You are on page 1of 8

Psikologi abal-abal di era digital

ARTIKEL

Psikologi abal-abal di era digital


Ignatius Dharmawan, Rizki Tiyas, Riska Andari

Abstract. The emerging of the internet and technology brings many benefits for Indonesian society. In the
past decades, it was used only by those who lived in prosperity and wealth economic level. But now, even the
low economic level society could buy smartphone, have an access to the internet, and spread their knowledge
about outter world. However, there are several disadvantages caused by the internet itself, ranged from
unreliable information, mental and addictive problems to social unrest in cyberspace. Not all of internet user
in Indonesia could filter every information published in the cyberspace.

Ideally media should educate, gives reliable information, and makes society smarter. But the fact is, several
social media accounts promote pseudoscience and myths, e.g. palmistry, numerology, face reading, etc. In
sum, they claimed that the information was provided in the name of psychology. Meanwhile, the
psychological science in Indonesia seems has no power to hold that fraud mythological posts since our
research findings concerning the topics is very rare to contradict the popular beliefs about psychology. Our
problems dont stop there, media plays a big role toward the social unrest. It influences the society dynamics,
and again, psychological research seems has not reach that point yet.

In western countries, psychological research can be conducted from a computers and internet connection. It
usually used to analyze the sentiment on Twitter or other social media. The method has been used by
economist and data analyst to predict the stocks fluctuation. Those are not the only things that threatening
our field of study. This condition is worsened by Indonesian Psychiatry Association which stating that LGBT is
a mental problem and should be recovered by a certain therapeutic method. Besides, there are many
researches concerning this issue show opposite conclusion. Instead of take a neutral position, they inform
something that unsupported by updated scientific data, facts, and researches and merely mentioned about
Indonesian law concerning mental health. Furthermore, the society needs to know that the LGBT issue is
complex and there are several causes and the one of it is biological factor. It should be better if the association
provides facts about LGBT and stands on neutral position. Whether the society accept or not, that is another
matter.

To sum up, we both psychologist and psychological scientist should pay more attention toward social
issues around us. Through sustainable research concerning contemporary and urgent topics, we could identify
and predict society behaviour toward social and political issues earlier; and therefore, we could arrange some
intervention projects and propose it to government for further consideration. If necessary, our field of study
should not be exclusive. We should develop interdisciplinary researches with other field of study to boost our
quality and contribution toward our nation.

Himpunan Psikologi Indonesia & Invictus Group Indonesia Oktober, 2016 Page 1 of 8
Psikologi abal-abal di era digital

