You are on page 1of 17

262

Pengembangan Inovasi Pertanian 4(4), 2011: 262-278 Agus Kardinan

PENGGUNAAN PESTISIDA NABATI SEBAGAI


KEARIFAN LOKAL DALAM PENGENDALIAN HAMA
TANAMAN MENUJU SISTEM PERTANIAN ORGANIK1)
Agus Kardinan
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
Telp. (0251) 8321879, Faks. (0251) 8327010
e-mail: balittro@litbang.deptan.go.id

Diajukan: 4 Agustus 2011; Disetujui: 25 Oktober 2011

ABSTRAK

Penggunaan biopestisida, khususnya pestisida nabati merupakan kearifan lokal bangsa Indonesia.
Pemanfaatan pestisida nabati mendapat perhatian penting seiring dengan munculnya dampak negatif
penggunaan pestisida sintetis terhadap kesehatan dan lingkungan. Permintaan akan pestisida nabati
meningkat seiring dengan berkembangnya pertanian organik maupun adanya larangan penggunaan
pestisida kimia sintetis. Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia setelah Brasil yang memiliki
kekayaan keanekaragaman hayati, termasuk tanaman bahan pestisida nabati. Beberapa formula pestisida
nabati yang terbukti manjur untuk mengendalikan OPT telah diproduksi dan sebagian diekspor ke
negara tetangga. Namun, pengembangan pestisida nabati menghadapi beberapa kendala, antara lain: (1)
daya kerjanya lambat sehingga petani lebih memilih pestisida sintetis yang cara kerjanya cepat terlihat;
(2) banyaknya pestisida sintetis yang beredar di pasaran sehingga petani mempunyai banyak pilihan
dan kemudahan untuk memperoleh pestisida dan tidak tertarik pada pestisida nabati; (3) sulitnya
memperoleh bahan baku dalam jumlah banyak karena masyarakat enggan mengembangkannya dan
hanya mengandalkan pada alam; dan (4) sulitnya proses pendaftaran dan perizinan karena umumnya
pestisida nabati dikembangkan oleh pengusaha kecil. Oleh karena itu, perlu menjadi pemikiran bersama
agar penggunaan pestisida nabati dapat berkembang sehingga selain mengurangi ketergantungan pada
pestisida sintetis serta menjaga lingkungan dan kesehatan, petani dapat memenuhi kebutuhan sendiri
akan pestisida dan Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pestisida di dalam negeri.

Kata kunci: Pestisida nabati, pengendalian hama, kearifan lokal, pertanian organik

ABSTRACT

The Use of Botanical Pesticide as a Local Wisdom in Pest Management Towards Organic
Agriculture

The use of biopesticide, especially botanical pesticide is a local wisdom or indigenous knowledge of
Indonesian people. Lately, botanical pesticide has special attention from the public due to the awareness
of the public to the harmfull and negative impacts of using synthetic chemical pesticide, both to the
environment and human health. The demand for eco-friendly pesticides such as botanical pesticide

1)
Naskah disarikan dari bahan Orasi Profesor Riset yang disampaikan pada tanggal 1 April 2009 di
Bogor.
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 263

increased lately, since the practice of organic farming in Indonesia as well as in the world is developed
well. In organic farming practice, the use of syhthetic chemical pesticide is prohibited, and botanical
pesticide is an alternative to substitute synthetic pesticides. Indonesia as a mega-biodiversity country
possesses abundant plants with pesticide properties. Some botanical pesticides have been formulated
and ready to use. However, there are some constraints in developing botanical pesticide in Indonesia,
i.e. (1) generally, botanical pesticide is not rapid in action, so that the farmers preferred to use
synthetic chemical pesticide which possesses knock down action; (2) abundance of synthetic chemical
pesticide in the market makes the farmers preferred to purchase it due to easy to obtain; (3) sometimes,
the raw material of botanical pesticide is difficult to obtain when it is needed in a big amount because
farmers are not willing to plant and cultivate them and just harvesting them from the surrounding
area; and (4) registration is difficult, since botanical pesticide is generally developed by small industries
with limited budget. Some efforts need to be done to develop botanical pesticide in Indonesia, so that
Indonesia will not be relied anymore to big countries that produce synthetic chemical pesticide, more
over the farmers or Indonesia can be pesticide self-sufficiency.

Keywords: Botanical pesticide, pest control, local wisdom, organic agriculture

PENDAHULUAN duktivitas. Hal ini sudah dirasakan, misal-


nya penambahan dosis pupuk pada tanam-
Kualitas produk pertanian antara lain an padi cenderung tidak meningkatkan
dapat ditingkatkan melalui cara bertani hasil, bahkan menurun. Pada tahun 1980,
yang baik (good agricultural practice - dengan dosis pupuk 268 kg/ha, hasil padi
GAP). Di beberapa negara, GAP juga 3,8 t/ha. Pada tahun 1990, hasil padi
diimplementasikan dalam bentuk pertanian mencapai 5,1 t/ha dengan dosis pupuk 403
organik. Secara sederhana, pertanian kg/ha. Namun pada tahun 1999, pemberian
organik didefinisikan sebagai kegiatan pupuk dengan dosis 417 kg/ha, hasil padi
bertani yang menggunakan asupan bahan turun menjadi 4,8 t/ha (Damardjati 2006).
alami, tanpa bahan kimia sintetis, khusus- Masalah utama yang sering dihadapi
nya pupuk dan pestisida serta benih hasil dalam kegiatan pertanian organik adalah
rekayasa genetik. Produk organik banyak adanya organisme pengganggu tanaman
diminati kalangan menengah ke atas, (OPT), terutama di daerah tropis karena
terutama di perkotaan dan di negara maju. kondisi iklim tropis akan sangat men-
Pertanian organik bukan saja bertujuan dukung perkembangan OPT. Oleh karena
untuk menghasilkan produk yang ber- itu, diperlukan pengendalian OPT yang
kualitas dan sehat, tetapi juga untuk mem- intensif, antara lain dengan menggunakan
perbaiki dan menghasilkan lingkungan pestisida. Penggunaan pestisida kimia
yang bersih, dengan mempertimbangan sintetis dilarang dalam sistem pertanian
faktor ekonomi dan sosial, termasuk ke- organik sehingga penggunaan pestisida
arifan lokal. Pada tahun 1980, tercatat 65% nabati menjadi sangat strategis. Dampak
lahan sawah di Indonesia mengandung negatif penggunaan pestisida sintetis
karbon organik di bawah 1,5% (kritis) dan meliputi polusi lingkungan (kontaminasi
pada 1999 meningkat menjadi 80%. Apabila tanah, air, dan udara), serangga hama
penggunaan pupuk organik tidak digalak- menjadi resisten, resurgen maupun toleran
kan maka lahan kritis akan makin meluas terhadap pestisida, serta dampak negatif
dan berakibat terhadap menurunnya pro- lainnya.
264 Agus Kardinan

