You are on page 1of 9

PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR

GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012


MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

ANALISIS RISIKO KESTABILAN LERENG TAMBANG TERBUKA


(STUDI KASUS TAMBANG MINERAL X)
Masagus Ahmad Azizi1), Suseno Kramadibrata2), Ridho K.Wattimena2), Indra Djati S3),
Yan Adriansyah4)
1)
PhD Mining Engineering Department ITB& Mining Engineering Trisakti University;
2)
Mining Engineering Department ITB;3)Civil engineering Department ITB;
4)
Geotechnical Superintendent PT Newmont Nusa Tenggara

Abstrak

K estabilan lereng tambang terbuka pada industri pertambangan merupakan salah satu isu penting
saat ini mengingat sebagian besar perusahaan tambang di Indonesia meningkatkan produksinya.
Akibatnya perusahaan tambang tersebut melakukan pelebaran dan pendalaman penggalian.
Semakin lebar dan dalam tambang terbuka tersebut dilakukan penggalian, maka tentunya akan semakin
besar risiko yang akan muncul, atau semakin meningkatkan ketidakpastian pada faktor-faktor yang
mempengaruhi kestabilan lereng tambang terbuka. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya risiko
kelongsoran lereng mencakup sifat fisik dan mekanik batuan, kondisi air tanah, karakterisasi massa
batuan, serta struktur yang ada pada batuan.
Paper ini mencoba menganalisis risiko baik dari aspek probabilitas kelongsoran maupun dampak yang
ditimbulkan dari suatu longsoran lereng pada studi kasus tambang mineral X. Probabilitas kelongsoran
(PK) lereng dianalisis dari parameter masukan, sedangkan dampak dianalisis dari hasil observasi
lapangan. Tentunya hasil analisis risiko ini dapat memberikan suatu keputusan tentang kondisi kestabilan
lereng tersebut, dan dapat memperkuat data monitoring pergerakan lereng, sehingga dapat mereduksi
risiko yang lebih besar akibat kelongsoran tersebut.
Kata Kunci : tambang terbuka, kestabilan lereng, risiko

A. PENDAHULUAN kestabilan lereng yakni nilai faktor keamanan


(FK), yang hanya menganggap nilai rata-rata
Disain lereng merupakan seni dalam parameter masukan sudah mewakili
menentukan keseimbangan antara kemiringan karakteristik masing-masing parameter masukan
lereng dan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Padahal secara alamiah seluruh
tambang. Lereng yang semakin curam akan parameter tersebut memiliki variasi nilai yang
memaksimalkan perolehan penambangan, memiliki peluang sama untuk mewakili
namun meningkatkan risiko kestabilan lereng. karakteristik masing-masing parameter. Oleh
Sebaliknya lereng yang semakin landai akan sebab itu diperlukan suatu cara yang dapat
menurunkan perolehan penambangan, namun menjadi solusi kondisi tersebut.
merendahkan risiko kestabilan lereng (lereng
cenderung lebih stabil). Suatu pendekatan analisis risiko
merupakan pendekatan yang komprehensif
Dalam disain lereng tambang, peran ahli dalam menentukan kestabilan lereng tambang
geoteknik memiliki arti penting bagi terbuka. Pendekatan ini merupakan fungsi dari
perusahaan. Semakin banyak informasi atau probabilitas kelongsoran (PK) lereng dan
data geoteknik yang dimiliki oleh ahli geoteknik dampak akibat longsoran tersebut. PK lereng
tersebut, maka akan semakin besar peluang ditentukan dari adanya variasi nilai parameter
dilakukan optimasi pencuraman lereng tambang. masukan yang selanjutnya akan menghasilkan
Sejumlah ketidakpastian yang menjadi variasi nilai FK lereng. Dampak longsoran
faktor minimnya informasi atau data geoteknik ditentukan dari besaran volume longsoran yang
yang dimiliki akan menyebabkan para ahli akan terjadi yang mengakibatkan kemungkinan
geoteknik selalu bekerja pada kondisi yang kecelakaan (fatalitas dan/atau cidera), kerusakan
pesimis. Di samping itu juga sejauh ini di dalam peralatan, gangguan produksi, serta kerugian
disain lereng hanya digunakan satu indikator ekonomik lainnya. Tulisan ini selanjutnya akan

