You are on page 1of 11

PHARMACY, Vol.11 No.

01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU-IBU MENGENAI PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI


DENGAN MENGGUNAKAN METODE CBIA
DI TIGA KABUPATEN DI JAWA TENGAH

CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF), A MOTHERS ACTIVE LEARNING METHOD,


EFFECTIVELY IMPROVES MOTHERS KNOWLEDGE AND ATTITUDE
TOWARD SELF MEDICATION

Susanti, Ratih Anggraeni, Setiani, Tri Jayanti, Wachyu Wulandari, Sudarso

Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah purwokerto


Jalan Raya Dukuh Waluh, PO BOX 202, 53182, Telp. (0281) 636751
Email: Susanti.ump@hotmail.com (Susanti)

ABSTRAK

Kemudahan masyarakat dalam memperoleh obat tanpa resep menimbulkan


kecenderungan meningkatnya pengobatan sendiri. Informasi yang keliru dalam
pengobatan sendiri dapat memperparah penyakit pasien dan meningkatkan biaya
pengobatan. Pemakaian obat yang rasional perlu digiatkan dan diinformasikan secara
luas. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu edukasi dengan metode Cara Belajar Ibu
Aktif (CBIA). CBIA dirancang oleh Bagian Farmakologi Klinik, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta pada tahun 1993 dan kemudian diadaptasi secara nasional oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 untuk digunakan sebagai rujukan
nasional. CBIA merupakan metode yang efektif dalam hal penyampaian informasi obat
dengan melibatkan subjek secara aktif yaitu mendengar, melihat, menulis dan
melakukan evaluasi tentang pengenalan jenis obat dan bahan aktif yang dikandung,
serta informasi lain yang terkandung dalam kemasan obat. Penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk melihat pengaruh penerapan CBIA yang dilakukan terhadap
peningkatan pengetahuan dan perilaku pengobatan sendiri pada ibu-ibu di beberapa
kecamatan di tiga kabupaten. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan
rancangan pretest dan posttest dengan dua kelompok yaitu kelompok CBIA dan
ceramah. Data dianalisis menggunakan uji paired t-test dan independent-sample t-test
dengan = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa edukasi dengan metode CBIA dan
ceramah meningkatkan nilai pengetahuan dan perilaku tentang pengobatan sendiri dan
metode CBIA lebih efektif dibanding metode ceramah.

Kata kunci: metode CBIA, pengobatan sendiri, over the counter (OTC).

ABSTRACT

Increased availability and access to over the counter (OTC) and pharmacist-only drugs
has resulted in the higher tendencies of people indulging in self-medication. However,
irrational behaviour of self- medication may lead to both increasing incidence of adverse
events and soaring cost of medication. Therefore, knowledge regarding the appropriate

75
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

use of medicines, particulary those used for self-medication is essesential. CBIA (Cara
Belajar Ibu Aktif) is an active learning method aimed to improve mothers knowledge
and skills in using mainly over the counter drugs for self medication. CBIA module was
designed by Department of Clinical Pharmacology, Gadjah Mada University, Yogyakarta,
in 1993 and eventually adopted by Indonesian Ministry of Health in 2008 is to be used as
national reference. CBIA applies problem-based and self-learning process which actively
involves the participants to observe, record and evaluate drug-related informations
provided mainly on the pharmaceuticals packages. This research aimed at evaluation of
effectiveness of CBIA in improving mothers knowledge, behaviour and attitude toward
self-medication in compare to seminar, a more convensional method in delivering
information. The research was conducted in three districts in Central Java involving 776
people. In each district, 194 women were recruited as participants and equally divided
into 2 groups. First group recievied information according to CBIA module while in the
second group, the information was delivered through seminar method. Before and after
treatment, a set of questions were asked to all of the participants to measure their
knowledge and attitude toward self-medication. The resultant data obtained were
quantified and analised statistically using T-test. The result showed that there was a
significant raise in knowledge and attitude of participants in both groups (p<0.001),
however, the increase was significantly greater in CBIA group (p<0.05). Therefore, this
study suggests that CBIA module is an effective method to equip mothers to critically
asses drug-related information essential for self-medication.

