You are on page 1of 8

JIIA, VOLUME 2 No.

2, APRIL 2014
PERSEPSI PETANI TERHADAP KINERJA PENYULUH DI BP3K SEBAGAI
MODEL COE (CENTER OF EXCELLENCE) KECAMATAN METRO BARAT
KOTA METRO

(The Farmers Perception to the Extension Workers Performances in BP3K as a CoE


(Center Of Excellence) Model, West Metro District Metro City)

Aris Ardiansyah, Sumaryo GS, Helvi Yanfika

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jalan Prof. Dr. Soemantri
Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145, Telp. 085658803452, e-mail: arisardiansyah14@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research aims to identify the extension workers performance level and the farmers perception
to the extension workers performance of West MetroBP3K as BP3K CoE Model in West Metro District,
Metro City. This research was done in four Sub-Districts namely Mulyojati, Mulyosari, Ganjar Agung,
and Ganjar Asri as development area BP3K West Metro. The research was conducted on July to
August 2013. The number of samples were 7 extension workers and 95 farmers that was taken using
proportional random sampling. The analysis method is used in this research is descriptive, qualitative
method and Rank Spearman analysis. The result of research show that: (1) The level of extension
workers performance in BP3K West Metro district was categorized into medium class (2) The level of
farmers perception to the extension workers performances of West Metro BP3K were categorized
into medium class (3) The factors relating to the farmers perception in extension workers performance
of West Metro BP3K were level of farmers education, farmers social interaction, and the level of
farmers income. The farmers age, the length of farmers experience, and the number of farmer
families member were not really related.

Key words: Extension Workers, Farmers, Model CoE, Perception, and Performance

PENDAHULUAN ditetapkan 50 BP3K yang dijadikan BP3K Model


yang difasilitasi (Bakorluh 2012).
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting
dalam perekonomian nasional. Agenda revitalisasi Diharapkan BP3K Model mampu menjadi entry
pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan point program sekaligus mengawal program.
pertanian yang dicanangkan pada tahun 2005 yaitu BP3K harus dikuatkan atau ditingkatkan
mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan, kapasitasnya sehingga menjadi semacam Centers
yang difokuskan pada penataan kelembagaan of Excellence (CoE). Penguatan peran BP3K
penyuluhan pertanian, peningkatan kuantitas dan melaui CoE diharapkan mampu mewujudkan
kualitas penyuluh pertanian, peningkatan pendekatan pembangunan pertanian yang lebih
kelembagaan dan kepemimpinan petani, terintegrasi dari sisi perencanaan, pelaksanaan,
peningkatan sistem penyelenggaraan penyuluhan pengendalian, pendampingan, serta pemantauan dan
pertanian, dan pengembangan kerjasama antara evaluasi program. BP3K Model CoE akan menjadi
sistem penyuluhan pertanian dan agribisnis. tempat bertemunya pihak Pemda, Perguruan Tinggi,
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Sekretariat Pengusaha/Industri/Perbankan, dan kelompok tani.
Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Terpilihnya BP3K Metro Barat sebagai Model CoE
Perikanan, dan Kehutanan Provinsi Lampung diharapkan dapat meningkatkan kinerja penyuluh
Nomor 052/041/B/IV.01/B/2012 tentang penetapan dengan cara pendampingan dari Perguruan Tinggi
lokasi kelembagaan yang di fasilitasi yaitu Balai atau Tim Fakultas Pertanian dan Pemerintah
Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Provinsi Lampung atau Bakorluh. Menurut
(BP3K) Model Provinsi Lampung tahun 2012, Sumaryo, Listiana dan Gultom (2012) beberapa

182
JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014
BP3K sudah memiliki sumberdaya yang memadai, sekunder. Data primer diper oleh melalui
termasuk gedung, lahan percontohan, tenaga wawancara dengan responden dengan
penyuluh, dan lain-lain. Namun dari sisi kinerja menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang
sebagian besar BP3K tersebut masih memiliki telah dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari
kinerja yang sangat memprihatinkan. instansi yang terkait dengan penelitian.

