You are on page 1of 22

BAB I

Pendahuluan

1. Latar belakang
Hemorrhoid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan merupakan
suatu keadaan yang patologis (tidak normal), namun bila sudah mulai menimbulkan
keluhan, harus segera dilakukan tindakan untuk mengatasinya. Hemorrhoid dari kata
''haima'' dan ''rheo''. Dalam medis, berarti pelebaran pembuluh darah vena (pembuluh
darah balik) di dalam pleksus hemorrhoidalis yang ada di daerah anus. Dibedakan
menjadi 2, yaitu hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna yang pembagiannya
berdasarkan letak pleksus hemorrhoidalis yang terkena. Hemorrhoid merupakan
gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran pembuluh (dilatasi) vena. Pelebaran
pembuluh vena yang terjadi di daerah anus sering terjadi. Pelebaran tersebut disebut
venecsia atau varises daerah anus dan perianus. Pelebaran tersebut disebabkan oleh
bendungan darah dalam susunan pembuluh vena. Pelebaran pembuluh vena di daerah
anus sering disebut wasir, ambeien atau hemorrhoid.1,2

gambar 1. Anatomi kanalis anal

Hemorrhoid dapat dibagi atas hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna.


Hemorrhoid interna adalah pleksus vena hemorhoidalis superior di atas garis mukokutan
dan ditutupi oleh mukosa. Hemorhoid eksterna sering dijumpai pada tiga posisi primer,
yaitu kanan-depan, kanan belakang, dan kiri-lateral. Hemorhoid yang lebih kecil terdapat
antara ketiga letak primer. Hemorhoid eksterna yang merupakan pelebaran dan

1
penonjolan pleksus hemorhoid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di
dalam jaringan di bawah epitel anus. Kedua pleksus hemorrhoid, internus dan eksternus,
saling berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali
bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemorrhoid interna mengalirkan
darah ke vena hemorhoidalis superior dan selanjutkan ke vena porta. Pleksus hemorrhoid
eksternus engalirkan darah ke perdaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha
ke vena iliaka. 1,2

Hemorrhoid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang
peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan
obesitas. Hemorrhoid dapat juga disebabkan karena bendungan sentral seperti bendungan
susunan portal pada sirosis hepatic, herediter atau penyakit jantung koroner, serta
pembesaran kelenjar prostat pada pria tua, atau tumor pada rektum. 1,2

Dewasa ini, pola makan masyarakat semakin berubah sesuai dengan tuntutan keadaan.
Banyak para pekerja yang hanya mengutamakan rasa kenyang di banding gizi dari
makanan yang hendak dimakan. Yang penting, cepat dan bisa langsung kenyang.
Kebanyakan makanan-makanan itu sangat rendah kandungan seratnya. Padahal
mengonsumsi makanan rendah serat terlalu banyak dapat menyebabkan susah buang air
besar. Bila sudah mengalami kesulitan dalam buang air besar, maka pada akhirnya untuk
mengeluarkan faeses kita harus mengejan. Hal ini menyebabkan pembuluh darah di
daerah anus, yakni pleksus hemorrhoidalis akan merenggang, membesar karena adanya
tekanan yang tinggi dari dalam.2

Bila hal ini terjadi secara terus-menerus, maka pembuluh darah itu tidak akan mampu
kembali ke bentuk semula. Kejadian ini dialami pula oleh wanita yang sedang hamil dan
seseorang yang obesitas. Lama kelamaan, akan terjadi penonjolan hemorrhoid yang tidak
dapat dimasukkan kembali ke dalam anus, sehingga harus dilakukan operasi. Hemorrhoid
yang membesar dapat disertai dengan prolaps yang melalui anus. Bila prolaps tidak
segera diobati dapat menjadi kronik dan bisa terinfeksi atau mengalami trombosis. Bila
prolaps sudah terinfeksi akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat dan akan terjadi
pendarahan yang banyak. Penderita hemorrhoid yang sudah prolaps pada saat defekasi
akan keluar darah yang banyak dan rasa nyeri.2

2
Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan sayuran yang
banyak, dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras. Apabila
banyak memakan makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih yang
banyak dapat meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat. Selain itu hemorrhoid
dapat dicegah dengan cara olah raga yang cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiri
tidak terlalu lama.1,2

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Anatomi kanalis analis


Hemorrhoid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Plexus hemorrhoidalis tersebut merupakan jaringan
normal yang terdapat pada semua orang yang berfungsi untuk mencegah inkontinensia flatus
dan cairan. Karena adanya suatu faktor pencetus, pleksus tersebut dapat mengalami
pelebaran, inflamasi, bahkan perdarahan. Pelebaran ini berkaitan dengan peningkatan tekanan
vena pada pleksus tersebut yang sering terjadi pada usia 50 tahun ke atas. Dimana pelebaran
ini tidak diikuti dengan perubahan kondisi anatomi dari kanalis analis. 1,3

