Professional Documents
Culture Documents
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
ABSTRACT
This study aims to examine and analyze utilizing perpectives of Positive Accounting
Theory towards accounting conservatism in Indonesia. Plan bonus hypothesis, debt covenant
hypothesis, and political cost hypothesis are perspectives which investigated in this
reasearch. Plan bonus hypothesis proxied by managerial ownership and public ownership,
debt covenant hypothesis proxied by leverage, and political cost hypothesis explained by
firm size and proxied by natural logarithm of sales. Another variable is cash flow which
proxied by operating cash flow.
This research uses multiple regresion linear model as analysis tool for testing
hypotheses. Population of this research are manufacturing companies which listed in
Indonesian Stock Exchange (BEI). The sample are manufacturing companies which listing in
BEI during 2003-2010 and comply sample criteria. Total sample are 602 companies.
The result of this reseach show that manajerial ownership, public ownership,
leverage, and firm size had no effect toward accounting conservatism. Based on this
research only operating cash flow which had significant and positive effect to accounting
conservatism.
PENDAHULUAN
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja manajemen
dalam mengelola sumber daya perusahaan (Sari & Adhariani, 2009). Laporan keuangan
digunakan untuk membuat keputusan baik oleh pihak internal maupun eksternal. Laporan
keuangan yang dapat digunakan untuk membuat keputusan adalah laporan keuangan yang
berkualitas yaitu laporan keuangan yang memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan
sesuai dengan SFAC No.2 atau yang kini telah digantikan SFAC No. 8. Dalam menyajikan
laporan keuangan yang berkualitas penyaji laporan keuangan dihadapkan oleh constraint
berupa konservatisme kini konsepnya telah diubah menjadi prudence.
Seiring dengan adanya konvergensi IFRS, konsep konservatisme yang kini
digantikan oleh prudence tidak sepenuhnya ditinggalkan. Terdapat beberapa standar dalam
Standar akuntansi Keuangan (SAK) yang masih menggunakan konsep konservatisme seperti
PSAK No. 14 tentang Persedian dan PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset. Dalam
PSAK No. 14 dijelaskan bahwa persediaan dalam neraca disajikan berdasarkan nilai
terendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih, sedangkan dalam PSAK No.48
dijelaskan bahwa penurunan nilai aset merupakan rugi yang harus segera diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif. Konservatisme juga pertimbangkan mengingat adanya kasus
Enron di U.S. dan kasus Kimia Farma yang masing-masing menyajikan laporan keuangan
yang membuat mereka menjadi overstate laba, dan hal tersebut justru menyesatkan
pengguna laporan keuangan. Namun demikian konservatisme masih menjadi perdebatan.
1
Ayu Martaning Yogi Ardina, Indira Januarti
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 2
2
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 3
masyarakat (Sari dan Adhariani, 2009). Salah satu kebijakan pemerintah yang untuk hal
tersebut adalah kewajiban membayar pajak. Semakin besar tingkat pendapatan atau
penjualan perusahaan membuat semakin tinggi pula pajak yang harus dibayar. Oleh karena
itu, untuk menghindari tingginya pajak manajemen akan cenderung untuk melaporkan laba
yang rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa terjadi pelaporan laba yang konservatif.
Konservatisme
Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai panduan akuntansi dalam menyajikan
aset dan pendapatan yang understate, serta menyajikan liabilitas dan beban yang overstate
(Hendriksen dan Breda, 1992). Dalam konsep ini, beban harus segera diakui dibandigkan
pendapatan, sehingga net income terlihat rendah. Selanjutnya, konservatisme akan
menyebabkan pelaporan keuangan yang pesimistik, hal tersebut akan mengurangi optimisme
dari pengguna laporan. Menurut Martani dan Dini (2010), pesimisme dibutuhkan untuk
menetralisir optimisme manajer.
Astria (2011) menyatakan bahwa konservatisme didefinisikan sebagai reaksi kehati-
hatian (prudent) terhadap ketidakpastian, ditunjukkan untuk melindungi hak-hak dan
kepentingan pemegang saham (shareholder) dan pemberi pinjaman (debtholder). Lain
halnya dengan Basu (1997) yang mendefinisikan konservatisme sebagai praktik mengurangi
laba (mengecilkan aktiva bersih) dalam merespon berita buruk (bad news) tetapi tidak
meningkatkan laba ketika merespon berita baik (good news). Sedangkan Givoly dan Hyan
(2000), mendefinisikan konservatisme sebagai pengakuan awal untuk biaya dan rugi serta
menunda pengakuan untuk pendapatan dan pengakuan keuntungan.
