You are on page 1of 7

Pengertian DPRD Tugas Wewenang Hak dan Kewajiban Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah

Pengertian DPRD (Dewan Perwkilan Rakyat Daerah) - merupakan lembaga perwakilan rakyat
daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah, di samping
Pemerintah Daerah. DPR Daerah mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan.
Sehubungan dengan fungsinya itu, maka DPRD mempunyai tugas dan wewenang, serta hak dan
kewajiban, baik secara institusional maupun individual.

Tugas dan wewenang DPRD adalah.


1. membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat
persetujuan bersama;
2. membahas dan menyetujui rancangan Peraturan Daerah tentang APBD bersamadengan
Kepala Daerah;
3. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah, APBD, kebijaksanaan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program
pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di daerah;
4. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah/ Wakil Kepala Daerah
kepada Presiden melalui Menteri dalam Negeri bagi DPRD Provinsi, dan kepada Menteri
Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPR Daerah Kabupaten/Kota;
5. memilih Wakil Kepala Daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan Wakil Kepala
Daerah;
6. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap rencana
perjanjian internasional di daerah;
7. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah;
8. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
9. membentuk Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah;
10. melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam penyelenggaraan pemilihan
Kepala Daerah;
11. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama antardaerah dan dengan pihak
ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

Anggota DPR Daerah mempunyai hak sebagai berikut.


1. Mengajukan rancangan Peraturan Daerah.
2. Mengajukan pertanyaan.
3. Menyampaikan usul dan pendapat.
4. Memilih dan dipilih.
5. Membela diri.
6. Imunitas.
7. Protokoler.
8. Keuangan dan administratif.

Anggota DPR Daerah mempunyai kewajiban sebagai berikut.


1. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945, dan menaati segala peraturan
perundang-undangan.
2. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
3. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
4. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.
5. Menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
6. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.
7. Memberikan pertanggungjawaban atas tugas dan kinerjanya selaku anggota DPR Daerah
sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap daerah pemilihannya.
8. Menaati peraturan tata tertib, kode etik, dan sumpah/janji anggota DPR Daerah.
9. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.

Pengertian KPU
Komisi Pemilihan Umum adalah lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di
Indonesia, yakni meliputi Pemilihan Umum Anggota DPR/DPD/DPRD, Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden, serta Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.
Komisi Pemilihan Umum tidak dapat disejajarkan kedudukannya dengan lembaga -lembaga
negara yang lain yang kewenangannya ditentukan dan diberikan oleh UUD 1945.

Jadi Dapat disimpulkan Bahwa komisi pemilihan umum adalah lembaga negara yang
menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia yang bersifat nasional, tetap dan mandiri
(independen).
Tugas Dan Kewenangan KPU
Dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 2
Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum dan
Penetapan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Umum Komisi Pemilihan Umum, dijelaskan
bahwa untuk melaksanakan Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas kewenangan sebagai
berikut :
1. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Pemilihan Umum;
2. Menerima, meneliti dan menetapkan Partai-partai Politik yang berhak sebagai peserta
Pemilihan Umum;
3. Membentuk Panitia Pemilihan Indonesia yang selanjutnya disebut PPI dan
mengkoordinasikan kegiatan Pemilihan Umum mulai dari tingkat pusat sampai di
Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS;
4. Menetapkan jumlah kursi anggota DPR, DPRD I dan DPRD II untuk setiap daerah
pemilihan;
5. MENETAPKAN keseluruhan hasil Pemilihan Umum di semua daerah pemilihan untuk
DPR, DPRD I dan DPRD II;
6. Mengumpulkan dan mensistemasikan bahan-bahan serta data hasil Pemilihan Umum;
7. Memimpin tahapan kegiatan Pemilihan Umum.
Dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1999 terdapat tambahan huruf:

