Professional Documents
Culture Documents
TANAH MINERAL
1. Sifat Fisika Tanah Mineral
a. Bulk Density Bulk
Menyatakan tingkat kepadatan tanah yaitu berat kering suatu volume tanah
dalam keadaan utuh yang biasanya dinyatakan dengan g/cm3 . Perkembangan
struktur yang paling besar pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus
menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir.
Kerapatan massa (Bulk Density) dihitung sebagai berikut : Kerapatan massa =
Berat tanah (g)/Volume tanah (cm3)
makin padat suatu tanah makin tinggi kerapatan massa atau bulk densitynya
sehingga makin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Pemberian
bahan organik pada tanah dapat menurunkan Bulk Density tanah, hal ini
disebabkan oleh bahan organik yang di tambahkan mempunyai kerapatan jenis
yang lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin tinggi dapat menurunkan
bulk density tanah maka persentase ruang pori pori semakin kasar dan kapasitas
mengikat air semakin tinggi.
Ruang pori tanah ialah bagian yang diduduki udara dan air. Jumlah ruang
pori sebagian ditentukan oleh susunan butir-butir padat, apabila letak keduannya
cenderung erat, seperti pada pasir atau subsoil yang padat, total porositasnya
rendah.Sedangkan tersusun dalam agregat yang bergumpal seperti yang kerap kali
terjadi pada tanah-tanah yang bertekstur sedang yang besar kandungan bahan
organiknya, ruang pori persatuan volume akan tinggi. Tanah bertekstur halus akan
mempunyai persentase pori total lebih tinggi dari pada bertekstur kasar, walaupun
ukuran pori dari tanah bertekstur halus kebanyakan sangat kecil dan porositas
sama sekali tidak menunjukkan distribusi ukuran pori dalam tanah yang
merupakan suatu sifat yang penting.
c. Warna Tanah
Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab
perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan
kandungan bahan organik.
Warna merupakan salah satu sifat fisik tanah yang lebih banyak digunakan
untuk pendeskripsian karakter tanah, karena tidak mempunyai efek langsung
terhadap tetanaman tetapi secara tidak langsung berpengaruh lewat dampaknya
terhadap temperatur dan kelembaban tanah. Warna tanah dapat meliputi putih,
merah, coklat, kelabu, kuning dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau
kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tidak murni, tetapi
campuran kelabu, coklat dan bercak (rust), kerapkali 2-3 warna terjadi dalam
bentuk spot-spot, disebut karatan.
Sifat tanah yang berkaitan dengan warna tanah kandungan bahan organik,
kondisi drainase dan serasi. Warna tanah digunakan dalam menentukan klasifikasi
tanah dan mencirikan perbedaan horizon-horizon tanah, atas dasar warnanya yang
muncul sebagai akibat gaya-gaya aktif dalam proses pembentukan tanah. Warna
tanah juga sangat dipengaruhi oleh kadar lengas di dalamnya. Tanah yang kering,
warnanya lebih muda dibandingkan dengan tanah yang basah, hal ini karena
bahan koloid yang kehilangan air. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna
tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik
umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya
senyawa Fe dalam tanah. Di daerah berdrainase buruk, yaitu di daerah yang selalu
tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam
kondisi reduksi (Fe2+).
Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam
air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3
(hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3. 3H2O (limonit) yang berwarna
kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-
kadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat
pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara
dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis
mineral dapat menyebabkan warna lebih terang.
d. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-
fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas,
permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada
daerah geografis tertentu. Ada 12 kelas tekstur tanah menurut USDA antara lain:
1) Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk
bola dan gulungan.
2) Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola
tetapi mudah sekali hancur.
3) Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi
mudah hancur.
4) Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola
agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
5) Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilat.
6) Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
7) Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
8) Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat
dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
9) Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola
teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
10) Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola
teguh, dan mudah dibuat gulungan.
11) Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh,
dan mudah dibuat gulungan.
12) Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik,
dan mudah dibuat gulungan.
1) tekstur pasir (sand) yaitu tanah mengandung pasir, presentasinya > 70%,
2) lempung (loam) yaitu bila tidak ada kandungan pasir dan liat, dan
e. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama lain.
Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Apabila syarat agregat tanah
terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar disebut ped, sedangkan
ikatan yang merupakan gumpalan tanah yang sudah terbentuk akibat penggarapan
tanah disebut clod. Untuk mendapatkan struktur tanah yang baik dan valid harus
dengan melakukan kegiatan di lapangan, sedang laboratorium relatif sukar
terutama dalam mempertahankan keasliannya dari bentuk agregatnya.
f. Konsistensi Tanah
Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak
dapat saling bersinggungan dengan rapat.
