You are on page 1of 8

Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, JanApr 2009, hlm.

45-52 Volume 16, Nomor 1


ISSN 0854-3844

Analisis Strategi Bersaing dalam Persaingan


Usaha Penerbangan Komersial
WIBOWO KUNTJOROADI1*, NURUL SAFITRI2*

PT Asuransi Jasindo (Persero)


1

2
Program Imu Administrasi Niaga, Departemen Ilmu Administrasi, FISIP UI

Abstract. The aim of this research is to analyze the implementation of Sustainable Competitive Advantage (SCA)
as a strategy taken by PT Garuda Indonesia in facing the commercial flight business competition in Indonesia.
This research adopted Boston Consulting Group (BCG) matrix theory and the SCA approach to identify the
competitive position of Garuda among its competitors in the airline industry and to analyze the component of
competitors, consisting familiarity towards its own product, familiarity towards competitors, familiarity towards
the competitors product and the component of competition techniques comprising cost advantage, product
differentiation, market focus, pioneering products and market synergy. The result of this research shows that
competitive position of Garuda in the airline industry in Indonesia is in the star quadrant, possessing the growth
of long run opportunities. The strategies that could be adopted were forward integration, backward integration,
horizontal integration, market penetration, market development and product development. Therefore it could be
concluded that the SCA concept could be adopted as the marketing strategy of Garuda. The optimal adoption
of the SCA concept as the marketing strategy that possessed the sustainable competition requires mending and
improvement of such strategies as market synergy, human resources development and the market extension.

Keywords: marketing strategy, BCG matrix theory, sustainable competitive advantage (SCA)

PENDAHULUAN merupakan perusahaan penerbangan milik pemerintah


(BUMN) yang menjalankan rute dalam negeri dan rute
Perkembangan industri jasa penerbangan di internasional. Dari tahun ke tahun Garuda selalu menjadi
Indonesia, khususnya untuk penerbangan komersial pemimpin dalam pasar penerbangan di Indonesia. Seja-
berjadwal semakin marak sejak dikeluarkannya lan dengan visi Garuda, yaitu A strong distinguished
deregulasi yang mengatur transportasi udara pada airline through providing quality services to serve
tahun 1999, berupa serangkaian paket deregulasi, people around the world with Indonesian hospitality,
salah satunya adalah Keputusan Menteri Perhubungan yang mendorong Garuda untuk senantiasa meningkat-
Nomor 81 Tahun 2004 tentang Pendirian Perusahaan kan kinerja melalui peningkatan pelayanan, standar
Penerbangan di Indonesia. Menurut data dari Ditjen keamanan penerbangan, peningkatan jumlah passenger
Perhubungan Udara Departemen Perhubungan, jumlah carried dan meningkatkan tingkat kemampulabaan,
perusahaan penerbangan di Indonesia yang memiliki serta memenuhi harapan stakeholder-nya, Garuda me-
izin usaha per Desember 2007 berjumlah lima puluh merlukan suatu stretegi pemasaran yang lebih dinamis
perusahaan, yaitu dua perusahaan berstatus Badan dan aktual (www.garuda-indonesia.com).
Usaha Milik Negara (BUMN) dan empat puluh tujuh Agar dapat mewujudkan visinya, Garuda harus
perusahaan berstatus Badan Usaha Milik Swasta menerapkan strategi bersaing yang dianggap mampu
(BUMS), serta satu maskapai hasil joint venture. mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan.
Banyaknya jumlah maskapai penerbangan yang Selama tahun 2007, Garuda berhasil mendapatkan
beroperasi di Indonesia secara langsung menciptakan keuntungan sebesar Rp 217 milyar. Pencapaian
persaingan yang cukup ketat. Walaupun menghadapi kinerja operasi yang positif pada tahun 2007 tersebut
tekanan dengan meningkatnya harga bahan bakar, menunjukan bahwa strategi pemasaran yang diterapkan
industri penerbangan nasional tetap mengalami serta program efisiensi yang dilakukan Garuda telah
pertumbuhan dengan pertumbuhan arus penumpang membuahkan hasil.
domestik mencapai 4,57%, dari 34,01 juta pada tahun Tulisan ini membahas tentang bagaimana posisi
2006 menjadi 36,13 juta pada tahun 2007. Data tentang bersaing (competitive positioning) Garuda terhadap
perkembangan jumlah penumpang udara di Indonesia pesaing dalam industri jasa penerbangan di Indonesia,
dapat dilihat pada tabel 1. kondisi dan prasyarat apa saja yang diperlukan dalam
PT Garuda Indonesia (selanjutnya disebut Garuda) menerapkan konsep keunggulan bersaing yang berkelan-
jutan (Sustainable Competitive Advantace/SCA) sebagai
*
Korespondensi: +62811 997705; w_kuncoroadi@yahoo.co.uk strategi pemasaran Garuda, dan apakah SCA dapat
**
Korespondensi: +62813 1034 0003; n.safitri@ui.ac.id digunakan sebagai strategi pemasaran Garuda dalam
46 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 16, No. 1, JanApr 2009, hlm. 45-52

Pendatang
Baru

Ancaman
Produk
Pesaing
Industri
Kekuatan Kekuatan
Pertawaran Pertawaran
Pemas Pemodali
Persaingan antar
Pemasok Perusahaan yang ada
Pembeli

Ancaman Produk atau


Jasa Pengganti

Produk
Pengganti

Gambar 1. Kekuatan Bersaing dalam Industri


Sumber: Porter, 1998

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Penumpang Udara di Indonesia


dan Pangsa Tahun 20032007 (dalam jutaan orang)