DINAMIKA PENGGUNAAN sida, khususnya DDT. Dampak negatif


PESTISIDA pestisida tidak hanya terbatas pada daerah
tempat pestisida tersebut digunakan,
Pra-Revolusi Hijau namun meluas melalui rantai makanan yang
dikenal dengan istilah magnification effect
Sejak 1945, pertanian di Indonesia umum- atau efek bola salju; binatang kecil seperti
nya masih bersifat subsisten atau tradisi- plankton yang tercemar pestisida akan
onal, dengan asupan bahan kimia sintetis dikonsumsi oleh predator yang lebih besar
seperti pupuk dan pestisida minimal. dan seterusnya, yang akhirnya sampai ke
Namun, pertambahan jumlah penduduk hewan besar, termasuk manusia. Dari isu
menuntut penyediaan pangan yang makin tersebut, pada tahun 1969 penggunaan
meningkat. Oleh karena itu, dituntut sistem DDT dan sejenisnya dihentikan (Kardinan
bertani yang intensif sehingga dimulailah dan Iskandar 1999d; Kardinan 2000a).
usaha untuk meningkatkan produksi Setelah generasi pestisida DDT dan
pangan yang didukung oleh penggunaan sejenisnya dianggap mencemari ling-
pestisida untuk menekan kehilangan hasil kungan, muncul pestisida generasi baru
yang disebabkan oleh OPT. yang dianggap lebih ramah lingkungan,
Pestisida yang masuk ke Indonesia yaitu golongan organofosfat. Walaupun
saat itu adalah jenis organoklorin, yaitu masuk ke Indonesia pada awal 1970,
DDT, BHC, heptaklor, aldrin, dan dieldrin sebenarnya jenis pestisida ini sudah di-
(Gunandini 2006). Selama beberapa tahun perkenalkan di dunia sejak 1950, di
penggunaan pestisida tersebut cukup antaranya diklorfos, parathion, malathion,
sukses dan OPT dapat dikendalikan dimeton, schradan, dan TEPP. Pada saat
dengan baik. Namun, penggunaan satu ini diperkenalkan beberapa jenis pestisida
jenis pestisida secara terus-menerus atau baru, antara lain golongan karbamat, yaitu
lebih dari 10 tahun dapat menimbulkan karbaril dan propoxur. Sebenarnya jenis
resistensi pada hama sasaran (Brown ini telah diperkenalkan di dunia sejak 1960
1958). Hal ini terjadi pada DDT, yang me- dan baru saat itu masuk ke Indonesia
nyebakan beberapa jenis hama menjadi (Gunandini 2006).
resisten terhadap DDT. Pestisida golongan Kebutuhan pangan yang makin me-
organoklorin ini memiliki persistensi ningkat seiring dengan bertambahnya
yang cukup panjang di alam, dapat ber- jumlah penduduk mendorong pemerintah
tahan sampai puluhan tahun, sehingga terus berusaha meningkatkan produksi
mencemari lingkungan. pangan, khususnya beras, dengan ber-
bagai usaha, yang dikenal dengan era
Revolusi Hijau. Pada saat itu, subsidi
Era Revolusi Hijau pestisida mencapai 80% sehingga pesti-
sida murah dan mudah didapat, selain
Dengan berjalannya waktu dan ber- adanya dorongan pemerintah (political
kembangnya ilmu pengetahuan tentang will) dalam penggunaan pestisida untuk
pestisida dan dampak negatifnya terhadap meminimalkan kehilangan hasil oleh OPT.
lingkungan, Carson (1962) dalam buku- Petani menggunakan pestisida secara
nya yang berjudul Silent Spring telah berjadwal, 2-3 kali per minggu. Pestisida
membuka mata dunia akan bahaya pesti- merupakan garansi keberhasilan bertani
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 265

sehingga ketergantungan petani pada tersebut, pemerintah mengambil beberapa


pestisida sangat tinggi. kebijakan, antara lain mengeluarkan Inpres
Pada tahun 1985, Indonesia berhasil No. 3/1986 yang melarang penggunaan 57
berswasembada beras. Namun, keadaan ini formula insektisida, disusul kebijakan
tidak bertahan lama karena munculnya pada tahun 1989 yang mencabut subsidi
dampak negatif penggunaan pestisida pestisida sehingga pestisida menjadi
yang tidak terkendali, yaitu terjadinya mahal. Selain itu, pemerintah meluncurkan
pencemaran lingkungan yang mengakibat- peraturan tentang batas maksimum residu
kan terganggunya keseimbangan ekologi, (BMR) suatu pestisida pada suatu produk
residu pestisida pada tanah, air, dan (Ditjentanhorti 1997).
tanaman, resistensi dan resurgensi pada Pada era ini, diperkenalkan jenis pes-
hama sasaran, terbunuhnya musuh alami tisida yang dianggap lebih ramah ling-
dan serangga bukan sasaran, serta dampak kungan, yaitu piretroid, yang merupakan
negatif lainnya. Terjadinya resistensi pada sintetis dari piretrin yang dihasilkan oleh
suatu jenis hama akan meningkatkan dosis tanaman piretrum (Chrysanthemum
dan frekuensi insektisida yang digunakan cinerariaefolium) (Kardinan 1997d;
sehingga terjadi pemborosan dan pence- Kardinan et al. 1999b; Kardinan 2000c).
maran serius terhadap lingkungan. Per- Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kembangan resistensi lebih cepat terjadi piretrin dari bunga piretrum sangat efektif
pada insektisida tunggal dibandingkan mengendalikan beberapa jenis hama ta-
dengan insektisida ganda atau campuran namam (Kardinan 1995, 1996b, 1997b).
(Sutrisno 1987). Resurgensi mengakibat- Tren penggunaan pestisida di dunia
kan hama semakin meledak akibat peng- sudah mengarah ke pestisida alami
gunaan insektisida karena terstimulasi sehingga pemanfaatan tumbuhan sebagai
untuk memproduksi keturunan. Jumlah pestisida nabati pun mulai dilirik. Hal ini
telur meningkat, daur hidup lebih singkat ditunjang oleh hasil penelitian yang me-
sehingga populasi meningkat cepat. nunjukkan bahwa pestisida nabati cukup
Serangga dewasa dapat hidup lebih lama efektif dan ramah lingkungan (Kardinan et
dengan kemampuan makan yang me- al. 1994; Kardinan 1996a, 1998b). Pada saat
ningkat dan pesaing (limiting factor/ itu, banyak petani yang beralih ke kearifal
competitor) seperti musuh alami terbunuh lokal, dengan memanfaatkan tumbuhan
sehingga pertumbuhan populasi semakin sebagai pestisida, atau dikenal dengan
tinggi (Harnoto et al. 1983; Mochida 1986). pestisida nabati.

Pascaswasembada Beras Era Revolusi Hijau Lestari

Suatu penelitian pada tahun 1983 mendu- Beberapa pemberitaan, di antaranya in-
ga bahwa sekitar 1.000 orang meninggal ternet, menyebutkan bahwa delapan jenis
setiap tahun di negara-negara berkembang pestisida yang digunakan dalam budi daya
akibat keracunan pestisida dan sekitar 400 hortikultura ditengarai dapat menimbulkan
ribu orang mengalami penderitaan akut kanker (karsinogenik). Hampir 1,4 juta
(World Commission on Environment and kasus kanker di dunia disebabkan oleh
Development 1987). Menanggapi masalah pestisida. Efek terberat dialami anak-anak
266 Agus Kardinan

