You are on page 1of 8

KONDISI AIR TANAH TERHADAP KEMEROSOTAN AIR TANAH

1.1 Air dan Kehidupan

Air adalah zat atau material atau unsur penting bagi semua bentuk kehidupan yang
diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain dalam Sistem Tata Surya dan
menutupi hampir 71% permukaan bumi (http://id.wikipedia.orelwiki/An,2009; Matthews,
2005). Ujudnya bisa berupa cairan, es (padat) dan uap/gas. Dengan kata lain karena adanya
air, maka bumi merupakan satu-satunya planet dalam Tata Surya yang memiliki kehidupan
(Parker, 2007).
Manusia dan semua mahkluk hidup lainnya membutuhkan air. Air merupakan material
yang membuat kehidupan terjadi di bumi. Menurut dokter dan ahli kesehatan, manusia wajib
minum air putih minimal 2 liter (atau 8 gelas) per hari dan maksimum 7% kali berat badan.
Tumbuhan (flora) dan binatang (fauna) juga mutlak membutuhkan air. Tanpa air keduanya
akan mati. Sehingga dapat dikatakan air merupakan salah satu sumber kehidupan. Dengan
kata lain air merupakan zat yg paling esensial dibutuhkan oleh makhluk hidup.
Kurang lebih 67% atau dua pertiga dari berat tubuh manusia adalah air. Dua pertiga
(2/3) dari air ini terdapat dalam sel-sel tubuh dan sepertiga (1/3) terdapat dalam rongga-
rongga yang memisahkan selsel tersebut. Oleh karena itu, seluruh kegiatan sel seyogyanya
dalam lingkungan yang cair. Secara implisit dapat dikatakan bahwa manusia adalah air yang
hidup (Hutapea, 2005). Juga dapat dikatakan bahwa air adalah Karunia Tuhan Yang Maha
Esa (Kodoatie & Sjarief, 2010).
Semua organisme yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan
aktivitas netaboliknya mengambil tempat di larutan air (Enger dan Smith, 2000). Dapat
disimpulkan bahwa untuk (epentingan manusia dan kepentingan komersial lainnya,
ketersediaan air dari segi kualitas maupun (uantitas mutlak diperlukan. Untuk tanaman,
kebutuhan air juga mutlak. Pada kondisi tidak ada air terutama pada musim (emarau tanaman
akan segera mati. Sehingga dalam pertanian disebutkan bahwa kekeringan merupakan
bencana terparah dibandingkan bencana lainnya. Bila kebanjiran, tanaman masih bisa hidup,
kekurangan pupuk masih bisa diupayakan namun tanaman akan mati saat tak ada air pada
bencana kekeringan.

1.2 Sumber Daya Air


Dalam UU No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air beberapa hal didefinisikan
sebagai berikut:
Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya alr yang terkandung di dalamnya.
Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
berada di darat.
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada,
di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang
dapat memberikan manfaat atau pun kerugian bagi kehldupan dan penghidupan
manusia serta lingkungannya.

Secara Skematis Uraian Tersebut Ditunjukkan Dalam Gambar 1.1

Gambar 1.1. Sumber daya air dan komponennya


Air tanah dan air permukaan merupakan sumber air yang mempunyai ketergantungan
satu sama lain. Banyak sungai di permukaan tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari
air tanah, sebaliknya aliran air tanah merupakan sumber utama untuk imbuhan air tanah.
Pembentukannya mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur atau siklus
hidrologi, yakni proses alamiah yang berlangsung pada air di alam, yang mengalami
perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus.