Jumlah Penumpang
kepentingan perusahaan. Aturan atau lingkungan
No. Perusahaan
2003 2004 2005 2006 2007
persaingan yang ada pada industri terdiri atas 5 kekuatan
Garuda
bersaing (gambar 1), yaitu masuknya pesaing baru,
1 5.14 6.99 8.73 9.93 10.08 ancaman dari produk pengganti (substitusi), kekuatan
Indonesia
2
Lion Mentari
3.74 6.58 7.43 8.98 11.38
penawaran (tawar-menawar) pembeli, kekuatan
Air pertawaran pemasok, dan persaingan di antara pesaing-
3 Adam Air 1.23 1.97 3.72 4.86 4.81 pesaing yang ada.
Merpati Kekuatan kolektif dari kelima kekuatan bersaing
4 3.32 3.52 4.24 3.67 3.50
Nusantara
Indonesia Air akan menentukan kemampuan perusahaan di dalam
5 0.59 0.83 0.84 1.29 1.52
Asia suatu industri untuk memperoleh tingkat laba rata-rata
6 Lainnya 5.16 3.87 3.86 5.82 4.84 atas investasi yang dilakukan. Namun, masing-masing
Total 19.18 23.76 28.82 34.01 36.13 kekuatan bersaing memiliki corak dan karakter pengaruh
Sumber: Ditjen Perhubungan Udara, 2007 yang berbedabeda (Porter, 1998).
Keunggulan bersaing adalah suatu posisi dimana
menghadapi persaingan di industri jasa penerbangan sebuah perusahaan menguasai sebuah ajang persaingan
di Indonesia. bisnis (Porter, 1998). Keunggulan bersaing yang
Setiap perusahaan, baik yang bergerak di bidang berkelanjutan (Sustainable Competitive Advantage/
jasa maupun nonjasa, dalam melakukan kegiatan SCA) adalah keunggulan yang tidak mudah ditiru,
bisnis memerlukan strategi yang mampu menempatkan membuat suatu perusahaan dapat merebut dan
perusahaan pada posisi yang terbaik, mampu bersaing mempertahankan posisinya sebagai pimpinan pasar.
serta terus berkembang dengan mengoptimalkan Karena sifatnya yang tidak mudah ditiru, keunggulan
semua potensi sumber daya yang dimiliki (Sitepu, bersaing yang berkelanjutan merupakan satu strategi
2005). Perusahaan jasa memiliki karakteristik yang bersaing yang dapat mendukung kesuksesan suatu
berbeda dengan perusahaan nonjasa. Pemasaran jasa perusahaan untuk jangka waktu yang lama. CSR dapat
penerbangan merupakan suatu proses penyesuaian menjadi salah jalan untuk mencapai dan menjaga
antara permintaan penumpang pada saat ini, permintaan keunggulan bersaing yang berkelanjutan (SCA) sebuah
potensial, permintaan masa depan, dan penawaran dari perusahaan (Fahy, 2002). Kay menyatakan bahwa
suatu maskapai penerbangan (Natalisa, 1995). keunggulan bersaing organisasi dapat dicapai melalui
Menurut Pitelis (2008) competitivenessis both relational architecture, reputation, innovation, dan
elusive and controversial, sedangkan Porter (1993) strategic assets (Matthews, 2005)
menyatakan, bahwa persaingan adalah inti dari Aaker (1998) menyatakan bahwa di dalam suatu
keberhasilan. Agar dapat memenangkan setiap strategi setidaknya terdapat empat faktor yang
persaingan, setiap perusahaan harus memiliki strategi menjadi syarat terciptanya keunggulan bersaing
bersaing. Menurut Porter (1993) Strategy is about yang berkelanjutan (SCA), yaitu basis persaingan
competitive position, about differentiating yourself (basic of competition), arena bersaing (where you
in the eyes of the customer, about adding value compete), pesaing (whom you compete against),
through a mix of activities different from those used dan cara bersaing (how to complete). Secara umum
by competitors. Tujuan akhir strategi bersaing adalah Aaker mengidentifikasi lima kekuatan strategis SCA,
untuk menanggulangi kekuatan lingkungan demi yaitu diferensiasi (differentiation), biaya-rendah
KUNTJOROADI & SAFITRI, ANALISIS STRATEGI BERSAING 47

Bintang ?

Diferensiasi Fokus
Kuadran II Kuadan I
TINGKAT
Kekuatan PERTUMBUH Sapi Perah
Kepeloporan Lapuk
Biaya Rendah
Kuadan III Kuadan IV
Sinergis

Gambar 2. Lima Kekuatan Strategis SCA Gambar 3. Posisi Pangsa Pasar Relatif
Sumber: Aaker, 1998 Sumber: David, 2004

(low-cost), fokus, kepeloporan (preemption), dan perusahaan.


