180 Watt 2,5 Jam 15 A 0,7 A
7 200 Watt 2,2 Jam 17 A 0,8 A

Dari tabel 3 dapat diamati bahwa arus yang dihasilkan oleh sel surya cukup besar saat matahari
tepat di atas permukaan bumi.

V. KESIMPULAN
Telah diuraikan beberapa hal terkait dengan pembangkit listrik tenaga matahari dan
prototipenya yang dibuat di Laboratorium Teknik Tenaga Listrik Jurusan Teknik Elektro
Universitas Jenderal Achmad Yani. Dari hasil perencanaan, perancangan, dan pengukuran
yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
a. Dengan memanfaatkan energi matahari sebagai sumber energi, maka dapat memperoleh
pembangkit energi listrik yang ramah lingkungan.
b. Panel surya dipasang paralel supaya mendapatkan tegangan yang stabil serta dapat
memperbesar arus yang dikeluarkan oleh setiap sel surya.
c. Pengisian akumulator 38 Ah menggunakan panel surya selama 38 Jam per 1A atau 6
hari per 7 jam.
d. Hasil pengujian pada pembangkit energi listrik 220 VAC; 200 watt; 50 Hz menggunakan
solar cell panel dan Inverter adalah 2 Jam untuk akumulator 38 Ah.
e. Tegangan yang masuk ke inverter pertama-tama adalah 12 VDC kemudian diubah menjadi
220 VAC dan dapat digunakan untuk penerangan sebesar 200 watt.
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini diantaranya membuat penggerak panel surya sehingga
bisa terus-menerus menghadap ke arah datangnya sinar matahari. Hal tersebut dilakukan
dengan menambahkan sensor cahaya yang kemudian dihubungkan dengan pengendali mikro
yang akan mengatur gerak motor sehingga panel surya bisa mendapatkan sinar matahari
dengan jumlah maksimum.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sambutan Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan dalam Seminar Nasional
Modern Electrical Engineering and Its Application di Universitas Kristen Maranatha, 20
Maret 2010
[2] http://www.mrsolar.com/content/photovoltaic_effect.php diakses tanggal 21 Mei 2010 pukul
23.07 WIB
[3] http://wikipedia//Timeline_of_solar_energy.htm#1800s diakses tanggal 21 Mei 2010 pukul
23.24 WIB
[4] http://www.nrel.gov/news/press/2008/625.html diakses tanggal 21 Mei 2010 pukul 23.27
WIB
[5] http://forum.vivanews.com/showthread.php?t=7802 diakses tanggal 22 Mei 2010 pukul
00.28 WIB
[6] Dahono, P. A. (2008): Pembangkit Listrik Energi Terbarukan. Diakses dari
http://konversi.wordpress.com/2008/11/03/pembangkit-listrik-energi-terbarukan/ tanggal 22
Mei 2010 pukul 00.09 WIB
[7] http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:pu6grzF0rn-YSM diakses tanggal 22 Mei 2010 pukul
00.18 WIB

You might also like