Lebih lanjut Effendi dan Sumaryo (2000 dalam Responden dalam penelitian ini adalah penyuluh dan
Hermawan 2005) menyatakan bahwa rendahnya petani binaan yang ada di Kecamatan Metro Barat.
kinerja penyuluh pertanian dapat ditandai dengan Jumlah penyuluh di Kecamatan Metro Barat
rendahnya efektivitas penyuluhan. Penyebab sebanyak 7 orang dan seluruhnya akan dijadikan
menurunnya kinerja penyuluh dikarenakan materi sampel penelitian. Penentuan jumlah sampel petani
penyuluhan sudah tidak menarik lagi dan diberikan binaan menggunakan rumus Yamane (1967 dalam
dengan metode dan teknis yang kurang sesuai. Rahmat 2002), yaitu:
Kinerja penyuluh yang menurun akan
mempengaruhi kemajuan suatu usahatani di N ............................................(1)
n
wilayah tersebut dan akan memberikan persepsi Nd 2 1
yang berbeda-beda pada setiap petani binaan.
Keterangan :
Menurut Thoha (1999), persepsi pada hakikatnya n = jumlah sampel
adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap N = populasi (petani binaan)
orang di dalam memahami informasi tentang d = derajat penyimpangan (10%)
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Dari rumus di atas diperoleh 95 sampel petani binaan.
Pemahaman petani dalam menerima informasi yang Jumlah sampel petani dari setiap Kelurahan
diberikan penyuluh akan mempengaruhi ditentukan dengan menggunakan metode alokasi
pembentukan persepsi terhadap kinerja penyuluh proporsional yang mengacu pada rumus Nasir
tersebut yang dirasakan melalui indra yang (1988), dan didasarkan pada jumlah petani di
dimilikinya. Setelah mengetahui persepsi petani masing-masing Kelurahan sehingga diperoleh
terhadap kinerja penyuluh diharapkan terjadi Kelurahan Mulyojati 20 petani, Kelurahan
peningkatan kinerja para penyuluh yang sesuai Mulyosari 34 petani, Kelurahan Ganjar Agung 25
dengan kebutuhan petani binaannya. petani, dan Kelurahan Ganjar Asri 16 petani.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Metode analisis data yang digunakan dalam
menganalisis tingkat kinerja penyuluh, tingkat penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
persepsi petani terhadap kinerja penyuluh, serta kuantitatif. Analisis deskriptif dan kuantitatif
faktor-faktor seperti umur, pendidikan, lama digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja
berusahatani, interaksi sosial, pendapatan dan jumlah penyuluh dan tingkat persepsi petani terhadap
anggota keluarga yang berhubungan dengan kinerja penyuluh di BP3K Metro Barat. Penilaian
persepsi petani terhadap kinerja penyuluh di BP3K tingkat kinerja dan tingkat persepsi petani
Metro Barat. didasarkan pada sembilan indikator kinerja menurut
Departemen Pertanian (Badan Pengembangan
METODE PENELITIAN Sumber Daya Manusia Pertanian 2010) dan satu
indikator program BP3K Model CoE di Provinsi
Penelitian ini menggunakan metode survei dan Lampung, yang meliputi (1) tersusunnya programa
dilaksanakan di BP3K Kecamatan Metro Barat penyuluhan pertanian ditingkat BPP/Kecamatan
Kota Metro. Penentuan lokasi dilakukan secara sesuai dengan kebutuhan petani, (2) tersusunnya
sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa rencana kerja penyuluhan pertanian di wilayah kerja
BP3K Kecamatan Metro Barat merupakan lokasi masing-masing, (3) tersusunnya data peta wilayah
kelembagaan penyuluhan pertanian yang difasilitasi untuk pengembangan teknologi spesifik lokasi, (4)
di Provinsi Lampung serta dari hasil skoring terdiseminasinya informasi teknologi pertanian
terhadap BP3K calon CoE dan BP3K Metro Barat secara merata dan sesuai dengan kebutuhan petani,
merupakan BP3K terendah kedua setelah BP3K (5) tumbuh kembangnya keberdayaan dan
Padang Cermin. Penelitian dilakukan pada bulan kemandirian petani, kelompok tani, kelompok usaha/
Juli-September 2013. Jenis data yang digunakan asosiasi dan usaha formal (koperasi dan usaha
dalam penelitian adalah data primer dan data formal lainnya), (6) terwujudnya kemitraan usaha