sinergi (synergi). gambar 2 memperlihatkan kelima
faktor pembentukan kekuatan strategis tersebut, yaitu Metode Penelitian
diferensiasi berarti adanya keunikan atas produk yang
dihasilkan perusahaan, yang dirasakan bernilai bagi Pendekatan penelitian yang digunakan dalam
pelanggan; biaya rendah merupakan kesanggupan penelitian ini adalah kuantitatif. Di dalam pendekatan
perusahaan untuk mengerjakan dan berinvestasi dalam penelitian kuantitatif, teori berperan dalam memberikan
rangka mendukung terciptanya produk dengan harga petunjuk bagaimana peneliti mengembangkan pikiran,
rendah tapi menghasilkan keuntungan yang relatif merancang desain, mengumpulkan data, menganalisis
tinggi; fokus adalah konsentrasi perusahaan pada satu data, hingga menguji keabsahan teori tersebut. Penelitian
segmen pasar atau bagian dari sebuah lini produk ini menggunakan teori-teori pemasaran sebagai landasan
tertentu; kepeloporan adalah perusahaan mampu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
menciptakan penghalang bagi pesaing untum masuk Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
kedalam segmen pasarnya; sinergi berarti kerjasama dengan dua cara, yaitu studi kepustakaan dan studi
antar perusahaan dalam kelompok industri yang sama. lapangan. Studi kepustakaan dipergunakan untuk
Analisis matriks BCG dipergunakan untuk memperoleh pengumpulan data sekunder sedangkan studi
mengetahui posisi suatu perusahaan terhadap lapangan digunakan untuk memperoleh pengumpulan
pesaingnya. Amstrong dan Brodie (1994) menyatakan, data primer yaitu melalui penyebaran kuesioner. Metode
The BCG matrix measures market attractiveness by pengambilan sampel yang digunakan adalah expert
market growth rate, and it assesses the firms ability to survey dengan sampel yang ditentukan atau dipilih
compete by. Its relative market share. The BCG matrix secara sengaja (purposive sampling). Penyebaran
assumes a causal relationship between market share kuesioner dilakukan pada sepuluh unit kerja setingkat
and profitability. Day (1984) menyatakan, Market divisi yang dipimpin seorang vice president (V.P.) yaitu
attractiveness represents the long-run profit and growth sembilan unit di kantor pusat dan satu kantor cabang.
potential for all participants in an industry or market, Responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian
while competitive position relates to the strength of untuk di kantor cabang adalah general branch office
the organization relative to competition. David (2004) manager, sales manager, sedangkan untuk responden
mendefinisikan pangsa pasar relatif sebagai rasio dari di kantor pusat adalah vice president, general manager
pangsa pasar perusahaan terhadap pangsa pasar yang dan operational
. manager.
dipegang oleh perusahaan pesaing terbesar dalam Seluruh kuesioner yang telah terisi kemudian
industri tersebut. Mengenai matriks BCG, seperti dalam dianalisis. Masingmasing pernyataan/pertanyaan di
gambar 3, kuadran I matriks BCG disebut Question dalam kuesioner disusun berdasarkan skala likert dengan
Marks (?), pangsa pasar relatif rendah tetapi bersaing rentang lima skala (1 s.d 5), bobot angka 1 menunjukkan
dalam industri dengan pertumbuhan tinggi, beberapa nilai yang lebih rendah, semakin mendekati angka 5,
strategi yang bisa dilakukan saat perusahaan berada bobot nilainya semakin tinggi. Masingmasing jawaban
dalam kuadran I (Question Marks), yaitu menambah tersebut setelah dikalikan dengan nilai pembobotan
pasar baru melalui pengembangan produk baru, dijumlahkan dan dicari nilai rata-ratanya, selanjutnya
bermitra dalam investasi, dan menerobos pasar yang dinilai kembali dengan menggunakan kategori penilaian
ada (Nurhasanah, 2008); bisnis dalam Kuadran II dari masingmasing komponen/item: angka 1,00 s.d
disebut Bintang (Star), yang mewakili peluang jangka 1,80 dikategorikan sangat buruk/sangat rendah; angka
panjang terbaik untuk pertumbuhan dan profitabilitas; 1,81 s.d 1,60 dikategorikan buruk/rendah; angka 1,61
kuadran III disebut Sapi Perah (Cash Cows), perusahaan s.d 3,40 dikategorikan cukup baik/sedang; angka 3,41
menghasilkan uang tunai melebihi yang diperlukannya, s.d 4,20 dikategorikan baik/tinggi; angka 4,21 s.d 5,00
sering dipakai untuk subsidi; kuadran IV disebut Lapuk, dikategorikan sangat baik/sangat tinggi.
mempunyai posisi pangsa pasar relatif rendah dan Interval angka masing-masing penilaian diperoleh
bersaing dalam industri dengan pertumbuhan rendah melalui perbandingan antara jumlah item, kategori
atau tanpa pertumbuhan, disebut anjing dalam portofolio jawaban dengan selisih skor kategori jawaban tertinggi
48 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 16, No. 1, JanApr 2009, hlm. 45-52

