You are on page 1of 213

Daftar Isi

Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga


Building Economic Independence Family 201
Ali Romdhoni

Pendidikan bagi Calon Pengantin


Education for Prospective Bride 223
Sururin & Moh. Muslim

Peran Penyuluh Agama Islam


dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islm
The Role of Islamic Extension in Carrying
Wasathiyyah Al-Islm 247
Lalu Fahmi Husain

Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial:


Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid
Mosque and Social-Religion Function;
An Efforts to Actualize the Role of The Youth of Mosque
Organization 275
Ikhwanul Muminin & Ahmad Syamsuddin

Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi


Pemberdayaan Jamaah MT
(Sebuah Upaya Pemberdayaan MT di Kec. Mustikajaya Kota
Bekasi)
Majlis Taklims Jamboree is an Empowerment Media Actualization
of MT Worshipers (An Empowerment MT in Mustikajaya Bekasi
City) 305
Erti Herlina

Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup


Islamic Concept About Environemantal Conservation 337
Saefudin Djazuli
Jurnal Bimas Islam Vol.7 No.II 2014

Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran,


Sains dan Kesehatan
Halal Food in the Perspective of al-Quran,
Science and Health 369
Maftuhah
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _201

Building Economic Independence Family

Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga

Ali Romdhoni
Sekolah Tinggi Agama Islam Mathaliul Falah, Pati, Jawa Tengah
email: ali_romdhoni@yahoo.com

Abstract: Sovereign nation will only be born by building strong families. Strong family educate
and pay for education to educate sons and daughters. Families are able to meet the costs
of everyday life. The family that have orientation to birth good generation, to inherit
and carry forward the ideals of the nation. In a short word, building a nation begins
with a good quality in building families in the country. One of the most important
aspects of family development (as a foot step in developing the nation) is to establish
economic independence. Build economic independence of the nation must begin by
giving birth families with strong economy and using healthy ways in producing their
personal assets. This writing discusses about the importance of building economic in-
dependence within the family, and confirm that the strong and healthy economy of
family will be birth a healthy and strong seeds of the nations economic resilience.
One of solution offered here is to move the public awareness (families in Indonesia) to
entrepreneurship-be entrepreneur.

Abstraksi: Bangsa yang berdaulat hanya akan lahir dari bangunan keluarga-keluarga yang
kuat. Keluarga yang kuat mendidik dan membiayai pendidikan putera dan put-
erinya. Keluarga yang mampu memenuhi biaya kehidupan sehari-hari. Keluarga
yang memiliki orientasi melahirkan generasi hebat untuk mewarisi dan menerus-
202_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

kan cita-cita bangsanya. Pendek kata, membangun satu bangsa sangat baik dimu-
lai dengan membangun kualitas keluarga-keluarga di negara itu. Salah satu aspek
terpenting dalam pembangunan keluarga (untuk melangkah pada pembangunan
bangsa) adalah membangun kemandirian ekonominya. Membangun kemandirian
ekonomi bangsa harus dimulai dengan melahirkan keluarga-keluarga yang kuat
ekonominya dan menggunakan cara-cara yang sehat dalam memproduksi asset
pribadinya. Tulisan ini membahas pentingnya membangun kemandirian ekonomi
dalam keluarga, serta menegaskan bahwa dari dalam keluarga yang ekonominya
sehat dan kuat akan lahir benih-benih ketangguhan ekonomi satu bangsa. Salah
satu solusi yang ditawarkan di sini adalah menggerakan kesadaran masyarakat
(keluarga-keluarga di Indonesia) untuk berwirausahamenjadi intrepreneur.

Keywords : Islam, family, education, economy

A. Pendahuluan
Mencermati kondisi keseharian orang-orang di sekitar, kita segera
menangkap kesan sesungguhnya masyarakat sedang dilanda rasa gelisah
yang serius. Di sana-sini orang mengeluhkan tingginya kebutuhan
hidup. Di sisi lain, peluang untuk mencari penghidupan (pendapatan
keluarga) semakin sulit. Ketersediaan lapangan pekerjaan semakin
sempit, sementara angka jumlah manusia penduduk Indonesia terus naik.

Berdasarkan berita resmi yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS),


jumlah pengangguran pada Februari 2014 mencapai 7,2 juta orang, dengan
tingkat pengangguran terbuka (TPT) cenderung menurun. TPT Februari
2014 sebesar 5,70 persen turun dari TPT Agustus 2013 sebesar 6,17 persen,
dan TPT Februari 2013 sebesar 5,82 persen. Pada Februari 2014, TPT
untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas menempati posisi tertinggi
yaitu sebesar 9,10 persen, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Pertama
sebesar 7,44 persen. Sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat
pendidikan SD ke bawah, yaitu sebesar 3,69 persen. Jika dibandingkan
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _203

keadaan Februari 2013, TPT pada semua tingkat pendidikan mengalami


penurunan kecuali pada tingkat pendidikan SD ke bawah dan Diploma.1

Kebutuhan untuk putera-puteri kita juga semakin bertambah, seperti


biaya sekolah, perawatan kesehatan dan pemenuhan gizi seimbang. Di
luar kebutuhan pokok itu, anak-anak jaman sekarang umumnya terbiasa
dengan pemandangan budaya hidup yang tidak hemat. Dari media
cetak atau elektronik, masyarakat kita terutama anak-anak dan remaja
bisa menyaksikan gaya hidup yang terkesan mewah dengan kekayaan
melimpah.2

Pelan-pelan masyarakat kita menjadi ingin meniru gaya hidup


yang menghamburkan uang itu. Terkadang anak-anak kita melakukan
sesuatu dengan tujuan yang tidak jelas. Kepemilikan kendaraan dan
alat komunikasi pribadi yang mahal, saat ini sudah menjadi hal biasa di
tengah budaya anak-anak kita. Padahal semua itu juga membutuhkan
biaya perawatan.

Memang, naluri hidup manusia yang paling utama adalah


mempertahankan hidup. Untuk bisa bertahan dan layak dalam
kehidupannya, manusia membutuhkan makan,pakaian dan
tempat tinggal. Di samping itu juga memerlukan pemeliharaan dan
pengembangan jiwa serta pikiran, seperti hiburan, pengetahuan dan
lain sebagainya. Makan, pakaian dan tempat tinggal disebut sebagai
kebutuhan primer bagi hidup manusia. Sedangkan pemeliharaan dan
pengembangan jiwa serta pikiran disebut kebutuhan spiritual, dan
merupakan kebutuhan sekunder bagi kehidupan.3

Dalam kondisi yang demikian, setiap keluarga dituntut untuk memiliki


strategi super ketat dalam menyiasati tingginya kebutuhan hidup,
agar bisa survive dan sukses mengantarkan putera-puteri kita menjadi
manusia yang bermartabat dan berguna di masa yang akan datang.
Tanpa antisipasi yang seperti ini, keluarga-keluarga di masyarakat kita
akan menjadi kumpulan orang yang kalah dalam menghadapi hidup.
Akibatnya, mereka akan melakukan cara-cara yang tidak benar dalam
mempertahankan kehidupan.
204_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Ada dua kemungkinan yang akan dialami orang yang kalah


dalam persaingan hidup. Pertama, mereka akan merasa terasing dari
lingkungannya. Gejalanya, mereka merasa menjadi orang lain, tidak
nyaman, dan mencaci orang-orang di sekelilingnya. Kedua, orang yang
kalah dalam persaingan social hampir bisa dipastikan akan melakukan
usaha apa sajatermasuk dengan cara-cara yang tidak dibolehkan
demi bisa memenuhi kebutuhannya dan mengimbangi gaya hidup di
lingkungannya.

Apa bila sudah demikian maka kecurangan akan menjadi hal yang biasa
di tengah masyarakat. Apa jadinya kalau mayoritas keluarga di Indonesia
terbiasa berbuat curang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya? Yang
terjadi tentu saja seperti sekarang ini. Berita di media massa, termasuk
di televisi, dipenuhi dengan berita korupsi, penjambretan, dan segudang
penyelewengan asset negara. Menggunakan yang bukan haknya,
mengambil hasil karya orang lain, dan mengorbankan saudaranya demi
keuntungan pribadi menjadi perilaku sehari-hari.

Kita tentu pernah mendengar berita tentang orang-orang berparas


menawan (cantik dan/atau ganteng dan gagah) yang diringkus pihak
keamanan, beberapa waktu yang lalu, karena terbukti melakukan
penipuan uang senilai belasan miliar rupiah. Perilaku hidup mewah
dan bersenang-senang telah menyebabkan para penipu ini melakukan
apapuntermasuk bekerja tidak baikuntuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.4

Kejadian di atas merupakan akibat dari pemahaman yang keliru


terhadap hakekat kehidupan. Memilih gaya hidup yang wah, serba enak
dan nyaman, namun tidak menyadari bahwa gaya hidup yang demikian
akan membawa dampak bagi mahalnya biaya yang dibutuhkan. Bila
hal ini disadari sejak awal, tentu seorang akan berfikir dua kali. Tetapi
kenyataannya memang tidak demikian. Di antara kita sering berfikir
instan. Melihat hanya dari sisi enaknya, tetapi tidak mau tahu proses
untuk mendapatkan kenyamanan itu.
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _205

Di sinilah letak pentingnya tugas dunia pendidikan di Negara


Indonesia. Melalui lembaga pendidikan baik di sekolah, perguruan tinggi,
lingkungan-masyarakat hingga keluarga pengetahuan disemai dan
disebarkan kepada segenap elemen bangsa. Wawasan dan pengetahuan
diharapkan akan menerangi perjalanan generasi manusia, memberi
gambaran dari pola dan perilaku manusia dan akibat yang bakal muncul.
Berawal dari proses ini kelak akan lahir bangsa yang berwawasan,
cerdas, mandiri dan berdaulat. Mengabaikan wilayah pendidikan di hari
ini, berarti menutup jalan terang bagi masa yang akan datang.

Ilmu dan pengetahuan menasehatkan kepada kita, untuk mencukupi


kebutuhan hidup manusia harus selalu berusaha. Hal ini karena jumlah
barang dan jasa yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah kebutuhan
manusia.5 Maka lahirlah teori tentang kegiatan ekonomi, yaitu usaha
manusia untukmemenuhi kebutuhan dalam rangka mempertahankan
hidup. Misalnya, kebutuhan pangan sandang dan papan (kebutuhan
material), yang merupakan kebutuhan primer dan bersifat mutlak
bagi kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan material bisa terpenuhi
apabila manusia melakukan kerja produksimengubah suatu objek,
alam atau sosial menjadi yang lain dan bergunabagi kehidupan.6

Menyadari hal-hal di atas, setiap dari kita (keluarga-keluarga


di Indonesia) harus berusaha untuk memenuhi (mempersiapkan;
mengantisipasi) kebutuhan hidup. Setiap keluarga harus memiliki
rencana dan strategi untuk membangun serta meraih masa depan yang
ideal. Program ini akan sangat membantu dalam mewujudkan sumber
daya manusia (SDM) bangsa Indonesia yang tangguh, memiliki tanggung
jawab serta siap meneruskan cita-cita para pendiri bangsa.

Ada empat langkah untuk bisa mencapai cita-cita di atas. Pertama,


membekali diri dan keluarga kita dengan ilmu-pengetahuan (pendidikan)
yang cukup. Proses ini juga bisa dimaknai sebagai penanaman
pengetahuan dan cara pandang (paradigma) terhadap realitas dunia.
206_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Kedua, menumbuhkan budaya bekerja untuk memenuhi kebutuhan


sehari-hari, sembari menumpuk deposito untuk mengantisipasi
kebutuhan yang akan datang. Ini harus kita lakukan, selagi kita dalam
posisi aman. Apalagi ketika kondisi telah mendesak, upaya kita harus
lebih keras lagi.

Ketiga, menumbuhkan mental pekerja keras dan keinginan untuk


menjadi manusia sukses kepada generasi muda.7 Sejak dini hal ini
harus dilakukan kepada generasi muda, supaya mereka tumbuh dalam
harapan dan impian. Tanpa cita-cita, seorang anak muda hanya akan
hura-hura dan menjadi pemalas.

Keempat, butuh peran pemerintah untuk mendukung dedikasi


masyarakat dengan mengintegrasikan program-program yang saling
membantu dalam mewujudkan impian keluarga di Indonesia. Misalnya
disain kurikulum pendidikan, dan lain sebagainya.

Keempat langkah di atas perlu dimiliki dan dilakukan mayoritas


bangsa Indonesia. Khusus bagi generasi muda, dalam benak dan
sanubari mereka harus tertanam bahwa untuk memiliki hari depan yang
lebih baik tidak ada jalan lain kecuali dengan belajar dan bekerja keras.
Tidak ada kesuksesan yang diperoleh dalam proses instant. Ini menjadi
pekerjaan rumah bagi kita semua, keluarga-keluarga di Indonesia.

B. Peran Sosial Keluarga


A happy family is but an earlier heaven (artinya, keluarga bahagian
adalah surge yang diberikan lebih awal). Demikian kata filsuf bijak
ketika mengingatkan pentingnya merawat dan menyukuri karunia
Tuhan berupa keluarga.8 Ungkapan ini mengandung pesan, keluarga
sejatinya pertahanan paling inti dalam kehidupan seseorang di dunia
ini. Keluarga adalah ruang terdalam yang menjanjikan kedamaian dan
keamanan bagi kita umat manusia.

Bila demikian, keluarga adalah awal dari adanya kehidupan. Ia


adalah lembaga paling kecil yang menyediakan kasih sayang, perhatian,
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _207

perlindungan, pendidikan dan lebih banyak lagi dari keutuhan manusia.


Di sini menjadi penting untuk disadari, keluarga harus difungsikan
sebagai pangkal dan fondasi bagi penyiapan kelahiran generasi bangsa
yang hebat. Penulis ingin mengatakan di sini, keluarga adalah pilar
kedaulatan bangsa.

Pemerintah bangsa Indonesia harus memikirkan keberlanjutan


kepengurusan negeri ini, diantaranya dengan membangun kualitas
SDM. Program pembangunan manusia yang dilancarkan pemerintah
haruslah menyentuh ribuan bahkan jutaan keluarga di negeri besar ini.
Dan ke depan, masyarakat kita harus terus diajak dan diingatkan untuk
menyiapkan keluarga masing-masing, sehingga beban pemerintah tidak
semakin berat dan akhirnya semakin keteteran.

Mencermati kondisi di lapangan: banyaknya anak nakal di jalanan,


anak-anak pengguna narkoba, geng motor, tawuran dan lain sebagainya
sebenarnya bersumber dari tidak berfungsingan institusi keluarga
sebagai penjaga, pendidik dan pengontrol anak-anak mereka. Kondisi ini
membuat asset paling berharga yang dimiliki negeri ini (anak; generasi
muda) turun ke jalan, liar dan menjadi bagian dari sampah masyarakat.

Tidak harus menganggarkan biaya besar untuk menyekolahkan


putera-puteri kita, tetapi mulailah dengan mengetahui bahwa kita adalah
yang paling awal dan bertanggungjawab atas keberlangsungan dan
kehidupan anak-anak kita. Bahkan, kalaupun kita sudah menyekolahkan
anak-anak kita di lembaga yang professional dan mahal, peran kita
sebagai orang tua tetap harus ada, yaitu bersama-sama dengan guru
mengikuti perkembangan anak.9

Jadi, mengarahkan dan membekali putera-puteri kita dengan


pengetahuan adalah hal yang tidak boleh ditawar-tawar. Karena itu,
jadikan keluarga sebagai titik tolak dalam merancang masa depan dan
segala mimpi besar dalah kehidupan kita.
208_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

1. Mendidik Anak: Investasi Keluarga

Tingkat pendidikan dan kondisi ekonomi seseorang memiliki korelasi


yang dekat. Karena itu ada teori yang menjelaskan, untuk meningkatkan
taraf hidup dalam bidang ekonomi adalah dengan meningkatkan
pendidikan.10 Kualitas pribadi yang dimiliki seseorang akan melakat
sepanjang masa dan menempatkan di posisi yang berkelas. Pendek
kata, pengetahuan adalah sejata paling ampuh dan paling gampang
didapatkan bagi mereka yang ngin tampil sebagai pribadi unggul.

Bagaimana satu keluarga menyikapi kondisi ini. Anggota keluarga


harus memiliki kesepahaman, bahwa menyiapkan pendidikan untuk
anak-anak kita sejatinya sedang membangun sistem pertahanan bagi
kelangsungan hidup generasi kita di masa yang akan datang. Ceritanya
begini: pola pikir dan mental kita saat ini ada pengaruh kuat dari proses
pendidikan yang diberikan oleh orang tua kita. Dari kondisi itu, kita
kemudian menggunakannya untuk merawat dan mendidik anak-anak
kita. Demikian seterusnya.

Bila seperti itu yang terjadi, maka sejatinya apa pun yang telah kita
berikan kepada anak-anak kita, termasuk pendidikan, adalah investasi
dan tabungan kita untuk masa-masa mendatang yang tidak terukur
durasinya. Menyadari hal ini, menganggarkan waktu, tenaga, fikiran
dan materi untuk mendidik diri dan anak-anak kita tidak boleh ditunda,
apa lagi sampai diabaikan. Itu semua adalah proses menyiapkan tempat
untuk diri diri kita di masa yang akan datang.

Selain itu, anak merupakan amanat yang diserahkan kepada para


orang tua. Anak itu diserahkan ketika dalam kondisi bersih lahir dan
batin. Bila kepada dia diajarkan kebaikan, niscaya akan menjadi pribadi
yang baik. Sebaliknya, bila ia diajakrkan perilaku yang tidak baik, maka
pelan-pelan ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bringas. Karena hal
ini, kita sebagai orangtua terpanggil untuk mendidik anak-anak kita.11

Dalam ajaran Islam, ada tiga prestasi (amal baik) yang tidak akan lekang
oleh zaman. Salah satunya adalah putera-puteri yang unggul (saleh).
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _209

Mereka adalah anak yang akan menjaga nama baik kita, mengharumkan
nama kita, mengenang kasih sayang kita, dan terus mendoakan kebaikan
kita. Dari mana anak-anak dengan kualitas yang demikian lahir. Tentu
setelah kita membekali dengan pengetahuan dan wawasan yang cukup.

Inilah yang dimaksud perbedaan manusia dengan makhluk lainnya,


yang ditandai dengan kemampuan ilmiahnya.12 Manusia oleh Allah s.w.t.
dianugerahi kemampuan mengidentifikasi segala macam fenomena dan
benda yang berada di sekitar (Qs. Al-Baqarah/2: 31). Untuk selanjutnya,
manusia membuat simpulan dan temuan sebagai pelajaran dan antisipasi
untuk masa-masa yang akan datang. Di alam modern seperti sekarang,
proses ini berlangsung dalam suasana pembelajarang di bangku sekolah.

Dalam disiplin antropologi, pengetahuan dimaknai sebagai


kajian terhadap kebudayaan orang-orang pada masa lampau. Artinya,
pengetahuan sejatinya lahir dari proses penandaan, penyimpulan,
pengidentifikasian dan belajar dari kejadian demi kejadian. Dalam
pengetahuan bangsa Indonesia, konteks ini dinamai dengan bahasa
sejarah. Lupa sejarah berarti berpotensi mengulangi kesalahan untuk
kesekian kalinya. Yang demikian itu tidak lain adalah pengetahuan itu
sendiri.13

Dengan berbekal wawasan dan pendidikan yang telah diberikan


keluarga, diharapkan seorang anak akan tumbuh menjadi pribadi
yang baik. Fondasi pengetahuan yang sudah dibangun di keluarga,
seyogyanya akan mampu menahan beban pengetahuan lainnya yang
akan terus dating dan diterima seseorang, seiring dengan perjalanan
sang anak dalam mengarungi kehidupan.

Seorang anak yang tidak memiliki bekal pengetahuan yang dia peroleh
dari keluarga akan rentan kaget (bergejolak) ketika menghadapi hal-hal
baru di luar rumah. Contohnya, seorang anak tiba-tiba meninggalkan
kebiasaan keluarganya dan lebih mendengarkan nasehat orang lain
ketimbang menuruti nasehat sang ibunya. Dengan bekal pengetahuan
dari keluarga, diharapkan hal itu tida terjadi.
210_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

2. Mengembangkan Entrepreneurship dalam Keluarga

Masyarakat tuna kerja (pengangguran) bisa diduga sebagai pemicu


banyaknya tindak kejahatan, seperti penipuan, pencurian perampokan
dan bahkan penyalahgunaan harta-benda yang bukan hak milik kita. Ini
masalah serius. Dampak dari pengangguran, seseorang tidak memiliki
daya beli, sehingga bisa memunculkan masalah social: maraknya
kekerasan dan kejahatan.

Di sisi lain, banyaknya pengangguran menunjukkan tenaga kerja yang


tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia di negeri kita.
Konon, masalah ini dialami setiap negara di dunia. Menghilangkan para
pencari kerja yang tidak terserap ini adalah hal yang mustahil untuk
dilakukan. Di sini, yang bisa dilakukan adalah merubah mindset para
pencari pekerjaan menjadi parapenyedia lapangan pekerjaan. Upaya
ini bisa dilakukan dengan cara membina masyarakat menjadi para
wirausahawan atau seorang entrepreneur baru.

Catatan sejarah menginformasikan, wirausaha (entrepreneurship)


sudah dikenal sejak tahun 1755, diperkenalkan oleh Richard Cantillon,
seorang ekonom Irlandia yang berdiam di Perancis pada abad ke-18.
Di Indonesia, wirausaha mulai popular pada akhir abad ke-20. Ada
beberapa istilah wirausaha: di Belanda dikenal dengan ondernemer; di
Jerman dikenal dengan unternehmer. Di Negara-negara di Eropa dan
Amerikan, pendidikan kewirausahaan juga diajarkan di universitas.
Begitu juga di Indonesia, kewirausahaan dipelajaridi kampus.

Secara etimologi, kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha.


Wiraberarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi
luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan
amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi, wirausaha adalah pejuang atau
pahlawan yang berbuat sesuatu. Sedangkan istilah entrepreneur berasal
dari perkataan bahasa Perancis, yang secara harfiah berarti perantara
(Bahasa Inggris: Between-taker atau go-Between).
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _211

Richard Cantillon (1775) mendefinisikan entrepreneurship sebagai,


The agent who buys means of production at cerium prices in order to
combine them into a new product. Menurut Cantillon, entrepreneur adalah
seorang pengambil resiko. Ada keterangan juga, tokoh ini memaknai
kewirausahaan sebagai seorang yang bekerja sendiri (self-employment).
Seorang wirausahawan membeli barang pada saat ini dengan harga
tertentu, dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga
yang lain (lebih tinggi, misalnya). Sementara menurut Penrose (1963),
kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang- peluang di
dalam sistem ekonomi.

Menurut Robert Hisrich, entrepreneur adalahproses penciptaan satu


produk yang khas, yang bernilai, melaluipengorbanan waktu, dan
upaya, yang dengan ini orang yang bersangkutan menerima resiko
finansial, psykologi, dan social. Orang ini akan menerima imbalan secara
mandiri (pribadi).

Wacana mengenai wirausaha semakin gencar disosialisasikan sejak


Indonesia dilanda krisis moneter pada 1980-an, beberapa tahun yang
lalu. Kala itu, banyak karyawan yang dikeluarkan dari tempat kerjanya.
Akibatnya, pengangguran membeludak, muncul di mana-mana. Sejak
saat itu, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal
maupun pelatihan-pelatihan disampaikan secara terus-menerus.

Pada tahun 1776, Adam Smith, bapak ilmu ekonomi, dalam karyanya,
An Inquiry into The Nature and The Wealth of Nations, menggambarkan
seorang entrepreneur sebagai seorang individu yang menciptakan satu
organisasi untuk tujuan-tujuan komersil. Tetapi, ia juga memandang
seorang entrepreneur sebagai seorang yang memiliki pandangan ke depan,
hingga ia berkemampuan untuk mendeteksi peta potensi permintaan
pasar terhadap barang dan jasa tertentu.14

Dari paragraph-paragraf di atas bisa dipahami, entrepreneurship


adalah jiwa entrepreneur yang dibangun untuk menjembatani antara
ilmu (knowledge) dengan kemampuan (keinginan/tuntutan) pasar.
212_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Entrepreneurship meliputi pembentukan perusahaan baru, aktivitas serta


kemampuan managerial yang dibutuhkan seorang entrepreneur.15

Dalam pemahaman penulis, entrepreneur adalah orang yang memiliki


keyakinan bahwa tanpa bergantung kepada siapa pun (seorang atasan),
kita sejatinya bisa menghasilkan barang dan kebutuhan untuk hidup.
Setelah yakin dengan hal ini, seorang entrepreneur mampu memeras
dan meracik pengetahuannya (knowledge) menjadi skill (semacam
keterampilan) yang bisa ditawarkan kepada orang lain.

Di sini, kuncinya adalah pemahaman bahwa kita bisa memproduksi


barang atau jasa (apa pun bentuknya) dan layak dipasarkan. Untuk
mencapai hal ini, seseorang perlu menemukan kemampuan paling unik
dalam dirinya. Seseorang juga harus mempersiapkan segala keraguan
yang bisa menggangu kemantapan hati dan fikiran, termasuk rasa aman
bergantung kepada orang lain.

Penulis ingin menunjukkan contoh kumpulan orang yang sudah


mempraktikkan prinsi-prinsip dalam entrepreneurship. Penulis
memperoleh informasi ini dari penuturan seorang kolega, salah satu
tenaga pengajar di Madrasah Mathaliul Falah di Desa Kajen, Kecamatan
Margoyoso, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Madrasah ini memiliki tenaga
pendidik (guru) dan kependidikan (pegawai) total sebanyak kurang
lebih 120 orang. Bila melihat sekilas jumlah honor yang didapatkan pada
setiap bulannya, maka para guru dan karyawan ini pasti hidup jauh dari
layak.16

Namun tidak begitu yang terjadi. Menurut penelusuran penulis, sejak


awal para calon guru di sekolah ini diberi pengertian untuk tidak hanya
menggantungkan pendapatan dari hasil mengajar. Mereka diarahkan
untuk berkreasi di luar jam mengajar. Hasilnya sungguh mengagetkan,
karena hamper semua guru hidup dengan layak, bahkan di atas rata-rata
ekonomi masyarakat setempat. Indikatornya, Sembilan puluh persen
dari mereka bisa menunaikan ibadah haji dengan biaya sendiri. Saat ini,
tinggal sekitar lima hingga tujuh guru yang bersiap menunaikan ibadah
ke tanah suci Mekah itu.
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _213

Di sini, ada dua hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran. Pertama,
para guru di Madrasah Mathaliul Falah memiliki dedikasi untuk
mengajar di lembaga tempat mereka bernaung. Namun mereka dari
awal siap untuk tidak bergantung kepada siapa pun, termasuk terhadap
pendapatan dari proses mengajar (menjadi guru).

Kedua, mereka terus mencari terobosan (berkreasi) dalam menutupi


kebutuhan hidup. Mereka membuka lapangan kerja, tanpa harus
mengganggu aktifitas mengajar mereka. Kelompok orang-orang seperti
ini, dalam pemahaman penulis, adalah seorang entrepreneurs. Mereka
adalah seorang yang bekerja sendiri (self-employment), untuk dirinya
sendiri. Tidak ada yang bisa memerintah dan mendikte merekaapa
lagi memperbudak mereka.

Mereka, para guru ini berusaha menciptakan lapangan pekerjaan


sendiri. Mereka berhasil memisahkan antara menjadi seorang guru
dengan profesi sebagai wira-usahawan. Para guru ini tampil sebagai
seorang pengajar yang elegan, yang mandiri, bahkan lebih dari itu mereka
adalah manusia tangguh dan karena itu mereka mampu mendarma-
baktikan sebagian waktunya untuk mencerdaskan anak bangsa.

C. Peran Pemerintah Dalam Melahirkan Keluarga Mandiri


Krisis multi-dimenasi yang terjadi pada tahun 1990-an merupakan
dampak dari kegagalan bangsa Indonesia dalam melahirkan masyarakat
yang mandiri, yang mampu menanggung beban keluarga masing-
masing. Kebangkrutan negara secara mendadak berimbas kepada
kemiskinan rakyat yang juga secara tiba-tiba. Di sini, pemerintah harus
segera memutus mata rantai untuk segera mendisain program bagi
kelahiran keluarga yang bermartabat dengan pendidikan dan kuat
dalam kemandirian ekonomi.17

Pemerintah perlu meluncurkan program-program pendidikan


untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge) dan kemampuan (skill)
setiap perwakilan anggota keluarga. Ibu-ibu rumah tangga, terutama
214_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

yang masih berusia muda perlu mendapatkan kesempatan mengikuti


semacam short course dalam hal cara mendidik anak dan menyiapan
masa depan putera-puterinya. Penting juga disampaikan di program
tersebut, sistem ketahanan ekonomi dalam keluarga.

Dalam penelusuran penulis di desa-desa di Kecamatan Sukolilo


Kabupaten Pati, Jawa Tengah, di sana ada semacam perkumpulan pemuda
perantau yang jika mereka merasa memiliki dana berlebih kemudian
digunakan untuk kegiatan yang jauh dari pengembangan ekonomi
menuju kemandirian keluarga. Mereka setahun sekali membayar iuran
dan terkumpul angka mencapai lebih dari Rp. 100.000.000,- (seratus
juta rupiah). Namun dana sebanyak itu kemudian digunakan untuk
mendatangkan kelompok music dan hanya bisa dinikmati dalam
hitungan menit dan detik. Di sisi lain, kondisi keluarga mereka masih
jauh dari mandiri, apa lagi kaya.

Menurut hemat penulis, kondisi yang demikian karena pada diri


mereka tidak memiliki wawasan atau pengetahuan tentang perlunya
manajemen keuangan keluarga dan pentingnya menyiapakn hari
depan, termasuk masa depan anak-anaknya. Keberadaan materi tanpa
diimbangi dengan kehadiran pengetahuan akan rawan menjadi petaka,
penyalahgunaan harta-benda seperti bermain judi, dan lain sebagainya.

Selain pendidikan yang ditujukan kepada keluarga, perlu juga


mendisain kurikulum yang mampu melahirkan out-put generasi muda
yang berwawasan (smart), mau dan bersedia bekerja, serta menghargai
kejujuran. Menurut analisis, seseorang melakukan tindakan korup
karena tidak memiliki ketiga hal ini: wawasan rendah, malas, dan tidak
menghargai arti kejujuran. Kalau tidak kepada lembaga pendidikan,
kepada siapa tugas ini dibebankan.

D. Belajar dari Kisah Nabi Yusuf


Al-Quran memberi pelajaran pentingnya strategi untuk menciptakan
kemandirian ekonomi dalam keluarga, yang tujuan akhirnya agar
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _215

memperoleh kehidupan yang damai di muka bumi. Untuk selanjutnya


melahirkan tatanan satu negara yang berjaya, adil dan mandiri. Islam
juga mengajak manusia untuk maju, berprestasi, kompetitif dan mampu
memberi rahmat (kontributif) untuk makhluk hidup di alam raya ini
(QS. Al-Anbiya[21]: 107).

Di antaranya, kita bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah


Nabi Yusuf a.s. dalam al-Quran surah Yusuf [12]:43. Diceritakan, suatu
malam, Al-Aziz, Raja Mesir, bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina
yang gemuk-gemuk dimakan tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus.
Raja juga bermimpi melihat tujuh tangkai gandum yang hijau dan tujuh
tangkai gandum lainnya kering.

Raja gelisah memikirkan apa sebenarnya pesan (tabir) yang terkandung


dalam mimpinya. Dia bertanya kepada orang-orang terkemuka (al-Mala)
di istananya. Namun tidak satu pun di antara mereka bisa mengartikan
mimpi raja. Kemudian salah satu pelayan istana teringat Nabi Yusuf a.s.
(di dalam penjara) yang bisa memaknai mimpi seorang pegawai istana
dengan tepat.

Akhirnya Nabi Yusuf dibawa menghadap raja. Kepada raja Yusuf


menasehatkan, bahwa hendaknya negara bersiap-siap menghadapi
paceklik (musim sulit pangan) yang akan melanda negara Mesir kala itu.
Karena itu, negara dan rakyat harus bersama-sama menyiapkan bahan
makanan pokok dan membudayakan kemandirian dalam pemenuhan
kebutuhan.

Gerakan mengantisipasi larang pangan dimulai dengan menanam apa


saja yang bisa dijadikan bahan makanan pokok rakyat. Selanjutnya hasil
panen hendaknya tidak dihabiskan seketika, tetapi hanya digunakan
sesuai dengan kebutuhan dan itu pun tidak boleh berlebihan.

Raja bersedia mengikuti nasihat Yusuf. Bahkan oleh sang Raja, Yusuf
akhirnya diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Keuangan dan
penanggungjawab program penyediaan pangan nasional. Di bawah
manajemen Yusuf, negara kemudian menyiapkan persediaan bahan
216_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

makanan pokok dalam jumlah besar, sebagai antisipasi menutupi


kebutuhan warga selama paceklik.

Keputusan Raja sungguh tepat. Karena tujuh tahun kemudian, Mesir


dilanda paceklik selama tujuh tahun. Tetapi rakyat dapat terhindar dari
busung dan lapar. Itu semua berkat mereka memiliki persediaan bahan
makanan pokok yang cukup, dan mau membiasakan hidup hemat.
Mereka juga terbiasa dengan bekerja keras, dan tidak mengandalkan
satu sama lain. Mereka mampu bertahan hidup di atas kerja kerasnya
sendiri.

Ulasan cerita di atas mengingatkan penulis kepada teori politik pangan.


Di sana dijelaskan, salah satu rekayasa negara rakus adalah membeli
produk bahan mentah dari negara berkembang (miskin) dengan harga
murah, sambil memaksa negara miskin itu membeli produk mereka yang
terkadang diolah dari bahan yang diambil dari kekayaan negeri miskin
itu dengan harga tinggi. Strategi yang dipakai adalah dengan memoles
merek tertentu dan di sana ditulis sebagai penambah gisi.18

Dalam konteks ini setidaknya ada dua kejahatan yang telah dilakukan
negara rakus tadi. Pertama, membeli produk (bahan mentah) dengan
harga murah dan menolak bekerjasama. Kedua, menyebarkan kabar
bahwa produk alam yang dimiliki negeri setempat kurang gizi dank
arena itu harus memberi barang olahan mereka (negeri rakus). Padahal,
bahan yang mereka olah berasal dari negeri miskin tadi.