Pengantar pun dimudahkan, dan yang tinggal di pelosok


Pernahkah Anda berharap agar status Anda di tercerahkan oleh pengetahuan.
Facebook di-like sebanyak mungkin oleh teman Namun, sebagaimana dua sisi koin: jika di
Anda? depan angka, maka yang di belakang adalah
Pernahkah Anda menunggu supaya status Anda gambar. Abaikan perumpamaannya. Maksud
dibagikan, dikomentari, dan disukai oleh teman penulis adalah segala sesuatu di dunia ini pasti
Anda? memiliki sisi positif dan negatif. Kini melalui
Pernahkah Anda merasa jengkel dan baper media sosial pula, yang kangen bisa
lantaran foto Anda di Instagram tidak bersentuhan, yang muda menjadi cepat
mendapatkan love dari followers? dewasa, yang asal bicara harus siap dipenjara,
Pernahkah Anda meng-klik LIKE supaya dan yang udik disarankan piknik. Indonesia
mendapat rumah tahun depan? Atau mengetik sebagai negara berkembang, baik pemikiran
sebuah angka supaya gambar ular bergerak? rakyatnya yang sedang berkembang maupun
Dan, bisakah Anda hidup tanpa Wi-Fi dan kinerja pemerintahnya, tampaknya belum siap
mematikan paket data Anda selama 1 minggu? mengantisipasi dampak negatif yang beberapa
tahun belakangan menghempas para pengguna
Perkembangan teknologi internet yang setia internet. Atau mungkin mereka bahkan tidak
begitu pesat telah menyambut Indonesia sejak merasakan dan menganggap kondisi tersebut
awal abad XXI yang lalu, dan dalam waktu hampir sebagai dampak negatif?
dua dekade, jaringan nirkabel kini sudah Riset psikososial yang seharusnya menjadi
mencapai 4.5G. Sayangnya (dan ironisnya), garda depan untuk mengeksplorasi dan
pergerakan jaringan internet hampir sama mengontrol perubahan perilaku masyarakat yang
cepatnya dengan gangguan mental dan dinamika sudah cenderung tidak sehat ini masih amat
sosial yang ada di masyarakat, mulai dari sangat terbatas. Mahasiswa masih jarang yang
kontroversi dimasukkannya kecanduan internet tergerak untuk meneliti isu-isu kontemporer
ke dalam pedoman penggolongan gangguan seperti ini dan lebih nyaman untuk meneliti topik
mental (DSM 5) oleh Asosiasi Psikiatri Amerika tradisional yang teorinya sudah banyak
(Pies, 2009), perubahan gaya berbelanja yang digantikan oleh teori kontemporer. Belum lagi
makin melestarikan perilaku maladaptif impulse temuan di luar negeri cukup mengejutkan,
buying (Floh & Madlberger, 2013), hingga dimana kurang dari 40% penelitian yang dapat
kericuhan masyarakat di akun portal-portal berita direplikasi (Kurilla, 2015; Sample, 2015). Perlu
yang ada di Facebook. dicatat bahwa replikasi dalam penelitian adalah
Tidak dapat dipungkiri jika saat ini salah satu tonggak ilmiah sebuah ilmu. Menjadi
teknologi adalah sahabat seluruh lapisan perlu dipertanyakan kembali apakah teori-teori
masyarakat. Smartphone pun bahkan bukan lagi yang ada di buku kuliah masih relevan dengan
benda asing bagi nenek-nenek dan emak-emak kondisi saat ini. Pandangan yang lebih ekstrem
di pasar. Tukang becak, kuli bangunan, hingga mempertanyakan apakah psikologi akan kembali
anak SD pun kini bisa mencicipi smartphone layar ke zaman purbakala dimana wajah, bentuk
sentuh dan berselancar di dunia maya. Para hidung, garis tangan, bentuk jempol, atau bentuk
jomblo juga bisa merasa ditemani ketika malam rumah dianggap mempengaruhi kepribadian.
minggu yang lara tiba. Operator seluler juga ada Ah, itu kan di luar negeri. Di Indonesia tidak ada
yang sempat mengusung jargon Internet Untuk berita seperti itu, sergah Anda. Ah, memangnya
Rakyat dalam salah satu promosinya. Dampak di Indonesia sudah ada badan yang mengawasi
positif perkembangan internet sudah dapat dan berhak untuk mencabut publikasi yang
dirasakan. Melalui media sosial, yang jauh terasa terbukti merekayasa hasil penelitian?
dekat, yang kangen bisa bertatapan, yang susah

Himpunan Psikologi Indonesia & Invictus Group Indonesia Oktober, 2016 Page 2 of 8
Psikologi abal-abal di era digital