Tabel 2. Market Share dan Market Growth seperti yang tertera pada tabel 1 dapat dipergunakan
Garuda
Rata-rata Pasar untuk mengetahui tingkat pertumbuhan Garuda dan rata-
Jasa penerbangan rata pertumbuhan lima besar maskapai penerbangan.
Market Share 28.40 % 14.32 % Tingkat pertumbuhan dapat diketahui dengan cara
menghitung selisih perolehan jumlah penumpang
tahun 2007 dengan perolehan jumlah penumpang 2003
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2007
kemudian dibagi dengan perolehan jumlah penumpang
tahun 2003. Tingkat pertumbuhan Garuda untuk lima
High Low
tahun selama periode tahun 2003-2007 adalah 19,22%
dan tingkat pertumbuhan rata-rata lima besar maskapai
High penerbangan di Indonesia adalah 17,67%. Dapat
Pertumbuhan 19.22% dikatakan bahwa Garuda selama lima tahun memiliki
Industri 17.67
tingkat pertumbuhan di atas tingkat pertumbuhan rata-
rata lima besar maskapai penerbangan. Dari data-data
Low tersebut dilakukan perhitungan tingkat pangsa pasar
relatif dan tingkat pertumbuhan pasar didapatkan
28.40 14.32
hasil sebagai tabel 2. Data tersebut dianalisis dengan
Gambar 4. Posisi Garuda dalam BCG Matriks menggunakan Matriks BCG dan hasilnya adalah pada
Sumber: Hasil analisa BCG Matriks, 2007
gambar 4.
Pada matriks terlihat bahwa Garuda berada pada
dan skor jawaban terendah. posisi star yang memperlihatkan kemampuan
perusahaan memiliki long-run opportunises
HASIL DAN PEMBAHASAN terbaik dalam hal pertumbuhan. Perusahaan dengan
pangsa pasar relatif tinggi dan tingkat pertumbuhan
A. Posisi Bersaing Garuda di Industri Jasa industri yang tinggi harus menerima investasi cukup
Penerbangan Indonesia besar untuk mempertahankan atau memperkuat
Posisi bersaing Garuda dalam industri jasa posisi dominannya. Pada posisi ini integrasi ke
penerbangan di Indonesia dapat diketahui dengan depan, ke belakang dan horizontal, penetrasi pasar,
menggunakan analisis matriks Boston Consulting Group pengembangan pasar, pengembangan produk dan
(BCG). Ada dua hal yang penting dalam melakukan usaha patungan merupakan strategi yang tepat untuk
analisis BCG, yaitu posisi relative market share di dipertimbangkan bagi perusahaan ini. Posisi di dalam
sumbu X dan market growth rate di sumbu Y. Data- tingkat persaingan pada suatu industri dapat dianalisis
data yang dipergunakan dalam analisis BCG Matrik dengan menggunakan analisis internal dan eksternal.
adalah perolehan jumlah penumpang Garuda, perolehan Mintzberg mengelompokan seluruh strategi bisnis
jumlah penumpang lima besar maskapai penerbangan menjadi sepuluh kelompok. Salah satu kelompok
dan perolehan jumlah penumpang domestik dari tahun yang layak dipakai oleh Garuda adalah strategi the
2003 sampai tahun 2007. Dari data-data tersebut dapat positioning school: stategy formation as a analytical
dilakukan perhitungan tingkat pangsa pasar relatif dan process.
tingkat pertumbuhan pasar. Tujuan akhir strategi bersaing adalah untuk
Cara dalam menentukan pangsa pasar adalah dengan menanggulangi kekuatan lingkungan demi kepentingan
membandingkan perolehan jumlah penumpang diangkut perusahaan. Aturan atau lingkungan persaingan yang
suatu maskapai penerbangan. Pada tabel 1 terlihat ada pada industri terdiri atas lima kekuatan bersaing,
jumlah penumpang Garuda dan Lion Air selama periode yaitu masuknya pesaing baru, ancaman dari produk
2003-2007 masing-masing adalah sebesar 40,51 juta pengganti (substitusi), kekuatan pertawaran (tawar-
penumpang atau rata-rata sebesar 8,34 juta penumpang menawar) pembeli, kekuatan pertawaran pemasok, dan
dan Lion Air 39,34 juta penumpang atau rata-rata persaingan diantara pesaing-pesaing yang ada.
sebesar 7,86 juta penumpang pertahun, sedangkan total Masuknya pesaing baru yang cukup potensial yaitu
perolehan jumlah penumpang industri jasa penerbangan PT Lion Mentari Air (Lion Air) dengan pertumbuhan
Indonesia pada periode tersebut seperti pada tabel 1 pangsa pasar yang terus meningkat dari 19,50% ditahun
adalah Rp 141,86 juta penumpang atau rata-rata 28,37 2003 menjadi 31,50% di tahun 2007 akan meningkatkan
juta penumpang setiap tahunnya. Pangsa pasar Garuda persaingan dalam suatu industri. Masuknya pendatang
selama lima tahun dalam periode tahun 2003-2007 baru tergantung dari hambatan yang ada (barrier to
adalah 28,40% dan Lion Air adalah 26,34%. Hal tersebut entry) dan reaksi dari perusahaan yang sudah ada.
menunjukan bahwa Garuda memiliki pangsa pasar Terdapat tujuh sumber barrier to entry, yaitu skala
yang lebih besar di industri jasa penerbangan Indonesia ekonomis, Lion Air menawarkan jasa pelayanan
dibandingkan maskapai penerbangan lainnya dalam penerbangan low cost carrier dengan harga tiket
kurun waktu tersebut. yang lebih murah yang dapat dapat mendongkrak
Perolehan jumlah penumpang selama lima tahun pertumbuhan jumlah penumpang domestik di Indonesia;
KUNTJOROADI & SAFITRI, ANALISIS STRATEGI BERSAING 49

Tabel 3. Kondisi Pesaing

Jawaban
No Indikator
5 4 3 2 1
1 Pengenalan terhadap produk sendiri 12.50% 63.75% 23.75% 0% 0%
2 Pengenalan terhadap pesaing
a. Jumlah produk yang sejenis dengan produk Garuda 31.25% 53.75% 15% 0% 0%
b. Pemahaman keberadaan pesaing bagi Garuda 17.50% 77.50% 3.75% 1.25% 0%
c. Manfaat keberadaan pesaing Garuda 33.75% 63.75% 2.50% 0% 0%
3 Pengenalan terhadap produk Garuda 6.25% 37.50% 56.25% 0% 0%

5 = Sangat paham/sangat banyak/sangat bermanfaat, 4 = Paham/banyak/brmanfaat, 3 = Kurang paham/cukup banyak/kurang bermanfaat,


