You are on page 1of 65

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN

BERKELANJUTAN
MODUL
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah
Kejuruan (SMA/ SMK)

Kelompok Kompetensi A

Pedagogik : Karakteristik Peserta Didik

Penulis:
Hari Wibowo, SS. M.Pd. dkk.

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik


dan Tenaga Kependidikan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

i
Penulis:
1. Hari Wibowo, S.S., M.Pd. HP. 085714080776
e-mail: hari.wibowo@kemdikbud.go.id

2. Dr. Armina, M.Pd. HP. 08127937887


e-mail: arminafasya@gmail.com

HP. 089609624777
3. Drs. Asep Sukendar, M.Pd.
e-mail: azevseva@yahoo.com

Penelaah:
Drs. Krisanjaya M. Hum HP. 0818157653
e-mail:ksanjaya@yahoo.com

Novianti, M. Pd HP. 082163834925


e-mail: novianursha@gmail.com

ii
KATA SAMBUTAN

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun
proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang
berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus
perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu
pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui program Pengembangan Keprofesian


Berkelanjutan merupakan upaya peningkatan kompetensi untuk semua guru. Sejalan
dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui uji kompetensi
guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik profesional pada akhir tahun 2015. Hasil UKG
menunjukkan peta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan
pengetahuan. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh)
kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk
pelatihan guru pasca UKG melalui program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber
belajar utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
dilaksanakan melalui pola tatap muka, daring (online), dan kombinasi (blended) tatap
muka dengan daring ( online).

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


(PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi danKomunikasi (LP3TK KPTK)
dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) merupakan
Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan
melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat
pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul untuk program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan tatap muka dan daring untuk semua mata pelajaran dan
kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam
peningkatan kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini untuk


mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

Jakarta, Maret 2017


Direktur JenderalGuru dan Tenaga
Kependidikan,

Sumarna Surapranata, Ph.D.


NIP 19590801198503100

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Pendidikan
dan Pelatihan (diklat) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bahasa Indonesia SMP

iii
dan SMA, Bahasa Inggris SMP dan SMA, Bahasa Arab SMA, Bahasa Jerman SMA,
Bahasa Prancis SMA, Bahasa Jepang SMA, dan Bahasa Mandarin SMA. Modul ini
merupakan dokumen wajib untuk kegiatan diklat Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan bagi guru.

Program diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan tindak lanjut dari


hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) dan bertujuan meningkatkan kompetensi guru dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan suatu program diklat, Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK)
Bahasa pada tahun 2015 melaksanakan pengembangan modul yang berisi materi-materi
pembelajaran yang akan dipelajari oleh peserta selama mengikuti program diklat
tersebut.

Modul diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Bahasa ini diharapkan dapat


menjadi bahan bacaan wajib bagi para peserta diklat untuk dapat meningkatkan
pemahaman tentang kompetensi pedagogik dan profesional terkait dengan tugas pokok
dan fungsinya.

Saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada para
pejabat, widyaiawara di PPPPTK Bahasa, dosen perguruan tinggi, dan guru yang terlibat
di dalam penyusunan modul ini.

Jakarta, Januari 2017


Kepala PPPPTK Bahasa

Dr. Luizah F. Saidi, M.Pd.


NIP. 196312191986012002

iv
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ....................................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... vi

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................... 4
C. Peta Kompetensi ................................................................................... 4
D. Ruang Lingkup ...................................................................................... 6
E. Cara Penggunaan Modul ....................................................................... 6

KEGIATAN PEMBELAJARAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK .............................. 13


A. Tujuan Pembelajaran ........................................................................... 13
B. Indikator Pencapaian Kompetensi ........................................................ 13
C. Uraian Materi ....................................................................................... 14
D. Aktivitas Pembelajaran ........................................................................ 40
E. Latihan/Kasus/Tugas ........................................................................... 43
F. Rangkuman ......................................................................................... 46
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................................... 47

PEMBAHASAN LATIHAN/KASUS/TUGAS ................................................................... 50


EVALUASI ................................................................................................................... 52
PENUTUP .................................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 57
GLOSARIUM ............................................................................................................... 59

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka ............................................................ 3

Gambar 2 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka Penuh ................................................. 4

Gambar 3 Alur Model Pembelajaran Tatap Muka In-On-In ............................................... 6

vi
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembahasan tentang dunia pendidikan selalu terkait dengan komponen yang


melekat di dalamnya, seperti kurikulum, pendidik, dan peserta didik.
Ketigakomponen tersebut saling terkait satu dengan yang lain dalam
membentuk sebuah proses pembelajaran yang efektif. Sebagai seorang
pendidik, tugas kita tidak hanya wajib menguasai kurikulum dan tugas-tugas
kependidikan tetapi hendaknya mengenali peserta didik atau anak didik kita
terlebih karakteristik mereka.

Karakteristik peserta didik yang perlu dikenal dan dipahami oleh para pendidik
tidak hanya terbatas pada tipe kepribadian mereka saja, tetapi juga
melingkupi kebutuhan belajar, kemampuan mereka dalam belajar, potensi
yang dimiliki, dan lingkungan yang ada di sekitar mereka. Faktor-faktor ini
secara tidak langsung membantu atau menghambat para peserta didik dalam
menerima dan memproses informasi yang diterima dari pendidiknya. Dengan
mengetahui faktor-faktor di atas, para pendidik dapat mengembangkan hal-hal
positif yang ada di dalam diri peserta didik dan mengurangi/meminimalisi hal-
hal yang negatif yang dapat menghambat kompetensi yang ada di dalam
dirinya. Selain itu, pendidik juga dapat mengenali karakter dan potensi yang
ada di dalam dirinya sendiri.

Salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh para pendidik untuk menjadikan
dirinya sebagai pendidik yang profesional adalah selalu meningkatkan
kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesional, maupun kompetensi sosial. Di dalam kompetensi
pedagogik, seorang pendidik wajib: 1) mengenali karakteristik dan potensi
peserta didik, 2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang efektif, 3) menguasai perencanaan dan pengembangan kurikulum, 4)
menguasai langkah-langkah pembelajaran yang efektif, dan 5) menguasai
sistem, mekanisme, dan prosedur penilaian. Di sini terlihat jelas bahwasanya
mengenali karakteristik dan potensi peserta didik merupakan komponen
pertama dalam kompetensi pedagogik, tetapi seringkali terlupakan oleh

1
seorang pendidik. Memang tidak mudah untuk mengenali karakter dan potensi
pada setiap peserta didik, tapi hal ini sangatlah mungkin. Dengan membaca
berbagai sumber bacaan yang ada dan berbagi informasi maka pendidik
dapat memperluas wawasannya tentang karakter anak didiknya.

Penyusunan modul Karakteristik Peserta Didik ini ditujukan untuk memberi


referensi kepada para pendidik bahasa agar mengenali dan memahami
karakteristik peserta didik. Dengan mengenali karakteristik mereka,
diharapkan para pendidik dapat mendesain pembelajaran yang
mengakomodir perbedaan karakter agar peserta didik merasa dirinya adalah
subjek pembelajaran dan bukan objek dari pembelajaran. Selain itu, dengan
memahami karakter para peserta didik dapat membantu pendidik tersebut
dalam mengefektifkan proses pembelajaran bahasa.

Modul Karakteristik Peserta Didik ini juga memuat aspek Penguatan


Pendidikan Karakter (PPK) yang secara eksplisit tergambar dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya. PPK merupakan upaya guru
untuk menanamkan dan membudayakan pendidikan karakter yang positif bagi
peserta didik. PPK dapat dijabarkan menjadi lima komponen yaitu : religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas.

Nilai karakter religius ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga


keutuhan ciptaan: cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama,
teguh pendirian, percayadiri, kerja sama lintas agama, antibuli dan kekerasan,
persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil
dan tersisih.

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa,
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya: apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya
bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga
lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku, dan
agama.

2
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak bergantung
pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai kemandirian antara lain
etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional,
kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat


kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama,
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang
lain dan memberi bantuan pada mereka yang kurang mampu, tersingkir dan
membutuhkan pertolongan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai,
kerjasama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat,
tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, sikap
kerelawanan.

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang


didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan
kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter
integritas meliputi sikap tanggungjawab sebagai warga negara, aktif terlibat
dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang
berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran,cinta pada
kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggungjawab,
keteladanan, menghargai martabat individu (terutama penyandang
disabilitas).

PPK tersebut diintegrasikan ke dalam pelaksanaan pembinaan karier guru


dalam modul KK A ini. Pengintegrasiannya terutama dilakukan pada saat
kegiatan mengerjakan tugas atau lembar kerja. Hal tersebut tentu saja secara
eksplisit dicantumkan di dalam tujuan.

Selain PPK dianggap perlu juga memasukkan pertimbangan Higer Order


Thingking ( HOTS) dalam pembelajaran. HOTS ini dimaksudkan untuk
membiasakan guru dalam melatih siswa untuk biasa berpikir tingkat tinggi/
Hots. Hots merupakan cara berpikir tingkat tinggi yang perlu dikuasai oleh
guru dan perlu ditularkan kepada siswa agar guru dan siswa terbiasa berpikir

3
tingkat tinggi. Pembiasaan ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat
kemampuan membaca kritis/tingkat tinggi siswa Indonesia.Dalam modul ini
Hots tertuang secara eksplisit di dalam soal evaluasi. Sedangkan secara
implisit Hots diintegrasikan dalam keseluruhan kegiatan pelatihan.

B. Tujuan

Tujuan penyusunanModul Pengembangan Keprofesian BerkelanjutanBahasa


Indonesia SMA Kelompok Kompetensi A ini agar:

1. Bapak/ Ibu dapat memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, intelektual, dan latar belakang
budaya dengan mandiri dan tanggung jawab
2. Bapak/ Ibu dapat mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu dengan mandiri dan tanggung jawab;
3. Bapak/ Ibu dapat mengidentifikasi bekal-belajar awal peserta didik secara
mandiri;
4. Bapak/ Ibu dapat mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik secara
mandiri.

C. Peta Kompetensi

Kompetensi yang akan dicapai atau ditingkatkan melalui modul ini mengacu
pada kompetensi Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 sebagai berikut.

Tabel 1: Peta Kompetensi Pedagogik

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI GURU MAPEL


MATERI
(KI) (KG)

Menguasai karakteristik 1.1 Memahami karakteristik peserta Karakter Peserta


peserta didik dari aspek didik yang berkaitan dengan Didik
fisik , moral, sosial, kultural, aspek fisik, intelektual, sosial-
emosional dan intelektual emosional, moral, spiritual, dan
latar belakang sosial-budaya.
1.2 Mengidentifikasi potensi peserta
didik dalam mata pelajaran
yang diampu

4
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI GURU MAPEL
MATERI
(KI) (KG)

1.3 Mengidentifikasi bekal-ajar awal


peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu.

