You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerakan Pramuka Indonesia adalah nama organisasi pendidikan
nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan yang
dilaksanakan di Indonesia. Kata Pramuka merupakan singkatan dari
praja muda karana, yang memiliki arti rakyat muda yang suka berkarya.
Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang
meliputi; Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan
Pramuka Pandega. Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka,
Andalan, Pelatih, Pamong Saka, Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing.
Sedangkan yang dimaksud kepramukaan adalah proses
pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga
dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah,
praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar
Kepramukaan dan Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya
pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Kepramukaan adalah
sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan dengan keadaan,
kepentingan dan perkembangan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Gerakan Kepanduan (Scouting) adalah sebuah gerakan pembinaan
pemuda yang memiliki pengaruh mendunia. Gerakan kepanduan terdiri
dari berbagai organisasi kepemudaan, baik untuk pria maupun wanita,
yang bertujuan untuk melatih fisik, mental dan spiritual para pesertanya
dan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di masyarakat.
Tujuan ini dicapai melalui program latihan dan pendidikan non-formal
kepramukaan yang mengutamakan aktivitas praktis di lapangan. Saat ini,
terdapat lebih dari 38 juta anggota kepanduan dari 217 negara dan teritori.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Pramuka di dunia?

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
2. Bagaimana sejarah Pramuka di Indonesia?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari pembina
Gugusdepan 05.025 - 05.026 Ambalan Bayu Sutha - Arimbi Pangkalan
SMA Negeri 1 Seponti serta untuk mengetahui bagaimana sejarah awal
terbentuknya kepramukaan di dunia dan di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
A. Riwayat Baden Powell
Robert Stephenson Smyth Baden Powell atau Baron Baden Powell
I yang kemudian terkenal sebagai Baden Powell, BP, atau Lord Baden
Powell, lahir di Paddington, London pada 22 Februari 185. Nama kecilnya
Robert Stephenson Smyth Powell. Powell merupakan nama keluarga dari
ayahnya, Baden Powell yang merupakan seorang pendeta dan dosen
geometri di Universitas Oxford. Sedangkan Smyth diambil dari nama
ibunya, Henrietta Grace Smyth. Ayah Stephenson (Baden Powell)
meninggal dunia saat Stephenson masih berusia 3 tahun.
Karena ditinggal mati oleh ayahnya sejak kecil, Robert Stephenson
mendapatkan pendidikan watak dan aneka keterampilan dari ibu kakak-
kakaknya. Peran ibu bagi Baden Powell bahkan pernah diungkap langsung
oleh beliau dengan kalimat, Rahasia keberhasilan saya adalah ibu saya.
Sejak kecil Baden Powell dikenal anak yang cerdas, gembira, dan lucu
sehingga banyak disukai oleh teman-temannya. Di samping itu Baden
Powell pun pandai bermain musik (piano dan biola), teater, berenang,
berlayar, berkemah, mengarang, dan menggambar.

Gambar 3.1 Baden Powell.


Setelah tamat sekolah di Rose Hill School, Tunbridge Wells,
Robert Stephenson (Baden Powel) mendapat beasiswa untuk sekolah di
Charterhouse. Dan setelah dewasa, Baden Powell bergabung dalam
ketentaraan Inggris. Beliau sering ditugaskan di luar Inggris seperti
bergabung dengan 13th Hussars di India (1876), dinas khusus di Afrika