2 = Hampir tidak paham/hampir tidak ada/hampir tidak bermanfaat, 1 = Tidak paham/tidak ada/tidak bermanfaat
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2007

diferensiasi produk, Lion Air menawarkan jasa dalam industri, dampak masukan pada biaya atau
pelayanan penerbangan low cost carrier yang berbeda diferensiasi, serta ancaman integrasi kedepan yang
dengan jasa layanan full service yang diberikan Garuda; berhubungan dengan ancaman integrasi ke belakang
biaya peralihan, dalam hal pelayanan jasa angkutan oleh perusahaan dalam satu lini industri.
udara tidak ada biaya peralihan yang harus dikeluarkan Kekuatan persaingan diantara pelaku daam satu
pembeli saat memutuskan untuk membeli pilihan lini industri diakibatkan oleh perkembangan industri
lain; kebutuhan modal, pendatang baru memerlukan angkutan penerbangan di Indonesia; biaya tetap
modal yang cukup besar dalam hal operasional sebuah dimana cost leadership menjadi sangat penting;
maskapai penerbangan, sementara Lion Air telah kelebihan kapasitas iterrmiten, diferensiasi produk,
dapat melakukan penambahan pesawat dalam jumlah identitas merek, biaya peralihan, konsentrasi informasi,
yang cukup banyak hingga hampir menyamai jumlah keragaman pesaing, taruhan perusahaan dan penghalang
armada pesawat (aircraft fleet) yang dimiliki Garuda; keluar (exit barriers).
akses ke distribusi, distribusi dalam hal penjualan tiket Dari analisis lima kekuatan bersaing diketahui
pesawat cukup dilakukan dengan melakukan promosi bahwa keunggulan bersaing bagi Garuda akan berfokus
dan bekerjasama agen penjualan ticket secara on-line; kepada daya tarik industri dan posisi bersaing. Dalam
keunggulan lain (teknologi, penguasaan sumber bahan konteks menghadapi persaingan di industri penerbangan
baku, lokasi, kebijakan pemerintah terdahulu dan berjadwal, strategi yang harus dikembangkan adalah
pengalaman); dan kebijakan pemerintah, Keputusan membangun dan mengembangkan keunggulan
Menteri Perhubungan Nomor 81 Tahun 2004 mengatur bersaing, yaitu ketepatan dalam memilih atau
tentang persyaratan untuk pendirian serta pengoperasian menciptakan produk dan kekuatan atau posisi dalam
perusahaan penerbangan di Indonesia. bersaing.
Bentuk-bentuk ancaman antara lain berupa kinerja Darmawan dan Widia dalam penelitiannya
relatif dari produk/jasa pengganti, adanya biaya tentang strategi pemasaran perusahaan agribisnis
peralihan yang tidak murah, misalnya ketika penumpang menyebutkan bahwa untuk menjaga posisi star dari
pesawat harus memutuskan untuk menggunakan moda ancaman pesaing dapat digunakan strategi investasi
angkutan lain selain pesawat. Terkait dengan kekuatan pertumbuhan untuk tujuan hold, yaitu mempertahankan
tawar-menawar pembeli ini, dapat disebutkan beberapa pangsa pasar yang sudah dikuasai, dan build, yakni
hal yang menjadi sumber kepekaan harga atas produk/ meningkatkan pangsa pasar. Perusahaan yang
jasa yang dihasilkan oleh sebuah maskapai penerbangan, dominan selalu ingin tetap nomor satu. Sikap ini
antara lain: harga tiket atau diskon untuk pembelian mendorongnya mengambil tindakan ke tiga arah, yaitu
dalm jumlah tertentu, diferensiasi produk, identitas mengembangkan pasar secara keseluruhan, melindungi
merek, dampak pada mutu atau kinerja, laba pembeli, pangsa pasar, dan memperluas pangsa pasar (http://
serta insentif bagi para pengganti keputusan. www.ejournal.unud.ac.id).
Berbagai hal yang dapat menjadi penentu muncul
kekuatan tawar-menawar pemasok, misalnya dalam hal B. Kondisi Prasyarat Penerapan Konsep SCA
pengadaan pesawat, antara lain diferensiasi masukan, sebagai Strategi Pemasaran Garuda
biaya peralihan dari pemasok dan perusahaan. adanya Kondisi prasyarat penerapan konsep sustainable
masukan atau input pengganti dari pesaing pemasok, competitive advantage (SCA) sebagai strategi pemasaran
konsentrasi pemasok, biaya yang berhubungan dengan Garuda dapat dianalisis, yaitu kondisi pesaing dan
pembelian total dalam industri, dampak masukan kondisi cara bersaing. Terhadap kondisi pesaing, yang
pada biaya atau diferensiasi, serta ancaman integrasi dianalisis adalah pengenalan produk sendiri, pengenalan
kedepan yang berhubungan dengan pembelian total terhadap pesaing, dan pengenalan terhadap produk
50 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 16, No. 1, JanApr 2009, hlm. 45-52