Kanalis analis merupakan bagian terbawah dari usus besar yang berfungsi untuk
mengeluarkan feses. Secara anatomi, kanalis analis memiliki panjang kurang lebih 1,5 inci
atau sekitar 4 cm, yang berjalan ke bawah dan belakang dari ampulla rekti sampai anus.
Selain saat defekasi, dinding kanalis analis dipertahankan oleh musculus levator ani dan
musculus sphincter ani supaya saling berdekatan. Mekanisme sphincter ani memiliki tiga
unsur pembentuk yakni musculus sphincter ani externus, musculus sphincter ani internus,
dan musculus puborectalis. Musculus sphincter ani internus dibentuk oleh penebalan otot
polos stratum circulare pada ujung atas kanalis analis sehingga bekerja secara involuntar.
Sedangkan musculus sphincter ani externus dilapisi oleh otot lurik sehingga bekerja secara
voluntar. 3,4

Vaskularisasi kanalis analis sebagian besar diperoleh dari arteri hemorrhoidalis


superior, arteri hemorrhoidalis medialis, dan arteri hemorrhoidalis inferior. Arteri
hemorrhoidalis superior merupakan kelanjutan langsung dari arteri mesenterika inferior.
Arteri hemorrhoidalis medialis merupakan percabangan anterior arteri iliaka interna, dan
arteri hemorrhoidalis inferior merupakan cabang arteri pudenda interna. 3,4

Sistem vena pada kanalis analis berasal dari vena hemorrhoidalis superior dan vena
hemorrhoidalis inferior. Vena hemorrhoidalis superior berasal dari plexus hemorrhoidalis
internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya

4
melalui vena lienalis ke vena porta. Vena hemorrhoidalis inferior mengalirkan darah ke
dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan sistem kava.3,4

Gambar 2. Vaskularisasi kanalis anal

Sistem simpatik dan sistem parasimpatik memegang peranan penting dalam


persarafan rektum. Serabut simpatik berasal dari plexus mesenterikus inferior dan sistem
parasakral yang terbentuk dari ganglion-ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan
keempat. Sedangkan persarafan parasimpatik berasal dari saraf sakral kedua, ketiga, dan
keempat.3,4

Penderita hemorrhoid sering mengeluh merasa tidak nyaman akibat benjolan yang
keluar dari anus. Keluhan tersebut dikarenakan gangguan rotasi bantalan anus. Dalam
keadaan normal, bantalan anus akan menempel secara longgar pada lapisan otot sirkuler.
Namun ketika defekasi, musculus sphincter ani externa akan berelaksasi. Bantalan anus akan
berotasi ke arah luar (eversi) membentuk bibir anorektum. Faktor endokrin, usia, konstipasi,
dan mengejan dalam waktu yang lama menyebabkan gangguan eversi pada bantalan
tersebut.3

Defekasi merupakan suatu proses pembuangan kotoran seperti pembuangan tinja atau
feses. Pada prosesnya, rektum dan kanalis analis memiliki peranan untuk mengeluarkan
massa feses yang terbentuk dengan cara yang terkontrol. Refleks kontraksi dari rektum dan
otot sphincter akan menimbulkan keinginan untuk defekasi. Refleks tersebut dipicu oleh
gerakan usus yang mendorong feses ke arah rektum. Selain itu, dengan adanya kontraksi dari

5
sphincter ani externa dan sphincter ani interna menyebabkan feses tidak keluar secara terus
menerus melainkan sedikit demi sedikit.3,4,5

2.2 Epidemiologi

Prevalensi hemorrhoid di Indonesia juga tergolong cukup tinggi. Sepuluh juta orang
di Indonesia menderita hemoroid, dengan prevalensi lebih dari 4%. Penelitian menunjukkan
bahwa ada 1,5 juta resep untuk penyakit hemoroid setiap tahunnya. Masyarakat banyak yang
belum mengerti bahkan tidak tahu mengenai gejala dan komplikasi yang timbul dari penyakit
ini. Umur rata-rata penderita hemoroid antara 45-65 tahun. Laki-laki dan perempuan
mempunyai risiko yang sama. Risiko hemoroid justru meningkat seiring bertambahnya usia,
dimana usia puncak adalah 45-65 tahun. 6,7,8

Penelitian dari ruang endoskopi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada
Januari 1993 Desember 1994 dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108
(26,09%) kasus hemoroid. Penelitian lain di rumah sakit yang sama pada tahun 1998-2005
menemukan sekitar 9% pasien dengan keluhan sembelit ternyata menderita kanker usus
besar, dan sekitar 39,6% penderita sembelit mengalami hemoroid. 6,7,8

