You are on page 1of 37

PUSKESMAS GEKBRONG

Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PENIMBANGAN
BB DENGAN DACIN

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
DASAR HUKUM 3 Keputusan Menkes No 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Penggunaan Standar Antropometri WHO 2005
4 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu
1.
Menimbang adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan
berat badan seseorang menggunakan alat tertentu
PENGERTIAN
2. Dacin adalah timbangan yang digunakan untuk menimbang
berat badan balita dengan kapasitas 25 kg dilengkapi dengan
satuan ons

TUJUAN Mengetahui pertumbuhan balita 0-59 bulan

SASARAN Anak balita 0-59 bulan

Semua balita 0-59 bulan harus ditimbang setiap bulan di posyandu


KEBIJAKAN yang dilaksanakan oleh kader dan atau petugas kesehatan dengan
menggunakan dacin 25 kg
1. Pastikan bahwa tempat untuk menggantung dacin kokoh/kuat
dan aman
2. Pasang dacin di tempat yang kuat/kokoh
3. Sejajarkan dacin dengan mata penimbang
4. Letakkan bandul geser pada angka nol, batang dacin dikaitkan
pada tali pengaman
5. Pasang sarung timbang yang kosong pada dacin
6. Seimbangkan batang dacin dengan kantung penyeimbang
(berisi pasir/kerikil) hingga jarum atas dan bawah dalam posisi
sejajar
7. Sebelum ditimbang, pastikan sepatu, diaper dan hiasan rambut
anak sudah dilepas (pakaian anak minimal)
8. Anak ditimbang, geser bandul sampai jarum timbang tegak
lurus. Untuk mempercepat proses penimbangan, berat badan
bulan lalu anak bisa ditanyakan

9. Catat hasil penimbangan, kembalikan bandul geser ke angka


nol. Kaitkan batang dacin pada tali pengaman, kemudian anak
diturunkan.
1. Posyandu
2. Kader
UNIT TERKAIT 3. Bidan Desa
4. Tokoh masyarakat
5. Aparat/pamong desa
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
2. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak; Kerjasama
Depkes RI dengan WHO
REFERENSI
3. Buku Pedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI
4. Buku Juknis Antropometri, Kemenkes 2010
5. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PEMANTAUAN
GARAM BERYODIUM

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
3 Kepmenkes RI No 145/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman
DASAR HUKUM Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
4 Kepmenkes RI No 747/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman
Operasional Keluarga Sadar Gizi di desa SIAGA
5 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu

Proses kegiatan pemantauan garam beryodium yang dikonsumsi


PENGERTIAN Masyarakat dengan menggunakan iodina test dilakukan secara
berkala

Memperoleh gambaran secara berkala tentang cakupan konsumsi


TUJUAN
garam yodium yang memenuhi syarat di masyarakat

SASARAN SD/MI terpilih

Semua merk garam yang beredar dan dikonsumsi dimasyarakat


KEBIJAKAN
harus dipantau kadar yodium nya

1 Persiapan
1. Menentukan sampel
2. Menyusun Jadwal Pelaksanaan
3. Koordinasi dengan pihak sekolah
4. Menyiapkan format
5. Menyiapkan alat (Iodina test)
PROSEDUR
2 Pelaksanaan
1. Semua siswa kelas 4,5 dan 6 SD/MI di wajibkan membawa
garam yang dikonsumsi di rumah sebanyak 1 sendok teh
2. Garam yang di bawa di teteskan iodina test 2 tetes
3. Garam yang berwarna ungu (Beryodium)
4. Membuat pencatatan dan merekap hasil
5. Membuat laporan hasil kegiatan
6. Umpan balik hasil kegiatan pada pihak sekolah
7. Hasil kegiatan dilaporkan ke dinas kesehatan secara berkala
1. Bidan Desa
UNIT TERKAIT 2. Petugas UKS
3. Guru Kelas SD/MI
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
REFERENSI
2. Buku Pedoman Pemantauan Garam Yodium Tingkat Rumah
Tangga, Depkes RI, 2007
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PELAKSANAAN
BULAN PENIMBANGAN
BALITA (BPB)

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM
DASAR HUKUM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
3 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu

Bulan dimana dilakukan pengukuran antropometri (Penimbangan


PENGERTIAN BB dan pengukuran Panjang Badan/Tinggi Badan terhadap seluruh
balita yang ada di wilayah kerja
1. Memperoleh gambaran data status gizi seluruh balita di wilayah
kerja secara berkala
TUJUAN 2. Memperoleh data balita gizi buruk berdasarkan nama dan
alamat (by name by address) kelompok umur, jenis kelamin
dan status ekonomi
Seluruh Balita (0-59 Bl) di wilayah kerja Puskesmas
SASARAN
Warungkondang
Semua balita harus di timbang dan di ukur panjang badan/tinggi
KEBIJAKAN
badan
1 Persiapan
1. Sosialisasi Lintas Program dan Lintas Sektoral
2. Menyiapkan Form Pencatatan dan Pelaporan BPB
3. Menginventarisir sarana dan prasarana di posyandu
(dacin,alat ukur TB/PB)
4. Menyiapkan standar baku

2 Pelaksanaan
PROSEDUR 1. Melaksanakan, memantau dan membina pelaksanaan
penimbangan BB dan pengukuran panjang badan/tinggi
badan pada hari buka posyandu
2. Menentukan umur dan status gizi balita sesuai standar
baku WHO-NCHS
3. Merekap dan mengolah data hasil penimbangan dan
pengukuran panjang badan/tinggi badan
4. Membuat laporan hasil kegiatan
5. Rencana tindak lanjut
1. Bidan Desa
UNIT TERKAIT
2. Kader Posyandu
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
2. Buku Pedoman Pemantauan Status Gizi, Depkes RI, 2007
REFERENSI
3. Buku baku standar WHO-NCHS
4. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
TATA LAKSANA
GIZI BURUK

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Kepmenkes RI No 145/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman
Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
DASAR HUKUM 3 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
4 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu
Prosedur atau mekanisme pelayanan gizi yang dilakukan untuk
PENGERTIAN mendukung perbaikan status gizi balita gizi buruk ditingkat rumah
tangga

TUJUAN 1. Meningkatkan status balita gizi buruk

SASARAN Balita Gizi Buruk (0-59 Bl)

Semua balita gizi buruk yang dilaporkan dapat Pelayanan sesuai


KEBIJAKAN
tatalaksana Balita Gizi Buruk
1 Persiapan
1. Menyiapkan Alat antropometri
2. Menyiapkan Formulir tatalaksana balita gizi buruk

2 Pelaksanaan
1. Anamnesa awal (Adanya syok/renjatan, Letargis, diare atau
dehidrasi
2. Melakukan pemeriksaan fisik klinis (gangguan sirkulasi/syok,
gangguan dehidrasi, gangguan kesadaran, hipoglikemi,
hipotermi) dan Antropometri (Menimbang BB dan mengukur
PROSEDUR PB dan TB)
3. Melakukan anamnesa lanjutan (Kapan terjadinya gizi buruk,
riwayat makan, riwayat imunisasi dan pemberian vit A, riwayat
penyakit penyerta, riwayat tumbang, status ekonomi
keluarga)
4. Menghitung kebutuhan gizi berdasarkan hasil anamnesa
5. Menyusun paket intervensi bagi balita gizi buruk sesuia
dengan keadaan balita gizi buruk
6. Pemberian paket intervensi
7. Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang pemberian
paket intervensi
8. Melakukan tindak lanjut pasca pemberian paket intervensi
(pasca perawatan)
9. Konseling Gizi Buruk
10. Evaluasi kenaikan BB dan perubahan keadaaan umum balita
gizi buruk setiap 10 hari sekali
1. Bidan Desa
2. Petugas SE
UNIT TERKAIT
3. Dokter Puskesmas
4. Kader Posyandu
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
2. Buku Pedoman Penanganan dan Pelacakan Kasus Balita Gizi
REFERENSI Buruk, Depkes RI, 2009
3. Pedoman Tata Laksana Gizi Buruk, Depkes RI 2007
4. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PELACAKAN
KASUS GIZI BURUK