Tujuan dari penggunaan konsep konservatisme adalah untuk menetralisir
optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya.
Penerapan konsep konservatisme akan menghasilkan laba yang berfluktuatif ,
dimana laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi laba untuk
memprediksi aliran kas pada masa depan (Sari dan Adhariani, 2009).
Ukuran konservatisme selanjutnya yang juga dipaparkan oleh Watss (2003b) adalah
earning/accrual measures yaitu menggunakan selisih antara net income dan cash flow. Net
income yang digunakan adalah net income sebelum depresiasi dan amortisasi, sedangkan
cash flow yang digunakan adalah cash flow dari aktivitas operasi. Givoly dan Hayn (2000)
melihat kecenderungan dari akun akrual selama beberapa tahun, apabila terjadi akrual
negatif (net income lebih kecil daripada cash flow dari aktivitas operasi) yang konsisten
selama beberapa tahun, maka hal tersebut merupakan indikasi adanya penerapan
konservatisme. Selain itu, Givoly dan Hayn (2000) membagi akrual menjadi dua yaitu
operating accrual dan nonoperating accrual. Operating accrual muncul dalam laporan
keuangan sebagai hasil dari kegiatan operasional perusahaan, sedangkan nonoperating
accrual merupakan jumlah akrual yang muncul di luar hasil kegiatan operasional
perusahaan.
Ukuran konservatisme yang ketiga ialah net asset measures. Ukuran ini digunakan
untuk mengetahui tingkat konservatisme dalam penyajian laporan keuangan yaitu untuk
menilai nilai aset yang understatement dan kewajiban yang overstatement. Salah satu model
pengukuran ini adalah dengan proksi book to market ratio yang mencerminkan nilai pasar
relatif terhadap nilai buku perusahaan.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai persentase saham yang dimiliki oleh
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi
komisaris, direksi, dan karyawan (Oktadella, 2011). Selain itu, Deviyanti (2012)
mendefinisikan kepemilikan manajerial sebagai perbandingan persentase kepemilikan saham
antara pihak perusahaan dan pihak eksternal. Kepemilikan saham oleh perusahaan
3
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 4
merupakan mekanisme yang digunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai dengan
kepentingan perusahaan, karena di dalam kepemilikan saham tersebut terdapat persentase
saham yang dimiliki manajer secara pribadi (Susiana dan Herawaty, 2007).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial
dapat membantu menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang
tentunya sama-sama menginginkan penyajian yang informasi yang berkualitas dalam
pelaporan keuangan. Dengan semakin tingginya proporsi kepemilikan manajerial, maka
manajer bukan hanya sebagai agen tapi juga pemilik dan hal tersebut membuat konfik
kepentingan antara manajer pemilik dan manajer. Berkurangnya konflik antara pemilik dan
manajer dikarenakan menurunnya motif bonus yang ingin diperoleh manajer, sehingga
manajemen laba dengan cara income maximation yang biasa dilakukan manajer untuk
mencapai target laba juga berkurang. Dengan demikian laporan keuangan menjadi
konservatif .
Paparan terkait kepemilikan manajerial yang telah dijelaskan di atas
mengindikasikan bahwa terdapatnya kepemilikan manajerial akan menyebabkan penyajian
informasi dalam laporan keuangan cenderung konservatif, akan tetapi terdapat argumen
yang menyatakan adanya kepemilikan manajerial justru membuat pelaporan laba tidak
konservatif. Wardhani (2008) berpendapat bahwa kepemilikan oleh manajemen dapat
berperan sebagai fungsi monitoring dalam pelaporan keuangan serta dapat pula dijadikan dan
dapat pula dijadikan sebagai faktor ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas.