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
(1895), memimpin Pasukan Dragoon V (1897), pemimpin resimen di Zulu
Afrika Selatan (1880), Kepala Staf di Rhodesia Selatan (sekarang dikenal
Zimbabwe) tahun 1896, memimpin The Mafeking Cadet Corps di
Mafeking, Afrika Selatan (1899-1900).
Selama menjadi tentara, banyak hal yang dialaminya. Pengalaman
itu diantaranya:
a. Saat menjadi pembantu Letnan pada 13th Hussars yang berhasil
mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung serta melatih
panca indera kepada Kimball OHara.
b. Bersama The Mafeking Cadet Corps, mempertahankan kota
Mafeking, Afrika Selatan, meskipun dikepung bangsa Boer selama
127 hari dalam kondisi kekurangan makan. Padahal The Mafeking
Cadet Corps hanyalah pasukan pembawa pesan yang tidak
berpengalaman menghadapi musuh.
c. Mengadakan latihan bersama dan bertukar kemampuan survival
dengan Raja Dinizulu di Afrika Selatan.
Berbagai pengalaman tersebut ditulis dalam buku berjudul Aids to
Scouting pada tahun 1899. Buku ini sebenarnya merupakan panduan bagi
tentara muda Inggris dalam melaksanakan tugas penyelidik. Buku ini

kemudian terjual laris di Inggris. Bahkan tidak hanya dibaca oleh para
tentara saja tetapi digunakan juga oleh para guru dan organisasi pemuda.

Gambar 3.2 Baden Powell bersama pramuka.

Melihat banyaknya pengguna buku Aids to Scouting, dan atas


saran William Alexander Smith (Pendiri Boys Brigade; salah satu
Organisasi Kepemudaan di Inggris) Baden Powell berniat menulis ulang

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
buku tersebut untuk menyesuaikan dengan pembaca remaja yang bukan
dari ketentaraan. Untuk menguji ide-ide barunya, pada 25 Juli - 2 Agustus
1907 Baden Powell menyelenggarakan perkemahan di Brownsea Island
bersama dengan 22 anak lelaki yang berlatar belakang berbeda. Hingga
pada tahun 1908 terbitlah buku Scouting for Boys yang kemudian
menjadi acuan kepramukaan di seluruh dunia.
Tahun 1910, atas saran Raja Edward VII, Baden Powell
memutuskan pensiun dari ketentaraan dengan pangkat terakhir Letnan
Jenderal untuk fokus pada pengembangan pendidikan kepramukaan.
Pada Januari 1912 Baden Powell bertemu dengan Olave St. Clair
Soames saat di atas kapal dalam lawatan kepramukaan ke New York.
Mereka kemudian menikah pada tanggal 31 Oktober 1912. Mereka tinggal
di Hampshire, Inggris dan dianugerahi 3 orang anak (satu laki-laki dan dua
perempuan), yaitu: Arthur Robert Peter (Baron Baden-Powell II), Heather
Grace (Heather Baden-Powell), dan Betty Clay (Betty Baden-Powell).

Gambar 3.3 Baden Powell bersama istrinya, Olave Soames.

Tahun 1930-an Baden Powel mulai sakit-sakitan. Pada tahun 1939


Baden-Powell dan Olave memutuskan pindah dan tinggal di Nyeri, Kenya.
Hingga pada tanggal 8 Januari 1941 Baden Powell meninggal dan
dimakamkan di pemakaman St. Peter, Nyeri.
Semasa hidupnya Baden Powell mendapatkan berbagai gelar
kehormatan, termasuk gelar Lord dari Raja George pada tahun 1929.
Baden Powell aktif menulis berbagai buku baik tentang kepramukaan,

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
ketentaraan, maupun bidang lainnya. Beberapa buku tentang kepramukaan
yang ditulisnya antara lain, Scouting for Boys (1908), The Handbook for
the Girl Guides or How Girls Can Help to Build Up the Empire (ditulis
bersama Agnes Baden-Powell; 1912), The Wolf Cub's Handbook (1916),
Aids To Scoutmastership (1919), Rovering to Success (1922), Scouting
Round the World (1935) dll.

