You are on page 1of 7

ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2.

Mei2015

PENGARUH PENERAPAN TERAPI OKUPASI TERHADAP


PENURUNAN STRES PADA LANSIA DI PANTI
WERDHA DAMAI RANOMUUT MANADO

Dewantari L Ponto
Hendro Bidjuni
Michael Karundeng

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : pontodewantari@yahoo.co.id

ABSTRACT : The process of aging is a natural process that is accompanied by a decrease in


the physical, psychological and social that interact with each other. One of the psychological
issues that may be experienced by the elderly are stressed. Stress is the body's reaction to
something that causes pressure changes and emotional tension. One type of therapy that can
be used to reduce the stress is occupational therapy. This therapy focuses on the introduction
of the ability which still exist of a person, maintenance and enhancement aims to establish a
person to be independent.The purpose of this study to determine the effect of occupational
therapy on the level of stress in the elderly in Elderly Nursing Damai Ranomuut. Design
Researchis being used is pre experimental one group pretestposttest. Sampling techniques in
use is proposiv sampling. The sample in this study as many as 15 people. Test results using
Paired Samples T-Test Test in get p = 0.000 < = 0.05. Conclusion of the study shows the
influence of occupation on the level of stress in the elderly in Nursing Elderly Ranomuut.
Suggestions further improve the quality of healthcare for the elderly, particular elderly
special stress by providing a wide range of therapies such as occupational therapy.
Keywords: Stress, Occupational Therapy, Elderly

ABSTRAK : Proses menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi
fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Salah satu masalah
psikologis yang dapat dialami oleh lansia adalah stres. Stres adalah reaksi tubuh terhadap
sesuatu yang menimbulkan tekanan perubahan dan ketegangan emosi. Salah satu jenis terapi
yang dapat digunakan untuk mengurangi stres yaitu terapi okupasi. Terapi ini berfokus pada
pengenalan kemampuan yang masih ada pada seseorang, pemeliharaan dan peningkatan
bertujuan untuk membentuk seseorang agar mandiri. Tujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi okupasi terhadap tingkat stres pada lansia di Panti Werdha Damai Ranomuut. Desain
Penelitian yang di gunakan pra eksperimental one group pre test post test. Tehnik
pengambilan sampel yang di pakai ialah proposiv sampling. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 15 orang. Hasil penelitian menggunakan Uji T-Test Paired Samples Test di
dapatkan nilai p = 0,000 < = 0,05. Kesimpulan hasil penelitian menunjukan adanya
pengaruh okupasi terhadap tingkat stres pada lansia di Panti Werdha Ranomuut. Saran lebih
meningkatkan mutu kesehatan terhadap lansia, terutama lansia yang mengalami stres dengan
cara memberikan berbagai terapi seperti terapi okupasi.
Kata Kunci : Stres, Terapi Okupasi, Lansia

PENDAHULUAN Kemajuan dalam bidang medis dan ilmu


Keberhasilan pemerintah dalam kedokteran telah dapat meningkatkan
pembangunan nasional, telah mewujudkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya
hal yang positif diberbagai bidang. jumlah penduduk yang berusia lanjut
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei2015

meningkat dan bertambah cenderung apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia


cepat. Proses menua pada seseorang bukan suatu penyakit, namun merupakan
sebenarnya sudah mulai terjadi sejak tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
pembuahan atau konsepsi dan berlangsung yang ditandai dengan penurunan
sampai saat kematian. Proses menua kemampuan tubuh untuk beradaptasi
(aging) adalah proses alami yang disertai dengan stres lingkungan lansia adalah
adanya penurunan kondisi fisik, psikologis keadaan yang ditandai oleh kegagalan
maupun sosial yang saling berinteraksi seseorang untuk mempertahankan
satu sama lain. Keadaan itu cenderung keseimbangan terhadap kondisi stres
berpotensi menimbulkan masalah secara fisiologis. Kegagalan ini berkaitan
umum maupun kesehatan jiwa secara dengan penurunan daya kemampuan untuk
khusus pada usia lanjut (Kuntjoro, 2002). hidup serta peningkatan kepekaan secara
Saat ini diseluruh dunia jumlah lansia individual (Azizah, 2011). Salah satu
diperkirakan ada 500 juta dengan rata-rata kegagalan berkaitan dengan fungsi
usia 60 tahun dan diperkirakan pada tahun penurunan daya kemampuan pada lansia
2025 akan mencapai 1,2 milyar. Dinegara adalah penurunan fungsi kognitif yaitu
maju seperti Amerika Serikat pertambahan demensia.
lansia diperkirakan 1.000 per hari, pada Stres sebagai keadaan atau kondisi
tahun 1985 diperkirakan 50% dari yang tercipta bila transaksi seseorang yang
penduduk berusia di atas 50 tahun mengalami stres dan hal yang dianggap
sehingga istilah Baby Boom pada masa mendatangkan stres membuat orang yang
lalu berubah menjadi ledakan penduduk bersangkutan melihat ketidaksepadanan
lanjut usia (Bandiyah, 2009). Di antara keadaan atau kondisi dan sistem
Indonesia jumlah lansia mengalami sumber daya biologis, psikologis dan
peningkatan dari tahun 2000 sebanyak sosial yang ada padanya. Jika lansia tidak
15.262.199 jiwa dengan presentase bisa mengatasi atau menyesuaikan diri
(7,28%),tahun 2005 menjadi 17.767.709 terhadap perubahan-perubahan yang
jiwa dengan presentase (7,97%), dan pada terjadi pada masa tua, maka lansia tersebut
tahun 2010 meningkat juga menjadi akan terus memikirkan dan memiliki
19.936.895 jiwa dengan presentase persepsi yang buruk, maka dia akan
(8,48%), (Padila, 2013). Dan jumlah lansia menjadi pusing, mudah lelah, sulit tidur,
di Kota Manado sebanyak 20.391 jiwa dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut
(Data Statistik Indonesia, 2014). merupakan gejalah stress (Yosep, 2011)
Peningkatan jumlah penduduk lansia Menurut penelitian Graff (2007),
ini sebagai konsekuensi dari peningkatan salah satu cara untuk mengoptimalkan
usia harapan hidup. Peningkatan usia fungsi kognitif lansia adalah dengan
harapan hidup penduduk Indonesia ini menggunakan terapi okupasi. Terapi
merupakan indikasi berhasilnya okupasi merupakan suatu bentuk
pembangunan jangka panjang salah satu di psikoterapi suportif berupa aktivitas-
antaranya yaitu bertambah baiknya aktivitas yang membangkitkan
keadaan ekonomi dan taraf hidup kemandirian secara manual, kreatif dan
masyarakat. Dengan bertambahnya umur edukasional untuk penyesuaian diri
rata-rata ataupun harapan hidup (life dengan lingkungan dan meningkatkan
expectancy) pada waktu lahir, karena derajat kesehatan fisik dan mental pasien.
berkurangnya angka kematian kasar (crude Terapi okupasi bertujuan
date rate) maka presentasi golongan tua mengembangkan, memelihara,
akan bertambah dengan segala masalah memulihkan fungsi dan atau
yang menyertainya (Oktizulvia, 2011). mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk
Berdasarkan definisi secara umum, aktifitas sehari-hari, produktivitas dan
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) luang waktu melalui pelatihan, remediasi,
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei2015