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Kepmenkes RI No 224/Menkes/SK/II/2007 tentang spesifikasi
teknis MP-ASI
3 Kepmenkes RI No 145/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman
DASAR HUKUM Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
4 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
5 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu
Rangkaian Kegiatan penyelidikan atau investigasi terhadap faktor
PENGERTIAN resiko terjadinya gizi buruk dan penemuan kasus balita gizi buruk
lainnya di suatu wilayah kerja
1. Ditemukan kasus baru balita gizi buruk untuk dapat ditangani
secara cepat, tepat dan konferhensif
2.
Teridentifikasinya faktor resiko gizi buruk disuatu wilayah sebagai
TUJUAN bahan informasi bagi sektor terkait dalam penentuan intervensi

3. Ditetapkan rencana pencegahan dan penggulangan gizi buruk


secara konferhensif

SASARAN Balita Gizi Buruk yang dilaporkan

Semua balita gizi buruk yang dilaporkan dapat teridentifikasi dan


KEBIJAKAN
terlaporkan serta mendapat pelayanan
1 Persiapan
1. Mempelajari laporan balita gizi buruk
2. Menyiapkan alat (alat antropometri)
3. Menyiapkan Instrumen Pelacakan (Form Pelacakan Gizi
PROSEDUR
Buruk)
4. Berkoordinasi dengan Petugas Surveilans dan dokter
puskesmas untuk melaksanakan pelacakan
2 Pelaksanaan
1. Klarifikasi laporan balita gizi buruk
2. Konfirmasi status gizi
3. Bersama dengan Petugas surveilans dan dokter Puskesmas
melakukan penyelidikan kasus gizi buruk sesuai dengan form
pelacakan kasus gizi buruk (Menimbang BB, Mengukur TB,
dan memeriksa balita Gizi Buruk)
4. Pencatatan dan pelaporan kasus Balita Gizi Buruk
5. Membuat rencana Tindak Lanjut
1. Bidan Desa
2. Petugas SE
UNIT TERKAIT
3. Dokter Puskesmas
4. Kader Posyandu
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
2. Buku Pedoman Penanganan dan Pelacakan Kasus Balita Gizi
REFERENSI Buruk, Depkes RI, 2009
3. Pedoman Tata Laksana Gizi Buruk, Depkes RI 2007
4. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
STANDAR OPERASIONAL GEKBRONG
PROSEDUR
PEMBERIAN
MAKANAN TAMBAHAN
PEMULIHAN
(PMT-P)
dr. CECEP WILLY BUDIMAN
NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Kepmenkes RI No 224/Menkes/SK/II/2007 tentang spesifikasi
teknis MP-ASI
3 Kepmenkes RI No 145/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman
DASAR HUKUM Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan
4 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
5 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan selama 90 hari untuk bayi
PENGERTIAN
dan balita gizi buruk dan gizi kurang

Untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi


TUJUAN
kurang sekaligus mempertahankan status gizi baik

Bayi Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang menurut BB/TB di wilayah
SASARAN
kerja Puskesmas Warungkondang
Semua bayi balita yang berstatus gizi buruk/kurang mendapatkan
KEBIJAKAN
PMT-P dan perawatan di wilayah kerja Puskesmas Warungkondang
1 Persiapan
1. Menyiapkan data jumlah sasaran
2. Validasi data gizi buruk BB/TB
3. Mengajukan kebutuhan PMT-P
4. Membuat rencana Pemberian PMT-P
5. Membuat menu dan bentuk makanan yang akan diberikan
2 Pelaksanaan
PROSEDUR 1. Bekerjasama dengan Bidan Desa Menunjuk Kader
Pendamping PMT-P
2. Bidan Desa dan kader pendamping memberikan PMT-P
kepada sasaran sesuai dengan data sasaran
3. Kader pendamping mencatat konsumsi PMT-P yang
dikonsumsi sasaran pada Form R1/PMT-P/2014
4. Kader pendamping mencatat hasil penimbangan BB sasaran
setiap satu bulan sekali pada Form Perkembangan BB
selama 3 bulan
5. Kader pendamping melaporkan hasil kegiatan pencatatan
R1/PMT-P/2014 dan perkembangan berat badan kepada
bidan desa setiap satu bulan sekali selama 3 bulan
6. Bidan desa merekap hasil laporan dari kader pendamping dan
melaporkan kepada petugas gizi
7. Petugas Pelaksana Gizi Puskesmas Merekap Hasil
Pemberian PMT-P dari bidan desa
8. Petugas Pelaksana Gizi Puskesmas Melaporkan hasil
distribusi dan pemberian PMT-P setelah 3 bulan dan
mengevaluasi perkembangan BB sasaran kepada Dinas
Kabupaten
1. Bidan Desa
UNIT TERKAIT
2. Kader Posyandu
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
2. Buku Panduan Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan
REFERENSI MP-ASI, Depkes, RI 2005
3. Pedoman Tata Laksana Gizi Buruk, Depkes RI 2007
4. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
STANDAR
OPERASI
ONAL
PROSED
UR