183
JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014
antara petani dengan pengusaha yang saling dan dibagi dalam klasifikasi tertentu (Siegel 1986),
menguntungkan, (7) terwujudnya akses petani ke dengan rumus:
lembaga keuangan, informasi sarana produksi n
pertanian dan pemasaran, (8) meningkatnya 6i 1 di 2
produktifitas agribisnis komoditas unggulan di rs 1 n3 n ................................(3)
masing-masing wilayah kerja, (9) meningkatnya
pendapatan dan kesejahteraan petani di masing- Keterangan:
masing wilayah, dan (10) meningkatnya penerapan rs : Koefisien korelasi Spearman
cyber extension dalam kegiatan penyuluhan. n : Jumlah responden Petani
Klasifikasi data lapangan dirumuskan berdasarkan di : Perbedaan setiap pasangan rank
pada rumus Sturges (dalam Dajan, 1986) dengan
rumus: Kriteria pengambilan keputusan:
1. Jika thitung d ttabel, maka hipotesis ditolak, pada
X Y () =0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara
Z ............................................(2) kedua variabel yang diuji.
K
2. Jika thitung > ttabel, maka hipotesis diterima, pada
() =0,05 berarti terdapat hubungan antara
Keterangan :
kedua variabel yang diuji.
Z = interval kelas
X = nilai tertinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Y = nilai terendah
K = banyaknya kelas atau kategori
Deskripsi Tingkat kinerja Penyuluh BP3K
Metro Barat
Banyaknya kelas (k) dalam penelitian ini ditentukan
secara sengaja yakni sebanyak 3 kelas (rendah,
Kinerja penyuluh adalah proses dan hasil dari
sedang, tinggi). Hal ini berdasarkan pertimbangan
pelaksanaan tugas dalam satu waktu periode
untuk memudahkan dalam pengklasifikasian
tertentu, sebagai perwujudan dari interaksi antara
dikarenakan pengukuran tingkat kinerja dan tingkat
kompetensi, motivasi dan kesempatan yang
pesepsi menggunakan skala Likert. Penentuan
memberikan kemungkinan seseorang untuk
klasifikasi kelas dalam penelitian ini, maka akan
melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Pengukuran
digunakan modus, dan rata-rata. Modus digunakan
tingkat kinerja penyuluh menggunakan pertanyaan
untuk melihat data yang sering muncul dengan
yang diajukan kepada penyuluh dan petani.
pertimbangan menyesuaikan kondisi secara umum
Pertanyaan yang digunakan mempunyai kisaran nilai
di lapangan. Rata-rata digunakan untuk melihat
1-5, dengan demikian akan diperoleh nilai tertinggi
suatu angka di sekitar mana nila-nilai dalam suatu
dan nilai terendah. Skor atau nilai tersebut
distribusi memusat. Tingkat kinerja penyuluh akan
diklasifikasikan menjadi tinggi, sedang, rendah.
dinilai menurut persepsi penyuluh dan persepsi
Rekapitulasi penilaian tingkat kinerja penyuluh
petani, sehingga akan diperoleh total penilaian
BP3K Metro Barat di masing-masing indikator
seluruh indikator menurut penyuluh dan petani.
dapat dilihat pada Tabel 1.
Pencapaian kinerja dapat diperoleh dengan cara
merata-rata total persepsi petani dan persepsi
1. Tersusunnya Programa Penyuluhan
penyuluh dibagi dengan total skor dari semua
Pertanian
pertanyaan, lalu dikali 100%.
Programa penyuluhan pertanian merupakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga terdapat
rencana yang disusun secara sistematis untuk
hubungan yang nyata antara variabel independen
memberikan arah dan pedoman sebagai alat
(umur petani, tingkat pendidikan petani, lama
pengendali pencapaian tujuan penyuluhan
berusahatani petani, tingkat interaksi social petani,
(Peraturan Menteri Pertanian 2009). Penilaian
tingkat pendapatan petani, dan jumlah anggota
kinerja penyuluh untuk tersusunnya programa
keluarga petani) dengan variabel dependen (tingkat
penyuluhan pertanian diperoleh 100% atau 7
persepsi petani terhadap kinerja penyuluh).
penyuluh berada pada klasifikasi tinggi dan 65,26%
Pembuktian kebenaran hipotesis dilakukan dengan
atau 62 petani berada pada klasifikasi sedang.
menggunakan analisis Rank Spearman untuk
Perbedaan penilaian kinerja antara penyuluh dengan
melihat (korelasi) keeratan hubungan antara
petani karena tidak semua anggota kelompok tani
variabel bebas dan variabel terikat dari peringkat
ikut serta dalam menyusun programa penyuluhan

184
JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

Tabel 1. Rekapitulasi tingkat kinerja penyuluh di BP3K Metro Barat menurut penyuluh dan petani

Menurut Persepsi Penyuluh Menurut Persepsi Petani


No Indikator Kinerja Penyuluh
Penyuluh Persen (%) Klasifikasi Petani Persen (%) Klasifikasi