1.4 Mengidentifikasi kesulitan


belajar peserta didik dalam
mata pelajaran yang diampu

5
D. RuangLingkup

Setiap kegiatan pembelajaran mencakup: A. Tujuan, B. Kompetensi dan


Indikator Pencapaian Kompetensi, C. Uraian Materi, D. Aktivitas
Pembelajaran, E. Latihan/Tugas/Kasus, F. Rangkuman, G. Umpan Balik dan
Tindak Lanjut, H. Pembahasan Latihan/Tugas/Kasus.

Ruang lingkup materi modul ini meliputi: 1. Karakteristik peserta didik; 2.


Potensi Peserta Didik, 3. Bekal Awal Peserta Didik, dan 4. Kesulitan Belajar
Peserta Didik

Bagian akhir modul ini terdapat Penutup, Daftar Pustaka, dan Glosarium.
Sebagai bahan penilaian Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
bidang studi Bahasa Indonesia SMA Kelompok Kompetensi A ini, disajikan
bahan evaluasi berupa soal pilihan ganda.

E.Cara Penggunaan Modul


Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran
disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka
dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur
model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

6
Untuk memperjelas bagan tersebut, berikut ini diuraikan tentang (1) deskripsi
kegiatan diklat tatap muka penuh; (2) deskripsi kegiatan diklat tatap muka in-
on-in; dan (3) lembar kerja.

1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh


Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis di lingkungan ditjen GTK dan
lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanakan
secara terstruktur pada suatu waktu yang dipandu oleh fasilitator.
Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang
dapat dilihat pada alur di bawah ini.

Gambar 2. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran dengan model tatap muka penuh dapat dijelaskan


sebagai berikut.

a. Pendahuluan
Fasilitator memberi peserta kesempatan untuk mempelajari lima hal
pokok pendahuluan, meliputi (1) latar belakang kegiatan, (2) tujuan

7
diklat secara umum dan tujuan pembelajaran secara khusus pada
modul kelompok kompetensi A ini, (3) kompetensi dan indikator yang
akan dicapai melalui modul ini, (4) ruang lingkup materi kegiatan
pembelajaran, dan (5) langkah-langkah penggunaan modul ini.

b. Mengkaji Materi
Fasilitator memberi peserta kesempatan untuk mempelajari materi
yang diuraikan pada subbagian Uraian Materi secara singkat sesuai
dengan indikator pencapaian hasil belajar. Peserta dapat mempelajari
materi secara individual atau berkelompok, kemudian diperbolehkan
menanyakan hal-hal atau masalah yang ditemui kepada fasilitator.

c. Melaksanakan Aktivitas Pembelajaran


Peserta melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai rambu-rambu
atau instruksi yang tertera pada modul dengan dipandu fasilitator.
Kegiatan pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan pendekatan
interaksional atau kooperatif yang akan secara langsung dipandu oleh
fasilitator, bisa berupa diskusi, praktik, latihan kasus, dan lain-lain.
Lembar kerja digunakan peserta untuk menuangkan pemahamannya
tentang materi-materi yang dipelajari. Pada aktivitas pembelajaran
tersebut peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan
mengolah data sampai pada peserta dapat membuat simpulan
kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan Konfirmasi


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan,
sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan
dibahas bersama. Pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-
review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran.

e. PersiapanTes Akhir
Pada bagian ini fasilitator didampingi panitia menginformasikan tes
akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak
tes akhir.

8
2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In
Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalah kegiatan
fasilitasi peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan
utama, yaitu in service learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan in
service learning 2 (In-2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat
tatap muka In-On-In tergambar pada alur berikut ini.

Gambar 3. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan


sebagai berikut.

9
a. Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan dilaksanakan bertepatan dengan pelaksanaan
in service learning 1. Dalam sesi pendahuluan ini fasilitator memberi
kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari lima hal, yaitu
(1) latar belakang yang memuat gambaran materi, (2) tujuan kegiatan
pembelajaran setiap materi, (3) kompetensi atau indikator yang akan
dicapai dalam modul, (4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran,
dan (5) langkah-langkah penggunaan modul.

b. In Service Learning 1 (IN1)


1) Mengkaji materi
Fasilitator memberikan kesempatan kepada guru sebagai peserta
untuk mempelajari materi yang telah diuraikan dalam Bab II sub-C
Uraian Materi. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara
individual atau kelompok, kemudian mengonfirmasi permasalahan
yang ditemukan kepada fasilitator.
2) Melaksanakan aktivitas pembelajaran
Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan
dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas
pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode yang
secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan
menggunakan metode berfikir reflektif, diskusi, brainstorming,
simulasi, atau studi kasus yang kesemuanya dapat melalui Lembar
Kerja yang telah direncanakan untuk IN1. Selama melaksanakan
aktivitas pembelajaran, peserta harus secara aktif menggali informasi
dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada on the job learning.

c. On the Job Learning (ON)


1) Mengkaji materi
Guru sebagai peserta mempelajari materi yang telah diuraikan pada
in service learning 1 (IN1). Guru sebagai peserta dapat membuka dan
mempelajari kembali materi sebagai rujukan untuk mengerjakan
tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta.

10
2) Melaksanakan aktivitas pembelajaran
Pada kegiatan ini peserta melaksanakan kegiatan pembelajaran di
sekolah maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah
disusun pada IN1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi
yang tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas
pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode praktik,
eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara
langsung di dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui
tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan
kegiatan pada ON.
Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif
menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan
melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada on the job
learning.

d. In Service Learning 2 (IN2)


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk
tagihan ON yang akan dikonfirmasi oleh fasilitator dan dibahas
bersama. Pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi
berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran.

e. PersiapanTesAkhir
Pada sesi ini fasilitator didampingi panitia menginformasikan tes akhir
yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes
akhir.

3. Lembar Kerja
Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan kelompok kompetensi
A profesional Hakikat Pemerolehan Bahasa ini terdiri atas beberapa
aktivitas pembelajaran yang dapat diikuti oleh peserta untuk mendalami
dan memperkuat pemahaman tentang hakikat bahasa dan pemerolehan
bahasa. Oleh sebab itu, dalam modul ini disiapkan beberapa lembar kerja
yang nanti akan dikerjakan oleh peserta. Berikut ini daftar lembar kerja
yang akan Bapak/Ibu kerjakan!

11
Tabel 2. Daftar Lembar Kerja Modul KK A Profesional

No Kode LK Judul LK Keterangan


1 LK 1.1 Memahami karakteristik peserta didik TM, IN 1
2 LK 1.2 Mengidentifikasi Potensi Peserta Didik TM, ON
3 LK 1.3 Mengidentifikasi Bekal Awal Peserta TM, ON
Didik
4 LK 1.4 Mengidentifikasi Kesulitan Belajar TM, ON
Peserta Didik
5 Presentasi LK 1.1, 1.2, 1.3, dan 1.4 TM, IN 2
Keterangan
TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh
IN1 : Digunakan pada In service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning

12
KEGIATAN PEMBELAJARAN

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

A. Tujuan

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Bapak/ Ibu dapat memahami


karakteristik peserta didik dengan komunikatif dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional, dan intelektual dengan baik disesuaikan dengan
pendidikan penguatan karakter yang terdiri dari 5 unsur yaitu religius, jujur,
toleransi, disiplin, rasa ingin tahu, cinta tanah air, komunikasi, peduli
lingkungan, tanggung jawab, mandiri, peduli social dll.. Anda dapat
mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu,
mengidentifikasi bekal-awal peserta didik dalam mata pelajaran yang diampu,
dan mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dengan baik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Tabel 2: Kompetensi dan IPK

Kompetensi Guru Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Memahami karakteristik peserta 1.1 Menyebutan karakter peserta didik
didik yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan aspek
aspek fisik, intelektual, sosial- perkembangan fisik.
emosional, moral, spiritual, dan 1.2 Menjelaskan perkembangan
latarbelakang sosial-budaya. kognitif peserta didik
1.3 Mengidentifikasi perkembangan
sosial-emosional peserta didik
1.4 Memberi contoh perilaku yang
mencerminkan moral dan spiritual
peserta didik

2. Mengidentifikasi potensi peserta 2.1 Menyebutkan faktor-faktor yang


didik dalam mata pelajaran yang memengaruhi potensi pesertadidik
diampu 2.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang
memengaruhi potensi peserta didik
3. Mengidentifikasi bekal-ajar awal 3.1 Menjelaskan konsep bekal-ajar
peserta didik dalam mata awal

13
Kompetensi Guru Indikator Pencapaian Kompetensi
pelajaran yang diampu 3.2 Mengidentifikasi teknik-teknik
bekal-ajar awal peserta didik
4. Mengidentifikasi kesulitan belajar 4.1 Mampu menjelaskan pengertian
peserta didik peserta didik dalam kesulitan belajar
kelas yang diampu 4.2 Mampu mengidentifikasi kesulitan
belajar
4.3 Menjelaskan jenis-jenis kesulitan
Belajar
4.4 Merancang upaya mengatasi
kesulitan belajar peserta didik

C. Uraian Materi
1. Karakteristik Peserta Didik

Istilah karakter membuat banyak orang menyamakannya dengan sifat,


watak, akhlak, atau tabiat. Kenyataannya tak selalu bisa dimaknai seperti
itu. Kita perlu mempelajari pengertian karakter menurut para ahli agar
memahami perbedaannya. Karakter adalah ciri, karakteristik, gaya, atau
sifat diri dari seseorang yang bersumber dari bentukan yang diterima dari
lingkungannya. Berdasarkan pendapat tersebut karakter peserta didik turut
dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Tadkiroatun Musfiroh
(2008: 25), mengatakan karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat kita simpulkan
bahwa karakter adalah ciri, sifat diri, akhlak atau budi pekerti, kepribadian
dari seseorang yang dalam hal ini adalah peserta didik.

Sebagai seorang pendidik tentunya tidak hanya bertugas mengajar di kelas


saja, akan tetapi mendidik dan juga melatih. Hal ini sangatlah tepat apabila
dikaitkan dengan pembentukan karakter yang baik bagi para peserta didik.
Seperti apa seorang pendidik mendidik, bagaimana mengajar, dan
bagaimana melatih para peserta didik. Semua tantangan diatas berawal
dari pendidik itu sendiri, bagaimana menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan, misalnya dengan memunculkan kesan pertama pendidik
yang positif saat kegiatan belajar di kelas.

14
Pendidik sangat perlu memahami perkembangan peserta didik.
Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik,
perkembangan sosio-emosional, dan bermuara pada perkembangan
intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosio-emosional
memunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau
perkembangan kognitifnya, dan perkembangan mentalnya. Pemahaman
terhadap perkembangan peserta didik diatas, sangat diperlukan untuk
merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan.
Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan
motivasi belajar peserta didik sehingga mampu meningkatkan proses dan
hasil pembelajaran yang diinginkan.