PEMBERI
AN
MAKANA
N
TAMBAH
AN
PEMULIH
AN

(PMT-P)
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
STANDAR OPERASIONAL
GEKBRONG
PROSEDUR
PROSEDUR
MENGUKUR PANJANG
BADAN ATAU TINGGI BADAN
BAYI DAN BALITA
dr. CECEP WILLY BUDIMAN
NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
DASAR HUKUM 3 Keputusan Menkes No 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Penggunaan Standar Antropometri WHO 2005
4 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu
Mengukur Tinggi Badan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan tinggi badan anak menggunakan microtoise.
PENGERTIAN Mengukur Panjang Badan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan panjang badan anak menggunakan alat ukur panjang
badan.

TUJUAN Mengetahui pertumbuhan dan status gizi balita 0-59 bulan

SASARAN Anak Balita 0-59 bulan

Semua balita 0-59 bulan harus diukur tinggi badan dan panjang
badan minimal satu kali dalam setahun di posyandu pada bulan
KEBIJAKAN Agustus yang dilaksanakan oleh kader dan atau petugas kesehatan
dengan menggunakan alat ukur panjang badan untuk anak usia 0-24
bulan dan tinggi badan (microtoise) untuk anak usia 25-59 bulan.
1 Pengukuran dengan alat ukur panjang badan
1. Siapkan alat ukur panjang badan pada tempat yang datar
untuk membaringkan anak
2. Jelaskan secara singkat tujuan pengukuran pada orang tua
3. Sebelum diukur, pastikan sepatu, kaos kaki dan hiasan pada
rambut anak sudah dilepas
4. Letakan anak berbaring terlentang pada atau disamping alat
tersebut
PROSEDUR
5. Tempelkan kepala anak pada bagian yang tetap
6. Pastikan posisi pengukur disebelah kanan bayi
7. Pastikan orang tua memegang kepala anak
8. Tekan lutut bayi dengan tangan kiri dan dengan
menggunakan tangan kanan geser batas kaki ke telapak kaki
bayi.
9. Baca angka di tepi luar pengukur
10. Catat hasil pengukuran panjang badan

11. Bila anak 0-24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukuran
ditambahkan toleransi sebesar 0,7 cm

2 Pelaksanaan dengan alat ukur tinggi badan (microtoise)


1. Jelaskan secara singkat tujuan pengukuran pada orang tua
2. Sebelum diukur, pastikan sepatu, kaos kaki dan hiasan pada
rambut anak sudah dilepas
3. Letakan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada
dinding yang rata dengan posisi tegak lurus
4. Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada
jendela kaca menunjukan angka nol.
5. Paku/tempelkan ujung pita meteran pada dinding
6. Geser kepala microtoise ke atas
7. Tarik meteran (microtoise) sampai menempel rapat pada
papan tempat menempelnya kepala dan pastikan meteran
menunjukkan angka nol dengan mengatur skrup skala yang
ada di bagian kaki balita
8. Geser kembali papan meteran pada tempatnya.
9. Posisikan anak berdiri tegak lurus di bawah di bawah
microtoise membelakangi dinding
10. Posisikan kepala anak berada dibawah alat geser microtoise,
pandangan lurus kedepan.
11. Posisikan anak tegak bebas, bagian belakang kepala,
punggung, pantat, betis dan tumit menempel ke dinding.
12. Untuk anak obesitas, posisi ini sulit dilakukan untuk itu cukup
tulang belakang dan pinggang dalam keadaan seimbang
(tidak membungkuk atau tengadah)
13. Posisikan kedua lutut dan tumit rapat
14. Pastikan posisi kepala sudah benar dengan mengecek garis
Frankfort
15. Pengukur utama memegang dagu dan kepala microtoise,
sedangkan asisten pengukur membantu menekan perut anak
(fiksasi) dan pergelangan kaki agar menempel pada dinding.
16. Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala anak.
Baca angka pada jendela baca dari arah depan, mata
17.
pembaca harus sejajar dengan garis merah.
Angka yang dibaca adalah yang berada di garis merah dari
18.
angka terkecil ke arah angka besar.
19. Catat hasil pengukuran tinggi badan
1. Posyandu
2. Kader Posyandu
UNIT TERKAIT 3. Bidan Desa
4. Tokoh masyarakat
5. Aparat/pamong desa
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
2. Modul Pelatihan Penilaian Pertumbuhan Anak; Kerjasama
Depkes RI dengan WHO
REFERENSI 3. Buku Juknis Antropometri, Kemenkes 2010
REFERENSI