Tersusunnya programa penyuluhan


1 7 orang 100 Tinggi 62 orang 65,26 Sedang
pertanian
Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan
2 7 orang 100 Tinggi 54 orang 56,84 Sedang
(RKT) penyuluh pertanian
Tersusunnya peta wilayah komoditas
3 7 orang 100 Tinggi 50 orang 52,63 Tinggi
unggulan spesifik lokasi
Tersebarnya informasi teknologi pertanian
4 7 orang 100 Tinggi 53 orang 55,79 Tinggi
secara merata
Tumbuh kemba ngnya keberdayaan dan
5 5 orang 71,43 Tinggi 51 orang 53,68 Tinggi
kemandirian petani
Terwujudnya kemitraan usaha pela ku
6 uta ma dan pelaku usaha yang saling 6 orang 85,71 Rendah 92 orang 96,84 Rendah
menguntungkan
Terwujudnya akses petani ke lembaga
7 5 orang 71,43 Sedang 61 orang 64,21 Sedang
keuangan dan penyedia sarana produksi
Usaha untuk meningkatkan produktivitas
8 agribisnis komoditas unggulan di masing- 4 orang 57,14 Tinggi 53 orang 55,79 Sedang
ma sing wila yah kerja
Usaha untuk meningkatkan pendapatan
9 5 orang 71,43 Sedang 74 orang 77,90 Sedang
petani di masing-masing wilayah kerja
Penerapan cyber extension dalam kegiatan
10 7 orang 100 Sedang 87 orang 91,58 Rendah
penyuluhan

pertanian. Penyuluh hanya berkoordinasi dengan Peta wilayah merupakan gambaran suatu wilayah
pengurus kelompok tani dalam menyusun programa dengan skala tertentu yang disertai dengan
sehingga pengetahuan petani tentang kinerja keterangan-keterangan tentang batas desa, jalan,
penyuluh dalam menyusun programa masih kurang. pemukiman penduduk, kalendar musim, dan data
potensi sumberdaya atau komoditas yang ada di
2. Tersusunnya Rencana Kerja Tahunan wilayah tersebut. Penilaian kinerja penyuluh untuk
tersusunnya peta wilayah untuk pengembangan
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian adalah teknologi spesifikasi lokasi diperoleh 100% atau 7
suatu rencana tertulis yang dibuat oleh penyuluh penyuluh berada pada klasifikasi tinggi dan 52,63%
pertanian untuk suatu wilayah kerja tertentu dalam atau 50 petani berada pada klasifikasi tinggi.
bentuk kegiatan penyuluhan pertanian. Penilaian Kinerja penyuluh dalam menyusun peta wilayah
kinerja penyuluh untuk tersusunnya rencana kerja untuk pengembangan spesifikasi lokasi yaitu dengan
tahunan penyuluh pertanian diperoleh 100% atau 7 cara berkoordinasi untuk meminta data peta
penyuluh berada pada klasifikasi tinggi menurut wilayah yang ada di balai desa, maupun bertanya
penyuluh dan 56,84% atau 54 petani berada pada secara langsung kepada petani pada saat
klasifikasi sedang. Penyuluh dalam menyusun berkunjung. Hal ini yang membuat penyuluh dan
rencana kerja tahunan melalui musyawarah dengan petani memberikan persepsi terhadap kinerja
anggota kelompok tani tentang masalah yang saat penyuluh dalam menyusun peta wilayah berada pada
ini dihadapi dan hal-hal yang dibutuhkan oleh klasifikasi tinggi.
anggota kelompok tani sehingga penyuluh
memberikan persepsi terhadap kinerjanya dengan 4. Tersebarnya Informasi Teknologi
klasifikasi tinggi. Petani memberikan persepsi Pertanian
terhadap kinerja penyuluh dengan klasifikasi sedang Penilaian kinerja penyuluh untuk tersebarnya
karena rencana kerja yang dibuat penyuluh tidak informasi teknologi pertanian secara merata
sepenuhnya terealisasi sehingga masalah yang diperoleh 100% atau 7 penyuluh berada pada
dihadapi anggota kelompok tani belum terselesaikan. klasifikasi tinggi menurut penyuluh dan 55,79% atau
Beberapa rencana yang tidak terealisasi akan 53 petani berada pada klasifikasi tinggi. Informasi
dilanjutkan pada rencana kerja tahunan berikutnya teknologi pertanian yang disampaikan penyuluh
dan lebih diutamakan agar masalah yang dihadapi dirasakan petani telah tersebar merata. Penyuluh
petani dapat diselesaikan. dalam menyampaikan informasi tidak hanya pada
saat musyawarah melainkan datang langsung
3. Tersusunnya Peta Wilayah kepada petani dan memberikan pengarahan serta