Belajar dari kisah di atas, bangsa yang ingin maju harus terus berupaya
memutus tali ketergantungan kepada negara lain. Belajar dalam
mengolah kekayaan alam sendiri harus dilakukan, demi mendapatkan
produk unggulan yang ke depan bisa menarik mata dunia untuk menatap
kita. Hentikan kebiasaan lebih mempercayai iklan negara tetangga, dan
biasakanlah mengolah hasil alam sendiri.
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _217

E. Ekonomi Keluarga: Kunci Ketangguhan Ekonomi Negara


Kisah perjalanan Nabi Yusuf ini bisa menjadi inspirasi bagi kita
untuk menciptakan kemandirian dalam membangun perekonomian
keluarga. Karena dari keluarga inilah akan lahir manusia-manusia
yang bermartabat, yang selanjutnya akan mewarisi tongkat estafet
kepengurusan negeri. Membangun bangsa sudah seharusnya dimulai
dengan membangun keluarga-keluarga yang ada di dalamnya.

Pertama, meningkatkan (intensifikasi) produktifitas pendapatan


dalam keluarga. Ini harus dilakukan, karena perkembangan gaya
hidup masyarakat membuat jenis kebutuhan dan biaya hidup juga
naik. Sekarang ini untuk mendapatkan kenyamanan dalam bekerja,
kesehatan, kecukupan gizi, dan pendidikan yang berkualitas untuk
putera-putri kita membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apabila kita
ingin terus bertahan dalam kondisi yang demikian, mau atau tidak harus
bisa menjawab semua kebutuhan itu.

Kedua, perlunya kesadaran untuk mengantisipasi kebutuhan tidak


terduga di masa yang akan datang dengan menabung. Dalam persaingan
hidup yang super ketat seperti sekarang ini, setiap keluarga harus
memiliki biaya cadangan untuk menjawab kebutuhan yang tidak terduga.
Keluarga yang sehat tentu akan menyisihkan hasil pendapatannya
sebagai jaminan hidup di masa depan.

Ketiga, perlunya skala prioritas dalam menentukan kebutuhan. Banyak


orang yang gagal, karena tidak berhasil memilih mana yang terpenting
dan harus lebih dahulu diselesaikan. Kalau kita gagal menentukan
kebutuhan yang paling urgen agar diatasi lebih dulu, maka hal-hal yang
tidak terlalu pengtinglah yang akan kita penuhi. Akibatnya, kita akan
kerepotan dibuatnya.

Keempat, tetap berprasangka baik dan yakin bahwa masa-masa sukses


akan menghampiri kita. Dalam kondisi sulit kita tidak boleh menyerah.
Justru kita harus memanfaatkan kondisi sulit untuk menyuport semangat
kita agar mau keluar dari kondisi sulit. Kita juga harus tenang dan yakin
218_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

bahwa usaha kita akan berbuah manis. Dengan sikap itu langkah kita
akan tetap tenang, dan dalam kondisi tenang maka perhitungan kita
akan tetap akurat. Dengan ini pula, kesuksesan akan semakin dekat
menghampiri kita.

Apabila empat langkah di atas menjadi prinsip kita dalam membangun


kemandirian ekonomi keluarga, berarti satu keluarga di negara Indonesia
telah hidup dengan sehat dan berdiri di atas sokongan ekonominya
sendiri. Dia tidak menjadi beban orang lain. Bayangkan kalau mayoritas
keluarga di Indonesia mampu menanggung biaya kebutuhan keluarga
sehari-hari, tanpa melahirkan kecurangan dalam menjalani hidup di
masyarakat. Tentu ketimpangan-ketimpangan yang kita saksikan di
sekitar kita akan segera hilang.

Gagasan dan pemikiran sebagaimana di atas perlu disiarkan kepada


lebih banyak lagi masyarakat Indonesia. Tidak terbatas kepada kaum
terdidik di sekolah dan perguruan tinggi, tetapi juga di perkumpulan
warga, majelis taklim, dan lain sebagainya. Ajakan dan seruan untuk
bangkit dan menjadi keluarga mandiri harus didengar lebih banyak lagi
oleh manusia Indonesia. Penulis melihat, salah satu factor yang membuat
masyarakat kita gagap dan latah adalah tidak sampainya informasi yang
benar kepada mereka. Dengan menggencarkan ajakan untuk menjadi
keluarga mandiri dan kerja keras, ke depan diharapkan lahir masyarakat
yang jujur, mandiri dan cerdas.

F. Kesimpulan
Salah satu pekerjaan rumah dunia pendidikan di Indonesia
adalah menanamkan kepada generasi muda, bahwa kesuksesan dan
penghidupan yang layak hanya bisa didapat dengan kesungguhan niat,
kerja keras dan pengetahuan yang cukup. Tanpa hal ini, keterpurukan
dan kegelapan akan menyelimuti manusia. Sayang, masyarakat di
sekitar kita umumnya hanya melihat kemewahan namun tidak memiliki
kesadaran perlunya bekerja keras untuk mencapai hal itu. Maka, yang
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _219

terjadi adalah kecurangan di sana dan sini demi mendapatkan materi.


Korupsi, penyelewengan, penipuan, perampokan dan lain sebagainya.

Apa jadinya bila mayoritas penduduk negara ini terdiri dari orang-
orang yang memiliki pemahaman yang demikianmau hidup enak
tetapi tidak bekerja keras. Tentu yang terjadi adalah kerancuan, kekerasan
di mana-mana, hilangnya hak rakyat, miskinnya fasilitas umum, dan
kemiskinan yang semakin parah. Asset warga negara dirampok para elit
politik dan pemerintah. Biaya kesehatan dan pendidikan semakin mahal.
Yang kaya semakin kaya, si miskin semakin dekil. Sekali lagi, hal ini
kegagalan yang dimulai dari pendidikan di keluarga, kemudian berlanjut
dengan kegagalan di wilayah lembaga endidikan di luar keluarga.

Mari kita ciptakan negeri yang makmur, sehat dan mandiri, dengan
memulai membangun kemandirian ekonomi di keluarga kecil kita.
Ibda binafsik; buatlah perubahan-perubahan kecil dengan memulai dari
diri sendiri. Dengan menata keluarga-keluarga kecil kita, kelak akan
lahir bibit unggul yang memiliki kesadaran dan nurani yang mampu
mengelola warisan negeri ini. Jutaan keluarga di negeri ini kelak akan
mewujud menjadi warga negara yang beradap dan unggul (civil society).
Semoga kita diberi kekuatan Allah untuk membangun keluarga yang
mandiri, berkah, mawaddah dan penuh rahmat.
220_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Daftar Kepustakaan

Al-Quran Kariem.
Azizy, A. Qodri, Membangun Fondasi Ekonomi Umat, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004.
Definisi Entrepreneurship, Intrapreneurship, Entrepreneurial
& Entrepreneur dalam http://mlgcoffee.com/2011/05/17/definisi-
entrepreneurship-intrapreneurship-entrepreneurial-entrepreneur/
(diakses 28 Mei 2014).
Fatchurochman, Nanang, Teaching with Love, Jakarta: Lendean
Pustaka, 2008.
George, Susan, Pangan, Yogyakarta: Insist Press, 2007.
Hendrojogi, Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007.
J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Jakarta: Kencana, 2003.
Koentjaraningrat, Antropologi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.
Mahfudh, M. A. Sahal, Pesantren Mencari Makna, Jakarta: Pustaka
Ciganjur, 1999.
Prawironegoro, Darsono, Filsafat Ilmu Pendidikan: Kajian tentang
Pengetahuan tentang Pendidikan yang Disusun Secara Sistematis dan
Sistemik dalam Membangun Ilmu Pendidikan, Jakarta: Nusantara
Consulting, 2010.
Rahman, Jamal Abdur, Tahapan Mendidik Anak, Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 2005.
Rahmawati, Shinta, Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, Jakarta:
Kompas, 2001.Robert D. Hisrich dkk., Entrepreneurship, sixth
edition, New York: McGraw-Hill, 2005.
Romdhoni, Ali, Jejak Intelektual-Birokrat, Jakarta: Linus, 2012.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 2000.
Penjahat Wanita Cantik, Beli Berlian Rp20 Miliar Pake Cek Kosong
dalam http://www.infobreakingnews.com/2014/05/penjahat-
wanita-cantik-beli-berlian.html (diakses 28 Mei 2014).
Wawancara dengan Wahrodi (39 tahun), guru madrasah.
Membangun Kemandirian Ekonomi Keluarga _221

Endnotes

1. Baca Keadaan Ketenagakerjaan Februari 2014 dalam http://www.bps.


go.id/brs_file/naker_05mei14.pdf (diakses 03 September 2014).

2. Terutama bagi anak remaja, kondisi psikologi mereka rentan dan mudah
terpengaruh hal-hal di sekelilingnya. Mereka sedang mengalami masa-masa
peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Bila tidak didampingi secara intensif,
keberadaan mereka rawan mengikuti pengaruh negative di masyarakat.
Baca Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 2000, h. 31.

3. Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu Pendidikan: Kajian tentang Pengetahuan


tentang Pendidikan yang Disusun Secara Sistematis dan Sistemik dalam
Membangun Ilmu Pendidikan, Jakarta: Nusantara Consulting, 2010, h. 295

4. Baca, misalnya, Penjahat Wanita Cantik, Beli Berlian Rp20 Miliar Pake Cek
Kosong dalam http://www.infobreakingnews.com/2014/05/penjahat-wanita-
cantik-beli-berlian.html (diakses 28 Mei 2014).

5. Hendrojogi, Koperasi: Asas-asas, Teori, dan Praktik, Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2007, h. 1.

6. Darsono Prawironegoro, Filsafat Ilmu Pendidikan: Kajian tentang Pengetahuan


tentang Pendidikan yang Disusun Secara Sistematis dan Sistemik dalam
Membangun Ilmu Pendidikan, Jakarta: Nusantara Consulting, 2010), h. 296.

7. Menyemai mental generasi muda agar mereka kelak tumbuh menjadi


manusia yang berdedikasi tidak terbatas pada ruang pendidikan di kelas,
tetapi lebih luas lagi bisa dilakukan di keluarga, ruang social-masyarakat, di
ruang-ruang diskusi publik dan lainnya. Baca A. Qodri Azizy, Membangun
Fondasi Ekonomi Umat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, h. 88.

8. Nanang Fatchurochman, Teaching with Love, Jakarta: Lendean Pustaka,


2008), h. 41.

9. Shinta Rahmawati, Mencetak Anak Cerdas dan Kreatif, Jakarta: Kompas, 2001,
222_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

h. 115.

10. A. Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat, ibid, h. 9.


11. Jamal Abdur Rahman, Tahapan Mendidik Anak , Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 2005, h. 5.

12. M. A. Sahal Mahfudh, Pesantren Mencari Makna, Jakarta: Pustaka Ciganjur,


1999, h. 149.

13. Lihat, misalnya, Koentjaraningrat, Antropologi, Jakarta: PT. Rineka Cipta,


2009, h. 85.

14. J. Winardi, Entrepreneur dan Entrepreneurship, Jakarta: Kencana, 2003, h. 7.


15. Baca Definisi Entrepreneurship, Intrapreneurship, Entrepreneurial
& Entrepreneur dalam http://mlgcoffee.com/2011/05/17/definisi-
entrepreneurship-intrapreneurship-entrepreneurial-entrepreneur/ (diakses
28 Mei 2014).

16. Wawancara penulis dengan Wahrodi (10 Mei 2014).


17. A. Qodri Azizy, ibid, h. 115.
18. Baca Susan George, Pangan, Yogyakarta: Insist Press, 2007, h. 166.
Pendidikan bagi Calon Pengantin _223

Education for Prospective Bride

Pendidikan bagi Calon Pengantin

Sururin & Moh. Muslim


Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta -
Institut Bisnis Nusantara Jakarta
email: ririnch@yahoo.com, moh.muslim13@yahoo.co.id

Abstract : Marriage is a gateway to form family which is the smallest unit of society and the
state. If the family units are well developed, the life of the community and the country
will also go well. The family has an important role in realizing the social order and
the quality of the nation, because the children as the future, grow and develop from
family. This is where the family occupies a strategic role as the nations generation
sow. Given the very large and the strategic role of the family, then it should be the bride
who will build the family prepare themselves with the various provisions are adequate.
Education for the bride and groom is an attempt to prepare individuals to be married
and start a family, so as to realize a harmonious family, happy inner and outer, the
next generation of qualified and dignified.

Abstraksi : Pernikahan mverupakan gerbang terbentuknya keluarga yang merupakan unit


terkecil dari masyarakat dan negara. Jika unit-unit keluarga berkembang dengan baik,
maka kehidupan masyarakat dan negara juga akan berjalan dengan baik. Keluarga
mempunyai peran penting dalam mewujudkan tatanan masyarakat dan bangsa yang
berkualitas, karena anak-anak sebagai generasi masa depan, tumbuh dan berkembang
mulai dari keluarga. Di sinilah keluarga menempati peran strategis sebagai penyemai
generasi bangsa. Mengingat begitu besar dan strategisnya peran keluarga, maka
sudah semestinya calon pengantin yang akan membangun keluarga menyiapkan diri
224_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

dengan berbagai bekal yang memadai. Pendidikan bagi calon pengantin merupakan
upaya untuk mempersiapkan individu yang akan melangsungkan pernikahan dan
membentuk keluarga, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang harmonis, bahagia
lahir dan batin, melahirkan generasi yang berkualitas dan bermartabat.
Keywords : Education, Prospective Bride, Marriage, Harmony

A. Pengantar

Sengaja istilah yang digunakan Pendidikan bagi Calon pengantin


bukan Kursus Calon Pengantin karena pendidikan1 mempunyai
makna yang luas dan memberikan implikasi dalam berbagai aspek.
Pada intinya, pendidikan bagi calon pengantin adalah bagaimana
mempersiapkan warga Negara Indonesia yang akan melangsungkan
pernikahan dan membentuk keluarga, dapat mewujudkan keluarga
yang bahagia lahir dan batin, melahirkan generasi yang berkualitas dan
bermartabat. Bentuk pendidikan bagi calon pengantian, atau pendidikan
pra nikah, bisa dimasukkan dalam pendidikan formal, pendidikan non
formal, dan pendidikan informal. Oleh sebab itu, Kursus Calon Pengantin
(SUSCATIN) menjadi bagian dari Pendidikan bagi Calon Pengantin.

Pengertian Pendidikan sebagaimana termaktub dalam UU Nomor 20


Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Peserta didik, sebagaimana tersebut di atas, mempunyai makna yang


luas, tidak hanya dalam arti siswa di sekolah/madrasah atau mahasiswa
Pendidikan bagi Calon Pengantin _225

di perguruan tinggi, akan tetapi meliputi seluruh anggota masyarakat,


sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat 4 bahwa peserta didik adalah
anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Calon pengantin menjadi bagian dari peserta didik
dengan karakteristik tersendiri, yaitu fase yang sangat potensial dalam
mengembangkan pengetahuan dan kecakapannya dalam membina
keluarga.

Mengacu pada pengertian tersebut, maka pendidikan bagi calon


pengantin perlu dilakukan secara terencana dan sistematis, serta melalui
berbagai jenjang dan jalur pendidikan, sehingga akan memberikan
hasil dan manfaat yang optimal. Dengan demikian, diharapkan
fungsi pendidikan dapat terwujud. Fungsi Pendidikan nasional adalah
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Tulisan ini hendak memperluas cakupan dan materi Kursus bagi


Calon Pengantin atau disingkat SUSCATIN. yang selama ini telah
dilaksanakan oleh BIMAS Islam. Di samping itu, dijabarkan pula
persiapan yang harus dilakukan oleh calon pengantin dan stakeholder
yang berperan dalam pendidikan bagi calon pengantin/pendidikan pra
nikah.

B. Pentingnya Pendidikan bagi Calon Pengantin


Menurut UU No 1 Tahun 1974, Perkawinan ialah ikatan lahir
bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan ke-Tuhan-an Yang Maha Esa. Tidak mudah untuk
medefinisikan keluarga bahagia, sebagian menyamakan keluarga bahagia
226_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

dengan keluarga harmonis. Secara umum keluarga bahagia dimaknai


dengan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah wa maslahah, yang
merupakan tujuan perkawinan.

Perkawinan merupakan langkah awal untuk membentuk sebuah


keluarga. Oleh karenanya pembahasan tentang perkawinan tidak akan
lepas dari pembahasan tentang keluarga. Fakta dalam satu keluarga
hampir bisa dipastikan adanya konflik antara suami dan isteri maupun
antar orang tua dan anak. Dengan adanya konflik tersebut kondisi
rumah tanggah akan goyah dan mengalami guncangan. Suasana rumah
tangga yang guncang ada yang bisa pulih dan normal kembali karena
kedua suami istri telah siap menghadapi problematika hidup, sehingga
menemukan solusinya. Namun tidak jarang dijumpai pasangan suami
isteri yang tidak siap menghadapi konflik dalam rumah tangga dan
menemui jalan buntu, hingga akhirnya berujung pada perceraian.

Setiap tahun lebih dari 2,2 juta pasangan menikah yang tercatat oleh
Kantor Urusan Agama seluruh Indonesia.

Tabel 1
Perkawinan dan Perceraian di Indonesia tahun 2009-20133

Tahun Nikah Cerai %


2009 2,162,268 216, 286 10
2010 2,207,364 285, 184 13
2011 2,319,821 158, 119 6,8
2012 2,291,265 372, 577 16
2013 2,218,130 324,527 14,6

Dari data tabel 1 tentang Perkawinan dan Perceraian di Indonesia


menunjukkan menurunnya perkawinan tercatat berbanding berbalik
dengan tingginya angka kasus perceraian. Menurunnya angka
pasangan pengantin yang tercatat menjadi pertanyaan tersendiri, hal
ini menguatkan hasil penelitian Balitbang Kemenag RI tahun 2013 yang
Pendidikan bagi Calon Pengantin _227

mengungkapkan masih banyaknya kasus perkawinan tidak tercatat


dan perkawinan anak (dibawah umur 18 tahun). Penurunan pencatatan
nikah berbanding berbalik dengan kasus perceraian. Artinya tiap tahun
terjadi peningkatan kasus perceraian. Pada tahun 2012 tercatat 297,841,
sementara tahun 2013 mengalami peningkatan sebanyak 324,527
perceraian.

Tabel 2
Daftar Penyebab Perceraian4

Penyebab
No 2009 2010 2011 2012 2013
Perceraian
Tidak ada
1 72,274 91,841 51,882 91,388 97,615
keharmonisan
Tidak ada
2 tanggung 61,128 78,407 42,701 81,227 81,266
jawab
3 Ekonomi 43,309 67,891 35,480 70,427 74,559
Gangguan
4 16,077 20,199 12,082 23,690 25,310
pihak ketiga
5 Cemburu 8,284 10,029 5,824 10,524 9,338

6 Krisis ahlak 6,486 7,641 4,217 8,537 10,649

7 Kawin paksa 2,064 2,185 1,140 2,071 3,380

8 KDRT 1,965 2,191 1,605 3,697 4,439


Poligami
9 1,196 1,389 758 1,876 1,951
tidak sehat
Cacat
10 865 678 440 737 1,247
biologis
Menyakiti
11 587 560 432 1,108 1,491
mental

12 Dihukum 459 418 143 392 714


228_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

13 Politis 402 334 327 423 2,094


Kawin di
13 384 550 184 432 600
bawah umur
15 Lain lain 806 871 364 1,312 4,413

Jumlah 216,286 285,184 158,119 297,841 324,527

Data di atas menujukkan beragam faktor yang menyebabkan


perceraian. Kasus yang dominan adalah karena tidak ada keharmonisan
dalam keluarga dan tidak ada tanggung jawab. Oleh sebab itu perlu
diberikan bekal bagaimana mewujudkan keharmonisan dalam keluarga
dan tanggung jawab suami istri dalam keluarga. Dengan bekal yang
memadai, diharapkan pasangan yang hendak menikah siap untuk
mengarungi bahtera rumah tangga, siap menghadapi masalah yang
mungkin terjadi serta sudah siap dengan solusinya.

Salah satu tujuan pernikahan adalah melahirkan generasi yang


berkualitas, sebagaimana tersebut dalam al-Quran surat Al-nisa (4): 1

Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang


telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
Pendidikan bagi Calon Pengantin _229

meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.


Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu

Tugas mulia orang tua adalah melahirkan generasi penerus. Akan


tetapi, dalam kenyataannya banyak dijumpai kasus kekerasan yang
dihadapi oleh anak, termasuk di dalamnya kekerasan pada anak dalam
keluarga 5. Data KPAI menujukkan tiap tahun mengalami peningkatan
kasus kekerasan pada anak. Pada Tahun 2012 terdapat 3.332 laporan
kasus, dengan 62% di antaranya merupakan kekerasan seksual kepada
anak-anak yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang terdekat.
Sementara, tahun 2013, dari Januari-Maret 2013 tercatat 919 kasus
pengaduan tindak kekerasan pada anak.

Kekerasan anak meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan


seksual, kekerasan sosial dan kekerasan/eksploitasi ekonomi. Sedangkan
lingkungan kekerasan menurut Study on Violence Against Children Outline
terbagi menjadi 5 (lima) yaitu:

1. Kekerasan di lingkungan rumah dan keluarga (Violence in the home


and family);
2. Kekerasan di lingkungan sekolah dan lingkungan pendidikan
(Violence in school and education settings);
3. Kekerasan di dalam Institusi lain, seperti perawatan/pengasuhan
termasuk anak yang berkonflik dengan hukum (Violence in other
institusional settings, orphanages, including children in conflict with the
law);
4. Kekerasan di komunitas dan jalan (Violence in the community and
on the streets);
5. Kekerasan di lingkungan kerja (Violence in work situation).
Kekerasan yang dialami oleh anak di lingkungan keluarga antara
lain dilakukan oleh ayah, ibu dan saudara. Secara terperinci kasus
kekerasan anak yang sering terjadi dalam keluarga, berdasarkan
pengaduan kepada KPAI, dapat dilihat dalam grafik sebagai
berikut:
230_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Grafik 1.
Data kasus kekerasan pada anak dalam keluarga6

Data di atas menunjukkan beragam bentuk kekerasan psikis anak, dan


sebagian besar pelakunya adalah ibu. Sedangkan kekerasan psikologis
yang sering dilakukan dengan kekerasan verbal, seperti menyebut
anak bodoh, nakal, pemalas dan lainnya lebih banyak dilakukan oleh
ayah. Relasi suami istri dalam keluarga yang tidak harmonis akan
memunculkan diskriminasi dan dapat mengakibatkan kekerasan.

Ketimpangan pendidikan laki-laki-laki dan perempuan memberikan


dampak dalam pola asuh anak. Seringkali pendidikan anak diserahkan
kepada istri/ibu, sedangkan suami/ayah hanya mencari nafkah keluar
rumah, dengan demikian sangat beralasan apabila ibu yang banyak
menjadi pelaku kekerasan ringan, karena setiap hari berhadapan
langsung dengan anak.

Maria Ulfah Anshor, Komisioner KPAI, menyebutkan beberapa faktor


penyebab kekerasan pada anak dalam keluarga, yaitu:

1. Disfungsi keluarga, dimana peran orang tua tidak berjalan


sebagaimana seharusnya. Peran ayah sebagai pemimpin keluarga
Pendidikan bagi Calon Pengantin _231

dan peran ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi,


tidak ditemukan dalam keluarga.
2. Faktor ekonomi, yaitukekerasantimbul karena tekanan ekonomi
atau kondisi keluarga yang disebabkan himpitan ekonomi.
3. Pandangan keliru tentang posisianak dalam keluarga, Orang
tua dan saudara sekandung terutama kakak sering menganggap
bahwaanakadalah seseorang yang tidak tahu apa-apa.

Orang tua perlu mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang


memadai terkait dengan tugas dan perannya sebagai ayah dan ibu.
Pembekalan bagi calon orang tua menjadi penting dan mendesak untuk
ditangani secara serius, sehingga kasus-kasus kekerasan terhadap anak
bisa diminimalisir. Oleh karena itu perlu persiapan tersendiri bagi
calon orang tua (calon pengantin) dalam menjalani kehidupan berumah
tangga.

C. Persiapan bagi Calon Pengantin


Sebelum membahas isi materi yang diberikan kepada calon pengantin,
maka ada beberapa persiapan khusus bagi calon pengantin

1. Persiapan Fisik

Pertumbuhan jasmani dalam fase kehidupan manusia akan


mengalami perkembangan yang sangat signifikan ketika
memasuki usia remaja, karena pada usia remaja sudah mulai
tumbuh dan berfungsi organ reproduksinya. Pertumbuhan fisik
akan semakin kuat saat mengakhiri usia remaja, demikian pula
dengan fungsi organ reproduksi akan berjalan dengan baik saat
berakhir usia remaja, dan semakin matang ketika memasuki fase
dewasa. Menurut ilmu kesehatan, fase terbaik untuk melahirkan
adalah usia 20-30 tahun.

Faktor usia menjadi prasyarat dalam melangsungkan pernikahan


yang salah satu tujuannya adalah melanjutkan generasi penerus.
232_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Usia ideal menikah untuk laki-laki antara usia 25-30 tahun dan
perempuan antara usia 20-25 tahun. Ini adalah usia ideal,dimana
usia calon pengantin sudah cukup dewasa. Sangat beralasan ketika
BKKBN membagi tiga fase terkait upaya mewujudkan generasi
yang berkualitas dengan 3 hal:

a) Menunda perkawinan dan kehamilan di bawah usian 20


tahun
b) Masa menjarangkan kehamilan pada usia 20-35 tahun
c) Masa mencegah kehamilan di atas usia 35 tahun

Selain usia yang cukup, perlu pula dilakukan pemeriksaan


kesehatan pranikah, antara lain:

a) Penyakit genetik, misalnya : talasemia, buta warna,


hemofilia, dan lain-lain.
b) Penyakit tertentu yang diturunkan, misalnya
kecenderungan diabetes mellitus (kencing manis),
hipertensi (tekanan darah tinggi), kelainan jantung, dan
sebagainya.
c) Penyakit infeksi, misalnya, penyakit menular seksual
(PMS), Hepatitis B, dan HIV/AIDS
d) Vaksinasi. Hal ini dilakukan untuk kekebalan terhadap
virus rubella. Infeksi rubella pada kehamilan dapat
menimbulkan kelainan pada janin seperti kepala kecil,
tuli, kelainan jantung, bahkan kematian. Perlu pula
pemeriksaan virus herpes karena dapat menyebabkan
cacat janin dan kelahiran prematur.
e) Suntik Tetanus Toxoid (TT)

Tidak hanya kesiapan fisik yang dibutuhkan, akan tetapi juga


perlu memahami fungsi dan peran reproduksi, khususnya
kesehatan reproduksi perempuan, karena dapat mempengaruhi
keturunan yang akan melanjutkan generasi ke depan. Dengan
Pendidikan bagi Calon Pengantin _233

demikian pendidikan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin


menjadi wajib diberikan. Idealnya, pendidikan kesehatan
reproduksi dimulai sejak dini, antara lain dengan mengenal organ
reproduksi, merawat dan menjaganya, dan hanya difungsikan
sesuai dengan syariat.

2. Persiapan Mental

Untuk mewujudkan keluarga yang harmonis, tentram dan


bahagia, perlu persiapan mental, antara lain:

a) Harus seiman
b) Adanya pemahaman yang sama tentang tujuan
pernikahan.
c) Berkepribadian yang matang, termasuk dalam kriteria ini
adalah: tabiat, budi pekerti, minat dan kebiasaan.
d) Memiliki pengetahuan dan wawasan yang seimbang, hal
ini terkait dengan pendidikan, termasuk di dalamnya
pengetahuan dan pengamalan agama. Selain itu perlu
pengetahuan tentang pengasuhan anak, komunikasi,
pengendalian diri, memahami perbedaan antara laki-laki
dan perempuan,
e) Bekal yang harus pula dipersiapkan adalah ilmu
parenting (pola asuh anak oleh orang tua), sehingga
orang tua dapat memberikan pendidikan terbaik bagi
anaknya, baik pendidikan dalam keluarga (pendidikan
informal), pendidikan di sekolah/madrasah (formal), dan
pendidikan di lingkungan masyarakat.
f) Konseling untuk mengubah perilaku yang tidak sehat
seperti : merokok, minum alkohol, atau memakai narkoba.
Seringkali calon suami yang perokok, tidak paham bahwa
asap rokok sangat berbahaya bagi ibu maupun janin.
234_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

3. Persiapan Sosial dan ekonomi

Selain persiapan fisik dan mental (psikis), maka harus pula


dipersiapkan secara sosial dan ekomoni. Diantara persiapan
dalam lingkup sosial, menurut Sururin dkk adalah:
a) Latar belakang sosial keluarga. Latar belakang keluarga
dapat dilihat dari pendidikan dalam rumah, bukan
pendidikan di sekolah, seringkali ditanya hanya latar
belakang sekolah, bukan bagaimana pendidikan dalam
keluarga. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui
kebiasaan calon pasangan ketika telah menjadi
pasangannya kelak.
b) Latar belakang budaya.
c) Pergaulan. Dengan mengetahui lingkungan, teman
pergaulan dan aktifitas memudahkan calon suami dan
isteri beradaptasi dengan anggota keluarga kedua belah
pihak, tetangga, masyarakat dan lingkungan.
d) Calon suami dan isteri sebaiknya telah mandiri secara
ekonomi, dan ulet mengais rizki.7
e) Persiapan lain terkait dengan ekonomi adalah
mempunyai ketrampilan. Calon pasangan suami istri
perlu mempunyai ketrampilan, antara lain: memasak,
menjahit, mengurus rumah tangga, membersihkan dan
memperbaiki kerusakan peralatan dan barang-barang.

D. Materi Pendidikan bagi Calon Pengantin


Peraturan Dirjen Bimas Islam tentang kursus calon pengantin No.
DJ.II/491 Tahun 2009 menyebutkan suscatin diselenggarakan dengan
durasi 24 jam pelajaran yang meliputi :

1. Tatacara dan prosedur perkawinan selama 2 jam


2. Pengetahuan agama selama 5 jam
3. Peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keluarga
selama 4 jam
Pendidikan bagi Calon Pengantin _235

4. Hak dan kewajiban suami istri selama 5 jam


5. Kesehatan reproduksi selama 3 jam
6. Manajemen keluarga selama 3 jam
7. Psikologi perkawinan dan keluarga selama 2 jam.

Susunan materi tersebut cukup lengkap, walaupun belum ada materi


terkait dengan parenting. Demikian pula waktu yang harus disediakan
durasinya bisa 3 hari (satu hari 8 jam), sedikit memadai. Akan tetapi
dalam prakteknya, berdasar pada hasil penelitian Rahima dengan BP4
tahun 20138, materi-materi yang disampaikan dalam SUSCATIN yaitu:
UU Perkawinan, Fiqh Munakahat, PKK (Kesejahteraan Keluarga),
kesehatan reproduksi dan KB. Materi-materi tersebut hanya disampaikan
sekitar 4-5 jam waktu efektif. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa waktu untuk menyampaikan materi kurang efektif, karena hanya
4-5 jam. Dengan demikian materi yang disampaikan hanya pengantar
saja, atau garis besarnya saja, kurang mendalam dan tidak menyeluruh.
Bila dilihat dari penyebab perceraian, sebagaimana tersebut pada
tabel 2 yaitu karena tidak ada keharmonisan, akan tetapi tidak ada
materi terkait dengan cara mengatasi konflik dalam keluarga, berikut
contoh-contohnya. Tambahan kesimpulan dari penelitian tersebut
adalah penyampaian materi SUSCATIN masih bias, karena materi yang
diberikan lebih banyak menyebutkan tugas dan kewajiban istri dari pada
haknya, dan sebaliknya lebih banyak berbicara hak suami dari pada
kewajibannya.

Terdapat banyak hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan


SUSCATIN. Dari sekian banyak hal itu yang paling dominan
diantaranya adalah belum menjadi kewajiban bagi pasangan calon
pengantin untuk mengikuti kursus bagi pra nikah, sehingga waktu yang
ada sangat terbatas dan mengikuti jadwal calon pengantin. Tidak adanya
ijin dari tempat kerja menjadi salah satu alasan tidak hadirnya pasangan
calon pengantin mengikuti SUSCATIN. Jalan keluar yang ditawarkan
adalah pihak KUA memberikan kursus singkat dengan istilah face to
236_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

face. Yaitu, saat calon pengantin mendaftar pada saat itu pula diberikan
penasehatan dan pengetahuan terkait pernikahan.

E. Strategi Pelaksanaan Pendidikan bagi Calon Pengantin


Berdasar pada permasalahan tersebut, perlu dirumuskan berbagai
strategi pendidikan bagi calon pengantin, tidak hanya terbatas pada
lembaga penyelenggaranya, akan tetapi juga memperluas lingkup dan
cakupannya.

1. Butuh Keseriusan Pemerintah: Advokasi tiada Henti

Pemerintah mempunyai peran penting dalam penyelenggaraan


pendidikan bagi calon pengantin. Persiapan fisik bagi calon
pengantin akan mempengaruhi proses dalam menjalankan fungsi
reproduksinya. Sebagaimana dikemukaan di atas, bahwa usia
ideal menikah perempuan minimal usia 20 tahun, sedangkan laki-
laki 25 tahun. Akan tetapi dalam aturan perundangan yang ada,
yaitu UU No 1 tahun 1974 membolehkan perempuan menikah
usia 16 tahun. Dalam UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak, menyebutkan bahwa usia batasan usia anak 18 tahun.
Dengan demikian, perlu terus diperjuangkan adanya perubahan
usia menikah bagi perempuan dan laki-laki yang tercantum
dalam UU tersebut. Berbagai gerakan telah dilakukan, termasuk
diantaranya Gerakan Nasional Stop Pernikahan pada Anak yang
pada tanggal 3 Oktober 2014 kerjasama KPP-PA, BKKBN, Plan
Indonesia dan berbagai Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan,
dilakukan seminar, diskusi, pengajian, dan sebagainya, akan tetapi
kasus pernikahan usia anak masih tinggi di Indonesia karena
peraturan yang ada, UU No 1 tahun 1974, masih berlaku. Butuh
keseriusan pemerintah untuk merevisi UU tersebut, khususnya
terkait dengan batas minimal usia perempuan menikah.

Kebijakan lainnyaterkait dengan tidak efektifnya SUSCATIN


selama iniPemerintah hendaknya mewajibkan seluruh calon
Pendidikan bagi Calon Pengantin _237

pengantin untuk mengikuti pendidikan pra nikah. Kebijakan


tersebut akan memberikan konsekwensi pada peraturan lainnya,
antara lain berupa edaran tentang kewajiban lembaga/instansi
memberikan ijin bagi karyawan/pegawainya untuk mengikuti
pendidikan bagi calon pengantin secara intensif. Selama ini
SUSCATIN terkendala pelaksanaannya karena tidak adanya ijin
dari perusahaan/instansi tempat bekerja.