stimulasi dan fasilitasi. Terapi okupasi yang digunakan adalah berbentuk


meningkatkan kemampuan individu untuk kuesioner Dass (Depression Anxiety and
terlibat dalam bidang kinerja berikut: Stress Scale). Kuisoner diajukan secara
aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan tertulis pada responden. Untuk mengukur
instrumental hidup sehari-hari. tingkat stres pada lansia digunakan skala
Berdasarkan hasil pengambilan data Likert dengan kriteria jawaban bila tidak
awal yang peneliti lakukan di Panti pernah=0, kadang-kadang=1, sering=2,
Werdha Damai Perkamil didapatkan sering sekali=3, jumlah pernyataan
jumlah lansia yang tinggal di panti tersebut sebanyak 14 item. Selanjutnya untuk
sebanyak 37 orang dan semua berjenis menentukan tingkat stres digunakan skala
kelamin perempuan. Berdasarkan hasil interval.
wawancara yang peneliti lakukan pada 6 Skor terendah x jumlah pertanyaan :
lansia yang berada di Panti Werdha Damai 0 X 14 = 0
Ranomuut Manado didapatkan 4 lansia Skor tertinggi x jumlah pertanyaan :
mengatakan merasa sepi karena jauh dari 3 X 14 = 42
anak serta tidak memiliki pasangan hidup, Interval yang diperoleh adalah :
sedangkan 2 orang lainnya mengatakan (42-0) : 4 = 10
seiring bertambahnya usia menyebabkan Kategori Stres Ringan : 0 - 10
tidak dapat melakukan kegiatan kegiatan Kategori Stres Sedang : 11 - 20
yang dulunya bisa dilakukan. Kategori Stres Berat : 21 - 30
Berdasarkan uraian di atas penulis Kategori Stres Sangat Berat : >30
merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Pengaruh
Penerapan Terapi Okupasi Terhadap HASIL dan PEMBAHASAN
Tingkat Stres Pada Lansia Di Panti A. Hasil Penelitian
Werdha Damai Perkamil Manado. Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Berdasarkan Umur Lansia di Panti
Werdha Damai Ranomuut Manado
METODE PENELITIAN Umur n %
Rancangan penelitian yang digunakan 60-65 tahun 5 33.3
dalam penelitian ini adalah 66-70 tahun 1 6.7
rancangan/desain peneliti pra 71-75 tahun 2 13.3
eksperimental one group pre test post test. >75 tahun 7 46.7
Dalam rencangan ini tidak ada kelompok Total 15 100.0
pembanding tetapi paling tidak sudah Sumber : Data Primer
dilakukan observasi pertama yang
memungkinkan peneliti dapat menguji
perubahan yang terjadi setelah adanya TABEL 2. Tabel Frekuensi
eksperimen (Setiadi, 2007). Penelitian ini Berdasrkan Suku Lansia di Panti
dilaksanakan di Panti Werdha Damai Werdha Ranomuut Manado
Ranomuut Manado pada tanggal 21 Suku n %
Januari 6 Februari 2015. Populasi dalam Batak 1 6.7
penelitian ini adalah seluruh lansia yang Jawa 1 6.7
ada di Panti Werdha Damai Ranomuut Kaili 1 6.7
Manado berjumlah 37 orang. Cara Minahasa 11 73.3
pemilihan sampel dilakukan dengan cara Tionghoa 1 6.7
Proposive sampling yaitu 15 orang. Cara Total 15 100.0
pengambilan sampel penelitian yang telah Sumber : Data Primer
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Pada penelitian ini instrument penelitian
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei2015

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat responden menurut umur menunjukan


Stres Lansia Sebelum Terapi Okupasi bahwa responden terbanyak berumur >75
Tingkat n % tahun yaitu 7 orang, dan responden yang
Stres paling sedikit yaitu pada umur 66-70 tahun
Ringan 1 6.7 berjumlah 1 orang. Semakin bertambahnya
Sedang 9 60.0 umur manusia, terjadi proses penuaan
Berat 5 33.3 secara segeneratif yang akan berdampak
Total 15 100.0 pada perubahan-perubahan pada diri
Sumber : Data Primer manusia, tidak hanya perubahan fisik,
tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan
sexual (Azizah, 2011)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Lansia akan mengalami berbagai
Stres Lansia Sesudah Terapi Okupasi masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan
Tingkat n % psikologis. Salah satu masalah psikologis
Stres yang dialami lansia adalah stres
Ringan 6 40.0 (Sunaryo,2004). Menurut penelitian
Sedang 9 60.0 Nasution (2011), umur juga adalah salah
Total 15 100.0 satu faktor penting yang menjadi penyebab
Sumber : Data Primer stres, semakin bertambah umur seseorang,
semakin mudah mengalami stres.
Dalam penelitian ini sampel yang
Tabel 5. Hasil Rata-Rata Mean diambil hanya perempuan, hal ini sejalan
Tingkat Stres Sebelum dan Sesudah dengan yang disampaikan Indian Woman
Terapi Okupasi Pada Lansia di Panti Health (2009) dalam Iting (2012) bahwa
Werdha Damai Ranomuut Manado stres pada perempuan ditemukan 3 kali
Tingkat Mean n SD lebih banyak daripada laki-laki. Hal ini
Stres disebabkan oleh faktor biologis, yaitu
Sebelum 18.33 15 3.309 neurotransmitter serotinin yang merupakan
Terapi salah satu unsur biologis yang berpengaruh
Okupasi terhadap terjadinya stres pada seseorang.
Sesudah 12.33 15 3.498 Dimana otak pria dan wanita memiliki
Terapi kemampuan yang berbeda dalam
Okupasi menghasilkan hormon serotinin. Serotinin
Sumber : Data Primer merupakan senyawa kimia yang
dilepaskan tubuh kedalam sel-sel otak
yang berfungsi sebagai jembatan
Tabel 6. Uji T-test Paired Samples penghantar pesan didalam otak yang
Test berhubungan dengan emosi. Pada seorang
Mean SD t df Pvalu
e yang sedang mengalami stres maka kadar
Tingkat
stres 6.000 1.604 14.491 14 0.000
serotinin akan menurun dibandingkan saat
sebelum
terapi
normal. Pada keadaan normal otak pria
Tingkat dan wanita mempunyai kadar serotinin
stres
sesudah yang seimbang, namun otak pria lebih
terapi cepat 52% dari otak perempuan dalam
Sumber : Data Primer
menghasilkan serotinin, hal inilah yang
menjadi penyebab perempuan lebih mudah
mengalami stres.
B. Pembahasan
Distribusi responden berdasarkan suku
Penelitian ini di lakukan di Panti
menunjukan bahwa responden yang paling
Werdha Damai Ranomuut Manado dengan
banyak bersuku minahasa yaitu sebanyak
jumlah sample 15 orang. Distribusi
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei2015