dengan risiko empat kali lipat dibanding POTENSI, PELUANG, DAN


orang dewasa. Pestisida dapat menim- KENDALA PEMANFAATAN
bulkan cacat lahir, kerusakan syaraf, dan PESTISIDA NABATI
mutasi genetik. Satu juta orang mengalami
keracunan pestisida setiap tahun. Hasil Potensi
penelitian menunjukkan bahwa residu
insektisida seperti organoklorin, hepta- Indonesia merupakan negara yang memi-
klor, endrin, dieldrin, dan endrin masih liki keanekaragaman hayati terluas kedua
ditemukan setelah 25 tahun aplikasi di dunia setelah Brasil. Tumbuhan meru-
(Ardiwinata dan Djazuli 1992). Hingga pakan gudang berbagai senyawa kimia
saat ini petani sayuran masih bergantung yang kaya akan kandungan bahan aktif,
pada pestisida kimia sintetis untuk antara lain produk metabolit sekunder
mengendalikan hama (Untung 2007). (secondary metabolic products), yang
Kasus residu pestisida pada beberapa fungsinya dalam proses metabolisme tum-
produk hortikultura dapat terlihat secara buhan kurang jelas. Kelompok senyawa ini
kasat mata, baik di lapangan maupun di berperan penting dalam proses berinter-
pasaran (Kardinan dan Wikardi 1994; aksi atau berkompetisi, termasuk melin-
Kardinan 2004). dungi diri dari gangguan pesaingnya
Penggunaan pestisida yang tidak ter- (Kardinan dan Wikardi 1995a). Produk
kendali di Indonesia tidak terlepas dari metabolit sekunder dapat dimanfaatkan
kebijakan politik dagang negara-negara sebagai bahan aktif pestisida nabati
maju. Hal ini dapat dipahami karena me- (Grainge dan Ahmed 1987; Kardinan dan
reka ingin memasarkan produknya yang Wikardi 1997a).
berupa bahan kimia. Pada tahun 1983, Pestisida nabati tidak hanya me-
volume pemakaian bahan kimia mencapai ngandung satu jenis bahan aktif (single
seperempat investasi langsung negara active ingredient), tetapi beberapa jenis
industri di negara berkembang dalam bahan aktif (multiple active ingredient).
produk manufaktur, di antaranya pesti- Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sida, yaitu Jepang (23%), Amerika Serikat beberapa jenis pestisida nabati cukup
(23%), Inggris (27%), dan Republik Federal efektif terhadap beberapa jenis hama, baik
Jerman (14%) (Sumantri 1988). hama di lapangan, rumah tangga (nyamuk
Di negara-negara industri, komunikasi dan lalat), maupun di gudang (Kardinan
mengenai bahan kimia, termasuk pestisida dan Iskandar 1999a, 1999c). Beberapa jenis
yang sudah tidak digunakan, berlangsung pestisida nabati efektif mengendalikan
dengan baik, namun tidak demikian halnya hama gudang (Kardinan dan Wikardi
di negara-negara berkembang seperti 1995b), seperti pestisida dari biji beng-
Indonesia. Hal ini berpeluang terjadinya kuang, akar tuba, abu serai dapur, kayu
pelemparan produk kimia, khususnya manis, dan brotowali (Kardinan 1997c;
pestisida yang sudah dilarang atau di- Kardinan dan Wikardi 1997b; Kardinan
batasi penggunaannya di negara industri dan Iskandar 1998). Tidak hanya terhadap
ke negara berkembang sehingga mengaki- hama serangga, pestisida nabati juga
batkan makin terjadinya kerusakan efektif terhadap keong mas (Kardinan
lingkungan. 1997e) dan sebagai rodentisida (Kardinan
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 267

1997a, 1998a, 2000b). Manfaat pestisida Pestisida nabati sudah banyak digu-
nabati juga dapat dirasakan di rumah nakan untuk pertanian di dalam dan luar
tangga, yaitu untuk mengendalikan rayap negeri, misalnya pestisida nabati mimba
(Kardinan dan Jasni 2001). (Azadirachta indica) yang diekspor ke
Taiwan dan Jepang, dan akhir-akhir ini
Thailand berminat pula. Hal ini tidak ter-
Peluang lepas dari kemanjuran pestisida tersebut
terhadap beberapa jenis hama tanaman
Kesejahteraan suatu bangsa yang makin (Kardinan 1999b, 1999c; Kardinan dan
baik akan meningkatkan kebutuhan, baik Iskandar 1999b).
kuantitas maupun kualitasnya. Salah satu Dari sekian jenis pestisida nabati,
kebutuhan dasar manusia adalah makanan minyak atsiri selasih (Ocimum spp.) dan
yang berkualitas, sehat, dan aman dikon- Melaleuca bracteata merupakan atraktan
sumsi, termasuk bebas dari cemaran bahan nabati pengendali hama lalat buah paling
kimia beracun seperti pestisida. Untuk diminati. Hal ini karena lalat buah meru-
menghasilkan pangan sehat dan aman pakan hama utama pada tanaman horti-
(toyiban food), antara lain dapat dilakukan kultura dan sampai saat ini masih sulit
melalui pengembangan pertanian organik, dan mahal pengendaliannya (Kardinan
yang melarang penggunaan pestisida kimia 2003). Apabila pestisida nabati ini di-
sintetis dan menggantinya dengan pesti- kembangkan, selain dapat mengendalikan
sida nabati dan cara-cara pengendalian lalat buah, petani juga mendapat peng-
alami lainnya. Hal ini merupakan peluang hasilan tambahan dari penjualan pestisida
bagi pengembangan pestisida nabati yang nabati.
ramah lingkungan dan aman bagi kese-
hatan.
Pestisida nabati tidak hanya dibutuh- Kendala
kan dalam bidang pertanian, tetapi telah
meluas ke rumah tangga, seperti untuk Pemanfaatan pestisida nabati dalam kegi-
mengendalikan nyamuk. Hal ini didukung atan bertani dianggap sebagai cara pe-
oleh hasil penelitian yang menyatakan ngendalian hama yang ramah lingkungan
bahwa pestisida nabati dapat digunakan sehingga diperkenankan penggunaan-
untuk mengendalikan hama pemukiman nya dalam pertanian organik. Namun,
(urban pest) (Kardinan 1999f, 2005a, pengembangan pestisida nabati di Indo-
2007b). Saat ini sudah dirintis proteksi nesia menghadapi beberapa kendala,
massal produksi antinyamuk demam ber- antara lain: (1) reaksinya relatif lambat
darah dengan bahan aktif dari tanaman dalam mengendalikan hama, berbeda
(pestisida nabati). Pestisida nabati juga dengan pestisida kimia sintetis yang
dapat digunakan sebagai bahan pembersih berlangsung relatif cepat sehingga petani
lantai, kaca, antiseptik, dan lainnya untuk lebih memilih pestisida kimia sintetis dalam
kebersihan rumah tangga, rumah sakit, pengendalian OPT; (2) membanjirnya
gedung perkantoran, dan lainnya melalui produk pestisida ke Indonesia, antara lain
kerja sama dengan PT Petrokimia Gresik dari China yang harganya relatif murah
yang mulai peduli dengan kesehatan ling- serta longgarnya peraturan pendaftaran
kungan. dan perizinan pestisida di Indonesia. Hal
268 Agus Kardinan