Suatu studi prospektif yang dilakukan di Rajashi Medical College Hospital


menunjukkan bahwa dari 430 pasien yang didiagnosa menderita hemorrhoid, terdapat 180
pasien atau sekitar 41,86% berada dalam rentang usia 21- 30 tahun. Penelitian yang
dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2005 juga menunjukkan angka yang
cukup tinggi, yaitu sebesar 31,4% orang Indonesia berusia 21-30 tahun menderita Iritable
Bowel Syndrome yang dapat disebabkan oleh hemorrhoid. Jumlah penderita hemoroid di
Amerika mencapai 4.4% dari total populasi. Pasien yang menderita hemoroid lebih sering
ditemukan pada ras kaukasian, dari golongan sosioekonomi yang tinggi. Berdasarkan jenis
kelamin belum diketahui, walaupun laki-laki lebih umumnya lebih sering datang berobat.
Tapi perlu diketahui, kehamilan dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang menjadi
predisposisi gejala hemoroid pada wanita. Berdasarkan umur hemoroid eksterna lebih sering
terjadi pada usia muda dan umur pertengahan dibandingkan dengan usia lebih lanjut.
Prevalensi hemoroid bertambah seiring bertambahnya umur, dimana puncaknya pada umur
45-65 tahun. 6,7,8

6
Menurut data WHO, jumlah penderita hemoroid di dunia pada tahun 2008 mencapai
lebih dari 230 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 350 juta jiwa pada tahun
2030. 6,7,8

2.3 Faktor resiko


Faktor risiko hemorrhoid antara lain: 2,4
a. Kurangnya konsumsi makanan berserat
Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi
apabila diiringi dengan peningkatan intake cairan yang cukup setiap hari. Konsumsi
cairan dapat membantu kerja serat makanan dalam tubuh. Suatu studi meta-analisis di
Barcelona menyimpulkan bahwa kebiasaan mengonsumsi serat akan menurunkan
gejala dan perdarahan pada hemorrhoid.

b. Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar yang
disebabkan oleh tinja yang kering dan keras pada colon descenden yang menumpuk
karena absorpsi cairan yang berlebihan.18 Pada konstipasi diperlukan waktu
mengejan yang lebih lama. Tekanan yang keras saat mengejan dapat mengakibatkan
trauma berlebihan pada plexus hemorrhoidalis sehingga menyebabkan hemorrhoid.
Beberapa penyebab konstipasi antara lain :
- Peningkatan stress psikologis
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat
gerak peristaltik usus melalui kerja epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stress
juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi
colon).
- Ketidaksesuaian diet
Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu produk yang tidak cukup untuk
merangsang refleks pada proses defekasi. Makan makanan yang rendah serat
seperti; beras, telur dan daging segar akan membuat makanan tersebut bergerak
lebih lambat di saluran cerna. Namun dengan meningkatkan intake cairan dapat
mempercepat pergerakan makanan tersebut di saluran cerna.
- Penggunaan obat-obatan

7
Obat-obatan seperti ; morfin, codein, obat-obatan adrenergik dan antikolinergik
lain dapat memperlambat pergerakan colon melalui mekanisme kerja sistem
syaraf pusat sehingga dapat menyebabkan konstipasi.
- Usia lanjut
Pada orang lanjut usia terjadi penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna.
Sehingga konsistensi tinja yang dikeluarkan menjadi keras.

c. Usia
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot sphincter
pun juga menjadi tipis dan atonis. Karena sphincternya lemah maka dapat timbul
prolaps. Selain itu pada usia tua juga sering terjadi sembelit yang dikarenakan
penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna. Hal tersebut menyebabkan
konsistensi tinja menjadi keras. Sehingga terjadi penekanan berlebihan pada plexus
hemorrhoidalis yang dipicu oeh proses mengejan untuk mengeluarkan tinja.
Pada tahun 2009, sebuah penelitian pada pasien hemorrhoid usia 16-80 tahun
di Park Klinik Berlin mengambil kesimpulan bahwa faktor usia di atas 46 tahun
memiliki risiko tinggi terhadap kejadian hemorrhoid. Hal tersebut diperkuat oleh
penelitian pada penderita hemorrhoid di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010
yang menunjukkan bahwa insiden tertinggi kasus hemorrhoid terjadi pada usia 45
tahun dengan prosentase sebesar 43,4% dari 83 sampel yang diteliti.

d. Keturunan
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak lahir
akan memudahkan terjadinya hemorrhoid setelah mendapat paparan tambahan seperti
mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan lain-lain. Dalam suatu
penelitian dengan subjek pria dan wanita usia >40 tahun di Semarang tahun 2007
menunjukkan bahwa riwayat hemorrhoid dalam keluarga merupakan faktor risiko
hemorrhoid. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian pada penderita
hemorrhoid di RS. Bakti Wira Tamtama Semarang pada tahun 2008. Penelitian
tersebut menunjukkan bahwa keturunan merupakan faktor risiko dari hemorrhoid.

e. Tumor abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian hemorrhoid
adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal, dan lain-lain.
8
Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya terganggu dan menyebabkan
pelebaran plexus hemorrhoidalis. Penelitian dengan subjek pria dan wanita usia > 40
tahun di Semarang tahun 2007 menunjukkan bahwa tumor merupakan faktor risiko
dari kejadian hemorrhoid.