11 orang (73,3%), sedangkan suku paling tapi sekarang menjadi pengangguran dan
sedikit batak, jawa, kaili dan tionghoa ketika lansia mengalami kemunduran fisik
masing-masing berjumlah 1 orang (6,7%). yang dirasakan sebagai beban itulah yang
Perbedaan suku membuat para lansia sulit membuat lansia mereka menjadi stres.
untuk berinteraksi dengan lansia lain Hasil penelitian tingkat stres responden
sehingga secara tidak langsung membuat sesudah terapi okupasi menunjukan bahwa
lansia menjadi isolasi sosial. Isolasi sosial tingkat stres sesudah terapi okupasi
adalah perasaan kesepian yang dialami mengalami penurunan yaitu stres ringan
individu dan dirasakan sebagai keadaan sebanyak 6 orang (40%) dan stres sedang
negatif yang mengancam (Nauli, 2011) sebanyak 9 orang (60%). Dari 5 responden
Dalam kegiatan terapi okupasi yang yang mengalamin Stres berat menurun
dilakukan di panti werdha damai ranomuut menjadi stres sedang, sedangkan dari 9
manado selama 4 kali dalam 2 minggu responden 5 diantaranya menurun menjadi
memberikan ruang waktu kepada para stres ringan. Hasil penelitian tersebut di
lansia untuk saling mengenal dan dukung oleh penelitian Indriana,dkk
berinteraksi dengan lansia lainnya melalui (2010) yang serupa dengan Tingkat Stres
kegiatan terapi okupasi. di Panti Werdha Pucang Gading
Hasil penelitian yang didapatkan dari Semarang, penelitian ini di lakukan pada
15 responden berdasarkan tingkat stres 32 responden. Adapun hasilnya 81,25%
responden sebelum terapi okupasi menunjukkan keluhan berat dan 18,75%
menunjukan bahwa tingkat stres tertinggi menunjukkan keluhan sedang. Faktor-
adalah sedang sebanyak 9 orang (60.0%), faktor yang menyebabkan stres bagi para
tingkat stres terendah adalah tingkat stres lansia Panti Wredha ini dalam urutan 5
ringan yaitu sebanyak 1 orang (6.7%). besar antara lain : perubahan dalam
Stres adalah gangguan pada tubuh dan aktivitas sehari-hari, perubahan dalam
pikiran pada lansia yang disebabkan oleh perkumpulan keluarga, kematian
perubahan dan tuntutan kehidupan, yang pasangan, kematian anggota keluarga, dan
dipengaruhi oleh lingkungan maupun perubahan dalam pilihan maupun kuantitas
penampilan individu di dalam lingkungan olahraga maupun rekreasi, dan perubahan
(Sunaryo,2004). dalam pekerjaan.
Tingkat stres lansia berarti pula tinggi Hasil penelitian ini mengalami adanya
rendahnya tekanan yang dirasakan atau perubahan tingkat stres sebelum dan
dialami oleh lansia sebagai akibat dari sesudah terapi okupasi. Hasil ini
stressor berupa perubahan-perubahan baik dibuktikan dengan adanya penurunan skor
fisik, mental, maupun sosial dalam stres pada lansia tersebut. Berdasarkan
kehidupan yang dialami lansia. Penilaian hasil penelitian terdapat penurunan nilai
individu terhadap stressor akan rata-rata tingkat stres sebelum dan sesudah
mempengaruhi kemampuan individu untuk terapi okupasi. Dimana rata-rata tingkat
melakukan tindakan pencegahan terhadap stres sebelum terapi okupasi adalah 18,33
stressor yang membuat stres (Safari dan dan rata-rata tingkat stres sesudah terapi
Saputra, 2009). okupasi adalah 12,33. Adanya penurunan
Berdasarkan hasil penelitian yang tingkat stres ini juga terlihat dari analisa
di Panti Werdha Damai Ranomuut stres statistik dengan menggunakan uji T-test
yang dialami lansia berhubungan dengan Paired Samples Test di peroleh Pvalue =
kurangnya hubungan sosial antar lansia 0,000 < = 0.05 pada taraf signifikan 95%
yang tinggal dipanti, tidak harmonisnya maka Ha diterima, ini menunjukan bahwa
hubungan dengan keluarga, kegiatan, dan ada pengaruh penerapan terapi okupasi
status, penurunan fungsi fisik dengan terhadap tingkat stres pada lansia di Panti
penyakit yang sudah lama diderita. Werdha Ranomuut Manado.
Aktivitas para lansia yang semula bekerja
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei2015