B. Sejarah Pramuka Di Dunia


Awal tahun 1908 Baden Powell menulis pengalamannya untuk
acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisannya ini
dibuat buku dengan judul Scouting For Boys. Buku ini cepat tersebar di
Inggris dan negara-negara lain yang kemudian berdiri organisasi
kepramukaan yang semula hanya untuk laki-laki dengan nama Boys Scout.
Tahun 1912 atas bantuan adik perempuan beliau, Agnes didirikan
organisasi kepramukaan untuk wanita dengan nama Girl Guides yang
kemudian diteruskan oleh istri beliau.
Tahun 1916 berdiri kelompok pramuka usia siaga dengan nama
CUB (anak serigala) dengan buku The Jungle Book karangan Rudyard
Kipling sebagai pedoman kegiatannya. Buku ini bercerita tentang Mowgli
si anak rimba yang dipelihara di hutan oleh induk serigala.
Tahun 1918 beliau membentuk Rover Scout bagi mereka yang telah
berusia 17 tahun. Tahun 1922 beliau menerbitkan buku Rovering To
Success (Mengembara Menuju Bahagia). Buku ini menggambarkan
seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya menuju ke pantai
bahagia.
Tahun 1920 diselenggarakan Jambore Dunia yang pertama di
Olympia Hall, London. Beliau mengundang pramuka dari 27 Negara dan
pada saat itu Baden Powell diangkat sebagai Bapak Pandu Sedunia (Chief
Scout of The World).
Tahun 1924 Jambore II di Ermelunden, Copenhagen, Denmark
Tahun 1929 Jambore III di Arrow Park, Birkenhead, Inggris
Tahun 1933 Jambore IV di Godollo, Budapest, Hongaria
Tahun 1937 Jambore V di Vogelenzang, Blomendaal, Belanda

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
Tahun 1947 Jambore VI di Moisson, Perancis
Tahun 1951 Jambore VII di Salz Kamergut, Austria
Tahun 1955 Jambore VIII di sutton Park, Sutton Coldfild, Inggris
Tahun 1959 Jambore IX di Makiling, Philipina
Tahun 1963 Jambore X di Marathon, Yunani
Tahun 1967 Jambore XI di Idaho, Amerika Serikat
Tahun 1971 Jambore XII di Asagiri, Jepang
Tahun 1975 Jambore XIII di Lillehammer, Norwegia
Tahun 1979 Jambore XIV di Neishaboor, Iran tetapi dibatalkan
Tahun 1983 Jambore XV di Kananaskis, Alberta, Kanada
Tahun 1987 Jambore XVI di Cataract Scout Park, Australia
Tahun 1991 Jambore XVII di Korea Selatan
Tahun 1995 Jambore XVIII di Belanda
Tahun 1999 Jambore XIX di Chili, Amerika Selatan
Tahun 2003 Jambore XX di Thailand
Tahun 1914 beliau menulis petunjuk untuk kursus Pembina
Pramuka dan baru dapat terlaksana tahun 1919. Dari sahabatnya yang
bernama W. F. de Bois Maclarren, beliau mendapat sebidang tanah di
Chingford yang kemudian digunakan sebagai tempat pendidikan Pembina
Pramuka dengan nama Gilwell Park.
Tahun 1920 dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota
dan Biro Sekretariatnya di London, Inggris dan tahun 1958 Biro
Kepramukaan sedunia dipindahkan dari London ke Ottawa, Kanada.
Tanggal 1 Mei 1968 Biro kepramukaan Sedunia dipindahkan lagi ke
Geneva, Swiss.
Sejak tahun 1920 sampai 19 Kepala Biro Kepramukaan Sedunia
dipegang berturut-turut oleh Hebert Martin (Inggris). Kolonel J. S. Nilson
(Inggris), Mayjen D. C. Spry (Kanada) yang pada tahun 1965 diganti oleh
R. T. Lund 1 Mei 1968 diganti lagi oleh DR. Laszio Nagy sebagai Sekjen.
Biro Kepramukaan sedunia Putra mempunyai 5 kantor kawasan
yaitu Costa Rica, Mesir, Philipina, Swiss dan Nigeria. Sedangkan Biro
kepramukaan Sedunia Putri bermarkas di London dengan 5 kantor
kawasan di Eropa, Asia Pasifik, Arab, Afrika dan Amerika Latin. Pada
tahun 1906, Ernest Thompson Seton mengirimkan Baden-Powell sebuah
buku karyanya yang berjudul The Birchbark Roll of the Woodcraft Indians.
Seton, seorang keturunan Inggris-Kanada yang tinggal di Amerika Serikat,
sering mengadakan pertemuan dengan Baden-Powell dan menyusun

