You are on page 1of 4

Marasmus

Definisi

salah satu bentuk Malnutrisi paling sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena
masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa
neonatus serta kesehatan lingkungan.memiliki satu atau lebih tanda defisiensi protein dan kalori

Etiologi

Marasmus disebabkan oleh masukan kalori yang tidak cukup karena diet (Pola makan) yang
tidak benar, seperti pada keadaan hubungan orang tua anak terganggu sehingga mennyebabkan
kesalahan pemberian makanan , atau karena kelainan metabolik dan malformasi kongenital.
Gangguan berat setiap sistem tubuh (Infeksi Kronik) juga dapat mengakibatkan malnutrisi

Patofisiologi

Untuk kelangsung hidup jaringan diperlukan sejumlah energi yang dalam keaadaan normal
dapat dipenuhi dari makanan yang diberikan. Kebutuhan ini tidak terpenuhi pada masukan yang
kurang, karena itu pemenuhannya digunakan cadangan protein yang tersimpan dalam tubuh sebagai
sumber energi. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi
kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya, seperti
berbagai asam amino. Karena itu pada marasmus kadang-kadang masih bisa didapatkan kadar asam
amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin

Diagnosa

Gejala Klinis
Gambaran klinis akan jelas memperlihatkan seorang anak yang kurus kering, semula anak
rewel, cengeng walaupun telah diberi minum, dan sering bangun malam. Pada tahap berikutnya anak
bersifat penakut, apatik, dan nafsu makan menghilang. Sebagai akibat dari kegagalan tumbuh
kembang akan terlihat berat badan menurun, jaringan subkutan menghilang sehingga turgor menjadi
jelek dan kulit berkeriput. Pada keadaan lebih berat jaringan lemak pipi pun menghilang, sehingga
wajah anak menyerupai wajah orang lanjut usia. Vena superfisialis kepala terlihat jelas, fontanela
cekung,tulang pipi dan dagu terlihat menonjol, mata lebih besar dan cekung. Perut dapat membuncit
atau mencekung dengan gambaran usus terlihat jelas, atrofi otot akan menimbulkan hipotonia.
Kadang-kadang terdapat edema ringan pada tungkai, tetapi tidak pada muka. Suhu tubuh umumnya
subnormal, nadi lambat dan metabolisme basal menurun, sehingga ujung tangan dan kaki terasa
dingin dan nampak sianosis

Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta yang sering dijumpai adalah enteritis, cacingan, tuberkulosis, dan
defisiensi vitamin A. Karena itu pada pemeriksaan marasmus hendaknya diperhatikan kemungkinan
adanya penyakit tersebut, yang akan mempengaruhi tindakan pengobatannya.

Tata Laksana

Prinsip pengobatan marasmus adalah:

1) Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologik tinggi,


tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral
2) Makanan harus dihidangkan dalam bentuk mudah dicerna dan diserap
3) Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan sangat
rendah.
4) Penanganan terhadap penyakit penyerta.
5) Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap
keluarga.

Dalam aplikasinya penanganan marasmus berat pada tahap awal adalah mengatasi kelainan akut,
seperti diare, bronkopneumonia, atau penyakit infeksi berat lainnya, gangguan elektrolit dan
keseimbangan asam basa, renjatan(shock), gagal ginjal, gagal jantung. Dalam keadaan dehidrasi dan
asidosis pedoman pemberian cairan paraenteral adalah sebagai berikut:

1) Jumlah cairan adalah 250 ml/kg BB/hari


2) Jenis cairan yang dipilih adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa dinaikkan
menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia.
3) Cara pemberiannya adalah sebanyak 60 ml/kg BB diberikan dalam 4-8 jam pertama,
kemudian sisanya diberikan dalam waktu 16-20 jam berikutnya. Selain itu ASI atau
susu formula dapat diberikan per oral bila anak telah dapat minum. Pengobatan cairan
intravena tersebut dapat dimodifikasi sesuai keadaan penderita dan jenis penyakit
penyerta

Makanan tinggi energi tinggi protein (TETP) diolah dengan kandungan protein yang dianjurkan
adalah 3,0 – 5,0 g/kg BB sehari. Biasanya dalam pemberian makanan diperlukan pula penambahan
vitamin dan mineral, khususnya vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C, asam folat mineral
kalium, magnesium, dan besi.