Apabila kepemilikan manajemen justru mendorong dilakukannya ekpropriasi terhadap
perusahaan, mereka akan lebih cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang lebih
agresif. Selain itu, Lafond dan Roychowdhury (2007) berargumen bahwa semakin kecil
kepemilikan manajerial menyebabkan permasalahan agensi semakin besar, sehingga
permintaan atas laporan keuangan yang konservatif akan meningkat.
Kepemilikan Publik
Keputusan manajemen untuk menerapkan konservatisme atau tidak, juga
memperhatikan struktur kepemilikan publik. Struktur kepemilikan publik merupakan
persentase jumlah saham yang dimiliki oleh publik dibandingkan dengan jumlah seluruh
saham yang beredar (Deviyanti, 2012). Kepemilikan publik yang menyebar menyebabkan
rendahnya pengendalian, karena pemilik suatu perusahaan menjadi banyak namun persentase
kepemilikannya hanya sedikit, sehingga dengan rendahnya tingkat pengendalian, manajer
akan lebih fleksibel dalam menyajikan informasi pada laporan keuangan. Sebagaimana
dijelaskan dalam plan bonus hypothesis, manajer akan berperilaku seiring bonus yang
diberikan (Alfina, 2006), maka manajemen memiliki kecenderungan untuk melakukan
manajemen laba dalam rangka mencapai target laba agar ia memperoleh bonus, tindakan
tersebut menyebabkan pelaporan laba menjadi tidak konservatif. Dengan demikian semakin
tinggi kepemilikan publik akan menyebabkan rendahnya penerapan konservatisme, karena
rendahnya fungsi pengendalian dari pemilik.
Haniati dan Fitriany (2010) berpendapat lain yaitu bahwa persentase kepemilikan
publik justru digunakan sebagai upaya untuk mengurangi asimetri informasi antara
manajemen dan pemilik, yang membuat perusahaan cenderung konservatif, karena semakin
besar tekanan yang dihadapi perusahaan untuk mengungkapkan informasi lebih banyak
dalam laporan keuangannya. Hal ini dikarenakan semakin besar porsi kepemilikan publik
menyebabkan semakin banyak butir-butir informasi yang mendetail dan dituntut untuk
dibuka dalam laporan keuangan. Hal tersebut sesuai dengan sesuai dengan penelitian Lafond
dan Watts (2006) yang menjelaskan semakin tinggi public information menyebabkan
semakin banyak informasi yang diketahui oleh publik sehingga dapat menurunkan asimetri
informasi dan secara tidak langsung rendahnya asimetri informasi merupakan indikasi
penerapan konservatisme akuntansi dalam pelaporan keuangan.
4
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 5
Debt Covenant
Debt covenant merupakan kontrak atau perjanjian utang jangka panjang (Sukartha,
2008). Perjanjian utang sering kali digunakan dalam menjelaskan accounting conservatism
(Watts, 2003a), karena debtholders cenderung menginginkan penerapan akuntansi yang
konservatif. Hal tersebut dikarenakan penerapan konservatisme akan mengurangi konflik
antara shareholders dan debtholders terkait masalah pembayaran dividen (Ahmed et al.,
2002). Pembayaran dividen yang terlalu tinggi akan menimbulkan ancaman bagi debtholders
karena akan mengurangi aset yang seharusnya tersedia untuk pelunasan utang. Masalah
tersebut biasanya diatasi dengan melakukan pembatasan berdasarkan laba perusahaan yang
disajikan secara konservatif (Haniati dan Fitriany, 2010).
Konservatisme memiliki peranan terkait hubungan kontrak antara perusahaan dan
debtholders (Guay, 2008). Konservatisme akan mengurangi asimetri informasi antara
debtholders dan manajer, penerapan tersebut akan membatasi manajer dalam melebih sajikan
komponen akrual sehingga tidak terjadi prediksi future cash flow yang berlebihan. Selain itu,
juga akan mengurangi kecenderungan untuk menyembunyikan kerugian perusahaan (Watts
dan Lafond, 2006). Namun demikian, perlu diperhatikan pula adanya kemungkinan lain yang
menyebabkan rendahnya konservatisme justru ketika total debt yang mungkin diterima
dalam jumlah besar, hal tersebut telah dijelaskan dalam debt covenants hypothesis yang
memprediksikan bahwa semakin tinggi jumlah pinjaman yang diiinginkan maka perusahaan
meningkatkan laba dan aset untuk mengurangi biaya renegosiasi kontrak (Sari dan
Adhariani, 2009), selain itu agar kinerja perusahaan terlihat baik.