Karbon merupakan bahan organik yang utama yaitu berkisar 47%, karbon
diserap tanaman berasal dari CO2 udara, kemudian bahan organik
didekomposisikan kembali dan membebaskan sejumlah karbon. Sejumlah CO2
bereaksi dalam bentuk asam Carbonat Ca, Mg, K atau Bikarbonat. Pengaruh
pemberian bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan
aktivitas mikroorganisme, sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan
bahan organik juga meningkat, dengan demikian unsur hara yang terdapat di
dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Tersedianya bahan organik dalam
tanah mempengaruhi populasi dan jenis mikroflora (bakteri, jamur dan
aktinomycetes) di dalam tanah.
b. Unsur Hara N
Nitrogen merupakan unsur hara makro utama yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3-
atau NH4+ dari tanah. Dalam tanah kadar Nitrogen sangat bervariasi, tergantung
pada Universitas Sumatera Utara ii pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut.
Tanaman dilahan kering umumnya menyerrap ion nitrat NO3- relatif lebih besar
jika dibandingkan dengan ion NH4+. Ketersediaan Nitrogen dalam tanah akan
meningkatkan produksi tanaman, kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering
menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa dan pati. Hasil asimilasi CO2 diubah
menjadi karbohidrat dan karbohidrat ini akan disimpan dalam jaringan tanaman
apabila tanaman kekurangan unsur Nitrogen. Untuk pertumbuhan yang optimum
selama fase vegetatif. Pembentukan senyawa organik tergantung pada imbangan
ion-ion lain, termasuk Mg untuk pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sitesis
asam nukleat.
c. Unsur Hara P
Fosfor merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah
yang besar (hara makro). Jumlah Fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan
dengan nitrogen dan kalium. Tanaman menyerap Fosfor dalam bentuk anion
(H2PO4) dan (HPO42-). Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk anorganik
cepat berubah menjadi senyawa Fosfat organik. Fosfor ini mudah bergerak antar
jaringan tanaman dan kadar optimal Fosfor dalam tumbuhan vegetatif dalam 0,3%
- 0,5% dari berat kering tanaman.
Diantara tiga unsur hara penting (N, P dan K) pemberian unsur hara P sering
menunjukkan pengaruh yang nyata pada tanaman. Kekahatan Fosfat merupakan
salah satu masalah kesuburan tanah paling penting di daerah tropik. Fosfor sangat
penting dalam pembentukan bunga, buah maupun biji, pembagian sel,
pembentukan lemak serta albumin, kematangan tanaman, Universitas Sumatera
Utara ii perkembangan akar, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah,
meningkatkan kualitas tanaman serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan
penyakit.
d. Unsur Hara K
Unsur hara K merupakan unsur hara makro ketiga setelah N dan P yang
paling banyak diserap tanaman, seperti tanaman tembakau, padi, jagung, apel,
jeruk dan tomat, umbi lobak dan kentang. Ketersediaan K dalam tanah dapat
membentuk dan memperkuat karbohidrat, sebagai katalisator dalam pembentukan
protein, mengatur berbagai kegiatan unsur mineral, menetralkan reaksi dalam sel
terutama dari asam organik, menaikkan pertumbuhan jaringan meristem,
memperkuat tegaknya batang, membantu pembentukan biji tanaman menjadi
lebih berisi dan padat, menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit.
e. Rasio C/N
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir
halus yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar
muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah,maupun di kanan kiri aliran sungai
besar. Tanah ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung
unsur-unsur zat hara. Ciri-cirinya berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit
lepas-lepas dan peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi
tergantung bagian induk dan iklim. Di Indonesia tanah alluvial ini merupakan
tanah yang baik dan dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan palawija)
musiman hingga tahunan.
Gerakan geologi air di permukaan tanah yang sumber airnya berasal dari
lapisan atmosfer atau hujan atau mata air, akan mengalir ketempat yang lebih
rendah. Dalam perjalanan, air menjalankan proses geologis. Air yang bergerak
dari dataran tinggi, yang semula sangat sedikit dan akan semakin banyak
berkumpul di daerah lereng dan lembah. Dan pada tempat datar arus akan
melemah dan akan terjadi proses pengendapan unsur-unsur. Bila bahan yang di
bawa hanyut air itu mengendap di dasar tebing sehingga terbentuk onggokan yang
berbaris-baris maka bahan itu disebut delluvium (collivium). Pergerakan air akan
melebar seolah merupakan lembaran yang tipis dan merata di permukaan tanah,
akan mencari celah-celah bukit dan berkumpul membentuk alur air yang kecil dan
beberapa alur tersebut berkumpul di bagian bawah akan membentuk parit-parit
sehingga akan membentuk jaringan dan membuat sungai kecil. Bila bahan ini
terangkut oleh gerakan air sampai ke saluran sungai dan diendapkan di sana,
disebut Alluvium.