f. Pola buang air besar yang salah


Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi hemorrhoid.
Menurut dr. Eka Ginanjar, dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus dan
anus tidak dalam posisi tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan dan gesekan pada
vena di daerah rektum dan anus. Berbeda halnya pada penggunaan jamban jongkok.
Posisi jongkok saat defekasi dapat mencegah terjadinya konstipasi yang secara tidak
langsung dapat mencegah terjadinya hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan pada
posisi jongkok, valvula ilicaecal yang terletak antara usus kecil dan caecum dapat
menutup secara sempurna sehingga tekanan dalam colon cukup untuk mengeluarkan
feses. Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda ke jamban ketika sudah dirasa
ingin buang air besar juga dapat menurunkan kejadian konstipasi. Namun sebuah
studi pada tahun 2007 di RSUP Dr. Kariadi Semarang mengambil satu kesimpulan,
bahwa posisi saat buang air besar bukan merupakan faktor resiko dari kejadian
hemorrhoid

g. Kurang intake cairan


Kurangnya intake cairan setiap hari dapat meningkatkan kejadian hemorrhoid.
Hal tersebut dikarenakan, kurangnya intake cairan dapat menyebabkan tinja menjadi
keras sehingga seseorang akan cenderung mengejan untuk mengeluarkan tinja
tersebut.
Sementara itu, proses mengejan tersebut dapat meningkatkan tekanan pada plexus
hemorrhoidalis. Dengan intake cairan yang cukup setiap harinya dapat membantu
melunakkan tinja dan membersihkan usus. Sehingga tidak perlu mengejan untuk
mengeluarkan tinja. Menurut seorang dokter penyakit dalam RS. Cipto
Mangunkusumo setiap orang membutuhkan air kurang lebih 30 mililiter per kilogram
berat badan setiap hari.

9
h. Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi untuk
duduk dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan hemorrhoid. Selain itu
dengan melakukan olahraga yang ringan seperti berenang dan menggerakkan daerah
perut diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi ketegangan dari otot. Namun
dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat seperti mengangkat benda berat akan
meningkatkan risiko kejadian hemorrhoid. Hal tersebut dikarenakan terjadi
peregangan musculus sphincter ani yang berulang sehingga ketika penderita
mengejan akan terjadi peregangan yang bertambah buruk.
Penelitian pada pasien hemorrhoid di RS Bagatelle Cedex tahun 2005
mengambil kesimpulan bahwa aktivitas fisik yang berat merupakan faktor risiko dari
hemorrhoid. Penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan di Park
Klinik Berlin tahun 2009 pada pasien hemorrhoid usia 16-80 tahun. Dari penelitian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas yang berat dapat menyebabkan
hemorrhoid. Namun penelitian lain pada pasien hemorrhoid di RS Bakti Wira
Tamtama Semarang tahun 2008 menunjukkan hasil yang berbeda. Dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang berat tidak berhubungan dengan
kejadian hemorrhoid.

i. Kehamilan
Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil akan mengakibatkan
peristaltik saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya berelaksasi. Sehingga akan
mengakibatkan konstipasi yang akan memperberat sistem vena. Pelebaran vena pada
wanita hamil juga dapat dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada rongga abdomen.
Selain itu proses melahirkan juga dapat menyebabkan hemorrhoid karena adanya
penekanan yang berlebihan pada plexus hemorrhoidalis. Sebuah penelitian di
Hospital for Sick Children Toronto dari 88 orang ibu hamil didapatkan 99% dari
responden tersebut mengalami hemorrhoid.

2.4 Klasifikasi
Bersadarkan asalnya hemorrhoid dibagi dalam: 1,2
1. Hemorrhoid Interna
2. Hemorrhoid Eksterna

10
Dan dapat dibagi lagi menurut keadaan patologis dan klinisnya, misalnya meradang,
trombosis atau terjepit.

Gambar 3. Hemorrhoid interna dan eksterna

Hemorrhoid Interna 1,2

Pleksus hemorrhoidalis interna dapat membesar, apabila membesar terdapat


peningkatan yang berhubungan dalam massa jaringan yang mendukungnya, dan
terjadi pembengkakan vena. Pembengkakan vena pada pleksus hemorrhoidalis interna
disebut dengan hemorrhoid interna Hemorrhoid interna jika varises yang terletak pada
submukosa terjadi proksimal terhadap otot sphincter anus. Hemorrhoid interna
merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah
bawah. Hemorrhoid interna sering terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan,
kanan belakang, dan kiri lateral. Hemorrhoid yang kecil-kecil terdapat diantara ketiga
letak primer tersebut. Hemorrhoid interna letaknya proksimal dari linea pectinea dan
diliputi oleh lapisan epitel dari mukosa, yang merupakan benjolan vena
hemorrhoidalis interna. Pada penderita dalam posisi litotomi terdapat paling banyak
pada jam 3, 7 dan 11 yang oleh Miles disebut: three primary haemorrhoidalis areas.

Trombosis hemorrhoid juga terjadi di pleksus hemorrhoidalis interna.