1.3 Fenomena Air Tanah (Groundwoter dan Soil Woter)


Dalam Bahasa lnggris ada istilah groundwoter dan soil woter yang terjemahan
keduanya dalam Bahasa lndonesia adalah air tanah. Pengertian groundwater dan soil woter
diuraikan sebagai berikut.
Menurut Driscoll (1987), secara umum fenomena keberadaan air tanah dibagi dalam
dua tipe, yaitu air pada vadose zone dan air pada phreatic zone. Pada vodose zone, dibagi
menjadi tiga tipe air: air tanah (soil water\, intermediote vadose water, dan air kapiler. Pada
phreotic zone alau soturoted zone (zona jenuh air) terdapat air tanah (groundwater).
Pembagian zona ini dapat dilihat pada Gambar 2-4 yang menunjukkan potongan irisan bumi
keberadaan air tanah baik groundwater maupun soil water.
Daerah air tanah (soil water) sebagian besar digunakan untuk keperluan pertanian.
Daerah ini juga merupakan sumber air untuk tanaman. Air akan hilang dari zona ini karena
adanya transpirasi dari tanaman, evaporasi, dan perkolasi ketika air terlalu jenuh. Kedalaman
zona air tanah antara 3-30 ft (0,91-9,1m) tergantung tipe tanah dan vegetasinya (Driscoll,
1987).
Pada zona ini air terjadi karena adanya gerakan antar molekul-molekul, daya kapilaritas
yang melawan gaya gravitasi. Gerakan molekul cenderung mengisi air tanah pada lapisan
permukaan dari masing-masing partikel tanah. Daya kapilaritas mengisi air pada ruang-ruang
kecil diantara partikelpartikel tanah. Ketika kapasitas air tanah karena daya kapilaritas sudah
penuh, maka air mulai mengalami perkolasi karena adanya gaya gravitasi (Driscoll, 1987).
Zona di bawah zona soil woter adalah zona tengah lintermediote vsdose zone).
Meskipun sebagian besar pada zona ini bergerak ke bawah, namun sebagian ada yang
tertahan tetapi tidak dapat diambil. Pada daerah lembah (daerah basah), zona ini sangat
sedikit atau bahkan tidak ada. Kemungkinan kecil air mengalir semuanya melewati zona
tengah pada daerah kering dan sebagian kecil air mencapai muka air tanah (groundwater)
karena perkolasi aliran dari soil water.
1.1 Pengertian Groundwater dan Soil Water
Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat di bawah permukaan tanah.
Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur hidrologi,
yaitu proses alamiah yang berlangsung pada air di alam yang mengalami perpindahan tempat
secara berurutan dan terus menerus (Kodoatie, 2012).

A. Pengertian Air Tanah (groundwater)


1. Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah (UU No 7 Tahun 1994 tentang Sumber Daya Air). Air tanah
adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah Atau bebatuan di bawah permukaan
tanah (http://id.wikipedia.org/wiki/Air_tanah)
2. Air tanah adalah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan
dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase atau dengan pemompaan.
Dapat juga disebut aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui
pancaran atau rembesan (Bouwer, !978; Freeze dan Cherry, 1979; Kodoatie, 1996).
3. Air tanah adalah air yang menempati rongga-rongga dalam lapisan geologi. Lapisan
tanah yang Terletak di bawah permukaan tanah dinamakan daerah jenuh (saturated
zone) (Soemarto, 1989).
4. Air tanah yang berada pada zona jenuh adalah bagian dari keseluruhan air sub
permukaan yang biasa disebut air tanah (groundwater). Air bawah tanah
(underground water dan sub terronean water) adapun istilah lain yang digunakan
untuk air yang berada pada zona jenuh, namun istilah yang lazim gunakan adalah air
tanah (Johnson, 1972).
5. Pada kedalaman tertentu, pori-pori tanah maupun batuan menjadi jenuh (soturoted)
oleh air. Zona jenuh yang paling atas disebut dengan muka air tanah (water table).
Air yang tersimpan pada zona jenuh disebut dengan air tanah, yang kemudian
bergerak sebagai aliran air tanah melalui batuan dan lapisan-lapisan tanah yang ada
di bumi sampai air tersebut keluar sebagai mata air, atau rembesan masuk ke kolam,
danau, sungai dan laut (Fetter, 1994).
6. Air tanah (groundwater) merupakan air di bawah muka air tanah dan berada pada
zona jenuh air dan menurut Davis dan De Wiest (1966), didefinisikan sebagai air
yang masuk secara bebas ke dalam sumur, baik dalam keadaan bebas (unconfined)
maupun tertekan (confined). Bagian bawah dari zona Air tanah hampir tidak
mungkin digambarkan. Air pada bukaan ini tidak bisa mengalir ke sumur karena
masing-masing pori tidak saling berhubungan. Pada daerah batuan beku, paling tidak
ditemukan pada kedalaman 152 m sampai 274 m, batuan sedimen ditemukan pada
kedalaman mendekati 15.900 m. Daerah dibawahnya merupakan daerah air dengan
kombinasi secara kimia pada batuan dan mineral (Driscoll, 1987; Skipp, l-994).
7. Aliran air tanah didefinisikan sebagai bagian dari aliran sungai yang sudah meresap
(infiltrasi) ke dalam tanah (ground) dan sudah masuk dalam zona jenuh air alau
phreatic zone dan sudah dialirkan (discharged) ke dalam sungai (stream channel)
melalui pancaran air lspringsl atau rembesan air (seepage water). Dalam ilmu
hidrogeologi aliran tersebut diekspresikan dan dianalisis dengan persamaan aliran air
tanahf groundwater flow equation (Chorley, 1978).
B. Pengertian Air Tanah (Soil Water)
Dalam Gambar 2-4dan Gambar 2-5 dapat dilihat letak airtanah (soil woter) yaitu pada
bagian atas vadoze zone setelah intermediate vadoze zone. Pengertian atau definisi yang lain
ada lah air dalam sabuk soil water (in the belt of soil water). Dikenaljuga sebagai rhizic water
atau soil maisture. Soil water juga disebutkan merupakan air yang terdapat pada tanah alami
(naturally occurring soil)
soil water adalah air pada tanah di atas groundwater untuk daerah yang memiliki CAT
dan air pada tanah di atas batuan yang bukan CAT (Non-CAT). Soil water yang mengalir ini
merupakan throughflow atau aliran horisontal air di zoil zone/vadose zone. Pada tempat
dimana aliran ini masuk ke sungai aliran soll woter tersebut dinamakan interflow alau aliran
antara. lnterflow terdapat pada daerah CAT maupun pada daerah Non-CAT.