Tabel 4. Kondisi Cara Bersaing

Jawaban
No Indikator
5 4 3 2 1
1 Kondisi keunggulan biaya:
a. Harga produk Garuda dibandingkan dengan maskapai penerbangan lain 2.50% 18.75% 41.25% 28.75% 8.75%
b. Harga produk Garuda dibandingkan dengan aspek cost perusahaan 53.75% 40% 3.75% 2.50% 0%
2 Kondisi diferensiasi produk
a. Kondisi kekhasan produk 28.75% 53.75% 3.75% 11.25% 2.50%
b. Kepuasan pelanggan terhadap ciri khas produk 3.75% 36.25% 52.50% 5% 2.50%
3 Kondisi penelitian dan pengembangan produk
a. Keberadaan litbang produksi Garuda 13.75% 38.75% 23.75% 21.25% 2.50%
b. Pemberian penghargaan terhadap karyawan yang kreatif dan inovativ di 30% 46.25% 18.75% 3.75% 1.25%
Garuda
4 Kondisi faktor pasar
a. Usaha Garuda menciptakan produk khusus untuk memperoleh segmen 22.50% 15% 52.50% 10% 0%
tertentu
b. Usaha Garuda menciptakan produk khusus untuk semua segmen 40% 31.25% 22.50% 5% 1.25%
5 Kondisi kepeloporan produk
a. Usaha Garuda menciptakan produk baru 36.25% 23.75% 25% 11.25% 3.75%
b. Usaha Garuda memiliki pemasaran yang khas 38.75% 16.25% 33.75% 11.25% 0%
6 Sinergi pasar
a. Usaha Garuda melakukan kerjasama dengan maskapai penerbangan lain 3.75% 3.75% 45% 28.75% 18.75%
b. Urgensi melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam bidang pemasaran 31.25% 57.50% 5% 6.25% 0%
produk

5 = sangat bersaing / sangat perlu/selalu berusaha/sangat puas/sangat bermanfaat/selalu/selalu mencoba, 4= bersaing/perlu/berusaha/


Puas/bermanfaat/kadang-kadang/sering mencoba, 3=sama saja/ragu-ragu/Biasa/kurang menghargai/jarang mencoba, 2=kurang bersaing/
kurang perlu/kadang-kadang/kadang Puas/kurang bermanfaat/ hampir tidak pernah, 1=sangat tidak bersaing/sangat tidak perlu/tidak pernah
berusaha/Tidak Puas/tidak bermanfaat/ tidak pernah mencoba
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2007

pesaing. Secara keseluruhan tanggapan responden biaya harga tiket angkutan penumpang udara yang
pegawai Garuda terhadap kondisi arena persaingan dapat ditawarkan oleh Garuda tidak memiliki keunggulan
dilihat pada tabel 3. dibandingkan dengan harga tiket angkutan penumpang
Dari indikator pengenalan terhadap produk sendiri, udara maskapai penerbangan lain. Dari sisi diferensiasi
sebanyak 63,75% responden sudah paham dengn produk terlihat bahwa Garuda berusaha untuk membuat
produknya sendiri. Hal ini mengindikasikan bahwa produknya khas. Namun, tetap saja produk Garuda ditiru
tingkat kesiapan prasyaratan penerapan konsep SCA oleh perusahan jasa penerbangan lain sehingga Garuda
memungkinkan untuk ditetapkan. Dari indikator perlu menciptakan dan memperhatikan kondisi entry
pengenalan terhadap pesaing, menunjukan bahwa Garuda barrier-nya. Dari sisi keberadaan litbang, sebanyak
mengetahui atau mengenali banyaknya produk layanan 50% responden menyatakan keberadaan litbang
yang sejenis dengan layanan yang diberikan oleh Garuda bermanfaat dan sangat bermanfaat tapi pemberian
di pasar, memahami siapa sebenarnya pesaing perusahaan penghargaan masih jarang (kadang-kadang). Untuk itu,
dan menyukai persaingan atau melihat arti manfaat dari Garuda perlu memperbaiki reward system terutama
persaingan. Namun, pengenalan terhadap produk pesaing bagi karyawan yang kreatif dan inovatif. Data diatas
sebanyak 56,25% responden masih kurang paham dengan juga mengindikasikan bahwa pasar dari produk-produk
keunggulan dan kelemahan produk perusahaan pesaing. Garuda masih belum fokus. Tanpa adanya fokus pasar
Gambaran tentang kondisi cara bersaing pada dari produk-produk yang dihasilkan tersebut, akan sulit
tabel 4 akan dapat membantu dalam menyimpulkan bagi Garuda untuk menerapkan konsep SCA. Usaha
kemungkinan dalam diterapkannya konsep SCA dalam Garuda dalam melakukan kerjasama dengan maskapai
strategi pemasaran. Beberapa komponen cara bersaing lain dianggap masih jarang dilakukan.
yang dianalisis pada bagian ini, meliputi komponen
keunggulan biaya perusahaan, upaya diferensiasi C. Upaya Pembenahan dalam Rangka Penerapan
produk yang dilakukan perusahaan, cara perusahaan Konsep SCA sebagai Strategi Pemasaran Garuda
menempatkan produknya (fokus), kepeloporan produk Untuk dapat menerapkan konsep SCA tersebut
perusahaan dan upaya perusahaan menjaga sinergitas perlu dilakukan beberapa upaya, yakni menentukan
usahanya dalam persaingan. tingkat kesiapan yang telah berjalan, menentukan
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa dari sisi keunggulan prioritas pembenahan, serta menjalankan upaya-upaya
KUNTJOROADI & SAFITRI, ANALISIS STRATEGI BERSAING 51