Pemerintah perlu menyusun kurikulum SUSCATIN yang


ideal dengan memberikan ruang bagi pengembangan bagi
penyelenggara SUSCATIN. Walaupun selama ini sudah ada
aturan akreditasi lembaga penyelenggara SUSCATIN, akan tetapi
belum berjalan.

Peran pemerintah akan kuat apabila memasukkan pendidikan


pra nikah dalam kurikulum pendidikan formal. Dengan
catatan, materi-materi nya tidak hanya UU perkawinan dan fiqh
munakahat, akan tetapi diseimbangkan dengan materi tentang
ketrampilan hidup, termasuk di dalamnya parenting, sehingga
memenuhi tujuan dari penyelenggaraan pendidikan bagi calon
pengantin.

2. Pendidikan Informal (Peran Orang Tua)

Orang tua menjadi model bagi anaknya, termasuk dalam


mengarungi bahtera rumah tangga yang dibinanya. Pola asuh
dan kehidupan dalam keluarga akan terekam dalam kehidupan
anak. Apabila kehidupan yang dialami seseorang dalam keluarga
bahagia, damai penuh kasih sayang maka ia akan berusaha
mewujudkan kehidupan keluarganya kelak sebagaimana
kehidupan orang tuanya saat kecil, Akan tetapi, bila kehidupan
yang dilalui dalam suasana konflik, banyak masalah dan kurang
kasih sayang, maka dua altenatif yang muncul. Pertama dia
akan mengalami kehidupan yang sama dengan masa kecilnya,
artinya meniru apa yang sudah dilakukan orang tua. Dia akan
238_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

berprilaku bagaimana dia diperlakukan. Kedua, pengalaman


pahit dalam kehidupan akan menjadi cambuk dan pelajaran
berharga, sehingga dia tidak akan mengulangi pengalaman pahit
dalam hidupnya. Oleh sebab itu orang tua berpengaruh terhadap
kehidupan keluarga anaknya.

Orang tua tidak hanya memberi teladan, akan tetapi juga doktrin
(ajaran) dan pemahaman terkait membangun keluarga yang sakinah
mawaddah wa rahmah. Prinsip-prinsip hidup akan ditanamkan oleh
orang tua kepada anaknya. Demikian juga ketrampilan hidup
menjadi salah satu materi yang diberikan dalam kehidupan
dalam keluarga, salah satunya dengan pembiasaan.

Tidak mudah mengubah pola asuh dan kebiasaan yang sudah


terbina dalam keluarga, maka langkah awal yang paling strategis
adalah melalui pendidikan bagi calon orang tua, dalam hal ini para
calon pengantin. Sebelum melangsungkan ikrar (aqad ijab qobul)
calon pengantin perlu diberikan pendidikan yang akan menjadi
bekal dalam mengarungi rumah tangga yang akan dibinanya

3. Pendidikan Formal (Peran Sekolah/Perguruan Tinggi)

Terdapat dua cara untuk memasukkan materi pendidikan pra


nikah: pertama menjadi satu mata pelajaran/mata kuliah yang
berdiri sendiri. Mata kuliah yang terkait langsung dengan
persiapan pra nikah adalah Psikologi Keluarga. Sementara
untuk menjadi satu mata pelajaran khusus, perlu dipikirkan
dan didiskusikan kembali. Belum menjadi perhatian dari para
pemikir pendidikan Indonesia untuk memasukkan pendidikan
dalam rangka membangun keluarga dalam satu mata pelajaran
tersendiri. Kedua, dimasukkan (insert) dalam mata kuliah/
pelajaran tertentu. Mata pelajaran terkait dengan pendidikan pra
nikah: biologi, PkN, IPS, Fiqh, Ekonomi, sosiologi, dan lain lain:
Mata kuliah yang terkait dengan pendidikan pra nikah: Psikologi
Perkembangan, Psikologi Agama, Psikologi Anak, Psikologi
Pendidikan bagi Calon Pengantin _239

Perempuan, Bimbingan Konseling, Fiqh, Tafsir, Hadits, dll. Perlu


diberikan orientasi khusus bagi penyusun kurikulum dan penulis
buku untuk memasukkan pentingnya pendidikan pra nikah.
Dengan demikian diharapkan pendidikan pra nikah dapat masuk
dalam kurikulum yang dirancang untuk semua peserta didik.

Perlu persiapan khusus dalam menyusun perangkat pendukung


pelakanaan pendidikan bagi calon pengantin (pendidikan pra
nikah), baik dari aspek kurikulum, metode, media, penyelenggara,
dan sebagainya.

Pada sisi lain, strategi yang bisa dilakukan adalah dengan


membuka pusat studi yang mengkaji tema terkait dengan
keluarga atau anak. Sebagai contoh, menurut Statuta yang
baru, di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam, khususnya
PTAIN, terdapat Pusat Studi Gender dan Anak. PSGA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, misalnya, mempunyai tugas dan fungsi
menciptakan lingkungan ramah anak. Lingkungan ramah anak
diawali dari keluarga ramah terhadap anak, sekolah ramah anak,
dan masyarakat (lingkungan) ramah anak. Untuk itu para orang
tua perlu dibekali pendidikan dalam keluarga yang ramah anak.
Pembekalan tersebut dapat diberikan kepada mahasiswa dan
masyarakat lainnya yang hendak membangun keluarga.

4. Pendidikan Non Formal (Peran Masyarakat)

Selama ini pendidikan bagi calon pengantin hanya dilaksanakan


dalam bentuk pendidikan non formal, yaitu Kursus bagi Calon
Pengantin SUSCATIN. Pelaksanaan SUSCATIN didominasi oleh
KUA.

Karena jalur non formal yang digunakan, maka istiulah yang


digunakan adalah Kursus bagi Calon Pengantin (SUSCATIN).
Istilah kursus, yaitu satuan pendidikan luar sekolah yang
terdiri atas sekumpulan warga masyarakat yang memberikan
240_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

pengetahuan, keterampilan dan sikap mental tertentu bagi warga


belajar. Kursus merupakan pendidikan nonformal, yaitu jalur
pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang

Memang, pendidikan luar sekolah memiliki keleluasaan jauh


lebih besar dari pada pendidikan sekolah untuk secara cepat
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa
berubah. Menurut pasal 14 UU Nomor 73 Tahun 1991 Tentang
Pendidikan Luar Sekolah, Kursus diselenggarakan bagi warga
belajar yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri,
bekerja, mencari nafkah dan/atau melanjutkan ke tingkat
atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian,
penggunaan istilah kursus tersebut diartikan bahwa hanya bagi
orang yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri yang
perlu kursus, tidak menjadi kewajiban untuk melaksanakannya.
Hal ini berbeda dengan istilah pendidikan, yang mempunyai
makna lebih luas, dan dapat mengikat warga bangsa bahkan
mewajibkannya, misalnya dikenal istilah wajib belajar (wajar) 7
tahun, wajar 9 tahun, bahkan wajar 12 tahun

Konsekwensi lainnya bila menggunakan istilah pendidikan adalah


bisa masuk dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi.
Dampak lainnya adalah akan lebih luas pihak penyelenggara,
tidak hanya dibatasi oleh Dirjen Bimas Islam, dalam hal ini
penghulu, penyuluh dan BP4, akan tetapi bisa dilakukan oleh
berbagai kalangan.

Pendidikan bagi calon pengantin atau pendidikan pra nikah


belum menjadi kewajiban dan belum menjadi gerakan nasional,
sehingga penganggarannya pun masih menjadi kendala

Selain BIMAS ISLAM, KUA dan BP4, organisasi keagamaan


sudah melakukan konseling pra nikah (pendidikan pra nikah),
Pendidikan bagi Calon Pengantin _241

akan tetapi pelaksanaannya pun belum optimal. Berbagai


kajian telah dilakukan, akan tetapi belum terimplementasikan
dengan baik. Sebagai contoh: Rahima (salah satu LSM yang aktif
memperjuangkan aspirasi perempuan) telah melaksanakan
program konseling bagi calon pengantin, demikian pula
Fatayat NU, pada periode 2006-2010 mengembangkan program
Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Calon Pengantin, dan
mulai tahun 2013 memperluas program, tidak hanya sebatas
kesehatan reporduksi akan tetapi memberikan bekal bagi calon
pengantin secara luas, termasuk relasi dalam keluarga.

F. Penutup.

Pendidikan bagi calon pengantin merupakan upaya untuk


mempersiapkan individu yang akan melangsungkan pernikahan dan
membentuk keluarga, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang
harmonis, bahagia lahir dan batin, melahirkan generasi yang berkualitas
dan bermartabat.

Keharmonisan dalam rumah rumah tangga selalu menjadi dambaan


bagi setiap calon pengantin. Namun selama mengarungi bahtera
kehidupan tidak sedikit hambatan yang menghadang sehingga suasana
harmonis tinggal angan-angan belaka. Oleh sebab itu perlu diberikan
bekal bagaimana mewujudkan keharmonisan dalam keluarga dan
tanggung jawab suami istri dalam keluarga. Dengan bekal yang memadai,
diharapkan pasangan yang hendak menikah siap untuk mengarungi
bahtera rumah tangga, siap menghadapi masalah yang mungkin terjadi
serta sudah siap dengan solusinya.

Bentuk pendidikan bagi calon pengantin, atau pendidikan pra nikah,


bisa dimasukkan dalam pendidikan formal, pendidikan non formal, dan
pendidikan informal.
242_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Begitu pentingnya problema di atas, dirasa perlu untuk menyusun


strategi pendidikan bagi calon pengantin yang tidak hanya terbatas pada
lembaga penyelenggaranya, akan tetapi juga memperluas lingkup dan
cakupannya.
Pendidikan bagi Calon Pengantin _243

Daftar Pustaka

Al-Quran dan Terjemahannya

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Buku Sumber Advokasi:


Keluarga berencanan, Kesehatan Reproduksi, Gender dan Pembangunan
Kependudukan Jakarta : BKKBN,2003).

Departemen Agama RI, Dirjen Bimas Islam, Tuntunan Keluarga Sakinah


Bagi Remaja Usia Nikah, Jakarta, 2006

Departemen Agama RI, Modul Fasilitator Kursus Calon Pengantin,


Jakarta,2002.

Erlene Eisenberb, et., al., Kehamilan; Apa yang Anda Hadapi Bulan per Bulan,
Jakarta: Arcan, 1996.

Fatayat NU, CD; Pendidikan Kesehatan Reproduksi Bagi Calon Pengantin,


Jakarta: Fatayat NU, BKKBN, UNFPA, 2007.

Maria Ulfa Anshor, Wan Nedra & Sururin, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh
Kontemporer, Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
2002.

Majalah Ayah Bunda, Kiat Sukses Menyusui, Cetakan Pertama, 2002

Muhammad, Husein, Islam Agama Ramah Perempuan, Pembelaan Kiyai


Pesantren, Cirebon : Fahmina Institut dan LKiS, 2004.

Rusdin M. Nur, dkk., Modul Kesehatan Reproduksi Remaja, Jakarta : PP


LKKNU, 2005.

Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid, dkk., Wajah Baru Relasi Suami-Istri;


Telaah Kitab Uqud Al-Lujjayn, Jakarta: LkiS, 2001.

Siti Nurul Qomariah, dkk., Infeksi Saluran Reproduksi pada Perempuan di


Indonesia, Jakarta: Pusat Komunikasi Kesehatan Berspektif Gender,
2001.
244_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam; Hukum Fiqh Lengkap, Bandung : Sinar baru,
1992.

Tim Peneliti Rahima dan BP4, Peran BP4 dalam Mewujudkan Keluarga
Sakinah, Hasil Penelitian di 6 Wilayah, Jakarta: Rahima, 2013
Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (PKDRT).

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Undang-undang No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Zakiah Darajat,
Kesehatan Mental, Jakarta : CV. Haji Masagung, cet.VI, 1990)

Yahya, Harun, Keajaiban Penciptaan Manusia, Jakarta : Nada Cipta Raya,


2003.

Website :

http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/13662/nprt/538/uu-no-
20-tahun-2003-sistem-pendidikan-nasional
Pendidikan bagi Calon Pengantin _245

Endnotes

1. UU no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan


terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara

2. Ibid, Pasal 1 ayat 4

3. Prof. Dr. Abdul Jamil, MA, Bimas Islam dan Majlis Talim, paparan materi
dipresentasikan dalam Musyawarah Kerja Nasional Himpunan Daiyah dan
Majlis Talim Muslimat NU (HIDMAT MNU), Jakarta, 31 Mei 2014

4. Ibid

5. Menurut UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pasal 13


menyebutkan: Kekerasan pada anak adalah segala bentuk tindakan yang
melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk hinaan meliputi:
Penelantaran dan perlakuan buruk, Eksploitasi termasuk eksploitasi seksual,
serta trafficking jual-beli anak.

6. Data dikutip dari: Maria Ulfah Anshor, Stop Kekerasan pada Anak secara
Sistematis, disampaikan dalam diskusi Kelas Gender PSGA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 4 Juni 2014.
246_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

7. Sururin, dkk, Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Calon Pengantin, Jakarta:


PP Fatayat NU, 2010, cet. III

8. Tim Peneliti Rahima dan BP4, Peran BP4 dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah,
Hasil Penelitian di 6 Wilayah, Jakarta: Rahima, 2013
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _247

The Role of Islamic Extension in Carrying


Wasathiyyah Al-Islm

Peran Penyuluh Agama Islam


dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islm

Lalu Fahmi Husain


Penyuluh Agama Islam Lombok, NTB
email: m_lu24@yahoo.com

Abstract : Build understand wasathiyyah al-Islam: is (justice), at-tawazun (balance) and


Tasamuh (tolerant) in religious field is the responsibility of the propagation of
Islam, including Islamic Studies Extension. Extension of Islamic Studies should
gradually play a role in changing the mindset of the target groups, addressing
the differences in religion. Wasathiyyah is an attitude that is not showing the
difference in executing religious teachings, reading Quran together and conduct
religious activities together, is an indicator of the success of the propaganda by PAI.

Absraksi : Membangun paham wasathiyyah al-Islm yaitu : adalah (keadilan), at-tawazun


(keseimbangan) dan tasamuh (toleran) dalam beragama merupakan tanggung jawab
dakwah Islam, termasuk Penyuluh Agama Islam. Penyuluh Agama Islam secara bertahap
harus berperan dalam merubah mindset kelompok binaan, dalam beragama dan menyikapi
perbedaan satu sama lainnya. Sikap wasatiyah seperti tidak menonjolkan perbedaan
248_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

dalam melaksanakan ajaran agama, pengajian bersama dan melakukan kegiatan-


kegiatan keagamaan secara bersama, merupakan indikator keberhasilan dakwah oleh PAI.

Keywords : wasathiyyah, Islamic Extension, Indonesia, Target Group, Majelis taklim

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam dan umat Islam saat ini menghadapi paling tidak dua
tantangan: Pertama, kecenderungan sebagian kalangan umat
Islam untuk bersikap ekstrim dan ketat dalam memahami hukum-
hukum agama dan mencoba memaksakan cara tersebut di tengah
masyarakat muslim, bahkan dalam beberapa hal menggunakan
kekerasan. Kedua, kecenderungan lain yang juga ekstrim dengan
bersikap longgar dalam beragama dan tunduk pada perilaku serta
pemikiran negatif yang berasal dari budaya dan peradaban lain.

Kedua sikap di atas, tidak menguntung Islam dan umat Islam.


Kecenderungan pertama telah memberikan citra negatif kepada Islam
dan umat Islam sebagai agama dan komunitas masyarakat yang
eksklusif dan mengajarkan kekerasan dalam dakwahnya. Sementara
kecenderungan kedua telah mengakibatkan Islam kehilangan jati dirinya
karena lebur dan larut dalam budaya dan peradaban lain.

Kedua sikap ini tentu bertentangan dengan karakteristik umat Islam


dalam surat al-Baqarah : 143 disebut sebagai ummatan wasathan dengan
pengertian tengahan, moderat, adil, dan terbaik.

Kedua indikasi ini, kami dapatkan dalam kelompok gerakan-gerakan


keagamaan yang tersebar pada beberapa kecamatan di Kabupaten
Lombok Barat yaitu Kelompok Salafi, Jamaah Tablig dan kelompok
yang sangat longgar dalam beragama yang didasarkan pada rasionalitas
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _249

dan kebebasan mutlak, seperti pergaulan bebas antara muda-mudi, cara


berpakaian dan cara bertutur kata.

Kalau kita melihat kebelakang sejenak, gerakan-gerakan kedua


kelompok inilah yang sering memicu gesekan-gesekan di tengah
masyarakat, seperti yang terjadi tahun 2006, dimana saat itu Khumaidi
(tokoh salafi Kab. Lombok Barat) dilarang untuk berkhutbah di masjid
Desa Gelogor dan kegiatan pengajian yang diadakan di rumahnya.
Kemudian menyebar ke Kecamatan Sekotong Tengah, dengan aksi
perusakan pesantren, pelarangan shalat Jumat di masjid kelompok Salafi
di Kecamatan Lembar, dan pembubaran pengajian di Dusun Beroro,
Desa Jembatan Kembar. Konflik juga terjadi di Dusun Kebun Talo Desa
Labuhan Tereng Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat dengan
aksi perusakan mushalla milik kelompok Salafi.1 Demikian pula dengan
kelompok kedua, tergambar dari cara mereka bergaul dengan pacaran
yang kebablasan, tutur kata yang tidak sopan serta cara berpakaian yang
mengikuti budaya lain.

Salah satu tempat yang kami identifikasi wilayahnya adalah Desa


Perampuan Kecamatan Labuapi. Desa ini merupakan satu dari 122 desa
yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Secara geografis, Desa Perampuan
terletak antara Kota Mataram di sebelah utara, Kecamatan Narmada di
sebalah timur, Kecamatan Gerung di sebelah selatan dan Selat Lombok
di sebalah barat. Maka Desa Perampuan dinilai sangat strategis untuk
dijadikan lokasi pengembangan dan perluasan hunian baru bagi
masyarakat yang membutuhkan hunian terjangkau secara ekonomi.

Selain strategis secara geografis, Desa Perampuan juga dikenal


dengan desa transit, yaitu desa dengan jenis penyumbang perumahan
terbanyak, ada Perumahan LA Resort, BHP Telagawaru, BTN Perampuan
Asri, BTN Pepabri dan BTN Perampuan. Sebagai daerah perluasaan dan
pengembangan hunian, Desa Perampuan didatangi dari berbagai daerah
dan suku serta memiliki latar belakang profesi, pendidikan, pemahaman
keagamaan dan budaya yang berbeda-beda. Seperti suku Sasak (suku
250_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

asli), suku Samawa (Sumbawa), Mbojo (Bima), Jawa dan Sunda.

Berdasarkan pengamatan dan analisa identifikasi kelompok sasaran


dari data-data yang berhasil dikumpulkan, maka Desa Perampuan
merupakan Lahan subur bagi kelompok-kelompok paham keagamaan
seperti Salafi, Jamaah Tablig dan Liberal untuk mengembangkan dan
mempengaruhi paham keagamaanya di tengah masyarakat. Kelompok
Salafi memahami nash-nash agama secara harfiah atau tekstualis,
sehingga berdampak pada sikap guluw (ekstrim) dan jumd (statis) dalam
beragama. Lebih ekstrim lagi, kelompok ini terlibat dalam penyebaran
virus takfr (pengkafiran), tasyrk (pemusyrikan), tabd (pembidahan),
dan tasykk (upaya menanamkan keraguan) terhadap para ulama Ahlus
Sunnnah Wal Jamah.2

Sedangkan Jamaah Tablig merupakan kelompok yang memiliki


model dakwah yang dinamakan Jawlah dan Khurj. Jaulah adalah
berkeliling mendatangi rumah-rumah orang Islam yang terletak di
sekitar masjid tempat para jamaah itu menginap untuk bersilaturrahmi.
Khurj adalah keluar atau meninggalkan lingkungan sehari-hari dengan
tujuan menyampaikan dakwah Islam. Biasanya mereka ber-khurj
selama 3 hari dalam satu bulan, 40 hari dalam satu tahun, atau 4 bulan
selama seumur hidup.3 Kedua kelompok ini sangat fanatik terhadap
kelompoknya sendiri sehingga yang bukan kelompoknya mereka jauhi
dan hindari. Sedangkan liberal adalah suatu komunitas yang berpikiran
dan larut dalam budaya dan peradaban lain di luar Islam.

Menyikapi fakta tersebut, Penyuluh Agama sebagai garda terdepan


Kementerian Agama dalam melakukan dan mengembangkan kegiatan
bimbingan atau penyuluhan dan pembangunan melalui bahasa agama,4
terpanggil untuk memberikan penyuluhan dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai Islam sebagai agama yang cinta damai, moderat dan toleran
dalam sebuah konsep yaitu wasathiyyah al-Islam. Para penyuluh Agama
Islam didorong untuk terlibat lebih aktif guna menjembatni dialog
dua kelompok yang sama-sama ekstrim dalam pemahamannya.
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _251

Bagaimanapun, membiarkan keduanya berada dalam suasana ekstrim,


maka hal itu akan sangat berbahaya bagi masa depan Islam. Untuk itulah,
modeal dakwah dengan merangkul kedua kelompok tersebut menjadi
urgen dalam penyuluhan di masyarakat. Dalam hal ini, penyuluh agama
Islam harus memahami secara baik tujuan bimbingan dan penyuluhan,
yaitu:

1. Membuka wawasan keagamaan dan khazanah sejarah pemikiran


hukum Islam

2. Menanamkan cara menjalankan agama Islam dengan benar sesuai


al-Quran dan Hadits

3. Menanamkan pemahaman keagamaan yang wasathiyah (moderat)


pada jamaah

B. Fokus dan Rumusan Masalah


Dari uraian di atas, maka dalam tulisan ini kami memfokuskan pada :

1. Adanya kelompok gerakan paham keagamaan yang fanatik dalam


beragama

2. Adanya paham liberal atau terlalu longgar dalam beragama.

3. Perlunya konsep pemahaman keagamaan yang wasathiyyah atau


moderat.

Dari fokus permasalahan tersebut, maka kami rumuskan permasalahan


sebagai berikut :

1. Bagaimana membuka wawasan keagamaan mereka agar


menghormati perbedaan dan tidak fanatik pada satu pandangan?

2. Bagaimana menanamkan cara melaksanakan agama Islam sesuai


dengan ketentuan al-Quran dan Hadits?

3. Bagaimana cara memberikan pemahaman dan pencerahan agar


umat memiliki pemahaman keagamaan yang wasathiyyah (moderat)?
252_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

PEMBAHASAN

C. Kondisi Sosial Masyarakat Labuapi

Pada tahun 1980, Kecamatan Labuapi merupakan kecamatan


pemekaran dari kecamatan induk Kediri yang disebut perwakilan
Kecamatan Kediri di Labuapi. Sebagian besar masyarakat yang tinggal
di Kecamatan Labuapi hidup sebagai petani, pertanian di Kecamatan
Labuapi didominasi oleh padi, jagung dan kacang-kacangan.5 Kondisi
alamnya memiliki luas sekitar 28,33 Km2 dan memiliki jumlah penduduk
61.462 jiwa terdiri dari 12 (dua belas) desa dan 73 (tujuh puluh tiga) dusun.6
Kondisi tanah di Labuapi cukup subur akan tetapi kesuburan tanah
tersebut belum sepenuhnya dinikmati oleh sebagian besar penduduk
Labuapi, karena mereka kekurangan modal untuk biaya pertaniannya.
Kebanyakan yang berhasil dalam bercocok tanam adalah mereka yang
memiliki modal besar.

Dengan situasi seperti ini, maka masyarakat Labuapi terutama Desa


Perampuan dan Telagawaru banyak yang mengadu nasib untuk menjadi
tenaga kerja ke negara-negara kaya seperti Malaysia, Jepang dan Timur
Tengah. Mereka berharap dengan bekerja ke luar negeri dapat memenuhi
kebutuhan hidup yang layak serta dapat mengumpulkan modal untuk
membangun usaha kelak ketika kembali ke kampungnya. Dan rata-rata
pendidikan yang menjadi Tenaga Kerja ke Luar Negeri adalah SMP atau
sederajat.

Secara sosial ekonomi masyarakat Labuapi belum begitu mapan


dan berada pada katagori menengah kebawah. Namun, Kecamatan
Labuapi dipenuhi dengan perumahan-perumahan, khususnya di Desa
Perampuan yang relatif memiliki pekerjaan dan pendidikan yang lebih
baik. Dan rata-rata penghuninya memiliki pendidikan Strata Satu (S1)
dan bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Salah satu perumahan
yang kami identifikasi adalah perumahan LA. Resort Desa Perampuan
Kec. Labuapi.
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _253

Perumahan LA Resort merupakan perumahan yang berdiri sekitar


tahun 2008, memiliki 7 Rukun Tetangga (RT) dan 451 Kepala Keluarga,
di antaranya ; 37 Kepala Keluarga Jamaah Salafi dan 31 Kepala
Keluarga Jamaah Tablig, sedangkan sisanya sekitar 383 Kepala Keluarga
bermazhab Syafii. Penghuninya berasal dari beberapa suku, yaitu suku
Sasak, Sumawa, Mbojo, Sunda dan Jawa.7 Maka, mayoritas penghuni
Perumahan LA. Resort Labuapi adalah bermazhab Syafii.

D. Kondisi Keagamaan
Agama yang dianut masyarakat Labuapi sangat heterogen. Dari
jumlah penduduk 61.462 jiwa, yang memeluk agama Islam 60.022 orang,
Hindu 1.327 orang, Kristen 70 orang, Katholik 11 orang dan Budha 32
orang.8 Adapun jumlah sarana ibadah yang ada di Kecamatan Labuapi
adalah sebagi berikut: 47 Masjid, 111 Mushalla, 9 Pondok Pesantren, 36
Madrasah Diniyah, 132 TPQ dan 50 Majelis Taklim.9

Dari jumlah sarana ibadah di Kecamatan Labuapi tersebut


menjadikannya sebagai tempat subur bagi gerakan-gerakan
keagamaan untuk menyebarkan paham-paham keagamaannya, seperti
Salafi dan Jamaah tablig. Sedangkan masyarakat muslim Labuapi
mayoritas menganut paham keagamaan Ahlus Sunnah Wal Jamaah yang
bermazhab Syafii.

Menurut pengamatan dan analisa di lapangan, sejak hadirnya dua


kelompok gerakan paham keagamaan tersebut, sering terjadi gesekan-
gesekan dengan masyarakat yang kurang sepaham dengan mereka.
Misalnya pelarangan membuka pengajian di masjid dan mushalla,
terjadinya debat-debat yang berujung saling menghina dan mencerca
kelompok masing-masing, serta pengusiran dan penggerebekan
terhadap pasangan yang tidak ada ikatan pernikahan sah. Ini juga terjadi
di Perumahan LA. Resort yang notabene merupakan kawasan yang
kondusif bagi tumbuhnya kelompok-kelompok tersebut.
254_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

E. Kegiatan Bimbingan dan Penyuluhan

1. Bimbingan dan Penyuluhan Tentang Gerakan Paham Keagamaan


yang Fanatik Pada Satu Pandangan

Jika kita telaah, bahwa sikap fanatik pada satu pandangan tertentu
atau salah satu mazhab timbul dari sikap guluw (berlebihan) dalam
beragama. Hal ini diungkapkan dalam al-Quran:







Artinya : Katakanlah : Hai ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan


(melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah

kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum
kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia),

dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah : 77).

Kata ini (ghuluw) digunakan sebanyak dua kali dalam al-Quran
dengan pengertian batas
melampaui ( mujwazat


.Hal

al-hadd)


ini


juga

10

ditemukan dalam salah satu hadits Rasulullah yang berbunyi :


,

, , , ,

Artinya : Wahai manusia, hindarilah sikap berlebihan (melampaui



batas) dalam beragama, sebab umat-umat terdahulu binasa karena sikap
melampaui batas dalam beragama. (HR. Ibnu Majah dari Ibnu Abbas).

Dari
hadits lain, ghuluw

memiliki
, kesamaan

dengan dengan tanaththu.

diriwayatkan
oleh






Dalam sabda Nabi yang
} 118 {
Imam Muslim dari Abdullah
Ibnu

Masud,
,
mengingatkan
Rasulullah ,
bahwa ,

mereka

yang ,
memiliki
sifat

tanaththu
akan hancur atau binasa
) ( , yaitu mereka


}119{
yang berlebihan dan melampaui batas dalam ucapan dan perbuatan.


,


} 118{





Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _255

Sikap guluw juga terkadang bermula dari hal-hal kecil. Rasulullah


SAW telah mengingatkan kita akan bahaya sikap guluw dilatarbelakangi
oleh sebuah peristiwa sederhana. Ketika selesai melontar Aqobah pada
hari kesepuluh Dzulhijjah, Rasulullah meminta kepada sahabat dan
sepupunya, Ibnu Abbas, untuk mengambilkan beberapa kerikil kecil
kepada Nabi dan saat itu beliau bersabda agar waspada terhadap sikap
guluw. Relevansi peringatan tersebut dengan kerikil-kerikil kecil yang
diberikan kepada beliau adalah karena melontar itu adalah simbol dari
melempar setan, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim, maka boleh jadi
akan ada yang berpikiran bahwa melempar dengan batu-batu yang besar
akan lebih utama daripada kerikil kecil. Dengan ucapannya itu Rasulullah
seakan ingin mengantisipasi sejak dini sikap berlebihan dalam beragama
yang akan timbul di kalangan umatnya.11

Prediksi Rasulullah beberapa abad silam tersebut, merupakan indikasi


bahwa Rasulullah sangat mencela bagi orang yang bersikap guluw
(berlebihan) dalam beragama, karena guluw ini melahirkan beberapa
sikap: pertama, sikap fanatik terhadap salah satu pandangan. Kedua,
sikap cenderung mempersulit dalam masalah-masalah fiqih. Ketiga,
sikap berprasangka buruk terhadap orang lain, dan yang keempat, sikap
mudah mengkafirkan orang lain.

Sikap fanatik inilah yang membuat beberapa kelompok pemahaman


keagamaan menjadi bersikap ekstrim dan kaku dalam beragama.
Meskipun hal ini merupakan fenomena lama, tetapi pada beberapa
dekade terakhir ini terasa membesar dan berubah menjadi bahaya yang
tidak boleh disepelekan atau dipandang dengan sebelah mata.

Selain sikap guluw, sikap fanatisme lahir dari rasa ujub, atau merasa
dirinyalah yang paling benar, dan itulah pangkal kebinasaan seperti kata
Ibnu Masud. Sufi terkemuka Ibnu Athaillah mengingatkan, Boleh jadi
Allah membukakan pintu ketaatan kepada seseorang tetapi tidak dibukakan
baginya pintu diterimanya sebuah amal, dan boleh jadi seseorang ditakdirkan
berbuat maksiat tetapi itu menjadi sebab seseorang mencapai keridhaan Allah.
256_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Kemaksiatan yang melahirkan kehinaan atau perasaan bersalah lebih bai daripada
ketaatan atau kebaikan yang melahirkan rasa bangga diri dan sombong.12

Bahkan pada suatu kesempatan, ketika penyuluh agama Islam


melakukan identifikasi kelompok sasaran, terjadi dialog dengan mereka
tentang metode dakwah. Dalam dialog tersebut mereka berpendapat
bahwa hanya metode jawlah dan khurj saja yang direkomendasikan oleh
Rasulullah dalam berdakwah, sedang yang lain seperti ceramah, khutbah
dan mengajar tidak dikatagorikan dakwah. Pendapat ini sangat kontra
dengan kebanyakan pendapat para ulama bahwa metode dakwah sangat
dinamis, selama tidak keluar dari prinsip amar marf nahi mungkar.

Inilah yang menuntun kami untuk mengerahkan diri dalam


memberikan ajaran-ajaran al-Quran dan Hadits dengan pemahaman
yang benar, serta menanamkan paham wasathiyyah al-Islm (moderasi
Islam).

Atas dasar hasil analisis data identifikasi potensi wilayah dan


kebutuhan kelompok sasaran yang ada, maka Penyuluh Agama Islam
di wilayah ini membuat kelompok binaan, termasuk di dalamnya
kelompok Kompleks Perumahan yaitu Perumahan LA Resort Desa
Perampuan Kec. Labuapi. Dalam proses pembentukan kelompok binaan
tersebut, beberapa langkah diambil, di antaranya : 1). Pendekatan
dengan para ketua RT di setiap blok, tokoh setiap kelompok gerakan
keagamaan, tokoh masyarakat dan pengurus Takmir Masjid yang ada
di Perumahan LA Resort. 2). Melakukan rapat pembentukan kelompok
binaan dengan memperhatikan kebutuhan atau minat kelompok sasaran
yang ada. 3). Penetapan program-program pembinaan yang sesuai
dengan tujuan dan sasaran. Dari pembinaan tersebut maka terbentuklah
Majelis Taklim Ar-Royyan Perumahan LA. Resort Desa Perampuan Kec.
Labuapi dengan rata-rata 37 jamaah yang hadir setiap kali bimbingan
dan penyuluhan dilakukan. Kelompok binaan ini termasuk dalam
katagori kelompok binaan perkotaan yang memiliki ciri: melihat agama
dalam perspektif modern, individualistik, dan rasionalis. Oleh sebab itu,
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _257

metode penyuluhan dan bimbingan banyak menggunakan argumen dan


diskusi, sehingga dapat diterima oleh obyek dakwah.

yang dibentuk sebagai wadah untuk memberikan bimbingan dan


penyuluhan pada kelompok sasaran,

Penyuluhan pada Majelis Taklim Arroyan Perumahan LA. Resort


Desa Perampuan Kec. Labuapi menitikberatkan pada penanaman
ajaran-ajaran agama Islam secara universal dan memaparkan khazanah
sejarah pemikiran mazhab-mazhab dalam Islam. Tujuannya adalah agar
wawasan masyarakat kelompok sasaran semakin terbuka dan menyadari
bahwa Islam merupakan agama yang kaya akan khazanah keilmuan dan
toleran terhadap perbedaan pendapat.