4-19
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

membahas lebih rinci mengenai masing-masing sumber utama ketidakpastian dalam disain
analisis tersebut pada studi kasus tambang lereng, yang dipertimbangkan selama proses
mineral X. disain lereng dan beberapa pendekatan yang
berbeda digunakan untuk maksud tersebut.
B. KETIDAKPASTIAN DALAM DISAIN Ketidakpastian tersebut diakibatkan
LERENG adanya variabilitas acak dari aspek yang
dianalisis atau ketidaktahuan terhadap aspek
Kesulitan dalam menentukan sudut tersebut. Pengambilan data lapangan dan
lereng yang bisa diterima disebabkan oleh penyelidikan lokasi digunakan untuk
adanya ketidakpastian yang berkaitan dengan mengurangi ketidakpastian dan mengetahui
stabilitas lereng. Tabel 1 menyajikan sumber- variabilitas alami.
Tabel 1. Sumber-sumber ketidakpastian dalam lereng (Steffen dkk, 2008)

Aspek Lereng Sumber Ketidakpastian


Geometri Topografi, Geologi/Struktur, Muka air tanah (MAT)
Karakteristik Kuat Geser, Deformasi, Konduktivitas hidraulik
Beban (Gaya Pengganggu) Tegangan insitu, peledakan, gempa bumi
Prediksi Kelongsoran Reliabilitas model

Pada lokasi tambang mineral X pertama yang dilakukan melakukan analisis


memiliki ketinggian lereng multi jenjang 275,35 faktor keamanan dari geometri eksisting. Hasil
meter dengan sudut lereng 400. Mengingat analisis tersebut akan memberikan gambaran
faktor geometri menjadi salah satu aspek kemungkinan mengoptimasi geometri lereng
ketidakpastian dalam disain lereng, maka hal pada probabilitas yang lebih stabil.

275.35 m
40

Gambar 1. Dimensi Lereng Multi Jenjang Tambang Terbuka


dapat dilihat pada tabel 2, dengan nilai faktor
Untuk menentukan nilai FK tersebut, kerusakan (disturbance factor=1).
maka digunakanlah data sifat fisik dan mekanik
batuan, serta karaterisasi massa batuan yang

4-20
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

Tabel 2. Distribusi Nilai Parameter Masukan


Bobot
Parameter UCS Em
Lithology Isi GSI mi mb s a
Statistik (MPa) (GPa)
(kPa)
Rata2 45,9 148,3 0,3240 0,00020 0,509 5,4763
SD 7,6 65,3 0,1742 0,00030 0,005 3,5411
Volcanic 25,6 13,5
Rel.Min 15,4 87,0 0,2000 0,00020 0,005 3,4000
Rel.Max 11,8 107,1 0,3000 0,00060 0,013 7,0000
Rata2 42,1 59,2 0,5404 0,00010 0,510 2,5017
SD 4,5 14,7 0,1996 0,00010 0,003 0,7881
Diorite 24,6 32,2
Rel.Min 6,0 14,6 0,2069 0,00010 0,005 0,8878
Rel.Max 9,7 36,9 0,4883 0,00020 0,005 1,9002
Rata2 41,6 92,6 0,4524 0,00008 0,511 3,0552
SD 5,0 27,3 0,1511 0,00005 0,004 0,9916
Tonalite 25,5 27,8
Rel.Min 7,4 26,1 0,1999 0,00006 0,004 1,0855
Rel.Max 6,2 53,2 0,2176 0,00009 0,006 1,6975