Didiklah, Jangan Hanya Bidiklah membaca konten artikelnya sehingga mereka


Ada ungkapan dalam bahasa Latin, vox bereaksi secara spontan tanpa membaca isi berita
populi vox Dei (suara rakyat, suara Tuhan). terlebih dahulu.
Ungkapan tersebut ingin menggambarkan Ilustrasi di atas adalah gambaran bahwa
bagaimana demokrasi bekerja, dimana rakyat pengguna internet Indonesia adalah bidikan dan
sebagai pemerintahnya dan pemerintah sebagai target operasi tertentu dengan agenda tertentu,
pelaksananya. Permasalahan yang muncul 2 entah untuk tujuan politis atau sekedar iseng
tahun lalu adalah ketika suara rakyat dibeli, mencari untung dari jumlah kunjungan di situs
sehingga tidak bisa dipastikan apakah suara sang empunya. Kalau memang niatnya
rakyat adalah suara Tuhan ataukah suara perut membagikan informasi, berikan judul yang lebih
orang-orang yang berkepentingan. Seperti yang netral. Apa media dan portal berita di Facebook
sudah disampaikan pada bagian pengantar, bisa itu tidak bisa melihat kalau rakyat sebangsanya
jadi para pembaca selaku pengguna internet sendiri kacau di kolom komentar? Apa untuk
bahkan mungkin tidak menyadari kalau suara bekerja dan meraup untung harus
mereka terbeli. Penulis meminjam istilah forum mengorbankan orang lain untuk berkelahi
Kaskus yang populer 2 tahun lalu, mungkin terlebih dahulu? Kalau memang mereka
mereka sadar penuh dan sengaja menciptakan melakukan evaluasi yang berkesinambungan dan
kondisi tidak kondusif lantaran berprofesi perawatan fanpage di Facebook, seharusnya
sebagai pasukan nasi bungkus dan nasi kotak. ketika menyadari kondisi yang sudah tidak sehat
Jual beli suara rakyat, entah disadari atau semacam itu, idealnya ada tindakan dari pihak
tidak, terjadi tepatnya ketika Pemilihan Presiden media untuk mengantisipasi kemungkinan buruk
2014 yang lalu. Kala itu sedang ramai-ramainya yang semakin merebak.
kampanye hitam melalui berbagai macam media. Memang, pendidikan yang kurang
Parahnya, sejarah yang sama nampaknya mulai memadai nampaknya juga menjadi salah satu
berulang di kasus Pilkada DKI dengan masih faktor mengapa masyarakat Indonesia mudah
mengangkat kata kunci dan kemasan yang sama, tersulut, apalagi jika dibumbui dengan isu-isu
yaitu isu SARA (suku, agama, ras, dan antar SARA. Itulah sebabnya masyarakat Indonesia
golongan). yang masih udik lebih aman ikut piknik daripada
Pola pikir masyarakat era tahun 80 dan 90- harus menjadi korban kebakaran jenggot
an dimana pemberitaan dari media dianggap lantaran diprovokasi oleh narasumber yang tidak
sebagai sesuatu yang benar nampaknya masih kredibel. Mungkin mengisi teka-teki silang bisa
terpatri sempurna hingga sekarang. Pengguna menjadi metode inovatif yang mendidik bagi
telepon seluler yang polos dan baru kenal masyarakat menengah ke bawah daripada otak
internet atau Facebook akan cenderung percaya mereka dijejali dan dibingungkan (baca:
pada informasi/pemberitaan yang ada. dibodohi) informasi yang bias dan tidak akurat.
Permasalahannya, media sekarang tidak hanya Emak-emak yang baru pertama kali asyik
satu portal seperti dulu, yaitu TVRI, sehingga main Facebook dan para ABG (Anak Baru Gede)
pengaburan informasi sulit dilakukan layaknya yang labil biasanya adalah korban pembodohan.
sekarang. Lagi-lagi kaum menengah ke bawah yang
Selain jumlahnya yang tidak hanya satu, kini menjadi korban. Stimuli pemancing seperti,
media juga cenderung tendensius dan mewakili HEBOH Polisi Razia di Jalan Kampung & Terima
suara pihak-pihak tertentu. Kepolosan Duit Recehan atau Klik LIKE jika Anda ingin
masyarakat yang baru berkenalan dengan punya rumah sendiri di tahun 2017 atau Klik
teknologi dimanfaatkan dengan penulisan LIKE dan ketik angka 1 di kolom komentar dan
headline atau tagline berita yang provokatif. lihat apa yang akan terjadi pada ular ini sangat
Apalagi, masyarakat yang menggunakan fasilitas menggugah pikiran mereka yang belum mampu
gratis data melalui Facebook tentu tidak bisa beradaptasi dengan bizzare-nya dunia maya.