2. Bimbingan dan Penyuluhan Tentang Paham Liberal Dalam


Beragama

Kelompok ini banyak meresahkan masyarakat di berbagai tempat


dengan kecenderungannya yang bersifat longgar dalam beragama dan
tunduk pada perilaku serta pemikiran negatif budaya atau peradaban
lain dil luar Islam. Dasar pemikiran kelompok ini adalah kebebasan
berpikir dan berijtihad bagi siapa saja. Misalnya pendapat tentang jilbab,
bahwa jilbab merupakan kultur Arab maka tidak wajib dalam Islam,
wanita boleh menjadi imam bagi laki-laki, memisahkan antara urusan
agama dan negara, muslim boleh menikah dengan non muslim dan lain-
lain.

Meskipun gerakan paham-paham ini sudah lama eksis dan sudah


terlalu sering dibahas bahkan diseminarkan baik ditingkat internasional
maupun nasional, namun dasar-dasar pemikiran paham ini sudah
sedemikian mengakar di tengah-tengah masyarakat, yang dulunya
terkooptasi hanya pada kaum muda yang intelek saja. Tetapi, saat
ini dengan arus globalisasi sedemikian dahsyat, pikiran-pikiran ini
memasuki semua orang tanpa terkendali. Pada khirnya dalam mindset
mereka terbentuk sebuah pemikiran yang sangat memperihatinkan,
258_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

bahwa agama itu urusan pribadi yang negara tidak boleh mencampurinya
dan Islam harus dilihat dari isi bukan bentuknya.

Dengan pola pikir tersebut, implikasinya adalah setiap mereka


bebas mengekspresikan cara beragamanya, cara berpakaian, cara
bergaul dengan yang bukan muhrim--nya, memahami teks-teks agama
sesuai dengan logika dan seleranya dan menikah dengan siapa saja
tanpa mempertimbangkan rambu-rambu syariat. Kecenderungan-
kecenderungan ini terlihat secara faktual di wilayah binaan kami,
Perumahan LA. Resort Kec. Labuapi. Bahkan ini semakin kental terlihat
ketika dibenturkan dengan proses adat yaitu Nyongkolan13 yang
sebetulnya sudah disinergikan dengan nilai-nilai luhur suku Sasak dan
agama yang dianutnya, namun dengan perubahan mindset masyarakat
tadi maka prosesi Nyongkolan sudah mengalami pergeseran nilai
termasuk tata caranya. Tidak jarang juga para muda mudi berjoget
dengan seronok dan mabuk-mabukan di depan Kecimol14. Sangat
tidak mencerminkan nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur bangsa.

Dari uraian di atas, bimbingan dan penyuluhan keagamaan


dititikberatkan pada pemberian pemahaman wasathiyyah al-Islm
(moderasi Islam), di antara upaya tersebut adalah : pertama, memberikan
pemahaman bahwa Islam merupakan agama yang terdiri dari akidah,
syariat dan akhlak. Tiga hal ini menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya.

Kedua, menampilkan corak pemikiran Islam yang menggabungkan


aspek modernitas dan tradisi, yang dalam bahasa pesantren dikatakan;
al-muhfazah ala al-qadm al-Slih wa al-akhu bi al-jadd al-aslah (menjaga
tradisi lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik).
Sikap ini penting agar pembaruan pemikiran memiliki kesinambungan
sejarah dan tidak tercerabut dari akar tradisinya.

Ketiga, dengan memperbanyak dialog pemikiran keagamaan. Dialog


pemikiran yang tulus dengan disertai kesediaan untuk menerima kritik
mutlak dilakukan supaya tidak ada prasangka antar kelompok. Agar
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _259

tidak terkesan formal, dialog juga dapat diwujudkan melalui kegiatan


yang bersifat informal seperti pentas budaya Islam, seni, musik, dan
olahraga. Melalui dialog pemikiran dan perjumpaan-perjumpaan
informal inilah, kita dapat keluar dari dua ekstrimitas pemikiran liberal

3. Bimbingan dan Penyuluhan Agama Tentang Konsep Pemahaman


Wasathiyyah al-Islm

Memberikan pemahaman tentang wasathiyyah al-Islm atau moderasi


Islam memiliki tingkat kesulitan tersendiri karena mindset pemahaman
keagamaan obyek dakwah selama ini terkristal dalam suatu mazhab
tertentu yang memiliki akar kuat di tengah masyarakat setempat.
Namun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan kami untuk
memberikan bimbingan dan penyuluhan agama Islam kepada mereka



agar mendapatkan pemahaman agama yang benar sesuai dengan yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu, sebagai rahmatan lil lamn
(rahmat bagi alam semesta). Sebagaimana firman Allah menyatakan :

,

artinya : Dan tiadalah kami mengutus kamu,
melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.15

Rahmat bagi semesta alam tidak akan terwujud, melainkan dengan



memahami agama ini dengan benar dan sesuai koridor yang sudah
digariskan al-Quran dan Hadits. Salah satunya adalah mengusung
konsep wasathiyyah dalam Islam.


Secara bahasa al-wasathiyyah berasal dari kata wasath yang memiliki
makna yang berkisar pada adil, baik, tengah dan seimbang.16 Seseorang
yang adil akan berada di tengah dan menjaga keseimbangan dalam

menghadapi dua keadaan. Kata ini mengandung makna baik seperti
dalam ungkapan Sebaik-baik urusan adalah awsthuha (yang
pertengahan) karena yang berada di tengah akan terlindungi dari cela

atau aib yang biasanya mengenai bagian ujung atau pinggir.

Begitu melekatnya kata wasath dengan kebaikan sehingga pelaku
kebaikan itu sendiri dinamai juga wasath, orang yang baik. Karena itu, ia



260_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

selalu adil dalam memberi keputusan dan kesaksian.17 Dalam al-Quran,


kata wasath dan derivasinya disebut sebanyak lima kali dengan pengertian

yang sejalan dengan makna di atas. Pakar tafsir Abu al-Suud menulis,
kata wasath pada mulanya menunjuk pada sesuatu yang menjadi titik

temu semua sisi seperti pusat lingkaran (tengah). Kemudian berkembang

,

maknanya menjadi sifat-sifat terpuji yang dimiliki manusia karena sifat-
sifat tersebut merupakan tengah dari sifat tercela.18 Demikian pula makna
kata tersebut dalam hadits. Pakar kosa kata hadits, Ibnu al-Atsir, ketika
menjelaskan hadits yang berbunyi menjelaskan
bahwa setiap sifat terpuji memilik dua sisi (ujung) yang tercela. Secara
istilah ulama terkemuka, Yusuf Qaradhawi menjelaskan, al-wasathiyyah


adalah upaya menjaga keseimbangan antara dua sisi/ujung/pinggir
yang berlawanan atau bertolakbelakang, agar jangan sampai yang satu
mendominasi yang lain.19

Sikap wasathiyyah (moderat) dalam beragama, terutama dalam


memahami dan mengamalkan teks-teks keagamaan, ditandai dengan
beberapa ciri antara lain :

a) Memahami realitas (fiqh al-wqi)
Kehidupan manusia selalu berubah dan berkembang tiada batas,
sementara teks-teks keagamaan terbatas. Karena itu ajaran Islam



berisikan ketentuan-ketentuan yang tetap (tsawbit), dan hal-hal
yang dimungkinkan untuk berubah sesuai dengan perkembangan
ruang dan waktu (mutagayyirt). Yang tsawbit hanya sedikit, yaitu
berupa prinsip-prinsip akidah, ibadah, muamalah dan akhlaq, dan
tidak boleh diubah. Sedangkan selebihnya mutagayyirt yang bersifat
elastis/fleksibel (murnah) dan dimungkinkan untuk dipahami sesuai
perkembangan zaman.

Segala tindakan hendaknya diperhitungkan maslahat dan


madharatnya secara realistis, sehingga jangan sampai keinginan
melakukan kemaslahatan mendatangkan madharat yang lebih besar.
Dan atas pertimbangan realistis juga para ulama merumuskan kaidah
Peran
Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _261

:
(mudharat tidak dapat dihilangkan dengan
mudharat juga).20

b) Memahami fiqh al-Awlawiyyt (fiqih prioritas)



Di dalam Islam perintah dan larangan ditentukan bertingkat-tingkat.
Misalnya, perintah ada yang bersifat anjuran, dibolehkan (mubh),

ditekankan untuk dilaksanakan (sunnah muakkadah), wajib dan fardhu

(ain dan kifyah). Sedangkan larangan ada yang bersifat dibenci bila
dilakukan (makrh) dan ada yang sama sekali tidak boleh dilakukan
(harm). Demikian pula ada ajaran Islam yang bersifat usl (pokok-



pokok/prinsip), dan ada yang bersifat fur (cabang).

Sikap moderat menuntut seseorang untuk tidak mendahulukan dan


mementingkan hal-hal yang bersifat sunnah, sementara yang wajib
ditinggalkan. Mengulang-ulang ibadah haji adalah sunnah, sementara
membantu saudara muslim yang kesusahan, apalagi tetangganya,
adalah sebuah keharusan bila ingin mencapai kesempurnaan iman.
Maka yang wajib seyogyanya didahulukan dari yang sunnah.
Demikian pula penentuan hilal puasa dan Idhul fitri adalah persoalan
furiyyah yang tidak boleh mengalahkan dan mengorbankan sesuatu
yang prinsip dalam ajaran agama yaitu persatuan umat.

c) Memahami sunnatullah dalam penciptaan

Sunnatullah dimaksud adalah graduasi atau penahapan (tadarruj)


dalam segala ketentuan hukum alam dan agama. Langit dan bumi
diciptakan Allah dalam enam masa (sittati ayym), padahal sangat
mungkin bagi Allah untuk menciptakan sekali jadi dengan kun
fayakn . Demikian pula penciptaan manusia, hewan dan tumbuh-
tumbuhan yang dilakukan secara bertahap. Bahkan dalam menentukan
syariat pun terkadang dilakukan secara bertahap, seperti larangan
minum khamar yang melalui empat tahapan (baca QS. an-Nahl : 67,
QS. Al-Baqarah : 219, QS. An-Nisa : 43, QS. Al-Maidah : 90). Tahapan
dalam ajaran agama terbaca jelas dalam ungkapan Sayyidah Aisyah :


262_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014


,
, , , ,
Artinya : Yang pertama kali turun dari al-Quran adalah surah-surah
yang menyebutkan surga dan neraka, kemudian ketika orang banyak
masuk

Islam turunlah ketentuan halal dan haram. Kalau yang turun pertama kali
jangan minum khamar, maka mereka akan mengatakan, kami tidak akan
} 118khamar
meninggalkan
maka mereka { selamanya,
dan bila pertama kali
turun
jangan

berzina, akan mengatakan, kami tidak akan meninggalkan


zina
perbuatan ( HR.
selamanya. dari
Al-Bukhari
Aisyah)


Sunnatullah berbentuk
yang ini
tadarruj
perlu
mendapatkan }119{
perhatian
dari mereka yang berkeinginan untuk mendirikan negara Islam demi
tegaknya syariat Islam. Dalam kaitan dengan


ini,

perlu


diperhatikan



peta kekuatan dan hambatan yang

ada. Keinginan sebagian kalangan
untuk menegakkan negara Islam dengan menggunakan kekuatan atau
termasuk Indonesia,
negara-negara
itu
kekerasan dalam sejarah dibanyak negara Islam,
merugikan
justru
dakwah Islam,
}2{ pemerintah
sebab

menghadapinya secara represif.

d) Memberikan kemudahan kepada orang lain dalam beragama
Memberikan , kemudahan
adalah
metode al-Quran dan metode yang
diterapkan
, ,oleh
Rasulullah.
, Ketika
mengutus
, Muadz bin Jabal dan
Musa al-Asyari ke Yaman, beliau berpesan agar keduanya memberi
kemudahan dalam berdakwah dan berfatwa, dan tidak mempersulit
orang, Rasulullah mengatakan : ( permudahlah dan
jangan mempersulit).21

} 118{ Ini
dengan tidak berarti sikap moderat mengorbankan teks-teks keagamaan
yang

mencari bagi
termudah masyarakat,
tetapi dengan

mencermati


teks-teks itu dan


memahaminya

secara mendalam untuk


}119{



Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _263

menemukan kemudahan yang diberikan agama. Bila dalam suatu


persoalan ada dua pandangan berbeda, satu lebih ketat dan yang
lainnya lebih mudah, maka yang termudah itulah yang diambil sesuai
dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah bahwa setiap kali beliau
disodorkan dua pilihan beliau selalu mengambil yang paling mudah
di antara keduanya.

e) Memahami teks-teks keagamaan secara komprehensif

Syariat Islam akan dapat dipahami dengan baik manakala sumber-


sumber ajarannya (al-Quran dan Hadits) dipahami secara
komprehensif, tidak parsial (sepotong-sepotong). Ayat-ayat al-Quran
begitu juga hadits-hadits Nabi, harus dipahami secara utuh, sebab
antara yang satu dengan yang lainnya saling menafsirkan (al-Qurn
yufassiru baduhu badan). Dengan membaca ayat-ayat al-Quran secara
utuh akan dapat disimpulkan bahwa kata jihad salam al-Quran tidak
selalu berkonotasi perang bersenjata melawan musuh, tetapi dapat
bermakna jihad melawan hawa nafsu dan setan.22

Membaca al-Quran secara utuh dapat diibaratkan seperti melihat


tahi lalat di wajah seorang perempuan yang memberinya nilai plus
dan menambah daya tarik. Tetapi tidak akan menarik bilamana yang
diperhatikan hanya tahi lalatnya. Demikian pula ajaran al-Quran
akan tampak sebagai sebuah rahmatan lil lamn, berwatak toleran
dan damai bila dicermati semangat umum ayat-ayatnya. Sebaliknya
bila ayat-ayat qitl (perang) yang diperhatikan, terlepas dari konteks
dan kaitannya dengan ayat-ayat lain, maka al-Quran akan terkesan
sebagai ajaran keras, kejam dan tidak toleran.

f) Terbuka dengan dunia luar, mengedepankan dialog dan bersikap


toleran

Sikap wasathiyyah al-Islm atau moderat dalam Islam ditunjukkan


melalui keterbukaan dengan pihak-pihak lain yang berbeda
pandangan. Sikap ini didasari pada kenyataan bahwa perbedaan di
kalangan umat manusia adalah sebuah keniscayaan, termasuk pilihan

, , , ,
264_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014


untuk beriman atau tidak.23 Perbedaan sebagai sebuah keniscayaan

dinyatakan dalam firman Allah :

} 118{





}119{
Artinya : Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia
umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih
pendapat,



kecuali
orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu, dan untuk

itulah Allah
menciptakan mereka, kalimat Tuhanmu telah ditetapkan, sesungguhnya aku


} 2{
akan memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka)
semuanya..


Keterbukaan dengan sesama mendorong seorang muslim
moderat
untuk melakukan kerjasama dalam mengatasi persoalam-persoalan
bersama dalam kehidupan. Prinsipnya adalah bekerjasama dalam
hal-hal yang menjadi kesepakatan untuk diselesaikan secara bersama,
dan bersikap toleran terhadap perbedaan yang ada.

Dengan uraian di atas, maka pemahaman konsep wasathiyyah al-Islm


atau moderasi Islam masyarakat Perumahan LA. Resort Labuapi dalam
beragama semakin baik dan terarah. Kelompok-kelompok gerakan
keagamaan dan kaum liberal yang didominasi kaum remaja dan
pemuda dapat memahami dan mempraktikkan konsep wasathiyyah
al-Islm sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah. Sehingga
terbentuk keberagamaan yang toleran, terbuka dan berpegang teguh
pada ajaran-ajaran agama Islam.

D. Materi Bimbingan dan Penyuluhan

Melihat latar belakang anggota Majelis Taklim Arroyan Perumahan LA.


Resort Desa Perampuan Kec. Labuapi dan hasil identifikasi wilayah serta
kelompok sasaran, penyuluh agama Islam menyusun materi bimbingan
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _265

dan penyuluhan pada kelompok sasaran yang disesuaikan dengan


rencana kerja operasional dalam satu tahun yang terdiri dari materi
bimbingan dan penyuluhan, tujuan, sasaran, teknis pelaksanaan dan
waktu pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan. Materi yang diberikan
adalah materi yang dibutuhkan oleh kelompok binaan berdasarkan
identifikasi kelompok sasaran yaitu menanamkan sikap wasathiyyah al-
Islm (moderasi Islam) dalam beragama, materi tersebut antara lain :

1. Materi tentang wasathiyyah al-Islm

Materi ini terdiri dari: Pengertian wasathiyyah, sejarah paham


wasathiyyah dalam Islam, cerminan wasathiyyah dalam ajaran Islam,
ciri-ciri al-wasathiyyah ; memahami realitas (fiqh al-Waq), memahami
fiqih prioritas (fiqh al-awlawiyyt), memahami sunnatullah dalam
penciptaan, Agama Islam adalah agama rahmat, memahami teks-
teks keagamaan secara komprehensif dan toleransi menurut Islam.

Tujuan dari pemberian materi ini adalah untuk meningkatkan


pemahaman dan pengertian wasathiyyah al-Islm sehingga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan beragama yang terlepas dari sikap
ekstrim dan kaku.

2. Materi tentang Liberal atau longgar dalam beragama

Materi ini terdiri dari: Pengertian liberal dalam beragama, sejarah


paham liberal atau longgar dalam beragama, ciri-ciri pemikiran
paham liberal, pandangan Islam terhadap pemikiran paham liberal,
bahaya paham liberal dan tafsir surat al-Baqarah ayat 143 dan surat
ali Imran ayat 110.

Tujuan dari pemberian materi ini adalah untuk meningkatkan


pemahaman tentang pemikiran paham liberal sehingga dapat
dihindari dan semakin teguh dalam memegang serta mengamalkan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan
Rasulullah.
266_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

3. Materi tentang paham fanatisme mazhab



Materi ini terdiri dari : Pengertian fanatik (taassub) dalam pandangan

Islam, pengertian guluw (berlebihan) dalam beragama, sejarah

,

perkembangan mazhab-mazhab dalam Islam, dan pengertian bidah
menurut Islam.

Tujuan dari pemberian materi ini adalah untuk membuka wawasan


serta meningkatkan rasa saling menghormati dan menghargai
perbedaan pendapat dalam masalah-masalah furiyyah.

E. Metode Bimbingan dan Penyuluhan



Unsur terpenting bagi seorang penyuluh atau dai dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwahnya adalah metode dakwah,
karena dengan metode yang tepat dan baik akan menghasilkan dakwah
yang efektif dan berkualitas. Bahkan begitu pentingnya metode dalam
berdakwah, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan metode lebih
diprioritaskan daripada materi, seperti kata pepatah :

(metode lebih penting daripada materi).

Dalam bimbingan dan penyuluhan di Majelis Taklim Arroyyan ini,




ada beberapa metode yang digunakan, diantaranya:

1. Metode Ceramah

Ceramah adalah cara berdakwah yang paling terkenal serta memiliki


pengaruh sangat kuat dalam memperbaiki hati, mengarahkan jiwa
kepada kebaikan dan menggerakkan setiap panca indera seseorang
untuk memperbaiki diri. Karena metode inilah yang dilakukan
Rasulullah kepada masyarakat di Madinah.24 Metode ini akan
sangat efektif dan efisien jikalau dilakukan dengan tiga hal: pertama,
dilakukan dengan hati yang ikhlas. Kedua, dilakukan dengan mencari
keridhaan Allah semata, dan yang ketiga, dilakukan dengan fasahatul
lisn (bahasa yang jelas, baik dan santun) yang disesuaikan dengan
tingkat pendidikan obyek dakwahnya.25

,

Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _267


dan Tanya

Diskusi Jawab
2. Metode

Diskusi dan tanya jawab merupakan
cara


yang efisien dalam

menyerap dan mengidentifikasi masalah-masalah
yang sedang

berkembang pada obyek dakwah, sehingga dapat cepat diselesaikan
dengan prinsip mauizatul hasanah (nasehat yang baik) berdasarkan

al-Quran, hadits, ijma dan qiyas. Dengan metode ini, akan terbangun

komunikasi dua arah dan kekeluargaan antara komunikator dengan

komunikan. Dua hal tersebut akan mempermudah transfer materi
kepada komunikan.







3. Keteladanan
Metode ( al-Uswah al-Hasanah)
Arab
Pepatah ,:
mengatakan


,





, ,






,
Artinya : Bahasa kenyataan lebih fasih daripada bahasa lisan

Atau dalam istilah lain al-qudwah qabla al-dawah (keteladanan


sebelum berdakwah). Dalam lingkup dakwah pernyataan ini

benar
adanya. Sebab, dakwah adalah upaya mengajak manusia untuk
} 118
melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan sesuai petunjuk
agama. Respon{akan cepat
didapat
ketika

kepribadian positif dai

atau lebih
penyuluh dulu
daripada
mewujud
orang
lain.

Keteladanan yang baik merupakan sebuah metode }agung 119{
dibandingkan dengan metode-metode dakwah lainnya. Metode ini
memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, karena tidak sedikit orang

yang dapat mensinergikan antara perkataan
dengan perbuatan.

Allah mengatakan dalam firman-Nya :

}2{



Artinya : Hai orang-arang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa
yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. Al-Shaf : 2-3)
268_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Dalam ayat di atas, Allah secara gamblang membenci seseorang yang


perkataan tidak sesuai dengan perbuatannya, dan ayat ini menjadi
inspirasi dan motivasi kita untuk selalu memberikan keteladanan
yang baik dari berbagai aspek sebagaimana Rasulullah memberikan
keteladanan kepada umatnya. Metode ini sangat jitu dan ampuh
untuk memberikan palajaran dan contoh kepada kelompok sasaran.
Inilah yang sering kita kenal dengan dakwah bil hal.

F. Evaluasi dan Pelaporan


Evaluasi dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan adalah proses
untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan bimbingan dan
penyuluhan dengan mengacu pada standar atau kriteria program yang
ditetapkan. Evaluasi diperlukan agar dapat memperbaiki aspek-aspek
yang dipandang kurang dan meneruskan apa-apa yang dipandang telah
baik.

Adapun aspek-aspek yang devaluasi antara lain :

1. Aspek Sasaran Bimbingan dan Penyuluhan

Pada aspek ini, evaluasi terkait dua hal :

a. Penyelenggaraan

Dalam menyelenggarakan bimbingan dan penyuluhan pada


Majelis Taklim Arroyyan, para penyuluh membuat instrumen
evaluasi setiap kali kegiatan dilakukan. Di antara intrumen itu
adalah : tingkat kehadiran dan partisipasi peserta kelompok
binaan.

b. Kemampuan Jamaah

Evaluasi aspek ini menggunakan beberapa metode, yaitu guna


mengukur sejauhmana perkembangan knowledge (pengetahuan)
jamaah, atau dikenal dengan metode test, bertujuan mengetahui
sejauhmana jamaah memahami konsep materi. Untuk mengukur
attitude (perilaku), menggunakan metode pemantauan dengan
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _269

tujuan sejauhmana respon jamaah terhadap pemahaman materi.


Sedangkan untuk mengukur skill (kemampuan), menggunakan
metode pemantauan juga dengan tujuan sejauhmana aktualisasi
pemahaman jamaah terhadap materi.

2. Aspek Penyelenggaraan Bimbingan dan Penyuluhan

Pada aspek ini, evaluasi menyangkut lima hal :

a. Tujuan
b. Materi
c. Metode
d. Waktu
e. Sarana
Kelima hal tersebut selalu dilakukan evaluasi guna mendapatkan
penyempurnaan seuai dengan kebutuhan di lapangan. Evaluasi
sendiri dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan tujuan untuk
memperbaiki kualitas dan kuantitas bimbingan dan penyuluhan

Adapun pelaporan kegiatan bimbingan dan penyuluhan dilakukan


setiap minggu sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan dan
merujuk pada surat tugas dari Kepala Kantor Kementerian Agama
tentang kelompok binaan.

Naskah pelaporan memuat beberapa komponen data, yaitu :

a. Data penyuluh agama


b. Data kelompok binaan, peserta dan penyelenggara
c. Tujuan, target dan tema
d. Materi dan pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan
e. Evaluasi
f. Penutup
270_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

G. Penutup

Al-Quran menyebut umat Islam sebagai umat terbaik yang akan


menegakkan kebenaran dan menghalau kebatilan. Kebaikan tersebut
diperoleh karena sifat moderat yang dimilikinya (ummatan wasathan) yang
menuntut adanya keadilan dan kebaikan. Tetapi untuk mewujudkannya
tidaklah mudah, dan itu harus dimulai dari kita sendiri.

Sebuah perubahan masyarakat akan terwujud jika dimulai dari upaya


memperbaiki diri, maka untuk itu konsep wasathiyyah al-Islm dalam
kehidupan sehari-hari, baik pada tataran individu maupun kelompok.
Selain hal tersebut, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menjadi
sangat penting guna menambah kualitas dan kuantitas dari bimbingan
dan penyuluhan di tengah masyarakat. Semoga dengan begitu wajah
Islam yang damai, moderat dan toleran akan mendatangkan rahmat
serta kedamaian bagi umat manusia.

Kegiatan bimbingan dan penyuluhan di Majelis Taklim Arroyyan


Perumahan LA. Resort Labuapi merupakan sebuah contoh bahwa paham
wasathiyyah al-Islm yaitu adalah (keadilan), at-tawazun (keseimbangan)
dan tasamuh (toleran), secara bertahap namun pasti memberi pengaruh
kepada mindset kelompok binaan, terutama dalam beragama dan
menyikapi perbedaan satu sama lainnya. Beberapa indikator dapat
kita lihat, diantaranya jamaah sudah tidak menonjolkan perbedaan
dalam melaksanakan ajaran agama, pengajian bersama dan melakukan
kegiatan-kegiatan keagamaan secara bersama.
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _271

Daftar Pustaka

Ali Al-Najjar, Muhammad, Mujam alfaz al-Qurn al-Karm, Kairo: Mujam


al-Lughah al-Arabiyyah, 1996

al-Suud, Abu, Irsyd al-Aql al-Salm, Beirut: Darul Khair, 2000

Al-Qaradhawi, Yusuf, al-Khasis al-mmah li al-Islm, Kairo: Maktabah


Wahbah, 1996, cet IV

Al-Bukhari, Imam, sahh Bukhari, Riyadh: Maktabah Dar- Salam, 2001.

al-Ashfahani, Al-Raghib, al-Mufradt fi Garb al-Qurn, Beirut: Dar al-


Makrifah, 2002.

al-Qaradhawi, Yusuf, al-Sahwah al-Islmiyyah Bayna al-Jumd wa al-


Tatharruf, Kairo: Dar al-Syuruq, 2001, cet. I

Ajibah, Ibnu, qz al-Himm Syarh Matn al-Hikm, Beirut: Dar al-Kutub


al-Ilmiah, 1998.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Lombok Barat tahun 2012

Data Kantor Kecamatan Labuapi tahun 2012

Data Pengurus Takmir Masjid Riyadhul Jinan Perumahan LA. Resort


Labuapi

Data Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Labuapi tahun 2012

Data Seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan dan Bimas Islam Kemenag
Kab. Lombok Barat tahun 2013
272_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Faris, Ibnu, Mujam Maqyis al-Lugah, Kairo: Darul Hadits, 2008.

Hakim, Abdul Hamid, as-Sullam, Jakarta: Maktabah Saadiyah Putra, Juz


2, Jil. II.

Kementerian Agama RI, al-Quran dan Tafsinya, Jakarta: PT. Sinergi


Pustaka Indonesia, 2012

Keputusan Menkowasbangpan Nomor : 54/Kep/MK/WASPAN/9/1999


tanggal 30 September 1999 tentang Jabatan Fungsional PA dan
Angka Kreditnya.

Litbang Departemen Agama. 2009. Jurnal Harmoni Volume VIII. Jakarta:


Litbang Departemen Agama. 2009. No. 30

Mutawalli, Rifat Mujahid, Manhaj ad-Dawah wa THurq ad-Dut, Kairo:


Mathbaat al-Azhar al-Syarif, 1997

Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Yogyakarta: Pustaka


Pesantren, 2013.

4th International Symposium of Journal Antropologi Indonesia July 12-


15, 2005 UI Jakarta
Peran Penyuluh Agama Islam dalam Mengusung Wasathiyyah Al-Islam _273

Endnotes

1. Litbang Departemen Agama, Jurnal Harmoni Volume VIII, Nomor 30 tahun


2009, Jakarta: Litbang Departemen Agama, h. 180

2. Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Yogyakarta: Pustaka


Pesantren, 2013

3. Tulisan ini pernah dipresentasikan dalam 4th International Symposium of


Journal Antropologi Indonesia July 12-15, 2005 di UI Jakarta

4. Keputusan Menkowasbangpan Nomor : 54/Kep/MK/WASPAN/9/1999


tanggal 30 September 1999 tentang Jabatan Fungsional PA dan Angka
Kreditnya.

5. BPS Kab. Lombok Barat tahun 2012


6. Sumber Kantor Kecamatan Labuapi tahun 2012
7. Data Pengurus Takmir Masjid Riyadhul Jinan Perumahan LA. Resort
Labuapi

8. KUA Kecamatan Labuapi tahun 2012


9. Data seksi Pendidikan Agama dan Keagamaan dan Bimas Islam Kemenag
Kab. Lombok Barat tahun 2013

10. Muhammad Ali Al-Najjar, Mujam alfaz al-Qurn al-Karm, Kairo: Mujam al-
Lugah al-Arabiyyah, 1996,, 4/295

11. Yusuf al-Qaradhawi, al-Sahwah al-Islmiyyah Bayna al-Jumd wa al-Tatarruf,


Kairo: Dar al-Syuruq, 2001, Cet.I, h. 25

12. Ibnu Ajibah, qz al-Himam Syarh Matn al-Hikm, Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiah, 1998, h. 112

13. Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian acara
dalam prosesi perkawinan pada suku sasak di Lombok. Kegiatan ini
berupa arak-arakan kedua mempelai dari rumah mempelai pria ke rumah
274_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

mempelai wanita.

14. Kecimol merupakan kreativitas budaya tapi sudah diselewengkan sehingga


menjadi group musik yang mengeringi kedua mempelai ketika nyongkolan.

15. QS. Al-Anbiya ayat 107


16. Ibnu Faris, Mujam Maqyis al-Lugah,, Kairo: Darul Hadist, 2008, 1/522
17. Muhammad Ali Al-Najjar, 6/248
18. Abu al-Suud, Irsyd al-Aql al-Salm, 1/123
19. Yusuf Qaradhawi, al-Khasis al-mmah li al-Islm, Kairo: Maktabah Wahbah,
Cet. IV, 1996, h. 115

20. Abdul Hamid Hakim, as-Sullam, Jakarta: Maktabah Saadiyah Putra, Juz 2,
h. 60

21. HR. Al-Bukhari dari Abu Musa al-Asyari


22. Al-Raghib al-Ashfahani al-Mufradt fi Garb al-Qurn, Bairut: Dar al-
Makrifah, 2002, h. 101

23. QS. Al-Kahf : 29


24. Rifat Mujahid Mutawalli, Manhaj ad-Dawah wa Thuruq ad-Duaat, Kairo:
Mathbaat al-Azhar al-Syarif, 1997, h. 65

25. Ibid, h. 66
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _275

Mosque and Social-Religion Function;


An Efforts to Actualize the Role of The Youth of
Mosque Organization

Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial:


Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid

Ikhwanul Muminin & Ahmad Syamsuddin


Pusat Kajian Indonesia Youth Forum
email: ihwan_uin@yahoo.com, syamsuddin.iyf@gmail.com

Abstract : Islam teaches us the principle of balance between the world and the hereafter . This
principle can be seen from the function of mosque. The building that became the identity
of the Muslim community is not only a place for worship like shalat and recite al-Quran,
but also as place that have many function. It is shown how the Prophet Mohammad
used to make the mosque not only as the central religious but also the center of military,
economic, social, including enforcing the law. The Youth of Mosque Organization, the
organization born from mosque institution, therefore has a significant role in addressing
the ummah problems, especially young generationproblems. During this timemany
youngpeople facing the problems like fights, drug abuse, and other forms of juvenile
delinquency typical. Weak parental supervision and poor cultivation of religious
values contributed to the delinquency trigger. The Youth of Mosque Organization
need a attention from many parties . Its existence should not be underestimated, but
it should be recognized and guided so that their role in fending negative behavior
can be run. They need to do a variety of activities that encouraged positive impact,
276_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

both of religious and social. Thus, their role gradually known by the public. Thus, the
community will be pleasure to encourage their young children to become part of them.

Abstraksi : Islam mengajarkan prinsip keseimbangan antara dunia dan akhirat. Prinsip ini terlihat
dari fungsi mesjid yang tidak tunggal. Bangunan yang menjadi identitas komunitas
muslim ini tidak sekedar tempat sujud dan membaca al-Quran, namun mencakup
aspek-aspek lain. Hal tersebut terlihat bagaimana Rasulullah dulu menjadikan mesjid
sebagai pusat keagamaan sekaligus pusat militer, ekonomi, sosial, termasuk hukum.
Remaja Mesjid, organisasi yang lahir dari isntitusi mesjid, oleh karenanya memiliki
peran signifikan dalam mengatasi problematika keumatan, terutama problematika
generasinya. Selama ini generasi muda besar menghadapi problematika seperti tawuran,
penyalahgunaan narkoba, dan berbagai bentuk kenakalan khas remaja. Lemahnya
pengawasan orangtua serta rendahnya penanaman nilai-nilai keagamaan turut menjadi
pemicu kenakalan tersebut. Remaja mesjid perlu mendapat perhatian dari banyak
pihak. Keberadaannya jangan sampai dipandang sebelah mata, tapi harus mendapatkan
pengakuan dan bimbingan supaya peran mereka dalam menangkis perilaku-perilikau
negatif dapat berjalan. Mereka perlu didorong melakukan berbagai kegiatan yang
berdampak postif, baik yang bersifat keagamaan maupun sosial-kemasyarakatan.
Dengan demikian, peran mereka lama kelamaan dikenal oleh masyarakat. Shingga
masyarakat akan senang hati mendorong anak-anak mereka turut menjadi bagian.

Keywords : Mosque, hablul minallah, hablun minnnas,

A. Pendahuluan

Selain berfungsi sebagai pusat spiritual mesjid berfungsi sebagai


pusat sosial-kemasyarakatan. Oleh karena itu mesjid seyogyanya
turut merespon problematika yang terjadi di masyarakat, terutama
masyarakat sekitar dimana mesjid berada. Mesjid tidak bisa berdiam
diri ketika di sekitarnya sedang dipagelarkan drama kemiskinan,
tawuran antar pelajar, peredaran narkoba, dan segenap kemunkaran
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _277

lain. Sebagai instrumen yang lahir dari rahim Islam, sebuah agama
yang dalam ajarannya menekankan hubungan serba seimbang antara
spiritual (hablul minallah) serta sosial (hablun minnnas), mesjid tidak
boleh dimonopoli untuk urusan peribadatan saja dalam arti ibadah
mahdah. Bukankah ibadah sendiri dalam Islam senantiasa menekankan
aspek sosial kemasyarakatan selain aspek vertikal. Bahkan seorang tidak
bisa dikatakan beriman apabila dia sibuk beribadah sendiri sementara
tetangga di sekitarnya lapar, bodoh, dan terzalimi1.