ini menyebabkan jumlah pestisida yang Untuk menuju sistem pertanian or-
beredar di pasaran semakin bervariasi, ganik, pestisida nabati merupakan alter-
hingga saat ini tercacat sekitar 3.000 jenis natif untuk mengurangi dampak negatif
pestisida yang beredar di Indonesia. pestisida sintetis. Uraian berikut menya-
Kondisi ini membuat petani mempunyai jikan satu contoh permasalahan dalam
banyak pilihan dalam menggunakan bidang hortikultura, yaitu serangan hama
pestisida kimia sintetis karena bersifat lalat buah.
instan sehingga menghambat pengem-
bangan penggunaan pestisida nabati; (3)
bahan baku pestisida nabati relatif terbatas Jenis Lalat Buah di
karena kurangnya dukungan pemerintah Indonesia
dan rendahnya kesadaran petani terhadap
penggunaan pestisida nabati sehingga Drew et al. (1978) menyatakan bahwa lalat
enggan menanam atau memperbanyak buah yang banyak terdapat di Indonesia
tanamannya; (4) peraturan perizinan pesti- adalah dari genus Bactrocera dan salah
sida nabati disamakan dengan pestisida satu jenis yang sangat penting dan ganas
kimia sintetis sehingga pestisida nabati adalah Bactrocera dorsalis Hendel
sulit mendapat izin edar dan diperjual- kompleks. Disebut B. dorsalis kompleks
belikan. Akibatnya, bila pengguna memer- karena jenis ini diketahui sebagai B.
lukan pestisida dalam jumlah banyak, papayae dan B. carambola, yang satu
pilihan akan jatuh pada pestisida kimia dengan lainnya sulit dibedakan secara
sintetis karena salah satu persyaratan kasat mata (Siwi et al. 2006).
dalam pembelian adalah sudah terdaftar B. dorsalis merupakan lalat buah yang
dan diizinkan penggunaannya. bersifat polifag, mempunyai sekitar 26 jenis
inang (Balai Karantina Pertanian Jakarta
1994), seperti belimbing, jambu biji, tomat,
PERAN PESTISIDA NABATI cabai merah, melon, apel, nangka kuning,
DALAM SISTEM PERTANIAN mangga, dan jambu air. Selain merusak
ORGANIK buah-buahan, seperti jatuhnya buah muda
yang terserang, serangan hama ini juga
Salah satu faktor pembatas produksi dalam menyebabkan buah menjadi busuk dan
bidang pertanian adalah hama tanaman. dihinggapi belatung (Putra 1997; Kardinan
Hama dapat menurunkan hasil panen 30- 2000a, 2003). Lalat buah juga merupakan
40%, bahkan pada beberapa kasus dapat vektor bakteri Escherichia coli, penyebab
mengakibatkan gagal panen. Pada ta- penyakit pada manusia (Paimin 2000)
naman hortikultura, biaya produksi untuk sehingga dapat dijadikan alasan untuk
pengendalian hama dapat mencapai 40%, menghambat perdagangan.
bahkan lebih karena pada tanaman horti- Untuk mencegah masuknya spesies
kultura ada hama penting yang saat ini baru lalat buah ke Indonesia, pemerintah
menjadi isu nasional dan menjadi faktor mengeluarkan Permentan No.37/2006 yang
pembatas perdagangan (trade barrier), menetapkan hanya tujuh pintu masuk
yaitu lalat buah. Komoditas ekspor suatu buah segar ke Indonesia, yaitu Batu Ampar,
negara dapat ditolak oleh negara lain Batam; Ngurah Rai, Bali; Makassar;
dengan alasan terdapat lalat buah. Belawan, Medan; Tanjung Priok, Jakarta;
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 269

Tanjung Perak, Surabaya, dan Cengkareng, penyemprotan tanaman dan buahnya


Jakarta. dengan insektisida (cover spraying), dan
Intensitas serangan lalat buah di bebe- perangkap dengan atraktan (trapping),
rapa daerah di Jawa Timur dan Bali sangat selain menjaga sanitasi kebun (Broughton
bervariasi, berkisar antara 6,4-70,0% et al. 2004).
(Sarwono 2003). Intensitas serangan lalat
buah pada mangga berkisar antara 14,8-
23,0% (Sodiq 1993). Pada belimbing dan Pengendalian dengan Atraktan
jambu biji, kerusakan yang diakibatkan (Zat Pemikat)
lalat buah mencapai 100% (Kardinan 2003).
Penggunaan atraktan metil eugenol me-
rupakan cara pengendalian yang ramah
Pengendalian Lalat lingkungan dan terbukti efektif (Metcalf
Buah dan Flint 1951). Atraktan dapat digunakan
untuk mengendalikan lalat buah dalam tiga
Pengendalian hama lalat buah membu- cara, yaitu: (1) mendeteksi atau memantau
tuhkan biaya besar. Jepang menghabiskan populasi lalat buah; (2) menarik lalat buah
biaya sekitar Rp94 miliar dalam suatu untuk kemudian diperangkap; dan (3) me-
usaha pengendalian. Apabila tidak diken- ngacaukan lalat buah dalam perkawinan,
dalikan, kerugian akan lebih besar. Di berkumpul, dan cara makan (Metcalf dan
Australia, lalat buah dapat menyebabkan Luckmann 1982).
kerugian Rp146 miliar apabila tidak Atraktan merupakan zat yang bersifat
dilakukan pengendalian (Balai Karantina menarik (lure), mengandung bahan aktif
Pertanian Jakarta 1994). Di Indonesia, metil eugenol (C12H24O2). Penggunaan
kerugian akibat serangan lalat buah pada metil eugenol sebagai atraktan lalat buah
komoditas hortikultura mencapai Rp250 tidak meninggalkan residu pada buah dan
miliar per tahun (Daryanto 2003). mudah diaplikasikan pada lahan yang luas.
Di Hawaii, pengendalian lalat buah Karena bersifat mudah menguap, daya
memadukan beberapa teknik pengenda- jangkau atau radiusnya cukup jauh, men-
lian, antara lain dengan atraktan dalam capai ratusan bahkan ribuan meter, ber-
perangkap, yang dapat menekan peng- gantung pada arah angin. Daya tangkap
gunaan pestisida kimia sintetis hingga atraktan bervariasi, bergantung pada lo-
75-95% (Vargas 2007). Beberapa teknik pe- kasi, cuaca, komoditas, dan keadaan buah
ngendalian telah banyak dikembangkan, di lapangan. Beberapa penelitian menun-
seperti penggunaan gibberellic acid (GA), jukkan, penggunaan atraktan metil eugenol
yaitu membuat penampilan buah-buahan dapat menurunkan intensitas serangan
tidak matang sehingga lalat buah enggan lalat buah pada mangga sebesar 39-59%
meletakkan telur pada buah (Jessica 2007). (Sarwono 2003; Priyono 2004).
Selain itu, pelepasan serangga mandul, Atraktan berbahan aktif metil eugenol
khususnya jantan mandul, telah dikem- tergolong food lure, artinya lalat jantan
bangkan pula dan memberi hasil yang tertarik datang untuk keperluan makan,
memuaskan. Teknik lain yang berhasil bukan untuk seksual. Selanjutnya, metil
dikembangkan di Australia adalah peng- eugenol diproses dalam tubuh lalat jantan
gunaan umpan beracun (foliage baiting), untuk menghasilkan feromon seks yang
270 Agus Kardinan

diperlukan saat perkawinan guna menarik beberapa lokasi pada beberapa komoditas
lalat betina (Nishida dan Fukami 1988; menunjukkan, atraktan dari daun M.
Nishida 1996). bracteata memiliki efektivitas yang cukup
tinggi dalam mengendalikan lalat buah
(Kardinan 1998c, 1999a, 1999d, 1999e).
Tanaman Penghasil Atraktan Nabati