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
rencana tentang suatu gerakan pemuda. Pertemuannya dengan Seton
tersebut mendorongnya untuk menulis kembali bukunya, Aids to Scouting,
dengan versi baru yang diberi judul Boys Patrols.
Buku tersebut dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi
para pemuda ketika itu. Kemudian, untuk menguji ide-idenya, dia
mengadakan sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan
masyarakat selama seminggu penuh, dimulai pada tanggal 1 Agustus, di
kepulauan Brownsea, Inggris. Metode organisasinya (sekarang dikenal
dengan sistem patroli atau patrol system dalam bahasa Inggris) menjadi
kunci dari pelatihan kepanduan yang dilakukannya. Sistem ini
mengharuskan para pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil,
kemudian menunjuk salah satu diantara mereka untuk menjadi ketua
kelompok tersebut. Setelah bukunya diterbitkan dan perkemahan yang
dilakukannya berjalan dengan sukses.
Baden-Powell pergi untuk sebuah tur yang direncanakan oleh
Arthur Pearson untuk mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris.
Dari pemikirannya tersebut, dibuatlah sebuah buku berjudul Scouting fo
Boys, yang saat ini dikenal sebagai buku panduan Kepramukaan (Boy
Scout Handbook) edisi pertama.
Saat itu Baden-powell mengharapkan bukunya dapat memberikan
ide baru untuk beberapa oraganisasi pemuda yang telah ada. Tapi yang
terjadi, beberapa pemuda malah membentuk sebuah organisasi baru dan
meminta Baden-Powell menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan
mulai mendorong mereka untuk belajar dan berlatih serta mengembangkan
organisasi yang mereka dirikan tersebut. Seiring dengan bertambahnya
jumlah anggota, Baden-Powell semakin kesulitan membimbing mereka; Ia
membutuhkan asisten untuk membantunya. Oleh karena itu, ia
merencanakan untuk membentuk sebuah pusat pelatihan kepemimpinan
bagi orang dewasa (Adult Leadership Training Center).
Pada tahun 1919, sebuah taman di dekat London dibeli sebagai
lokasi pelatihan tersebut. Ia pun menulis buku baru yang berjudul Aids to
Scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian ia kumpulkan