Himpunan Psikologi Indonesia & Invictus Group Indonesia Oktober, 2016 Page 3 of 8
Psikologi abal-abal di era digital

Tergerak oleh dorongan kepo (ingin tahu) dan perlu diberikan karena tidak semua orang
ketakutan tidak dapat rumah atau bencana memiliki kepekaan terhadap gaya bahasa satire
lainnya, mereka secara impulsif mematuhi ajakan atau sarkasme.
itu. Seberapa pentingnya untuk mendidik
Coba bayangkan, misal kita klik LIKE, masyarakat agar terbuka terhadap orang dengan
apakah kita lantaran dapat rumah tahun depan? suku, ras, dan agama yang berbeda? Sangat
Kalau memang tidak ada rencana ikut undian, penting. Memangnya Anda bisa memilih untuk
tidak ada dana warisan, tidak ada niat untuk beli lahir di etnis mayoritas atau minoritas?
rumah, ya mana bisa sebuah rumah tiba-tiba Memangnya Anda bisa memilih untuk lahir di
datang dari langit. Silakan coba yakinkan diri suku tertentu? Hanya karena Anda hidup di etnis
Anda setiap hari Klik LIKE jika Anda ingin mayoritas, bukan berarti Anda berhak untuk
menemukan uang Rp. 5.000,00 di tengah jalan. mendiskriminasi dan memarginalkan mereka.
Lalu perhatikan apakah Anda mendapat uang Rp. Mereka lahir di suku atau ras tertentu juga bukan
5.000,00 setiap harinya. Kalau cuma klik LIKE dan karena kehendak mereka. Memangnya Anda mau
Anda bisa mendapatkan semua materi yang Anda disalahkan dan didiskriminasi karena warna kulit,
inginkan tanpa usaha dan kerja, penulis juga bisa bentuk mata, dan asal-usul yang tidak bisa Anda
menyejahterakan semua rakyat Indonesia tanpa pilih sendiri? Enteng sekali masyarakat di dunia
harus jadi presiden, dijamin. maya kini kalau disuruh menghina bangsanya
Didikan untuk berpikir kritis semacam sendiri. Didiklah masyarakat kita untuk lebih
itulah yang perlu diberikan juga pada masyarakat terbuka dan toleran terhadap perbedaan yang
pengguna internet. Masih banyak bentuk stimuli ada, bukan malah memprovokasi mereka untuk
lain yang ditujukan untuk membodohi maupun membenci manusia berdasarkan suku, etnis, ras,
menyebarkan paham dan gerakan politik atau agama mereka.
tertentu. Apalagi dengan pengguna yang tidak
memiliki pemahaman memadai, cukup dipancing Kalau Jempol Lebih Pendek dari Jari yang
dengan isu-isu SARA, komunis, illuminati, Yahudi, Lain, Berarti Anda Calon Orang Sukses:
Freemason, ras etnis ini, etnis itu, dan kawan- Jangan Mengkambing-hitamkan
kawannya; maka membludaklah komentar
Psikologi
emosional mereka. Logika berpikir yang sesat
Kecanggihan gadget dengan harga yang
dengan menggeneralisir keburukan satu oknum
terjangkau oleh semua kalangan menjadikan
untuk satu kelompok adalah kurang tepat dan
hampir semua lapisan masyarakat (mulai dari
perlu diwaspadai. Ditambah lagi gaya bahasa
yang berdasi hingga mereka yang memiliki
satire dan sarkasme mulai populer di kalangan
penghasilan menengah ke bawah) bisa mencicipi
pengguna media sosial. Namun nampaknya
berbagai fiturnya. Internet merupakan salah satu
masih cukup banyak masyarakat yang
fitur hebat (dan fitur wajib) dari gadget low-end
menganggapnya sebagai suatu yang serius,
sekalipun. Fitur tersebut memungkinkan kita
bukannya bentuk sindiran sehingga emosi
mengakses begitu banyak hal, mulai dari
mereka juga terpancing kembali.
informasi mengenai pengetahuan, berita terkini,
Di sinilah media seharusnya berperan untuk
hiburan, tutorial, resep, ataupun media sosial
memfasilitasi dan memupuk pluralitas dan
yang kini ada begitu banyak macamnya. Mulai
toleransi dalam kehidupan berbangsa dan
dari yang jadi trend di era remaja tahun 2000-an,
bernegara, bukannya malah memberikan
seperti Friendster, hingga media sosial masa kini
informasi yang provokatif ataupun
yang juga dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga,
memanfaatkan ketidaktahuan pengguna internet
Facebook, serta Twitter, LINE, dan sejenisnya.
untuk tujuan keuntungan semata, entah tujuan
Apalagi seluruh proses pembuatan akun media
marketing, maupun politis. Edukasi gaya bahasa
sosial juga gratis. Siapapun yang mau dan
penulisan satire dan sarkasme secara khusus
mampu mengoperasikan gadget, bisa dengan