Di alam, metil eugenol terdapat pada Aplikasi Atraktan Nabati


beberapa jenis tumbuhan, antara lain daun
melaleuca (M. bracteata) dan selasih Aplikasi atraktan nabati cukup sederhana,
(Ocimum spp.) (Kardinan dan Iskandar yaitu dengan menempatkannya dalam
2000, 2001; Kardinan 2006). Selasih dan perangkap. Jumlah perangkap berkisar
melaleuca dapat menghasilkan minyak antara 15-20 buah/ha yang dipasang
atsiri yang mengandung metil eugenol tersebar merata di area kebun. Atraktan
melalui proses penyulingan. Minyak atsiri dapat dicampur dengan insektisida nabati
dari daun melaleuca mengandung metil lainnya, seperti mimba, sehingga dalam
eugenol sekitar 80%, sedangkan dari pemakaiannya tidak diperlukan perangkap
selasih 63% (Kardinan 2005b). karena lalat yang telah menempel pada
Selasih memiliki beberapa spesies, atraktan akan teracuni dan mati oleh mimba
bahkan dalam satu spesies terdapat bebe- (atractant bait). Selain itu, penggunaan-
rapa bentuk sehingga dikenal sebagai nya dapat dicampur dengan perekat se-
tanaman yang bersifat polimorfis. Terdapat hingga lalat yang mendekat akan menempel
dua kelompok tanaman selasih dengan dan mati (sticky trap).
kandungan utama yang berbeda, yaitu Hasil penelitian terhadap metil eugenol
kelompok penghasil eugenol (O. basi- dari tanaman melaleuca dan selasih pada
licum, O. gratisimum dan lainnya) dan belimbing, jambu biji, jambu air, nangka
kelompok penghasil metil eugenol (O. kuning, mangga, cabai merah, tomat, dan
tenuiflorum, O. sanctum, O. minimum, dan lainnya menunjukkan bahwa atraktan
lainnya). Hasil penelitian di lapangan me- nabati ini efektif memerangkap hama lalat
nunjukkan, selasih sangat efektif sebagai buah (Kardinan 2002, 2007a). Daya tangkap
perangkap hama lalat buah (Kardinan atraktan berkisar antara puluhan hingga
1999g; Kardinan et al. 1999a; Kardinan ribuan lalat tiap perangkap per minggu,
dan Iskandar 2006). bergantung pada musim, lokasi, dan jenis
Melaleuca merupakan genus dari famili tanaman. Dari hasil pengujian, atraktan dari
Myrtaceae dan biasanya tumbuh di se- M. bracteata pada awalnya memiliki daya
panjang sungai, sekitar rawa atau danau. tangkap yang lebih baik daripada atraktan
Semakin tinggi tempat tumbuh, semakin dari selasih, namun atraktan selasih lebih
baik pertumbuhannya. Rendemen minyak tahan dan stabil dalam menjebak lalat buah
dari daunnya sekitar 1,3% dan minyaknya dalam perangkap sehingga total tangkapan
memiliki daya tangkap yang lebih baik (491 tiap bulan tidak berbeda nyata. Kedua
ekor/perangkap/minggu) dibandingkan atraktan nabati ini mempunyai efektivitas
dengan atraktan sintetis yang beredar yang tidak berbeda nyata dengan atraktan
secara komersial (315 ekor/perangkap/ sejenis yang beredar di pasaran (Kardinan
minggu) (Djatmiadi 2004). Pengujian di dan Iskandar 2000).
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 271

Penggunaan atraktan nabati dapat populasi lalat buah atau menjaganya agar
menekan kerusakan tanaman budi daya populasinya berada di bawah ambang
hingga 30%, dan diharapkan akan terus batas yang tidak merugikan.
meningkat jika penggunaannya dilakukan
secara terus-menerus dan serempak di
beberapa daerah. Dengan demikian, Pemusnahan Populasi
populasi lalat buah di alam dapat ditekan (Eradikasi)
sampai pada tingkat yang tidak merugikan
(Kardinan 2002). Penurunan tingkat Pengendalian lalat buah dengan tujuan
kerusakan tidak langsung terjadi pada memusnahkan populasi memerlukan biaya
panen pertama setelah dipasang perang- besar. Selain itu diperlukan persyaratan
kap, namun baru terlihat pada panen kedua yang spesifik, antara lain lokasi pengen-
atau ketiga setelah pemasangan perangkap dalian harus terisolasi, seperti dipisahkan
dan penurunannya pun secara perlahan oleh lautan (pulau) atau ada suatu barrier
dan bertahap. yang mencegah re-infestasi atau migrasi
Hasil survei di Jagakarsa, Jakarta Se- lalat buah dari daerah lain ke daerah yang
latan, menunjukkan pendapatan petani sudah dikendalikan. Melihat letak geo-
belimbing meningkat Rp13.600/pohon/ grafis Indonesia, sulit untuk menerapkan
musim. Keuntungan setiap keluarga ber- cara ini, kecuali pada kawasan pulau kecil
gantung pada jumlah pohon yang dimiliki. yang terisolasi.
Apabila satu keluarga di Jagakarsa rata- Pemusnahan populasi memerlukan dua
rata memiliki lima pohon belimbing maka tahapan pendekatan. Pertama, menurunkan
peningkatan pendapatan setiap keluarga populasi lalat buah jantan di alam untuk
mencapai Rp68.500/musim. Belimbing mengurangi pesaing jantan mandul yang
dapat dipanen tiga kali dalam setahun akan dilepas. Kedua, jantan mandul yang
sehingga peningkatan pendapatan setiap dihasilkan dengan radiasi sinar gama
keluarga (bagi yang memiliki lima pohon cobalt-60 dipelihara di laboratorium
belimbing) mencapai Rp204.000/tahun. (Nasroh 2004). Oleh karena itu, diperlukan
Kenyataannya, satu keluarga di Jagakarsa proses adaptasi sebelum dilepas ke alam,
memiliki lebih dari lima pohon, bahkan khususnya dalam mendapatkan lalat
puluhan pohon belimbing (Zahara et al. betina untuk proses perkawinan. Sering
1998). kali jantan mandul yang dilepas kalah
bersaing dengan jantan yang sudah ada
di alam. Dengan aplikasi atraktan nabati
TEKNOLOGI PENGEDALIAN berbahan aktif metil eugenol yang lebih
LALAT BUAH spesifik memerangkap lalat buah jantan,
khususnya B. dorsalis, penurunan popu-
Untuk menekan kerugian akibat lalat buah lasi jantan yang ada di alam akan efektif
dapat dilakukan beberapa pendekatan (Nasroh et al. 2004). Hal ini sesuai dengan
pengendalian, sesuai dengan tujuan akhir pendapat Decker dan Messing (2007)
dari tindakan pengendalian itu sendiri. Di yang menyatakan bahwa hingga saat ini
beberapa negara yang telah melaksanakan hanya atraktan berbahan aktif metil
tindakan pengendalian terdapat dua tujuan eugenol yang mampu memerangkap dan
akhir pengendalian, yaitu memusnahkan sekaligus mematikan lalat buah jenis
272 Agus Kardinan

Bactrocera spp. Di Australia Selatan, dapat 18 jenis lalat buah di Indonesia (Siwi
sekitar lima juta pupa yang sudah di- et al. 2006).
mandulkan per minggu dikirim ke lokasi
untuk dilepas di lapangan (Department of
Agriculture and Food, State of Western Sosialisasi dan Pemasyarakatan
Australia 2006). Teknologi

Teknologi atraktan telah dikaji di beberapa


Menjaga Populasi pada Taraf sentra produksi hortikultura, khususnya
Tidak Merugikan buah-buahan, dengan melibatkan petani
atau stakeholder lainnya bekerja sama
Untuk mencapai tujuan ini, lokasi pe- dengan Balai Pengkajian Teknologi
ngendalian tidak perlu terisolasi, namun Pertanian (BPTP), seperti pengkajian di
cara pengendaliannya harus serempak dan Kabupaten Sumedang dan Indramayu
terintegrasi pada hamparan yang luas pada komoditas mangga. Di Sumedang,
(wide area control), serta terus-menerus para petani melalui kelompok tani berhasil
secara berkala. Apabila dilakukan secara menekan kerusakan mangga dan komoditas
sendiri-sendiri (parsial), lokasi yang tidak buah-buahan lainnya berkisar antara 10-
dikendalikan akan menjadi sumber infeksi 30%. Petani berhasil pula memproses
bagi yang dikendalikan sehingga tindakan atraktan dengan alat penyuling sederhana
pengendalian menjadi kurang efektif. yang mereka buat sendiri. Walaupun hasil
Teknik pengendalian dapat mengguna- minyak atsirinya masih berbentuk emulsi
kan semua tindakan, seperti atraktan, yang keruh (campuran minyak dan air),
atractant bait, protein bait, sticky trap, namun masih efektif memerangkap lalat
musuh alami, sanitasi lingkungan, pem- buah. Kelompok tani ini sering dikunjungi
bungkusan buah, pengasapan, dan tin- kelompok tani lain untuk studi banding cara
dakan lain yang dianggap dapat menu- penanggulangan lalat buah, bahkan sem-
runkan populasi. pat ditayangkan di televisi yang diinisiasi
oleh Kementerian Pertanian. Diseminasi
hasil penelitian tidak hanya menyebarkan
Pencegahan melalui teknologi, tetapi juga bahan tanaman
Karantina (melaleuca dan selasih), alat pengolah,
maupun teknologi pengolahannya.
Walaupun Indonesia berhasil mengenda-
likan lalat buah, apabila jenis atau spesies
lalat buah baru masuk ke Indonesia melalui ARAH DAN STRATEGI
komoditas impor maka usaha pengenda- PENGEMBANGAN
lian akan makin sulit. Tindakan pence-
gahan melalui karantina akan lebih mudah Arah dan Sasaran
daripada pemberantasan. Untuk itu,
koleksi spesimen lalat buah yang telah 1. Pengurangan penggunaan pestisida
ada di Indonesia serta pengetahuan jenis sintetis sampai pada tingkat terendah
dan identifikasi lalat buah perlu dikuasi sehingga tidak menimbulkan ekster-
oleh petugas karantina. Sedikitnya ter- nalitas negatif terhadap lingkungan.
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 273