Trombosis akut pleksus hemorrhoidalis interna adalah keadaan yang tidak
menyenangkan. Pasien mengalami nyeri mendadak yang parah, yang diikuti
penonjolan area thrombosis. Berdasarkan gejala yang terjadi, terdapat empat tingkat
hemorrhoid interna, yaitu;

11
Tingkat I : perdarahan pasca defekasi dan pada anoskopi terlihat permukaan dari
benjolan hemorrhoid.

Tingkat II : perdarahan atau tanpa perdarahan, tetapi sesudah defekasi terjadi prolaps
hemorrhoid yang dapat masuk sendiri.

Tingkat III : perdarahan atau tanpa perdarahan sesudah defekasi dengan prolaps
hemorrhoid yang tidak dapat masuk sendiri, harus didorong dengan jari.

Tingkat IV : hemorrhoid yang terjepit dan sesudah reposisi akan keluar lagi.

Hemorrhoid Eksterna 1,2

Pleksus hemorrhoid eksterna, apabila terjadi pembengkakan maka disebut


hemorrhoid eksterna. Letaknya distal dari linea pectinea dan diliputi oleh kulit biasa
di dalam jaringan di bawah epitel anus, yang berupa benjolan karena dilatasi vena
hemorrhoidalis.

Ada 3 bentuk yang sering dijumpai:

1. Bentuk hemorrhoid biasa tapi letaknya distal linea pectinea.


2. Bentuk trombosis atau benjolan hemorrhoid yang terjepit.
3. Bentuk skin tags.

Biasanya benjolan ini keluar dari anus kalau penderita disuruh mengedan, tapi
dapat dimasukkan kembali dengan cara menekan benjolan dengan jari. Rasa nyeri
pada perabaan menandakan adanya trombosis, yang biasanya disertai penyulit seperti
infeksi, abses perianal atau koreng. Ini harus dibedakan dengan hemorrhoid eksterna
yang prolaps dan terjepit, terutama kalau ada edema besar menutupinya. Sedangkan
penderita skin tags tidak mempunyai keluhan, kecuali kalau ada infeksi.

Hemorrhoid eksterna trombotik disebabkan oleh pecahnya venula anal. Lebih


tepat disebut hematom perianal. Pembengkakan seperti buah cery yang telah masak,
yang dijumpai pada salah satu sisi muara anus. Tidak diragukan lagi bahwa, seperti
hematom, akan mengalami resolusi menurut waktu. Trombosis hemorrhoid adalah
kejadian yang biasa terjadi dan dapat dijumpai timbul pada pleksus analis eksternus di
bawah tunika mukosa epitel gepeng, di dalam pleksus hemorrhoidalis utama dalam

12
tela submukosa kanalis analis atau keduanya. Trombosis analis eksternus pada
hemorrhoid biasa terjadi dan sering terlihat pada pasien yang tak mempunyai stigmata
hemorrhoid lain. Sebabnya tidak diketahui, mungkin karena tekanan vena yang tinggi,
yang timbul selama usaha mengejan berlebihan, yang menyebabkan distensi dan
stasis di dalam vena. Pasien memperlihatkan pembengkakan akuta pada pinggir anus
yang sangat nyeri

Berdasarkan Derajat Hemoroid

- Derajat I : Hemoroid (+), prolaps (keluar dari dubur) (-).


- Derajat II : Prolaps waktu mengejan, yang masuk lagi secara spontan.
- Derajat III : Prolaps yang perlu dimasukkan secara manual.
- Derajat IV : Prolaps yang tidak dapat dimasukkan kembali

2.5 Patofisiologi

Menurut Marvin L Corman, ada empat teori mayor yang berhubungan dengan faktor
penyebab timbulnya hemorhoid:

1. Adanya dilatasi abnormal dari vena di dalam pleksus vena hemorroidalis interna,
yang merupakan percabangan dari vena hemorroid superior dan tengah.
2. Adanya distensi abnormal dari anastomosis arteriovena yang lokasinya sama
dengan pembengkakan anus.
3. Perubahan tempat atau prolaps dari pembengkakan anus
4. Adanya kerusakan dari sistem jaringan penghubung. 4

Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis


yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko sehingga terjadi gangguan aliran balik. Faktor
resiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar, konstipasi, peningkatan
intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan
janin pada abdomen dan perubahan hormonal), hipertensi portal.4

Penderita hemorrhoid sering mengeluh merasa tidak nyaman akibat benjolan yang
keluar dari anus. Keluhan tersebut dikarenakan gangguan rotasi bantalan anus. Dalam
keadaan normal, bantalan anus akan menempel secara longgar pada lapisan otot sirkuler.
Namun ketika defekasi, musculus sphincter ani externa akan berelaksasi. Bantalan anus akan

13
berotasi ke arah luar (eversi) membentuk bibir anorektum. Faktor endokrin, usia, konstipasi,
dan mengejan dalam waktu yang lama menyebabkan gangguan eversi pada bantalan tersebut.
3,4,5