Himpunan Psikologi Indonesia & Invictus Group Indonesia Oktober, 2016 Page 4 of 8
Psikologi abal-abal di era digital

mudah memiliki akun-akun tersebut. akan melampaui batas orang-orang pada


Keuntungannya begitu banyak, mulai dari segi umumnya sebulan sebelum SBMPTN, bisa jadi
komunikasi jarak jauh, pengembangan kreativitas mereka cuma tidur-tiduran tanpa belajar. Atau
bagi blogger, ajang unjuk gigi hasil karya misalkan gadis-gadis membaca ramalan jodoh
fotografi, desain, kuliner, dan sebagainya. melalui bentuk jari mendadak menjadi galau,
Di sisi lain, tidak sedikit pula dampak minder, bahkan depresi lantaran ramalan-
negatifnya, mulai dari pembuatan akun palsu, ramalan konyol membuatnya putus asa dalam
akun penipuan, akun yang memprovokasi, asmara. Kasihan sekali masa depan mereka
termasuk akun-akun tidak bertanggung jawab dipertaruhkan oleh saran-saran dari pihak yang
yang menyebarkan informasi yang tidak akurat, tidak tahu menahu (namun sok tahu) tentang
namun sengaja dikemas dengan kalimat menarik permasalahan yang sedang terjadi dalam hidup
dan seolah-olah cerdas. Parahnya lagi, mereka. Singkat kata, kesuksesan hidup meliputi
informasi yang disajikan diklaim sebagai hasil pendidikan, karir, dan jodoh adalah kuasa
penelitian atau ada juga yang memoles penelitian postingan pseudoscience tersebut.
abad pencerahan untuk dipopulerkan kembali di Psikologi sangat dirugikan karena banyak
abad XXI. Informasi semacam identifikasi sekali postingan tidak bertanggungjawab yang
kepribadian melalui garis tangan, letak tahi lalat, memakai topeng seolah ilmiah dan mengklaim
struktur jari, bahkan golongan darah pun dirinya adalah bagian dari psikologi. Bayangkan
menentukan kesuksesan tiap orang, katanya. Ada kalau saran-saran ramalan tidak jelas itu
pula judul artikel seperti golongan darah O lebih menyatakan Ini hidup Anda, jangan mau diatur
rajin dari A, jempol kaki yang pendek oleh orang lain. Hidup adalah untuk kebebasan
mencerminkan kewibawaan, dan tahi lalat di dan dibaca seorang anak remaja yang broken
hidung menunjukkan orang yang penyabar, home. Bisa jadi ia pergi dari rumah atau bahkan
yang setia menemani timeline media sosial dan nyawanya melayang lantaran mencari kebebasan
terus menerus di-like dan dibagikan ulang oleh dari masalah hidup yang menimpanya.
ribuan orang. Entah atas dasar alasan motif seru- Sudah waktunya bagi kita, para mahasiswa,
seruan, iseng, supaya kelihatan pandai, gaul, dosen, peneliti, praktisi, dan siapapun yang
keren, atau supaya terlihat kekinian. berada pada naungan ilmu ini menaikkan gairah
Remaja labil, anak alay, tukang galau, dan penelitian agar ilmu kita tidak terus-menerus
murid sekolah yang polos tidak berdosa menjadi dikambing-hitamkan atas informasi yang tidak
korban empuk penyebaran berita pseudoscience benar adanya. Pada konteks dunia maya, cukup
tersebut. Banyak dari mereka yang sebarkan informasi yang jelas. Pengguna internet
mempercayainya dan menjadi tertarik atas tidak semuanya memiliki kapabilitas untuk
keindahan ilmu psikologi yang bisa menembus menyaring konten mana yang sesuai dengan
batas ruang dan waktu alias bisa mengetahui kaidah ilmiah ilmu psikologi dengan mana yang
sesuatu tanpa harus diberitahu. Tidak sedikit untuk seru-seruan. Umat psikologi, mari kita
siswa SMA yang ingin masuk jurusan psikologi selamatkan ilmu kita tercinta ini dengan
karena tertarik (baca: tertipu) untuk mempelajari semangat riset dan katakan tidak pada mitos
cara membaca kebohongan, meramal nasib, dan abal-abal!
melihat kepribadian dan masa lalu orang lain
dalam satu kedipan mata. Asosiasi Psikiater Indonesia disentil APA
Bagi mereka yang labil, polos, dan penurut, soal LGBT, Apa Kabar Psikologi Indonesia?
rayuan pseudoscience bisa jadi berpengaruh Fenomena LGBT akhir-akhir ini menjadi
besar dalam hidup mereka. Andaikan mereka pembicaraan yang hangat di masyarakat
membaca kutipan sebagai orang dengan Indonesia, terlebih lagi dengan adanya kasus
golongan darah B, Anda terlahir cerdas dan pelecehan seksual yang melibatkan salah satu
berbakat. Jika Anda yakin, kemampuan Anda artis ternama di Indonesia. Tampaknya seluruh