Key words: CBIA (cara belajar ibu aktif), self-medication, over the counter (OTC).

76
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

Pendahuluan melihat, menulis, dan melakukan


Pengobatan sendiri adalah evaluasi tentang pengenalan jenis obat
penggunaan obat oleh masyarakat untuk dan bahan aktif yang dikandung, serta
tujuan pengobatan sakit ringan (minor informasi lain seperti indikasi, kontra
illnesses), tanpa resep atau intervensi indikasi, dan efek samping (Suryawati,
dokter (Kristina et al., 2008). Mudahnya 2003). Metode CBIA ini merupakan
memperoleh obat tanpa resep yang metode pembelajaran bagi para ibu
banyak dijual di pasaran akan rumah tangga karena dari banyak survei
menimbulkan kecenderungan yang telah diketahui bahwa ibu rumah tangga
semakin meningkat di kalangan adalah key person dalam penggunaan
masyarakat untuk melakukan obat di rumah. Metode CBIA telah
pengobatan sendiri (Suryawati, 1997 terbukti lebih efektif dapat
dalam Kristina et al., 2008). Berdasarkan meningkatkan pengetahuan pengobatan
penelitian Supardi et al., (1999), sendiri (4,90,3 menjadi 8,30,2;
prevalensi ibu rumah tangga yang P<0,001), sedangkan yang menghadiri
menggunakan OB (obat bebas) atau OT seminar besar hanya terjadi peningkatan
(obat terbatas) dalam upaya pengobatan dari 4,50,6 menjadi 6,40,3; P0,05,
sendiri sebulan terakhir sebesar 74,4%. dan pada grup kontrol hampir tidak ada
Persentase terbesar responden peningkatan yaitu dari 4,20,4 menjadi
menggunakan OB (80,9%) dan hanya 4,80,3.
sebagian kecil menggunakan OT (19,1%). Berdasarkan latar belakang
Pengobatan sendiri yang keliru tersebut, peneliti ingin melakukan
dapat memperparah penyakit yang penelitian untuk mengetahui adakah
diderita dan malah menambah biaya pengaruh pemberian edukasi dengan
pengobatan. Untuk itulah pemakaian metode CBIA untuk meningkatkan
obat yang rasional dan informasi tentang perilaku dan pengetahuan pengobatan
obat perlu digiatkan dan diinformasikan sendiri pada ibu-ibu di beberapa
secara luas. kecamatan di tiga kabupaten.
Metode Cara Belajar Ibu Aktif
(CBIA) merupakan metode penyampaian Metode Penelitian
informasi obat dengan melibatkan Jenis penelitian ini adalah
subjek secara aktif yaitu mendengar, penelitian eksperimen dengan

77
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

rancangan quasy experiment yang Sampel diambil berdasarkan rumus


bersifat non-equivalen control group analitik numerik berpasangan (Dahlan,
pretest-postest. Penelitian dilakukan 2005).
pada dua kelompok yang berbeda, yaitu
kelompok perlakuan metode CBIA dan
kelompok perlakuan metode ceramah.
Keterangan:
Alat yang digunakan dalam penelitian
Z = derivat baku alpha
berupa kuesioner pretest dan post-test.
Populasi dan Sampel Z = derivat baku beta

1. Kriteria inklusi: ibu-ibu atau wanita S = simpang baku gabungan


yang sudah atau pernah menikah, = selisih rerata minimal yang
tinggal di Kabupaten Banyumas dianggap bermakna

bagian utara, tidak buta huruf, bisa Nilai Z, Z dan X1X2, ditetapkan
menulis, dan bukan tenaga medis. peneliti, dan nilai S berasal dari
2. Kriteria eksklusi: responden yang penelitian sebelumnya yang dilakukan
mengikuti pretest tetapi tidak oleh Neafsey et al. (2011).
mengikuti acara pelatihan maupun
responden yang tidak bersedia
mengisi kuesioner pretest atau
posttest. dibulatkan menjadi 97.