185
JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014
mempraktekkannya langsung kepada petani. Oleh Produksi
sebab itu penyuluh dan petani memberikan persepsi
terhadap kinerja penyuluh dalam memberikan Penilaian kinerja penyuluh untuk mewujudkan akses
informasi teknologi pertanian termasuk pada petani ke lembaga keuangan dan penyedia sarana
klasifikasi tinggi. produksi diperoleh 5 penyuluh atau 71,43% berada
pada klasifikasi sedang dan 64,21% atau 61 petani
5. Tumbuh Kembangnya Keberdayaan dan berada pada klasifikasi sedang. Kurangnya
Kemandirian Petani informasi yang diberikan penyuluh tentang prosedur
peminjaman modal ke lembaga keuangan.
Penilaian kinerja penyuluh untuk tumbuh Penyuluh hanya menunjukan dan mendampingi
kembangnya keberdayaan dan kemandirian petani petani dalam menggunakan akses ke lembaga
diperoleh 5 penyuluh atau 71,43% berada pada keuangan dan tidak berusaha untuk membantu
klasifikasi tinggi dan 53,68% atau 51 petani berada anggota kelompok tani dalam mendirikan lembaga
pada klasifikasi tinggi. Penyuluh selalu berusaha keuangan maupun lembaga penyedia sarana
dan membantu petani agar tidak tergantung pada produksi.
penyuluh dalam mencari sarana produksi dan
permodalan. Walaupun penyuluh belum dapat 8. Usaha untuk Meningkatkan
mengembangkan kemandirian petani dengan Produktivitas
mendirikan koperasi pertanian yang dikelola oleh
gapoktan, petani selalu diberikan arahan dalam Penilaian kinerja penyuluh untuk meningkatkan
memperoleh sarana produksi dan permodalan. produktivitas diperoleh 4 penyuluh atau 57,14%
Peran dari penyuluh terbukti dalam pemenuhan berada pada klasifikasi tinggi dan 55,79% atau 53
pupuk petani yang telah dikoordinasikan dengan petani berada pada klasifikasi sedang. Kinerja
kelompok tani sehingga dapat mempermudah petani penyuluh dalam meningkatkan produktivitas dengan
dalam memperoleh sarana produksi. Dalam hal cara melaksanakan kaji terap, mengembangkan
pemasaran petani juga telah memiliki kemandirian model usahatani, menemukan cara baru dalam
yaitu dengan menjualnya dengan tengkulak pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta
langganan dan memilih tengkulak yang memberikan merekomendasikan teknologi baru kepada petani
harga lebih tinggi. Penyuluh selalu berusaha sehingga penyuluh memberikan persepsi terhadap
memberdayakan dan mendampingi petani dalam kinerjanya dengan klasifikasi tinggi. Petani
menerapkan teknologi terbaru dibidang pertanian. memberikan persepsi terhadap kinerja penyuluh
dengan klasifikasi sedang karena informasi model
6. Terwujudnya Kemitraan antara Petani usahatani dan teknologi baru yang diberikan oleh
dan Pelaku Usaha penyuluh kurang dapat diterima dan dicerna dengan
baik oleh petani sehingga produktivitas belum
Penilaian kinerja penyuluh untuk terjalinnya mengalami peningkatan secara nyata.
kemitraan diperoleh 85,71% atau 6 penyuluh berada
pada klasifikasi rendah dan 96,84% atau 92 petani 9. Usaha untuk Meningkatkan Pendapatan
berada pada klasifikasi rendah. Hal ini disebabkan Petani
petani yang enggan melakukan kemitraan baik
dengan pelaku usaha maupun dengan perusahaan. Penilaian kinerja penyuluh untuk meningkatkan
Petani merasa takut dalam menjalin kemitraan produktivitas diperoleh 5 penyuluh atau 71,43%
dengan pelaku uasaha atau perusahaan karena berada pada klasifikasi sedang dan 77,90% atau
petani mer asa tidak bermanfaat dan 74 petani berada pada klasifikasi sedang. Petani
menguntungkan. Sebelumnya petani pernah dan penyuluh memberikan persepsi tersebut karena
menjalin kemitraan dengan perusahaan namun hasil hasil produksi petani yang naik dan turun sehingga
produksi harus dijual kepada perusahaan tersebut pendapatan yang diperoleh tidak menentu. Penyakit
dengan harga di bawah harga pasaran. Selain itu patah leher, penggerek batang, maupun hama
sarana produksi seperti bibit yang diberikan oleh seperti tikus, wereng dan kepik merupakan salah
perusahaan tidak sesuai dengan kondisi di wilayah satu penyebab yang dapat menurunkan hasil
tersebut dan berakibat pada hasil produksi yang produksi sehingga pendapatan petani akan
menurun. mengalami penurunan. Dengan diadakannya
penyuluhan dan demplot tanaman bibit serta pola
7. Terwujudnya Akses Petani ke Lembaga tanam jajar legowo maka diharapkan petani yang
Keuangan dan Penyedia Sarana