batas FK minimum didasarkan pada jumlah


C. PENDEKATAN FAKTOR kasus yang terbatas dan kombinasi pengaruh
KEAMANAN banyak faktor, sehingga sulit untuk diterapkan
pada kondisi tertentu. 2. Nilai FK tidak
Pendekatan disain lereng yang memberikan suatu skala linier terhadap
menggunakan FK sebagai indikator kestabilan penilaian probabilitas kelongsoran lereng.
lereng, didefinisikan sebagai rasio antara gaya
penahan terhadap gaya penggerak sepanjang Tabel 3 menyajikan hasil analisis
bidang permukaan longsor. Jika nilai FK = 1, stabilitas lereng pada kondisi lereng eksisting
maka lereng dalam kondisi kritis, dan jika FK ternyata menghasilkan FK kritis sebesar 1,06;
lebih dari 1 lereng menjadi stabil/aman. sehingga untuk menaikkan nilai FK lereng
Pendekatan FK merupakan suatu teknik tersebut perlu menurunkan sudut lereng menjadi
deterministik disain yang menggunakan nilai 350yang menghasilkan FK sebesar 1,22. Untuk
rata-rata sebagai estimasi nilai yang mewakili menjawab probabilitas kelongsoran lereng
seluruh variasi/ketidakpastianfaktor masukan. dengan masing-masing FK tersebut dapat dilihat
pada bagian analisis probilitas kelongsoran.
Ada 2 kelemahan utama pendekatan
FK untuk disain lereng, yakni : 1. Nilai ambang
Tabel 3. Geometri Eksisting dan Redisain

Geometri Tak Jenuh Jenuh


Kondisi Sudut
Lereng Tinggi Lereng FK FK FK
FK rata2
Lereng (m) deterministik deterministik rata2
(0)
Eksisting 275,35 40 1,88 1,96 1,01 1,06

Redisain 275,35 35 2,04 2,112 1,20 1,22

D. PENDEKATAN PROBABILITAS didasarkan bahwa nilai seluruh parameter


KELONGSORAN masukan acak tersebut memiliki peluang yang
sama dalam menghasilkan FK tertentu akibat
Metode ini merupakan suatu adanya ketidakpastian dari seluruh parameter
pendekatan yang mempertimbangkan seluruh masukan. Cara ini lebih merepresentasikan nilai
variasi yang ada pada parameter masukan yang variasi alami yang dimiliki masing-masing
menghasilkan nilai FK tertentu. Hal ini parameter masukan mengingat dalam

4-21
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

pengambilan data parameter masukan tersebut Longsor yang terjadi pada lebih
sangatlah minim dengan pertimbangan biaya uji dari 1 jenjang, dan kadangkala
yang mahal. merusak jalan angkutan ke
tambang.
Secara garis besar, kelongsoran lereng
tambang terbuka terjadi pada beberapa kondisi c. Bench Failure (Longsor
berikut ini : tunggal)
Kelongsoran lereng hanya
a. Global Failure (Longsor Besar)
mempengaruhi operasi produksi
Lereng keseluruhan (overall
di sekitar jenjang yang longsor
slope) longsor yang dapat
membahayakan keselamatan Gambar 2 menyajikan konsep
pekerja dan keberlangsungan probabilitas kelongsoran dan besaran
tambang. Longsor ini ketidakpastian (Steffen dkk, 2008). PK lereng
memerlukan waktu rehabilitasi ditentukan dari perbandingan antara luas area di
cukup lama, mengganggu jadual bawah kurva dari distribusi nilai FK<1 terhadap
produksi dan pemenuhan distribusi nilai FK 1. Makin besar rentang
kontrak penjualan. distribusi nilai FK, maka makin tinggi
ketidakpastian dari nilai FK dengan nilai PK
b. Inter-ramp Failure (Longsor
yang sama.
multi jenjang)

Gambar 2. Konsep Probabilitas Kelongsoran dan besaran ketidakpastian


(Steffen dkk., 2008)

Secara defenisi ada hubungan linier Sejumlah penelitian mengenai


antara nilai PK dengan peluang (likelihood) probabilitas kelongsoran lereng yang dilakukan
kelongsoran, sementara tidak berlaku untuk secara komprehensif telah dilakukan oleh
hubungan FK dengan peluang kelongsoran. FK Masagus A.Azizi dkk. (2010, 2011, 2012), yang
yang besar tidak menggambarkan lereng yang mencoba melakukan karakterisasi parameter
lebih stabil, karena besaran ketidakpastian yang sifat fisik dan mekanik batuan, dan menentukan
implisit tidak ditangkap oleh nilai FK. Lereng PK lereng dari beberapa tambang batubara di
dengan nilai FK= 3 bukan berarti 2 kali lebih Indonesia.
stabil daripada FK 1.5, sementara lereng dengan
Hal yang paling penting juga adalah
nilai PK 5 % menunjukkan 2 kali lebih stabil
penentuan ambang batas (acceptance criteria)
dari lereng dengan nilai PK 10 %.
nilai PK untuk kestabilan lereng tambang
terbuka. Beberapa peneliti telah mendefinisikan