Menurut penelitian Oktizulvia (2010) yang baik dari lansia dalam menghadapi
mereka yang memiliki konsep hidup stressor
tradisional seperti dihormati dan dirawat
dimasa tua, tapi pada kenyataannya harus SIMPULAN
hidup di panti dalam sistem nilai yang Berdasarkan hasil penelitian yang
berbeda dengan yang dianut misalnya dilakukan peneliti di Panti Werdha Damai
kurang di hormati, tidak dirawat oleh Ranomuut Manado maka hasil penelitian
anak-anak serta tidak lagi tergantung ini dapat disimpulkan bahwa : Sebelum
secara ekonomi pada keluarga. Keadaan dilakukan terapi okupasi, tingkat stres
ini dapat mempengaruhi psikologi dan lansia tertinggi adalah stres sedang dan
kesejahteraan lanjut usia. Untuk yang terendah adalah ringan. Sesudah
memperoleh dukungan sosial para lansia dilakukan terapi okupasi tidak ada lagi
juga perlu berinteraksi dengan orang lain lansia yang mengalami stres berat, tingkat
seperti membuat kontak sosial. Hal ini stres hanya berada pada tingkat stres
juga sesuai dengan penelitian Hayati sedang dan normal. Terdapat pengaruh
(2010), yang menunjukan bahwa lansia pemberian terapi okupasi terhadap
akan lebih merasa senang dan bahagia penurunan stres pada lansia di Panti
dengan adanya aktivitas rutin seperti Werdha Damai Ranomuut Manado.
rekreasi serta mempunyai hubungan sosial
dengan kelompok seusianya, karena hal
tersebut dapat mengisi waktu luang DAFTAR PUSTAKA
mereka. Azizah, 2011. Keperawatan Lanjut Usia.
Dengan adanya perbedaan sebelum dan Yogyakarta:Graha ilmu
sesudah dilakukan terapi okupasi, peneliti Badan Statistik Indonesia (2014) Jumlah
berasumsi bahwa penerapan terapi okupasi Penduduk menurut Kelompok
baik digunakan terhadap lansia yang Umur, Jenis Kelamin, Provinsi dan
mengalami stres. Penerapan terapi okupasi Kabupaten/Kota,
ini dapat meningkatkan mutu kesehatan 2005.(www.datastasistikindonesi.c
lansia serta penanganan yang baik om/portal/index.php?option=com_t
terhadap lansia yang mengalami stres. abel&at=1&idtabel=116&Itemid=1
Sebaiknya, penerapan terapi okupasi 65_ Diakses pada tanggal 8
dilanjutkan di panti werdha untuk lebih Oktober 2014)
menciptakan sosialisasi antar lansia yang Bandiyah, 2009. Lanjut Usia dan
satu dengan yang lainnya serta lansia dapat Keperawatan Gerontik.
merasakan perasaan yang bahagia untuk Yogyakarta: Nuha Medika
menciptakan berbagai kesejahteraan. Graff, 2007. Terapi Aktifitas Kelompok
Menurut penelitian Kristyaningsih (TAK) Terapi Okupasi Daily
(2011) dukungan keluarga merupakan Activity.
aspek penting yang harus ada di dalam (https://id.scribd.com/doc/1237472
suatu keluarga, karena Efek dari dukungan 37/tak.,diakses tanggal 06 Oktober
keluarga terhadap kesehatan dan 2014, jam 21.00)
kesejahteraan berfungsi bersamaan,
dengan peningkatan usia harapan hidup Hayati. 2010.Pengaruh Dukungan Sosial
tentunya mempunyai dampak lebih banyak Terhadap Kesepian Pada Lansia.
terjadi penyakit pada lansia, terbesar (http://repository.usu.ac.id/bitstrea
adalah gangguan depresi atau stres. m/123456789/14512/1/10E00077.p
Sehingga dalam hal ini perlu adanya peran df,, diakses tanggal 15 April 2015,
serta yang besar dari keluarga dalam jam 11.30)
memberikan dukungan dan pemenuhan
kebutuhan lansia, sehingga timbul koping
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 2. Mei2015