4. Buku Pedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI


2007
5. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
STANDAR
OPERASI
ONAL
PROSED
UR

PROSED
UR
MENGUK
UR
PANJANG
BADAN
ATAU
TINGGI
BADAN
BAYI DAN
BALITA
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PEMANTAUAN
PERTUMBUHAN DI
POSYANDU

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Kepmenkes RI No 224/Menkes/SK/II/2007 tentang spesifikasi
teknis MP-ASI
DASAR HUKUM 3 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
4 Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu

Penilaian Pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan BB


PENGERTIAN setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status Pertumbuhan
berdasarkan hasil penimbangan BB

Mencegah memburuknya keadaan gizi sebagai upaya meningkatkan


TUJUAN
keadaan gizi dan mempertahankan keadaan gizi yang baik

SASARAN Balita (0-59 Bl) di wilayah kerja Puskesmas Warungkondang

Semua Balita (0-59 Bln) harus ditimbang berat badannya setiap bulan
KEBIJAKAN
di Posyandu
1 Persiapan
1. Bersama Lintas Program Membuat Jadwal Kegiatan
posyandu
2. Merencanakan dan mendistribusikan sarana posyandu
2 Pelaksanaan
1. Bersama Bidan Desa dan Petugas Promkes Melaksanakan
kegiatan Rakor Desa sesuai jadwal
PROSEDUR 2. Kader Posyandu menyebarluaskan informasi tentang jadwal
posyandu
3. Bersama Bidan Desa dan kader serta TIM melaksanakan
Pemantauan Pertumbuhan Balita di posyandu sesuai KMS
4. Memberikan penyuluhan di meja 4 sesuai dengan rujukan
kader posyandu
5. Menbuat Pencatatan dan Pelaporan (SKDNTOB)
6. Evaluasi Hasil Kegiatan Posyandu
1. Bidan Desa
2. PLKB Desa
UNIT TERKAIT
3. Petugas Promkes
UNIT TERKAIT

4. Kader Posyandu

1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)


Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
REFERENSI 2. Buku Pedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI
2007
3. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
STANDAR
OPERASI
ONAL
PROSED
UR

PEMANT
AUAN
PERTUM
BUHAN
DI
POSYAN
DU
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
KONSELING GIZI
DI PUSKESMAS

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
DASAR HUKUM 3 Keputusan Menkes No 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang
Penggunaan Standar Antropometri WHO 2005
4 Kepmenkes No 747/Menkes/SK/VI/2007 tentang Pedoman
Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga

Proses komunikasi 2 (dua) arah antara konselor dan klien untuk


membantu klien mengenali dan mengatasi masalah dan membuat
PENGERTIAN
keputusan yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang
dihadapinya

Membantu klien agar mau mengikuti saran konselor dalam


TUJUAN pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang mendukung
terwujudnya perubahan perilaku gizi secara positif

Balita dengan masalah gizi, ibu hamil dengan masalah gizi, ibu
SASARAN
nifas/menyusui

