You are on page 1of 7

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/304999471

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON


YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA
CAMPURAN...

Conference Paper April 2015

CITATIONS READS

0 13

1 author:

I Made Alit Karyawan Salain


Udayana University
14 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Use of concrete waste in concrete production View project

All content following this page was uploaded by I Made Alit Karyawan Salain on 07 July 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are added to the original document
and are linked to publications on ResearchGate, letting you access and read them immediately.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015
Sanur - Bali, 25 April 2015

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN


PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I
DAN ABU TERBANG

I Made Alit Karyawan Salain1

1
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana
imaksalain@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian tentang penggunaan akselerator pada beton yang dibuat dengan menggunakan perekat
berupa campuran berat 90% semen Portland Tipe I dan 10% abu terbang telah dilaksanakan terkait
dengan perkembangan kuat tekan beton yang dihubungkan dengan waktu hidrasi dan jumlah
akselerator yang ditambahkan. Benda uji yang dipergunakan, kubus dengan ukuran 150 mm x 150
mm x 150 mm, dibuat dengan menggunakan campuran berat 1 perekat : 2 pasir : 3 batu pecah dan
faktor air perekat sebesar 0,5. Gradasi butiran pasir dirancang memenuhi zone 2 dan gradasi
butiran batu pecah dirancang untuk diameter maksimum 20 mm, sesuai dengan SNI-03-2834-
2000. Akselerator yang ditambahkan pada adukan beton sebesar 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%
terhadap berat air pengaduk. Sebagai kontrol dibuat juga beton tanpa menggunakan akselerator.
Uji kuat tekan dilaksanakan pada umur 1, 3, 7, 28, 90 dengan menggunakan masing-masing 3
buah benda uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan akselerator pada adukan beton
mempercepat perkembangan kuat tekan beton, terutama pada umur 1 hari, bila dibandingkan
dengan beton tanpa akselerator. Pada umur awal tersebut, dengan penambahan akselerator sebesar
2,5%, 5%, 7,5% dan 10%, kuat tekan beton meningkat sebesar berturut-turut 31,8%, 31,1%,
27,1% dan 24,1% terhadap beton tanpa akselerator. Diperoleh juga bahwa penggunaan akselerator
menghasilkan kuat tekan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan beton tanpa akselerator, pada
umur 90 hari. Pada umur panjang tersebut, penggunaan akselerator sebesar 2,5%-10%,
memberikan kuat tekan beton yang lebih tinggi sekitar 12,5%-4,8%, sesuai dengan persentase
akselerator dalam adukan beton, bila dibandingkan dengan beton tanpa akselerator.

Kata kunci: Akselerator, Kuat Tekan, Pozolan, Semen Portland Tipe I

1. PENDAHULUAN
Abu terbang merupakan residu dari pembakaran pada pusat-pusat pembangkit panas atau listrik yang
menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Residu ini memiliki karakter pozolan sehingga umum
dipergunakan di dalam teknologi semen maupun beton. Abu terbang dapat dicampur sebagai bahan dasar semen
untuk membuat jenis semen Portland Pozolan atau semen Portland Komposit atau bisa juga ditambahkan saat
pencampuran beton.
Penggunaan abu terbang dalam teknologi semen maupun beton telah banyak memberikan manfaat baik dari sisi
teknis maupun ekologi sehingga masuk sebagai salah satu bagian dari teknologi ramah lingkungan. Dengan
menggunakan abu terbang dalam pembuatan beton tercatat bahwa workabilitas, kekuatan, permeabilitas dan
keawetan beton dapat ditingkatkan [Lea, 1970, Mehta 1986, Neville and Brooks, 1998, Salain, 2007]. Melalui
pemanfaatan abu terbang, eksploitasi bahan mentah untuk industri semen, khususnya tanah liat, dapat ditekan.
Selanjutnya, dampak abu terbang terhadap pencemaran lingkungan bisa dikurangi dan sekaligus memberi nilai
tambah bagi residu tersebut dari sisi ekonomi.
Namun demikian, dengan penggunaan abu terbang perkembangan kekuatan beton umumnya menjadi lebih
lambat di usia awal meskipun mampu memberikan kekuatan yang lebih tinggi di umur panjang, bila
dibandingkan dengan beton tanpa abu terbang [Lea, 1970, Mehta 1986]. Penelitian terkait dengan semen
Portland Pozzolan menunjukkan bahwa beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland Pozzolan baru
mampu menghasilkan kuat tekan yang melampaui kuat tekan beton yang dibuat dengan Semen Portland Tipe I
setelah waktu hidrasi lebih dari 20 hari [Salain, 2007]. Kenyataan ini menjadi tantangan tersendiri bagi para
praktisi pengguna abu terbang terlepas dari manfaat yang diberikannya meskipun pada masa konstruksi beban-
beban belum sepenuhnya bekerja.
Dengan demikian, upaya untuk mempercepat perkembangan kekuatan beton yang menggunakan abu terbang
perlu dipelajari agar penggunaan abu terbang dalam teknologi beton menjadi lebih optimal. Terkait dengan hal

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-113
I Made Alit Karyawan Salain

tersebut, dalam penelitian ini dikaji penggunaan akselerator pada beton yang dibuat dengan menggunakan
perekat berupa campuran semen Portland Tipe I dan abu terbang dengan tujuan untuk mengevaluasi
efektifitasnya dalam mempercepat perkembangan kuat tekan beton tersebut.