Pada masa perkembanganIslam pendirian mesjid tidak dikhususkan


sebagai tempat beribadah semata. Kalau kita tilik pada masa Rasulullah,
mesjid memiliki banyak fungsi, seperti sentra kebudayaan, pendidikan,
politik, dan pelbagai hal yang menyangkut keumatan, selain simbol
ukhuwah dan soliditas umat. Ketika Nabi pertama kali menginjakkan kaki
di Madinah, sebuah fase baru dalam perkembangan dakwahnya, maka
yang mula-mula beliau bangun bukan asrama untuk kaum muhajirin,
bukan rumah untuk tempat tinggal beliau melainkan mesjid. Mengapa
mesjid dan bukan yang lain? Sebab setelah menanamkan tauhid
(spiritual) di Mekah yang Nabi lakukan kemudian adalah mengatur,
membimbing, dan membina masyarakat Islam yang terus berkembang
pesat dengan jumlah makin hari makin besar.2 Mesjid bukan semata
tempat laku spiritual dijalankan, tetapi memilki dimensi universal.
Selain sebagai tempat ibadah, Nabi menjadikan mesjid sebagai tempat
pendidikan, pengajaranbahkan Nabi sendiri beberapa kali menerima
wahyu di mesjid, tempat mengelola urusan pemerintahan termasuk
politik, ekonomi, militer. Di mesjid pulalah Nabi sering menerima utusan
kerajaan.

Dalam proses penyampaikan ajaran Islam, baik wahyu yang baru saja
beliau terima maupun hadis, Nabi sering menyampaikanya di dalam
mesjid. Sepeninggal beliau, hal yang sama dilakukan para sahabat,
terutama dalam menyampaikan ajaran agama. Para sahabat yang lebih
mendalam penguasaan ajaran agamanya, mengajarkan suatu ayat atau
hadis. Mereka menjelaskan mengenai suatu ayat atau hadis dengan
278_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

merujuk pada apa yang mereka dengar dan ketahui dari Rasulullah.
Pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir, pendidikan di pusatkan di mesjid
dengan pendirian Al-Azhar, sebuah mesjid yang difungsikan sebagai
lembaga pendidikan. Sampai sekarang namanya demikian masyhur
sebagai lembaga penddikan tertua di dunia.

Dari perspektif sejarah tersebut dapat ditarik kesimpulan mesjid


mengemban tugas yang bersifat sakral, yaitu menempa rohani muslim
melalui ibadah kepada Allah, juga mengemban tugas yang bersifat profan,
yaitu berkaitan dengan kepentingan umat. Dalam perkataan yang lebih
singkat, mesjid merupakan etalase komunitas Islam, sekaligus potret
yang menunjukkan kualitas dari komunitas tersebut. Apabila mesjid
yang berdiri hanya tinggal kemegahannya, sementara di dalamnya sepi
dari kegiatan-kegiatan yang berdimensi ruhiyah dan muamalah, maka
masyarakat lebih cenderung kepada kehidupan yang profan, sekedar
mengurus yang berkaitan dengan dunia semata. Sementara apabila
suatu mesjid hanya tinggal orang-orang tua, yang sibuk bershalat dan
berzikir, sementara pemuda dan masyarakat dalam kemunkaran, maka
mesjid tinggal fungsinya sebagai yang sakral.

Lalu bagaimana mesjid yang berada di Indonesia saat ini? Meskipun


tidak bermaksud menggeneralisir namun kecenderungan yang sering
terlihat adalah mesjid tingal fungsinya sebagai tempat ibadah semata.
Fungsi yang pada masa Nabi mendirikan mesjid, sebagai tempat
pengajaran serta pemecahan urusan keumatan semakin luntur. Mesjid
menjadi tempat berkumpul setiap Jumat sekali. Sementara urusan
keumatan yang justru inti dari ajaran agama sebagai rahmatan lil alamin
sering terabaikan.

Meskipun mesjid bertebaran dimana-mana namun dampak secara


sosial belum terasa secara maksimal. Mesjid sering kali diidentikkan
dengan orang-orang tua yang menghabiskan hari-hari untuk bertaubat,
mendekatkan diri kepada Allah, demi persiapan menjemput ajal.
Sehingga konotasi mesjid senantiasa merujuk kepada sesuatu yang
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _279

sakral, yang transenden. Sementara itu permaslahan yang timbul dalam


masyarakat dianggap bukan wilayah yang berkaitan dengan mesjid.
Termasuk dalam hal ini yaitu menyiapkan pembinaan generasi muda
yang berjiwa Islam, yang kuat akidahnya dan tidak silau terhadap
godaan zaman. Mesjid memiliki peran stretgis dalam menyiapkan tunas-
tunas pemimpin.

Di era modern yang ditandai semakin gencarnya arus budaya yang


masuk ke negara kita, peran mesjid sebagai instrumen pembinaan
generasi muda tidak bisa diabaikan. Generasi muda perlu diajak kembali
ke mesjid agar memahamai Islam dengan baik. Mereka mungkin
sudah mendapatkan pelajaran agama di sekolah, melalui buku, atau
dari pelbagai media yang sekarang banyak beredar. Namun semangat
keislaman dengan mengabaikan mesjid, akan menimbulkan generasi
yang antisosial, mengerti Islam namun enggan berupaya mengatasi
permasalahan umat.

Tulisan ini akan memfokuskan pembahasannya pada upaya


mengetengahkan fungsi-fungsi mesjid sebagaimana yang ada pada masa
Nabi serta Sahabat sebagai tempat yang multifungsi. Sehingga generasi
muda terdorong untuk gemar ke mesjid serta mau berkiprah dalam
memakmurkannya. Selanjutnya bagaimana memperbaiki manajemen
mesjid sehingga memberi ruang kepada remaja mesjid untuk melakukan
aktivitas-aktivitas yang bermanfaat bagi generasinya, yang kemudian
berdampak terhadap terciptanya masyarakat muslim yang iman dan
islamnya teraktualisasi dengan baik.

B. Menelisik Makna Mesjid

Apabila kita bertanya pada seseorang apa itu mesjid, maka jawaban
yang sering muncul dari mulut mereka ialah tempat ibadah orang Islam,
dalam arti shalat, zikir, tilawah al-Quran. Sama seperti Gereja sebagai
tempat ibadah kaum Nasrani, atau Sinagog untuk orang Yahudi, atau
pura bagi umat Hindu. Mesjid tempat ibadah tempat orang melaksanakan
280_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

shalat Jumat berjamaah. Jawaban ini memang tidak salah. Namun apabila
kita tilik dari segi makna mesjid jawaban semacam itu tidak tepat. Paling
tidak setengah benar.

Secara harfiah, kata mesjid artinya tempat sujud, yaitu berasal dari
bahasa Arab dengan kata dasar sujudan. Fiil madi-nya sajada (ia telah
sujud). Lantas fiil madi sajada diberi awalan ma sehingga terjadilah isim
makan (isim yang menunjuk arti tempat). Jadi perubahan itu ialah sajada
yasjidu mesjid. Apabila dalam penggunaaan tata bahasa Arab memakai
kata mesjid (dengen e) maka, hal itu karena tanggapan awalan me
dalam kaidah bahasa Indonesia.3

Lalu mesjid merujuk pada bangunan berbentuk tertentu dengan


arsitektur tertentu, maka arti mesjid seperti ini pun belum sempurna
benar. Bukankah Allah telah menjadikan bumi ini sebagai mesjid.
Lantas apa perbedaan antara gedung mesjid dengan bumi yang sama-
sama sebagai mesjid. Apabila Nabi pernah bersabda, Seluruh bumi telah
dijadikan bagiku mesjid, (HR. Bukhari), itu artinya sujud atau beribadah
tidak boleh terikat ruang dan waktu. Beribadah yang berhubungan
dengan Allah, tidak boleh dibatasi oleh ruang. Dalam keadaan darurat
sekalipun ibadah--seperti shalat-- tidak boleh ditinggalkan. Apabila
seseorang tidak bisa dengan berdiri, maka ia boleh dengan cara duduk,
berbaring, atau bahkan dengan isyarat.

Sujud adalah perwujudan pengakuan penyembahan secara


lahir yang paling dalam. Setelah iman tertanam dalam jiwa, lantas
lidah mengikrarkan pernyataan bahwa tiada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, maka tubuh membuktikan lewat gerak
sujud --dalam ibadah. Sehingga pernyataan dan pengakuan itu bukan
lagi lip service, akan tetapi dibuktikan dan dilanjutkan dengan bukti nyata
melalui gerak sujud. Sebentuk pembuktian akan pengakuan kehambaan
seorang makhluk. Oleh karena itu, dalam Islam hanya kepada Allah-lah
seseorang muslim sujud. Sehebat apapun manusia, sekuasa apapun, dia
tidak berhak disembah.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _281

Dalam sebuah riwayat, seorang sahabat bernama Rabiah bin Kaab,


oleh karena baktinya kepada Nabi, maka Nabi pun menawarkan
permintaan. Maka jawab Rabiah, Saya ingin menemani Engkau ya Rasul
dalam surga. Nabi menjawab, Adakah permintaan lain selain permintaan
itu? jawab Rabiah, Hanya itu permintaan saya, ya Rasul. Maka
Rasulullah bersabda, Jika demikian tolonglah aku untuk dirimu sendiri
dengan memperbanyak sujud.4. Dengan demikian, isi surga ialah orang-
orang yang memperbanyak sujud. Oleh karena tidak salah apabila
Nabi mendorong umatnya memperbanyak sujud. Dalam suatu riwayat,
Nabi sendiri yang sudah nyata-nyata dijamin masuk surga oleh Allah
senantiasa melakukan sujud hingga kakinya sakit.

Bumi adalah masijd bagi kaum muslimin. Jadi, dimanapun seorang


mukmin berada di sanalah dia melakukan penghambaan kepada Allah,
meluhurkan nama Allah. Tidak terikat ruang dan waktu. Sebab apabila
kita kaji sujud dalam pengertian lahir ialah gerak jasmani sementara
sujud dalam pengertian batin ialah pengabdian. Dengan demikian, sujud
tidak terikat ruang dan waktu. Dia bisa di rumah, di kantor, di pinggir
jalan, dimanapun asal di bumi Allah adalah mesjid bagi muslim. Anas
Bin Malik pernah berkata, bahwa Nabi Muhammad biasa shalat dimana saja
ketika waktunya telah tiba.

Dalam riwayat lain, Kepada Jabir bin Abdullah al-Anshary, Nabi


menerangkan, bumi bagiku suci bersih dan boleh dijadikan tempat shalat. Maka
dimananapun seorang berada, boleh menjadikan bumi sebagai tempat shalat
apabila waktunya telah tiba.

Dimana saja seorang muslim berada, dia bisa menjadikan bumi ini
mesjid. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa dalam Islam tempat ibadah
tidak harus dibangun secara khusus, yang disucikan dan disakralkan.
Tapi dimana saja, asal sudah tiba waktunya, maka dia bisa menjalankan
ibadah. Syaratnya hanya ruangan tempat dia beribadah itu suci dari najis
dan dia sendiri telah melakukan taharah, bersesuci dari hadas maupun
najis. Sebab yang akan dia hadapi adalah Tuhan Yang Maha Suci oleh
karena itu jasmani dan ruhani seseorang harus suci.
282_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Menurut anggapan sebagian kaum Muslim fungsi mesjid terbatas


sebagai tempat ibadah an sich. Padahal fungsi mesjid tidak terbatas pada
kegiatan ibadah semata-mata. Beribadah bisa mengambil tempat dimana
saja dan tidak melulu di mesjid. Tempat ibadah adalah fungsi kedua dari
pendirian sebuah mesjid itu sendiri. Fungsi pertama atau yang paling
esensi tentu tidak sekedar tempat ibadah. Bahwa ibadah bisa dimana
saja, dan tidak disyaratkan mendirikan sebuah tempat ibadah terlebih
dahulu. Lantas bagaimana kita mengetahui fungsi-fungsi mesjid itu,
tentu saja jawabannya merujuk pada apa yang telah dilakukan Nabi
Muhammad.

Makna yang terkandung dalam pendirian mesjid kita kaji dari


peristiwa pendirian mesjid yang dilakukan oleh Rasulullah. Setelah
kira-kira 12 tahun Nabi berdakwah di Mekah akhirnya beliau mendapat
perintah hijrah ke Madinah. Hijrah merupakan taktik Nabi dalam
mengembangkan ajaran Islam.5 Berada di Mekah, taktik penyebaran
ajaran Islam kurang mendapatkan respon positif. Dakwah berjalan
lambat, akibat kuatnya perlawanan dari lawan dari hari ke hari, ditambah
pendukung Nabi yang paling setia yaitu Abu Thalib dan Khadijah
meninggal dunia. Akhirnya beliau mengganti taktik dakwahnya dengan
menjadikan Madinah sebagai pusat dakwahnya.

Demikianlah, Senin tanggal 12 Rabiul Awal (28 Juli 622), Nabi


meninggalkan kota Mekah pergi ke Quba, selatan Yatsrib (Madinah).
Pada hari pertama kedatangannya Nabi Muhammad dan rombongan di
Madinah apa yang pertama sekali Nabi lakukan? Nabi bersama rombongan
dan orang-orang sekitar bergotong royong mendirikan mesjid. Lahan
yang dibangun mesjid adalah kebun milik Bani Najar, yang menolak
menerima imbalan sebagai ganti beli lahan tersebut. Gotong royong yang
dilakukan umat Islam itu tidak mementingkan upah. Mereka berkerja
sama membangun mesjid tanpa memedulikan status sosial. Bahkan
Nabi sendiri turun tangan bersama-sama yang lain mengangkut batu.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _283

Bangunan Mesjid Quba yang dirikan oleh Rasulullah dan para


sahabat berbentuk segi empat, terdiri dari pelepah kurma dengan enam
serambi yang bertiang. Di sinilah Nabi melakukan shalat berjamaah. Di
sinilah untuk pertama kalinya Nabi menyelenggarakan shalat Jumat.
Selanjutnya Nabi membangun mesjid lain di tengah kota Madinah, yakni
mesjid Nabawi yang kelak menjadi pusat perjuangan dan pusat kendali
seluruh masalah umat Islam.

Selama di Madinah Nabi mulai melakukan penataan dan konsolidasi


masyarakat Islam, maka fungsi mesjid menjadi tidak sekedar tempat
beribadah, namun mencakup aspek-aspek sosial dan lain-lain. Periode
Madinah memiliki karakteristik yang berbeda dengan periode Mekah.
Pada periode Mekah ajaran Islam lebih banyak menekankan aspek tauhid,
memberi kabar gembira mengenai surga bagi umat Islam dan ancaman
azab Allah di neraka bagi kaum musyrik. Ciri-ciri ayat yang turun pada
periode ini oleh karenanya berbeda dengan ciri-ciri ayat yang turun
pada periode Medihah. Pada periode Mekah ayat yang turun biasanya
pendek-pendek, dengan menggunakan redaksi ya ayyuhan naasu. Topik
yang dibahas berkenaan dengan tauhid termasuk kisah-kisah para
Nabi. Sementara ayat yang turun di Madinah biasanya panjang-panjang,
dengan menggunakan redaksi ya ayyuhalladzina amanu, banyak berbicara
mengenai penataan umat yang sudah semakin besar. Di Mekah Islam
tumbuh, sementara di Madinah Islam berkembang pesat. Di Mekah Nabi
bertindak sebagai rasul, menerima wahyu dari Jibril, sementara ketika di
Madinah Nabi selain sebagai Rasul juga bertindak sebagai kepala negara,
yang mengurusi persoalan politik, ekonomi, kebudayaan, dan hukum
yang mengatur tidak hanya terhadap umat Islam melainkan terhadap
kaum Yahudi Madinah.

Selain sebagai tempat ibadah seperti zikir, itikaf, tilawah mesjid


merupakan tempat pendidikan (targhib wa tarhib)mengatur strategi
perang, mengatur distribusi zakat, menerima tamu kenegaraan, tempat
penyelenggaraan Bayt Maldan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi
umat Islam. Bahkan dalam kondisi perang, mesjid menjadi tempat
284_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

mengatur dan mempersiapakan pasukan perang.

Dari perspektif sejarah yang dipaparkan di atas mesjid dapat dipandang


sebagai center of of islamic civilization (pusat peradaban Islam) yang bersifat
multifungsi dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan yang
berkaitan dengan kemajuan dan keberadaan masyarakat Islam. Bermula
dari fungsinya yang hanya sebagai ibadah mahdah, yaitu bersujud
melalui ibadah shalat, fungsi mesjid kemudian berkembang mencakup
fungsi-fungsi sosial, politik bahwa pemberdayaan ekonomi umat.

C. Fungsi Mesjid Sebagai Tempat Pendidikan


Pendidikan merupakan perkara penting dalam Islam. Hal ini terlihat
dari beberapa teks al-Quran maupun hadis yang menempatkan orang
yang berilmu pada derajat yang tinggi. Pada awal periodesasi Islam
pendidikan mendapat perhatian besar sebagaimana yang terlihat ketika
terjadi Perang Badar. Pada waktu itu para tawanan yang tidak memiliki
harta sebagai tebusan, mereka dipersilakan memberi pelajaran kepada
kaum muslimin mengenai baca tulis, sebagai tebusan. Lebih daripada itu
ajaran Islam sendiri yang terkandung dalam al-Quran amat menekankan
arti penting pendidikan. Oleh karena itu, fungsi mesjid sebagai tempat
pendidikan kiranya tidak bisa ditolak. Di tempat inilah pengajaran
agama diselenggarakan selama berabad-abad sejak pada masa Nabi
sendiri hingga periode setelahnya.

Pendidikan dapat dilihat dalam dua arti. Pertama pendidikan sebagai


pembentukan kebiasaan dan kedua pendidikan sebagai penerobosan.
Pada arti pertama pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus
menerus, kontinyu, setahap demi setapak. Ia merupakan pengulangan
yang terus diperbaiki sehingga mencapai kesempurnaan. Sementara arti
kedua bahwa pendidikan bukan saja proses yang serba terus, melainkan
diskontinyu, yaitu penerobosan kepada pengertian-pengertian baru,
termasuk rekristalisasi struktur baru. Pada pengertian pertama, proses
yang dilakukan sedikit demi sedikit. Sementara pada pengertian kedua,
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _285

proses berlangsung secara cepat dan terjadi lompatan-lompatan kepada


keadaan baru.6

Sebagai tempat pendidikan dan pengajaran oleh karenanya mesjid


dapat pula kita sebut pusat ilmu. Pengajaran dan pendidikan yang
dilakukan di dalam mesjid melalui khutbah-khutbah, pengajian, kultum,
serta diskusi. Pada masa Nabi, beliau senantiasa memberikan pengajaran
kepada para sabahat tentang Islam. Menurut Gazalba, pendidikan yang
langsung berhubungan dengan mesjid ialah al-Quran dan Hadis. Dua
hal yang sangat fundamental dalam Islam. Paling sederhana adalah
membaca dan menghafal al-Quran. Sementara pengkajian hadis sebagai
pembimbing perilaku perbuatan muslim.

Pandangan di atas dapat dimengerti mengingat dua hal tersebut --al-


Quran dan Hadis-- menjadi sumber utama hukum dan norma dalam
Islam. Al-Quran memiliki sifat yang selalu sesuai dengan perkembangan
zaman sehingga memerlukan penafsiran-penafsiran agar dapat
dimengerti dan diaplikasikan secara baik.

Islam adalah agama yang memberi kedudukan istimewa terhadap


akal sebagai instrumen mendapatkan pengetahuan. Akal adalah
pemberian yang berharga dari Tuhan kepada manusia, yang karena
inilah membedakan antara manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
Pangkal ilmu dalam Islam ialah wahyu Tuhan dan dasarnya dapat
ditemukan di dalam al-Quran. Banyak sekali ayat al-Quran yang
mendorong penggunaan akal untuk menemukan rahasia Tuhan. Hal
ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama rasional, yang sesuai
dengan fitrah manusia. Dalam kajiannya Imam al-Ghazali menemukan
dari 6236 ayat al-Quran ada 763 ayat yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan. Artinya kira-kira seperdelapan al-Quran isinya berbicara
mengenai ilmu pengetahuan.

Berkaitan dengan ilmu pengetahuan, al-Quran menekankan


secara lebih mendalam. Surat pertama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad malah sangat erat hubungannya dengan pendidikan.
286_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari alaq (segumpal darah). Bacalah dan Tunamu Yang
Maha Pemurah, yang mengajra manusia dengan pena. Mengajar manusia apa
yang tidak diketahuinya.7

Menurut Prof. Dr. Quraish Shihab, kata iqra (bacalah) terambil dari
akar kata yang bearti menghimpun. Dari makna tersebut kemudian
lahir makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti
mengetahui ciri-ciri sesuatu dan membaca baik teks tertulis maupun
tidak. Perlu diperhatikan di sini, bahwa objek membaca dalam surat
al-Alaq tersebut tidak dijelaskan, sehingga memberi makna bahwa
membaca yang diperintahkan dalam surat tersebut adalah apa saja,
sepanjang bingkainya adalah bismi rabbika (dengan menyebut nama
Tuhanmu). Dengan demikian, iqra dalam surat tersebut dapat dimaknai
sebagai perintah untuk meneliti, mendalami dan mengetahui segala
sesuatu.8

Perintah membaca dalam pengertian yang luas ini telah mendorong


umat Islam pada masa kejayaannya mendalami berbagai disiplin ilmu,
melahirkan ilmuwan-ilmuwan brilian yang sumbangsihnya diakui
dunia. Pada masa pemerintahan dunia dipegang oleh umat Islam terjadi
upaya serius melanjutkan tradisi keilmuan yang sebelumnya digagas
dan dikembangkan bangsa Yunani. Ilmu pengetahuan yang telah
berkembang dalam tradisi Yunani kemudian dikembangkan oleh umat
Islam.

Pada perempat pertama abad 3 H/ 9 M, Khalifah al-Makmun dari


Dinasti Abbasyiah mensponsori pendirian sebuah akademi yang tugas
utamanya menerjemahkan sains serta filsafat yang sudah berkembang
di Yunani. Usaha yang serius dari para penguasa Islam, maka terjadi
peralihan ilmu pengetahuan dari Barat (Yunani) kepada peradaban Islam.
Dalam waktu relatif singkat terjadilah peralihan ilmu pengetahuan dari
Yunani ke dalam pelukan Islam. Akibatnya pengetahuan Yunani yang
tidak banyak berkembang di tangan Romawi kembali berkibar. Gairah
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _287

terhadap pengetahuan timbul di negara Islam. Dalam waktu relatif


singkat negara Islam mencari mercusuar peradaban dan keilmuan dunia.
Universitas-universitas Islam yang berada di Baghdad dan Spanyol
menjadi kiblat pendidikan dunia.

Peradaban Islam yang luar biasa salah satunya ditunjang oleh


perhatian besar dari umat Islam terhadap pendidikan. Pada masa-masa
kejayaan Islam mesjid menjadi tempat yang sering dijadikan sebagai
sentra ilmu, disamping tentu akademi dan institut yang sudah mulai
dikembangkan. Dalam catatan sejarah kita mengenal Mesjid al-Azhar
yang dikemudian hari berkembang menjadi Universitas al-Azhar.
Mesjid ini didirikan oleh Dinasti Fatimiyyah pada 359H/971M.9 Pada
mulanya mesjid ini diniatkan sebagai mesjid Dinasti Fatimiyah, serta
tempat untuk menyebarkan ajaran dan dakwahnya. Nama al-Azhar
sendiri diambil dari nama putri Nabi Muhammad, Fatimah al-Zahra.
Selanjutnya sistem pendidikan yang dipakai berhaluan mazhab Syiah.
Kurikulum dan materi yang diajarkan adalah kurikulum Syiah. Mesjid
al-Azhar mengalami perubahan berkenaan kurikulum yang diajarkan
semenjak kekuasaan Dinasti Fatimiyyah tumbang dan digantikan oleh
Dinasti Ayyubiyah yang bermazhab Sunni. Mazhab Sunni-lah yang
diajarkan di al-Azhar hingga sekarang.

Diskusi-diskusi mengenai topik keagamaan atau ajaran suatu mazhab


diselenggarakan di mesjid. Tokoh-tokoh dalam lapangan ilmu fiqih
maupun ilmu kalam banyak menyampaikan pandangannya dalam mesjid
yang dihadiri para pengikutnya, dan tak jarang juga para penentangnya.
al-Asyari salah satu penggagas dalam aliran teologi masih mendengar
kuliah-kuliah Imam Jubbai imam beraliran mutazilah dalam mesjid.

Sekitar abad ke-17 dan 18 mesjid Haramayn (mesjid di dua tanah


haram, Mekah dan Madinah) menjadi pusat keilmuan yang menarik
para penuntut ilmu datang ke sana, termasuk yang berasal dari
Nusantara. Para penuntut ilmu akan mendengarkan pelajaran dari
ulama-ulama terkemuka melalui halaqah-halaqah yang diselenggarakan
288_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

di dalam mesjid. Hubungan keilmuan yang terjalin ini di kemudian hari


membentuk sebuah jaringan keilmuan dan keulamaan. Jaringan ini tidak
terbatas pada dunia Nusantara dan Arabia, tetapi juga mencakup Anak
Benua India, Asia Tengah, dan Afrika.10

Ulama-ulama yang mengajar di mesjid suci Mekah dan Madinah


juga sering dimintai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datang dari
berbagai tempat di Dunia Islam. Biasanya mereka akan mengadakan
majelis (session) untuk membahas masalah yang ditanyakan. Dalam
banyak kasus mereka mengutarakan fatwa-fatwa secara tertulis, tetapi
tidak jarang pula mereka menulis buku khusus yang berusaha menjawab
persoalan secara terperinci.11

D. Mesjid dan Fungsi Sosial Kemasyarakatan


Dengan seringnya umat Islam berkumpul di mesjid maka secara tidak
langsung maupun tidak mesjid telah membentuk ikatan persaudaraan
sesama umat Islam. Dalam banyak ayat dan hadis persaudaraan sesama
umat Islam (ukhuwah islamiyah) mendapat perhatian tersendiri. Ukhuwah
atau persaudaraan sesama umat Islam bahkan diumpamakan sebuah
jasad yang satu dimana apabila satu anggota merasa sakit anggota
lainnya merasakan hal yang sama. Kekuatan umat Islam tidak lahir dari
persenjataan yang canggih akan tetapi lewat persatuan dan kesatuan.

Ukhuwah itu merupakan ikatan emosial yang berlandaskan agama. Di


sini yang timbul adalah perasaan sama di hadapan Allah. Dan perasaan
sama tersebut teraktualisasi lewat ibadah shalat yang dijalankan umat
Islam secara berjamaah di dalam mesjid. Shalat mengajarkan perasaan
sama atau egaliter di hadapan Allah. Orang yang kaya duduk sama rendah
dengan orang miskin. Pejabat tinggi duduk sama rendah disamping
buruh biasa. Dalam mesjid perbedaan status menjadi hilang. Orang kulit
putih tidak merasa lebih tinggi dibanding dengan kulit hitam. Orang
dengan ideologi berbeda bisa berada di dalam mesjid. Semua sama dan
sederajat dihadapan Allah Swt.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _289

Mereka berbaris bersama, ruku dan sujud bersama, mengikuti imam.


Mereka adalah bersaudara, diikat oleh ukhuwah Islamilah. Sesungguhnya
kalian adalah umat yang satu, dan Akulah Tuhan Kamu, karena itu sembahlah
Aku. (QS. al-Anbiya: 92)

Semua orang yang bertuhankan Allah dan menyembah-Nya adalah


umat yang satu, kesatuan sosial. Bos dan anak buah, orang kaya dan
orang miskin, atasan dan bawahan, kulit hitam dan putih, semua sama,
tanpa pengecualian. Pikiran-pikiran sempit yang memecah umat Islam
dalam organisasi, politik, institusi, lembaga, negara, lebur melalui
mesjid. Orang yang berasal dari Amerika sama kedudukannya dengan
orang Indonesia. Orang yang berbahasa Inggris sama kedudukannya
dengan mereka yang berbahasa Indonesia.

Oleh karena itu shalat berjamaah adalah ajaran paling sempurna,


karena dari shalat timbul perkenalan, keakraban, silaturahmi,
permohonan yang sama, berserah kepada Tuhan yang sama yaitu Allah.
Dalam sehari semalam umat Islam melaksanakan shalat fardu sebanyak
lima kali: Duhur, maghrib, Isya, dan Subuh. Selama lima kali tersebut
umat Islam dianjurkan menjalankannya melalui shalat berjamaah di
mesjid. Interaksi yang intens hampir setiap saat, dari waktu ke waktu
pada gilirannya memperkokoh persatuan diantara mereka. Oleh karena
itu, shalat berjamaah di mesjid diperintahkan oleh Rasullullah. Sebelum
shalat itu dikerjakan diserukan azan, sebagai panggilan menjalankan
shalat. Siapa yang mendengar azan, dia wajib datang ke mesjid.

Dalam suatu riwayat dijelaskan.

Seorang sahabat yang buta pernah menemui Rasulullah dan berkata,


Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku
ke mesjid. Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam untuk shalat di rumah, maka beliau memberikan
keringanan kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang, beliau kembali
bertanya, Apakah engkau mendengar panggilan shalat (azan)? laki-
laki itu menjawab, Ia. Beliau bersabda, Penuhilah seruan tersebut
(hadiri jamaah shalat).(HR. Muslim dan an-Nasai)
290_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Dalam riwayat lain dijelaskan.

Apabila engkau mendengar seruan azan, maka penuhilah, walaupun


dengan jalan merangkak. (HR. Ahmad dan At-Thabarani)

Hadis-hadis tersebut dengan jelas menghukumi memenuhi panggilan


azan adalah wajib. Setiap muslim yang mendengar seruan azan, harus
memenuhinya. Panggilan untuk apa? Yaitu datang ke mesjid menjalankan
shalat berjamaah bersama-sama orang-orang Islam sekitar mesjid yang juga
hadir memenuhi panggilan azan. Kewajiban memenuhi panggilan azan
secara tersirat mengandung arti pentingnya shalat berjamaah di mesjid.

Mengapa diwajibkan memenuhi panggilan azan, yang kemudian


membawa umat Islam mendatangi mesjid menjalankan shalat
berjamaah? Bukankan shalat dapat mengambil tempat dimana-mana.
Bukankah setiap bumi adalah mesjid. Karena melalui shalat jamaah
itulah terbentuk jamaah Islam. Bagaimana tidak jamaah Islam tidak
terbentuk, apabila setiap sekitar lima jam sekali mereka bertemu di
mesjid, menjalankan shalat berjamaah. Menyembah Tuhan yang sama,
dengan gerak, sikap, ucapan, pikiran dan perasaan yang sama. Iman
yang sama, yang mengajarkan bahwa kehidupan tidak abadi, kehidupan
yang hakiki adalah akhirat. Syariat yang mereka lakukan tujuannya
sama, yaitu menjadi pribadi yang takwa. Para jamaah bercengkrama satu
sama lain. Bertanya-tanya mengenai keadaan, bermusyawarah, sehingga
apabila ada yang sakit mereka akan menjenguknya. Apabila ada jamaah
yang tidak hadir, maka sebisa mungkin akan bertanya apa yang terajadi,
dan memberi solusi apabila ada permasalahan.

Ikatan yang terjalin selama berada di mesjid dibawa keluar.


Perkenalan dan ikatan ruhaniah yang terjadi dalam pengalaman
agama, dilanjutkan di luar mesjid dalam kehidupan sehari-hari.
Ikatan batin yang tumbuh karena sama-sama sujud kepada Allah
disambung oleh takwa dalam kehidupan sosial. Mereka saling
tolong menolong, membantu mengatasi kesulitan satu sama lain,
seperti orang bersaudara sebagai pancaran dari ukhuwah islamiyah.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _291

Mereka hidup saling bekerja sama dalam kehidupan sosial dalam


lingkungan mesjid. Dalam shalat mereka dipimpin oleh imam, maka di
luar mesjid imam menjadi pemimpin dalam masyarakat. Dari masyarakat
Islam, yang dilandasi oleh jiwa saling tolong menolong, yang terperoleh
dari semangat shalat jamaah, maka negara yang didalam tumbuh
masyarakat seperti itu dimungkinkan tercapai negara sejahtera yang
diampuni Tuhan (baldatun tayyibatun warbbun ghafur). Dengan negara
seperti itulah kejayaan dapat dicapai. Kejayaan yang diserukan lewat
seruan hayya alal falah itu berpangkal dari shalat jamaah.

Demikianlah mesjid dalam lima kali sehari menjadi tempat pratik


persamaan dan persaudaraan. Ia adalah tempat tempat pendidikan
persamaan dan persaudaraan. Ia tempat menanam itikad baik kepada
umat manusia, tanpa memedulikan ras, suku, status sosial, jabatan, dan
orientasi politik.

E. Nasib Mesjid di Tengah Masyarakat


Nasib yang melanda hampir sebagian besar mesjid di Indonesiarata-
rata seragam; setelah mesjid didirikan serta panitia pembangunan
dibubarkan selanjutnya bangunan tersebut dibiarkan telantar dalam
arti tidak dimakmurkan dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat
bagi umat. Masyarakat mengunjunginya secara gegap gempita pada
hari-hari tertentu dan bulan-bulan tertentu saja, selebihnya membiarkan
bangunan tersebut berdiri sebagai tempat ritual ibadah mahdah seperti
shalat dan sejenisnya.

Masyarakat cenderung bersemangat dalam kepanitiaan pendirian


mesjid ketimbang dalam panitiapemakmurannya. Saking semangatnya
terkadang apa yang mereka lakukan kurang memperhatikan etika
kepantasan. Sering kita saksikan baik di desa maupun di sebagian kota
pemandangan yang mencerminkan hal tersebut. Sudah tidak ada rahasia
lagi setiap kali ada pembangunan mesjid, maka salah satu cara menggali
sumber dana yaitu melakukan aksi turun ke jalan, meminta-minta
292_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

dana dari para pengguna jalan. Dengan memakai atribut-atribut sebuah


mesjid mereka menengadahkan tangan kepada pengguna jalan.