Seorang pendidik memunyai peran multifungsi; sebagai konselor, dokter,


maupun ulama. Sebagai konselor dia mendidik dan membimbing peserta
didiknya dengan benar, memotivasi dan memberi sugesti yang positif, serta
memberikan solusi yang tepat dan tuntas dalam menyelesaikan masalah
peserta didik, juga memerhatikan karakter dan kondisi kejiwaan peserta
didiknya. Selain itu, pendidik juga bisa berperan sebagai seorang dokter
yang memberikan terapi dan obat pada pasiennya sesuai dengan hasil
diagnosisnya.

Perannya sebagai seorang ulama, pendidik membimbing dan menuntun


batin atau kejiwaan peserta didik, memberikan pencerahan yang
menyejukkan dan menyelesaikan masalahnya dengan pendekatan agama
yang hasilnya akan lebih baik.Mengenal dan memahami peserta didik
dapat dilakukan dengan cara memerhatikan dan menganalisis tutur kata
(cara bicara), sikap dan perilaku atau perbuatan anak didk, karena dari
tiga aspek diatas setiap peserta didik mengekspresikan apa yang ada
dalam dirinya.Untuk itu, dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan
peserta didik pada setiap aktivitas pendidikan, seorang pendidik harus
melakukannya secara saksama.

a. Perkembangan Fisik Peserta Didik


Di dalam Kurikulum 2013 pola pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Peserta didik memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang akan

15
dipelajari dan gaya belajarnya (learning style) untuk memiliki
kompetensi yang diharapkan oleh Kurikulum 2013. Oleh sebab itu,
guru harus mengenal karakteristik setiap peserta didik di dalam
proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal
pertama yang harus diketahui adalah mengenal karakter peserta didik
yang berkaitan dengan aspek perkembangan fisik peserta didik.
Seperti kita ketahui fisik peserta didik mengalami perkembangan yang
signifikan pada saat mereka menginjak remaja atau pada saat mereka
di sekolah menengah. Pada dasarnya perkembangan merujuk kepada
perubahan sistematis tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis.
Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil
dari konsepsi, dan hasil dari interaksi proses biologis dan genetika
dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut
keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan
kognitif, emosi, sosial, dan moral.
Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth)
merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu.
Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan
merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Fisik atau
tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode pranatal
(dalam kandungan).
Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, Kuhlen dan Thompson
menjelaskan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat
bagian, yaitu (1) otot-otot, yang berpengaruh terhadap perkembangan
kekuatan dan kemampuan motorik; (2) sistem syaraf yang sangat
memengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi; (3) kelenjar
endoktrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru,
seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif
dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya terdiri atas lawan
jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan
proporsi.
Seifert dan Hoffnung (1994) berpendapat perkembangan fisik meliputi
perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak,

16
sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat,
hormon, dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara individu
dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan
motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam
kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan, dan
sebagainya).
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa perkembangan fisik
setiap peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Guru sebagai
pendidik harus mengenali karakteristik perkembangan peserta didik
dari segi fisik tersebut agar bisa lebih memahami situasi pembelajaran
di dalam kelas. Apabila ada situasi yang tidak diharapkan suatu saat
terjadi, maka Anda akan lebih memahami situasi tersebut. Kalau guru
bisa memahami kejadian tersebut, maka guru pun diharapkan akan
bisa mencari solusinya dan kalau situasi sudah dapat dikuasai maka
proses pembelajaran diharapkan akan lebih lancar dan tujuan akan
tercapai.

b. Perkembangan Kognitif Peserta Didik


Proses pembelajaran berlangsung pada setiap peserta didik baik di
sekolah maupun di lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan
kognitif sangat diperlukan peserta didik dalam proses pembelajaran
tersebut. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam perkembangan peserta didik. Kita ketahui
bahwa peserta didik merupakan subyek yang berkaitan langsung
dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif
sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar.

Kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli


psikologi untuk menjelaskan semuaa ktivitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan
informasi yang memungkinkan seseorang memeroleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua
proses psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari,

17
memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan,
menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).

Perkembangan kognitif pada peserta didik merupakan suatu


pembahasan yang cukup penting bagi guru maupun orang tua.
Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak
untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran
dan pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya. Karakteristik perkembangan kognitif
peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan
pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik, guru dan
orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki
peserta didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing,
sehingga guru dan orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai
dengan kemampuan kognitif masing-masing peserta didik.

Tidak kalah penting, guru juga harus mengetahui tentang faktor-faktor


yang memengaruhi peserta didik. Yang sangat sentral dalam faktor-
faktor yang memengaruhi perkembangan kognitif adalah gaya
pengasuhan dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan lebih
diterapkan pada anak-anak. Pola pengasuhan ini merupakan cikal-
bakal perkembangan kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh
secara tidak sesuai, maka akan berakibat pada perkembangan
kognitif anak, bahkan pada perkembangan mental anak tersebut.
Lingkungan pun sangat berpengaruh pada perkembangan kognitif.
Semakin buruk lingkungan maupun pergaulan seseorang maka
kemungkinan semakin buruk pula perkembangan kognitif anak
tersebut.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa perkembangan kognitif peserta
didik sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan hasil
yang dicapai.

18
c. Perkembangan Sosial-emosional Peserta Didik
Selain perkembangan karakteristik fisik dan kognitif peserta didik,
yang tidak kalah penting adalah perkembangan sosio-emosional
peserta didik. Sosio-emosional berasal dari kata sosial dan emosi.
Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam
hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses
belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok,
tradisi dan moral agama. Sedangkan emosi merupakan faktor
dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini
termasuk pula perilaku belajar. Emosi dibedakan menjadi dua, yakni
emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif seperti perasaan
senang, bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu yang tinggi
akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya
terhadap aktivitas belajar. Emosi negatif seperti perasaan tidak
senang, kecewa, tidak bergairah, individu tidak dapat memusatkan
perhatiannya untuk belajar, sehingga kemungkinan besar dia akan
mengalami kegagalan dalam belajarnya. Selain itu, dari segi
etimologi, emosi berasal dari akar kata bahasa Latin movere yang
berarti menggerakkan, bergerak. Kemudian ditambah dengan
awalan e- untuk memberi arti bergerak menjauh. Makna ini
menyiratkan kesan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal
mutlak dalam emosi.
Perkembangan sosio-emosional peserta didik termasuk suatu
pembahasan yang sangat penting karena dengan mengetahui
perkembangan sosio-emosional peserta didik, para pendidik dapat
mengambil tindakan pada permasalahan peserta didik dengan
berbagai karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Sosio-emosional
adalah perubahan yang terjadi pada diri setiap individu dalam warna
afektif yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Dalam
pembahasan sosio-emosional ini lebih ditekankan dalam sosio-
emosional remaja. Pada masa remaja, tingkat karakteristik emosional
akan menjadi drastis tingkat kecepatannya. Gejala-gejala emosional
para remaja seperti perasaan sayang, cinta dan benci, harapan-
harapan dan putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik.

19
Sebagai pendidik kita harus mengetahui setiap aspek yang
berhubungan dengan perubahan tingkah laku dalam perkembangan
remaja, serta memahami aspek atau gejala tersebut sehingga kita
bisa melakukan komunikasi yang baik dengan remaja. Perkembangan
emosi remaja merupakan suatu titik yang mengarah pada proses
dalam mencapai kedewasaan. Meskipun sikap kanak-kanak akan sulit
dilepaskan pada diri remaja karena pengaruh didikan orang tua.
Faktor yang sangat memengaruhi perkembangan peserta didik pada
usia remaja yaitu didikan orang tua, lingkungan sekitar tempat tinggal
dan perlakuan guru di sekolah. Pengaruh sosio-emosional yang baik
pada remaja terhadap diri sendiri yaitu untuk mengendalikan diri,
memutuskan segala sesuatu dengan baik, serta bisa lebih matang
merencanakan segala hal yang akan diputuskannya, sedangkan
terhadap orang lain, yaitu mampu menjalin kerja sama yang baik,
saling menghargai dan mampu memposisikan diri di lingkungan
dengan baik.
Agar seorang peserta didik dapat memiliki kecerdasan emosi dengan
baik haruslah dibentuk sejak usia dini, karena pada saat itu sangat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan manusia selanjutnya.
Sebab pada usia ini dasar-dasar kepribadian anak telah terbentuk.
Jelaslah sudah betapa pentingnya seorang pendidik memahami
perkembangan sosio-emosional peserta didik, agar dalam proses
pembelajaran perkembangan sosio-emosional peserta didik yang
berbeda-beda dapat diatasi dengan baik.

d. Perkembangan Moral dan Spritual Peserta Didik


Perkembangan moral dan spiritual peserta didik adalah dua hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Demikian pula dalam
proses pendidikan peserta didik baik itu di sekolah maupun di rumah.
Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti nafas atau
udara, spirit memberikan hidup, menjiwai seseorang. Spiritual meliputi
komunikasi dengan Tuhan (fox 1983), dan upaya seseorang untuk
bersatu dengan Tuhan (Magill dan Mc Greal 1988), spiritualitas

20
didefinisikan sebagai suatu kepercayaan akan adanya suatu kekuatan
atau suatu yang lebih agung dari diri sendiri (Witmer, 1989).
Karakteristik spiritual yang utama meliputi perasaan dari keseluruhan
dan keselarasan dalam diri seorang, dengan orang lain, dan dengan
Tuhan atau kekuatan tertinggi sebagai satu penetapan. Orang-orang,
menurut tingkat perkembangannya, pengalaman memerhitungkan
keamanan individu, tanda-tanda kekuatan, dan perasaan dari
harapan. Hal itu tidak berarti bahwa individu adalah puas secara total
dengan hidup atau jawaban yang mereka miliki. Seperti setiap hidup
individu berkembang secara normal, timbul situasi yang
menyebabkan kecemasan, tidak berdaya, atau kepusingan.
Karakteristik kebutuhan spiritual meliputi: kepercayaan, pemaafan,
cinta dan hubungan, keyakinan, kreativitas dan harapan, maksud dan
tujuan, serta anugrah dan harapan.
Teori Kohlberg telah menekankan bahwa perkembangan moral
didasarkan terutama pada penalaran moral dan berkembang secara
bertahap yaitu: penalaran prakovensional, konvensional, dan
pascakonvensional.
1) Tingkat Satu: Penalaran Prakonvesional
Penalaran prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam
teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak
memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral
dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal.
2) Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Penalaran konvensional adalah tingkat kedua atau tingkat menengah
dari teori perkembangan moral Kohlberg. Internalisasi individu pada
tahap ini adalah menengah. Seorang mentaati standar-standar
(internal) tertentu, tetapi mereka tidak mentaati standar-standar
(internal) orang lain, seperti orangtua atau masyarakat.
3) Tahap Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori
perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-
benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar
orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki

21
pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode
moral pribadi.
Karakteristik dari kebutuhan spiritual ini menjadi dasar dalam
menentukan karakteristik dari perubahan fungsi spiritual yang akan
mengarahkan individu dalam berperilaku, baik itu kearah perilaku
yang adaptif maupun perilaku yang maladaptif

e. Latar BelakangSosial Budaya Peserta Didik


Sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat
atau kemasyarakatan, sementara budaya segala hal yang dibuat oleh
manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung
cinta, rasa, dan karsa. Jadi dapat disimpulkan dari segi istilah sosal
budaya merupakan segala hal yang diciptakan oleh manusia dengan
pikiran dan budinya dalam kehidupan bermasyarakat. Unsur-unsur
sosial budaya peserta didik meliputi antara lain bahasa, kesenian,
sistem religi, sistem kemasyarakatan dan sistem ekonomi. Kehidupan
dan nilai sosial budaya peserta didik dalam kehidupannya selalu
mendapatkan dan dipengaruhi oleh nilai-nilai sosio-budaya dari
lingkungan sekitarnya mulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat
sekitar.