4-22
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

ambang batas nilai PK seperti Priest & Brown dalam penelitian ini, maka lereng yang
(1983) dan Pine (1992). Namun acuan tersebut dimaksud adalah termasuk kategori lereng multi
masih bersifat umum untuk seluruh jenis lereng. jenjang (interramp) sehingga ambang batas PK
SRK (2010) mengeluarkan nilai ambang batas maksimum sebesar 25%, artinya bila dalam
PK lereng pada beberapa kategori lereng, yang analisis kestabilan lereng diperoleh PK lereng di
dapat dijadikan acuan dalam disain lereng atas 25 %, maka lereng tersebut tidak stabil.
(Tabel 4). Pada konteks kasus yang dibahas

Tabel 4. Ambang Batas Nilai FK & PK Lereng Tambang Terbuka (SRK 2010)

Jenis FK (min) FKmin PKmax


DampakLongsoran
Lereng (Statik) (Dinamik) P[FK<1]

Tunggal/Jenjang
Low-High 1.1 NA 25-50%
(Bench)
Low 1.15-1.2 1.0 25%
Multi Jenjang
Medium 1.2 1.0 20%
(Interramp)
High 1.2-1.3 1.1 10%
Low 1.2-1.3 1.0 15-20%
Keseluruhan
Medium 1.3 1.05 5-10%
(Overall)
High 1.5 1.1 5%

Beberapa metode yang bisa digunakan eksisting lereng jenuh memiliki PK lereng
untuk menentukan probabilitas kelongsoran sebesar 34.4% atau dengan kata lain lereng
antara lain, metode estimasi titik (Point tidak stabil (ambang batas PK maksimum 25%).
Estimate Method), metode Kubik Hiperlatin Setelah dilakukan redisain, PK lereng menjadi
(Hyperlatin Cube Method), dan Simulasi Monte 1,5 %
Carlo (Monte Carlo Method). Pada penelitian
ini menggunakan metode Simulasi Monte Carlo.
Prinsip metode ini adalah dapat memperbanyak
variasi nilai FK mengikuti jenis distribusi yang
diasumsikan/ditentukan. Guna mempermudah
penentuan nilai PK lereng pada kondisi lereng
di atas, maka digunakan bantuan Progam Excel
dan Slide yang memiliki perangkat perhitungan
ini.
Tabel 5 menyajikan hasil perhitungan .
nilai PK lereng yang menggambarkan kondisi

Tabel 5. Keluaran Analisis Faktor Keamanan dan Probabilitas Kelongsoran

Eksisting Redisain
Keluaran
Tak Jenuh Jenuh Tak Jenuh Jenuh
FK Deterministik 1,88 1,01 2.04 1.20
FK rata-rata 1,96 1,06 2.12 1.22
PK (%) 0.00 34.4 0.00 1.5