Aksi tersebut selain mengganggu lalu lintas juga menimbulkan kesan


yang kurang terhormat. Sedemikian miskinkah umat Islam sehingga
harus mengemis di jalan. Di lain sisi aksi tersebut mengindikasikan
kurang pedulinya umat Islam terhadap mesjid, sampai-sampai untuk
menutup biaya pembangunannya terpaksa turun di jalan-jalan.
Bukankah pembangunan mesjid adalah tanggungjawab bersama umat
Islam. Lantas dimana umat Islam yang katanya jumlahnya mayoritas di
Indonesia itu.

Kalau diperhatian secara seksama fenomena tersebut terjadi karena


dilatarbelakangi oleh faktor kurangnya kepedulian umat Islam terhadap
kewajiban memakmurkan mesjid. Mereka menganggap kewajiban
memakurkan mesjid adalah tanggung jawab orang-orang tertentu saja.
Akhirnya banyak orang merasa tidak perlu mencurahkan perhatian
pada institusi mesjid. Membiayai pembangunan mesjid bagi umat yang
jumlahnya paling besar di Indonesia tentulah bukan perkara sulit. Namun
jumlah yang besar namun miskin kualitas apa artinya. Kebiasaan mengais-
ngais dana di jalanan akan terus terjadi. Bahkan dalam konteks tertentu,
dimanfaatkan oknum-oknum yang mengatasnamakan penggalangan
dana untuk pendirian mesjid, melainkan untuk kepentingan pribadi.

Sebenarnya dengan mengembangkan solidaritas sesama umat Islam


adalah solusi terhadap itu. Namun sering kali persoalan pengelolaan
mesjid yang masih amburadul, dan masih tradisional seringkali
mementahkan kepedulian. Apalagi fenomena mesjid yang yang
berdiri dengan mengatasnamakan sebuah organisasi atau kelompok
sosial tertentu, seperti NU, Muhammadiyah Persis, dan sebagainya,
menyebabkan masyarakat dengan alifiliasi organisasi yang berbeda
dengan pengurus mesjid meresa enggan untuk turut membantu.

Kurangnya solidaritas yang berdampak pada minimnya perhatian


masyarakat terhadap mesjid terjadi karena mitos-mitos yang terlanjur
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _293

berkembang dalam masyarakat. Mitos-mitos tersebut yang seringkali


menjadi penyebab kurangnya perhatian terhadap mesjid. Mitos pertama
bahwa Allah sendiri yang akan menjaga mesjid. Mitos ini berangkat
dari pamahaman sebagian umat Islam yang menyebut bahwa mesjid
adalah baitullah Rumah Allah. Kesan yang kemudian timbul karena
mesjid adalah rumah Allah, maka Allah-lah yang akan menjaga dan
mendirikan. Dengan kuasa Allah semua dapat berjalan, tanpa perlu ada
upaya-upaya yang bersifat rasional, terencana, dalam membangun dan
memakmurkan mesjid. Apakah ini merupakan kesalahan pemahaman
atau penafsiran akan konsep Rumah Allah? Pertanyaan ini dapat kita
pahami untuk kemudian kita carikan jawabannya, saat kita memiliki
kerangka pemahaman secara substantif mengenai makna Rumah Allah

Jika kita tarik dalam bingkai pemahaman substantif, maka makna


Rumah Allah dapat kita terjemahkan sebagai rumah yang dirikan
untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagai sarana komunikasi
manusia sebagai makhluk kepada Allah, sang Khalik. Bukan pemahaman
secara harfiah, mesjid sebagai milik Allah. Pemahaman semacam ini akan
menimbulkan tanggung jawab bersama diantara masyarakat untuk turut
serta mengelola dan memakmurkan mesjid dengan berbagai aktivitas
kegiatan sosial-keagamaan. Pemahaman ini bukan berarti menjauhkan
makna asli dari mesjid itu sendiri, sebagai tempat ibadah, namun sebagai
upaya mengintegralkan fungsi mesjid yang lebih luas, yang mencakup
sosial dan lain-lain.

Mitos kedua ialah larangan menyelenggarakan kegiataan yang profan


atau keduniawaian. Sebagaimana sering kita jumpai di mesjid-mesjid
di Indonesia, masyarakat cenderung memahami bahwa mesjid adalah
tempat sakral, suci, yang didalamnya hanya diperbolehkan sebagai
tempat ibadah, dalam pengertian shalat, zikir, itikaf, tilawah, dan tidak
boleh dicampuradukkan dengan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan permasalahan sosial, politik, ekonomi. Padahal, sebagaimana
yang sudah dijelaskan di atas, sejarah pendirian mesjid pada masa awal
Islam, fungsi mesjid tidak sekedar tempat ibadah, tapi meluas mencakup
294_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

aspek sosial, artinya wilayahnya lebih luas. Pada masa Nabi mesjid
sebagai tempat penyiapan pasukan, tempat pendidikan, dan berbagai
urusan yang berkaitan dengan permasalahan umat. Pada masa dinasti
Daulah Abbasiyah, mesjid dilengkapi perpustakaan lengkap sebagai
sarana pendidikan. Dari sana kemudian muncul ilmuwan-ilmuwan
muslim yang namanya sangat harum.

Sedangkan mitos ketiga yaitu adanya pandangan bahwa pekerjaan


yang berhubungan dengan mesjid tidak mendatangkan keuntungan
secara material. Karena itu orang melakukannya secara sambil lalu.
Tidak serius dan cenderung asal-asalan, dan tidak dimanaj secara baik12.

F. Tantangan Membina Remaja Mesjid


Karena fungsinya tidak sekedar untuk beribadah saja mesjid
memiliki tanggungjawab dalam membina generasi muda. Generasi
muda merupakan aset umat yang sangat berharga, calon pemimpin
umat di masa depan. Persoalannya apakah mesjid menarik sebagai
tempat pendidikan dan penanaman ajaran bagi generasi muda. Dalam
buku Muslim Tanpa Mesjid, Kuntowijoyo melihat adanya kecenderungan
masyarakat metropolitan, yang tidak lagi mengafiliasikan dirinya
sebagai bagian dari mesjid. Potret yang diambil untuk menganalisa hal
ini adalah persitiwa demonstrasi yang besar-besaran menuntut Presiden
Soeharto mundur.

Gerakan massif itu akhirnya berhasil menumbangkan Presiden Soeharto


dari tampuk kekuasaannya yang kemudian diikuti penyerahan kekuasaan
kepada wakilnya. Tumbangnya Soeharto disambut sujud syukur oleh
ribuan mahasiswa yang waktu itu turun ke jalan, sebuah pemandangan
yang mengharukan, rupanya mahasiswa-mahasiwa itu muslim. Mereka
mahasiswa muslim, yang menunjukkan ekspresinya melalui ujaran-
ujaran dan aktivitas keagamaan, seperti shalat serta sujud syukur.

Akan tetapi simbol-simbol keislaman yang mereka tunjukkan saat


tergulingnya Soeharto menjadi sorotan tatkala Habibie, presiden
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _295

yang menggantikan Soeharto, yang notabene represantasi dari


komunitas Muslim13 menyampaikan laporan pertanggungjawaban
di akhir masa pemerintahannnya yang mendapat penolakan dari
mahasiswa-mahasiswa muslim sendiri. Saat itulah muncul dua kubu
gerakan;mahasiswa-mahasiswa muslim yang mendukung Habibie dan
mahasiswa muslim yang menolak Habibie.

Dua kubu yang mendukung dan menolak Habibie, yang berasal


dari agama yang sama memunculkan tafsir dari Kuntowijoyo. Bahwa
masyarakat muslim tidak lagi mengasosiasikan diri mereka menjadi
bagian dari satu umat. Mahasiswa tidak lagi mengasosiasikan pada
simbol persatuan dan ukhuwah yaitu mesjid melainkan pada satuan-
satuan yang membentuk mereka. Entah masyarakat, partai, ormas,
negara, perusahaan dan lain sebagainya. Mereka mendapatkan
pemahaman agama tidak lagi melalui sumber-sumber yang memang
otoritatif seperti mesjid, pesantren, madrasah, melainkan lewat sumber-
sumber yang anomin, semisal internet, televisi, selebaran-selebaran,
serta sumber-sumber lainnya.

Pada masyarakat modern, dengan mengacu pada fenemona reformasi


di atas, memang cenderung lebih senang mendalami ilmu agama
lewat lembaga seperti sekolah, kampus, atau lewat pergaulan. Mesjid
sebagai pusat keislaman tidak menarik minat mereka lagi. Dia (mesjid)
diletakkan sebagai tempat sakral dan suci, tempat shalat dan berkumpul
pada peringatan hari-hari besar. Mesjid kehilangan daya tarik sebagai
tempat universal, tempat umat Islam saling menolong dan membantu
satu sama lain. Mesjid mengalami pergeseran makna, jauh dari semangat
mesjid yang pernah ada pada masa Rasulullah.

Upaya mengembalikan daya tarik mesjid terhadap kalangan muda


memerlukan dukungan banyak pihak. Bagaimana supaya mereka
datang ke mesjid tidak sekedar melakukan ritual ibadah akan tetapi
membawa semangat ukhuwah serta melakukan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan perkembangan peradaban Islam. Dalam hal ini
296_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

peran remaja mesjid sebagai organisasi yang lahir dari mesjid perlu
mendapat perhatian. Selama ini peran remaja mesjid dianggap kurang
signifikan, karena persepsi masyarakat menempatkan mereka sebagai
pelengkap, atau pembantu terhadap kegiatan pengurus mesjid. Malah
di banyak tempat keberadaan remaja mesjid seolah antara ada dan tiada.
Keberadaan mereka baru kelihatan apabila orang-orang tua mereka
memerintahkan untuk turut dalam kegiatan kemesjidan. Padahal remaja
mesjid memiliki peran penting di saat zaman semakin jauh dari nilai-
nilai keIslaman. Sekaligus membentengi generasi muda dari pengaruh
asing yang merugikan diri di kemudian hari.

Padahal sebagai bagian dari remaja pada umumnya mereka memiliki


peran dalam membantu menyelamatkan generasinya dari pelbagai
kegiatan destruktif yang melanda generasinya, seperti kenakalan
remaja, penyalahgunaan narkotika, dan perilaku yang negatif lainnya.
Bisa dikatakan di sini, remaja mesjid adalah wadah yang paling
strategis untuk menarik generasi muda datang ke mesjid. Oleh karena
itu orangtua, pengurus mesjid, serta masyarakat seyogyanya menyadari
sepenuhnya peran remaja mesjid.

Kesadaran itu dibuktikan dengan mendukung kegiatan-kegiatanyang


dilaksanakan remaja mesjid. Beberapa kegiatan remaja mesjid itu seperti:

a. Pengajian Remaja

Agama tidak sekedar urusan shalat, zakat, dan puasa serta


haji. Apalagi kalau ibadah-badah itu dimaknai sekedar
kewajiban yang bersifat pribadi jauh dari implikasi sosial.
Pengajian remaja yang diselenggarakan diharapkan selain
membentengi remaja dari arus peradaban yang menjauhkan
mereka dari roh Islam juga memperkenalkan ajaran Islam
melalui al-Quran maupun hadis serta ilmu-ilmu Islam. Pengajian
remaja merupakan wadah untuk menanamkan nilai-nilai
keislaman, sekaligus menamakan kecintaan terhadap mesjid.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _297

b. Diskusi Remaja

Tantangan remaja semakin berat seiring kemajuan zaman. Diskusi


remaja akan mengasah daya kritisremaja sehingga mereka tidak selalu
mengekor atas apa yang mereka terima. Diskusi ini dapat mengambil
topik permasalahan mengenai keagamaan atau permasalahan sosial
yang sedang berkembang dalam masyarakat, termasuk problematika
remaja di sekitar mereka. Daya kritis ini harus ditumbuhkan agar
remaja tidak gampang terjebak pada paham-paham yang dewasa
ini kadang mengarah kepada radikalisme yang menghalalkan segala
cara untuk mencapai tujuan.

c. Jumpa Remaja

Kegiatan ini bertujuan menjalin silaturahmi dengan remaja-remaja


di sekitas mesjid. Remaja mesjid dapat mengundang remaja-remaja
di sekitar mesjid untuk berkumpul bersama, makan bersama, atau
menyelenggarakan kegiatan bersama. Kegiatan itu selain mempererat
tali silaturahmi juga bertujuan mengikis kesan bahwa remaja mesjid
itu eksklusif.

d. Kemah Remaja

Kegiatan kemah remaja diselenggarakan di luar mesjid dengan


melibatkan remaja mesjid. Kegiatan dapat diisi dengan melakukan
bakti sosial di lingkungan di mana kemah dilaksanakan. Kegiatan
ini dimaksudkan melatih sikap kepedulian terhadap sesama. Selain
itu dapat digunakan sebagai sarana tadabbur alam, mengagumi
kemahabesaran Allah, yang kemudian memunculkan rasa tunduk dan
patuh pada-Nya. Dalam kemah remaja juga dapat digunakan sebagai
agenda membincang program-program yang akan diselenggarakan
berikutnya.

e. Olahraga dan Kesenian

Kegiatan olahraga dapat mengambil tempat di halaman mesjid.


Setidaknya satu cabang olahraga yang diselengarakan. Dengan
298_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

melakukan olahraga, maka energi remaja dapat tersalurkan dengan


benar. Setidaknya, kegiatan olahraga menghindarkan remaja dari
tawuran atau kegiatan-kegiatan lainnya yang cenderung kurang
bermanfaat. Selain bermanfaat bagi tubuh, olahraga melatih
sportifitas, melatih jiwa menerima kekalahan dan kemenangan
dengan hati yang besar. Lomba olahraga pun dapat menjadi sarana
memperingati hari besar Islam. Misalnya dengan menyelenggarakan
turnamen yang diselenggerakan oleh remaja mesjid dan peserta dari
remaja-remaja sekitar.14

Selain kegiatan-kegiatan di atas, tentu masih banyak kegiatan yang


bisa dilakukan oleh remaja mesjid. Kreativitas dan inovasi adalah
kuncinya. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan gelora remaja
dapat tersalurkan dengan baik.

G. Remaja Mesjid dan Masyarakat


Hadirnya organisasi Remaja Mesjid menjadi harapan tersendiri
di tengah masyarakat yang sibuk dengan urusan duniawi. Melalui
remaja mesjid kekosongan peran orangtua dalam mendidikkan nilai-
nilai keagamaan dapat terisi. Dengan demikian ketika nantinya sudah
menginjak dewasa dan bersentuhan dengan budaya dan peradaban lain,
mereka tidak lagi kaget karena telah memiliki pegangan nilai yang kuat.

Sayangnya organisasi remaja mesjid sering kurang dikenal di kalangan


masyarakat. Bisa jadi hal ini karena masyarakat apriori terhadap kegiatan
remaja mesjid yang berakibat mereka tidak mau tahu terhadap urusan
remaja mesjid. Namun yang pasti sikap masa bodoh tehadap remaja
mesjid, bahwa urusan remaja mesjid turut memberi andil terhadap
kurang dikenalnya remaja mesjid. Remaja mesjid menjadi kurang percaya
diri karena menganggap peran mereka sebagai pelengkap semata.

Remaja mesjid hanya terlihat dalam kepanitiaan kegiatan-kegiatan


acara hari besar Islam, seperti pada hari raya. Sementara sehari-hari
biasa peran mereka yang bersifat sosial dan kepemudaan seolah
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _299

lenyap. Remaja mesjid menjadi pasif. Oleh karena itu, agar peran
remaja mesjid dapat kembali pada fungsinya semula, perlu diberikan
gambaran ulang mengenai fungsi mesjid yang meliputi aspek teologi
dan sosial kemasyarakatan. Tempat bersujud kepada Allah sekaligus
mengatur urusan keumatan serta tempat mengikis atribut-atribut yang
memungkinkan mereka berjarak di dalam kehidupan sehari-hari seperti
perbedaan status sosial, afiliasi organisasi, partai dan sebagainya.

Selanjutnya, pengurus mesjid dapat memberikan kebebasan kepada


remaja mesjid menjalankan program kerja mereka. Remaja mesjid tidak
harus berkutat pada kegiatan yang bernuansa keagamaan semata, tapi
bisa turut ambil dalam kegiatan sosial. Bukankah agama memiliki
dimensi vertikal dan horisontal yang membuat agama selalu relevan
terhadap zaman. Selain itu, perlu memberi pengarahan seputar isu-
isu yang sedang berkembang di luar berkaitan dengan dunia Islam,
selanjutnya memberi pemahaman yang benar. Dengan begitu, mereka
tidak terombang-ambing dan menjadi sasaran orang-orang yang
memanfaatkan isu-isu agama untuk kepentingan-kepentingan pribadi
maupun kekuasaan.

Pembinaan remaja mesjid menjadi sebuah keniscayaan mengingat


tantangan zaman sekarang demikian berat. Dengan majunya teknologi
informasi, mereka dengan mudahnya mengakses informasi yang kadang
tidak bermanfaat. Dunia menjadi demikian sempit. Mereka tidak lagi
mengenal batas. Mereka menjadi asyik dengan dunianya, yang jauh,
namun sering mengabaikan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat
modern, dengan informasi yang serba mudah menjadi generasi muda
yang tidak sensitif dengan permasalahan sosial. Keadaan seperti ini
apabila kita biarkan maka pada masa yang tak terlampau jauh masyarakat
yang muncul benar-benar masyarakat robot. Masyarakat yang tercukupi
harta bendanya namun miskin ruhaninya.

Mengembalikan fungsi remaja mesjid yang berorientasi dapat dimulai


dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat terhadap masyarakat.
300_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Program-progam remaja mesjid harus menyasar pada kepentingan


masyarakat yang lebih luas. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat mengambil
momentum hari-hari besar ataupun tanpa mengaitkannya dengan
hari-hari besar Islam. Kegiatan-kegiatan yang bermanfaat terhadap
masyarakat. Seperti olahraga, memberantas buta al-Quran, menggalang
beasiswa untuk anak fakir miskin, bakti sosial, dan kegiatan-kegiatan
sosial yang bermanfaat terhadap masyarakat. Dengan demikian, sedikit
demi sedikit citra remaja mesjid dapat terangkat di mata masyarakat.
Sehingga remaja mesjid tidak lagi sekumpulan orang-orang yang
mengasingkan diri dan berbeda dengan remaja pada umumnya.

Agar peran remaja mesjid berjalan maka remaja mesjid perlu aktif
dalam kegaitan masyarakat. Selain memiliki progam sendiri remaja
mesjid dapat turut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
masyrakat. Seperti ikut dalam bakti sosial membersihkan lingkungan.
Ikut menjadi panitia Agustusan, dan lain sebagainya. Sehingga
masyarakat tidak lagi berpikiran macam-macam terhadap remaja mesjid.
Selanjutnya, keberadaan remaja mesjid dapat diakui, dan masyarakat
mendapat manfaat dari keberadaan remaja mesjid.

Yang tidak kalah pentingnya, berkaitan dengan masyarakat, remaja


mesjid sesekali mengundang masyarakat untuk memperkenalkan
program-program kerja mereka. Masyarakat diundang kemesjid sebagai
simbol saling kerjasama antara remaja mesjid dan masyarakat. Pada
taraf ini memungkinkan masyarakat mengenal lebih jauh remaja mesjid,
sekaligus sebagai promosi akan keberadaan remaja mesjid.

Terakhir dapat dilakukan dengan melakukan dialog dengan


masyarakat. Remaja mesjid memang membutuhkan masukan dari
masyarakat. Remaja mesjid tidak bisa menutup telinga atas segala
masukan dari masyarakat. Dengan mengundang masyarakat untuk
melakukan dialog mereka dapat memperkenalkan jati diri sebagai remaja
mesjid. Dengan mendengar langsung maka masyarakat akan mengerti
dan memahami remaja mesjid, tidak berdasarkan asumsi-asumsi umum
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _301

yang beredar. Selanjutnya masyarakat akan memberikan masukan,


nasehat-nasehat, serta saran-saran yang sangat bermanfaat. Sikap saling
pengertian ini, pada gilirannya akan bermanfaat dalam membentuk
masyarakat yang baik

H. Kesimpulan
Tujuan pembangunan mesjid tidak untuk menunjukkan kelimpahan
harta suatu kelompok masyarakat. Pembangunan sebuah mesjid
merupakan ekspresi keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, yang
bertujuan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya, melalui
ibadah mahdah maupun ghairu mahdah. Ibadah mahdah seperti shalat,
zikir, dan membaca al-Quran, sementara ghairu mahdah meliputi aspek-
aspek yang bersinggungan dengan kehidupan umat. Dalam hal ini bisa
mencakup sosial, pilitik, ekonomi, seni, pendidikan, dll.

Dewasa ini mesjid kerap ditafsirkan sebagai bangunan yang


bersifat sakral, tempat beribadah kepada Allah. Akibat pensakralan ini
menabukan siapapun untuk membawa mesjid memasuki wilayah yang
lebih luas. Padahal apabila kita tilik pada masa Nabi, mesjid memiliki
banyak fungsi. Masalah sosial yang terjadi di masyarakat seringkali
luput dari mesjid. Padahal keberadaan mesjid merupakan wadah yang
mempersatukan umat, tanpa memandang status sosial. Tempat umat
mencari solusi bersama terhadap problematika mereka dengan dilandasi
iman dan nilai-nilai keagamaan.

Termasuk dalam masalah sosial yaitu yang berkaitan dengan ramaja.


Kita tentu sepakat generasi muda merupakan aset berharga yang
menggantikan tampuk kepemimpinan di masa depan. Sayangnya,
keberadaan mereka sering belum mendapatkan pengakuan, karena
dianggap belum menemukan jati diri. Apalagi lemahnya pengawasan
orangtua karena menganggap tanggup jawab mereka selesai setelah
menyekolahkan mereka. Akhirnya mereka melampiaskan lewat kegiatan-
kegiatan yang cenderung negatif seperti tawuran dan penyalagunaan
302_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

obat-obat terlarang. Ditambah majunya teknologi komunikasi yang


memungkinkan mereka mengakses informasi dari luar yang belum tentu
positif, sehingga makin menjauhkan mereka dari akar keislaman mereka.

Remaja mesjid bisa menjadi solusi mengatasi kegalauan remaja


yang masih mencari jati diri. Lewat pembinaan yang intensif dengan
menanamkan nilai-nilai keislaman, serta dukungan dari berbagai pihak,
remaja mesjid kiranya mampu menjadi tempat atau wadah yang bisa
menyalurkan gairah remaja kepada jalur yang benar.
Mesjid dan Fungsi Teologis-Sosial: Upaya Aktualisasi Peran Remaja Mesjid _303

Daftar Pustaka

A. Bachrun Rifai dan Moch. Fachruroji, Manajemen Mesjid: Mengoptimalkan


Fungsi Sosial-Ekonomi Mesjid, Bandung: Benang Merah Pres, 2005

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara


Abad XVII & XVIII, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013,
cet ke-I

Fazlur Rahman, Islam, terj. Oleh Ahsin Mohammad, Bandung: Penerbit


PUSTAKA, 2003, cet. ke-5

Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Mesjid: Esai-esai Agama, Budaya dan Plitik


dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, Bandung: Penerbit
Mizan, 2001

Moh. E. Ayub, et all, Manajemen Mesjid, Depok: Gema Insani, 2007, cet
ke-9

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 1994

Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan, Jakarta: Pustaka


Alhusna, 1978
304_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Footnote

1. Hadis yang berkaitan dengan hal ini seperti: Dari Abu Hurairah,Rasulullah
bersabda, Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya
ia berkata yang baik-baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir maka hendaknya ia memuliakan (menghormati) tetangganya.
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya
iamemuliakan (menghormati)tamunya (HR. Bukhari Musliam). Dalam al-
Quran sendiri pengabaian terhadap orang-orang di sekitar, khususnya fakir
miskin, serta anak yatim begitu dicela. Salah satunya tedapat dalam surat
al-Maun ayat 1-3: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama.Itulah orang
yang menghardik anak yatim.dan tidak menganjurkan member makan orang miskin.
2. Lihat Sidi Gazalba, Mesjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan, Jakarta: Pustaka
Alhusna, 1978, h. 122
3. Lihat Sidi Gazalba, ibid, h. 117
4. Hadis Muslim, 300
5. Peristiwa ini menjadi acuan dalam penetapan Kalender Hijriah di kemudian
hari yaitu pada masa Khalifah Umar bin Khattab r.a.
6. Lihat A. Bachrun Rifai & Moch. Fachruroji, Manajemen Mesjid: Mengoptimalkan
Sungsi Sosial-Ekonomi Mesjid, Bandung: Benang Merah Pres, 2005, h.59
7. Dalam Qs. al-Alaq [96]: 1-5
8. M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran, Bandung: Mizan, 1994), hal. 433
9. Lihat Fazlur Rahman, Islam, terj. Oleh Ahsin Mohammad, Bandung:
Penerbit PUSTAKA, 2003), cet ke-5, hal 267
10. Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII & XVIII, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet ke-I, hal x
11. ibid, 78
12. Lihat A. Bachrun Rifai & Moch. Fachruroji, Manajemen Mesjid:
Mengoptimalkan Sungsi Sosial-Ekonomi Mesjid, hal 17
13. Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Mesjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik dalam
Bingkai Strukturalisme Transendental, Bandung: Penerbit Mizan, 2001, h. 128
14. Moh. E. Ayub, dkk, Manajemen Mesjid, Jakarta: Gema Insani Pres, 1996, h. 147
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _305

Majlis Taklims Jamboree is an Empowerment


Media Actualization of MT Worshipers
(An Empowerment MT in Mustikajaya Bekasi City)

Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi


Pemberdayaan Jamaah MT (Sebuah Upaya
Pemberdayaan MT di Kec. Mustikajaya Kota
Bekasi)

Erti Herlina
Penyuluh Agama Islam Fungsional Kec. Mustikajaya Kota Bekasi Prov. Jawa Barat
email: ertiumi@gmail.com

Abstract : Religious community development efforts are planned, integrated and sustainable so that
religious values can be fostered in the life of the nation, state, and society so as to create
a life of peace, harmony and prosperity. Religious community development can be done
in three patterns: recitations, Tazkiyah and study groups. The three patterns are example
by the Prophet Muhammad in building civilized and dignified Medina community, it
is signed by a life of peace, harmony, and prosperity which based on the religious
values which is live and cultivated among the community. Religious community is a
community-based typology of faith and piety. It is triggering disbursement of mercy
and blessings from all corners that lead to prosperity, well-being and harmony of life.
Reflected faith and piety that in everyday life become characteristic of the religious
community that promises happiness and well- being in the world and afterlife. In a
religious community development efforts can use the media and religious signs that
lived, grew, and rooted in society, for example taklim. The most basic of coaching is
306_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

to empower Majelis Taklim simultaneously. Among these steps is to conduct Majelis


Taklim Jamboree. On the other hands, the form of innovation in guiding Majelis Taklim,
Majelis Taklim jamboree is also serves as an evaluation media in guiding Majelis Taklim.

Abstraksi
Pembinaan masyarakat agamis adalah upaya-upaya yang terencana, terpadu dan
berkesinambungan agar nilai-nilai agama dapat ditumbuhkembangkan dalam
kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat sehingga dapat menciptakan
kehidupan yang damai, rukun dan sejahtera. Pembinaan masyarakat agamis ini
bisa dilakukan dengan tiga pola: tilawah, tazkiyah dan talim. Ketiga pola ini adalah
yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat Madinah
yang berperadaban dan bermartabat, yang ditandai dengan kehidupan yang damai,
harmonis, dan sejahtera yang dilandasi dengan nilai-nilai agama yang hidup dan
ditumbuhkembangkan di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat agamis merupakan
tipologi masyarakat yang berbasis keimanan dan ketakwaan sehingga mengundang
dikucurkannya rahmat dan barakah dari semua penjuru yang mengantarkan pada
kemakmuran, kesejahteraan dan keharmonisan kehidupan. Iman dan takwa yang
terefleksi dalam kehidupan sehari-hari menjadi karateristik dari masyarakat agamis
yang menjanjikan kebahagiaan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Dalam upaya pembinaan masyarakat agamis, dapat menggunakan media dan
wahana simpul-simpul keagamaan yang sudah hidup, berkembangan, dan mengakar
di tengah-tengah masyarakat, misalnya majelis taklim. Hal yang paling pokok
dari pembinaan Majelis Taklim adalah dengan pemberdayaan jamaahnya secara
simultan. Di antara langkah tersebut adalah dengan mengadakan Jambore Majelis
Taklim. Selain dari bentuk inovasi dalam pembinaan Majelis Taklim, jambore
Majelis Taklim juga berfungsi sebagai media evaluasi pembinaan Majelis Taklim.

Keywords : Taklim, Jamboree, Empowering


Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _307

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia dapat dikatakan masyarakat yang agamis.1


bisa dilihat dari mayoritas penduduknya yang menganut suatu agama.
Negara pun menjamin kehidupan beragama.Sehingga masyarakat yang
tidak beragama tidak mendapat tempat di Negara Indonesia.

Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang agamis ini setidaknya


dapat dilihat dari tiga aspek; historis, ideologis dan sosiologis.Secara
historis (kesejarahan) terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) tidak terlepas dari peran para pemuka agama.Banyak tokoh-
tokoh agama yang berjuang hingga menjadi pahlawan dalam merebut
dan mempertahankan kemerdekaan.Ajaran agama pun menjadi inspirasi
dan sumber motivasi dalam perjuangan kemerdekaan. Secara ideologis
Negara Indonesia menjamin kemerdekaan kehidupan beragama.
Indonesia memang bukan Negara agama, dalam arti mendasarkan
konstitusi (undang-undang) pada agama tertentu, namun Indonesia pun
bukan Negara sekuler yang memisahkan secara terbuka antara agama
dan negara. melainkan Indonesia merupakan suatu model Negara yang
berhasil memadukan antara agama dan negara secara harmonis.

Secara sosiologis bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beragama.


Pada zaman primitive, masyarakat Indonesia menganut kepercayaan
animisme dan dinamisme yang menuhankan Roh halus dan benda-
benda yang dikeramatkan.Lalu pada zaman tradisional masyarakat
Indonesia banyak menganut agama Hindu dan Budha, terutama pada
masa tumbuhnya kerajaan-kerajaan di Nusantara.Kemudian pada
zaman modern bangsa Indonesia tercerahkan dengan dianutnya agama
Islam oleh mayoritas penduduk Indonesia.

Oleh karena itu, sejak awal pendirian Kementerian Agama bertujuan


untuk menampakkan wajahIlahi di muka bumi.Di antara sifat Allah
308_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

SWT adalah ar-Rahman(Maha Pengasih). Ini sesuai dengan diturunkannya


ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw, yakni menjadi rahmat
bagi semesta alam (rahmatan lil-alamin).2

Mengacu pada tujuan mulia tersebut, kemudian dirumuskan


menjadi visi Kementerian Agama. Sebagaimana Keputusan Menteri
Agama Nomor 8 Tahun 2006, bahwa visi Kementerian Agama adalah
terwujudnya masyarakat Indonesia yang taat beragama, maju, sejahtera,
dan cerdas serta saling menghormati antar sesama pemeluk agama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Visi ini lalu diejawantahkan
dalam misi Kementerian Agama; di antaranya meningkatkan kualitas
bimbingan, pemahaman, pengamalan, dan pelayanan kehidupan
beragama, juga meningkatkan penghayatan moral dan etika keagamaan.

Dalam hal ini, jajaran Kementerian Agama memiliki tugas berat


tetapi mulia di tengah-tengah masyarakat, yaitu mengawal pembinaan
kehidupan agamis.yang dapat diartikan, kehidupan yang menjadikan
agama sebagai landasan spiritual, sumber moral, dan etika sosial dalam
membangun kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Dalam rangka mengoptimalkan pembinaan masyarakat agamis


sebagaimana yang sudah dirumuskan oleh Kementerian Agama, maka
perlu diberdayakan lembaga-lembaga keagamaan yang sudah hidup dan
mengakar di masyarakat.Di antara lembaga keagamaan khas Indonesia
yang sudah menjadi basis pembinaan masyarakat agamis adalah majlis
taklim.Dimana majlis taklim merupakan lembaga potensial dan strategis
untuk pembinaan dan pengembangan masyarakat Indonesia yang
agamis.Dari itu perlu ada kajian serius mengenai upaya majlis taklim
yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia dalam pembinaan masyarakat
agamis, guna menunjang pembangunan nasional di bidang keagamaan.3
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _309

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-


masalah penelitian sebagai berikut:

1. Masyarakat Indonesia dapat dikatakan masyarakat agamis, baik


dilihat dari aspek historis, ideologis maupun sosiologis.

2. Diperlukan adanya upaya yang sistematis dan strategis untuk


membina kehidupan masyarakat yang agamis sehingga tercipta
kehidupan yang damai, rukun dan harmonis.

3. Kementerian Agama sebagai ujung tombak pembangunan nasional


di bidang keagamaan memiliki tanggung jawab moral untuk
mengawal dan mensukseskan program pembinaan masyarakat
agamis guna mencapai visi Kementerian Agama sebagaimana
yang sudah ditetapkan.

4. Untuk mensukseskan program pembinaan masyarakat agamis


perlu memberdayakan dan mengembangkan wadah-wadah
keagamaan yang sudah hidup dan mengakar di masyarakat.

5. Di antara wadah-wadah keagamaan yang potensial dan strategis


untuk dikembangkan dalam pembinaan masyarakat agamis
adalah majlis taklim yang sudah menyebar dan mengakar hingga
ke pelosok-pelosok daerah.

C. Perumusan Masalah
Mengacu pada identifikasi masalah tersebut, maka dalam perumusan
masalah ini dapat dirumuskan fokus masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan masyarakat agamis?

2. Bagaimana upaya pembinaan Majlis Taklim di Kec. Mustikajaya


Kota Bekasi dalam melaksanakan pembinaan masyarakat agamis
untuk jamaahnya melalui Jambore Majlis Taklim ?
310_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

D. Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah tersebut, maka yang menjadi
tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui definisi dan ruang lingkup pembinaan masyarakat


agamis.

2. Mengetahui upaya pembinaan Majlis Taklim di Kec. Mustikajaya


Kota Bekasi dalam melaksanakan pembinaan masyarakat agamis
untuk jamaahnya melalui Jambore Majlis Taklim.