Defekasi merupakan suatu proses pembuangan kotoran seperti pembuangan tinja atau
feses. Pada prosesnya, rektum dan kanalis analis memiliki peranan untuk mengeluarkan
massa feses yang terbentuk dengan cara yang terkontrol. Refleks kontraksi dari rektum dan
otot sphincter akan menimbulkan keinginan untuk defekasi. Refleks tersebut dipicu oleh
gerakan usus yang mendorong feses ke arah rektum. Selain itu, dengan adanya kontraksi dari
sphincter ani externa dan sphincter ani interna menyebabkan feses tidak keluar secara terus
menerus melainkan sedikit demi sedikit. 3,4,5

Faktor mengedan pada buang air besar yang sulit dan terjadinya konstipasi yang
disebabkan karena kurang minum dan kurang mengkonsumsi makanan berserat akan
meningkatkan tekanan vena hemoroid, dan akan memperparah timbulnya hemoroid, sering
adalah kehamilan menyebabkan kekambuhan atau rekurensi hemoroid yang sebelumnya
sudah ada. Pada kehamilan terjadi peningkatan kadar hormon estrogen sehingga tonus otot-
otot tractus digestivus menurun menyebabkan motilitas seluruh tractus digestivus juga
berkurang. Hipertensi portal adalah peningkatan berlebihan tekanan vena portal. Penyakit hati
kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid, karena vena
hemoroidalis superior mengalirkan darah kedalam sistem portal. Selain itu sistem portal tidak
mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.4

Pada usia lanjut sering terjadi hemoroid disebabkan karena peristaltik colon yang
melemah gagal mengosongkan rectum sehingga terjadinya konstipasi. Selain itu proses
defekasi yang seharusnya dibantu oleh kontraksi dinding abdomen juga sering kali tidak
efektik karena abdomen sudah melemah. 4

2.6 Gejala klinis

Dalam praktiknya, sebagian besar pasien tanpa gejala. Pasien diketahui menderita
hemoroid secara kebetulan pada waktu pemeriksaan untuk gangguan saluran cerna bagian
bawah yang lain waktu endoskopi/kolonoskopi (teropong usus besar). Pasien sering
mengeluh menderita hemorrhoid atau wasir tanpa ada hubungan dengan gejala rectum atau

14
anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungan dengan hemorrhoid interna
dan hanya timbul pada hemorrhoid eksterna yang mengalami thrombosis. 2

Gejala yang paling sering ditemukan adalah perdarahan lewat dubur, nyeri,
pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret atau keluar cairan melalui dubur, rasa
tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di daerah pantat. Perdarahan
umumnya merupakan tanda utama pada penderita hemorrhoid interna akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses,
dapat hanya berupa garis pada anus atau kertas pembersih sampai pada pendarahan yang
terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah
yang keluar berwarna merah segar. Pendarahan luas dan intensif di pleksus hemorrhoidalis
menyebabkan darah di anus merupakan darah arteri. Datang pendarahan hemorrhoid yang
berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. Hemorrhoid yang membesar secara
perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal
penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh reduksi sesudah selesai
defekasi. 2

Pada stadium yang lebih lanjut hemorrhoid interna didorong kembali setelah defekasi
masuk kedalam anus. Akhirnya hemorrhoid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami
prolaps menetap dan tidak dapat terdorong masuk lagi. Keluarnya mucus dan terdapatnya
feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemorrhoid yang mengalami prolaps menetap.
Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini
disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul
apabila terdapat trombosis yang meluas dengan udem meradang. 2

Apabila hemorrhoid interna membesar, nyeri bukan merupakan gambaran yang biasa
sampai situasi dipersulit oleh trombosis, infeksi, atau erosi permukaan mukosa yang
menutupinya. Kebanyakan penderita mengeluh adanya darah merah cerah pada tisu toilet
atau melapisi feses, dengan perasaan tidak nyaman pada anus secara samar-samar.
Ketidaknyamanan tersebut meningkat jika hemorrhoid membesar atau prolaps melalui anus.
Prolaps seringkali disertai dengan edema dan spasme sfingter. Prolaps, jika tidak diobati,

15
biasanya menjadi kronik karena muskularis tetap teregang, dan penderita mengeluh
mengotori celana dalamnya dengan nyeri sedikit. Hemorrhoid yang prolaps bias terinfeksi
atau mengalami trombosis, membrane mukosa yang menutupinya dapat berdarah banyak
akibat trauma pada defekasi. 2

Hemorrhoid eksterna, karena terletak di bawah kulit, cukup sering terasa nyeri,
terutama jika ada peningkatan mendadak pada massanya. Peristiwa ini menyebabkan
pembengkakan biru yang terasa nyeri pada pinggir anus akibat trombosis sebuah vena pada
pleksus eksterna dan tidak harus berhubungan dengan pembesaran vena interna. Karena
thrombus biasanya terletak pada batas otot sfingter, spasme anus sering terjadi. Hemorrhoid
eksterna mengakibatkan spasme anus dan menimbulkan rasa nyeri. Rasa nyeri yang dirasakan
penderita dapat menghambat keinginan untuk defekasi. Tidak adanya keinginan defekasi,
penderita hemorrhoid dapat terjadi konstipasi. Konstipasi disebabkan karena frekuensi
defekasikurang dari tiga kali per minggu. 2