2. Pengembangan pestisida nabati secara KESIMPULAN DAN IMPLIKASI


in situ untuk memenuhi kebutuhan KEBIJAKAN
pestisida bagi petani secara berkelan-
jutan (pesticide self-sufficiency). Kesimpulan
3. Peningkatan produksi pertanian, khu-
susnya pangan yang bebas residu pes- 1. Pestisida nabati merupakan kearifan
tisida sehingga aman dan sehat bagi lokal di Indonesia yang sangat po-
konsumen (toyiban food). tensial untuk dimanfaatkan dalam
pengendalian OPT guna mendukung
sistem pertanian organik.
Strategi Pengembangan 2. Pemanfaatan pestisida nabati oleh
ke Depan petani dengan menggunakan alat
sederhana dan bahan tanaman yang
1. Penyiapan bahan baku pestisida nabati ada di sekitar petani dapat mengen-
sehingga tidak bergantung pada alam, dalikan hama utama tanaman horti-
tetapi harus sudah mulai dibudidaya- kultura, khususnya lalat buah.
kan dan dimasyarakatkan agar petani 3. Beberapa jenis pestisida nabati, seperti
mau menanam bahan baku pestisida. mimba dan atraktan lalat buah sudah
2. Teknik pengolahan yang mudah dan siap dikomersialkan dengan harga
murah agar pestisida nabati dapat yang kompetitif dan sudah digunakan
disediakan sendiri oleh petani guna oleh petani sehingga pestisida nabati
memenuhi kebutuhannya. dapat menjadi komoditas ekspor non-
3. Peningkatan pemahaman masyarakat migas sebagai penghasil devisa negara.
terhadap pestisida nabati agar tidak
bergantung pada pestisida sintetis dan
sadar bahwa masih ada alternatif pe- Implikasi Kebijakan
ngendalian, yaitu pemanfaatan pesti-
sida nabati. 1. Perlunya sosialisasi pestisida nabati
4. Distribusi dan pemasaran agar pes- untuk mengurangi ketergantungan
tisida nabati terdistribusi ke daerah pada pestisida sintetis.
sehingga petani mudah memperoleh- 2. Perlunya aturan khusus mengenai
nya pada saat memerlukan. kebijakan perizinan dan peredaran
5. Penelitian dan pengembangan untuk pestisida nabati di Indonesia (tidak
mengatasi kelemahan pestisida nabati disamakan dengan pestisida sintetis).
selain memperoleh temuan baru. 3. Pelatihan terhadap petugas dan petani
6. Pengembangan indikator keberlan- mengenai pengenalan dan budi daya
jutan, antara lain dapat dilihat dari: (a) tanaman penghasil pestisida nabati
keuntungan petani; (b) penurunan serta cara membuatnya sehingga bahan
pasokan pestisida kimia sintetis; (c) baku tersedia dan petani dapat mem-
rendahnya residu pestisida kimia pada buat sendiri pestisida untuk memenuhi
tanaman, tanah, dan air; serta (d) pene- kebutuhan sehari-hari.
rimaan masyarakat terhadap pestisida 4. Perlunya dukungan pemerintah dalam
nabati. penelitian dan pengembangan pesti-
274 Agus Kardinan

sida nabati, khususnya dalam perizinan and reduce your population. http://
dan pemasyarakatan/sosialisasi pesti- www.agric.wa.gov.av.pls/portal30/
sida nabati ke masyarakat. docs/folder.IKMP/EDCFRUIT.
Ditjentanhorti (Direktotar Jenderal Ta-
naman Pangan dan Hortikultura). 1997.
DAFTAR PUSTAKA Batas Maksimum Residu Pestisida
pada Hasil Pertanian. Direktorat Bina
Ardiwinata, A.N. dan M. Djazuli. 1992. Perlindungan Tanaman, Ditjentanhorti,
Dampak penggunaan insektisida Jakarta. 117 hlm.
organoklorin di masa silam di Jawa Djatmiadi, D. 2004. Perkembangan se-
Barat. hlm. 313-317. Prosiding Sim- rangan hama lalat buah pada tanaman
posium Penerapan PHT. Balai Pene- buah-buahan di Wilayah Indonesia
litian Tanaman Pangan, Sukamandi. Bagian Barat. 30 hlm.Prosiding Loka-
Balai Karantina Pertanian Jakarta. 1994. karya Masalah Kritis Pengendalian
Hasil pemantauan daerah sebar hama Layu Pisang, Nematoda Sista Kuning
lalat buah (Diptera: Tephritidae) berikut pada Kentang dan Lalat Buah. Pusat
tanaman inangnya. Makalah Seminar Penelitian dan Pengembangan Horti-
Nasional Hasil Pemantauan Hama Lalat kultura, Jakarta.
Buah, Jakarta, 10-11 Februari 1994. 30 Drew, R.A.I., G.H.S. Hooper, and M.A.
hlm. Bateman. 1978. Economic Fruit Flies of
Broughton, S., F.D. Lima, and B. Woods. the South Pacific Region. Dept. of
2004. Control of Fruit Fly in Back- Primary Industries, Queensland. 133
yards. Dept. of Agric. State of Western pp.
Australia Publication, London. 368 pp. Grainge, M. and S. Ahmed. 1987. Hand-
Brown, A.W.A. 1958. Insecticides Resis- book of Plants with Pest-Control
tance in Arthopods. WHO, Geneva. 240 Properties. A Wiley-Interscience Publ.,
pp. New York. 470 pp.
Carson, R. 1962. Silent Spring. Houghton Gunandini, D.J. 2006. Bioekologi dan
Mifflin Harcourt, Boston. 378 pp. pengendalian nyamuk sebagai vektor
Damardjati, D.S. 2006. Kebijakan Depar- penyakit. hlm. 43-48. Prosiding Seminar
temen Pertanian dalam Pengembangan Nasional Pestisida Nabati III. Balai
Produk Pangan Organik. Direktorat Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik,
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Bogor.
Hasil Pertanian, Jakarta. Harnoto, Mujiono, dan A. Naito. 1983.
Daryanto. 2003. Petani rugi Rp250 milyar Pengaruh insektisida pada konsen-
akibat OPT. Bisnis Indonesia XVIII trasi sublethal terhadap keperidian
(5869), 12 Maret 2003. Spodoptera litura Fabricus. hlm. 24-
Decker, L. and R. Messing. 2007. Intro- 28. Prosiding Kongres Entomologi II.
duction to managing fruit flies in Ha- Jessica, S. 2007. Tougher peel repells fruit
waii. Dept. of Entomology, University flies. http://www.encyclopedia.com/
of Hawaii. http://www. extento.hawaii. doc/IGI.13418916.htm.
edu/kbase/reports/fruit.pest.htm. Kardinan, A. dan E.A. Wikardi. 1994.
Department of Agriculture and Food, State Pengaruh abu limbah serai dapur dan
of Western Australia. 2006. Fly, be free tepung bawang putih terhadap hama
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 275