2. Potensi Peserta Didik


Potensi adalah kesanggupan, daya, kemampuan individu untuk lebih
berkembang. Setiap individu memiliki potensi yang berbeda satu sama
lainnya. Potensi peserta didik yang dimaksud adalah kemampuan yang
mungkin dikembangkan atau menunjang potensi lain. Potensi ini
meliputi: potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat, potensi moral, dan
religius.
1.Potensi fisik merupakan kondisi kesehatan fisik dan berfungsinya
anggota tubuh dengan baik yang diperoleh dari pemeriksaan oleh tenaga
medis, observasi perilaku, wawancara, dan pengisian angket akan
menunjang kelancaran peserta didik melakukan aktivitas belajar dan
memaksimalkan keberhasilan peserta didik dalam belajar. Organ tubuh
akan berfungsi dengan baik dan maksimal apabila kondisi kesehatan
peserta didik juga baik.

22
Herry Wibowo (2007:19) menyatakan bahwa potensi terbesar manusia
adalah otak. Otak adalah pengatur seluruh fungsi tubuh, dan juga sebagai
pusat yang mengendalikan perilaku individu. Adapun potensi intelektul
atau kekuatan otak individu berkaitan dengan daya nalar dan logika yang
berupa kemampuan untuk mempelajari keterampilan, menganalisis, dan
lain lain. Faktor-faktor yang memengaruhi potensi intelektual individu
adalah faktor internal, misalnya motivasi, kemauan, kemampuan dan
faktor eksternal, misalnya sarana dan daya dukung penunjang. Kedua
faktor ini sangat memberikan pengaruh pada pencapaian kemampuan
intelektual yang maksimal dari peserta didik. Faktor internal peserta didik
yang dominan memberikan kecenderungan kekuatan daya juang yang
besar saat menghadapi kesulitan dalam proses belajar.
Gordon Allport (2005:23) mendeskripsikan kepribadian sebagai suatu
organisasi dinamis dari sistem psiko-fisik dalam berinteraksi dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang unik. Aspek-
aspek sikap kepribadian diantaranya mencakup karakter, temperamen,
sikap, stabilitas emosi, responsibilitas, dan sosiabilitas.
Berdasarkan pandangan psikologi, sikap mengandung unsur penilaian
dan reaksi afektif, sehingga menghasilkan motif. Jalaluddin (1996:187)
menyatakan sikap terbentuk melalui hasil belajar dari interaksi dan
pengalaman seseorang dan bukan faktor bawaan.
Minat didefinisikan sebagai suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan
tertentu. Minat peserta didik dapat memengaruhi sikap dan perilakunya
dalam menerima pembelajaran.
Bakat menurut Slavin didefinisikan sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorangpeserta didik untuk belajar. Oleh karena itu bakat
memengaruhi keberhasilan individu mencapai sesuatu. Ahli psikologi
lainnya mengatakan bakat adalah kemampuan dasar untuk melakukan
suatu tugas tanpa upaya pendidikan atau pelatihan.
Moral merupakan ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Adapun keagamaan
peserta didik berkaitan dengan konsep ketuhanan yang dianutnya. Moral

23
dan keagamaan individu memberikan pengaruh pada pembentukan nilai
dan keyakinan yang dianutnya. Peserta didik yang memiliki keyakinan
akan nilai-nilai kebenaran, kearifan, dan saling menghargai akan
berdampak pada proses dan hasil pencapaian potensi peserta didik.

a. Faktor Internal yang Memengaruhi Potensi Peserta Didik


1) Faktor Fisik
Setiap individu mempunyai ciri dan sifat atau karakteristik bawaan
(heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh
lingkungan.Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan
yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun
faktor sosial psikologis. Hal tersebut merupakan dua faktor yang
terbentuk karena faktor yang terpisah, masing-masing memengaruhi
kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan
caranya sendiri-sendiri.
Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk
menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental,
dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Karakteristik yang
berkaitan dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih
bersifat tetap, sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan sosial
psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis berkaitan dengan hal kejiwaan, kapasitas mental,
emosi, dan intelegensi individu. Kemampuan berpikir peserta didik
memberikan pengaruh pada hal memecahkan masalah dan juga
berbahasa. Hal lain yang berkaitan dengan aspek psikologi peserta
didik adalah motivasi intrinsik. Menurut Arden N.F. (Hayinah, 1992)
motivasi Intrinsik meliputi dorongan ingin tahu; sifat positif dan kreatif;
keinginan mencapai prestasi; dan kebutuhan untuk menguasai ilmu
dan pengetahuan yang berguna bagi dirinya. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan belajar peserta didik.

b. Faktor Eksternal yang Memengaruhi Potensi Peserta Didik


1) Lingkungan Sosial Masyarakat

24
Lingkungan sosial individu adalah lingkungan saat seorang individu
berinteraksi dengan individu lainnya dalam suatu ikatan norma dan
peraturan. Kondisi lingkungan yang sehat dan mendukung secara
positif terhadap proses belajar peserta didik akan memberikan
pengaruh yang positif pada perkembangan potensi peserta didik.
Lingkungan masyarakat yang kumuh, dan tidak mendukung secara
positif seperti banyaknya pengangguran, dan anak terlantar akan
memberikan pengaruh negatif pada aktivitas dan potensi peserta
didik.
2) Lingkungan Sosial Keluarga
Keluarga adalah lingkungan sosial terkecil pada peserta didik. Peran
keluarga dalam menunjang potensi peserta didik sangat penting. Hal-
hal seperti kedekatan dengan orang tua, dukungan, dan hubungan
dengan anggota keluarga yang harmonis akan memberikan dampak
pada perkembangan potensi peserta didik.
3) Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah, seperti teman sekelas, guru, dan staf
administrasi dapat memberikan pengaruh terhadap proses belajar
peserta didik. Hubungan baik dan harmonis diantara ketiganya
memberikan pengaruh pada proses belajar. Memberikan motivasi
yang positif dan kesempatan pada peserta didik untuk belajar dan
berkembang akan sangat berpengaruh pada pencapaian potensinya.
Guru harus dapat mengamati dengan baik karakteristik dari peserta
didik.
4) Perbedaan ras, suku, budaya, kelas sosial peserta didik
Sekolah adalah wadah bagi seluruh peserta didik untuk
mengembangkan potensinya tanpa memandang perbedaan.
Memahami perbedaan karakteristik peserta didik adalah merupakan
tantangan besar bagi pendidik dalam menunjang perkembangan
potensi peserta didik. Bagaimana menciptakan kondisi kelas yang
mendukung aktivitas belajar yang dapat mewadahi seluruh peserta
didik merupakan salah satu peran penting dari pendidik. Perbedaan
ras dan etnik akan memunculkan perbedaan dialek bahasa, nilai, dan
keyakinan yang kesemuanya itu akan sangat membawa pengaruh

25
dalam proses pengembangan potensi peserta didik. Pendidik harus
peka dan memiliki sikap positif terhadap perbedaan karakteristik
peserta didiknya. Mc. Graw Hill (2009) dalam bukunya Learning to
Teach menyatakan bahwa ketika penggunaan dialek bahasa keluarga
yang dipakai oleh peserta didik di Amerika dipaksa untuk dihapuskan,
maka kecenderungan prestasi akademik siswa tidak mengalami
peningkatan, justru memunculkan kondisi emosional yang negatif
pada mereka. Pendidik sebaiknya senantiasa mampu memunculkan
kondisi emosi positif pada peserta didik dengan segala keberagaman
karakteristik mereka.

3. Konsep Bekal- Ajar Awal Peserta Didik

Setiap peserta didik dapat dipastikan memiliki perilaku dan karakteristik


yang cenderung berbeda. Kondisi ini penting diperhatikan dalam
pembelajaran, karena dengan mengidentifikasi kondisi awal peserta didik
dapat memberikan informasi penting untuk guru dalam pemilihan strategi
pengelolaan, yang berkaitan dengan bagaimana menata
pembelajaran.Hal ini berkaitan dengan komponen-komponen strategi
pengajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik perseorangan
peserta didik sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
Kegiatan menganalisis peserta didik dalam pengembangan pembelajaran
merupakan pendekatan yang menerima peserta didik apa adanya.Hal ini
dilakukan untuk menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan
peserta didik tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik adalah bertujuan untuk
menentukan apa yang harus diajarkan tidak perlu diajarkan dalam
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Karena itu, kegiatan ini sama
sekali bukan untuk menentukan prasyarat dalam menyeleksi peserta didik
sebelum mengikuti pembelajaran.

a. Pengertian Bekal-Ajar Awal Peserta Didik


Peserta didik menurut Sudarwan Danim (2010:47) merupakan sumber
daya utama dan terpenting dalam proses pendidikan. Peserta didik bisa

26
belajar tanpa guru. Sebaliknya, guru tidak bisa mengajar tanpa peserta
didik. Karenanya kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam
proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilambangkan dengan
menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik.Bekal ajar awal
peserta didik dapat pula diartikan kemampuan awal (entry behavior)
adalah kemampuan yang yang telah diperoleh peserta didik sebelum dia
memperoleh kemampuan terminal tertentu yang baru. Kemampuan awal
menunjukkan status pengetahuan dan keterampilan peserta didik
sekarang untuk menuju ke status yang akan datang yang diinginkan guru
agar tercapai oleh peserta didik. Dengan kemampuan ini dapat ditentukan
darimana pengajaran harus dimulai.
Esensinya tidak ada peserta didik di muka bumi ini benar-benar sama. Hal
ini bermakna bahwa masing-masing peserta didik memiliki karakteristik
tersendiri. Karakteristik peserta didik adalah totalitas kemampuan dan
perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil dari interaksi antara
pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga menentukan pola
aktivitasnya dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita.

b. Tujuan Mengidentifikasi Bekal-Ajar Awal Peserta Didik


Identifikasi bekal-ajar awal peserta didik bertujuan untuk:

1) Memeroleh informasi yang lengkap dan akurat berkenaan


dengan kemampuan awal peserta didik sebelum mengikuti
program pembelajaran tertentu;

2) Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan serta


kecendrungan peserrta didik berkaitan dengan pemilihan
program pembelajaran tertentu yang akan diikuti mereka; dan
3) Menentukan desain program pembelajaran dan atau pelatihan
tertentu yang perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuan
awal peserta didik.