Cara Penelitian
Jadi sampel minimum yang diambil
Pengambilan sampel dilakukan
adalah sebanyak 97 responden.
secara random sampling dari 3
Setelah penentuan sampel
kabupaten yaitu Kabupaten Banyumas,
kemudian dibuat petunjuk kegiatan,
Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten
lembar kerja, dan kuesioner.
Purbalingga. Kabupaten Banyumas
Kuesioner digunakan untuk
dibagi menjadi Banyumas bagian utara
mengetahui perbedaan tingkat
dan selatan, Kabupaten Banjarnegara
pemahaman mengenai pengobatan
diambil bagian barat dan selatan, dan
sendiri sebelum (pretest) dan sesudah
Kabupaten Purbalingga diambil bagian
(post-test) diberi perlakuan edukasi
utara.
dengan metode CBIA dan ceramah.
1. Pengambilan Sampel

78
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

Untuk kelompok perlakuan dengan CBIA yaitu berusia antara 31-40 tahun
metode CBIA dibagi menjadi (38,8%), mempunyai 1 sampai 3 anak
beberapa kelompok kecil yang terdiri (89,8%), berpendidikan SD/sederajat
dari 4-5 orang. Kemudian ibu-ibu (33,7%), tidak bekerja/ibu rumah tangga
diberi lembar kerja dan satu set obat- (71,4%), pekerjaan suami responden
obatan. Ibu-ibu harus mengamati adalah wiraswasta (42,9%),
informasi yang tertera dalam etiket berpenghasilan kurang dari Rp500.000
obat mengenai zat aktif, dosis dan (28,6%), pengeluaran Rp1.000.000 -
cara pemberian, efek samping, Rp2.500.000 (35,7%), dan biaya
indikasi dan kontra indikasi obat, serta pengobatan setiap bulan kurang dari
informasi lain yang terdapat dalam Rp250.000 (89,8%). Mayoritas
kemasan. Hasil diskusi kelompok responden ceramah yaitu berusia 41-50
didiskusikan bersama (Depkes RI, (41,8%), mempunyai 1 sampai 3 anak
2008). Sedangkan untuk metode (79,6%), berpendidikan SMA/sederajat
ceramah ibu-ibu hanya diberi (35,7%), tidak bekerja/ibu rumah tangga
informasi dari penceramah mengenai (71,4%), pekerjaan suami responden
pengobatan sendiri. adalah wiraswasta (36,7%), penghasilan
2. Analisis Data kurang dari Rp500.000 (24,5%),
Data dianalisis secara bivariat pengeluaran Rp500.000 - Rp1.000.000
dengan menggunakan uji statistik (39,8%), dan biaya pengobatan setiap
yaitu uji t-test yakni membandingkan bulan kurang dari Rp250.000 (83,7%).
data sebelum dan sesudah diberikan Kabupaten Banyumas bagian
edukasi dengan metode CBIA dan selatan memiliki responden kelompok
ceramah tentang pengobatan sendiri, CBIA paling banyak berusia 31 40
dan diperoleh mean perbedaan tahun sebanyak 36 orang (37,1%) dan
pretest dan postest. Taraf signifikan kelompok ceramah paling banyak
95% ( = 0,05) (Riduwan, 2009). berusia 41 50 tahun sebanyak 30 orang
(30,9). Karakteristik jumlah anak
Hasil dan Pembahasan responden kelompok CBIA dan ceramah
Karakteristik Responden sebagian besar mempunyai 1-3 anak
Kabupaten Banyumas bagian yaitu 55 orang (56,7%) dan 74 orang
utara memiliki mayoritas responden (76,3%). Untuk karakteristik pendidikan