Himpunan Psikologi Indonesia & Invictus Group Indonesia Oktober, 2016 Page 5 of 8
Psikologi abal-abal di era digital

perhatian masyarakat Indonesia langsung tertuju diam itu emas, dan tahu kapan waktunya
pada fenomena tersebut. Berbagai kalangan berbicara itu berlian. Indonesia saat ini sedang
masyarakat, mulai dari masyarakat umum, asik-asiknya menikmati produk teknologi yang
mahasiswa, MUI (Majelis Ulama Indonesia), dinamakan internet. Portal berita semakin
anggota DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), hingga banyak, membangun situs internet juga mudah
menteri ikut-ikutan angkat bicara. Salah satu dan murah, semua serba bisa; mulai dari bisa jadi
pernyataan yang ramai diperbincangkan adalah benar hingga bisa-bisa malah salah.
fatwa MUI yang menyatakan bahwa LGBT harus Nampaknya ada satu item pertanyaan di luar 5W
direhabilitasi (MUI Minta Pelaku LGBT Dapat + 1H yang perlu ditinjau oleh editor dan penulis
Program Rehabilitasi, 2016). Ada masyarakat berita sebelum mempublikasikan karyanya, yaitu
yang setuju dengan pernyataan tersebut, tetapi What if, alias apa konsekuensinya jika berita
tidak sedikit pula masyarakat yang tidak setuju. yang entah netral atau tidak itu dibaca oleh
Sangat beralasan ketika masyarakat memutuskan masyarakat.
untuk setuju dan tidak. Mayoritas masyarakat Ada kecenderungan manusia untuk hanya
yang setuju kemungkinan besar mendasarkan mendengarkan apa yang ia inginkan dan ia sukai
pada argumentasi agama dan norma yang saja. Apa yang tidak sesuai dengan yang
dijunjung di Indonesia (walaupun ada sedikit diyakininya akan secara otomatis ia tolak
yang juga mendasarkan pada argumentasi mentah-mentah, bahkan jika kondisi yang ada
ilmiah). Sedangkan yang tidak setuju biasanya adalah fakta ilmiah sekalipun. Gejolak sosial tidak
mendasarkan diri pada argumentasi ilmiah yang akan dapat dihindari dan inilah tantangan
selama ini berkembang. psikologi di Indonesia. Idealnya, sekali lagi
Bicara soal penelitian, mengingatkan kita, idealnya, media memberitakan informasi dari
khususnya masyarakat psikologi Indonesia, sumber terpercaya, dimana sumber terpercaya
tentang kejadian yang akhir-akhir ini menimpa juga menyampaikan informasi berdasarkan data
Asosiasi Psikiatri Indonesia. Mereka dan fakta kepada media dalam rangka
mendapatkan sentilan dari Asosiasi Psikiatri menyampaikan kenyataan yang ada dengan
Amerika Serikat (APA) terkait dengan pernyataan tujuan mencerdaskan masyarakat. Namun
Asosiasi Psikiatri Indonesia bahwa homoseksual mengingat bahwa faktor kekeluargaan di
merupakan masalah mental atau ODMK (Orang Indonesia begitu kental, idealisme di atas
Dengan Masalah Kejiwaan) dan individu ODGJ nampaknya harus dicapai dengan perjuangan
(Orang Dengan Gangguan Jiwa), seperti yang berat karena media zaman sekarang dimiliki
transgender tersebut, dapat diobati dengan oleh Si Ini dan Si Itu, yang mana mereka
terapi konversi (LGBT bukan masalah kejiwaan: mempunyai orientasi berbeda-beda dalam hal
Asosiasi Psikiatri AS surati Indonesia, 2016). pemberitaan informasi.
Pihak APA berargumen bahwa sudah banyak riset Dalam kacamata penulis, psikologi
terkait LGBT yang menunjukkan bahwa LGBT Indonesia tidak harus sepenuhnya diam terkait
bukanlah gangguan mental. Sementara pihak kasus ini. Namun tidak perlu juga ikut-ikutan
Himpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa unjuk gigi dan menjadi ilmuwan dadakan melalui
Indonesia berargumen bahwa posisi dan pernyataan ketidakberpihakan terhadap LGBT.
pendapat mereka sudah sejalan dengan Undang- Penulis memahami bahwa kasus LGBT bukanlah
Undang Nomor 18 tahun 2014 tentang kasus yang mudah dipahami oleh masyarakat
Kesehatan Jiwa dan PPDGJ-III. Indonesia dari segi ilmiah. Jika memang tidak siap
Pertanyaan selanjutnya, apa kabar psikologi atau tidak tahu bagaimana bersikap, lebih baik
Indonesia? Bagaimana pendapatnya mengenai diam, atau cukup berikan pernyataan netral.
fenomena LGBT? Apakah ingin mengikuti jejak Salah satu pernyataan yang netral misalnya,
asosiasi psikiatri? Atau secara otomatis mengikuti Riset tentang LGBT sejauh ini menunjukkan
apa yang dinyatakan asosiasi itu? Terkadang bahwa gen memiliki peranan (walaupun bukan

Himpunan Psikologi Indonesia & Invictus Group Indonesia Oktober, 2016 Page 6 of 8
Psikologi abal-abal di era digital