Firm Size
Menurut Bahaudin dan Wijayanti (2011) ukuran perusahaan dibagi ke dalam tiga
kategori yaitu perusahaan besar (large size), perusahaan menengah (medium size) serta
perusahaan kecil (small size). Perusahaan yang besar juga dihadapkan dengan besarnya biaya
politis yang tinggi, sehingga perusahaan besar cenderung menggunakan prinsip akuntansi
yang konservatif untuk mengurangi besarnya biaya politis (Deviyanti, 2012).
Biaya politis mencakup semua biaya atau transfer kekayaan yang harus ditanggung
perusahaan terkait tindakan-tindakan antitrust, regulasi, subsidi pemerintah, tarif pajak,
tuntutan buruh, dan sebagainya (Watss dan Zimmerman, 1990). Pemerintah sebagai
pembuat regulasi serta penentu kebijakan suatu negara dimana perusahaan beroperasi akan
lebih mengawasi perusahaan besar (Deviyanti, 2012). Pemerintah akan memungut pajak
yang relatif tinggi kepada perusahaan besar, karena seiring tingginya laba yang dihasilkan
perusahaan besar, maka pajak yang yang harus dibayarkan secara otomatis mengikuti
besarnya laba. Hal tersebut menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar
pula biaya politis yang harus dibayarkan, sehingga untuk mengurangi biaya tersebut
perusahaan berupaya melaporkan labanya secara konservatif agar laba tidak terlihat terlalu
tinggi.
tingkat persistensi untuk memprediksi arus kas pada masa yang akan datang menjadi tinggi.
Selain itu, dalam penelitian Dechow dan Ge (2007) dibuktikan pula bahwa cash flow
berhubungan negatif dengan tingkat akrual pada perusahaan dengan tingkat penerapan akrual
yang tinggi, hal ini menyebabkan tingkat persistensi untuk memprediksi arus kas pada masa
yang akan datang menjadi rendah.
Menurut Martani dan Dini (2010) operating cash flow akan berpengaruh positif
terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dikarenakan tingginya operating cash flow
mengindikasikan kinerja yang baik dari perusahaan. Pada perusahaan yang menerapkan
konservatisme, operating cash flow akan membuat prediksi future cash flow yang lebih besar
daripada perusahaan yang agresif. Dengan demikian, akan menarik investor untuk
berinvestasi, sehingga perusahaan akan lebih konservatif ketika operating cash flow yang
dihasilkan tinggi (Martani dan Dini, 2010).
Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Konservatisme Akuntansi
Plan bonus hypothesis dalam possitive accounting theory menyatakan bahwa
manajer akan bertindak seiring dengan bonus yang diberikan (Alfina, 2006).
Berdasarkan motif bonus, maka manajer akan melakukan manajemen laba dengan cara
income maximation atau memaksimalkan laba agar target laba terpenuhi, sehingga
pelaporan keuangan menjadi kurang konservatif. Kepemilikan manajerial yang rendah
akan menyebabkan laporan keuangan cenderung tidak konservatif, karena manajer akan
lebih mengutamakan untuk mengejar bonus daripada mengutamakan kepentingan
pemilik perusahaan, hal ini didukung oleh penelitian Yazidah (2011) yang menunjukkan
hubungan positif antara kepemilikan manajerial dan konservatisme akuntansi, sehingga
hipotesis pertama dalam penelitian ini:
H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.