2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN


Bahan
Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan semen Portland Tipe I (SPI) serta abu terbang (ATB) yang berasal
dari PLTU di Paiton, Jawa Timur. Pada Tabel 1 diberikan kandungan beberapa oksida pada SPI dan ATB yang
digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 1 Oksida Pada Semen Portland Tipe I dan Abu Terbang
Oksida SPI ATB
Al2O3 (%) 6,20 2,78
CaO (%) 31,46 0,82
SiO2 (%) 28,44 69,22
Fe2O3 (%) 0,54 0,49

Agregat halus yang digunakan berupa pasir alami dari Karangasem, Bali dan agregat kasar berupa batu pecah
dari Singaraja, Bali. Gradasi butiran pasir dirancang memenuhi zone 2 dan gradasi butiran batu pecah dirancang
untuk diameter maksimum 20 mm, sesuai dengan SNI-03-2834-2000. Pada Tabel 2 ditampilkan beberapa
properti fisik dari agregat halus dan agregat kasar serta pada Tabel 3 diperlihatkan kurva gradasi rancangan dari
agregat tersebut. Akselerator yang dipergunakan berupa cairan dengan bahan dasar utama klorida dan natrium
yang diperoleh dari supplier admixture beton.
Tabel 2 Properti Fisik Dari Pasir Dan Batu Pecah
Agregat Pasir Batu Pecah
Sifat Fisik
Berat Satuan (kg/l) 1,54 1,47
Berat Jenis SSD 2,62 2,68
Penyerapan Air (%) 3,84 0,60
Kadar Lumpur (%) 3,84 0,10
Kadar Air (%) 4,60 0,60
Kekerasan dengan uji Los Angeles (%) - 21,94

100 100

90 90

80 80
Lolos Ayakan (%)

70
Lolos Ayakan (%)

70
60 60
Batas Baw ah Batas Baw ah
50 50
Batas Atas Batas Atas
40 40
Gradasi Rancangan Gradasi Rancangan
30 30
20 20
10
10
0
0
0,15 0,30 0,60 1,18 2,36 4,75 9,50
4,75 9,50 19,00 38,10

Ukuran Ayakan (mm) Ukuran Ayakan (mm)

Gambar 1 Kurva Gradasi Rancangan Agregat Halus Dan Agregat Kasar


Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara eksperimental dengan menggunakan benda uji berupa kubus dengan ukuran 150
mm x 150 mm x 150 mm yang dibuat dengan menggunakan campuran berat 1 perekat : 2 pasir : 3 batu pecah
dan faktor air perekat sebesar 0,5. Perekat dibuat dari campuran berat 90% SPI dan 10% ATB. Akselerator yang
ditambahkan pada adukan beton, dicampurkan di dalam air pengaduk beton, bervariasi dari 2,5%, 5%, 7,5%
hingga 10% terhadap berat air pengaduk. Sebagai kontrol dibuat juga beton tanpa menggunakan akselerator.
Pencampuran beton dilaksanakan dengan mixer yang mana sebelum dicampur agregat disiapkan dalam kondisi
Saturated Surface Dry (SSD). Setelah pencampuran dilakukan pencetakan benda uji. Benda uji dibuka dari

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-114
Penggunaan Aselerator pada Beton yang Menggunakan Perekat Berupa Campuran Semen Portland Tipe I dan
Abu Terbang.

cetakannya sesudah berumur 24 jam, dan kemudian dirawat dengan karung goni basah sampai dengan waktu
umur uji. Uji kuat tekan dilaksanakan pada umur 1, 3, 7, 28, 90 dengan menggunakan mesin uji tekan kapasitas
2000 KN masing-masing 3 buah benda uji pada. Dengan demikian, secara keseluruhan disiapkan 75 buah benda
uji. Pada Gambar 2 ditampilkan beberapa kegiatan terkait dengan pelaksanaan penelitian ini.