79
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

pada kelompok CBIA dan ceramah besar mempunyai 1-3 anak yaitu 56
responden yang paling banyak orang (57,7%) dan 44 orang (45,4%).
berpendidikan hanya sampai SMP dan Untuk karakteristik pendidikan pada
SD yaitu 44 orang (45,4) dan 43 orang kelompok CBIA dan ceramah responden
(44,3%). Karakteristik pekerjaan yang paling banyak berpendidikan
responden kelompok CBIA dan ceramah hanya sampai SD yaitu 43 orang (44,3%),
sebagian besar adalah ibu rumah tangga dan 40 orang (41,2%). Sedangkan
yaitu 74 orang (76,3%), dan 78 orang karakteristik pekerjaan responden
(80,4%). Karakteristik pekerjaan suami kelompok CBIA dan ceramah sebagian
responden kelompok CBIA dan ceramah besar adalah ibu rumah tangga yaitu 75
sebagian besar adalah buruh, petani, orang (77,3%), dan 37 orang (37,1%).
dan pedagang yaitu 38 orang (39,2%), Karakteristik pekerjaan suami responden
dan 46 orang (47,4%). Pada karakteristik kelompok CBIA dan ceramah sebagian
tingkat penghasilan responden besar adalah swasta yaitu 41 orang
kelompok CBIA dan ceramah sebagian (42,3%), dan 27 orang (27,8%). Pada
besar adalah Rp0 Rp500.000 yaitu 76 karakteristik tingkat penghasilan
orang (78,4%), dan 79 orang (81,4%). responden kelompok CBIA dan ceramah
Karakteristik pengeluaran responden sebagian besar adalah Rp0 Rp500.000
kelompok CBIA dan ceramah sebagian yaitu 65 orang (67,0%), dan 40 orang
besar adalah < Rp250.000 Rp500.000 (41,2%). Karakteristik pengeluaran
yaitu 49 orang (50,5%) dan 42 orang responden kelompok CBIA dan ceramah
(43,3%). Karakteristik biaya pengobatan sebagian besar adalah Rp250.000
responden kelompok CBIA dan ceramah Rp500.000 yaitu 50 orang (51,5%) dan 51
sebagian besar adalah < Rp250.000 yaitu orang (52,6%). Dengan pengeluaran >
87 orang (89,7%) dan 79 orang (81,4%). Rp2.000.000 untuk metode CBIA tidak
Kabupaten Banjarnegara umur ada, sedangkan pengeluaran terkecil
responden kelompok CBIA dan ceramah pada metode ceramah yaitu >
paling banyak berusia 41-50 tahun Rp2.000.000 (3,1 %). Karakteristik biaya
masing-masing sebanyak 37 orang pengobatan responden kelompok CBIA
(38,1%) dan 41 orang (42,3%). dan ceramah sebagian besar adalah
Karakteristik jumlah anak responden <Rp500.000 yaitu 88 orang (90,7%) dan
kelompok CBIA dan ceramah sebagian 69 orang (71,1%).