gudang Callosobruchus analis. Bu- Seminar Nasional PEI XXI. PEI


letin Penelitian Tanaman Rempah dan (Perhimpunan Entomologi Indonesia),
Obat 9(1): 3-7. Jakarta.
Kardinan, A., M. Iskandar, dan E.A. Kardinan, A. 1997c. Pengaruh daun salam
Wikardi. 1994. Uji toksisitas ekstrak (Eugenia polyantha) terhadap bebe-
daun Aglaia odoratalour. Prosiding rapa aspek biologi serangga Carpo-
Simposium Penelitian Bahan Obat philus sp. hlm. 331-338. Prosiding
Alami VIII, Bogor 24-25 November Seminar Nasional PEI XXI. Per-
1994. himpunan Entomologi Indonesia,
Kardinan, A. 1995. Effect of pyrethrum, Jakarta.
Pachyrhyzus and Vitex on the adult of Kardinan, A. 1997d. Preliminary study of
Callosobruchus analis. J. Spice Med. the pyrethrum flower toxicity (Chry-
Crops 3(3): 37-41. santhemum cinerariaefolium). Jurnal
Kardinan, A. dan E.A. Wikardi. 1995a. Uji Fakultas Pertanian UMY 5(1): 25-32.
hayati produksi metabolit sekunder Kardinan, A. 1997e. Pengaruh beberapa
tumbuhan sebagai insektisida nabati jenis ektrak tanaman sebagai molus-
terhadap serangga gudang. Proc. kisida nabati terhadap keong mas
Seminar on Chemistry of Natural (Pomacea canaliculata). Jurnal Per-
Products of Indonesian Plants. Unesco lindungan Tanaman Indonesia 3(2): 86-
- Universitas Indonesia. 93.
Kardinan, A. and E.A. Wikardi. 1995b. The Kardinan, A. dan E.A. Wikardi. 1997a.
prospect of botanical insecticides on Pengaruh ekstrak akar tuba terhadap
stored food insects management. Proc. imago dan telur Callosobruchus
the Symposium on Pest Management analis. Jurnal Penelitian Tanaman
for Stored Food. SEAMEO-BIOTROP, Industri 3(1): 13-19.
Bogor. Kardinan, A. dan E.A. Wikardi. 1997b. Uji
Kardinan, A. 1996a. Pemanfaatan limbah hayati ekstrak biji bengkuang (Pachy-
buah srikaya (Annona squamosa) rhyzus erosus) pada serangga Sitophi-
sebagai bahan insektisida botani. hlm. lus sp. hlm. 493-497. Prosiding Seminar
54-57. Prosiding Seminar dan Pameran Nasional PEI XXI. Perhimpunan Ento-
Ilmiah. Universitas Pakuan, Bogor. mologi Indonesia, Jakarta.
Kardinan, A. 1996b. Penampilan beberapa Kardinan, A. 1998a. Prospek gadung
klon piretrum terhadap beberapa aspek (Dioscorea composita) sebagai bahan
biologi serangga Callosobruchus rodentisida nabati yang bekerja seba-
analis. Jurnal Penelitian Tanaman gai antifertilitas. Warta Penelitian dan
Industri 3(2): 78-84. Pengembangan Tanaman Industri 4(3):
Kardinan, A. 1997a. Potensi kunyit, kecu- 3-4.
bung, gadung dan senggugu sebagai Kardinan, A. 1998b. Prospek penggunaan
bahan rodentisida nabati. Jurnal Pene- pestisida nabati di Indonesia. Jurnal
litian Tanaman Industri 3(1): 31-36. Penelitian dan Pengembangan Per-
Kardinan, A. 1997b. Toksisitas ekstrak tanian 17(1): 1-9.
piretrum (Chrysanthemum cinerariae- Kardinan, A. 1998c. Pengaruh cara aplikasi
folium) pada serangga Tribolium minyak suling Melaleuca bracteata
castaneum. hlm. 295-301. Prosiding dan metil eugenol terhadap daya pikat
276 Agus Kardinan

lalat buah Bactrocera dorsalis. Jurnal Komunikasi Ilmiah Pestisida Nabati.


Perlindungan Tanaman Indonesia 4(1): Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
38-46. Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999a.
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1998. Potensi Tephrosia vogelii sebagai
Pengaruh ekstrak batang brotowali insektisida nabati. Prosiding Seminar
terhadap aktivitas biologi serangga Nasional Entomologi, Perhimpunan
Tribolium castaneum. Warta Tum- Entomologi Indonesia 1: 207-217.
buhan Obat Indonesia 4(2): 17-22. Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999b.
Kardinan, A. 1999a. Prospek minyak daun Pengaruh ekstrak daun dan biji mimba
Melaleuca bracteata sebagai pengen- terhadap pertumbuhan serangga. hlm.
dali populasi hama lalat buah Bactro- 255-260. Prosiding Seminar Nasional
cera dorsalis di Indonesia. Jurnal Kimia Bahan Alam. Universitas Indo-
Penelitian dan Pengembangan Perta- nesia-Unesco.
nian 18(1): 10-18. Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999c. Uji
Kardinan, A. 1999b. Mimba (Azadirachta pendahuluan potensi akar wangi (Veti-
indica) pestisida nabati yang sangat vera zizaniodes). Prosiding Forum
menjanjikan. Perkembangan Teknologi Komunikasi Ilmiah Pestisida Nabati,
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Badan Litbang Pertanian. hlm.13-17
11(2): 5-13 Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999d.
Kardinan, A. 1999c. Pengaruh azadirachtin Sinergisme beberapa insektisida nabati
A terhadap serangga Dolleschalia piretrum, serai wangi, nilam dan
polibete. Jurnal Penelitian Tanaman jeringau. hlm. 58-63. Prosiding Forum
Industri 5(1): 8-13. Komunikasi Ilmiah Pestisida Nabati.
Kardinan, A. 1999d. Pengaruh beberapa Badan Litbang Pertanian, Jakarta.
konsentrasi metil eugenol dari daun Kardinan, A., M. Iskandar, S. Rusli, dan
Melaleuca bracteata sebagai atraktan Mamun. 1999a. Potensi daun selasih
hama lalat buah. 7 hlm. Prosiding Se- sebagai atraktan nabati untuk pengen-
minar Kimia Bahan Alam. Universitas dali hama lalat buah Bactrocera dor-
Indonesia-Unesco. salis. Makalah pada Forum Komunikasi
Kardinan, A. 1999e. Pengaruh daya pikat Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati.
ekstrak sederhana daun Melaleuca Bogor, 9-10 November 1999. 10 hlm.
terhadap lalat buah. Prosiding Se- Kardinan, A., J.T. Juhono, dan E.A.
minar Nasional Entomologi, Perhim- Wikardi. 1999b. Kajian aplikasi insek-
punan Entomologi Indonesia 1: 259- tisida nabati piretrum pada pertanaman
265. kubis petani. Buletin Penelitian Tanam-
Kardinan, A. 1999f. Pengaruh CNSL ter- an Rempah dan Obat 10(1): 9-14.
hadap imago dan larva Sitophilus sp. Kardinan, A. 2000a. Pestisida Nabati,
Prosiding Seminar Nasional Entomo- Ramuan dan Aplikasi. Cetakan ke-2.
logi, Perhimpunan Entomologi Indo- Penebar Swadaya, Jakarta. 80 hlm.
nesia 1: 217-223. Kardinan, A. 2000b. Penelitian penda-
Kardinan, A. 1999g. Daya tangkap dan huluan pengaruh daun manggis seba-
daya tahan metil eugenol dari daun gai rodentisida nabati pada mencit Mus
selasih sebagai atraktan nabati hama musculus. Jurnal Perlindungan Tanam-
lalat buah. hlm. 29-34. Prosiding Forum an Indonesia 4(1): 7-12.
Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal ... 277