Sifat dari tanah Alluvial ini kebanyakan diturunkan dari bahan-bahan yang
diangkut dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju air mendepositkan
Alluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar yang dekat aliran
air dan bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan banjir. Secara
mineralogy, jenis jenis tanah ini berkaitan dengan tanah yang bertindak sebagai
sumber Alluvium. Endapan-endapan alluvial baik yang diendapkan oleh sungai
maupun diendapkan oleh laut, pada umumnya mempunyai sususnan mineral
seperti daerah diatasnya tempat bahan-bahan bersangkutan diangkut dan
diendapkan.
a. Proses pembentukan tanah Alluvial sangat tergantung dari bahan induk asal
tanah dan topografi,
b. tingkat kesuburan tanah bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari
sedang hingga kasar, serta kandungan bahan organik dari rendah sampai tinggi
dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan
kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induknya.
c. Tanah Alluvial memiliki kadar pH yang sangat rendah yaitu kurang dari 4,
sehingga sangat sulit untuk dibudidayakan.
Tanah Alluvial atau Inceptisol ini yang masuk kategori bermasalah adalah
sulfaquepts, karena mengandung horizon sulfuric (cat clay) yang sangat
masam. Tahap perkembangan tanah Alluvial memperlihatkan awal perkembangan
yang biasanya lembab atau basa selama 90 hari berturut-turut. Umumnya
mempunyai lapisan kambik, karena tanah ini belum berkembang lebih lanjut dan
juga kebanyakan tanah ini cukup subur. Alluvial atau Inceptisol merupakan tanah-
tanah yang memiliki epipedon dan okrik, horizon albik.
Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan Alluvial adalah bahwa sebagian
bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya.
a. Tekstur bahan yang diendapkan pada tempat dan waktu yang sama akan lebih
seragam. Makin jauh dari sumbernya semakin halus butir yang diangkut.
c. Dan disamping itu juga, bahan organik merupakan sumber energi dari
sebagian besar organism tanah, dalam memainkan peranannya bahan organik
sangat dibutuhkan oleh sumber dan susunanya.
Tanah Alluvial mengalami proses pencucian selama bertahun-tahun.
Tanah ini ditandai dengan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi.
Vegetasi kebanyakan lumut yang tumbuh rendah. Tumbuhan tumbuh dengan
lambat, tetapi suatu lahan yang rendah menghambat dekomposisi bahan organik
sehingga menghasilkan tanah yang mengandung bahan organik dan KTK yang
tinggi. Tanah Alluvial berwarna kelabu muda dengan sifat fisik jika kering akan
keras dan pijal dan lekat jika basah. Kaya akan kandungan fosfot yang mudah
larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga
berstruktur pejal yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen
berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan bahan asalnya.
Kadar fosfor yang ada dalam tanah Alluvial ditentukan oleh banyak atau
sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya.
Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal, yaitu peredaran fosfor di dalam
tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor. Tingkat kesuburan
tanah alluvial sangat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu
kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relative
rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di
dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral.
Persebaran jenis tanah alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang
memiliki sungai-sungai besar seperti di pulau Jawa, Sumatra, Halmahera,
Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan (Sungai
Bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai Glagah).
Sifat kimia dan fisika tanah gambut merupakan sifat-sifat tanah gambut
yang penting diperhatikan dalam pengelolaan lahan gambut. Sifat kimia seperti
pH, kadar abu, kadar N, P, K, kejenuhan basa (KB), dan hara mikro merupakan
informasi yang perlu diperhatikan dalam pemupukan di tanah gambut.
Sifat fisika gambut yang spesifik yaitu berat isi (bulk density) yang
rendah berimplikasi terhadap daya menahan beban tanaman yang rendah.
Selain itu agar tanah gambut dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang
lama,maka laju subsiden (penurunan permukaan tanah) dan sifat mengering
tidak balik (irreversible drying) perlu dikendalikan agar gambut tidakcepat habis.
a. Kemasaman tanah
b. Asam-asam fenolat
Nilai kapasitas tukar kation tanah gambut umumnya sangat tinggi (90-
200 cmol(+)kg-1. Hal ini disebabkan oleh muatan negatif bergantung pH yang
sebagian besar dari gugus karboksil dan gugus hidroksil dari fenol. Menurut
Andriesse (1974) dan Driessen (1978), kapasitas tukar kation tanah gambut
ombrogen di Indonesia sebagian besar ditentukan oleh fraksi lignin dan senyawa
humat. Tanah gambut di Indonesia, terutama tanah gambut ombrogen mempunyai
komposisi vegetasi penyusun gambut didominasi dari bahan kayu-kayuan. Bahan
kayu-kayuan umumnya banyak mengandung senyawa lignin yang dalam proses
degradasinya akan menghasilkan asam-asam fenolat.