Hemorrhoid yang dibiarkan, akan menonjol secara perlahan-lahan. Mula-mula


penonjolan hanya terjadi sewaktu buang air besar dan dapat masuk sendiri dengan spontan.
Namun lama-kelamaan penonjolan itu tidak dapat masuk ke anus dengan sendirinya sehingga
harus dimasukkan dengan tangan. Bila tidak segera ditangani, hemorrhoid itu akan menonjol
secara menetap dan terapi satu-satunya hanyalah dengan operasi. Biasanya pada celana dalam
penderita sering didapatkan feses atau lendir yang kental dan menyebabkan daerah sekitar
anus menjadi lebih lembab. Sehingga sering pada kebanyakan orang terjadi iritasi dan gatal di
daerah anus.2

4
2.7 Diagnosis
1. Inspeksi
Pada inspeksi, hemorhoid eksterna mudah terlihat apalagi bila sudah
mengalami trombus, sedangkan hemorhoid eksterna sudah dapat terlihat terlihat pada
pemeriksaan, saat istirahat atau ketika berbaring. Hemorhoid interna yang prolaps
dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat
dengan menyuruh pasien untuk mengejan.

16
2. Rectal Toucher (Colok Dubur)
Pada colok dubur, hemorhoid interna biasanya tidak teraba dan juga tidak
sakit. Dapat diraba bila sudah mengalami trombus atau sudah ada fibrosis. Trombus
dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar.
3. Anoskopi
Dengan cara ini kita dapat melihat hemorhoid interna. Benjolan hemorhoid
akan menonjol pada ujung anoskop. Pada anoskopi dapat dilihat warna selaput lendir
yang merah meradang atau perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya
benjolan. Trombosis terlihat sebagai massa biru atau ungu mengkilat dengan bekuan
subkutan berdekatan dengan anus.
4. Pemeriksaan Feses
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).
5. Pemeriksaan laboratorium darah
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat hemoglobin / hematokrit jika
perdarahan yang terjadi sangat besar dan menerus.

2.8 Diagnosis banding

Perdarahan rektum yang merupakan manifetasi utama hemorrhoid interna juga terjadi
pada karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan penyakit lain
yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan.
Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif bergantung pada keluhan
gejala penderita. 1

Prolaps rektum harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemorrhoid interna.
Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari
hemorrhoid yang mengalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak akibat thrombosis
hemorrhoid eksterna sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit sentinel pada
garis tengah dorsal yang disebut umbai kulit dapat menunjukkan adanya fisura anus. 1

2.9 Penatalaksanaan
1. Regulasi buang air besar
Terapi hemorrhoid interna yang simptomatik harus ditetapkan secara
perorangan. Hemorrhoid merupakan suatu hal yang normal sehingga tujuan terapi

17
bukan untuk menghilangkan pleksus hemorhoidal tetapi untuk menghindari keluhan.
Kebanyakan pasien hemorrhoid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal
yang sederhana dengan perhatian pada kebersihan dan penghindaran mengejan
berlebihan pada defekasi disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri
atas makanan berserat tinggi, yang membuat gumpalan isi usus besar dan lunak,
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan. 1

2. Terapi injeksi (skleroterapi)

Penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam


minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa didalam jaringan areolar yang
longgar di bawah hemorrhoid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril
yang kemudian menjadi fibrotik dan meniggalkaaan parut. Penyuntikan dilakukan di
sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop.
Penyuntikan yang dilakukan pada tempat yang tepat tidak akan menimbulkan nyeri.
Penyulit penyuntikan antara lain infeksi, misalnya prostatitis akut (jika penyuntikan
dilakukan melalui prostat) dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikkan.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan
terapi yang efektif hemorrhoid interna derajat I dan II. 1

3. Ligasi dengan gelang karet

Hemorrhoid yang besar mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi


gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemorrhoid
yang menonjol dijepit dan ditarik atau diisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang
karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus
hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa
bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal
hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi hanya ikat satu kelompok hemorrhoid,
sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu. 1

18
Penyulit utama ligasi ialah timbulnya nyeri karena mengenai garis mukokutan.
Untuk menghindari ini, gelang ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri
hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi suatu hemorrhoid
mengalami nekrosis karena biasanya setelah 7-10 hari. 1

4. Krioterapi

Hemorrhoid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu rendah


sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa
yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih cocok untuk terapi
paliatif karsinoma rektum yang inoperabel. 1

5. Terapi bedah

Hemorrhoidektomi dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun


dan pada penderita hemorrhoid III dan IV. Terapi ini juga dapat dilakukan pada
penderita dengan perdarahan berulang dan anemi yang tidak sembuh dengan cara
terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemorrhoid derajat IV yang mengalami
thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dangna hemorrhoidektomi.
Prinsis yang harus diperhatikan pada hemorrhoidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada dengan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter
anus. 1,2