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
dan disatukan dalam buku berjudul Roverinng to Success for Rover Scouts
pada tahun 1922. Perkembangan Gerakan Pramuka tak lama setelah buku
Scouting For Boys diterbitkan, Pramuka mulai dikenal di seluruh Inggris
dan Irlandia. Gerakannya sendiri, secara perlahan tapi pasti, mulai dicoba
dan diterapkan diseluruh wilayah kerajaan Inggris dan koloninya. Unit
kepanduan di luar wilayah kerajaan Inggris yang pertama diakui
keberadaannya, dibentuk di Gilbraltar pada tahun 1908, yang kemudian
diikuti oleh pembentukan unit lainnya di Malta. Kanada ialah koloni
Inggris pertama yang mendapat ijin dari kerajaan Inggris untuk mendirikan
Gerakan Kepanduan, diikuti oleh Australia, Selandia Baru, dan Afrika
Selatan. Chile ialah negara pertama diluar Inggris dan koloninya yang
membentuk Gerakan Kepanduan.
Parade Pramuka pertama diadakan di Crystal Palace, London pada
tahun 1910. Parade tersebut menarik minat para remaja di Inggris. Tidak
kurang dari 10. 000 remaja putra dan putri tertarik untuk bergabung dalam
kegiatan Kepanduan. Pada 1910 Argentina, Denmark, Finlandia, Perancis,
Jerman, Yunani, India, Meksiko, Belanda, Norwegia, Russia, Singapura,
Swedia, dan Amerika Serikat tercatat telah memiliki organisasi
Kepramukaan.
Semenjak didirikan, Gerakan Pramuka yang memfokuskan
program pada remaja usia 11-18 tahun telah mendapat respon yang
menggembirakan, anggota bertambah dengan cepat. Kebutuhan program
pun dengan sendirinya bertambah. Untuk memenuhi keinginan dan
ketertarikan para generasi muda pada saat itu, Gerakan Pramuka
menambah empat program dalam organisasinya untuk melebarkan lingkup
keanggotaan Gerakan Pramuka. Keempat program tersebut meliputi :
Pendidikan Generasi Muda usia dini, Usia Remaja, pendidikan Kepanduan
Putri, dan pendidikan kepemimpinan bagi Pembina Program untuk
golongan siaga, unit Satuan Karya, dan Penegak/Pandega mulai disusun
pada akhir tahun 1910 di beberapa negara. Terkadang, kegiatan kegiatan
tersebut hanya berawal di tingkat lokal/ranting yang dikelola dalam skala
kecil, baru kemudian diakui dan diadopsi oleh Kwartir Nasional. Kasus

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
serupa terjadi pada pendirian golongan siaga di Amerika Serikat, dimana
program golongan siaga telah dimulai sejak 1911 di tingkat Ranting,
namun belum mendapatkan pengakuan hingga 1930 sejak awal
didirikannya Gerakan Kepanduan, para remaja putri telah mengisyaratkan
besarnya minat mereka untuk bergabung. Untuk mengakomodasi minat
tersebut, Agnes Baden Powel- adik dari bapak kepanduan sedunia, Robert
Baden Powell, pada tahun 1910 ditunjuk menjadi Presiden Organiasi
Kepanduan putri pertama di dunia. Agnes pada awalnya menamakan
organisasi tersebut Rosebud, yang kemudian berganti menjadi Brownies
(Girl Guide) pada 1914 . Agnes mundur dari kursi Presiden pada tahun
1917 dan digantikan oleh Olave Baden Powell, Istri dari Lord Baden
Powell. Agnes tetap menjabat sebagai wakil Presiden hingga ia meninggal
pada usia 86 tahun. pada waktu tersebut, kepanduan putri telah diposisikan
sebagai unit terpisah dari kepanduan pria, hal tersebut dilakukan
menimbang norma sosial yang berlaku saat tersebut.
Pada era 90-an, Banyak organisasi kepanduan di dunia yang saling
bekerjasama antara unit putra dan putri untuk memberikan pendidikan
kepanduan. Program awal bagi pendidikan pembina diadakan di London
pada tahun 1910, dan di Yorkshire pada tahun 1911. Namun, Baden Powell
menginginkan pendidikan tersebut dapat dipraktekkan semaksimal
mungkin. Hal tersebut berarti bahwa dalam setiap pendidikan diperlukan
praktek lapangan semisal berkemah. Hal ini membimbing pembentukan
kursus Woodbadge. Akibat perang dunia 1, pendidikan Woodbadge bagi
para pembina tertunda hingga tahun 1919. Pada tahun tersebut, diadakan
kursus Woodbadge pertama di Gilwell Park. Pada saat ini, pendidikan bagi
pembina telah beragam dan memiliki cakupan yang luas.
Beberapa pendidikan yang cukup terkenal bagi pembina pramuka
antara lain :
a. Pendidikan dasar, Pendidikan spesifik golongan, hingga kursus
b. Woodbadge
c. Scoutings Centenary

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
C. Sejarah Pramuka Di Indonesia
Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak
tahun 1923 yang ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale
Padvinderij Organisatie (NPO) di Bandung. Sedangkan pada tahun yang
sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong Indonesische Padvinderij
Organisatie (JIPO). Kedua organisasi cikal bakal kepanduan di Indonesia
ini meleburkan diri menjadi satu, bernama (Belanda) Indonesische

Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.