1. Tugas dan kewenangan lainnya yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun
1999 tentang Pemilihan Umum.
Sedangkan dalam Pasal 11 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tersebut juga ditambahkan,
bahwa selain tugas dan kewenangan KPU sebagai dimaksud dalam Pasal 10, selambat-
lambatnya 3 (tiga) tahun setelah Pemilihan Umum dilaksanakan, KPU mengevaluasi sistem
Pemilihan Umum.
Pengertian, Tugas, Wewenang Komisi Yudisial (KY)
Pengertian, Tugas, Wewenang Komisi Yudisial (KY) |Komisi Yudisial (KY) adalah lembaga
yang bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, serta
perilaku hakim. Komisi Yudisial (KY) dibentuk berdasarkan UU No. 22 Tahun 2004, yang
bertujuan untuk memenuhi harapan masyarakat tentang kekuasaan kehakiman yang transparan,
merdeka, dan partisipatif. Pembentukan Komsi Yudisial diawali oleh adanya kesepakatan untuk
memberlakukan pemidahan kewenangan (organisasi, personel, administrasi, dan keuangan)
pengadilan dari Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia ke Mahkamah Agung.
Susunan keanggotaan Komisi Yudisial (KY) terdiri atas pimpinan dan anggota. Pimpinan
komisi terdiri atas seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua yang merangkap anggota. Sedangkan
anggotanya terdiri atas 7 (tujuh) orang yang berasal dari pejabat Negara, yaitu hakim, akademisi
hukum, praktisi hukum, dan anggota masyarakat. Anggota Komisi Yudisial (KY) diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.