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PEMBINAAN, MASYARAKAT


AGAMIS DAN MAJLIS TAKLIM

A. Teori Tentang Pembinaan

Ditinjau dari bahasa, pembinaan berasal dari Bahasa Arab dari kata
banaa yabnii bina-an,4 yang berarti pendirian, pembangunan, atau
pemeliharaan. Makna yang tersirat dari kata tersebut, bahwa tujuan
pembinaan adalah pemeliharaan dan pengembangan dari keadaan yang
sudah ada yang dianggap baik dan kondusif. Misalnya membina rumah
tangga, berarti rumah tangganya sudah terbentuk tinggal bagaimana
mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan sehingga menjadi
rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah; keluarga yang bahagia
dan sejahtera lahir dan batin, dunia dan akhirat. Atau bina dakwah,
ini menyiratkan supaya dakwah yang sudah berjalan bisa dipertahankan
dan dikembangkan ke arah yang lebih baik dan maju.

Dalam konteks sosial kemasyarakatan, pembinaan ini dapat disamakan


dengan pembangunan masyarakat. Kata Edi Suharto, pembangunan
merupakan usaha bersama dan terencana untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. Sedangkan masyarakat bisa berarti tempat
bersama seperti wilayah geografis yang sama, atau kepentingan
bersama seperti kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _311

identitas. Dengan demikian, pembangunan masyarakat adalah motode


yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya
serta mampu memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang
mempengaruhi kehidupannya.5

Terjadinya perubahan sosial di antara sebabnya adalah adanya ide


(the great ideas) yang dimiliki oleh masyarakat atau sebagian masyarakat.
Selain itu ada juga peran tokoh masyarakat (the great individuals) yang bisa
menggerakkan seluruh masyarakat tersebut. Adapun strategi perubahan
sosial bisa terjadi melalui berbagai cara di antaranya:people power (strategi
perubahan sosial melalui kekuasaan), normative reeducative (aturan yang
terlembagakan dalam pendidikan), serta persuasive strategi (pendekatan
persuasif).6

Dalam pembinaan masyarakat agamis ini, kita dapat meneladani


cara Rasulullah SAW dalam mendakwahkan ajaran Islam kepada
masyarakat. Beliau melakukannya tidak sekaligus, tetapi secara bertahap
dan berkesinambungan.Sehingga puncaknya masyarakat yang awalnya
dirundung kegelapan dan kebodohan jahiliyah menjadi tercerahkan
dan tercerdaskan dengan ajaran Islam. Hal ini sebagaimana ditegaskan
dalam al-Quran:Artinya: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As
Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata (QS. Al-Jumuah/62:2).7

Berdasarkan ayat tersebut, ada tiga pola yang dikembangkan oleh


Rasulullah saw dalam membina masyarakat agamis, yaitu pola tilawah,
tazkiyah dan talim. Tilawah secara bahasa artinya membacakan atau
menginformasikan. Kata Al-Maraghi, tilawah adalah membacakan
kepada masyarakat ayat-ayat al-Quran yang mengandung cahaya dan
petunjuk untuk kebaikan di dunia dan di akhirat. Dalam prakteknya di
majlis taklim, pola tilawah ini bisa disamakan dengan ceramah, pidato
atau khutbah yang mengupas keunggulan dan kesempurnaan ajaran
Islam sebagai pedoman kehidupan.8
312_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Tazkiyah artinya membersihkan atau menyucikan. Kata Al-Maraghi9,


tazkiyah adalah menyucikan masyarakat dari sisa-sisa dosa dan noda
syirik serta kebiasaan jahiliyah sehingga mereka kembali patuh dan taat
kepada Allah baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dalam prakteknya
di majlis taklim, pola tazkiyah ini semacam muhasabah, evaluasi atau
instroveksi untuk membersihkan diri dari keyakinan, kepercayaan dan
kebiasaan yang menyimpang dari ajaran Islam. Di majlis taklim pun biasa
diajarkan bagaimana cara tobat, dzikir, doa dan praktek-praktek ibadah
yang sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Juga suka diadakan santunan,
pemberian zakat, infak dan sadaqah, serta kegiatan sosial lainnya untuk
membersihkan jiwa dan harta serta membangun kesetiakawanan sosial.

Sedangkan talim artinya mengajarkan. Kata Al-Maraghi10, talim


adalah mengajarkan kepada masyarakat hukum-hukum, hikmah dan
rahasia yang terkandung dalam syariat Islam yang bersumber pada al-
Quran dan as-Sunnah sehingga mereka paham dan dapat mengamalkan
ajaran Islam dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, di majlis taklim
kerap kali diajarkan baca-tulis al-Quran, belajar hadits-hadits, fiqh,
sejarah, tafsir dan ilmu-ilmu keislaman lainnya guna memperkaya dan
memperluas wawasan keislaman jamaah atau masyarakat sekitar. Kalau
digambarkan pola-pola tersebut sebagai berikut:

Tabel 2.2: Penerapan Pola Pembinaan di Majlis Taklim


Pola Pembinaan
No Penerapan Pembinaan di Majlis Taklim
Nabi SAW.
Ceramah, khutbah, pidato, pengajian
1 Tilawah (Pembacaan)
umum
Dzikir, Istighasah, doa bersama,
2 Tazkiyah (Penyucian) Shalawatan, Yasinan, kegiatan santunan
dan sosial
Pengajaran ilmu-ilmu keislaman, fiqh,
3 Talim (Pengajaran) tafsir, hadits, sejarah Islam, tauhid dan
pengajaran lainnya
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _313

B. Konsepsi Tentang Masyarakat Agamis


Konsep masyarakat agamis muncul seiring dengan menguatnya
pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama di tengah-
tengah masyarakat.Sebagai bangsa yang beragama, seyogianya agama
menjadi sumber inspirasi, spirit, dan motivasi dalam kehidupan
berbangsa dan beragama. Sehingga agama tidak hanya sebagai sistem
kepercayaan dan keyakinan, tetapi juga menjadi sistem kehidupan dan
identitas kemasyarakatan.

Komunitas agama dapat dikatakan masyarakat,karena itu dalam


ajaran Islam misalnya, ada beberapa istilah untuk menunjuk kesatuan
hidup manusia, qaum, syuub, qabaail,danummah. Dari keempat istilah ini,
yang dipandang memiliki kecocokan untuk menunjuk masyarakat Islam
adalah istilah ummah atau umat.

Ummah (umat) dapat diartikan; para penganut atau pengikut suatu


agama (Soekanto, 2001:26). Kata Quraish Shihab, ummah berasal dari kata
amma-yaummu yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Dari
akar kata yang sama lahir antara lain kata um yang berarti ibu dan imam
yang maknanya pemimpin; karena keduanya menjadi teladan, tumpuan
pandangan dan harapan anggota masyarakat.11

Oleh karena itu, menurut Ali Syariati seperti dikutip Dawam Rahardjo,
ummah (umat) adalah istilah yang tepat untuk menunjuk masyarakat
Islam. Syariati berpendapat, ummah adalah ungkapan pengertian tentang
kumpulan orang yang sepakat dalam tujuan yang sama dan masing-
masing saling membantu agar bergerak ke arah tujuan yang diharapkan
atas dasar kepemimpinan yang sama. Dalam hal ini dia berkesimpulan,
bahwa tidak ada sebutan ummah (masyarakat Islam) tanpa adanya
imamah (kepemimpinan).12

Di bawah kepemimpinan dan keteladanan Rasulullah SAW


terbentuklah komunitas umat yang ideal (utama), yakni khoiru ummah
(umat terbaik) yang memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk
mencerahkan masyarakat dengan gerakan amar maruf dan nahi munkar di
314_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

bawah panji keimanan kepada Allah SWT. Inilah gambaran masyarakat


utama (agamis) yang mampu mempelajari, menghayati, mengamalkan,
dan mendakwahkan ajaran agama Islam sehingga menjadi landasan
moral dan sumber etika sosial dalam kehidupan.

Sedangkan istilah agamis merupakan sifat atau karakteristik yang


melekat pada masyarakat.Jadi masyarakat agamis merupakan masyarakat
yang taat dan patuh menjalankan ajaran agama yang dianutnya.Agama
bukan hanya identitas spiritual (keyakinan dan kepercayaan) namun
juga menjadi indentitas moral dan etika sosial dalam kehidupan.Bahkan
agama menjadi sumber spirit, inspirasi dan motivasi untuk membangun
kehidupan yang lebih baik, mulia, berkualitas, dan bermartabat, di dunia
maupun di akhirat. Sebagai gambaran ideal masyarakat agamis dapat
dilihat dalam al-Quran surat al-Araaf/7] ayat 96, Allah SWT berfirman:

Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa,


pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.13

Berdasarkan ayat tersebut, masyarakat agamis bercirikan masyarakat


yang beriman dan bertakwa.Iman dan takwa bukan hanya jargon
dan ungkapan semata, namun harus terefleksi dan termanifestasikan
(tercermin) dalam kehidupan nyata sehari-hari.Istilah iman dan takwa
bukan bahasa yang pasif tapi aktif, bukan istilah yang statis tetapi
dinamis dan progresif.

Dalam pembinaan masyarakat agamis ini, ada tahapan dan pencapaian


yang harus dilakukan.Pertama, pembinaan pribadi shaleh.Karena
segalanya berawal dari niat dan tekad yang ada pada masing-masing
individu. Kedua, pembinaan keluarga sakinah.Keluarga adalah mahkota
masyarakat.Karena masyarakat itu merupakan kumpulan dari unit-unit
keluarga.Maka pembinaan keluarga yang harmonis dan sejahtera lahir
dan batin adalah keniscayaan dalam pewujudan masyarakat agamis.
Bagaimana nilai dan moral agama dapat diterapkan dan dilaksanakan
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _315

dalam keluarga yang pada gilirannya akan berimbas pada kesolehan


masyarakat. Dalam al-Quran ditegaskan, Hai orang-orang yang beriman,
peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu (QS. at-Tahriim/66:6). 14

Ketiga, pembinaan masyarakat marhamah.Yakni masyarakat yang


dapat hidup rukun sauyunan saling menghormati, menghargai dan
menyayangi di antara sesama.Beragamnya agama, budaya dan bahasa
dijadikan potensi untuk membangun kekuatan demi mewujudkan
keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Mereka saling
membantu untuk meringankan beban orang lain apakah itu beban
kemiskinan, kepapaan dan penderitaan. Allah SWT berfirman, Dan dia
termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan
saling berpesan untuk saling berkasih sayang (QS. al-Balad/90:17).15

Keempat, pembinaan lingkungan mamdudah.Dalam hidupnya


manusia sangat tergantung pada lingkungan dan alam sekitar.Maka
memelihara lingkungan yang bersih, sehat, indah, tertib dan aman
adalah suatu kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.Karena
semua ini berhubungan dengan kelangsungan dan kemaslahatan hidup
manusia di dunia.Maka manusia dalam hidupnya harus bersahabat
dengan lingkungan dan alam sekitar demi menjamin ketentraman dan
kemakmuran bersama.

Kelima, pembinaan Negara thayyibah.Sebagai bangsa yang besar dan


Negara yang berdaulat, bangsa Indonesia harus mampu membangun
pemerintahan yang kuat, subur, makmur dan kerta raharja.Untuk
mewujudkannya tentu harus didukung dan adanya partisipasi aktif
dari semua elemen masyarakat.Semuanya harus sadar terhadap
kewajibannya baik terhadap agama maupun Negara. Sehingga Negara
yang baldatunthayyibatun wa rabbun ghafur akan betul-betul terwujud
dalam kenyataan. Allah SWT berfirman, Sesungguhnya bagi kaum Saba
ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun
di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): Makanlah
316_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu


kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan
Yang Maha Pengampun. (QS. Saba/34:15).16

C. Definisi Tentang Majlis Taklim


Majlis taklim terdiri atas dua suku kata, majlis yang berasal dari kata
jalasa yajlisu julusan wa majlisan, artinya tempat duduk; sedangkan
taklim berasal dari kata allama yuallimu taliiman, yang berarti belajar;
jadi majlis taklim secara bahasa artinya tempat belajar.17 Suatu istilah yang
diadaptasi dari Bahasa Arab yang di kalangan masyarakat Arab sendiri
tidak populer.Seperti halnya istilah halal bi halal, hajatan dan tasyakuran
yang di Negeri Arab sendiri tidak dikenal.majlis taklim merupakan
model pengajian agama Islam khas umat Islam Indonesia terutama yang
dilaksanakan di kota-kota besar di Pulau Jawa.

Dalam perkembangannya, majlis taklim ini telah menjadi lembaga


atau institusi yang menyelenggarakan pengajaran atau pengajian agama
Islam. Oleh karena itu, sekarang ini pengertian majlis taklim ialah
suatu lembaga pendidikan nonformal Islam yang memiliki kurikulum
tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti
oleh jamaah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan
membangun hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan
Allah SWT, manusia dengan sesamanya, manusia dengan lingkungannya,
dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
Praktek ini mengadopsi dari kebiasaan Nabi SAW pada saat berdakwah
di Mekkah dan Madinah yang menyampaikan pengajaran Islam kepada
para sahabat-sahabat dengan berhadapan langsung. Kemudian kebiasaan
ini berlanjut pada masa Khulafaurrasyidin, Khalifah Bani Umayah dan
Bani Abbasiyah hingga pengajian-pengajian yang dilaksanakan para
Wali ketika menyebarkan ajaran Islam di daratan Nusantara.18

Sebagai lembaga pendidikan nonformal Islam yang tumbuh, hidup


dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, maka keberadaan majlis
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _317

taklim ini sangat potensial dan strategis untuk terus dikembangkan.


Kedudukan majlis taklim di dalam masyarakat Indonesia sekurangnya
memiliki empat macam peranan:/1] sebagai wadah untuk membina
dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk
masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT;/2] taman rekreasi
rohaniah;/3] wadah silaturrahmi yang menghidupsuburkan syiar
Islam;/4] media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat
bagi pembangunan umat dan bangsa19. Hal yang sama dikemukakan
oleh Tutty Alawiyah, 1997:76), bahwa fungsi majlis taklim di tengah-
tengah masyarakat sekurangnya ada 3 macam:/1] tempat memberi dan
memperoleh tambahan ilmu dan kemampuan, tujuannya menambah
ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengamalan ajaran
agama;/2] tempat mengadakan kontak dan pegaulan sosial, yang
tujuannya silaturrahmi/3] tempat bersama-sama mewujudkan minat
sosial yang tujuannya meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah
tangga dan lingkungan jamaahnya.

Dilihat dari beragamnya jamaah, maka majlis taklim ini dapat


dikelompokkan pada beberapa jenis:/1] menurut lingkungan jamaah, ada
majlis taklim daerah pinggiran, daerah gedongan, kompleks perumahan
dan perkantoran;/2] menurut tempat penyelenggaraan, ada majlis taklim
masjid atau mushalah, madrasah, di rumah secara tetap atau berpindah-
pindah dan di aula kantor;/3] menurut organisasi jamaah, ada yang
dikelola oleh seorang pengurus atau guru, dikelola secara bersama dalam
kepengurusan yang berlaku secara periodik, dikelola menurut organisasi
induk seperti Muslimat, Aisyiah, Persistri dan Alhidayah (Ibid, hal. 79).

Sedangkan materi yang dipelajari di majlis taklim mencakup ilmu-


ilmu keislaman seperti pembacaan al-Quran berikut tajwidnya, tafsir
berikut ulumulQuran, hadits berikut musthalah-nya, fiqh berikut ushul
fiqh, tauhid, akhlak serta ditambah lagi dengan materi-materi yang
dibutuhkan para jamaah.Misalnya masalah penanggulagan kenakalan
anak, masalah Undang-Undang Perkawinan, UU Kekeradan Dalam
Rumah Tangga dan yang lainnya. Materi-materi tersebut disampaikan
318_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

lewat metode ceramah, diskusi, tanya jawab, halaqah (pengajar


membacakan kitab tertentu jamaah mendengarkan) dan metode
campuran sesuai dengan kebutuhan.

Di Kota Bekasi, berdasarkan data statistik Kementerian Agama Kantor


Kota Bekasi tahun 2013 selain masjid dan mushalah yang berjumlah 1200
buah bangunan juga ditambah majlis taklim yang berjumlah 1500 buah.
Ini yang tercatat, yang belum tercatatnya mungkin jauh lebih banyak
mengingat girah dan gairah keagamaan dalam bentuk majlis taklim
sudah menyebar hingga ke pelosok-pelosok pinggiran daerah.Terutama
majlis taklim-majlis taklim yang dikelola oleh ibu-ibu. Karena memang
istilah majlis taklim ini dalam perkembangannya lebih identik dengan
pengajian ibu-ibu.

Misalnya majlis taklim yang ada di Kec.Mustikajaya Kota Bekasi


menyebar hingga ke setiap RT dan gang. Diperkirakan jumlahnya 55
majlis taklim yang memiliki ijin Operasional baik yang dikelola secara
modern maupun tradisional, yang tidak memiliki ijin operasional dari
kementrian agama jumlahnya lebih dari 100 majlis taklim, bahkan di
Kec. Mustikajayasudah sejak lama berdiri yang namanya Badan Kontak
Majlis Taklim (BKMT) yang mengkoordinir majlis-majlis taklim yang
ada di Kec.Mustikajaya. Ini merupakan potensi yang sangat strategis
untuk dikembangkan dalam rangka pencapaian program Bekasi
Kota IHSAN. Sebab yang dilaksanakan di majlis taklim-majlis taklim
bukan hanya pengajian, namun juga banyak kegiatan sosial-ekonomi
seperti menyantuni anak yatim dan fakir miskin, pengurusan anak
asuh, membantu anggota yang dalam kesulitan, koperasi bagi jamaah,
pengobatan dan khitanan masal, rekreasi rohani ke tempat-tempat
bersejarah dan beberapa kegiatan sosial keagamaan lainnya. Jelas semua
ini menunjang dan mendukung terhadap pencapaian program Bekasi
Maju sejahtera dan Ihsan yang bericirikan masyarakat yang taat dan
patuh dalam melaksanakan agamanya, juga dapat menjaga kerukunan
dan keutuhan hidup bermasyarakat sebagai bagian dari perwujudan
ajaran Islam yang rahmatan lil-alamin, menjadi rahmat bagi semesta alam.
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _319

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Pendekatan Penelitian


Penelitian ini dipusatkan di Majlis Taklim se-Kec.Mustikajaya Kota
Bekasi.Alasannya karena sesuai dengan fokus dan lokus penelitian,
yakni untuk mengetahui upaya majlis taklim dalam pembinaan
masyarakat agamis.Sedangkan untuk menjaring informasi, selain dengan
menggunakan pendekatan kepustakaan, juga dengan wawancara kepada
Pembina, Pengurus dan Jamaah Majlis Taklim se-Kec.Mustikajaya, serta
dengan pengamatan dan terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan
di majlis taklim tersebut.

B. Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan melalui komunikasi langsung, dengan
melihat studi kepustakaan dan dekomentasi hasil kegiatan, serta dengan
pengamatan langsung.Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif.Sebagaimana dikemukakan Husaini Usman (2008:129),
deskriptif artinya menggambarkan atau melukiskan baik dengan angka-
angka maupun kata-kata.Karena yang digambarkan itu mengenai konsep
dan kegiatan, maka yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu
karakteristik pelaku, kegiatan atau kejadian-kejadian yang terjadi selama
penelitian, dan keadaan lingkungan atau karakteristik tempat penelitian
berlangsung (Husaini Usman, 2008:130).Mengacu pada penjelasan ini,
maka yang diteliti dalam kajian ini adalah konsep dan kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan konsep yang sudah dirumuskan, yaitu
upaya pembinaan masyarakat agamis berbasis majlis taklim.

C. Jenis Data Yang Dihimpun


Data yang dihimpun dalam penelitian ini meliputi data primer dan
skunder.Data primer berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan
substansi penelitian ini dan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
320_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

pelaksanaan kegiatan serta hasil wawancara dan pengamatan.Sedangkan


data skunder berupa informasi dan data tambahan yang berkenaan
dengan isi dan materi penelitian.

D. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara dan
pengkajian dokumen, kemudian diolah dan dianalisis dimulai dengan
mengorganisasikan data yang dilakukan sejak peneliti di lapangan.Dari
temuan di lapangan tersebut maupun melalui kajian pustaka dapat
diperoleh berbagai jenis data yang secara fisik merupakan rekaman
hasil wawancara maupun temuan lainnya.Dengan data tersebut
kemudian dilakukan klasifikasi dan kategorisasi serta analisis dengan
membandingkan antara satu data dengan data yang lainnya.

ANALISIS TERHADAP PEMBINAAN MAJLIS TAKLIM KEC.


MUSTIKAJAYA KOTA BEKASI MELALUI JAMBORE MAJLIS
TAKLIM

A. Kondisi Obyektif Majlis Taklim Kecamatan Mustikajaya


1. Data Monografi Kecamatan Mustikajaya

Kecamatan Mustikajaya adalah salah satu kecamatan dalam


wilayah pemerintaan Kota Bekasi Propinsi Jawa barat dengan luas
wilayah 2.599,6 hektar, terdiri dari 4 kelurahan yaitu Mustikajaya,
Mustikasari, Padurenan dan Cimuning yang terbagi ke dalam 84
RW dan 559 RT. memiliki batas wilayah sebelah timur dengan
Kec. Setu Kab. Bekasi, sebelah barat dengan Kec. Bantar gebang
dan Rawalumbu kota bekasi, sebelah utara dengan Kec. Tambun
selatan kab.Bekasi dan sebelah selatan dengan Kec. Bantar
gebang kota bekasi.berjarak sekitar 120 Km dari ibukota propinsi,
Bandung dan 30 Km dari ibukota Negara, Jakarta.

Posisi yang strategis ini memiliki tantangan tersendiri dalam


berbagai hal, karena menjadi perlintasan menuju ibukota dan sering
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _321

juga di sebut sebagai kota penyangga ibu kota Negara. dengan


jumlah penduduk 118.509 (Des 2013) yang terdiri dari umat Islam
sebanyak 108.917 jiwa, Kristen 2.321jiwa, Budha 451 jiwa, Hindu
361 jiwa dan katolik 4.273 jiwa, Kecamatan Mustikajaya merupakan
kecamatan yang sedang tumbuh pesat dalam berbagai bidang,
sejak terpisah dari kecamatan Bantar gebang dan definitif sebagai
kecamatan pada tahun 2005. Mustikajaya langsung membangun
daerah, bahkan sekarang mengalahkan induknya bantar gebang
dalam berbagai bidang pembangunan dan keagaamaan.

Kecamatan Mustikajaya Memiliki visi: menuju Masyarakat Maju,


Sejahtera bernuansa ihsan. Visi inilah yang coba diwujudkan
oleh seluruh aparatur dan masyarakat Mustikajaya dengan
seluruh kekuatan dan potensi yang dimiliki.Potensi mewujudkan
masyarakatMustikajaya yang Ihsan ditunjukakn dengan
kepedulian pejabat di Kecamatan Mustikajaya terhadap kegiatan-
kegiatan keagamaan.

Dengan jumlah penduduk mayoritas muslim, ini merupakan


satu potensi keagamaan yang tinggi. Hampir setiap RT dan
RW memiliki Masjid/Musholah. Tercatat tidak kurang dari 97
Masjid dan 146 Musholah, 4 Pondok pesantren dan 154 Majlis
Taklim.TKQ/TPQ sebanyak 38 yang sudah terdaftar resmi di
Kemenag dan 50 TPQ yang belum terdaftar.Madrasah Diniyah
juga melengkapi kegiatan keagamaan di Mustikjaya, dimana
menunjukan banyaknya jumlah tokoh agama, kiyai, ustadz,
ustadzah, mubaligh dan lainnya.

2. Masalah Pengelolaan Majlis Taklim

Kegiatan keagamaan yang paling dominan dilakukan di kecamatan


Mustikajaya melalui Majlis Taklim (MT) baik itu MT ibu- ibu
maupun kelompok bapak, penelitian yang penulis lakukan lebih
difokuskan pada MT kaum ibu.Dari segi jumlah dan kuantitas
pelaksanaan kegiatan MT sudah tidak diragukan lagi, setiap hari
322_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

selalu ada kegiatan MT di berbagai tempat. Penulis melakukan


penelitian untuk mengetahui bagaimana pengelolaan MT selama
ini, melalui Ketua-ketua MT, Ketua MT Alhidayah kecamatan,
kelurahan pengurus BKMT, MUI dan pemerintah setempat dalam
hal ini Kasi Kesos kelurahan dan kecamatan serta Pak lurah dan
Pak camat. Penelitian dilakukan melalui metode wawancara dan
observasi.

Hasil penelitian menunjukan dari 154 jumlah MT kaum ibu


di mustikajaya memiliki karakteristik yang hampir sama
dalam pengelolaan MT. mayoritas pengajian berlangsung
tanpa perencanaan yang matang. MT berjalan seperti hanya
menggugurkan kewajiban saja, tanpa ada target yang jelas yang
harus dicapai dari kegiatan MT. hampir semua MT mengawali
pengajian dengan membaca doa pagi, Ratib, maulid, tahlil dan
dilanjutkan dengan ceramah serta doa (penutup).

Materi dakwah yang disampaikanpun kurang relevan dengan


masalah yang sedang terjadi dan kurang memperhatikan
kebutuhan jamaah. Para ustadzah hanya menyampaikan materi
tanpa memperhatikan apakah jamaah membutuhkan atau tidak,
selama bertahun-tahun terjadi seperti itu, sehingga wajar saja jika
majlis taklim tersebut sudah ada sejak 10 tahun yang lalu tapi
tidak ada perubahan secara signifikan baik dari jumlah jamaah
atau dari kwalitas jamaahnya, karena tidak memiliki data yang
jelas tentang jumlah jamaah dan kebutuhan Materi dakwah buat
jamaahnya.

Metode penyampaian yang digunakan masih bersifat monoton ,


hanya ceramah satu arah tidak ada dialog atau forum tanya jawab.
Sehingga permasalahan yang jamaah bawa dari rumah ataupun
yang timbul pada saat berlangsungnya kegiatan majlis taklim
tidak pernah menemukan solusinya.

Majlis taklim kebanyakan belum memiliki kepengurusan yang


jelas, tidak ada struktur yang jelas seperti sekretaris, bendahara
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _323

apalagi untuk bidang bidang lainnya. Ketua biasanya adalah


pemilik majlis taklim, atau ustadzah yang biasa memberikan
materi pengajian.Kalaupun ada yang memiliki struktur itu di
komplek-komplek perumahan karena secara tingkat pendidikan
mereka lebih tinggi. Sehingga sudah sedikit mengerti tentang
pengelolaan

Pengelolaan administrasi yang masih tradisional dimana ketua


memiliki hak penuh terhadap keberlangsungan majlis taklim
tersebut, sehingga ada ketergantungan yang berlebihan, hal
ini menjadikan administrasi tidak secara baik mereka kelola.
Mayoritas dari majlis taklim ini tidak memiliki data jumlah anggota
(jamaahnya), absensi tidak ada, kurikulum atau silabus apalagi
semuanya tidak memiliki.Hanya agenda kegiatan yang mereka
miliki misalnya PHBI yang pasti mereka sudah menyiapkan jauh-
jauh hari.

Karena pengelolaan yang masih tradisional sehingga tidak ada


satupun majlis taklim yang memiliki wacana pemberdayaan
ekonomi umat, padahal mereka memiliki kesempatan itu.
Pengelolaan keuangan masih menggunakan sisntem iuran antar
anggota setiap ada kegiatan.

3. Organisasi tanpa Perencanaan dan Target

Sebuah organisasi jika ingin berhasil dalam perjalanannya maka


harus memiliki perencanaan yang baik, tujuan serta target yang
jelas sehingga dalam menjalankannya kita bias fokus pada tujuan
dan target yang akan dicapai. Fenomena yang terjadi di kota bekasi
khususnya di mustikajaya organisasi, dalam hal ini majlis taklim
yang sudah berjalan bertahun-tahun ternyata tanpa perencanaan
dan tujuan serta target yang jelas.

Kita mengetahui bahwa majlis taklim merupakan lembaga


pendidikan islam non formal yang sangat potensial dan strategis
sebagai sarana penyampaian dakwah Islam dan membina
324_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

masyarakat jika dikelola secara professional. Dari sinibisa terjadi


transformasi nilai-nilai islam dan khazanah keilmuan.

Majlis taklim sebagai satu lembaga pendidikan mempunyai peran


yang sangat penting dalam membina umat, dari generasi muda
sampai yang tua.Majlis taklim juga berhasil mencetak kader-kader
dai dan daiah yang bisa menjadi penerus perjuangan dakwah
Islam. Dimana dalam pelaksanaannya memiliki kurikulum
tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur dan diikuti
oleh jamaah yang relative banyak dan bertujuan untuk membina
dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara
manusia dengan Allah SWT, antara sesama manusia dan manusia
dengan lingkungannya (Depag RI, 2007:1)

Namun pada kenyataan dilapangan mayoritas majlis taklim tidak


memiliki kurikulum pembelajaran, pembinaan umat dilakukan
secara sederhana tanpa ada target yang jelas yang harus dicapai
untuk satu tahun kedepan.

B. Jambore Majlis Taklim sebuah Upaya Pembinaan


Kata Jambore lebih dikenal dalam kegiatan Pramuka yang merupakan
ajang bertemunya anggota pramuka dari mulai tingkat kecamatan sampai
nasional bahkan ditingkat dunia, ini dijadikan sarana silaturrahim
sekaligus bertukar informasi kegiatan, melakukan kegiatan social secara
bersama-sama juga menjadi ajang kompetisi bagi seluruh anggotanya
yang membawa nama baik daerah asalnya.

Selama ini mereka menyerahkan sepenuhnya untuk kegiatan kepada


ustadzah atau pengurus saja tanpa mengetahui tujuan MT selama 1 tahun
ini apa saja yang harus dicapai. Kurikulum bisa membantu meningkatkan
kualitas majlis taklim karena selama 1 tahun pencapaiannya bisa diukur
sehingga perbaikan-perbaikan bisa terus dilakukan. Jamaahpun menjadi
punya target selama 1 tahun kedepan apa yang harus mereka capai
selama mereka mengikuti Majlis taklim.
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _325

Melalui taklim,kegiatan itu merupakan media silaturrahmi, silatulilmi,


silatulqalbi dan silatulfikri. Silaturrahmi dimaksudkan untuk membina
hubungan persaudaraan dan kekeluargaan.Silatulilmi diarahkan untuk
menambah keilmuan dan pemahaman keislaman.Silatulqalbi untuk
mengasah kepedulian sosial antar sesama terutama yang mebutuhkan
uluran tangan. Sedangkan silatulfikri untuk mempertajam pemikiran
dan memperluas cakrawala wawasan dengan cara dialog dan diskusi.
Inilah kekuatan luar biasa yang ada pada pengajian-pengajian yang
dilaksanakan oleh majlis taklim-majlis taklim sehingga menjadi daya
perekat dan pengikat untuk terus tumbuh dan berkembang.

Pegangan yang harus diperhatikan berkenaan dengan pengelolaan,


pembinaan dan pengembangan organisasi majlis taklim, yaitu:

1. Hendaknya disadari sedalam-dalamnya bahwa majlis taklim ini


adalah milik kita bersama sebagai wadah meningkatkan kualitas
diri dalam segi: meningkatkan kemampuan, ilmu pengetahuan,
rasa percaya diri, keterampilan membagi waktu, pengabdian
kepada keluarga dan meningkatkan silaturrahmi.

2. Dapat menghimpun dana dan daya untuk memperbanyak amal


shaleh.

3. Menyadarkan diri kita bahwa banyak hal yang harus direnungkan


dan disyukuri.

4. Belajar menghargai pendapat orang lain, belajar bertenggang rasa,


belajar memikirkan nasib orang lain.

5. Memiliki keyakinan dan optimisme yang kuat yang dilandasi


dengan keimanan, tekad dan keikhlasan.

6. Apabila suatu saat mengalami kekeliruan atau kegagalan


anggaplah itu sebagai pelengkap kenyataan, bahwa kita hanya
manusia biasa, yang penting usahakan jangan sampai membuat
kesalahan yang sama.
326_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

C. Jambore Majlis Taklim Kec. Mustikajaya


Kata Jambore lebih dikenal dalam kegiatan pramuka yang
merupakan ajang bertemunya anggota pramuka dari mulai tingkat
kecamatan sampai nasional bahkan di tingkat dunia, jambore
dijadikan sarana silaturrahim sekaligus bertukar informasi kegiatan,
melakukan kegiatan sosial secara bersama-sama juga menjadi ajang
kompetisi bagi seluruh anggotanya yang membawa nama baik
daerah asalnya.

Sedangkan Jambore Majlis taklim se-Kecamatan Mustikajaya


selain sebagai ajang silaturrahim juga merupakan sarana pembinaan
Majlis taklim, dimana setiap jamaah MT bisa mengaktualisasikan
diri, seluruh jamaah dilibatkan baik atas nama pribadi atau kelompok
yang menjadikan mereka termotivasi untuk melakukan yang terbaik,
melalui lomba-lomba yang dilaksanakan.

1. Pembinaan Ketua Majlis Taklim

Dalam melakukan perubahan dimasyarakat, kita tidak bisa serta


merta langsung melakukannya secara radikal, tetapi ada tahapan-
tahapan yang harus kita lewati ketika perubahan itu ingin berhasil sesuai
yang kita cita-citakan, salah satunya yaitu ide atau gagasan. Max Webber
mengatakan ide sangat berpengaruh terhadap suatu masyarakat.

Dari permasalahan yang ada diatas, penulis merasa perlu untuk


melakukan langkah kreatif dalam melakukan bimbingan dan penyuluhan
di wilayah kerja penulis, karena kurang efektifnya kegiatan majlis
taklim selama ini yang tidak berbanding lurus dengan peningkatan
pengetahuan dan kemampuan jamaah, maka perlu ada satu langkah
yang bisa merubah tanpa merusak tatanan yang sudah ada secara radikal.

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas majlis taklim di


kecamatan Mustikajaya adalah dengan memakai kurikulum majlis
taklim sehingga Ustadz dan jamaah tahu apa yang akan mereka pelajari
bahkan mereka akan mengetahui target pembelajar dalam 6 bulan atau
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _327

1 tahun kedepan, sehingga ada semangat yang lebih besar dari jamaah
untuk tetap datang ke majlis taklim.

Tetapi tidaklah mudah, karena tidak sedikit ketua-ketua majlis taklim


yang menolak adanya kurikulum majlis taklim, terutama dari Ustadzah-
ustadzah yang sudah sepuh, mereka merasa terancam takut tidak
diperkenankan kembali mengajar di majlis taklim yang sudah mereka
rintis selama ini, karena tidak bisa memenuhi kurikulum yang ada.