Semua sasaran yang mempunyai masalah gizi harus mendapatkan


KEBIJAKAN
konseling gizi agar terjadi perubahan perilaku yang positif
1. Menyiapkan ruangan
2. Menyiapkan jadwal
3. Menyiapkan media (Food model, lembar balik, poster, leaflet)
4. Menyiapkan sarana antropometri (Timbangan, Alat Ukur PB/TB)
5. Menyiapkan R/R
6. Registrasi Umum
PROSEDUR 7. Melakukan antropometri
8. Penentuan status gizi
9. Anamnesa Gizi (Kualitatif dan Kuantitatif)
10. Perencanaan diet
11. Pemberian konseling sesuai dengan masalah gizi klien
12. Evaluasi
13. Tindak lanjut
1. Dokter Puskesmas
UNIT TERKAIT 2. Perawat/ Petugas PHN
UNIT TERKAIT
3. Bidan Desa

1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)


Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
2. Buku Pedoman Pemantauan Pertumbuhan Balita, Depkes RI
3. Buku Juknis Antropometri, Kemenkes 2010
REFERENSI
4. Buku Pintar Konseling Kadarzi
5. Buku Penuntun Diet, RS Cipto Mangunkusumo, 2003
6. Buku Petunjuk Teknis Tatalaksana Balita Gizi Buruk
7. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
STANDAR
OPERASI
ONAL
PROSED
UR

KONSELI
NG GIZI
DI
PUSKES
MAS
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR DISTRIBUSI
MP-ASI BAYI (6-11 BL) &
BALITA (12-24 BL) GAKIN

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
DASAR HUKUM
3 Permenkes RI No. 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi
4 Pemendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu
1. Pemberian makanan bergizi disamping ASI kepada bayi usia 6-11
bl dalam bentuk tepung atau bubur susu dari keluarga miskin
PENGERTIAN
2. Pemberian makanan bergizi disamping ASI kepada bayi usia 12-
24 bl dalam bentuk padat atau biskuit dari keluarga miskin
Untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya gizi buruk dan gizi
TUJUAN kurang sekaligus mempertahankan status gizi baik pada bayi usia 6-
11 bl dan anak 12-24 bl dari keluarga miskin

SASARAN Bayi usia 6-11 bl dan anak usia 12-24 bl dari keluarga miskin

Semua bayi usia 6-11 bl dan anak 12-24 bl dari keluarga miskin yang
KEBIJAKAN berstatus gizi buruk/kurang dan BB 2T di wilayah kerja Puskesmas
Warungkondang
1 Persiapan
1. Menyiapkan data jumlah sasaran
2. Menyiapkan rencana kebutuhan
3. Mengajukan kebutuhan MP-ASI
(Bubur susu maupun biskuit)
4. Membuat rencana distribusi
2 Pelaksanaan
1. Bekerjasama dengan petugas pengelola obat
mendistribusikan MP-ASI ke bidan desa sesuai dengan
PROSEDUR
2. kebutuhan
Bidan desa dan kader pendamping memberikan MP-ASI
kepada sasaran sesuai dengan data sasaran
3. Kader pendamping mencatat dan konsumsi MP-ASI yang
dikonsumsi sasaran pada Form R1/PMT-P/2014
4. Kader pendamping mencatat hasil penimbangan BB sasaran
setiap satu bulan sekali pada Form Perkembangan BB
selama 3 bulan
5. Kader pendamping melaporkan hasil kegiatan pencatatan
R1/PMT-P/2014 dan perkembangan berat badan kepada
bidan desa setiap satu bulan sekali selama 3 bulan

6. Bidan desa merekap hasil laporan dari kader pendamping dan


melaporkan kepada Petugas Gizi Puskesmas
7. Petugas Pelaksana Gizi Puskesmas merekap Hasil
Pemberian MP-ASI dari bidan desa
8. Petugas Pelaksana Gizi Puskesmas melaporkan hasil
distribusi dan pemberian MP-ASI setelah 3 bulan dan
mengevaluasi perkembangan BB sasaran kepada Dinkes
Kabupaten

1. Petugas Pengelola Obat


UNIT TERKAIT 2. Bidan Desa
3. Kader Posyandu
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
REFERENSI Buku Panduan Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan
2.
MP-ASI
3. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
STANDAR
OPERASI
ONAL
PROSED
UR