Komisi Yudisial (KY) mempunyai tugas dan wewenang sebagaimana yang diatur dalam
undang-undang. Tugas Komisi Yudisial (KY) adalah sebagai berikut:
Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung.
Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung.
Menetapkan calon hakim.
Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.
Sedangkan, wewenang Komisi Yudisial (KY) adalah sebagai berikut:
Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung kepada DPR.
Menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
Menjaga perilaku Hakim.
PENGERTIAN, FUNGSI, DAN ASAS PEMERINTAHAN DAERAH
1Pengertian Pemerintahan Daerah
Perubahan ke 4 (empat) UUD 1945 menyatakan jelas mengenai bentuk dan susunan
pemerintahan daerah dalam kerangka Negara Republik Indonesia. Pasal 18 ayat (1) berbunyi :
Negara Kesatuan Repulik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah
propinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propisi, kabupaten dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur Undang-Undang.
Sedang Pasal 18 ayat (5) UUD 1945 menyebutkan bahwa:
pemerintah daerah merupakan daerah otonom yang dapat menjalankan urusan
pemerintahan dengan seluas-luasnya serta mendapat hak untuk mengatur kewenangan
pemerintahan kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
pemerintahan pusat.
Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah pasal 1 ayat 2, adalah sebagai berikut:
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Melihat definisi pemerintahan daerah seperti yang telah dikemukakan diatas,maka yang
dimaksud pemerintahan daerah disini adalah penyelenggaraan daerah otonom oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi dimana unsur penyelenggara pemerintah daerah
adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah.
2 Fungsi Pemerintah Daerah
Fungsi pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah menjalankan,
mengatur dan menyelenggarakan jalannya pemerintahAN.
Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 adalah :
a. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan.
b. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan
pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya
saing daerah.
c. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan
pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah. Dimana hubungan tersebut meliputi
wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya
lainnya.
3Asas Pemerintahan Daerah
Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya pemerintahan daerah, sangat
bertalian erat dengan beberpa asas dalam pemerintahan suatu negara, yakni sebagai berikut:
a. Asas sentralisasi
Asas sentralisasi adalah sistem pemerintahan dimana sistem pemerintahan di mana segala
kekuasaan dipusatkan di pemerintah pusat.
b. Asas desentralisasi
Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan dalam sistem Negara Kesatuan RepubliK
Indonesia
c. Asas dekonsentrasi
Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah kepada instansi vertical wilayah tertentu.
d. Asas tugas pembantuan
Asas tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daera dan/atau desa; dari
pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten/kota dan/atau desa; serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk tugas tertentu.
Asas desentralisasi dalam pemerintahan daerah di Indonesia dapat ditanggapi sebagai
hubungan hukum keperdataan, dimana terdapat penyerahan sebagian hak dari pemilik hak
kepada penerima sebagain hak, dengan obyek tertentu. Pemilik hak pemerintahan adalah di
tangan pemerintah, dan hak pemerintahan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah, dengan
obyek hak berupa kewenangan pemerintah dalam bentuk untuk mengatur urusan pemerintahan,
dengan tetap dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ditinjau dari sudut penyelenggaraan pemerintahan, desentralisasi antara lain bertujuan
meringankan beban pekerjaan Pemerintah Pusat. Dengan desentralisasi tugas dan pekerjaan
dialihkan kepada Daerah. Pemerintah Pusat dengan demikian dapat memusatkan perhatian pada
hal-hal yang bersangkutan dengan kepentingan nasional atau Negara secara keseluruhan.
Dengan demikian, menurut hemat penulis desentralisasi merupakan asas yang
menyatukan penyerahan sejumlah urusan pemerintahan dari pemerintah pusat atau dari
pemerintah daerah yang lebih tinggi kepada pemerintah daerah yang lebih rendah sehingga
menjadi urusan rumah tangga sendiri daerah itu. Untuk itu semua prakarsa, wewenang dan
tanggungjawab mengenai urusan-urusan diserahkan sepenuhnya menjadi tanggungjawab daerah
itu.
Tujuan utama yang ingin dicapai melalui kebijaksanaan desentralisasi yaitu: tujuan
politik dan tujuan administratif.
a. Tujuan politik akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagai medium pendidikan politik
bagi masyarakat di tingkat lokal dan secara agregat akan berkontribusi pada pendidikan politik
secara nasional untuk mencapai terwujudnya civil society.
b. Tujuan administratif akan memposisikan Pemerintah Daerah sebagi unit pemerintahan di
tingkat lokal yang berfungsi untuk menyediakan pelayanan masyarakat secara efektif, efisien,
dan ekonomis yang dalam hal ini terkait dalam pelayanan publik.
Sejalan dengan pendapat tersebut, ide desentralisasi yang terwujud dalam konsep
otonomi daerah sangat terkait dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu dalam
desentralisasi terdapat 3 (tiga) dimensi utama, yaitu:
1) Dimensi ekonomi, rakyat memperoleh kesempatan dan kebebasan untuk mengembangkan
kegiatan ekonominya sehingga mereka secara relatif melepaskan ketergantungannya terhadap
bentuk-bentuk intervensi pemerintah, termasuk didalamnya mengembangkan paradigma
pembangunan yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan. Dalam konteks ini, eksploitasi
sumber daya dilakukan untuk kepentingan masyarakat luas, dilakukan oleh masyarakat lokal;
2) Dimensi politik, yakni berdayanya masyarakat secara politik, yaitu ketergantungan organisasi-
organisasi rakyat dari pemerintah;
3) Dimensi psikologis, yakni perasaan individu yang terakumulasi menjadi perasaan kolektif
(bersama) bahwa kebebasan menentukan nasib sendiri menjadi sebuah keniscayaan demokrasi.
Tidak ada perasaan bahwa orang pusat lebih hebat dari orang daerah dan sebaliknya.

Pengertian, Fungsi dan Wewenang Mahkamah Konstitusi


Pengertian Pakar

Pengertian Mahkamah Konstitusi adalah lembaga kenegaraan yang dibuat untuk mengawal (to
guard) konstitusi, agar dilaksanakan dan dihormati baik dalam penyelenggaraan kekuasaan
negara maupun warga negara.

Di beberapa negara bahkan dikatakan bahwa mahkamah konstitusi juga menjadi pelindung
(protector) konstitusi.
Fungsi Mahkamah Konstitusi tercantum dalam UUD 1945 untuk menangani perkara tertentu
di bidang ketatanegaraan, hal ini dilakukan dalam rangka menjaga konstitusi agar dilaksanakan
secara bertanggung jawab sesuai dengan cita-cita demokrasi dan kehendak rakyat. Keberadaan
mahkamah konstitusi sekaligus untuk menjaga terselenggaranya suatu pemerintahan negara yang
stabil dan sebagai koreksi terhadap pengalaman kehidupan ketatanegaraan di masa lalu yang
menimbulkan tafsir ganda terhadap konstitusi.