Kardinan, A. 2000c. Piretrum, bahan Kardinan, A. 2005b. Penggunaan atraktan


insektisida nabati potensial. Jurnal nabati untuk mengendalikan hama
Penelitian dan Pengembangan Per- lalat buah dalam sistem pertanian
tanian 19(4): 122-130. organik. hlm.145-155. Prosiding Work-
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 2000. shop Masyarakat Pertanian Organik
Kemampuan atraktan nabati selasih Indonesia.
dan melaleuca dalam memerangkap Kardinan, A. 2006. Bioekologi dan strategi
lalat buah pada jambu batu, belimbing pengendalian lalat buah. hlm. 49-59.
dan cabai merah. Jurnal Penelitian Prosiding Seminar Nasional dan Pa-
Pertanian UISU 19(2): 141-147. meran Pestisida Nabati III. Balai
Kardinan, A. and M. Iskandar. 2001. Penelitian Tanaman Rempah dan Obat,
Ocimum sanctum (Labiatae) and Bogor.
Melaleuca bracteata (Myrtaceae) the Kardinan, A. dan M. Iskandar. 2006.
most promising botanical attractants Pengaruh beberapa jenis sinergis
for fruit flies. p. 305-311. Proc. Inter- minyak selasih terhadap daya tang-
national Seminar on Natural Products kap pada lalat buah. hlm.121-125. Pro-
Chemistry and Utilization of Natural siding Seminar Nasional dan Pameran
Resources. Unesco-University of Pestisida Nabati III. Balai Penelitian
Indonesia. Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
Kardinan, A. and Jasni. 2001. Effect of Kardinan, A. 2007a. Pengaruh campuran
some botanical insecticides against dry beberapa jenis minyak nabati terhadap
wood termites Cryptotermes cynocep- daya tangkap lalat buah. Buletin Pe-
halus. p. 238-243. Proc. International nelitian Tanaman Rempah dan Obat
Seminar on Natural Products Chemistry 18(1): 15-21.
and Utilization of Natural Resources. Kardinan, A. 2007b. Potensi selasih
Unesco-University of Indonesia. sebagai repellent terhadap nyamuk
Kardinan, A. 2002. Beberapa jenis tanaman Aedes aegypti. Jurnal Penelitian
penghasil atraktan nabati pengendali Tanaman Industri 13(2): 39-42
hama lalat buah. Perkembangan Tek- Metcalf, R.L. and W.P. Flint. 1951. Des-
nologi Tanaman Rempah dan Obat 16 tructive and Useful Insects: Their
(1): 17-25. habits and control. Mc. Graw-Hill Book
Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengendali Co., Inc. p. 760-762.
Hama Lalat Buah. Agromedia Pustaka, Metcalf, R.L. and W.H. Luckmann. 1982.
Jakarta. 80 hlm. Introduction to Insect Pest Manage-
Kardinan, A. 2004. Pengaruh minyak biji ment. 2 nd Ed. A Wiley-Interscience
mimba (Azadirachta indica) sebagai Publ., New York. p. 279-314.
daya penolak makan dan insektisida Mochida, O. 1986. A Review of BPH
pada serangga Dolleschalia pollibete. Resugence Induced by Application of
Jurnal Ilmiah Pertanian Gakuryoku Insecticide. IRRI, the Philippines.
10(2): 153-156. Nasroh, A. 2004. Teknik iradiasi untuk
Kardinan, A. 2005a. Daya proteksi zodia pengendalian hama lalat buah pasca-
terhadap nyamuk Aedes aegypti. Jur- panen melalui perlakuan keselamatan
nal Ilmiah Pertanian Gakuryoku 11(1): tumbuhan. 7 hlm. Prosiding Lokakarya
49-53. Masalah Kritis Pengendalian Layu
278 Agus Kardinan

Pisang, Nematoda Sista Kuning pada Cetakan ke-2. Balai Besar Penelitian
Kentang dan Lalat Buah. Pusat Pene- dan Pengembangan Bioteknologi dan
litian dan Pengembangan Hortikultura, Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.
Jakarta. 65 hlm.
Nasroh, A., Herdrajat, dan D. Djatmiadi. Sodiq, M. 1993. Aspek Biologi dan
2004. Aplikasi teknik serangga mandul Sebaran Populasi Lalat Buah pada Ta-
untuk pengendalian lalat buah di In- naman Mangga dalam Kaitan dengan
donesia. Lokakarya Masalah Kritis Pengembangan Model Pengendalian
Pengendalian Layu Pisang, Nematode Hama Terpadu. Disertasi, Program
Sista Kuning pada Kentang dan Lalat Pascasarjana Universitas Airlangga.
Buah. Pusat Penelitian dan Pengem- Sumantri, B. 1988. Hari Depan Kita
bangan Hortikultura, Jakarta. 9 hlm. Bersama. Terjemahan dari Our Common
Nishida, R. and H.Fukami. 1988. Cis-3,4- Future. Gramedia Pustaka Utama,
dimethoxy cinnamyl alcohol from the Jakarta. 516 hlm.
rectal glands of male oriental fruit fly Sutrisno. 1987. Resistensi Wereng Coklat,
Dacus dorsalis. Chem. Express 3: 207- N. lugens (Stal.) terhadap Insektisida
210. di Indonesia. Edisi Khusus No. 1
Nishida, R. 1996. Pheromone commu- Wereng Coklat. Balai Penelitian Ta-
nication in the oriental fruit moth and naman Pangan, Bogor. hlm. 55-68.
oriental fruit fly. p.102-113. Proc. Untung, K. 2007. Kebijakan Perlindungan
International Symposium on Insect Tanaman. Gadjah Mada Univ. Press,
Pest Control with Pheromone, Suwon, Yogyakarta. 256 hlm.
Korea, 18-19 October 1996. Korean Vargas, R. 2007. Local research, but
Society of Applied Entomology. everyone watching. Agriculture Re-
Paimin, F.R. 2000. Lalat buah penyebab search Service Hawaii Area Wide
Escherichia coli. Trubus 31(365): 75. Fruit Fly Control Program. 4 pp. http://
Priyono, D. 2004. Evaluasi dan pengem- www. findarticles.com/p/articles/
bangan peramalan dan pengendalian mi.m3741/is.2.52/ai.113457520.
lalat buah pada tanaman mangga skala World Commission on Environment
luas di Kabupaten Majalengka, Jawa and Development. 1987. Our Common
Barat. Lokakarya Masalah Kritis Future, Report of the World Commiss-
Pengendalian Layu Pisang, Nematoda ion on Environment and Development.
Sista Kuning pada Kentang dan Lalat Development and International Co-
Buah. Pusat Penelitian dan Pengem- operation: Environment.
bangan Hortikultura, Jakarta. 11 hlm. Zahara, H., M. Kasim, dan R. Indrasti. 1998.
Putra, N.S. 1997. Hama Lalat Buah dan Pengkajian Teknologi untuk Mening-
Pengendaliannya. Kanisius, Yogya- katkan Produktivitas dan Kualitas
karta. 44 hlm. Belimbing Manis. Instalasi Pengkajian
Sarwono. 2003. PHT lalat buah pada dan Pengembangan Teknologi Perta-
mangga. Buletin Teknologi dan Infor- nian, Jakarta. 15 hlm.
masi Pertanian. hlm. 142-149.
Siwi, S.S., P. Hidayat, dan Suputa. 2006.
Lalat Buah Penting di Indonesia.

You might also like