Gambar 3.4 Lambang identitas dari INPO yang berupa bendera merah dan putih
berukuran 84 cm X 120 cm.

Pada tanggal 26 Oktober 2010, Dewan Perwakilan Rakyat


mengabsahkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka. Berdasarkan UU ini, maka Pramuka bukan lagi satu-satunya
organisasi yang boleh menyelenggarakan pendidikan kepramukaan.
Organisasi profesi juga diperbolehkan untuk menyelenggarakan kegiatan
kepramukaan.

1. Masa Hindia Belanda


Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia
mempunyai "saham" besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan
Indonesia serta ada dan berkembangnya pendidikan kepanduan
nasional Indonesia. Dalam perkembangan pendidikan kepanduan itu
tampak adanya dorongan dan semangat untuk bersatu, namun terdapat
gejala adanya berorganisasi yang Bhinneka.
Organisasi kepanduan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang
"Nederlandsche Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun 1912,

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri
serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische
Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.
Organisasi Kepanduan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia
adalah Javaansche Padvinders Organisatie, berdiri atas prakarsa S.P.
Mangkunegara VII pada tahun 1916. Kenyataan bahwa kepanduan itu
senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di atas dapat
diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada
1920 berganti nama menjadi "Hizbul Wathan" (HW); "Nationale
Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam
mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian
diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal
dengan SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan
oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale
Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu
tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara
Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO,
SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
Gambar 3.5 Organisasi Kepanduan Indonesia di seputaran tahun 1920-an.

Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi,
akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI)
yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan
(JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
Kebangsaan). PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat
Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.

Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepanduan


Indonesia baik yang bernapas utama kebangsaan maupun bernapas
agama. kepanduan yang bernapas kebangsaan dapat dicatat Pandu
Indonesia (PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu
Kesultanan (PK), Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat
Indonesia (KRI). Sedangkan yang bernapas agama Pandu Ansor, Al
Wathoni, Hizbul Wathan, Kepanduan Islam Indonesia (KII),
Islamitische Padvinders Organisatie (IPO), Tri Darma (Kristen),
Kepanduan Asas Katolik Indonesia (KAKI), Kepanduan Masehi
Indonesia (KMI).
Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan,
Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan
"All Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa
perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang
kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan
Indonesia Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada
tanggal 19-23 Juli 1941 di Yogyakarta.
2. Masa Perang Dunia II
Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan
penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan
organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepanduan, dilarang
berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap
dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepanduan tetap menyala di
dada para anggotanya. Karena Pramuka merupakan suatu organisasi
yang menjunjung tinggi nilai persatuan. Oleh karena itulah bangsa
Jepang tidak mengizinkan Pramuka di Indonesia.
3. Masa Republik Indonesia
Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,
beberapa tokoh kepanduan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat
untuk membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
suatu panitia kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi
kepanduan untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan
Kongres Kesatuan Kepanduan Indonesia.
Kongres yang dimaksud dilaksanakan pada tanggal 27-29
Desember 1945 di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat
Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan
tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI
mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan
dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena
serbuan Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus
1948 waktu diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan
Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan memaksa
Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot
yang membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya. Di
daerah yang diduduki Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,.
Keadaan ini mendorong berdirinya perkumpulan lain seperti
Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia (PPI),
Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri
tercinta merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan
kepanduan di Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan
bersenjata untuk menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu,
pada waktu inilah Pandu Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di
Yogyakarta pada tanggal 20-22 Januari 1950.
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru,
yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk
menghidupakan kembali bekas organisasinya masing-masing dan
terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan
lagi satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dengan keputusan
Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
dicabutlah pengakuan pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia
merupakan satu-satunya wadah kepanduan di Indonesia, jadi keputusan
nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir sudah.
Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari
sesudah keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-
wakil organisasi kepanduan menga-dakan konfersensi di Jakarta. Pada
saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya
Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.
Pada 1953 IPINDO berhasil menjadi anggota kepanduan
sedunia. IPINDO merupakan federasi bagi organisasi kepanduan
putera, sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu
PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO
(Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini
pernah bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke
Indonesia, dalam perjalanan ke Australia.
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10
IPINDO menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan,
Pasar Minggu pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.
IPINDO sebagai wadah pelaksana kegiatan kepanduan merasa perlu
menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk
menjamin kemurnian dan kelestarian hidup kepanduan. Seminar ini
diadakan di Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan
dapat dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepanduan di Indonesia.
Dengan demikian diharapkan ke-pramukaan yang ada dapat
dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber 1958,
Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan
seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik "Penasionalan
Kepanduan".
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar
Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar
untuk puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa
Semanggi itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling
Filipina.