Gambar 2 Pencetakan, Perawatan Dan Penentuan Kuat Tekan Benda Uji

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan dihitung kuat tekan rata-rata untuk masing-
masing perlakuan. Selanjutnya dibuat kurva yang menghubungkan antara kuat tekan rata-rata dengan umur
maupun dengan persentase akselerator yang digunakan dalam adukan beton.
Dengan data yang diperoleh dan kurva yang dibuat kemudian dilakukan analisis untuk mengevaluasi
kemampuan akselerator dalam mempercepat perkembangan kuat tekan yang dihubungkan dengan waktu hidrasi
dan jumlah akselerator yang ditambahkan. Dari hasil analisis tersebut selanjutnya ditentukan persentase
penggunaan akselerator optimal yang memberikan perkembangan kuat tekan paling cepat pada umur awal dan
juga yang memberikan kuat tekan paling tinggi pada umur 90 hari.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil uji kuat tekan pada beton yang menggunakan perekat berupa 90% SPI dan 10 % ABT pada umur 1, 3, 7,
28 dan 90 hari untuk berbagai variasi persentase akselerator ditampilkan pada Gambar 3 (AKS = akselerator).
Dari gambar tersebut jelas terlihat bahwa penambahan askselerator pada adukan beton yang menggunakan
perekat campuran SPI dan ABT menunjukkan perkembangan kuat tekan yang lebih cepat, terutama pada umur 1
hari, bila dibandingkan dengan beton tanpa akselerator.
Pada umur awal tersebut, dengan penambahan akselerator sebesar 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%, kuat tekan beton
meningkat sangat tajam sehingga menghasilkan tambahan kuat tekan sebesar berturut-turut 31,8%, 31,1%,
27,1% dan 24,1% bila dibandingkan dengan beton tanpa akselerator. Hasil ini memenuhi ketentuan BS EN 934-
2, 2009 yang mensyaratkan bahwa beton dengan penambahan akselerator harus memiliki kuat tekan, pada umur
1 hari, paling sedikit 20% lebih tinggi dari pada beton tanpa akselerator.
60 60

50 50
Kuat Tekan (MPa)
Kuat Tekan (MPa)

40 40
0% AKS
30 2.5% AKS 30
5% AKS
20 7.5% AKS 20
10% AKS
10 10
1 Hari 3 Hari 7 Hari 28 Hari 90 Hari
0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 0 2.5 5 7.5 10
Umur (hari) Akselerator (%)

Gambar 3 Kuat Tekan Beton Pada Berbagai Umur Dan Persentase Akselerator
Namun demikian, pada umur 3 hari, nampaknya pengaruh akselerator tidak terlalu banyak terlihat, karena
tambahan kuat tekan yang dihasilkan relatif rendah, bervariasi dari 3,9%-0,6%. Pada umur lebih lanjut, 7 dan 28
hari, tambahan kuat tekan yang diperoleh meningkat menjadi antara 6,6%-1,3%. Dan akhirnya, pada umur 90
hari dengan penambahan akselerator sebesar 2,5%-10% pada adukan beton, tambahan kuat tekan tersebut
menjadi sekitar 12,5%-4,8%.

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-115
I Made Alit Karyawan Salain