6
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 7
leverage maka perusahaan semakin tidak konservatif, hal ini didukung oleh penelitian
Almilia (2005), sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini ialah:
H3: Leverage berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah konservatisme
akuntansi yang diukur dengan model akrual yang merupakan model Zhang (2007). Nilai
konservatisme akuntansi diperoleh dengan formula sebagai berikut:
= (1)
Keterangan:
Nonoperating Accrual = Operating Accrual- Account Receivable- Inventory-
Prepaid Expense+ Account Payable + Taxes Payable
Operating Accrual = Net Income+Depreciation- Net Operating Cash Flow
Net Operating Cash Flow = Selisih antara kas masuk dan kas keluar dari aktivitas operasi
Terdapat lima variabel independen dalam penelitian ini yaitu variabel kepemilikan
manajerial (MANJ), kepemilikan publik (PUBLIK), leverage (LEV), firm size (SIZE), dan
operating cash flow (CFO). Variabel MANJ diukur dengan jumlah persentase saham yang
dimiliki oleh dewan direksi, komisaris dan karyawan seperti model (Oktadella, 2011), nilai
tersebut kemudian dibuat dalam bentuk desimal. Variabel PUBLIK diukur dengan persentase
saham yang dimiliki masyarakat dibandingkan dengan jumlah seluruh saham yang beredar
seperti yang digunakan dalam penelitian Deviyanti (2012), nilai tersebut kemudian dibuat
7
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 8
dalam bentuk desimal. Variabel LEV diukur dengan debt to equity ratio (DER), sedangkan
SIZE diukur dengan logaritma natural penjualan (Ln Penjualan). Selanjutnya adalah variabel
CFO yag diukur dengan model (Gyvoly dan Hyan, 2000) dengan formula sebagai berikut:
Tabel 1
Proses Seleksi Kriteria Sampel
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear
berganda yang sebelumnya harus lolos uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan
meliputi Uji normalitas, autokorasi, multikolinearitas, serta heteroskedastisitas.Tingkat
probabilitas yang digunakan adalah 5%. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan Uji F, Uji t, dan koefisien determinasi. Model yang digunakan dalam
pengujian hipotesis adalah:
CONACC= +1MANJ+2 PUBLIK+3 LEV+4 SIZE+5 CFO+
Keterangan:
CONACC : Konservatisme akuntansi
MANJ : Persentase kepemilikan manajerial.
PUBLIK : Persentase kepemilikan publik.
SIZE : Ukuran perusahaan.
CFO : Operating cash flow atau arus kas dari aktivitas operasi.
: Koefisien error.
Hipotesis pertama (H1) diterima secara teori apabila koefisien 1 bernilai positif, dan
secara statistik diterima apabila tingkat signifikansi () pada variabel MANJ kurang dari
0,05. Hipotesis kedua (H2) diterima secara teori apabila koefisien 2 bernilai negatif, dan
8
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 9
secara statistik diterima apabila tingkat signifikansi pada variabel PUBLIK kurang dari 0,05.
Hipotesis ketiga diterima secara statistik apabila tingkat signifikansi pada variabel LEV
kurang dari 0,05 dan secara teoritis diterima apabila koefisien 3 bernilai negatif, sedangkan
untuk hipotesis keempat diterima secara statistik apabila tingkat signifikansi variabel SIZE
kurang dari 0,05 dan secara teori diterima apabila koefisien 4 bernilai positif. Untuk
hipotesis kelima secara teori diterima apabila nilai koefisien 5 positif dan secara statistik
hipotesis tersebut diterima apabila tingkat signifikansi pada variabel CFO kurang dari 0,05.
SQRT_CONACC=+1LN_MANJ+2SQRT_PUBLIK+3SQRT_LEV+
4SQRT_SIZE+5SQRT_CFO
Keterangan:
SQRT_CONACC : Konservatisme Akuntansi
LN_MANJ : Kepemilikan manajerial
SQRT_PUBLIK : Kepemilikan publik
SQRT_LEV : Rasio leverage
SQRT_SIZE : Ukuran perusahaan
SQRT_CFO : Operating cash flow
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Berdasarkan hasil
pengujian ini maka dapat dinyatakan tidak terjadi multikolinearitas karena tidak ada nilai
VIF dari variabel independen yang lebih dari 10.
9
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 10
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tdan kesalahan pengganggu
pada periode t-1. Dalam penelitian ini digunakan Run Test, berdasarkan hasil Run Test
dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi adanya autokorelasi karena tingkat signifikansi
data residual berada di atas 0,05 yaitu sebesar 0,738 yang bearti data residual random atau
acak.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali,2009).
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan Uji Glejser. Berdasarkan
hasil Uji Glejser maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas, karena
tidak ada variabel independen yang signifikan terhadap nilai absolut residual.