BAB III

PENUTUP

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
A. Kesimpulan
Sejarah pramuka di dunia yang pertama kali mengemukakan adalah
Baden Powell, pada tahun 1908 Boden Powell menulis pengalamannya
untuk acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisannya
ini dibuat buku dengan judul Scouting For Boys Buku ini cepat tersebar
di Inggris dan negara-negara lain yang kemudian berdiri organisasi
kepramukaan yang semula hanya untuk laki-laki dengan nama Boys Scout.
Sejarah lahirnya gerakan Pramuka di Indonesia bermula pada masa
dimana Indonesia dijajah oleh Belanda. Awal gerakan kepanduan ini
bermula dari berdirinya cabang Nederlandsche Padvinders Organisatie
(NPO) yang kemudian berubah namanya menjadi Nederlands Indische
Padvinders. Bapak kepanduan Indonesia ialah S.P. Mangkunegara yang
memrakarsai berdirinya organisasi kepanduan milik Indonesia sendiri pada
tahun 1916.

B. Saran
Makalah ini merupakan resume dari berbagai sumber, untuk lebih
mendalami isi makalah dapat dibaca dalam website rujukan yang
tercantum dalam daftar pustaka. Selanjutnya, penulis menyampaikan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya pada pembaca apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan ataupun kekeliruan dalam penyusunan makalah
ini. Untuk itu, saran dan kritikan dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bisa
menambah wawasan dan pengetahuan kita terutama mengenai pendidikan
karakter dalam kepramukaan.

DAFTAR PUSTAKA

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19
Anonim. Gerakan Pramuka Indonesia.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_Pramuka_Indonesia. Diakses
pada 6 agustus 2017.

Anonim. Sejarah Lengkap Pramuka Di Dunia Dan Indonesia.


http://www.markijar.com/2015/12/sejarah-lengkap-pramuka-di-dunia-
dan.html. Diakses pada 5 agustus 2017.

Anonim. Sejarah Pramuka Dunia. https://pramuka.or.id/sejarah-pramuka-dunia-2/.


Diakses pada 5 agustus 2017.

Endah, Alam. 2013. Sejarah Baden Powell Bapak Pamuka Sedunia.


https://pramukaria.blogspot.sg/2013/11/sejarah-baden-powell-bapak-
pramuka.html. Diakses pada 5 agustus 2017.

Meigiana, Rian. 2015. Makalah Sejarah Pramuka Dunia.


http://rianmeigiana.blogspot.sg/2015/10/makalah-pramuka-sejarah-
pramuka-dunia.html. Diakses pada 5 agustus 2017.

Tri, Romadyyon. 2015. Makalah Sejarah Pramuka Di Dunia Dan Di Indonesia.


SMAN 1 Bululawang.

Gugusdepan 05.025 - 05.026


Ambalan Bayu Sutha - Arimbi
19

You might also like