Teknik mengaktifkan bekal awal peserta didik digunakan untuk


mengetahui kemampuan awal peserta didik. Seorang pendidik dapat
melakukan tes awal (pre-test). Tes yang diberikan dapat berkaitan

27
dengan materi ajar sesuai dengan panduan kurikulum. Selain itu
pendidik dapat melakukan wawancara, observasi, dan memberikan
kuesioner kepada peserta didik atau calon peserta didik, serta guru
yang biasa mengampu pelajaran tersebut.
Teknik yang paling tepat untuk mengetahui bekal-ajar awal peserta
didik yaitu tes. Teknik tes ini menggunakan tes prasyarat dan tes
awal. Sebelum memasuki pelajaran sebaiknya guru membuat tes
prasyarat dan tes awal. Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui
apakah peserta didik telah memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan atau yang menjadi syarat untuk mengikuti suatu
pelajaran. Sedangkan tes awal adalah tes untuk mengetahui
seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan
mengenai pelajaran yang hendak diikuti. Benjamin S. Bloom melalui
beberapa eksperimen membuktikan bahwa untuk belajar yang
bersifat kognitif apabila pengetahuan atau kecakapan pra syarat ini
tidak dipenuhi, maka betapa pun kualitas pembelajaran tinggi, maka
tidak akan menolong untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi.
Hasil pretest juga sangat berguna untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan yang dimiliki dan sebagai perbandingan dengan hasil
yang dicapai setelah mengikuti pelajaran. Jadi kemampuan awal
sangat diperlukan untuk menunjang pemahaman siswa sebelum
diberi pengetahuan baru karena kedua hal tersebut saling
berhubungan sebagai berikut:
Seberapa luas pengetahuanmu tentang native speaker?
1). Saya belum pernah mendengar istilah itu
2). Saya pernah mendengar tapi belum tahu tentang native speaker
3). Saya hanya tahu sedikit tentang native speaker
4). Saya belum tahu pengertian native speaker secara luas

4.Kesulitan Belajar Peserta Didik

a.Pengertian Kesulitan Belajar


Setiap individu tidak sama. Perbedaan individu ini menyebabkan
perbedaan tingkah laku belajar di kalangan peserta didik. Sehingga

28
memunculkan perbedaan kemampuan peserta didik dalam
memahami materi pembelajaran di kelas yang sering disebut sebagai
kesulitan belajar. Hamalik(1983) menyatakan kesulitan belajar dapat
diartikan sebagai keadaan dimana peserta didik tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut tidak bisa diabaikan oleh
seorang pendidik karena dapat menjadi penghambat tujuan
pembelajaran.
Kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh faktor intelegensi yang
rendah, akan tetapi bisa disebabkan oleh faktor-faktor nonintelegensi.
Oleh karena itu, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan
belajar. Wood (2007:33) menyatakankesulitan belajar adalah suatu
kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan
tersebut diakibatkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri peserta
didik maupun luar diri peserta didik. Faktor-faktor penyebab tersebut,
hendaklah dipahami oleh pendidik agar setiap peserta didik dapat
mencapai tujuan belajar yang baik.
Peserta didik mempunyai hak yang sama untuk mencapai kinerja
akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun
kenyataannya pendidik kurang memahami peserta didik yang memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar
belakang, kebiasaan dan pendekatan belajar antara pesetrta didik
satu dengan lainnya. Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di
sekolah-sekolah pada umumnya hanya ditunjukkan kepada para
peserta didik yang berkemampuan rata-rata, sehingga peserta didik
yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang akan
terabaikan. Peserta didik yang berkategori di luar rata-rata itu (sangat
pintar dan sangat rendah) tidak mendapat kesempatan yang memadai
untuk berkembang sesuai dengan kepasitasnya. Kesulitan belajar
(learning difficulty) yang tidak hanya dialami peserta didik
berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh peserta didik
yang berkemampuan tinggi.

29
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan kesulitan
belajar adalah suatu hambatan yang dialami oleh peserta didik untuk
mencapai hasil belajar yang memuaskan.
Ciri-ciri kesulitan belajar menurut Moh. Suryaantara lain:
1) Menunjukkan hasil belajar yang rendah(dibawah rata-rata nilai
yang dicapai oleh kelompok kelas);
2) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan;
3) mungkin murid yang selalu berrusaha dengan giat tetapi nilai
yang dicapai selalu rendah;
4) Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia
selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan
tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia;
5) Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak
acuh, menentang, berpura-pura, dusta, dsb;
6) Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti
membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, menggangu didalam dan diluar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, mengsingkan diri, tersisih, tidak mau
bekerja sama, dsb;
7) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti
pemurung, mudah tersinggung, mudah pemarah, tidak
gembira dalam menghadapi situasi tertentu, misalnya dalam
menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau
menyesal dsb.
Pernyataan tersebut, dapat dipahami adanya beberapa manifestasi
dari gejala kesulitan belajar yang dialami oleh para peserta didik.
Gejala-gejala yang termanifestasi dalam tingkah laku setiap peserta
didik, diharapkan para pendidik dapat mengidentifikasi siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar dan siswa yang tidak mengalami
kesulitan dalam belajar, kerusakan susunan dan fungsi otak, dan
penyakit persalinan;
1) Faktor sosial,seperti pengaruh teman bermain, pergaulan dan
lingkungan sekitar;

30
2) Faktor keluarga, seperti keadaan keluarga yang tidak baik dan
kurangnya dukungan belajar dari orang tua.
Berikut ini penjabaran faktor-faktor kesulitan belajar yang dialamioleh
peserta didik menurut Koestur Partowisastro dan Hadi Suprapto
(1978:56) yaitu:
1) Kondisi fisiologis yang permanen meliputi inteligensi yang
terbatas, hambatan penglihatan dan pendengaran, dan
masalah persepsi.
2) Kondisi fisiologis temporer meliputi masalah makanan,
kecenderungan, dan kecapaian.
3) Kondisi lingkungan sosial permanen meliputi harapan dan
tekanan orang tua tinggi dan konflik dalam keluarga.
4) Kondisi lingkungan sosial temporer meliputi ada bagian-bagian
dalam urutan yang belum dipahami dan persaingan interes.
Sedangkan menurut Tidjan (2000), faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kesulitan belajar yaitu interen dan ekstern. Faktor interen
meliputi faktor fisiologis, yaitu kesehatan fisik terganggu,cacat fisik
dan sebagainya. Faktor intelektual, misalnya kecerdasan kurang,
kecakapan kurang, bakat-bakat kurang. Faktor minat, tidak berminat
atau kurang minat. Faktorkonsentrasi perhatian kurang. Faktor
ingatan kurang. Faktor emosi, misalnya rasa benci dan rasa tidak
puas.
Faktor ekstern meliputi Faktor tempat, misalnya tidak ada tempat
khusus untukbelajar. Faktor alat, alat-alat yang diperlukan dalam
belajar kurang atau tidak ada. Faktor waktu dan suasana, yaitu tidak
dapat mengatur waktu belajar, ramai dan gaduh, rumah dekat jalan
yang cukup ramai. Faktor lingkungan sekolah, misalnya bahan
pelajaran kurang, metode guru mengajar tidak memuaskan, pengeruh
teman yang tidak baik (negatif). Faktor lingkungan keluarga dan
masyarakat, misalnya situasi keluarga yang tidak menguntungkan
anak dalam belajar, begitu pula dengan masyarakatnya.

31
b.Analisis kesulitan belajar peserta didik
Prinsip-prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan
di dalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan melaksanakan
tugasnya dengan baik apabila dapat menerapkan cara mengajar yang
sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya
dapat mengontrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang
dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru
perlu memahami prinsip-prinsip belajar.
Belajar diperoleh dari sebuah pengalaman yang didalamnya terdapat
interaksi antara manusia dan lingkungan. Selain itu, belajar adalah
suatu proses yang berlangsung terus-menerus secara bertahap yang
dilakukan untuk mencapai tujuan atau cita-cita.Menurut para pakar,
belajar merupakan proses memiliki pengetahuan, dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Selain itu, belajar
merupakan perubahan secara fisik maupun motorik. Belajar juga
merupakan perubahan yang menekankan aspek-aspek rohani.Di
dalam belajar, ada tiga ranah yang satu sama lain tidak dapat
dipisahkan, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor
yang berhubungan dengan motorik kasar (melempar, menangkap,
menendang) dan motorik halus (menulis dan menggambar). Ketiga
ranah tersebut perlu dilatih dengan memperhatikan prinsip-prinsip
belajar yaitu:
1) Tujuan yang terarah;
2) Motivasi yang kuat;
3) Bimbingan untuk mengetahui hambatan dalam belajar;
4) Cara belajar dengan pemahaman;
5) Interaksi yang positif dan dinamis antara individu dan
lingkungan;
6) Teknik-teknik belajar;
7) Diskusi dan pemecahan masalah;
8) Mampu menerapkan apa yang telah dipelajari dalam
kegiatansehari-hari
Seorang anak pergi ke sekolah tidak boleh karena terpaksa,
melainkan karena suatu kebutuhan. Orang tua dan guru hendaknya

32
mengarahkan anak bahwa belajar adalah suatu kebutuhan, serta
membangun motivasi diri yang kuat bahwa dengan belajar di sekolah
berarti mempersiapkan hidup untuk masa depan. Hubungan yang
positif antara guru dan orang tua memungkinkan anak untuk belajar
secara aktif. Misalnya, ketika anak mengalami kesulitan, guru atau
orang tua memberikan bimbingan agar apa yang dipelajari dapat
dipahami dengan mudah. Ada beberapa hal yang menyebabkan anak
mengalami kesalahan belajar, diantaranya sebagai berikut:
1) Belajar tanpa adanya tujuan yang jelas;
2) Belajar tanpa rencana (hanya insidental);
3) Hanya menghafal tanpa memahami;
4) Tidak dikaitkan dengan pengalaman dan teknik-teknik yang
bervariasi;
5) Tidak ada pengelolaan waktu belajar;
6) Tidak menggunakan alat bantu atau referensi yang utuh.

c. Jenis-jenis kesulitan belajar


Ada empat jenis kesulitan/gangguan belajar yang seringkali ditemui
dalam perkembangan seorang anak, yaitu sebagai berikut.
1) Kesulitan belajar akademis
Meliputi kesulitan membaca, kesulitan menulis, dan kesulitan
berhitung. Kesulitan membaca merupakan suatu diagnosis yang
ditandai oleh adanya kesulitan berat dalam mengerti bahan bacaan.
Anak yang mengalami gangguan membaca akan kesulitan dalam
mengenal kata, mengucapkan, dan memahami apa yang dibaca. Ada
dua macam gangguan dalam membaca, yaitu: aphasia,disebabkan
karena anak kehilangan kemampuan membacanya.Disleksia,
disebabkan karena gangguan fungsi saraf (neurologisnya
rusak).Faktor yang menyebabkan kesulitan membaca, yaitu(1)
psikologis (gagap), anak merasa malu jika ditertawakan teman-
temannya; (2) hambatan didaktik-metodik, anak mengenal bunyi huruf
tetapi mereka kesulitan membacanya apabila huruf itu dirangkai
menjadi kata.