Indriana, Kristiana, Sonda, Intinirian. Riyadi dan Purwanto. 2009. Asuhan


2010.Tingkat Stres Lansia di Panti Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
Werdha Puncak Gading Graha Ilmu
Semarang.
(http://ejournal.undip.ac.id/index.p Safari, T. & Saputra, NE. (2009).
hp/psikologi/article/view/2953/263 Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi
9, di akses tanggal 3 April Aksara
2015,jam 10.30)
Iting.(2012). Efektifitas Terapi Tertawa Setiadi. 2007. Konsep Dan Penulisan Riset
Terhadap Penurunan Gejala Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Depresi Pada Lansia di Panti Ilmu
Werdha Hisosu
Binjai.(http://etd.eprints.ums.ac.id Setyoadi. 2012. Perbedaan Tingkat
/6425/J210050063.pdf, diakses 30 Kualitas Hidup Pada Wanita Lansia
April 2015, jam 22.30) Di Komunitas Dan Panti.
(http://ejournal.umm.ac.id/index.ph
Kuntjoro, 2002. Masalah kesehatan jiwa p/keperawatan/article/viewFile/621
lansia. (http://www.e- /641_umm_scientific_journal.pdf,
psikologi.com/artikel/lanjut- diakses tanggal 4 desember 2014,
usia/masalah kesehatan jiwa jam 23.00).
lansia/.pdf,diakses tanggal 20
oktober 2014,jam 19.00) Sunaryo.(2004). Psikologi Untuk
Keperawatan. Jakarta:
Nasution,H. (2011). Gambaran Coping BukuKedokteran. EGC.
StresPadaWanitaMadyaDalamMeg
hadapiPramenopaus.Skripsi.Fakult Oktizulvia, 2010. Hubungan Dukungan
asPsikologiUniversitas Sumatera Keluarga Dengan Kejadian Depresi
Utara. Pada Lansia Di Wilayah Kelurahan
(http://repository.usu.ac.id/bitstrea Perupuk Tabing Kecamatan Kota
m/123456789/24670/4/Chapter%- Tengah Padang. Fakultas
2011.pdf . diakses tanggal 20 maret Keperawatan Universitas Andalas
2015) Padang.
(http://repository.unand.ac.id/1802
Nauli. 2011. Pengaruh Logoterapi Lansia 2/1/.pdf.,diakses tanggal 06
Dan Psikoedukasi Keluarga Oktober 2014, jam 21.00)
Terhadap Depresi dan Kemampuan
Memaknai Hidup Pada Lansia di Padila, 2013. Buku Ajar Keperawatan
Kelurahan Katulampu Bogor Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Timur. Fakultas Ilmu Keperawatan Medika
Program Magister Ilmu
Keperawatan. Universitas Yosep. I, 2011. Keperawatan jiwa.
Indonesia. (http://lib.ui.ac.id/.pdf., Bandung:Refika Aditama
diakse tanggal 9 mei 2015, jam
10.20)
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika

You might also like