80
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

Kabupaten Purbalingga bagian mayoritas ceramah yang memiliki


utara responden CBIA berusia antara 41- penghasilan Rp500.000 (64,9%),
50 tahun sebanyak 36 orang (37,1%), pengeluaran Rp500.000-1.000.00
sedangkan mayoritas responden (42,3%), biaya pengobatan kurang dari
ceramah berusia 31-40 tahun sebanyak Rp250.000 (85,6%).
42 orang (43,3%). Jumlah anak pada Perbandingan Nilai Pengetahuan
Sebelum dan Sesudah Perlakuan antara
kedua kelompok responden tidak ada
Metode CBIA dengan Metode Ceramah
perbedaan. Mayoritas responden
Pada Tabel 1 dapat diketahui
memiliki anak antara 1-2, pada
bahwa pengetahuan responden pada 3
kelompok CBIA (54,6%) dan pada
kabupaten sebelum dan setelah
kelompok ceramah (58,8%). Pendidikan
dilakukan edukasi baik dengan metode
terakhir responden kelompok CBIA dan
CBIA maupun dengan metode ceramah
responden kelompok ceramah mayoritas
menunjukkan adanya peningkatan nilai
(47,4%) responden CBIA berpendidikan
pengetahuan. Berdasarkan hasil uji
SMA/sederajat, sedangkan pada
statistik uji-t berpasangan (paired t-test)
responden ceramah (36,1%)
terhadap skor pre-test dan skor post-test
berpendidikan SLTP/sederajat. Pekerjaan
menunjukkan angka signifikan (p)
responden dan pekerjaan suami
sebesar 0,000 baik pada metode CBIA
responden pada kedua kelompok CBIA
maupun pada metode ceramah. Hal ini
dan ceramah tidak jauh berbeda.
menunjukkan adanya perbedaan yang
Mayoritas pekerjaan responden CBIA
signifikan antara tingkat pengetahuan
(56,7%) dan ceramah (59,8%) yaitu ibu
sebelum dan sesudah pemberian
rumah tangga/tidak bekarja. Sedangkan
edukasi baik dengan metode CBIA
mayoritas pekerjaan suami responden
maupun dengan metode ceramah.
CBIA (32,0%) pegawai negeri dan
Hasil penelitian ini sejalan
responden ceramah (28,9%) pegawai
dengan penelitian Supardi et al. (1998),
swasta. Tingkat penghasilan, kelompok
yang menyatakan adanya peningkatan
CBIA (38,1%) memiliki penghasilan
skor pengetahuan setelah diberi
Rp500.000, pengeluaran Rp500.000
penyuluhan obat sebesar 93,2% pada
(55,7%) dan biaya pengobatan setiap
responden perlakuan dan 12,1% pada
bulan Rp250.000-500.000 (43,3%),
responden kontrol.
sedangkan pada kelompok responden

81
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

Tabel 1. Perbandingan nilai pengetahuan sebelum dan sesudah perlakuan

Pengetahuan Rerata Skor Rerata Skor P - Value


Responden Sebelum Setelah
Kab. Banyumas - CBIA 5,431,94 14,210,92 0,000
Utara - Ceramah 5,183,71 11,732,05 0,000
Kab. Banyumas - CBIA 6,701,75 9,272,12 0,000
Selatan - Ceramah 6,751,61 8,531,72 0,000
Kab. Banjarnegara - CBIA 6,852,07 9,591,85 0,000
- Ceramah 6,882,10 8,421,55 0,000
Kab. Purbalingga - CBIA 9,257,41 14,411,70 0,000
- Ceramah 6,671,61 10,491,86 0,000

Peningkatan pengetahuan skor pre-test dan skor post-test


responden dipengaruhi oleh beberapa menunjukkan angka signifikan (p)
faktor di antaranya dalam pelaksanaan sebesar 0,000 baik pada metode CBIA
edukasi, pada responden CBIA akan maupun pada metode ceramah, artinya
memahami materi yang disampaikan secara statistik menunjukkan terdapat
dengan cara responden aktif untuk perbedaan perilaku yang signifikan
mendengar, melihat, menulis, dan antara sebelum dan sesudah pemberian
melakukan evaluasi tentang informasi- edukasi baik dengan metode CBIA
informasi obat (Depkes RI, 2008). maupun dengan metode ceramah.
Sedangkan pada responden ceramah Dari penjelasan yang telah
pemahaman materi didapat dengan diuraikan dapat disimpulkan bahwa
mendengar materi yang disampaikan. terjadi peningkatan perilaku tentang
Perbandingan Nilai Perilaku Sebelum dan pengobatan sendiri sebelum dan
Sesudah Perlakuan antara Metode CBIA
sesudah mendapatkan edukasi dengan
dengan Metode Ceramah
metode CBIA maupun ceramah. Hal ini
Pada Tabel 2 dapat diketahui
menggambarkan penyuluhan/edukasi
bahwa perilaku responden pada 3
kesehatan merupakan suatu kegiatan
kabupaten sebelum dan setelah
yang dapat mempengaruhi perubahan
dilakukan edukasi baik dengan metode
perilaku responden. Perubahan perilaku
CBIA maupun dengan metode ceramah
tersebut dapat berupa pengetahuan,
menunjukkan adanya peningkatan nilai
sikap maupun tindakan atau kombinasi
perilaku. Hasil uji statistik uji-t
dari ketiga komponen tersebut (Depkes
berpasangan (paired t-test) terhadap
RI, 2002).