33
Kesulitan menulis, merupakan gangguan pada kemampuan menulis
anak, yaitu kemampuan di bawah rata-rata anak seusianya dalam hal
menulis. Gangguan ini tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan dan
pendidikan yang telah dijalaninya. Hal tersebut menimbulkan masalah
pada akademik anak dan berbagai area kehidupan anak. Kesulitan
menulis disebabkan kerena kemampuan psikomotor yang kurang
terlatih. Anak yang memiliki kesulitan menulis sulit dalam membuat
tulisan dan mengekspresikan diri melalui tulisan. Macam-macam
kesulitan menulis yaitu (a) Disgraphia, merupakan kesulitan menulis
yang disebabkan gangguan saraf; (b) Hyperkenesis, kesulitan menulis
yang memiliki gerakan berlebih dan tidak normal. Misalnya,
menghentak-hentakkan kaki atau bergoyang-goyang terus ketika
menulis.
Kesulitan berhitungmerupakan gangguan matematik yang memiliki
kesulitan dalam kemampuan aritmatik. Kesulitan ini tidak disertai
dengan adanya gangguan penglihatan, pendengaran, fisik, atau
emosi. Kesulitan berhitung disebut discalculia. Anak akan
mengalami kesulitan dalam memikirkan atau mengingat informasi
yang melibatkan angka-angka.
2) Gangguan Simbolik
Gangguan simbolik yaitu ketidakmampuan anak untuk dapat
memahami suatu obyek sekalipun ia tidak memiliki kelainan pada
organ tubuhnya. Ciri-cirinya antara lain (1) siswa mampu mendengar
tapi tidak mengerti apa yang didengar; (2) mampu mengaitkan obyek
yang dilihat, namun mengalami gangguan pengamatan(visual
reseptive), (3) mengalami gangguan gerak-gerik(motoraphasia).
3) Gangguan Nonsimbolik
Gangguan nonsimbolik merupakan ketidakmampuan anak untuk
memahami isi pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk
mengulang kembali apa yang telah dipelajarinya. Kesulitan belajar
yang telah dipaparkan tersebut sangat berdampak pada proses
belajar. Namun, ada pula siswa SD yang karena proses kelahiran
atau musibah mengalami cidera otak, sehingga siswa itu tidak
mampu untuk belajar. Ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas

34
tertentu yang tidak dapat dilakukan anak-anak yang sebaya seperti:
mandi sendiri, sikat gigi, menulis, membaca disebut learning disability.
Anak yang mengalami kerusakan saraf yang berat disebut learning
disorder. Anak yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata, namun
prestasi akademiknya rendah disebut underachiever. Sedangkan
anak yang lamban belajar dan tidak mampu menyelesaikan
pekerjaannyadengan tepat serta waktu belajarnya lebih lama
dibandingkan rata-rataanak seusianya disebut slow learner.
4) Gangguan Sosial Emosional
Sifat guru atau pendidik ingin mengajarkan anak didiknya yang
berperilaku baik dan pandai untuk membangun keberhasilan dalam
proses belajar di kelas. Namun, kadang kala ada anak yang tergolong
mempunyai gangguan sosial emosional yang nampak di kelas.
Permasalahan sosial emosional dalam belajar antara lain sebagai
berikut. Pertama, hiperaktif, anak hiperaktif cenderung tidak bisa
diam. Ia cenderung bergerak terus menerus, kadang suka berlarian,
melompat-lompat, bahkan teriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk
dikontrol, karena ia melakukan aktivitas sesuai kemauannya
sendiri.Kedua, distractibility child, anak distractibility seringkali
mengalihkan perhatiannya ke berbagai obyek lain di kelas. Anak ini
mudah dipengaruhi, tetapi tidak bisa memusatkan perhatian pada
kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas. Anak ini juga cepat
bosan.Ketiga, poor self consept, anak yang poor self consept
cenderung pendiam, pasif, dan mudah tersinggung. Mereka tidak
berani bertanya atau menjawab karena merasa tidak mampu dan
cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri.Keempat,
impulsif, anak yang impulsif cepat sekali bereaksi terhadap sesuatu di
sekitarnya, tetapi hal tersebut justru mencerminkan
ketidakmampuannya. Misalnya, setiap guru memberi pertanyaan,
anak ini cepat bereaksi untuk cepat menjawab. Anak ini seperti ingin
menunjukkan bahwa ia pandai, tapi cara menjawabnya justru
mencerminkan ketidakmampuannya.Kelima, distructive behavior,
anak ini memiliki perilaku yang agresif. Sikap agresif yang negatif
dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak

35
ini adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak ini cepat
tersinggung dan bertemperamen tinggi sehingga menjadi
agresif.Keenam, distruptive behavior, anak ini sering mengeluarkan
kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada mengejek, anak ini
cenderung menentang guru.Ketujuh, dependency child, pada awalnya
anak ini seperti sangat bergantung pada orangtuanya, dan sering
merasa takut serta tidak mampu melakukan sesuatu sendiri. Hal ini
terjadi karena sikap orangtua yang terlalu over protektif atau sangat
melindungi.Kedelapan, withdrawal, anak yang withdrawal yaitu anak
yang suka menarik diri dan pemalu. Keadaan sosial ekonomi yang
rendah akan mengakibatkan anak merasa bahwa dirinya bodoh dan
enggan untuk mencoba membuat atau mengerjakan tugas-tugas yang
diberikan karena dirinya merasa tidak mampu.Kesembilan, learning
disability, anak ini tidak memiliki kemampuan mental yang setara
dengan anak-anak normal yang sebayanya. Anak seperti ini sulit
untuk menganalisis, menangkap isi pelajaran, dan mengaplikasikan
apa yang dipelajari.Kesepuluh, learning disorder, anak ini mempunyai
cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun saraf. Anak seperti ini
cenderung sulit belajar secara normal, sehingga membutuhkan
penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
khusus. Kesebelas, underachiver, anak ini mempunyai potensi
intelektual di atas rata-rata, namun potensi akademiknya di kelas
sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah.Kedua
belas, overachiver, anak ini mempunyai semangat belajar yang
sangat tinggi. Ia merespon dengan cepat. Anak ini tidak bisa
menerima kegagalan dan tidak mudah menerima kritikan dari
siapapun termasuk dari gurunya.Ketiga belas, slowlearner, anak ini
sulit menangkap pelajaran dan membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya.Keempat belas,
social interseption child, anak ini kurang peka dan tidak peduli
terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca
ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.

36
d. Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik
Cara mengatasi kesulitan belajar, berdasarkan gejala yang teramati
dan faktor penyebab kesulitan belajar, maka upaya yang dilakukan
guru antara lain:
1) tempat duduk siswa
Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan
hendaknya mengambil posisi tempat duduk bagian depan. Mereka
akan dapat melihat tulisan di papan tulis lebih jelas. Begitu pula dalam
mendengar semua informasi belajar yang diucapkan oleh guru.
2) Gangguan kesehatan
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan
di rumah dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing
oleh orang tua dan keluarga lainnya.
3) Program remedial
Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan
internal, perlu ditolong dengan melaksanakan program remedial.
Teknik program remedial dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di
antaranya adalah mengulang kembali bahan pelajaran yang belum
dikuasai, memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa, dan lain
sebagainya.
4) Bantuan media dan alat peraga
Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup
membantu siswa yang mengalami kesulitan menerima materi
pelajaran. Boleh jadi kesulitan belajar itu timbul karena materi
pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa.
5) Suasana belajar menyenangkan
Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan suasana
belajar kondusif. Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan
akan membantu siswa yang mengalami hambatan dalam menerima
materi pelajaran.
6) Motivasi orang tua di rumah
Anak yang mengalami kesulitan belajar perlu mendapat perhatian
orang tua dan anggota keluarganya. Peran orang tua sangat penting
untuk memberikan motivasi ekstrinsik dan intrinsik agar anak mampu

37
memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Selain itu juga orang tua
perlu memperhatikan kesehatan tubuh anak dengan memberikan
makanan dan miniman yang bergizi disertai dengan suplemen
pembangun tubuh yang cukup.

e. Rancangan Kegiatan Mengatasi Kesulitan Belajar Peserta Didik


Rancangan mengatasi kesulitan belajar peserta didik dapat dilakukan
dengan cara:
1) Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa
yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur
bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai
berikut.(1) Identifikasi kasus; Identifikasi kasus merupakan upaya
untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan
bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003)
memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan
belajar.(2) Call them approach; melakukan wawancara dengan
memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini
akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan
layanan bimbingan.(3) Maintain good relationship; menciptakan
hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang
pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan
melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan
kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra
kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.(4) Developing
a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke
arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya
dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan
tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil
pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan
berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil belajar
siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau
kegagalan belajar yang dihadapi siswa.(5) Melakukan analisis

38
sosiometris; dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2) Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik
kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks proses
belajar mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan
aspek : (a) substansial material; (b) struktural fungsional; (c)
behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah
siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk
melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap
Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi
lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan
kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan
keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g)
agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan
hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
3) Remedial atau Referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan
dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam
kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing,
pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru
pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut
aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka
selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya
membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan
masalah sebaiknya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat
seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan
terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan
dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikankriteria-
kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
1) Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa
berkaitan dengan masalah yang dibahas;

39
2) Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang
dibawakan melalui layanan dan;
3) Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa
sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan
upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003:67)
mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas
layanan yang telah diberikan apabila:
1) Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah
yang dihadapi.
2) Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang
dihadapi.
3) Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima
kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self
acceptance).
4) Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress
release).
5) Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya
6) Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam
mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil
keputusan secara sehat dan rasional.
7) Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha-
usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap ingkungannya,
sesuai dasar pertimbangan dan keputusan yang telah
diambilnya.

D. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan 1: Pendahuluan
1) Sebelum peserta melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa
menurut keyakinannya agar aktivitas pembelajaran dapat
berjalandengan lancar. Berdoa dapat dipimpin oleh ketua kelas dalam
pelatihan ini.
2) Fasilitator menjelaskan kompetensi, tujuan, indikator pembelajaran,
dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

40
3) Fasilitator membagi peserta diklat dalam beberapa kelompok. Satu
kelompok berjumlah 4 (empat) orang.