Dari hasil pengujian juga jelas terlihat bahwa tambahan kuat tekan yang dihasilkan berbanding terbalik dengan
persentase akselerator yang digunakan : semakin banyak akselerator yang ditambahkan dalam adukan, semakin
kecil tambahan kuat tekan yang dihasilkan terhadap beton tanpa akselerator.
Mengacu pada hasil uji kuat tekan pada berbagai umur dan variasi penggunaan akselerator, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 3 tersebut, dapat dilihat bahwa penggunaan optimal dari akselerator untuk
menghasilkan perkembangan kuat tekan paling cepat pada umur awal dan sekaligus menghasilkan kuat tekan
paling tinggi pada umur panjang diperoleh pada penambahan 2,5% akselerator.
Pembahasan
Penambahan akselerator sebanyak 2,5%-10% pada beton yang menggunakan perekat campuran SPI dan ABT
dapat mempercepat perkembangan kuat tekan beton pada umur awal dan meningkatkan kuat tekan pada umur
panjang. Percepatan perkembangan kuat tekan terlihat sangat efektif pada awal hidrasi, umur 1 hari, hingga
menghasilkan tambahan kuat tekan antara 38,1%-24,1% dengan penggunaan 2,5%-10%. Pada umur 3 hari
pengaruhnya nampak berkurang, namun dengan bertambahnya waktu hidrasi, akhirnya meningkat hingga
menghasilkan tambahan kuat tekan berkisar 12,5%-4,8% pada umur 90 hari.
Dalam proses hidrasi semen Portland, dari 4 mineral utamanya (C3S, C2S, C3A dan C4AF) hanya C3S dan C2S
yang berperan utama dalam perkembangan kekuatan pasta hidrat [Lea, 1970, Mehta, 1986, Neville and Brooks,
1998]. C3S berkontribusi pada perkembangan kekuatan awal sedangkan C2S pada kekuatan umur panjang.
Kehadiran akselerator yang mengandung klorida dan natrium dalam adukan akan mempercepat larutnya mineral
dari semen maupun abu terbang. Ion-ion dari akselerator, terutama anion Cl- mendorong larutnya kapur dan
kation Na+ memicu larutnya aluminat dan silikat [Mehta, 1986] pada semen maupun abu terbang sehingga
mempercepat reaksi hidrasi yang terjadi. Dengan demikian perkembangan kekuatan pada beton dengan
akselerator menjadi lebih cepat dibandingkan dengan beton tanpa akselerator.
Dengan dipercepatnya reaksi hidrasi dari C3S maupun C2S pada semen Portland yang menghasilkan C-S-H dan
Ca(OH)2 maka reaksi pozolanik yang terjadi antara alumina maupun silika reaktif dari abu terbang dengan
Ca(OH)2 tersebut juga menjadi lebih cepat untuk menghasilkan senyawa perekat tambahan berupa C-A-H dan C-
S-H yang berkontribusi bagi meningkatnya kuat tekan beton. Fenomena ini lebih jelas terlihat pada umur 1 hari
dibandingkan dengan umur selanjutnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan ketersediaan air bebas yang relatif lebih
banyak pada awal hidrasi sehingga memudahkan terjadinya ionisasi mineral semen maupun abu terbang di
dalam adukan. Dengan kondisi ini reaksi hidrasi yang terjadi dalam adukan menjadi lebih cepat dan
mengakibatkan proses pengerasan serta perkembangan kekuatan beton juga menjadi lebih cepat.
Keberadaan akselerator juga nampaknya berperan cukup berarti dalam memaksimalkan proses kelarutan dari
mineral yang ada dalam semen maupun abu terbang, sedemikian rupa sehingga proses hidrasi menjadi lebih
sempurna. Ini terlihat dari kenyataan bahwa pada umur panjang, 90 hari, kuat tekan beton yang dihasilkan dari
penambahan akselerator relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beton tanpa akselerator.
Relatif lebih rendahnya kuat tekan beton dengan semakin banyaknya kandungan akselerator dalam beton
nampaknya dapat dihubungkan dengan keberadaan air dalam akselerator. Semakin banyak akselerator yang
dipergunakan berarti jumlah air yang terkandung di dalam beton semakin meningkat sehingga praktis secara
proporsional menurunkan kuat tekan beton yang dihasilkan.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian yang selanjutnya diikuti dengan analisis serta pembahasan yang telah dilaksanakan
dalam penelitian ini, disampaikan kesimpulan sebagai berikut.

Akselerator yang diuji dapat dipergunakan secara efektif untuk mempercepat perkembangan kuat tekan
beton yang dibuat dengan menggunakan perekat campuran 90% SPI dan 10% ABT pada umur awal dan
sekaligus memberikan kuat tekan yang lebih tinggi pada umur panjang.
Penggunaan optimal akselerator untuk menghasilkan percepatan perkembangan kuat tekan paling besar
pada umur awal dan sekaligus menghasilkan kuat tekan paling tinggi pada umur panjang yaitu sebesar
2,5% dari berat air pengaduk beton.
Pada penggunaan optimal tersebut perkembangan kuat tekan beton dipercepat 31,8% pada umur 1 hari
dan dihasilkan kuat tekan yang lebih tinggi 12,5% pada umur 90 hari bila dibandingkan dengan beton
tanpa akselerator.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung pelaksanaan
penelitian ini dari awal hingga tersusun menjadi makalah ini.

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-116
Penggunaan Aselerator pada Beton yang Menggunakan Perekat Berupa Campuran Semen Portland Tipe I dan
Abu Terbang.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional (2000). Standar Nasional Indonesia Untuk Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal (SNI 03-2834-2000).
BS EN 934 Part 2 (2009). Concrete admixtures-Definitions, requirements, conformity, marking and labelling.
Lea F.M. (1970). The Chemistry of Cement and Concrete. Edward Arnold Ltd, London.
Mehta, P. K. (1986). Concrete Structure Properties, and Materials. Englewood Cliffs, New Jersey.
Neville, A. M. and Brooks J.J. (1998). Concrete Technology. Longman, Singapore.
Salain, I M. A. K. (2007). Perbandingan Kuat Tekan dan Permeabilitas Beton Yang Menggunakan Semen
Portland Pozzolan Dengan Yang Menggunakan Semen Portland Tipe I. Seminar dan Pameran Haki 2007-
Konstruksi Tahan Gempa Di Indonesia

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-117
I Made Alit Karyawan Salain

Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Universitas Udayana SM-118

View publication stats

You might also like