1.2 Karakteristik Akuifer Air Tanah


Air tanah merupakan bagian dari siklus hidrologi yang berlangsung di alam, serta
terdapat dalam batuan yang berada di bawah permukaan tanah meliputi keterdapatan,
penyebaran dan pergerakan air tanah dengan penekanan pada hubungannya terhadap kondisi
geologi suatu daerah (Danaryanto, dkk. 2005)
Berdasarkan atas sikap batuan terhadap air, dikenal adanya beberapa karakteristik
batuan sebagai berikut :
a) Akuifer (lapisan pembawa air) adalah lapisan batuan jenuh air di bawah permukaan
tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air dalam jumlah yang cukup dan
ekonomis misalnya pasir.
b) Akuiklud (lapisan batuan kedap air) adalah suatu lapisan batuan jenuh air yang
mengandung air tetapi tidak mampu melepaskannya dalam jumlah berarti misalnya
lempung.
c) Akuitard (lapisan batuan lambat air) adalah suatu lapisan batuan yang sedikit lulus
air dan tidak mampu melepaskan air dalam arah mendatar, tetapi mampu
melepaskan air cukup berarti kea rah vertikal, misalnya lempung pasiran.
d) Akuiflug (lapisan kedap air) adalah suatu lapisan batuan kedap air yang tidak
mampu mengandung dan meneruskan air, misalnya granit.
Menurut Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, cekungan air tanah
adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.
Kedudukan tentang tipe akuifer disajikan pada
Tipe akuifer digolongkan menjadi tiga (Kodoatie, 2012), yaitu :
1. Akuifer bebas (unconfined aquifer), merupakan akuifer jenuh air dimana lapisan
pembatasnya hanya pada bagian bawahnya dan tidak ada pembatas di lapisan
atasnya (batas di lapisan atas berupa muka air tanah).
2. Akuifer tertekan (confined aquifer), adalah akuifer yang batas lapisan atas dan
lapisan bawah adalah formasi tidak tembus air, muka air akan muncul diatas formasi
tertekan bawah. Akuifer ini terisi penuh oleh air tanah sehingga pengeboran yang
menembus akuifer ini akan menyebabkan naiknya muka air tanah di dalam sumur
bor yang melebihi kedudukan semula.
3. Akuifer semi tertekan (leaky aquifer), merupakan akuifer jenuh air yang dibatasi
oleh lapisan atas berupa akuitard dan lapisan bawahnya merupakan akuiklud.
Akuifer semi-tertekan atau aquifer bocor adalah akuifer jenuh yang sempurna, pada
bagian atas dibatasi oleh lapisan semi-lulus air dan bagian bawah merupakan lapisan
lulus air ataupun semi-lulus air.

1.3 Gerakan Air Tanah


Perbedaan potensi kelembaban total dan kemiringan antara dua lokasi dalam lapisan
tanah dapat menyebabkan gerakan air dalam tanah. Air bergerak dari tempat dengan potensi
kelembaban tinggi ke tempat dengan potensi kelembaban yang lebih rendah. Keseimbangan
hidrologi dapat terjadi apabila tenaga penggerak air sebanding dengan jumlah tenaga
gravitasi potensial dan tenaga hisap potensial, sehingga semakin tinggi kedudukan
permukaan air tanah maka tenaga hisap potensial menjadi semakin kecil (Asdak, 2010). Hal
ini berarti bahwa semakin besar tenaga hisap/ pemompaan, air tanah menjadi semakin kering.
Ketika permukaan air tanah menurun sebagai akibat kegiatan pengambilan air tanah maka
akan terbentuk cekungan permukaan air tanah.
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2003), berkurangnya volume air tanah akan
kelihatan melalui perubahan struktur fisik air tanah dalam bentuk penurunan permukaan air
tanah atau penurunan tekanan air tanah secara terus menerus. Selanjutnya menurunkan
fasilitas pemompaan dan jika penurunan itu melampaui suatu limit tertentu maka fungsi
pemompaan akan hilang sehingga sumber air tanah itu akan menjadi kering.