82
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

Tabel 2. Perbandingan nilai perilaku sebelum dan sesudah perlakuan

Perilaku Rerata Skor Rerata Skor P - Value


Responden Sebelum Setelah
Kab. Banyumas - CBIA 61,777,39 69,785,75 0,000
Utara - Ceramah 60,958,72 66,886,76 0,000
Kab. Banyumas - CBIA 40,204,78 50,043,46 0,000
Selatan - Ceramah 45,795,40 49,341,94 0,000
Kab. Banjarnegara - CBIA 41,076,46 47,672,80 0,000
- Ceramah 41,334,64 45,153,44 0,000
Kab. Purbalingga - CBIA 51,857,41 72,064,88 0,000
- Ceramah 44,377,49 62,147,24 0,000

Menurut Notoadmodjo (2003), <0,05 baik pada nilai pengetahuan


pendidikan kesehatan merupakan suatu maupun perilaku, sehingga dapat
upaya penyampaian pesan kesehatan disimpulkan ada perbedaan yang
kepada masyarakat, kelompok, individu signifikan antara metode CBIA dan
agar memperoleh pengetahuan metode ceramah.
kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan Untuk menilai keefektifan
tersebut diharapkan dapat berpengaruh metode dilihat dari hasil nilai rata-rata
terhadap perilaku. Hasil penelitian yang peningkatan skor (XSD). Hasil tersebut
dilakukan Supardi et al. (1998) menunjukkan metode CBIA lebih efektif
menyatakan bahwa penyuluhan obat dalam meningkatkan pengetahuan dan
dapat meningkatkan pengetahuan perilaku tentang pengobatan sendiri
responden tentang pengobatan sendiri, dibandingkan dengan metode ceramah.
peningkatan pengetahuan tersebut akan Hal ini terlihat dari rata-rata peningkatan
meningkatkan sikap dan tindakan skor baik pengetahuan maupun perilaku
responden dalam pengobatan sendiri pada kelompok metode CBIA lebih besar
yang sesuai aturan. dibandingkan dengan peningkatan pada
Efektifitas antara Metode CBIA dan kelompok metode ceramah.
Metode Ceramah terhadap Peningkatan
Hasil penelitian yang diperoleh
Perilaku dan Pengetahuan Pengobatan
Sendiri sejalan dengan penelitian Suryawati

Berdasarkan hasil uji-t tidak (2003) yang menyatakan edukasi dengan

berpasangan (independent t-test) antara metode CBIA efektif dalam

metode CBIA dan metode ceramah pada meningkatkan pengetahuan tentang

Tabel 3 diperoleh nilai signifikansi (p) obat dalam pengobatan sendiri dan

83
PHARMACY, Vol.11 No. 01 Juli 2014 ISSN 1693-3591

mengurangi jumlah produk obat yang dibandingkan peningkatan pengetahuan


digunakan. Peningkatan pengetahuan pada kelompok yang menghadiri
pada kelompok dengan metode CBIA seminar besar (4,50,6 menjadi 6,40,3;
(4,90,3 menjadi 8,30,2; P<0,001) P0,05).
secara signifikan lebih besar

Tabel 3. Efektifitas antara metode CBIA dan metode ceramah terhadap peningkatan
perilaku dan pengetahuan pengobatan sendiri

Kelompok Rata-rata P- Rata-rata P-


Peningkatan Skor Value Peningkatan Skor Value
Pengetahuan Perilaku
Kab. Banyumas - CBIA 8,782,09 0,000 8,015,93 0,009
Utara - Ceramah 6,543,73 5,937,49
Kab. Banyumas - CBIA 2,572,76 0,029 9,835,65 0,000
Selatan - Ceramah 1,752,24 3,545,63
Kab. Banjarnegara - CBIA 2,742,74 0,001 6,595,67 0,000
- Ceramah 1,532,81 3,724,31
Kab. Purbalingga - CBIA 4,881,81 0,000 20,209,22 0,000
- Ceramah 3,822,88 17,776,78