satu-satunya pemeran) dalam orientasi seksual. hidung, bentuk jempol, dan bentuk anggota
Namun demikian, penelitian terkait kasus badan lainnya. Ayolah, hidup kita tidak semudah
tersebut masih terus dilakukan hingga saat ini, itu dikendalikan jempolkecuali kalau Anda
sehingga kami belum bisa menyatakan secara bekerja sebagai model, mungkin bentuk hidung
tegas posisi kami atas fenomena ini. Posisi akan mempengaruhi pemasukan finansial Anda.
tersebut lebih terpandang dan bijaksana Apa iya seluruh nasib hidup Anda dikendalikan
daripada harus bersikap impulsif dan malah oleh jempol? Hentikan pula sebaran-sebaran
menjatuhkan psikologi Indonesia di mata dunia. informasi HOAX yang tidak berbobot. Masyarakat
Psikologi sebagai ilmu tetap harus menjunjung harus diedukasi, bukan ditipu oleh berita-berita
tinggi kaidah ilmiah dan bukannya memberatkan sensasional yang tidak masuk akal.
status quo terhadap angin-angin politik. Secara Dengan adanya dukungan pemerintah
tidak langsung, posisi yang demikian juga melalui program beasiswa luar negeri untuk
memberi kesempatan bagi masyarakat Indonesia pelajar Indonesia, sumber daya manusia kita
untuk mencerna informasi sekaligus mampu tercukupi untuk mewujudkan karakter
menunjukkan bahwa psikologi Indonesia bicara masyarakat yang lebih bermartabat. Melalui
atas dasar penelitian ilmiah. Psikologi kita adalah tulisan ini, penulis berusaha untuk meninjau
psikologi yang ilmiah, bukan psikologi purba dampak negatif dari perkembangan internet agar
yang bisa menebak (baca: menjustifikasi) sifat dapat menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi
orang dari bentuk hidungnya. bagi pemerintah, pembuat kebijakan, pemangku
kepentingan (stakeholder), serta para pembaca
Penutup dan masyarakat dunia maya. Harapan kita adalah
Ke depan, ilmu psikologi yang konon supaya internet sebagai dunia maya dapat
katanya menjunjung diri sebagai ilmu yang menjadi tempat yang ramah untuk mencari ilmu,
mempelajari perilaku dan proses mental, harus memperkaya pengetahuan, dan meningkatkan
mampu menjadi garda depan dalam memetakan kualitas kecerdasan rakyat Indonesia. Salam
dan mengusulkan intervensi atas isu-isu sosial internet sehat, salam internet positif!
yang sedang hangat. Psikologi, bersama