6. Hemorrhoidopeksi dengan stapler

Karena bantalan hemorrhoid merupakan jaringan normal yang berfungsi


sebagai katub untuk mencegah inkontinensia flatus dan cairan, pada hemorrhoid
derajad III dan IV tidak perlu dilakukan hemorrhoidektomi tetapi cukup menarik
mukosa dan jaringan submukosa rektum distal keatas dengan menggunakan sejenis
stapler, sehingga hemorrhoid akan kembali ke posisi semula yang normal. 1,2

19
7. Tindakan bedah lain

Dilatasi anus yang dilakukan dalam anastesi dimaksudkan untuk memutus


jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan keluar anus atau spasme yang
merupakan faktor penting dalam pembentukan hemorrhoid. Metode dilatasi menurut
lord ini kadang disertai dengan penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
Dengan terapi sesuai semua hemorrhoid simtomatis dapat dibuat menjadi
asimtomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus. Hemorrhoidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik.
sesudah terapi penderita harus diajari unutk menghindari obstipasi dengan makan
makanan berserat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemorrhoid. 1

Hemorrhoid eksterna yang mengalami thrombosis

Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat,


salep analgesic untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan, dan sedasi.
Istirahat ditempat tidur dapat membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan. 1

Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat segera ditolong dan menunjukkan
hasil yang baik. terapi dilakukan dengan cara mengeluarkan thrombus atau melakukan
eksisi lengkap scera hemorhoidektomi menggunakan anatesi lokal. Bila trombus
sudah dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit
dan terbentuknya thrombus kembali di bawahnya. Nyeri segera hilang pada saat
tindakan, dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka berada didaerah
yang kaya akan darah. Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan,
dalam hal ini terapi konservatif merupakan pilihan. Usaha reposisi hemorrhoid
eksterna yang mengalami trombus tidak boleh dilakukan karena kelainan ini terjadi
pada struktur luar anus yang tidak dapat direposisi. 1

20
BAB III

KESIMPULAN

Hemorrhoid adalah varikositis akibat pelebaran (dilatasi) pleksus vena hemorrhoidalis


interna. Hemorrhoid dibagi atas hemorrhoid interna bila pembengkakan vena pada pleksus
hemorrhoidalis interna, hemorrhoid eksterna apabila terjadi pembengkakan di pleksus
hemorrhoidalis ekterna.

Hemorrhoid interna jika varises yang terletak pada submukosa terjadi proksimal
terhadap otot sphincter anus. Letaknya distal dari linea pectinea dan diliputi oleh kulit biasa
di dalam jaringan di bawah epitel anus, yang berupa benjolan karena dilatasi vena
hemorrhoidalis. Faktor risiko hemorrhoid, yaitu; keturunan, anatomi, pekerjaan, umur,
endokrin, mekanis, fisiologis, dan radang.

Gejala klinis hemorrhoid, yaitu; darah di anus, prolaps, perasaan tidak nyaman pada
anus (mungkin pruritus anus), pengeluaran lendir, anemia sekunder (mungkin), tampak
kelainan khas pada inspeksi, gambaran khas pada anoskopi, atau rektoskopi. Terapi
hemorrhoid derajat I dan II
terapi yang diberikan berupa terapi lokal dan himbauan tentang perubahan pola makan.
Dianjurkan untuk banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang banyak mengandung
air. derajat III dan IV, terapi yang dipilih adalah terapi bedah yaitu dengan hemoroidektomi.
Terapi ini bisa juga dilakukan untuk pasien yang sering mengalami perdarahan berulang,
sehingga dapat sebabkan anemia, ataupun untuk pasien yang sudah mengalami keluhan-
keluhan tersebut bertahun-tahun.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, de Jong. 2010. Hemorrhoid. Buku ajar ilmu bedah. Ed 3rd. Jakarta :
EGC. Hal 788-792
2. Suprijono MA. 2010. Hemorrhoid. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan
Agung. Hal 23-30
3. Ulima B, 2012. Faktor resiko kejadian hemorrhoid pada usia 21-30 tahun. Karya tulis
ilmiah. Semarang. Universitas diponegoro. Hal 1-23
4. Hasnil, Mubarak. 2010. Karakteristik penderita hemorrhoid berdasarkan umur dan
jenis kelamin di RSUP H. adam Malik tahun 2008-2009. Medan. Universitas
Sumatera Utara.
5. Sherwood L. 2012. Fisiologi manusia dari sel ke system. Ed 6th. Jakarta. EGC. Hal
688-689.
6. Septadina IS, Veronica F. 2015. Gambaran histopatologi epitel transisional kolorektal
pada pasien hemorrhoid. Jurnal. Palembang. Universitas Sriwijaya. Hal 86-89
7. Fridolin W, Saleh I, Hernawan AD. 2015. Faktor resiko berhubungan dengan kejadian
hemorhod pada pasien di RSUD Dr Soedarso Pontianak. Jurnal. Hal 5-15
8. Winangun IMA, Aduputra PAT, Maliawan S, Kawiyana KS. Penatalaksanaan
hemoroid interna menggunakan Teknik Rubber Band Ligation. Denpasar. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. Hal 2

22

You might also like