186
JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014
menerapkan teknologi tersebut dapat meningkat Tabel 2. Tingkat persepsi petani terhadap kinerja
produksi dan pendapatannya. penyuluh di BP3K Metro Barat

10. Penerapan Cyber Extension Dalam Interval persepsi


petani terhadap Petani Persentase
Kegiatan Penyuluhan Klasifika si
kinerja penyuluh (%)

Penilaian kinerja penyuluh untuk terjalinnya 47,00 - 109,66 Rendah 7 7,37


109,67 - 172,32 Sedang 87 91,58
kemitraan diperoleh 100,00% atau 7 orang berada 172,33 - 235,00 Tinggi 1 1,05
pada klasifikasi sedang menurut penyuluh dan
91,58% atau 87 orang berada pada klasifikasi
rendah menurut petani. Menurut penyuluh fasilitas
yang ada di kantor BP3K kurang mendukung dalam setiap petani. Koordinasi yang terjalin antara
proses pelaksanaan Cyber Extension seperti penyuluh dengan ketua kelompok tani berjalan
ketersediaan komputer dan koneksi internet. dengan baik seperti pembuatan RDKK, RKT, FGD,
Pelatihan tentang pengaplikasian internet untuk dan pelaksanaan PRA.
penyuluh dan petani yang belum pernah diadakan
menghambat keterlaksanaannya kegiatan Cyber Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan
Extension dalam kegiatan penyuluhan. Selain itu dengan Persepsi Petani terhadap Kinerja
hampir semua petani yang kurang menguasai Penyuluh
penggunaan komputer dan internet sehingga dalam
memperoleh informasi melalui penerapan Cyber Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan
Extension tidak diterima oleh petani. antara variabel X yang meliputi umur petani (X1),
tingkat pendidikan petani (X2), lama berusahatani
Total penilaian tingkat kinerja dari semua indikator petani (X3), tingkat interaksi sosial petani (X4),
menurut penyuluh dan petani diperoleh pencapaian tingkat pendapatan petani (X5), dan jumlah anggota
kinerja penyuluh sebesar 64,44% yang berarti keluarga petani (X 6 ) terhadap persepsi petani
berada pada kategori sedang. Pencapaian kinerja terhadap kinerja penyuluh di BP3K Metro Barat
penyuluh yang termasuk dalam kategori sedang (Y) baik secara langsung maupun secara tidak
karena tidak terjalinnya kemitraan antara petani langsung. Hasil analisis hubungan antara variabel
dengan pelaku usaha dan kurang terlaksananya independen dengan variabel dependen
program BP3K Model CoE dalam penerapan cyber menggunakan analisis Rank Spearman disajikan
extension dalam kegiatan penyuluhan. Program pada Tabel 3.
BP3K Model CoE yang telah berjalan di BP3K
Metro Barat dirasakan kurang dapat berjalan Umur petani tidak berhubungan nyata dengan
dengan baik karena kinerja yang masih berada pada tingkat persepsi petani terhadap kinerja penyuluh.
kategori sedang. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Farida
(2012) bahwa tidak adanya hubungan yang nyata
Tingkat Persepsi Petani terhadap Kinerja antara umur responden dan memiliki hubungan yang
Penyuluh di BP3K Metro Barat negative antara umur dengan persepsinya terhadap
kompetensi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
Persepsi petani terhadap kinerja penyuluh di BP3K di Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang.
Metro Barat berdasarkan 10 indikator tingkat kinerja Sebaran jumlah petani di Kecamatan Metro Barat
diperoleh skor total dan termasuk dalam klasifikasi pada rentang umur 29 sampai dengan 45 sebesar
sedang. Skor tertinggi pertanyaan yaitu sebesar 38,95% dan 61,05% berada pada rentang umur 46
235 dan skor terendah sebesar 47, sehingga sampai 77, yakni sebagian besar petani berada pada
diperoleh keseluruhan total diperoleh 97,90 % atau usia tua. Menurut Soekartawi (1988) umur petani
93 petani dan termasuk dalam klasifikasi sedang, mempengaruhi kemampuan ker ja fisik dan
dapat dilihat pada Tabel 2. Persepsi petani terhadap kematangan psikologisnya. Petani setengah baya
kinerja penyuluh termasuk dalam klasifikas sedang cenderung yang paling tinggi adopsi inovasinya,
karena petani merasa penyuluh sudah berperan aktif karena kekuatan fisik dan kematangan
dalam membantu dan menfasilitasi petani dalam psikologisnya saling mendukung. Penyuluh memang
semua kegiatan. Penyuluh Metro Barat juga sering lebih mudah berinteraksi dengan petani yang berusia
dating langsung ke lahan pertanian petani untuk lebih muda dibandingkan dengan yang lebih tua
meninjau langsung keadaan di lapangan serta sehingga hubungan sosial yang terjalin pun akan
memberikan arahan dan solusi dari permasalahan menjadi lebih baik. Dapat dijelaskan bahwa umur