Kegiatan 2: Mengidentifikasi Karakteristik Peserta Didik


1) Peserta diklat berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LK 1.1
Memahami Karakteristik Peserta Didik. Sesama peserta saat
berdiskusi mencerminkan tindakan menghargai pendapat teman
dalamkelompoknya. Bila terjadi perbedaan pendapat dalam diskusi
peserta tidak memaksakan kehendak.
2) Wakil dari masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi di
depan kelas dengan semangat, hal ini memperlihatkan rasa senang
berbicara secara teratur. Setiap perwakilan kelompok melaporkan
hasil hasil diskusi dengan percaya diri.
3) Saat wakil kelompok presentasi, peserta lain memperhatikan dengan
seksama. Hal ini mencerminkan menghargai orang lain dan
solidaritas.
4) Fasilitator memberikan penguatan terhadap materi yang telah
didiskusikan.

Kegiatan 3: Mandiri Memecahkan Kasus Potensi Peserta Didik


1) Peserta secara mandiri memecahkan kasus yang terdapat dalam LK
1.2 Mengidentifikasi Potensi Peserta Didik. Masing-masing peserta
memecahkan kasus secara kreatif, percaya diri, dan tanggung jawab.
2) Peserta saling bertukar hasil pekerjaannya untuk saling koreksi
antarpeserta. Peserta diharapkan mampu mengoreksi pekerjaan
temannya secara objektif.
3) Hasil pekerjaan yang sudah dikoreksi oleh temannya dipajang di
papan pajangan yang telah disediakan.
4) Setiap peserta dapat saling membaca pekerjaan temannya. Hal ini
mencerminkan pembelajar sepanjang hayat.
5) Fasilitator memberi penguatan terhadap materi yang sedang dibahas.

Kegiatan 4: Berdiskusi untuk Mengidentifikasi Bekal Ajar Awal Pe-


serta

Didik

41
1) Peserta diklat berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LK 1.3
Mengidentifikasi Pemahaman Awal Peserta Didik. Sesama peserta
saat berdiskusi menghargai semangat kerjasama dan menyelesaikan
persoalan bersama. Para peserta mampu menghormati keragaman
pendapat.
2) Hasil diskusi setiap kelompok dipajang. Perwaklian kelompok
menunggui pajangan (hasil diskusi) dan sebagian wakil kelompok
mengunjungi pajangan (hasil diskusi) kelompok lain. Saat perwakilan
kelompok mengunjungi hasil diskusi kelompok lain, perwakilan
kelompok yang berkunjung dapat menanyakan hal-hal yang belum
dipahami dari hasil diskusi kelompok lain. Perwakilan kelompok yang
menunggu pajangan (hasil diskusi) memberikan penjelasan terhadap
pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain yang berkunjung. Hal ini
menunjukkan sikap komitmen atas keputusan bersama.
3) Wakil dari masing-masing kelompok melaporkan hasil kunjungannya
di depan kelas dengan semangat dan percaya diri. Hal ini
memperlihatkan rasa senang berbicara secara teratur.
4) Saat wakil kelompok melaporkan hasil kunjungannya, peserta lain
memperhatikan dengan saksama. Hal ini mencerminkan menghargai
orang lain dan solidaritas.
5) Fasilitator memberikan penguatan terhadap materi yang telah
didiskusikan.

Kegiatan 5: Berdiskusi Memecahkan Kasus Kesulitan Belajar Peserta

Didik
1) Peserta diklat berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LK 1.4
Mengidentifikasi Kesulitan Belajar Peserta Didik. Sesama peserta
saat berdiskusi mencerminkan tindakan menghargai pendapat teman
dalam kelompoknya. Para peserta mampu menghormati keragaman
pendapat.
2) Wakil dari masing-masing kelompok presentasi hasil diskusi di depan
kelas dengan semangat. Setiap perwakilan kelompok melaporkan
hasil hasil diskusi dengan tanggung jawab dan percaya diri.

42
3) Saat wakil kelompok presentasi, peserta lain memperhatikan dengan
seksama. Hal ini mencerminkan menghargai orang lain dan
solidaritas.
4) Fasilitator memberikan penguatan terhadap materi yang telah
didiskusikan.

Kegiatan 6: Penutup
1) Peserta melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari
dengan jujur dan bahasa yang santun.
2) Fasilitator memberi penguatan terutama tentang karakteristik peserta
didik, potensi pserta didik, bekal awal peserta didik, kesulitan belajar
peserta didik,dan tugas-tugas 1dalam kegiatan modul ini.
3) Setelah peserta melakukan aktivitas pembelajaran, peserta berdoa
menurut keyakinannya. Berdoa dapat dipimpin oleh ketua kelas dalam
pelatihan ini.

E. Latihan/ Kasus /Tugas

1. LK1.1 Memahami Karakteristik Peserta Didik


Hal-hal apa saja yang harus diketahui oleh pendidik untuk memahami
perkembangan karakteristik peserta didik?

Sebutkan tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget!

No Tahapan

43
1.

2
.

3
.

4
.

2. LK 1.2 Mengidentifikasi Potensi Peserta Didik

Permasalahan Solusi

Ketika melaksanakan
pembelajaran, Bapak/
Ibu berhadapan dengan
siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Apa
tindakan yang akan
Bapak/ Ibu lakukan?

3. LK 1.3 Mengidentifikasi Bekal- Ajar Awal Peserta Didik

Pertanyaan Jawaban

Apa tujuan
mengidentifikasi
pemahaman awal (entry
behavior) pada peserta
didik?

44
Bagaimanakah cara
mengidentifikasi
pemahaman awal (entry
behavior) pada peserta
didik?

4. LK 1.4 Mengidentifikasi Kesulitan Belajar Peserta Didik


Ryan Permana adalah siswa kelas XII. Tidak lama lagi dia akan
mengikuti ujian sekolah yang akan menentukan kelulusannya dari
sekolah tersebut. Namun upaya mempersiapkan diri dengan baik untuk
mengikuti ujian sekolah sering terkendala dengan kesibukannya
membantu pekerjaan ibunya yang sudah hidup menjanda selama 15
tahun. Setiap hari Ryan harus bangun pagi agar dapat membantu
mempersiapkan dan menata kue buatan ibunya untuk dibawa ke
sekolah. Kue tersebut dijual di kantin sekolah. Sepulangnya dari sekolah,
Ryan tidak langsung pulang ke rumah, karena dia harus belanja bahan-
bahan untuk membuat kue di pasar yang berdekatan dengan sekolahnya.
Tidak jarang Ryan setiap hari pulang sekolah sore hari. Akibatnya dia
tidak memiliki waktu untuk belajar di rumah. Bahkan, di malam hari pun
tidak banyak waktu yang dapat digunakan Ryan untuk belajar karena dia
harus membantu ibunya membuat kue yang akan dijual keesokan
harinya.
1) Tergolong kesulitan belajar yang manakah kasus Ryan di atas?
2) Bagaimanakah cara Bapak/ Ibu mendiagnosis masalah belajar yang
dihadapi Ryan tersebut?

45
F. Rangkuman
Sebagai seorang pendidik tentunya Anda tidak hanya bertugas mengajar di
kelas saja, akan tetapi tugas seorang pendidik adalah: mendidik, mengajar,
dan melatih. Hal ini sangatl tepat apabila dikaitkan dengan pembentukan
karakter yang baik bagi para peserta didik. Seperti apa seorang pendidik
mendidik, bagaimana mengajar, dan bagaimana melatih para peserta didik.
Semua tantangan diatas berawal dari pendidik itu sendiri, bagaimana
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, diantaranya dengan kesan
pertama pendidik itu berada dilingkungan kelas.

Setiap peserta didik memiliki potensi. Potensi peserta didik yang dimaksud
adalah kemampuan yang mungkin dikembangkan atau menunjang potensi
lain. Potensi ini meliputi: potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat, potensi
moral, dan religius.

Faktor-faktor yang memengaruhi potensi peserta didik berasal dari aspek


internal dan eksternal. Selain itu, aspek fisik, psikologis dan lingkungan sosial
budaya juga berperan penting. Pendidik harus mampu mengidentikasi
dengan cermat keberagaman dari karakteristik peserta didik agar proses dan
hasil belajardari peserta didik menjadi maksimal.

Peserta didik memiliki pemahaman awal (entry behavior). Mengetahui


pemahaman awal sangat penting untuk diperhatikan karena dengan
mengidentifikasi kondisipembelajaran dapat memberikan informasi penting
untuk guru dalam pemilihan strategi pengelolaan pembelajaran yang efektif
dan bermakna yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Dalam pembelajaran, adakalanya peserta didik mengalami kesulitan belajar.


Kesulitan belajar adalah suatu hambatan yang dialami oleh peserta didik
untuk mencapai hasil belajar maksimal. Faktor-faktor yang memengaruhi
terjadinya kesulitan belajar menurut Koestur Partowisastro dan Hadi
Suprapto (1978) meliputi (1) kondisi fisiologis permanen, (2) kondisi fisiologis
temporer, (3) kondisi lingkungan sosial permanen, dan (4) kondisi lingkungan
sosial temporer.

46
Menurut Tidjan (2000) secara umum ada dua macam faktor penyebab
terjadinya kesulitan belajar, yaitu faktor interen dan faktor ekstern. Faktor
interen meliputi faktor fisiologis, intelektual, minat, konsentrasi perhatian
kurang, ingatan kurang, dan emosi. Faktor ekstern meliputi faktor tempat,
alat, waktu, suasana, serta lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Nilai-nilai karakter apa yang Bapak/Ibu peroleh setelah membahas materi
Karakteristik Peserta Didik?

Nilai-nilai karakter apa yang dapat Bapak/Ibu terapkan kepada peserta didik
setelah mempelajari materi ini?

Bagaimana cara Bapak/Ibu membiasakan nilai-nilai karakter ini kepada

Peserta didik dalam kehidupan sehari-hari?

Pengalaman penting apa yang Bapak/ibu peroleh setelah mempelajari materi


dalam modul ini?

47
Apakah Bapak/Ibu mengalami kesulitan mengkuti kegiatan pembelajaran da-
lam modul ini?

48
PEMBAHASAN LATIHAN/TUGAS/KASUS

A. LK 1.1 Memahami Karakteristik Peserta Didik


1) Hal-hal apa saja yang harus diketahui pendidik agar memahami
perkembangan karakteristik peserta didik?

1) Potensi yang dimiliki peserta didik

2) Tingkat perkembangan kedewasaan peserta didik

3) Kemampuan kognitif peserta didik

4) Potensi mandiri yang dimiliki peserta didik

5) Tingkat Kebutuhan peserta didik dalam hal bimbingan dan perlakuan


manusiawi

2) Sebutkan tahapan perkembangan kognitif !

TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK

No Tahapan

1. Tahap Sensorik-Motorik (usia 0-2 tahun)

2 Tahap Pra-Operasional (usia 2-7 tahun)


.

3 Tahap Konkret-Operasional (usia 7-11 tahun)


.

4 Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun-dewasa)


.

B. LK 1.2 Mengidentifikasi Potensi Peserta Didik

Permasalahan Solusi

Ketika melaksanakan Usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk

49
pembelajaran, Bapak/ Ibu meningkatkan motivasi semangat belajar
berhadapan dengan peserta peserta didik yang malas antara lain
didik yang malas belajar. Apa melakukan pendekatan secara persuasif
tindakan yang akan Anda dan edukatif. Selain itu, pendidik harus
lakukan? berupaya dengan merancang
pembelajaran yang lebih menarik, memilih
bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik, menggunakan media
pembelajaran yang menarik, dan lain-lain.