Asam folat diberikan per oral dengan variasi dosis antara 3x5 kali mg/hari pada anak kecil
dan 3x15 pada anak besar. Kebutuhan kalium dipenuhi dengan pemberian KCL oral sebanyak 75-
100 mg/kg BB/hari (ekuivalen dengan 1-2 mEq/kg BB/hari); bila terdapat tanda hipokalemia
diberikan KCL secara intravena dengan dosis 3-4 mEq/kg BB. Magnesium diberikan intramuskular
atau intravena dalam bentuk larutan MG-sulfat 50% sebanyak 0,4-0,5 mEq/kg BB/hari selama 4-5
hari pertama perawatan. Pada hari perawatan ke 5 sampai ke 10 diberikan per oral dalam bentuk
larutan Mg-klorida dengan dosis 0,1-0,3 mEq/kg BB/hari. Termurah adalah fero-sulfat dengan dosis
3x10 mg/kg BB/hari per oral atau parenteral. Pada keadaan hipoglikemia berat (glukosa darah <30
mg/dl) diberikan 1-2 ml glukosa 40%/kg BB secara intravena. Karena sering terjadi defisiesi enzim
disakaridase, pemberian susu dengan kadar laktosa rendah akan lebih banyak menolong, pemberian
lemak nabati akan lebih baik dari lemak hewani.

Penyuluhan dan pemberian makanan yang adekuat, baik kualitas maupun kuantitas,
merupakan upaya pencegahan yang ampuh. Bahan makanan yang dikonsumsi hendaknya berasal
dari sumber makanan setempat. Dalam menangani masalah Marasmu perlu juga dipertimbangkan
faktor ekonomi, sosial, dan budaya keluarga atau masyarakat lingkungannya.

Terapi dietetik
Cara pemberian makan pada marasmus berat dibagi atas 3 tahap

1. Tahap penyesuaian
Tahap ini merupakan peralihan ke makanan biasa selama toleransi anak terhadap makanan masih
rendah. Makanan yang diberikan diawali dengan yang lebih encer, lebih cair, bernilai kalori dan
protein rendah, kemudian secara bertahap ditingkatkan hingga tercapai jumlah kalori 150-200
kkal/kg BB dan protein 3,0-5,0 g/kg BB sehari.tergantung dari kemampuan penderita lama
penyesuaian ini biasanya bervariasi 1-2 minggu; atau lebih lama. Pada aplikasinya penderita dibagi
menjadi 2 golongan menurut berat badannya, yaitu berat badan kurang dari 7 kg dan lebih dari 7 kg.

 Berat badan kurang dari 7 kg.


Jenis makanan yang diberikan adalah makanan bayi. Pada awal perawatan makanan utamanya
dalah susu yang diencerkan (1/3,2/3,3/3) atau susu formula yang dimodifikasi (susu rendah laktosa).
Untuk tambahan kalori dapat diberikan glukosa 2-5% dan tepung 2%. Kemudian secara berangsur
dapat diberikan buah + biskuit. Makanan lunak dan makanan lembik. Selain itu bila ada ASI dapat
terus diberikan

 Berat badan lebih dari 7 kg


Jenis makanan adalah makanan untuk anak berumur kebih dari 1 tahun, dimulai dengan
pemberian kalori 50 kkal/kg BB. Protein 1,0 g/kg BB, dan cairan 200 ml/kg BB sehari. Bentuk
makan yang diberikan dimukai dengan pemberian makanan cair yang diencerkan, kemudian
secara bertahap dikentalkan (1/3,2/3,3/3). Bahan makanan utama dan sumber protein makanan
cair adalah susu. Sebagai tambahan kalori dapat diberikan glukosa 5%. Dalam tahap awal ini
makanan cair diberikan lebih sering dengan porsi lebih kecil dan bila perlu dengan sonde. Setelah
diberikan makanan cair penuh dan toleransi makanan anak membaik, dapat dimulai dengan
pemberian makanan lunak, disusul dengan makanan biasa.

2. Tahap penyembuhan
Bila keadaan umum anak, toleransi terhadap makanan, dan nafsu makan membaik, pemberian
makanan dapat ditingkatkan secara berangsur setiap 1-2 hari sehingga tercapai konsumsi kalori
sebanyak 150-200 kkal/kg BB dan protein 3,0-5,0 g/kg BB sehari

3. Tahap lanjutan
Setelah tercapai penyembuhan, pemberian makanan perlu dikembalikan dari jenis makanan Tinggi
Energi Tinggi Protein (TETP) ke makanan dengan kebutuhan nutrien yang baku.

Prognosis
Dengan pengobatan yang adekuat, umumnya penderita dapat tertolong walaupun diperlukan
waktu sekitar 2-3 bulan untuk tercapainya berat badan yang lumayan. Biasanya pertumbuhan fisik
hanya terpaut sedikit dengan anak sebayanya. Namun perkembangan intelektualnya mengalami
kelambatan yang menetap, khususnya kelainan mental dan defisiensi persepsi. Retardasi
perkembangan akan lebih nyata lagi bila penyakit ini diderita sebelum anak berumur 2 tahun, ketika
terjadi masih terjadi proses proliferasi, mielinisasi, dan migrasi sel otak.

You might also like