187
JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014

Tabel 3. Hasil uji faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi petani terhadap kinerja penyuluh
BP3K Metro Barat

t-tabel
Variabel X rs t-hitung
= 0,05 = 0,01

Umur 0,003 0,029tn 1,985 2,366


Tingkat pendidikan 0,218 2,154* 1,985 2,366
Lama berusahatani 0,079 0,764tn 1,985 2,366
Tingkat interaksi sosial 0,423 4,502** 1,985 2,366
Tingkat pendapatan 0,127 1,235tn 1,985 2,366
tn
Jumlah anggota keluarga 0,006 0,058 1,985 2,366

Keterangan:
* : Nyata pada taraf kepercayaan 95%
** : Sangat nyata pada taraf kepercayaan 99%
tn : Tidak nyata pada taraf kepercayaan 95% dan 99%

responden cenderung kepada petani sebaya atau kelompok tani, tetangga atau sesama petani, dan
dewasa yang siap menerima inovasi dari pihak luar dengan anggota keluarga akan memberikan
untuk diadopsi. kontribusi yang sangat besar dalam pembentukan
persepsi terhadap kinerja penyuluh. Marliati Dkk
Tingkat pendidikan petani berhubungan nyata (2008) menjelaskan bahwa kinerja penyuluh
dengan tingkat persepsi petani terhadap kinerja pertanian dipengaruhi oleh faktor internal penyuluh
penyuluh BP3K Metro Barat. Besar significant yakni kompetensi penyuluh pertanian, kompetensi
(2-tailed) untuk tingkat pendidikan petani sebesar penyuluh dalam berkomunikasi, membelajarkan
0,034 sehingga berhubungan dengan persepsi petani petani, dan berinteraksi sosial. Interaksi sosial
dengan tingkat kepercayaan 96,6% yang memiliki penyuluh yang terjalin baik dengan petani akan
arti tingkat pendidikan petani memiliki kontribusi memberikan penilaian dalam membentuk persepsi
secara langsung terhadap pembentukan persepsi petani. Besar significant (2-tailed) untuk tingkat
petani terhadap kinerja penyuluh. Maknanya adalah interaksi sosial petani sebesar 0,000 yang artinya
semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka tingkat interaksi sosial petani membentuk persepsi
semakin tinggi pula persepsinya terhadap kinerja petani terhadap kinerja penyuluh dengan tingkat
penyuluh. kepercayaan 99%. Hal ini mengindikasikan bahwa
semakin tinggi tingkat interaksi sosial petani maka
Lama berusahatani petani tidak berhubungan nyata semakin tinggi pula persepsi petani terhadap kinerja
dengan tingkat persepsi. Hasil ini sejalan dengan penyuluh.
hasil penelitian Farida (2012) bahwa tidak adanya
hubungan yang nyata antara pengalaman Tingkat pendapatan petani tidak berhubungan nyata
berusahatani responden dengan persepsinya terhadap pembentukan persepsi terhadap kinerja
terhadap kompetensi Penyuluh Pertanian Lapangan penyuluh BP3K Metro Barat. Hal ini didukumg
(PPL) di Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang. secara fakta dilapangan, bahwa baik petani yang
Sebaran lama berusahatani petani pada rentang 34 memiliki pendapatan rendah maupun tingkat
sampai dengan 50 tahun sebesar 21,05% dan pendapatan tinggi menilai bahwa kinerja penyuluh
selebihnya atau 78,85% berada pada rentang 0,5 kurang berhasil dalam meningkatkan pendapatan
sampai 33 tahun. Semakin lama atau banyak petani. Luas lahan yang tidak terlalu luas dengan
pengalaman berusahatani petani tidak berhubungan pendapatan yang rendah sehingga petani memiliki
dengan persepsinya terhadap kinerja penyuluh pekerjaan sampingan selain berusahatani yaitu
karena petani akan menilai kinerja penyuluh atas menjadi buruh bangunan, tukang ojek dan buruh
dasar manfaat yang diterima petani dan hubungan pabrik. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
sosial yang terjalin. Kusnani (2013) bahwa tingkat pendapatan
responden tidak berhubungan nyata dengan tingkat
Tingkat interaksi sosial petani berhubungan nyata persepsi masyarakat terhadap program Corporate
dengan tingkat persepsi yang artinya interaksi sosial Social Responsibility (CSR) PT. PLN sektor
petani baik dengan penyuluh, sesama anggota pembangkitan Tarahan Provinsi Lampung.