4-23
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

E. ANALISIS DAMPAK harus dipertimbangkan.


KELONGSORAN Perhitungan ini seharusnya
mempertimbangkan
Penelitian tentang analisis dampak ini penggunaan jalan angkutan
telah dilakukan oleh Terbrugge dkk (2006) dan alternatif, dan biaya yang
steffen dkk (2008) yang mencakup analisis berkaitan jika hanya ada satu
dampak keselamatan dan ekonomi. ramp ke dalam pit yang rusak.
Menurut Terbrugge (2006), dampak Pemindahan Peralatan : Biaya
akibat kelongsoran lereng tambang terbuka pemindahan peralatan ke bagian
sebagai berikut : lain dari tambang sehingga
dapat lebih produktif.
Cidera dan/atau fatalitas Kerusakan peralatan dan
terhadap karyawan infrastruktur : Biaya
Kerusakan peralatan penggantian peralatan dan
Dampak ekonomi pada infrastruktur. Hal ini menjadi
produksi (produksi terhenti) pertimbangan penting untuk
Kondisi tanggap darurat kasus di mana suatu fasilitas
(force majeure) bila produksi pengolahan dekat dengan lokasi
tidak memenuhi kontrak crest lereng tambang.
penjualan Biaya yang berkaitan dengan
Tindakan industrial fatalitas dan cidera : Biaya ini
Hubungan masyarakat : termasuk biaya industrial dan
resistensi stakeholder, dampak aksi legal.
lingkungan, dsb. Gangguan produksi : Hal ini
Menurut Terbrugge (2005), dampak mempengaruhi kontrak dan
ekonomi akibat kelongsoran lereng tambang biaya pemenuhan terhadap
terbuka mencakup beberapa kemungkinan di kontrak.
bawah ini :
Biaya Pembersihan (clean-up Salah satu cara yang dilakukan dalam
cost) : biaya pemindahan analisis dampak kelongsoran lereng dapat
material longsor dan penyiapan dilakukan dengan cara memanfaatkan data
lokasi penambangan dapat monitoring pergerakan lereng. Observasi visual
segera dilakukan. juga dilakukan guna mengkonfirmasi
Remediasi lereng : Lereng pergerakan lereng tersebut. Pada akhirnya
mungkin harus dipotong untuk waktu dan radius (termasuk volume) longsoran
mencegah longsoran lanjutan dapat diprediksi, yang memungkinkan tindakan
akibat lereng bagian atas yang pencegahan dilakukan guna meminimkan
lebih curam, atau sistem support dampak fatalitas dan kerugian ekonomi.
dibutuhkan. Studi kasus pada tambang mineral X
Perbaikan jalan angkutan dan telah membuktikan analisis dampak longsoran
pembukaan akses jalan : jalan yang terjadi pada waktu yang telah
angkutan dan ramp mungkin diperkirakan, sehingga operasi produksi tidak
rusak dan pembukaan akses dilakukan pada rentang waktu potensi terjadinya
jalan tersebut menuju tambang longsoran tersebut (Gambar 3).

4-24
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

Gambar 3. Longsoran yang dapat diprediksi dari data monitoring

F. PENDEKATAN ANALISIS RISIKO Menurut Rausand (2005) analisis risiko


mencakup definisi lingkup risiko, identifikasi
Pendekatan analisis risiko mencoba risiko, dan estimasi risiko.
untuk memecahkan kelemahan utama dari
pendekatan sebelumnya dengan mendasarkan Ada banyak metode yang tersedia
pada pemilihan kriteria kemamputerimaan yang dalam pengembangan proses dampak risiko.
memadai. Risiko dapat didefinisikan sebagai Namun semuanya mengandung tahap-tahap
berikut : umum seperti yang digambarkan dalam
pedoman yang dikeluarkan oleh Australian
Risiko = PK lereng x Dampak Geomechanics Society (2000)[7], yakni :
Kelongsoran
a. Identifikasi bahaya yang
PK yang dihitung sebagai bagian dari menyebabkan timbulnya kejadian
proses disain biasanya didasarkan pada b. Mengkaji peluang atau
perhitungan model stabilitas lereng. Karena probabilitas terjadinya kejadian
analisis risiko merancang kriteria risiko
kemamputerimaan terhadap dampak dengan c. Mengkaji dampak bahaya
lebih dari satu peluang kejadian, maka evaluasi longsoran
yang mendalam terhadap PK lereng sangat d. Mengkombinasikan probabilitas
diperlukan, yakni dengan memasukkan sumber- dan dampak untuk menghasilkan
sumber ketidakpastian lainnya yang tidak kajian risiko
dihitung dalam model stabilitas lereng. Untuk e. Membandingkan risiko yang
maksud tersebut dan analisis dampak dihitung dengan kriteria
kelongsoran lereng, maka sumber-sumber benchmark untuk menghasilkan
informasi non formal (penilaian keteknikan dan suatu kajian risiko
para pakar) dimasukkan ke dalam proses dengan f. Penggunaan kajian risiko sebagai
bantuan metode seperti pengembangan analisis suatu bantuan terhadap
diagram logika dan pohon kejadian (event tree). pengambilan keputusan
Teknik tersebut telah digambarkan secara rinci
ole Harr (1996), Vick (2002) dan Baecher dan Diagram yang disajikan pada gambar 4
Christian (2003). mengilustrasikan pendekatan yang digunakan
untuk analisis dampak risiko lereng. Lingkup
yang didefinisikan untuk tulisan ini mencakup
hanya 4 dampak pertama.