Fungsi Mahkamah Konstitusi menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie yaitu menegakkan
keadilan konstitusional di tengah kehidupan masyarakat. Tugas mahkamah konstitusi untuk
mendorong dan menjamin agar negara secara konsisten dan bertanggung jawab. Oleh karena
sistem konstitusi memiliki kelemahan, maka perlu peran mahkamah konstitusi sebagai penafsir
agar spiritkonstitusi selalu hidup dan mewarnai keberlangsungan bernegara dan bermasyarakat.
Lembaga negara lain dan bahkan orang per orang boleh saja menafsirkan arti dan makna dari
ketentuan yang ada dalam konstitusi, karena memang tidak selalu jelas dan rumusannya luas dan
kadang-kadang kabur atau tidak jelas. Akan tetapi, yang menjadi otoritas akhir untuk memberi
tafsir yang mengikat adalah mahkamah konstitusi. Tafsiran yang mengikat tersebut hanya
diberikan dalam putusan mahkamah konstitusi atas pengujian yang diajukan kepadanya. Hal ini
berbeda dengan beberapa mahkamah konstitusi di bekas negara komunis yang telah melangkah
menjadi negara demokrasi konstitusional, mereka boleh memberi fatwa (advisory) atau bahkan
menafsirkan konstitusi jika anggota parlemen, presiden atau pemerintah meminta.
Tafsiran yang dilakukan secara abstrak tanpa terkait dengan permohonan pengujian atau
sengketa konstitusi lain yang dihadapi oleh mahkamah konstitusi, tentu hanya didasarkan pada
ketentuan teks konstitusi, tanpa terkait dengan latar belakang secara sosial maupun ekonomi
yang menjadi dasar penafsiran. Kehadiran pemohon, termohon maupun pihak-pihak terkait di
mahkamah konstitusi sesungguhnya akan sangat membantu untuk merumuskan dan mempelajari
masalah konstitusi yang dihadapi.
Memang ada bahayanya memberi tafsir konstitusi atas permintaan pihak tertentu di luar
pengujian atau permohonan sebagai perkara. Boleh jadi, mahkamah konstitusi dianggap
inkonsisten kalau putusannya berbeda dengan pendapat penasehat yang diberikan meskipun
dikatan bahwa pendapat penasehat tersebut tidak mengikat.

Wewenang mahkamah konstitusi menurut UUD 1945, yaitu :


(1) Wewenang mahkamah konstitusi untuk mengadilai pada tingakat pertama dan terakhir yang
dalam putusannya bersifat final.
(2) Wewenang mahkamah konstitusi untuk menguji UU tehadap UUD 1945.
(3) Wewenang mahkamah konstitusi untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD.
(4) Wewenang mahkamah konstitusi untuk memutus pembubaran partai politik.
(5) Wewenang mahkamah konstitusi untuk memutus perselisihan yang terjadi atas hasil dari
proses pemilu yang berlangsung.
(6) Wewenang mahkamah konstitusi untuk memberi putusan atas pendapat DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat) mengenai dugaan pelanggaran Presiden atau Wakil Presiden menurut UUD.