e. Status hara
Secara alami status hara tanah gambut tergolong rendah, baik hara
makro maupun mikro. Kandungan unsur hara gambut sangat ditentukan oleh
lingkungan pembentukannya. Gambut yang terbentuk dekat pantai pada
umumnya gambut topogen yang lebih subur, dibandingkan gambut pedalaman
yang umumnya tergolong ombrogen. Tingkat kesuburan tanah gambut
tergantung pada beberapa faktor: (a) ketebalan lapisan tanah gambut dan
tingkat dekomposisi; (b) komposisi tanaman penyusunan gambut;dan (c) tanah
mineral yang berada dibawah lapisan tanah gambut (Andriesse, 1974). Polak
(1949) menggolongkan gambut kedalam tiga tingkat kesuburan yang
didasarkan pada kandungan P2O5, CaO, K2O, dan kadar abunya, yaitu: (1)
gambut eutrofik dengan tingkat kesuburan yang tinggi; (2) gambut mesotrofik
dengan tingkat kesuburan yang sedang; dan (3) gambut oligotrofik dengan
tingkat kesuburan yang rendah.
1) Nitrogen
2) Fosfor
Unsur fosfor (P) pada tanah gambut sebagian besar dijumpai dalam
bentuk P-organik, yang selanjutnya akan mengalami proses mineralisasi
menjadi P-anorganik oleh jasad mikro. Sebagian besar senyawa P-organik
berada dalam bentuk ester ortofosfat, sebagian lagi dalam bentuk mono dan
diester. Ester yang telah diidentifikasi terdiri atas inositol fosfat, fosfolipid, asam
nukleat, nukleotida, dan gula fosfat. Ketiga senyawa pertama bersifat dominan.
Fraksi P-organik diperkirakan mengandung 2,0% P sebagai asam
nukleat, 1,0% sebagai fosfolipid, 35% inositol fosfat, dan sisanya belum
teridentifikasi. Di dalam tanah, pelepasan inositol fosfat sangat lambat
dibandingkan ester lainnya, sehingga senyawa ini banyak terakumulasi, dan
kadarnya didalam tanah menempati lebih dari setengah P-organik atau kira-kira
seperempat total P tanah. Senyawa inositol heksafosfat dapat bereaksi dengan
Fe atau Al membentuk garam yang sukar larut, demikian juga terhadap Ca.
Dalam keadaan demikian, garam ini sukar didegradasi oleh mikroorganisme.
Penelitian pada tanah Histosol yang tidak diusahakan, dan didrainase,
yang mengandung bahan mineral yang tinggi termasuk besi feri (Fe3+) dan Ca
yang tinggi, akan menurunkan mobilitas dan degradasi fosfat. Dari total P fraksi
terbesar yaitu fraksi P-organik tidak labil dan yang resisten. Asam fulvat
berasosiasi dengan P sebesar 12% dari total P. Fosfat residu berturut-turut
sebesar 13; 29; dan 8% dari total P tanah pada Histosol yang diusahakan, tidak
diusahakan, dan yang digenangi.
3) Unsur mikro
Tanah gambut juga mengandung unsur mikro yang sangat rendah dan
diikat cukup kuat (khelat) oleh bahan organik sehingga tidak tersedia bagi
tanaman. Selain itu adanya kondisi reduksi yang kuat menyebabkan unsur
mikro direduksi ke bentuk yang tidak dapat diserap tanaman. Unsur mikro juga
diikat kuat oleh ligan organik membentuk khelat sehingga mengakibatkan unsur
mikro menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Gejala defisiensi unsur mikro sering
tampak jelas pada gambut ombrogen seperti tanaman padi dan kacang tanah
yang steril. Menurut Driessen (1978) kandungan unsur mikro tanah gambut
pada lapisan bawah umumnya lebih rendah dibandingkan lapisan atas. Namun
dapat juga kandungan unsur mikro pada lapisan bawah dapat lebih tinggi
apabila terjadi pencampuran dengan bahan tanah mineral yang ada di lapisan
bawah gambut tersebut. Tanah gambut mengerap Cu cukup kuat, sehingga
hara Cu tidak tersedia bagi tanaman, menyebabkan gejala gabah hampa pada
tanaman padi. Kandungan unsur mikro pada tanah gambut dapat ditingkatkan
dengan menambahkan tanah mineral atau menambahkan pupuk mikro.