DISTRIBU
SI MP-ASI
BAYI
(6-11
BL) DAN
BALITA
(12-24
BL)
GAKIN
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PEMBERIAN
KAPSUL VIT. A PADA IBU
NIFAS

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
DASAR HUKUM
3 Permenkes RI No. 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi
4 Pemendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu

Pemberian Kapsul Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) pada ibu nifas,
satu kapsul diminum setelah melahirkan dan satu kapsul diminum
PENGERTIAN
pada hari berikutnya paling lambat pada hari ke 42 hari setelah
melahirkan

Mencegah Kekurangan Vitamin A pada ibu nifas dan memberikan


TUJUAN
kekebalan kepada ibu nifas dan bayi yang dilahirkan

SASARAN Ibu Nifas yang ada di wilayah kerja Puskesmas Warungkondang

Semua Ibu NIfas di wilayah kerja Puskesmas Warungkondang


KEBIJAKAN
mendapatkan Kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali setelah melahirkan

1 Persiapan
1. Menyiapkan data jumlah sasaran
2. Mengecek ketersediaan Kapsul Vitamin A merah
3. Menghitung kebutuhan
4. Mengajukan kebutuhan Kapsul Vitamin A merah
5. Membuat rencana distribusi
2 Pelaksanaan
1. Bekerjasama dengan petugas pengelola obat
PROSEDUR mendistribusikan kapsul vitamin A ke bidan desa sesuai
dengan kebutuhan
2. Bidan desa memberikan Kapsul Vitamin A kepada ibu nifas 2
kapsul vitamin A, 1 setelah melahirkan dan 1 kapsul pada hari
berikutnya
3. Bidan desa mencatat dan melaporkan Hasil Kegiatan
Pemberian Kapsul Vitamin A untuk ibu nifas kepada Petugas
Gizi Puskesmas setiap akhir bulan
4. Petugas Pelaksana Gizi Puskesmas Merekap Hasil
Pemberian Kapsul Vitamin A untuk ibu nifas setiap bulan
5. Petugas Pelaksana Gizi Puskesmas Melaporkan hasil
distribusi dan pemberian Kapsul Vitamin A untuk ibu nifas
dengan stok/sisa ke dinas kesehatan setiap tanggal 5 bulan
berikutnya.

1. Petugas Pengelola Obat


UNIT TERKAIT 2. Bidan Desa
3. Kader Posyandu
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.

REFERENSI 2. Buku Pedoman Distribusi Kapsul Vitamin A


3. Buku Panduan Management Suplementasi Kapsul Vitamin A
4. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
STANDAR
OPERASI
ONAL
PROSED
UR

PEMBERI
AN
KAPSUL
VIT. A
PADA IBU
NIFAS
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PEMBERIAN TABLET
TAMBAH DARAH BAGI IBU
HAMIL

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
DASAR HUKUM
3 Permenkes RI No. 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi
4 Pemendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu

Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) pada Ibu Hamil 90 tablet selama
PENGERTIAN
masa kehamilan

TUJUAN Mencegah Anemia Gizi Besi pada ibu hamil

SASARAN Ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Warungkondang

Semua ibu hamil harus mendapatkan tablet tambah darah (Fe) 90


KEBIJAKAN
tablet selama kehamilan untuk mencegah anemia gizi besi
1 Persiapan
1. Menyiapkan data jumlah sasaran ibu hamil
2. Mengecek ketersediaan Tablet Tambah Darah (Fe)
3. Menghitung kebutuhan
4. Mengajukan kebutuhan tablet tambah darah (Fe)
5. Membuat rencana distribusi
2 Pelaksanaan
PROSEDUR
1. Bekerjasama dengan petugas pengelola obat mendistribusikan
tablet tambah darah ke bidan desa sesuai dengan kebutuhan
setiap bulan
2. Mencatat hasil distribusi tablet Fe bersama bidan desa setiap
bulan
3. Melaporkan hasil distribusi dan pemberian tablet Fe setiap
bulan berikut dengan stok/sisa ke dinas kesehatan setiap
tanggal 5 bulan berikutnya.
1. Petugas Pengelola Obat
UNIT TERKAIT
2. Bidan Desa
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.
REFERENSI
2. Buku Pedoman Distribusi Tablet Tambah Darah
3. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
STANDAR
OPERASI
ONAL
PROSED
UR