Tabel 2
Hasil Uji t
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) 0,499 0,657
LN_MANJ -0,006 0,010 -0,046 -0,659 0,512
SQRT_PUBLIK 0,128 0,155 0,056 0,825 0,412
SQRT_LEV 0,051 0,036 0,098 1,399 0,166
SQRT_SIZE -0,127 0,127 -0,070 -0,997 0,322
SQRT_CFO 0,879 0,074 0,817 11,811 0,000
Hasil Uji t juga menunjukkan hasil pengujian hipotesis. Berdasarkan tabel tersebut
diatas maka dapat ditunjukkan bahwa secara statistik variabel kepemilikan manajerial,
kepemilikan publik, leverage, firm size tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi,
karena semua tingkat signifikansi variabel-variabel tersebut berada di atas 0,05 dan hanya
variabel operating cash flow yang berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, hal
tersebut dapat dilihat pada signifikansi variabel CFO yang berada di bawah 0,05.
Berdasarkan pengujian tersebut diperoleh model regresi yang menunjukkan
penerimaan atau penolakan hipotesis yang dilihat dari nilai koefisiennya, model regresi
tersebut adalah sebagai berikut:
SQRT_CONACC=0,499-0,046 LN_MANJ+0,056 SQRT_PUBLIK+0,098 SQRT_LEV -0,070
SQRT_SIZE+0,817 SQRT_CFO
Konstanta dalam model tersebut adalah sebesar 0,499. Berdasarkan model tersebut dapat
dilihat bahwa kepemilikan manajerial dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap
10
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 11
konservatisme akuntansi, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien variabel LN_MANJ dan
SQRT_SIZE yang bernilai -0,046 dan -0,070 yang berarti pula bahwa H1 dan H4 dalam
penelitian ini ditolak. Kepemilikan publik dan leverage berpengaruh positif terhadap
konservatisme akuntansi, hal ini ditunjukkkan oleh nilai koefisien variabel SQRT_PUBLIK
dan SQRT_LEV sebesar 0,056 dan 0,098 yang berarti bahwa H2 dan H3 dalam penelitian ini
juga ditolak. Operating cash flow berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, hal
ini ditunjukkan oleh nilai koefisien SQRT_CFO yang bernilai 0,817 yang berarti juga bahwa
H5 dalam penelitian ini diterima.
menguntungkan, oleh karena itu mereka menuntut adanya laporan keuangan yang
konservatif (Guay, 2008). Manajemen yang memerlukan dana dari debtholders pada
akhirnya akan mengikuti kemauan debtholders.
4. Pengaruh Firm Size terhadap Konservatisme Akuntansi
Hasil pengujian dalam hipotesis dalam penelitian ini menunjukkkan bahwa firm size
berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, namun tidak signifikan secara
statistik. Dengan demikian, hasil pengujian ini menolak H4 dalam penelitian ini.
Penolakan terhadap H4 juga merupakan penolakan terhadap political cost hypothesis
dalam PAT. Hal ini dikarenakan, hasil penelitian ini tidak sesuai dengan prediksi atau
konsep dalam political cost hypothesis.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Almilia (2005). Firm size
berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi karena khususnya di Indonesia,
perusahaan kecil lebih sensitif terhadap biaya politis, sehingga membuat perusahaan
kecil cenderung konservatif.
5. Pengaruh Operating Cash Flow terhadap Konservatisme Akuntansi
Operating cash flow dalam penelitian ini bepengaruh positif terhadap dan secara
statistik signifikan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Martani dan Dini
(2010). Tingginya operating cash flow mengindikasikan kinerja yang baik dari
perusahaan dan hal ini merupakan sinyal yang baik bagi investor. Pada perusahaan yang
konservatif yang menyajikan aset dan laba kecil akan lebih menarik perhatian investor
untuk berinvestasi ketika cash flow yang dihasilkan tinggi (Martani dan Dini, 2010). Hal
ini dikarenakan adanya asumsi bahwa earning pada masa yang akan datang akan lebih
baik. Dengan demikian operating cash flow berpengaruh positif terhadap penerapan
konservatisme akuntansi karena adanya prediksi future cash flow yang lebih besar ketika
perusahaan menghasilkan operating cash flow yang besar dan dengan pelaporan
keuangan yang konservatif dibandingkan dengan pelporan keuangan yang agresif
12
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 13
REFERENSI
Ahmed, Anwer S., Billings B.K., Morton R.M., Stanford Haris M. 2002. The role of
Accounting Conservatism Mitigating Bondholder-Shareholder Conflicts Over
Dividend Policy and Reducing Debt Cost. The Accounting Review,Vol.7, No.4,Hal.