Tabel 5. Kategori Penilaian Kondisi Prasyarat Konsep SCA dan peningkatan nilai khususnya komponen sinergi dapat
diterapkan agar konsep SCA menjadi optimal.
No. Nilai Kategori Dengan menggunakan data pada tabel 6 dapat
1 1,00 s/d 1,80 Buruk / Sangat Rendah diperoleh prioritas pembenahan komponen prasyarat
konsep SCA yang didasarkan pada pemikiran skala
2 1,81 s/d 2,60 Buruk / Rendah prioritas (prioritas sangat mendesak, mendesak dan
3 2,61 s/d 3,40 Cukup Baik / Sedang tidak mendesak). Secara terperinci, prioritas ke-1
(sangat mendesak), meliputi komponen sinergi pasar;
4 3,41 s/d 4,20 Baik / Tinggi
prioritas ke-2 (mendesak), meliputi beberapa komponen
5 4,21 s/d 5,00 Sangat Baik / Sangat Tnggi pengenalan produk sendiri, pengenalan produk pesaing,
Sumber: Riduwan, 2007 keunggulan biaya, kekhasan produk, entry barrier, litbang
produk, fokus pasar dan kepeloporan produk; prioritas
ke-3 (tidak mendesak), meliputi komponen pengenalan
Tabel 6. Penilaian dan Kategori Kondisi Komponen Prasyarat
pesaing. Berdasarkan hasil pengharkatan kondisi
No Komponen Prasarat Penilaian Katagori komponen SCA, untuk menerapkan konsep SCA sebagai
strategi pemasaran Garuda harus dilakukan pembenahan
I Pesaing
berdasarkan skala prioritasnya tersebut.
1 Pengenalan Produk Sendiri 4.11 Baik / Tinggi Garuda perlu mengoptimalkan pelaksanaan sinergi
Sangat Baik /
melalui kerjasama dengan pihak lain seperti agen
2 Pengenalan Pesaing 4,36 penjualan tiket, agen perjalanan, agen wisata, perhotelan,
Sangat tinggi
perbankan dan maskapai penerbangan lain maupun
3 Pengenalan Produk Pesaing 3,8 Baik / Tinggi penyelenggara angkutan moda lain, misalnya kereta
II Cara Bersaing api dan bus antar kota. Kerjasama dengan pihak-pihak
tersebut sangat menguntungkan bagi Garuda dalam
A Keunggulan Biaya 3,89 Baik / Tinggi
memasarkan produk Garuda kepada masyarakat dan
B Diferensiasi Produk dapat mengurangi biaya pemasaran dan memperluas
1 Ke-Khas-an Produk 3,92 Baik / Tinggi
jaringan bisnis untuk sampai di setiap segmen pasar yang
ada. Kerjasama dengan pihak perbankan untuk pembelian
2 Entry Barrier 3,72 Baik / Tinggi tiket melalui ATM agar memudahkan konsumen dan
3 Litbang Produk 3,96 Baik / Tinggi dengan perusahaan transportasi darat dan laut perlu
di tingkatkan karena tidak semua daerah di Indonesia
C Fokus Pasar 4.06 Baik / Tinggi
memiliki fasilitas airport yang dapat didarati pesawat
D Kepeloporen Produk 4.04 Baik / Tinggi Garuda.
Cukup Baik /
Menurut Kuncoro (2002), menyatakan bahwa
E Sinergi 3,64 karateristik SDM yang diharapkan dalam konsep
Cukup Tinggi
SCA adalah SDM yang berharga, yaitu SDM yang
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian, 2007
mempunyai nilai tambah (value added), langka (rare),
pembenahan tertentu. Penentuan tingkat kesiapan dalam sukar ditiru (hard to imitate) dan memiliki kemampuan
menerapkan konsep SCA dilakukan dengan asumsi dalam manfaatnya (ability to exploit). Pembinaan dan
bahwa perusahaan atau usaha yang memiliki kondisi pengembangan SDM dapat dilakukan dengan berbagai
persyaratan konsep SCA yang lebih baik akan memiliki cara mulai dari pelatihan, workshop, seminar kegiatan
tingkat kesiapan yang lebih tinggi dibandingkan usaha lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan dan
yang kondisinya lebih rendah. Operasionalisasi dari pengembangan skill, dan pengalaman serta manajerial.
asumsi ini kemudian dikaitkan dengan pemberian Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Valle
penilaian pada kondisi yang ada pada tabel 5. (2008), perusahaan-perusahaan yang mengadopsi
Setelah ditetapkan kategori penilaian kondisi strategi berdasarkan kualitas atau inovasi umumnya
prasayarat konsep SCA dilakukan upaya pemberian menginvestasikan lebih banyak dananya pada pelatihan
nilai dari tiap komponen kondisi prasyarat konsep SCA agar mendapatkan performance yang lebih baik dari
yang dihasilkan dari pembahasan sebelumnya. Secara perusahaan sejenis.
rinci hasil penilaian terhadap seluruh komponen kondisi Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
prasyarat konsep SCA adalah pada tabel 5. menjalankan strategi perluasan pangsa pasar. Pertama,
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa komponen pengenalan kemungkinan terjadi anti trust, adanya kecenderungan
pesaing memperoleh nilai tertinggi yaitu 4,34 sedangkan pesaing akan menuduh perusahaan melakukan praktek
komponen lainnya mendapatkan nilai baik (tinggi), monopoli, misalnya dalam penyelengaraan angkutan
kecuali komponen sinergi yang memperoleh kategori haji yang Garuda dalam penyelenggaraan ibadah haji
cukup baik (cukup tinggi). Dengan demikian, dapat yang dikelola oleh pemerintah menjadi satu-satunya
dikatakan bahwa secara umum konsep SCA dapat di local airlines penyelenggara angkutan jemaah haji
terapkan sebagai strategi pemasaran Garuda. Pembenahan Indonesia pada setiap tahunnya dengan Saudi Air
52 Bisnis & Birokrasi, Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Vol. 16, No. 1, JanApr 2009, hlm. 45-52