188
JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL 2014
Jumlah anggota keluarga petani tidak berhubungan Farida I. 2012. Persepsi Petani terhadap
dengan tingkat persepsi petani terhadap kinerja Kompetensi Penyuluh Pertanian Lapangan
penyuluh. Sebaran jumlah anggota keluarga petani di Kecamatan Pontang Kabupaten Serang
di Kecamatan Metro Barat sebesar 69,47% dan Provinsi Banten. Tesis. Institut Pertanian
termasuk dalam kategori cukup banyak. Menurut Bogor. Bogor.
Mardikanto (1993) petani yang menguasai lahan Kusnani DK. 2013. Persepsi Masyarakat terhadap
sawah yang luas akan memperoleh hasil produksi Program Corporate Social Responsibility
yang besar dan begitu pula sebaliknya. Jumlah (CSR) PT. PLN Sektor Pembangkitan
anggota keluarga petani dengan kategori cukup Tarahan Provinsi Lampung. Skripsi.
banyak memungkinkan semakin besar pengeluaran Universitas Lampung. Bandar Lampung.
untuk pemenuhan kebutuhan, akan tetapi Mardikanto T. 1993. Penyuluhan Pembangunan
pendapatan yang diterima dari berusahatani dengan Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
lahan yang sempit belum dapat mencukupi Surakarta.
kebutuhan petani. Marliati, Sumardjo, Asngari PS, Tjitropranoto P,
Saefuddin A. 2008. Faktor-faktor Penentu
KESIMPULAN Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian
dalam Memberdayakan Petani (Kasus di
Tingkat kinerja penyuluh di wilayah BP3K Metro Kabupaten Kampar Provinsi Riau). Jurnal
Barat termasuk dalam klasifikasi sedang dengan Penyuluhan Vol 4 (2): 92-99.
pencapaian kinerja penyuluh sebesar 64,44%. Nasir M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia.
Tingkat persepsi petani terhadap kinerja penyuluh Indonesia. Jakarta.
di BP3K Metro Barat termasuk dalam klasifikasi Peraturan Menteri Pertanian. 2009. Pedoman
sedang. Faktor-faktor yang berhubungan nyata Penyusunan Programa Penyuluhan
dengan persepsi petani terhadap kinerja penyuluh Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
di wilayah BP3K Metro Barat yaitu tingkat Rahmat J. 2002. Metodelogi Penelitian
pendidikan petani, dan tingkat interaksi sosial petani Komunikasi Edisi Kedelapan. Rosda Karya.
sedangkan umur petani, lama berusahatani petani, Bandung.
tingkat pendapatan petani dan jumlah anggota Siegel S. 1986. Statistik Non-Parametrik.
keluarga petani tidak berhubungan nyata dengan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 392 Hlm.
persepsi petani terhadap kinerja penyuluh. Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi
Pertanian. Universitas Indonesia (UI-
DAFTAR PUSTAKA Press). Depok.
Sumaryo, Effendi I. 2001. Telaah terhadap Materi
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Metode Penyuluhan Pertanian di Provinsi
Pertanian. 2010. Modul Pendidikan dan Lampung. Jurnal Socio Ekonomika Vol 7
Pelatihan Fungsional penyuluh (2): 141-149.
Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Sumaryo, Listiana I, Gultom DT. 2012. Dasar-
Bakorluh. 2012. Database Kelembagaan Badan Dasar Penyuluhan Dan Komunikasi
Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Pertanian. Anugrah Utama Raharja.
Perikanan, dan Kehutanan Provinsi Bandar Lampung.
Lampung. Bakorluh. Bandar Lampung. Thoha M. 1999. Perilaku Organisasi (Konsep
Dajan A. 1986. Pengantar Metode Statistik Dasar dan Aplikasi). Rajawali Press.
jilid 1-2. LP3ES. Jakarta. Jakarta. Halaman 366

189

You might also like