867-891.
Ahmed, Anwer S., Scott Duellman. 2007. Accounting Conservatism and Board of Director
Characteristics: An Empirical Analysis. Journal of Accounting and Economics,
Vol. 43, Hal. 411-437.
Alfiana, Yeni., 2006. Creative Accounting: Ditinjau dari Teori Akuntansi Positif dan Teori
Keagenan. Mandiri, Vol. 9, Hal. 45-54.
Almilia, Luciana Spica. 2005.Pangujian Size Hypothesis dan Debt/Equity Hypothesis yang
Mempengaruhi Tingkat Konservatisma Laporan Keuangan dengan Teknik
Multinominal Logit.Journal Bisnis dan Akuntansi Vol.7, Hal. 1-23.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder., Mark S. Beasly., Amir Abadi Jusuf. 2011. Jasa Audit dan
Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia).Salemba Empat. Jakarta.
Astria, Tia. 2011. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Coorporate Governance, dan
Reputasi KAP terhadap Integritas Laporan Keuangan. Skripsi Tidak
Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Ball, Ray., Lakshmanan Shivakumar. 2005. Earning Quality in U.K. Private Firms:
Comparative Loss Recognitio TimelinessJournal of Accounting and Economics,
Vol. 39, Hal. 1-45.
Dechow, Patricia M., Weili Ge. 2006.The Persistence of Earning Cash Flows and The Role
of Special Items: Implication of Accrual Anomaly. Review Accounting Study,
Vol.11, Hal.253-296.
Ghozali, Imam., dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. Semarang
13
DIPONEGORO JOURNAL OF ACCOUNTING Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 14
Givoly, Dan., Carla Hyan. 2000.The Changing Time Series Properties of Earning, Cash
Flows and Accruals: Has Financial Reporting Becomes more
Conservative?.Journal of Accounting and Economics, Vol. 29, Hal. 287-320.
Guay, Wayne R. 2008. Conservative of Financial Reporting, Debt Covenants, and the
Agency Cost of Debt. Journal of Accounting and Economics Vol. 45, Hal. 175-180.
Haniati, Sri., Fitriany. 2010. Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri Informasi dengan
Menggunakan Beberapa Model Pengukuran Konservatisme. Simposium Nasional
Akuntansi XIII. Purwokerto.
Hellman, Niclas. 2008. Accounting Conservatism under IFRS. Accounting In Europe, Vol.
5, No. 2, Hal. 71-100.
Hendriksen, Eldon S., Michael F. Van Breda. 1992.Teori Akunting Ed. 5. Interaksara.
Jakarta.
Hongren, Charles T., Gary L. Sudem., Jhon A. Eliot., 2000. Pengantar Akuntansi Ed. 2.
Erlangga. Jakarta
Jenkins, David S., Uma Velury. 2008. Does Auditor Tenure Influence In Conservative
Earnings?. Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 27, Hal. 115-132
Jensen, M. C., dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial and Economic, Vol. 3,
No. 4, Hal. 305-360.
Kieso, Donald E., Paul D. Kimmel., Jerry J. Weygandt.2011. Intermediate Accounting: IFRS
Edition. Willey. United States of America.
Martani, Dwi., Narita Dini. 2010. The Influence of Operating Cash Flow and Investment
Cash Flow to The Accounting Conservatism Measurement. Chinese Business
Review, Vol. 9, No.6, Hal.1-6.
Nugroho, Ginanjar Adi., 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Leverage terhadap
Earning Management pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia.Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro, Semarang.
Rahmawati, Fitri. 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu Mekanisme
Coorporate Governance terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Sari, Cynthia., Desi Adhariani. 2009. Konservatisme Perusahaan di Indonesia dan Faktor-
Faktor yang Mempengaruhinya. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang.
Watts, Ross L., Zimmerman Jerold L. 1990.Possitive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective. The Accounting Review, Vol. 65, No. 1, Hal. 131-157.
15