1.4 Pemanfaatan Air tanah


Pemanfaatan air tanah melalui sumur-sumur akan mengakibatkan lengkung penurunan
muka air tanah (Depression Cone). Makin besar laju pengambilan air tanah, makin curam
lengkung permukaan air tanah yang terjadi di sekitar sumur sampai tercapai keseimbangan
baru jika terjadi pengisian dari daerah resapan. Keseimbangan air tanah yang baru ini dapat
terjadi hanya jika laju pengambilan air tanah lebih kecil dari pengisian oleh air hujan pada
daerah
resapan. Laju pengambilan air tanah dari sejumlah sumur apabila jauh lebih besar dari
pengisiannya maka lengkung-lengkung penurunan muka air tanah antara sumur satu dengan
lainnya akan menyebabkan terjadinya penurunan muka air tanah secara permanen (Ashriyati,
2011). Pada daerah pantai terjadinya penurunan air tanah dapat mengakibatkan terjadinya
intrusi air asin.
Arsyad (1989), menyebutkan bahwa pengambilan air tanah harus melaksanakan prinsip
efisiensi dalam pemanfaatan/ penggunaannya. Agar ketersediaan air tanah dapat
berkelanjutan, upaya yang perlu dilakukan adalah memanfaatkan dan melestarikan air
permukaan dan air tanah secara terpadu. Menurut Sujatmiko (2009), penggunaan air
permukaan dan air tanah sebagai satu sistem penyediaan air diharapkan memberi manfaat
optimal baik teknis maupun ekonomis dengan mengacu pada prinsip pemanfaatan air
permukaan dan air tanah sebagai bagian tak terpisahkan dalam pengelolaan sumber daya air.
Selanjutnya menurut Kepmen ESDM Nomor : 1451.K/ 10/ MEM/ 2000, disebutkan bahwa
prinsip efisiensi air dilaksanakan dengan memanfaatan air permukaan dan air tanah secara
terpadu. Pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai keperluan diutamakan dari sumber air
permukaan sedangkan air tanah digunakan sebagai tambahan pasokan air serta prioritas
peruntukan air tanah adalah untuk memenuhi kebutuhan air minum dan rumah tangga.
1.5 Penyebab Kualitas Air Tanah Menurun
Penyebab pertama adalah eksploitasi tanah oleh rumah tangga dan industri, khususnya
air tanah bagian dalam. Lalu yang kedua, karena berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH)
yang secara alamiah menjadi penyaring sekaligus penampung untuk air hujan. Yang ketiga,
karena banyaknya limbah/ buangan industri dan rumah tangga yang polutif. Akibatnya, air
dan lingkungan menjadi tercemar. Dan terakhir, belum adanya "konsep hijau" untuk daur
ulang air.

1.6 Mengamati Penurunan Muka Air Tanah

Menurut Freeze dan Cherry (7979), ada tiga pendekatan untuk memperkirakan dan
mengamati penurunan muka air tanah ini dalam skala ruang dan waktu, yaitu:
1. Analisis yang melihat bahwa muka air tanah merupakan batas daerah jenuh air dan
daerah tak jenuh air. Penurunan muka air tanah diikuti oleh perubahan kadar air di
daerah tak jenuh air di atas muka air tanah tersebut. Hal ini ditunjukkan dalam Errorl
Reference source not found. Secara teoritis analisis ini lebih lengkap dibandingkan
dengan dengan dua pendekatan lainnya karena melibatkan parameter-parameter baik
di daerah jenuh air maupun daerah tak jenuh air. Beberapa model matematis telah
dibuat (Taylor dan Luthin, 1969; Cooley,197t; Brutsaert dkk., 1971).
Kesimpulan umum dari studi-studi model di atas adalah bahwa letak muka air tanah
selama pemompaan tidak dipengaruhi seluruhnya oleh kondisi di daerah tak jenuh air. Karena
hasil yang didapat hanya memberikan distribusi keuntungan yang tidak begitu besar, untuk
praktisnya serta sifat-sifat tanah tak jenuh air sangat sulit diamati dan diukur di lapangan
maka analisis ini jarang dipakai.
Pendekatan kedua adalah dengan penggunaan persamaan yang sama unluk confined
aquifer, namun dengan menggantikan S (storativitas) dengan Sy (specific yield). Sedangkan
transmisivitas pada persamaan ini harus didefinisikan sebagai T = K.b di mana b merupakan
ketebalan daerah jenuh air, kondisi awal seperti ditunjukkan pada Gambar 4-24. Jacob (1950)
menunjukkan bahwa hasil analisis ini akan cukup efektif dan akurat bila drowdown kecil
dibandingkan dengan ketebalan daerah jenuh air (b). Cara ini tidak akan berlaku lagi bila
komponen aliran vertikal menjadi penting.
Pendekatan yang ketiga adalah konsep dengan "penundaan" .

You might also like