sebagai partner. mendesak untuk dibenahi. Selain itu, perlu dilakukan


Kedua, biaya ekonomis, biaya yang diperlukan untuk pembenahan dan pengoptimalan terhadap penggunaan
memperoleh tambahan pangsa pasar, misalnya biaya strategi sinergi pasar, strategi pengembangan SDM dan
yang besar untuk membuka rute luar negeri karena adanya strategi perluasan pangsa pasar.
kewajiban/persyaratan yang memberatkan keuangan
perusahaan, misalnya kewajiban mempekerjakan local Daftar Pustaka
staff dengan peraturan perburuhan yang cenderung sulit
dilaksanakan oleh airline; biaya sewa tempat/kantor Armstrong ,J. Scott, dan Roderick J, Brodie. 1994. Effects of Port-
yang mahal; mengurus perizinan yang berbiaya tinggi; folio Planning Methods on Decision Making: Experimental
keharusan untuk melakukan kerjasama operasional Results. International Journal of Research in Marketing.
dengan flag airlines atau local airline setempat; North-Holland
adanya kemungkinan perusahaan yang mengambil Darmawan, Dwi Putra, dan Ida Bagus, Widia. Strategi PT Nanda
strategi bauran pemasaran yang keliru dalam upayanya Bangun Nusa untuk Mempertahankan Posisinya sebagai Market
memperoleh pangsa pasar yang lebih tinggi, misalnya Leader dalam Agribisnis Pertamanan pada Hotel Berbintang
strategi untuk terjun secara penuh menjadi sebuah Lima di Bali. www.ejournal.unud.ac.id.
maskapai berbiaya rendah (low cost carrier) yang David, Fred. R. 2004. Strategic Management. Sixth Edition. New
mayoritas dilakukan maskapai penerbangan di Indonesia. Jersey. Prentice Hall.
Pangsa pasar jenis jasa penerbangan rute internasional Day, George S. 1998. Strategic Marketing Planning: The Pursuit
yang beberapa tahun lalu pernah menjadi tulang of Competitive Advantage. St. Paul, MN: West Publishing
punggung Garuda. Namun, sejak terjadinya isu terorisme Company.
dengan puncaknya pada ledakan Bom Bali I dan wabah Del Valle, Ignacio Danvila, dan Miguel Angel Sastre Castillo. 2008.
SARS di Asia, pangsa pasar rute internasional menurun. Human Capital and Sustainable Competitive Advantage: an
Membaiknya perekonomian global serta Analysis of the Relationship between Training and Performance.
berkurangnya tren ancaman terorisme dan wabah Springer Science + Business Media. 22 April.
SARS belakangan ini, Garuda berusaha untuk kembali Fahy, John. 2002. A Resource-Based Analysis of Sustainable
mengoptimalkan rute penerbangan internasional dengan Competitive Advantage in a Global Environment. International
tetap memperhatikan faktor-faktor seperti keuangan, Business Review Vol. 11.
ketersediaan prasarana, ketersediaan pesawat, potensi Matthews, Judy.2005. Competitive Advantage in Public-Sector Or-
dan tingkat isian penumpang, dan budaya, ekonomi ganizations: Explaining the Public Good / Sustainable Competi-
dan politik. tive Advantage Paradox. Journal of Business Research Vol. 58.
Natalisa, Diah. 1995. Pemahaman Terhadap Segementasi Pelang-
Kesimpulan gan: Suatu Usaha untuk Meningkatkan Efektivitas Pemasaran
Jasa Penerbangan. Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol.
Berdasarkan hasil analisis matriks BCG, posisi 3 No.5 (Juni).
bersaing Garuda berada pada posisi star yang Nurhasanah, Nunung. 2006. Perumusan Strategi Pemasaran Melalui
berarti bahwa Garuda memiliki pertumbuhan long- Penentuan Prioritas Trapezoidal Fuzzy Number, Studi Kasus
run opportunities, yaitu Garuda akan memiliki pangsa Industri Minuman Tradisional. Jurnal Teknik Industri. Vol. 8,
pasar yang relatif tinggi dalam pertumbuhan pasar No. 2, (Desember).
industri transpotasi udara yang relatif tinggi. Prasyarat Pitelis, Christos N. The Sustainable Competitive Advantage and
konsep SCA sebagai strategi pemasaran Garuda Catching-up of Nations: FDI, Clusters and the Liability (Asset)
umumnya memiliki nilai baik (tinggi), kecuali pada of Smallness. Management International Review.
konsep pengenalan pesaing mempunyai nilai yang Porter, Michael.E. 1993. Keunggulan Bersaing. Alih Bahasa Agus
sangat baik (sangat tinggi) dan untuk komponen sinergi Dharma, Agus Maulana. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
memiliki nilai cukup baik (cukup tinggi). ____. 1998. Strategi Bersaing Alih Bahasa Sigit Suryanto. Jakarta:
Konsep SCA dapat diterapkan sebagai strategi Karisma Publishing Group.
pemasaran Garuda dengan melakukan pembenahan Sitepu, Masliana Bangun. 2005. Mengatasi Berbagai Tantangan
terhadap beberapa komponen prasyarat SCA, seperti dalam Era Globalisasi melalui Peningkatan Perilaku Kewira-
sinergi pasar sebagai prioritas utama untuk dibenahi dan swastaan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis &
komponen pengenalan pesaing mendapatkan prioritas Birokrasi, Vol.13, No.1 (Januari).

You might also like