4-25
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

PROBABILITAS KELONGSORAN (PK) LERENG DAMPAK RISIKO

KELONGSORAN LERENG PERSONAL P (Fataliti)


Jenis ketidakpastian :
- Massa batuan (Kuat geser) Disain PK
PERALATAN
- Kondisi struktur utama P (kerugian
- Geologi ekonomik)
- Kondisi air PRODUKSI
KELONGSORAN P (Force
KONTRAK
LERENG Majeure)
PKMOD Total PK
Pengaruh Bias Model
P (Tindakan
SDM
Industrial)

HUBUNGAN P (resistensi
Pengaruh Kejadian Seismik
PKEQ MASYARAKAT stakeholder)

Gambar 4. Metodologi Untuk Evaluasi Risiko Kelongsoran Lereng (Steffen dkk, 2008)

G. KESIMPULAN diprediksi, yang memungkinkan


tindakan pencegahan dilakukan
Beberapa kesimpulan yang dapat guna meminimkan dampak
dirangkum dari makalah ini sebagai berikut : fatalitas dan kerugian ekonomi.
Sejumlah ketidakpastian yang Analisis risiko diperlukan dalam
menjadi faktor minimnya memprediksi kemungkinan
informasi atau data geoteknik longsoran lereng tambang
yang dimiliki akan terbuka serta dampak yang
menyebabkan para ahli diakibatkan oleh longsoran
geoteknik selalu bekerja pada tersebut.
kondisi yang pesimis.
Peranan faktor eksternal sebagai
Hasil perhitungan nilai PK salah satu pemicu longsoran
lereng menggambarkan kondisi tidak bisa diabaikan seperti
eksisting lereng jenuh memiliki curah hujan dan aktifitas
PK lereng sebesar 34.4% atau peledakan.
dengan kata lain lereng tidak
stabil (ambang batas PK
maksimum 25%). Setelah H. PUSTAKA
dilakukan redisain, PK lereng
a. Australian Geomechanics Society,
menjadi 1,5 %.
2000, Landslide Risk Management
Studi kasus analisis dampak Concepts and Guidelines, Australia.
pada tambang mineral X dapat
b. Baecher, G.B., and J.T. Christian.
mencegah terjadinya fatalitas
2003. Reliability and statistics in
dan mereduksi kerugian
geotechnical engineering. Wiley,
ekonomi yang lebih besar. Cara
Chichester, U.K.
yang dilakukan dalam analisis
dampak tersebut dengan c. Chiwaye, H.T., 2010, A Comparison
memanfaatkan data monitoring of the limit equilibrium and numerical
pergerakan lereng. Observasi modelling approaches to risk analysis
visual juga dilakukan guna for open pit mine slope, south
mengkonfirmasi pergerakan African.
lereng tersebut. Pada akhirnya
waktu dan radius (termasuk
volume) longsoran dapat

4-26
PROSIDING SIMPOSIUM DAN SEMINAR
GEOMEKANIKA KE-1 TAHUN 2012
MENGGAGAS MASA DEPAN REKAYASA BATUAN &
TEROWONGAN DI INDONESIA

d. Harr, M.E. 1996. Reliability-based


design in civil engineering. Dover
Publications, Inc., Mineola, New York.
e. Rausand, M., 2005, Risk Analysis An
Introduction, Norwegian University of
Science and Technology.
f. Steffen, O.K.H., Contreras, L.F.,
Terbrugge, P.J., Venter, J., 2008, A
Risk Evaluation Approach for Pit Slope
Design, the 42nd US Rock Mechanics
Symposium and 2nd US-Canada Rock
Mechanics Symposium, San Francisco.
g. Steffen, O.K.H, 2008, Mine Planning-
Its Relationship to Risk Management.
h. Terbrugge, P.J., Wesseloo, J., Venter,
J., Steffen, O.K.H., 2006, A Risk
Consequence Approach to Open Pit
Slope Design, The Journal of The
South African Institute of Mining and
Metallurgy, Vol.106.
i. Vick, S.G. 2002. Degrees of belief:
subjectiveprobability and engineering
judgment. ASCE,Reston, Va.

4-27

You might also like