C. LK 1.3 Mengidentifikasi Bekal- Ajar Awal Peserta Didik

Pertanyaan Jawaban

Apakah tujuan Tujuan mengidentifikasi bekal awal peserta didik


mengidentifikasi adalah:
bekal awal (entry
a. Memperoleh informasi yang lengkap dan akurat
behavior) peserta
berkenaan dengan kemampuan awal peserta
didik?
didik sebelum mengikuti program pembelajaran
tertentu.
b. Menyeleksi tuntutan, bakat, minat, kemampuan,
serta kecendrungan peserta didik berkaitan
dengan pemilihan program pembelajaran
tertentu yang akan diikuti mereka.
c. Menentukan desain program pembelajaran dan
atau pelatihan tertentu yang perlu dikembangkan
sesuai dengan kemampuan awal peserta didik.

Bagaimanakah Cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi


caramengidentifikasi Pemahaman awal peserta didik adalah dengan cara
pemahaman awal (1) pre test, (2) observasi, dan (3) wawancara.
(entry behavior)
peserta didik?

D. LK 1.4 Mengidentifikasi Kesulitan Belajar Peserta Didik

Kasus Ryan termasuk kategori kasus keluarga, mengatasinya dengan


memberi motivasi kepada keluarga Ryan.

50
EVALUASI

Kerjakan soal di bawah ini! Pilihlah jawaban yang paling benar!

1. Pak Dema sangat memahami karakteristik siswa-siswinya. Karena siswa-


siswinya sering menunjukkan sikap kurang antusias setiap kali diskusi
kelompok, kali ini Pak Dema melakukan kebijakan yang berbeda dari
biasanya. Pak Dema membentuk kelompok-kelompok kecil terdiri atas 4-5
siswa yang heterogen terdiri atas putra dan putri. Ternyata upaya Pak
Dema ini berhasil. Tiap-tiap kelompok menjadi lebih antusias berdiskusi.
Keberhasilan Pak Dema tersebut disebabkan adanya perkembangan fisik
anak pada bagian ....
A. Kelenjar eksostrin
B. Hormon testosteron
C. Kelenjar endoktrin
D. Struktur fisik

2. Seorang siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah yang mereka


hadapi, lalu masalah itu didiskusikan dalam kelompok untuk mendapatkan
solusinya.
Ilustasi ini berkaitan dengan perkembangan ....
A. kemampuan kognitif
B. kemampuan interaksional
C. kemampuan integrasi diri
D. kemampuan komunikatif

3. Seorang anak yang tidak mampu membangun kerja sama dalam kelompok.
Dia cenderung menguasai forum dan tidak memberi kesempatan kepada
teman-temannya. Jika teman lain berhasil mengendalikan diskusi, dia lebih
memilih bekerja mandiri.
Anak seperti itu bermasalah dalam hal perkembangan ....
A. kognitif interaksional
B. sosial emosional

51
C. moral spiritual
D. sosial kognitif

4. Seorang anak yang memiliki moralitas benar-benar diinternalisasikan dan


tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Dia mengenal tindakan
moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, lalu membuat keputusan menurut
suatu kode moral pribadi.
Hal ini merupakan contoh perilaku moral-spritual pada tahapan ...
A. penalaran prakonvensional
B. penalaran interkonvensional
C. penalaran pascakonvensional
D. penalaran konvensional

5. Salah satu faktor internal yang memengaruhi potensi intelektual peserta


didik adalah motivasi intrinsik. Hal-hal yang termasuk faktor motivasi
intrinsik adalah ....
A. budaya dan kebiasaan
B. harmonisasi keluarga
C. daya tarik integrasi
D. sifat positif dan kreatif

6. Seorang peserta didik merasa kurang bersemangat pada jam usai


pembelajaran. Dia bahkan lebih senang tinggal di sekolah sampai sore,
petugas kebersihan sekolah sampai menyuruhnya pulang karena matahari
hampir tenggelam.
Peserta didik tersebut dicurigai memiliki hambatan pengembangan potensi
berupa faktor ....
A. intelegensi dan kognitif
B. budaya dan pembiasaan
C. keluarga dan lingkungan masyarakat
D. emosional dan kepribadian

7. Seorang guru berusaha untuk memberikan pembelajaran yang variatif

52
kepada peserta didiknya. Dia ingin seluruh peserta didik berkembang
sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didiknya.
Kegiatan yang harus dilakukan guru agar terpenuhi harapannya tersebut
adalah ....
A. mendata bekal awal yang dimiliki oleh masing-masing peserta didiknya.
B. mempersiapkan rancangan pembelajaran sesuai dengan keinginan
guru.
C. membuat media pembelajaran yang mendukung pembelajarannya.
D. mengumpulkan berbagai sumber belajar sesuai keinginan guru.

8. Memaksimalkan kegiatan ekstrakurikuler, melakukan rekreasi dengan guru,


dan melakukan kegiatan informal lainnya memiliki fungsi untuk mengatasi
kesulitan belajar dalam hal .
A. mengaktualisasikan diri
B. penciptaan hubungan yang baik
C. mengemukakan gagasan
D. memformulasikan tindakan

9. Cara yang yang paling cepat dan akurat yang digunakan untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik yang bersumber dari faktor
sosial adalah
A. brainstorming
B. wawancara
C. angket
D. sosiometri

10. Status pengetahuan dan keterampilan peserta didik sekarang untuk menuju
ke status yang akan datang yang diinginkan guru agar tercapai oleh peserta
didik merupakan konsep dasar dari .
A. proses belajar
B. kemajuan belajar
C. bekal awal
D. capaian belajar

53
Kunci Jawaban
Pilihan Ganda

No Kunci Jawaban
1 C
2 A
3 B
4 C
5 D
6 C
7 A
8 B
9 A
10 C

54
PENUTUP

Dengan tuntasnya mempelajari materi dalam modul Pengembangan keprofesian


berkelanjutan Bahasa Indonesia SMAKelompok Kompetensi A ini, Bapak/ Ibu
diharapkan tidak lagi mengalami kesulitan dalam mengembangkan pembelajaran
yang efektif dan bermakna di kelas. Guru sebaiknya mendapatkan pemahaman
terhadap kompetensi pedagogik dan profesional dengan komposisi yang ideal.
Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting dan tidak dapat dilewatkan pada
setiap pertemuan.

Materi yang diuraikan pada kegiatan pembelajaran ini diharapkan dapat


menambah wawasan guru dalam menentukan karakteristik, potensi, kesulitan
belajar peserta didik. Peserta diklat juga diharapkan mampu merancang kegiatan
yang dapat mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

55
DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta
Effendi, Mukhlison dan Siti Rodliyah. 2004. Ilmu Pendidikan. Ponorogo: PPS
Press
Fauzi, Ahmad. 2011. Analisis Karakteristik Siswa. Diunduh dari
http://pengantarpendidikan.files.wordpress.com/2011/02/analisis-
karakteristik-siswa.pdf. Diakses 28 Mei 2012.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hernawati, Kuswari. 2011. E-Learning Adaptif Berbasis Karakteristik Peserta
Didik. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/adaptif%20elearning.pdf
Hurlock, E.B. 1980. Psikolog Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Terjemahan Istiwidanti dan Soedarjarwo. Jakarta:
Erlangga.
Hurlock, E.B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 1. Terjemahan Tsandrasa, M.M.
dan Zarkasih, M. Jakarta: Penerbit Erlangga
Mardiya. 2009. Peranan Orang Tua dalam Pembentukan Karakter dan Tumbuh
Kembang Anak. Diunduh dari http://mardiya.wordpress.com/2009/10/25/
peranan-orang-tua-dalam-pembentukan-karakter-dan-tumbuh-kembang-anak.
Muda, Aslam Syah. 2012. Pengaruh Pola Asuh terhadap Kepribadian Anak.
Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/06/pengaruh-pola-
asuh-terhadap-kepribadian-anak/
Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Character Building. Yogyakarta: UNY
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al-Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arkola.
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV Remaja Karya.
Santrock, J.W. 2002. Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup
(Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Semiawan, Cony. 2008. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT
Grasindo.
Suhadianto. 2009. Pentingnya Mengenal Kepribadian Siswa untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar. Diunduh dari http://h2dy.wordpress.com/2009/02/17/
pentingnya-mengenal-kepribadian-siswa-untuk-meningkatkan-prestasi-
belajar.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sumarmo, Alim. 2012. Memahami 9 Tipe Kecerdasan Jamak. Diunduh dari
http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/memahami-9-tipe-kecerdasan-
jamak. Diakses 22 Juni 2012.

57
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Taimiyah, Ibnu (Syaikhul Islam). Iqtidha Ash Shiratil Mustaqim, Taliq: Dr. Nashir
bin Abdul Karim Al Aql.
Tidjan, dkk. 2000. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah. Yogyakarta:
UNY Press.
Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif . Jakarta: Bumi Aksara.
Zainudin, Akbar. 2010. Gaya belajar dan modalitas belajar siswa. Diunduh dari
http://ideguru.wordpress.com/2010/04/12/memahami-perbedaan-gaya-belajar-
siswa. Diakses 31 Mei 2012.

58
GLOSARIUM

Karakter : kata sifat, watak, akhlak, atau tabiat


Minat : Sebagai suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran
dari perasaan, harapan, pendirian,, prasangka, rasa takut atau
kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu
pilihan tertentu
Motivasi ekstrinsik : faktor yang dating dari luar individu tetapi member pengaruh
terhadap kemauan belajar
Pertumbuhan fisik : perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala
primer dalam pertumbuhan remaja. Fisik atau tubuh manusia
merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan.
Potensipesertadidik : kemampuan yang mungkin dikembangkan atau menunjang potensi
lain. Potensi ini meliputi potensi fisik, intelektual, kepribadian, minat,
potensi moral dan religius.
Sosio-emosional : perubahan yang terjadi pada diri setiap individudalam warna afektif
yang menyertai setiap keadaan atau perilaku individu.
Periode pranatal : Periode sebelum lahir, masih dalam kandungan.
Penalaran : Tingkat penalaran yang paling rendah dalam teori perkembangan
prakonvensional moral Kohlberg, yakni penalaran moral masih dikendalikan oleh
imbalan dan hukuman.
Penalaran : Tingkat penalaran kedua atau tingkat menengah dalam teori
konvensional perkembangan moral Kohlberg, yakni mau mentaati standar-
standar internal tertentu atau diri sendiri, tetapi masih belum mau
mentaati standar-standar internal orang lain, termasuk orang tua
atau masyarakat.
Penalaran : Tingkat penalaran paling tinggi dalam teori perkembangan moral
pascakonvensional Kohlberg, yakni moralitas benar-benar diinternalisasi dan tidak
didasarkan pada standar-standar orang lain.

59

You might also like