Secara khusus wewenang mahkmah konstitusi diatur dalam UU mahkamah konstitusi


pasal 10, yaitu :
(1) Wewenang mahkamah konstitusi untuk menguji UU terhadap UUD 1945.
(2) Wewenang mahkamah konstitusi untuk memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD 1945.
(3) Wewenang mahkamah konstitusi untuk memutus pembubaran partai politik.
(4) Wewenang mahkamah konstitusi untuk memutus perselisihan yang terjadi akibat hasil dari
pemilihan umum.
(5) Wewenang mahkamah konstitusi untuk memberi putusan atas pendapat dari DPR mengenai
presiden atau wakil presiden yang diduga melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan
terhadap negara, penyuapan, korupsi, tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela, dan
tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden atau wakil presiden sebagaimana dimaksud dalam
UUD 1945.
Memutus pendapat DPR atas impeachment (tuduhan) yang dilakukan oleh presiden dan atau
wakil presiden tetap merupakan wewenang mahkamah konstitusi dan sifat putusan mahkamah
konstitusi secara yuridis tetap merupakan peradilan pertama dan terakhir serta final karena tidak
ada lembaga lain yang akan melakukan review lagi terhadap putusan yang telah dijatuhkan
mahkamah konstitusi.
Mahkamah konstitusi yang telah menyatakan seorang presiden atau wakil presiden telah
bersalah melakukan pelanggaran hukum sebagaimana dugaan atas pendapat DPR yang diajukan
ke mahkamah konstitusi, putusan tersebut tetap mengikat kepada setiap lembaga negara
termasuk badan peradilan pidana biasa. Jika putusan mahkamah konstitusi tidak mempunyai
kekuatan mengikat secara hukum bagi lembaga-lembaga lain, ada kemungkinan seorang
presiden atau wakil presiden yang telah dinyatakan bersalah oleh mahkamah konstitusi, ketika
diajukan lagi di depan peradilan pidana, presiden atau wakil presiden dapat dinyatakan tidak
bersalah dan dibebaskan dari segala tuduhan.
Pengertian, Fungsi, Tugas dan Wewenang DPD| DPD (Dewan Perwakilan Daerah) memiliki
fungsi, tugas dan wewenang yang sesuai dengan susunan dari keanggotaan DPD. Apa itu DPD
?.. DPD adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang anggotanya
dipilih melalui pemilihan umum dari perwakilan setiap provinsi. Anggota Dewan Perwakilan
Daerah dari setiap provinsi yang jumlahnya sama dan jumlah dari seluruh anggota Dewan
Perwakilan Daerah tidak lebih dari sepertiga dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.
DPD (Dewan Perwakilan Daerah) paling sedikit bersidang sekali dalam satu tahun. Dalam
Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) diatur dalam undang-undang pada
[Pasal 22C Ayat (1), (2), (3), dan (4) UUD Negara RI Tahun 1945].

Salah satu dari lembaga kedaulatan rakyat yang baru adalah Dewan Perwakilan Daerah. Dewan
Perwakilan Daerah memiliki susunan, kedudukan, fungsi, tugas dan hak sebagai berikut...

1. Susunan dan Keanggotaan DPD - Berdasarkan Pasal 221 UU No.27 Tahun 2009 tentang
MPR DPR DPD dan DPRD, DPD terdiri atas wakil-wakil Daerah Provinsi yang dipilih melalui
pemilihan umum . Anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak empat orang. Jumlah
seluru anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota dari DPR. Keanggotaan dari DPD
diresmikan oleh keputusan dari presiden. Anggota DPD berdomisili pada daerah yang
pemilihannya dan selama sidang bertempat tinggal di ibu kota negara Republik Indonesia. Masa
jabatan dari anggota DPD ialah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPD baru
mengucapkan sumpah/janji.
Sebelum memangku jabatannya, anggota DPD mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama
yang dipandu oleh ketua Mahkamah Agung dalam Sidang Paripurna DPD.

2. Kedudukan dan Fungsi DPD - DPD merupakan lembaga perwakilan daerah yang
berkedudukan sebagai lembaga negara. DPD mempunyai fungsi, antara lain sebagai berikut...
Pengajuan usul, ikut dalam pembahasan dan memberikan pertimbangan yang berkaitan
dengan bidang legislasi tertentu
Pengawasan atas pelaksanaan dalam undang-undang tertentu
3. Tugas dan Wewenang DPD - Tugas dan wewenang DPD di dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tugas dan wewenang DPD adalah sebagai berikut...
Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Perwakilan Rakyat rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah [Pasal 22D Ayat (1)]
Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan
dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,
dan agama [Pasal 22D Ayat (2)].
Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan dan
agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat
sebagai bahan pertimbangan untuk ditindak lanjuti [Pasal 22D Ayat (3)].

You might also like