PEMBERI
AN
TABLET
TAMBAH
DARAH
BAGI IBU
HAMIL
PUSKESMAS GEKBRONG
Jl. Raya Cianjur-Sukabumi KM. 15 Gekbrong-Cianjur

HALAMAN
1/2
TANGGAL TERBIT DITETAPKAN OLEH
Friday, April 01, 2016 KEPALA BLUD PUSKESMAS
GEKBRONG
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR
PEMBERIAN
KAPSUL VIT. A PADA BAYI (6-
11 BL) DAN BALITA (12-59 BL)

dr. CECEP WILLY BUDIMAN


NIP. 19710915 200604 1 017
1 UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
2 Permenkes No. 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota
DASAR HUKUM 3 Permenkes RI No. 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi

4 Pemendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman


Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Posyandu
1. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Bayi (6-11 bl) / Biru
(100.000 IU) setiap bulan Februari dan Agustus
PENGERTIAN
2. Pemberian Kapsul Vitamin A pada Anak Balita (12-59 bl) / Merah
(200.000 IU) setiap bulan Februari dan Agustus
Mencegah Kekurangan Vitamin A pada bayi (6-11bl) dan anak balita
TUJUAN
(12-59 bl)
Bayi (6-11 bl) dan Anak Balita (12-59 bl) di wilayah kerja Puskesmas
SASARAN
Warungkondang

Semua Bayi (6-11 bl) dan Anak Balita (12-59 bl) di wilayah kerja
KEBIJAKAN Puskesmas Warungkondang mendapatkan Kapsul Vitamin A dosis
tinggi 2 kali dalam setahun
1 Persiapan
1. Menyiapkan data jumlah sasaran
2. Mengecek ketersediaan Kapsul Vitamin A biru dan merah
3. Menghitung kebutuhan
4. Mengajukan kebutuhan Kapsul Vitamin A biru dan merah
5. Membuat rencana distribusi
2 Pelaksanaan
1. Bekerjasama dengan petugas pengelola obat
PROSEDUR mendistribusikan kapsul vitamin A ke bidan desa sesuai
dengan kebutuhan pada bulan Februari dan Agustus
2. Bidan desa mendistribusikan Kapsul Vitamin A kepada kader
posyandu sesuai dengan kebutuhan pada bulan Februari dan
Agustus
3. Bersama Bidan Desa dan Kader Posyandu memberikan
Kapsul Vitamin A dosis tinggi pada hari buka posyandu pada
bulan Februari dan Agustus
4. Kader Posyandu Mencatat hasil pemberian Kapsul Vitamin A
sesuai dengan sasaran pada buku catatan
5. Bersama Bidan desa dan kader posyandu mensweeping
sasaran yang tidak hadir pada hari buka posyandu untuk
mendapatkan Kapsul Vitamin A setelah posyandu selesai
6. Kader posyandu membuat laporan hasil pemberian Kapsul
Vitamin A kepada Bidan Desa
7. Bidan desa merekap dan melaporkan Hasil Kegiatan
Pemberian Kapsul Vitamin A kepada Petugas Gizi
Puskesmas pada bulan Februari dan Agustus
8. Petugas Pelaksana Gizi Puskesmas Merekap Hasil
Pemberian Kapsul Vitamin A pada bulan Februari dan
Agustus
9. Petugas Pelaksana Gizi Puskesmas Melaporkan hasil
distribusi dan pemberian Kapsul Vitamin A dengan stok/sisa
ke dinas kesehatan setiap tanggal 5 bln Februari dan Agustus

1. Petugas Pengelola Obat


UNIT TERKAIT 2. Bidan Desa
3. Kader Posyandu
1. Buku Pedoman Kerja bagi Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Puskesmas; Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2010.

REFERENSI 2. Buku Pedoman Distribusi Kapsul Vitamin A


3. Buku Panduan Management Suplementasi Kapsul Vitamin A
4. Buku Pegangan Kader, Kemenkes 2012
STANDAR
OPERASI
ONAL
PROSED
UR

PEMBERI
AN
KAPSUL
VIT. A
PADA
BAYI (6-
11 BL)
DAN
BALITA
(12-59
BL)

You might also like