masyarakat harus bergerak maju, bukannya Referensi
malah asyik bersembunyi dalam selimut Floh, A. & Madlberger, M. (2013). The role of
pengetahuan tradisonal dan mengajarkan sejarah atmospheric cues in online impulse-buying
pada mahasiswanya. Di barat, penelitian behavior. Electronic Commerce Research and
interdisipliner semakin berkembang besar- Applications, 12, 425439. doi:
besaran. Era big data mulai datang, psikologi bisa 10.1016/j.elerap.2013.06.001
menggandeng para computer engineer dan ahli Kurilla, B. (2015, Juli 23). Can we trust
informasi lainnya untuk menyerap data dari psychological research? Diakses dari
media sosial dan memetakan perilaku manusia, http://www.geekpsychologist.com/can-we-
atau mengembangkan sistem kecerdasan buatan trust-psychological-research/
(artificial intelligence). Psikologi juga bisa LGBT bukan masalah kejiwaan: Asosiasi Psikiatri
menggandeng sosiologi untuk pengembangan AS surati Indonesia. (2016, Maret 17). BBC
komunitas (community development) dan Indonesia. Diakses dari
memberdayakan masyarakat melalui intervensi http://www.bbc.com/indonesia/berita_indon
sosial; menggandeng ilmu politik dan komunikasi esia/
untuk mendukung interaksi antar pemerintah 2016/03/160316_indonesia_lgbt_psikiatri_in
dan rakyat yang lebih efektif. donesia
Hentikan pembodohan-pembodohan MUI Minta Pelaku LGBT Dapat Program
berkedok psikologi yang mengangkat bacaan Rehabilitasi. (2016, Februari 17). Miraj Islamic
kepribadian melalui bentuk tangan, bentuk News Agency (MINA). Diakses dari

Himpunan Psikologi Indonesia & Invictus Group Indonesia Oktober, 2016 Page 7 of 8
Psikologi abal-abal di era digital

http://www.mirajnews.com/id/mui-minta-
pelaku-lgbt-dapat-program-
rehabilitasi/101791
Pies, R. (2009). Should DSM-V Designate Internet
Addiction a Mental Disorder? Psychiatry,
6(2), 3137. Diakses dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/
PMC2719452/pdf/PE_6_02_31.pdf
Sample, I. (2015, Agustus 27). Study delivers bleak
verdict on validity of psychology experiment
results. The Guardian. Diakses dari
https://www.theguardian.com/science/2015
/aug/27/study-delivers-bleak-verdict-on-
validity-of-psychology-experiment-results

Himpunan Psikologi Indonesia & Invictus Group Indonesia Oktober, 2016 Page 8 of 8

You might also like