Edukasi dengan metode CBIA meningkatkan pengetahuan dan


memberikan efek yang lebih baik perilaku pengobatan sendiri pada ibu-
dibandingkan dengan edukasi dengan ibu di beberapa kecamatan di
metode ceramah, hal ini dikarenakan Kabupaten Banyumas bagian utara.
pelatihan dilakukan melalui diskusi 2. Edukasi dengan menggunakan
interaktif kelompok kecil yang metode CBIA lebih efektif dalam
memberdayakan responden agar lebih meningkatkan pengetahuan dan
aktif dan kritis dalam mencari dan perilaku pengobatan sendiri
menilai informasi obat yang digunakan dibandingkan dengan edukasi
dalam pengobatan sendiri. Sedangkan metode ceramah.
pada metode ceramah informasi yang
didapat hanya dari fasilitator saja. Saran
1. Metode CBIA merupakan salah satu
Kesimpulan metode yang efektif untuk
1. Ada pengaruh penerapan metode meningkatkan pengetahuan dan
CBIA dan metode ceramah dalam perilaku responden tentang

84
PHARMACY, Vol.10 No. 01 Juli 2013 ISSN 1693-3591

pengobatan sendiri, dianjurkan bagi Neafsey, P.J., M'lan, C.E., Ge, M., Walsh,
S.J., Lin, C.A., Anderson, E., 2011.
para petugas kesehatan untuk
Reducing adverse self-
mengadakan kegiatan medication behaviors in older
adults with hypertension: results
penyuluhan/edukasi tentang
of an e-health clinical efficacy
pengobatan sendiri dengan trial, Ageing Int., 36(2):159-191.
menggunakan metode CBIA.
Riduwan, 2009. Metode dan teknik
2. Bagi para peneliti yang tertarik untuk menyusun tesis. Bandung:
Alfabeta.
melakukan penelitian sejenis
diharapkan dapat melanjutkan Supardi, S., Sampurno, O.D.,
Notosiswoyo, M., 1998.
penelitian ini dengan menggunakan
Pengaruh penyuluhan obat
berbagai metode penyuluhan yang terhadap peningkatan perilaku
pengobatan sendiri yang sesuai
lain sehingga diperoleh metode apa
dengan aturan. Jakarta: Badan
yang paling efektif dalam Litbangkes.
meningkatkan pengetahuan dan
Supardi, S., Aais, S., Sukasediati, N. 1999.
perilaku tentang pengobatan sendiri. Pola penggunaan obat dan obat
tradisional dalam upaya
pengobatan sendiri di pedesaan,
Daftar Pustaka Cermin Dunia Kedokteran,
125:5-8.
Dahlan, M.S., 2005. Besar sampel dalam
penelitian kedokteran dan
Suryawati, S., 2003. CBIA: improving the
kesehatan. Jakarta: Arkans.
quality of self-medication
through mothers active learning,
Depkes RI, 2002. Modul dasar
Essential Drugs Monitor, 032:22-
penyuluhan kesehatan
23.
masyarakat Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Kristina, S.A., Prabandari, Y.S.,
Sudjaswadi, R., 2008. Perilaku
Depkes RI, 2008. Modul I, materi
pengobatan sendiri yang rasional
pelatihan peningkatan
pada masyarakat Kecamatan
pengetahuan dan ketrampilan
Depok dan Cangkringan
memilih obat bagi tenaga
Kabupaten Sleman, Majalah
kesehatan. Jakarta: Departemen
Farmasi Indonesia, 19(1):32-40.
Kesehatan RI.

Notoatmodjo, S., 2003. Prinsip-prinsip


dasar ilmu kesehatan
masyarakat, Cetakan Kedua.
Jakarta: Rineka Cipta.

85

You might also like