Untuk menghindari hal tersebut, kegiatan jamboree majlis taklim ini


diawali dengan kegiatan seminar Peran dan Fungsi Majlis Taklim dalam
Pembinaan Umat, dengan peserta adalah Ketua-ketua majlis Taklim di
mustika jaya sejumlah 60 orang, terdiri dari 15 orang per kelurahan,
dalam pembinaan ini di jelaskan juga mengenai Kurikulum Majlis
Taklim, karena goal dari kegiatan Jambore Majlis Taklim ini untuk jangka
panjang adalah penggunaan kurikulum MT di setiap majlis Taklim di
kecamatan mustikajaya khususnya dan di kota bekasi pada umumnya.

Mengapa seminar tentang peran dan Fungsi Majlis taklim menjadi


kegiatan awal dari jambore Majlis taklim, hal ini untuk memberikan
pemahaman yang mendalam terhadap ketua-ketua majlis taklim yang
selama ini mengelola MT secara tradisional, dengan memberikan
pemahaman yang baik, maka di harapkan akan ada perubahan pada cara
pengelolaan MT, sehingga hasil dari kegiatan MT itu akan betul-betul
terasa bukan saja oleh Jamaah MT tetapi oleh masyarakat di sekitarnya.

Kurikulum menjadi penting karena MT sebagai lembaga pendidikan


non formal dimasyarakat mempunyai tujuan kelembagaan yaitu
menjadikan majlis taklim sebagai :

a. Pusat pembelajaran Islam.

b. Pusat Konseling Islam (agama dan keluarga).

c. Pusat pengembangan Budaya dan kultur Islam.

d. Pusat Fabrikasi (pengkaderan) ulama/cendikiawan.


328_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

e. Pusat pemberdayaan ekonomi Jamaah

f. Lembaga kontrol dan Motivator di tengah-tengah masyarakat.

Dari tujuan diatas mayoritas MT baru bisa mewujudkan yang pertama


yaitu sebagai pusat pembelajaran islam itupun belum menyeluruh dan
memiliki kelemahan karena rata-rata tidak ada evaluasi secara langsung.
Selain sebagai sarana pembinaan Jambore MT juga merupakan ajang
silaturrahim dan berkumpul bersama semua anggota Majlis taklim
se-Kecamatan Mustikajaya. Walaupun pada pelaksanaan pertamakali
tidak diikuti oleh seluruh anggota Majlis taklim tetapi mayoritas turut
berpartisipasi dan disambut baik oleh jamaah Majlis taklim.Ketidak
ikutsertaan mereka bukan karena tidak tertarik tetapi karena anggota
merasa tidak siap dalam mengikuti lomba yang di laksanakan dalam
Jambore.

Dari tujuan di atas mayoritas Majlis Taklim baru bias mewujudkan


yang pertama, yaitu sebagai pusat pembelajaran Islam itupu belum
menyeluruh dan memiliki kelemahan karena rata-rata tidak ada evaluasi
secara langsung. Selain sebagai sarana pembinaan, Jambore Majlis
Taklim juga merupakan ajang silaturrahim dan berkumpul bersama
semua anggota majlis taklim se-Kecamatan Mustikajaya. Walaupun pada
pelaksanaan pertama tidak diikuti oleh seluruh anggota majlis taklim
tetapi mayoritas turut berpartisipasi dan disambut baik oleh para jamaah
majlis taklim. Ketidak ikut sertaan mereka bukan karena tidak tertarik,
melainkan karena ketidak siapan anggotanya dalam mengikuti lomba
yang dilaksanakan dalam jambore.

2. Kegiatan Lomba dalam Jambore Majlis Taklim

Setelah pembinaan Ketua majlis Taklim minggu berikutnya dilanjutkan


kegiatan Lomba antar majlis taklim se-kecamatan Mustikajaya yang
terdiri dari 5 lomba yaitu :

1. Lomba cerdas cermat.

Tujuan dari lomba cerdas cermat pengetahuan agama adalah untuk


Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _329

mengetahui sejauh mana penguasaan jamaah terhadap pengetahuan-


pengetahuan agama yang selama ini mereka dapatkan di majlis taklim
dan sebagai sarana evaluasi untuk materi ajar berikutnya, karena ini baru
pertama kali diadakan soal-soal yang di berikan masih bersifat umum
dan secara garis besar, di samping sebagai media pembelajaran untuk
menguji mental jamaah dalam menyampaikan pengetahuan di depan
umum.

2. Lomba Tahfidzul Quran,


Kegiatan ini bertujuan untuk memotivasi jamaah untuk semangat

meningkatkan hafalan al-Quran dan bias juga dijadikan sebagai
tolak ukur sejauh mana perkembangan hafalan dan daya ingat
jamaah.

3. Lomba Pidato Bahasa Indonesia,

Adapun untuk kegiattan ini, diadakan untuk mencari kader


kader penerus daiyah yang mulai jarang di masyarakat dengan
cara mengasah bahasa dan kalimat yang mudah dan gampang
dipahami sesuai dengan usia, kondisi dan geografis jamaah.

4. Lomba Marawis

Dikarenakan mudahnya seni sebagai media yang gampang


dicerna ileh masyarakat, terutama dikalangan Majlis taklim
yang identik dengan seni, boleh dibilang MT tanpa qosidah
atau marawis itu tidak lengkap dan ini menjadi daya tarik juga
buat sebagian jamaah untuk ikut di MT, sebagai apresiasi dan
melestarikan budaya kesenian Islam maka kita melombakannya
diacara jambore dan pesertanya luar biasa semangat. Karena
bagaimanapun seni, terutama yang berbau religious adalah
sebuah keharusan yang harus dilestarikan dan lewat seni tersebut
pesan dakwah mudah disampaikan.
330_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

5. Lomba Kreatifitas MT

Adapun lomba yang terakhir mungkin ini belum pernah diadakan


kegiatan lomba MT karena boleh dibilang tidak berhubungan
langsung dengan materi di MT.Lomba kreativitas Majlis taklim
menjadi yang paling menarik minat anggota, karena disini
mereka menampilkan kreativitas yang bernilai ekonomis yang
diharapan dengan pembinaan yang terus menerus ini akan
menjadi penghasilan tambahan buat anggota Majlis taklim.

Lomba-lomba diatas sejatinya sebagai alat ukur sejauh mana


penguasaan jamaah Majlis taklim terhadap materi-materi yang telah di
sampaikan di Majlis taklim, juga untuk memotivasi agar mereka semakin
meningkatkan kualitas pelajaran di Majlis taklim.

Selain sebagai alat ukur (evaluasi) juga sebagai daya tarik untuk
jamaah majlis taklim mengikuti pembinaan pengelolaan MT, yang niat
awalnya mereka hanya sekedar ingin mengikuti lomba, diharapkan
setelah mengikuti kegiatan jambore mereka menyadari ternyata banyak
hal yang harus di perbaiki dari kegiatan di MT agarsetiap tahun bisa
menjadi lebih baik.

Setelah kegiatan jambore selesai kami melakukan pembinaan


berkelanjutan dengan memberikan bimbingan secara langsung untuk
pengunaan kurikulum majlis taklim.Dari 60 ketua majlis taklim yang
mengikuti pembinaan sebanyak 15 orang ketua majlis taklim sudah mulai
memakai kurikulum di majlis taklimnya.Yang tersebar di 4 kelurahan,
yang terbanyak di kelurahan Mustikajaya.Dari 15 MT itu mayoritas
adalah MT di komplek perumahan yang sudah menyadari pentingnya
kurikulum, karena secara tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial lebih
baik dari majlis taklim di perkampungan.

4. Target dan Sasaran Pendampingan terhadap Majlis Taklim (Follow


up Jambore Majis Taklim)

Setelah memakai kurikulum mulai terlihat ada perubahan secara


perlahan, pertama secara administrasi: (a) MT mempunyai data
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _331

Jumlah jamaah tetap secara lengkap, Nama, alamat, umur, pendidikan


terakhir, pekerjaan, (b) Memiliki data kondisi kemampuan misalnya
yang mampu membaca al-Quran dengan baik dan tidak, (c) Memiliki
jadwal pengajian yang mana materinya disesuaikan dengan kebutuhan
jamaah, (d) Kegiatan di MT menjadi variatif karena ada dorongan untuk
mengikuti kegiatan jambore tahun berikutnya, dan (e) Sebagai bahan
tolak ukur yang berkelanjutan, bisa untuk memaksimalkan peran majlis
taklim sebagai wadah untuk memper erat silaturrahim antar jamaah
majlis taklim se-kecamatan Mustikajaya, kegiatan ini juga bisa sebagai
wahana evaluasi terutama yang berkaitn dengan administrasi, kuantitas
serta kualitas jamaah.

Dengan demikian, terciptanya masyarakat yang agamis bukanlah


euphoria semata, melainkan tahapannya harus dibangun secara
sistematis, kontinyu totalitas dan menyeluruh mulai dari bawah (akar
rumput masyarakat) sendiri sebagai pondasi terciptanya baldatun
thayyibun wa robbun ghofur sebagai implementasi dari Islam yang rahmatan
lil alamin.

Selanjutnya, setelah mengikuti kegiatan jambore majlis taklim yang


salah satu lomba adalah kreativitas majlis taklim sekarang sudah mulai
dirintis Koperasi Syariah di Majlis Taklim Rahmatul Ummah, walaupun
belum secara resmi berbadan hokum, serta di majlis taklim-majlis
taklim yang lainnya telah menumbuhkan kesadaran untuk menggali
potensi jamaahnya yang memiliki kemampuan entrerpreuneur untuk
mengembangkan di majlis taklim, misalnya pembuatan kerudung lukis
yang pada awalnya di pakai seragam hanya oleh pengurus, karena
menarik akhirnya anggotapun ikut membeli.

Jambore MT yang pertama sabagai Pilot Project pembinaan jamaah


MT mendapat dukungan penuh dari seluruh pejabat di kecamatan mulai
dari Camat, Kepala KUA, Lurah-lurah, Kasi-kasi Kesos dan organisasi
MT seperti BKMT, Alhidayah dll. Karena mereka melihat dampak dari
kegiatan ini insyaallahakan memberikan perubahan yang signifikan bagi
pembinaan umat di kecamatan Mustikajaya.
332_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

D. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan uraian sebagaimana dijelaskan di awal, maka pada
bagian penutup ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
Pembinaan masyarakat agamis adalah upaya-upaya yang
terencana, terpadu dan berkesinambungan agar nilai-nilai agama
dapat ditumbuhkembangkan dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat, sehingga dapat menciptakan
kehidupan yang damai, rukun dan sejahtera. Pembinaan
masyarakat agamis ini bisa dilakukan dengan tiga pola: tilawah,
tazkiyah dan talim. Ketiga pola ini adalah yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW dalam membangun masyarakat Madinah yang
berperadaban dan bermartabat, yang ditandai dengan kehidupan
yang damai, harmonis, dan sejahtera yang dilandasi dengan nilai-
nilai agama yang hidup dan ditumbuhkembangkan di tengah-
tengah masyarakat. Masyarakat agamis merupakan tipologi
masyarakat yang berbasis keimanan dan ketakwaan sehingga
mengundang dikucurkannya rahmatdan barakah dari semua
penjuru yang mengantarkan pada kemakmuran, kesejahteraan
dan keharmonisan kehidupan. Iman dan takwa yang ter-refleksi
dalam kehidupan sehari-hari menjadi karateristik dari masyarakat
agamis yang menjanjikan kebahagiaan dan keselamatan di dunia
maupun di akhirat.

2. Dalam upaya pembinaan masyarakat agamis, dapat menggunakan


media dan wahana simpul-simpul keagamaan yang sudah hidup,
berkembangan, dan mengakar di tengah-tengah masyarakat,
misalnya majlis taklim. Hal yang paling pokok dari pembinaan
Majlis Taklim adalah dengan pemberdayaan jamaahnya secara
simultan. Di antara langkah tersebut adalah dengan mengadakan
Jambore Majlis Taklim. Selain dari bentuk inovasi dalam
Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _333

pembinaan Majlis Taklim, jambore Majlis Taklim juga berfungsi


sebagai media evaluasi pembinaan Majlis Taklim.

B. Saran
1. Kepada pemerintah, dimohon dapat mengeluarkan kebijakan dan
perhatian dalam rangka menghidupkan dan memberdayakan
simpul-simpul keagamaan yang sudah hidup, berkembangan,
dan mengakar di masyarakat, seperti majlis taklim yang sudah
tersebar hampir ke seluruh pelosok daerah.

2. Pembinaan terhadap Majlis Taklim semestinya dilakukan oleh


seluruh stakeholder pembinaan Majlis Taklim dengan beragam
cara dan inovasi. Tujuan utamanya adalah demi mencerahkan
dan mencerdaskan umat supaya tercipta tatanan kehidupan yang
agamis dan harmonis di tengah-tengah masyarakat.
334_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

C. Daftar Pustaka

Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari, Semarang: Usaha Keluarga, tth.

Anshary, Isa, KHM., Mujahid Dakwah, Bandung: CV.Diponegoro, 1984,


cet. III.

Ariffien, Zaenal dan Hendar Riyadi, Masjid Pusat Ibadah, Dakwah dan
Pencerahan Peradaban, Bandung: Kalam Mujahidin, 2007, cet. II,
Agustus.

Bidang Penamas Depag prov. Jawa Barat, Panduan Tugas Penyuluh Agama
Masyarakat, Bandung, 2009

Capra, Frithjof, Titik Balik Peradaban, Yogyakarta: Bentang, 2004.

Depag RI Dirjen Bimas Islam dan urusan Haji, Himpunan Peraturan


Tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya,
Jakarta, 2000

Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Syamil


Cipta Media, 2004.

Ibn Faris, Abi Al-Husain, Mujam Maqayis Al-Lughah, Beirut: Daar Ihya
Al-Turats Al- Arabi, 2008

Kuntowijoyo, Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan,


1997,.

Kusnawan, Aep (penyunting), Ilmu Dakwah (kajian berbagai aspek),


Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004, cet. I, Februari.

Liliweri, Alo, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, Yogyakarta:


LKis, 2009, cet. III.

Madjid, Nurcholish, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Jakarta: Paramadina,


1999, cet. V, Desember.

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia,


Jambore Majlis Taklim sebagai Media Aktualisasi Pemberdayaan Jamaah MT _335

Surabaya: Pustaka Progressif,1997, cet. XIV.

Rahman, Fazlur, Islam, Bandung: Pustaka, 2000, cet. IV.

Rakhmat, Jalaluddin, Rekayasa Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2000, cet. II, Mei.

Seksi Penamas Kab. Bandung, Buku Pedoman Teknis Kepenyuluhan,


Bandung, 2005.

Sentosa, Muhammad Djarot, Komunikasi Quraniyah, Bandung: Pustaka


Islamika, 2005, cet. I, Maret.

Shabuni, Muhammad Ali Al., Shafwat Al-Tafasir, Beirut: Daar Al-Kutub


Al-Ilmiyah, 2000

Shaleh, Ashaf HM,Takwa (Makna dan Hikmahnya dalam Al-Quran), Jakarta:


Erlangga,2006, cet. II.

Shihab, M Quraish, Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhui atas Pelbagai


Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 2000, cet. X, Februari.

--------------------------, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-


Quran, Jakarta: Lentera Hati, 2005, cet. III, Februari.

Internet :

koranindonesia.com

Mahlani, penyuluhjogja.com.

www.kemenag.go.id
336_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Endnotes

1. Istilah lain dari masyarakat agamis adalah masyarakat religius, seperti yang
diungkapkan oleh Nurchalis Madjid dalam bukunya Masyarakat Religius,
diterbitkan oleh Paramadina, Jakarta, 2000.
2. M. Quraish Shihab,Wawasan Al-Quran; Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan
Umat, Bandung: Mizan, 2000, cet. X, Februari.
3. Aep Kusnawan, (penyunting),Ilmu Dakwah (kajian berbagai aspek), Bandung:
Pustaka Bani Quraisy, 2004, cet. I, Februari.
4. Ahmad Warson Al-Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir, Kamus Arab-
Indonesia, Surabaya: Pustaka Progressif,1997,cet. XIV.
5. Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: Refika
Aditama, 2005, h. 39.
6. Jalaluddin Rakhmat, ,Rekayasa Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000,
cet. II, Mei, h. 46-53.
7. Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Syamil Cipta
Media, 2004.
8. Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Beirut: Daar Al-Fikr, 2006.
X:60.
9. Ibid.
10. Ibid.
11. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 2006, h. 325.
12. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Quran, Jakarta: Paramadina, 2006, h. 486.
13. Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: Syamil Cipta
Media, 2004.
14. Ibid.
15. Ibid.
16. Ibid.
17. Al-Munawwir, ibid.
18. Raharjo, Ibid., h. 120.
19. Ibid.
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _337

Islamic Concept About Environemantal


Conservation

Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan


Hidup

Saefudin Djazuli
Indonesia Youth Forum (IYF)
email: djazuli10@gmail.com

Abstract : Conservation in the perspective of Islam became an essential part in the


concept of worship. Nature conservation established on the concept of balance
while human in addition utilizing the environment, expected maintain its
sustainability. Islam even mention that the environmental damage caused
by the hands of the irresponsible people will be punished and tortured in
return. Thus, Islam explicitly ordered mankind to preserve the environment.

Abstraksi : Pelestarian alam dalam pandangan Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari
konsep ibadah. Pelestarian alam dibangun atas konsep keseimbangan, yaitu
manusia selain memanfaatkan lingkungan, juga harus menjaga kelestariannya.
Bahkan Islam menyebut bahwa kerusakan lingkungan yang disebabkan tangan-
tangan jahat akan mendapat siksaan sebagai balasannya. Dengan demikian, Islam
secara tegas memerintahkan agar umat manusia menjaga kelestarian lingkungan.

Keywords: conservation, environment, Islam, role, community


338_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

A. Pendahuluan
Segala sesuatu di dunia ini erat hubungannya satu dengan yang lain.
Antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan hewan, antara
manusia dengan tumbuh-tumbuhan, bahkan antara manusia dengan
benda-benda mati sekalipun. Begitu pula antara hewan dengan hewan,
antara hewan dengan tumbuh-tumbuhan, antara hewan dengan manusia
dan antara hewan dengan benda-benda mati di sekelilingnya. Akhirnya
tidak terlepas pula pengaruh-mempengaruhi antara tumbuh-tumbuhan
yang satu dengan yang lainnya. Pengaruh satu komponen dengan lain
komponen ini bermacam-macam bentuk dan sifatnya. Begitu pula reaksi
sesuatu golongan atas pengaruh dari yang lainnya juga berbeda-beda.1

Sedangkan menurut Emil Salim, masalah lingkungan hidup yang


dihadapi oleh Negara berkembang banyak ditimbulkan oleh kemiskinan
yang memaksa rakyat merusak lingkungan alam. Maka jelaslah bahwa
rendahnya pendapatan penduduk, kurang terbukanya kesempatan kerja
yang lebih baik, tingkat pendidikan yang masih rendah, semua ini telah
turut mendorong penduduk Negara berkembang menguras sumber
daya alam bagi keperluan hidupnya.2

Oleh karena itu, manusia seharusnya berusaha dengan segala daya


dan dana agar lingkungan yang sehat dan serasi tetap terpelihara
bahkan meningkat menjadi lebih baik dan lebih indah. Kerusakan sudah
terjadi, hendaknya segera diperbaiki sebelum keadaan bertambah parah.
Salah satu upayanya adalah pemaksaan dan imbauan kepada anggota
masyarakat agar menjaga dan memelihara lingkungan yang baik, sehat
dan lestari. Untuk pemaksaan imbauan ini diperlukan penciptaan
perangkat peraturan hukum yang baik dan lengkap, disertai penerapan
dan penegakkannya yang baik pula.3

Pengelolaan lingkungan hidup dapat diartikan sebagai upaya


terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang mencakup
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup (Pasal
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _339

1 angka 2 Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup). Amanat pasal tersebut memiliki makna terdapat
korelasi antara Negara (state), wujud perbuatan hukumnya berupa
kebijakan (policy making) serta sistem tata kelola lingkungan yang
bertanggung jawab.

Peranan pemerintah dalam perumusan kebijakan pengelolaan


sumberdaya alam harus dapat dioptimalkan, karena sumberdaya alam
sangat penting peranannya terutama dalam rangka meningkatkan
pendapatan negara melalui mekanisme pajak, retribusi dan bagi hasil yang
jelas dan adil, serta perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan
otonomi daerah, pendelegasian secara bertahap wewenang pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam
dimaksudkan untuk meningkatkan peranan masyarakat lokal dan tetap
terjaganya fungsi lingkungan.

Pembabatan hutan bakau berdampak pada hilangnya kemampuan


pantai menahan abrasi dan menyerap racun dari limbah yang mengalir
ke pantai. Hutan bakau juga mampu meminimalisasi kerusakan akibat
gelombang pasang atau tsunami. Ketebalan hutan bakau dari pantai
idealnya 100-200 meter. Setelah mangrove, baru layak dibangun
permukiman atau tambak. bakau dapat dimanfaatkan untuk budidaya
kepiting, ikan kerapu, dan ikan kakap yang nilai ekonominya tinggi.4

Secara nasional, Departemen/Kementerian Pekerjaan Umum mencatat,


40 persen dari panjang pantai Indonesia yang totalnya 30.000 kilometer
saat ini dalam kondisi rusak. Untuk merehabilitasi seluruh pantai. Dalam
rencana strategis Departemen PU 2004-2009, misalnya, pemerintah hanya
menargetkan untuk penanganan bibir pantai sepanjang 250 kilometer,
sedangkan tahun 2007 anggaran yang tersedia bahkan hanya cukup
untuk merehabilitasi 70 kilometer bibir pantai.5
340_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

B. Peran Masyarakat dalam Pelestarian Alam

1. Pengertian Peran Serta Masyarakat

Pengkajian terhadap hubungan manusia dan alam mengalami evolusi


dari zaman ke zaman. Tahap pertama disebut sebagai eccocentrisme.
Artinya, seluruh komponen lingkungan harus serempak menjadikan
lingkungan sebagai muara aktivitasnya. Semua komponen dalam
lingkungan termasuk manusia mengabdi pada lingkungan. Bahkan ada
kelompok yang menyatakan bahwa lingkungan bukan milik manusia,
melainkan manusia milik lingkungan. Pandangan ini juga disebut
sebagai pancoisme. Maksudnya, manusia merasa bahwa alam yang besar,
indah dan tak terkalahkan oleh manusia.6

Manusia merupakan bagian kecil lingkungan, sebab manusia bagian


lain dari lingkungan. Sebagian pakar menyebut pandangan tahap
pertama ini dengan inclusivisme. Maksudnya, manusia adalah mikrosmos
dan lingkungan adalah makrosmos. Oleh karena itu manusia bagian
integral dari lingkungan.

Tahap kedua disebut sebagai inclusivisme plus atau pancoisme minus.


Artinya, manusia bukan merasa lagi sebagai bagian lain dari lingkungan
secara penuh sebagaimana unsur yang lain. Manusia merasa sebagai
bagian dari lingkungan yang memiliki kelebihan dibanding dengan
unsur lingkungan yang lain. Dalam tahap ini, manusia merasa bahwa
dalam berhubungan dengan lingkungan manusia perlu menggunakan
alat bantu. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pengetahuan manusia
tentang lingkungan selaras dengan laju kebutuhan hidupnya.7

Tahap ketiga disebut exclusivisme. Pada tahap ini manusia merasa


bukan lagi sebagai bagian dari lingkungan melainkan bagian dari luar
lingkungan. Manusia merasa dirinya sebagai makhluk istimewa dan
penguasa absolut terhadap lingkungan. Pandangan ini biasanya disebut
antropocentrisme. Pandangan ini berkembang pesat dan yang melahirkan
masyarakat industri yang menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _341

Puncak dari pandangan ini adalah manusia merasa sebagai pusat


segala-galanya. Segala perbuatan, baik buruknya, diukur seberapa
besar manfaat yang diberikan kepada manusia. Pandangan inilah yang
menyebabkan kerusakan lingkungan yang sangat parah saat ini.8

Tahap keempat, manusia merasa bahwa di satu sisi dirinya memang


merupakan bagian integral dari lingkungan, tetapi di sisi lain manusia
juga menyadari dirinya memiliki kelebihan akal dan kebebasan
dibandingkan dengan komponen lain dalam lingkungan. Oleh karena
itu, manusia dalam mengelola lingkungan harus memperhatikan
kepentingan lingkungan secara simultan. Pandangan ini diidentifikasikan
sebagai ideologi holistik atau pandangan antropocosmic (manusia sebagai
bagian dari alam).9

Masyarakat yang berpandangan seperti ini menyadari bahwa


pencemaran dan kerusakan lingkungan selalu terkait dengan pengelolaan
lingkungan yang dilakukan manusia. Dengan demikian, ideologi holistik
integralistik menawarkan sistem kehidupan berkeseimbangan menjadi
prasyarat bagi terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera dan
aman.10

Dari tahap-tahap pemikiran di atas terbentuklah konsep kerjasama


atau peran serta manusia dalam mengelola, melestarikan, mejaga alam
supaya dapat hidup berdampingan dengan lingkungan atau alam
sekitarnya dengan baik tanpa ada pihak yang dirugikan. Oleh karena
itu, perlu ada penjelasan mengenai pengertian peran serta secara
komprehensif.

Peran serta juga dapat dikatakan sebagai partisipasi. Istilah partisipasi


(participation) atau partisipasi atau juga mempunyai arti yang luas. Sering
istilah tersebut diasumsikan hanya sebagai kontribusi finansial, material,
dan tenaga dalam suatu program. Kadang juga diberi pengertian sebagai
self-help, self reliance, cooperation dan local autonomy dimana istilah-istilah
tersebut kurang menggambarkan apa yang dimaksud dengan partisipasi
itu sendiri. Self-help, self reliance dan local autonomy menggambarkan
342_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

kondisi akhir yang diharapkan dari suatu program yang memakai


pendekatan partisipatif. Cooperation menunjukkan cara bagaimana
partisipasi masyarakat diimplementasikan pada suatu kegiatan atau
program.

Bank dunia (1978) memberi batasan partisipasi masyarakat sebagai:


the involvement of all those affected in decision making about what should
be done and how, mass contribution to the development effort i.e. to the
implementation of the decision, and sharing in the benefits of the programme.

Batasan itu mengandung tiga pengertian : (1) keterlibatan masyarakat


yang terkena dampak pengambilan keputusan tentang hal-hal yang
harus dikerjakan dan cara mengerjakannya, (2) keterlibatan tersebut
berupa kontribusi dari masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan yang
telah diputuskan, dan (3) bersama-sama memanfaatkan hasil program
sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan dari program tersebut.11

Sedangkan terminologi masyarakat yang sering dipergunakan umum


mencakup tiga komponen, yaitu : (1) kelompok individu yang hidup
dalam satu wilayah tertentu, (2) adanya hubungan antar individu di
luar rumah tangga yang bersifat hubungan sosial dan saling membantu,
serta (3) adanya kesamaan norma dan nilai sehingga menimbulkan rasa
solidaritas dan kegiatan bersama12. Batasan itu menonjolkan lokalitas
bersama, dan jaringan hubungan antara anggota masyarakat, tetapi
tidak menunjukkan adanya dinamika dari suatu masyarakat, padahal
masyarakat itu selalu berkembang walaupun kecepatan perkembangan
tersebut berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

R. Linton, seorang ahli antropologi mengatakan bahwa masyarakat


adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup dan berkerjasama
sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya atau berfikir
tentang dirinya sebagai kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.13

Lothar Gunling mengemukakan dasar bagi peran serta masyarakat


sebagai berikut14 :
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _343

a. Memberi informasi kepada pemerintah


Peran serta masyarakat terutama akan menambah pengetahuan
khusus mengenai suatu masalah, baik yang diperoleh dari
pengetahuan khusus masyarakat

b. Meningkatkan kesediaan masyarakat untuk menerima keputusan

c. Membantu perlindungan hukum

d. Mendemokratiskan pengambilan keputusan

e. Wewenang pengelolaan lingkungan hidup

f. Wewenang Pengelolaan Lingkungan Hidup

g. Pelestarian fungsi lingkungan hidup

h. Persyaratan penataan lingkungan hidup

i. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup

2. Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat

Dalam UUPLH, partisipasi masyarakat mendapat pengaturan yang


cukup layak dalam proposi pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini
diatur dalam Bab III tentang Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat
atas lingkungan hidup.Sedangkan dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup diatur dalam Bab III tentang Hak,
Kewajiban dan Larangan. Secara garis besar dapat dikemukakan sebagai
berikut :

a) Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat

Pasal 5 ayat 1 UUPLH berbunyi : Setiap orang mempunyai hak yang


sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Heinhard Steiger
c.s. menyatakan, bahwa apa yang dinamakan hak-hak subyektif
(subjective rights) adalah bentuk yang paling luas dari perlindungan
344_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

seseorang. Hak tersebut memberikan kepada yang mempunyainya


suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu
lingkungan hidup yang baik dan sehat itu dihormati, suatu tuntutan
yang dapat didukung oleh prosedur hukum, dengan perlindungan
hukum oleh pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya.15

Tuntutan tersebut mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi yang


berkaitan dengan hak membela diri terhadap gangguan dari luar
yang dapat menimbulkan kerugian pada lingkungannya dan fungsi
yang berkaitan dengan hak menuntut dilakukannya suatu tindakan
agar lingkungannya dapat dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki.
Hal ini dapat dilihat dalam pasal 34 UUPLH yang mengatur tentang
ganti kerugian kepada orang atau badan yang melakukan tindakan
tertentu.

b) Hak atas pendidikan dan informasi lingkungan hidup

Hak atas informasi mengenai lingkungan hidup ini diatur dalam pasal
5 ayat 2 yang berbunyi setiap orang mempunyai hak atas informasi
lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Dalam penjelasan ayat ini dijelaskan bahwa :

Hak atas lingkungan hidup merupakan suatu konsekuensi logis dari hak
berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berlandaskan pada asas
keterbukaan. Hak atas informasi lingkungan hidup akan meningkatkan nilai
dan efektivitas peran serta dalam pengelolaan lingkungan hidup, di samping
akan membuka peluang bagi masyarakat untuk mengaktualisasikan haknya
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Informasi lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat ini dapat berupa data, keterangan atau
informasi lain yang berkenaan dengan pengelolaan lingkungan hidup yang
menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui masyarakat,
seperti dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup, baik
pemantauan penataan maupun pemantauan perubahan kualitas lingkungan
hidup dan rencana tata ruang.

Ketentuan dalam pasal 5 ayat 2 UUPLH ini berkaitan dengan pasal 6


Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _345

ayat 2 UUPLH yang berbunyi :

Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban


memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan
lingkungan hidup.

c) Hak berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Pasal 5 ayat (3) UUPLH menyatakan : Setiap orang mempunyai


hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang
dimaksud peran disini meliputi peran dalam proses pengambilan
keputusan, baik dengan cara mengajukan keberatan, maupun dengar
pendapat atau dengan cara lain yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan. Peran tersebut dilakukan antara lain dalam
proses penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau
perumusan kebijakan lingkungan hidup. Pelaksanaannya didasarkan
pada prinsip keterbukaan.Dengan keterbukaan dimungkinkan
masyarakat ikut memikirkan dan memberikan pandangan serta
pertimbangan dalam pengambilan keputusan di bidang pengelolaan
lingkungan hidup.

d) Hak Gugatan

Dalam pasal 37 UU No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan


lingkungan hidup (UU PPLH) menyatakan bahwa Masyarakat berhak
mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan atau melaporkan
kepada penegak hukum berbagai masalah lingkungan hidup yang
merugikan masyarakat.

Setiap orang yang memperjuangkan hak atas lingkungan hidup


yang baik dan sehat tidak dapat dituntut secara pidana maupun
digugat secara perdata. Hal dimaksudkan untuk melindungi korban
dan pelapor yang menempuh cara hukum akibat pencemaran atau
perusakan lingkungan hidup. Perlindungan ini dimaksudkan untuk
mencegah tindakan pembalasan dari terlapor melalui pemidanaan
346_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

atau gugatan perdata dengan tetap memperhatikan kemandirian


peradilan.16

Sedangkan kewajiban masyarakat tertuang dalam pasal 67 dan 68


UUPPLH yaitu Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup. Sedangkan orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

a) Memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan


pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka,
dan tepat waktu;

b) Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

c) Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/


atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Selain hak dan kewajiban, masyarakat juga mempunyai peran


dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Dalam
pasal 70 UUPPLH disebutkan bahwa Masyarakat memiliki hak dan
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peran
masyarakat dapat berupa:

a) Pengawasan sosial;

b) Pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/


atau

c) Penyampaian informasi dan/atau laporan.

Peran masyarakat dilakukan untuk:

a) Meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan


pengelolaan lingkungan hidup;

b) Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan


kemitraan;
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _347

c) Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan


masyarakat;

d) Menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat


untuk melakukan pengawasan sosial; dan

e) Mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal


dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup.

3. Peran Serta Masyarakat dalam Menegakkan Hukum

Dalam melakukan perlindungan, pengelolaan dan pelestarian


lingkungan hidup perlu memperhatikan beberapa asas salah satunya
adalah asas partisipatif (Pasal 2 huruf k UUPPLH). Dengan adanya asas
partisipatif, setiap anggota masyarakat didorong untuk berperan aktif
dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup baik secara langsung maupun tidak
langsung. Dalam melaksanakan Asas partisipatif perlu memerhatikan
asas kearifan lokal, yaitu memerhatikan nilai-nilai luhur yang berlaku
dalam tata kehidupan masyarakat.

Proses pelibatan partisipasi masyarakat lokal dalam implementasi


program pembangunan hukum di tingkat daerah (local), terbukti telah
berhasil membawa perubahan-perubahan mendasar dalam peningkatan
kesadaran hukum masyarakat.17Pembangunan hukum yang lebih
berorientasi kepada masyarakat, yang tercermin melalui pengoptimalan
keterlibatan masyarakat dalam rangkaian penyusunan peraturan daerah
tertentu, perlu diyakini oleh aparatur pemerintah (daerah) sebagai strategi
yang tepat untuk menggalang militansi kesadaran masyarakat terhadap
ketaatan pelaksanaan ketentuan-ketentuan hukum. Pada gilirannya
nanti, strategi ini mampu berperan secara nyata dalam meningkatkan
kepatuhan masyarakat terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan
daerah. Keyakinan itu perlu terus ditanamkan, terutama dalam diri
aparatur yang secara fungsional menangani proses-proses penyusunan
peraturan-peraturan daerah pada pemerintah kabupaten/kota.
348_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Di masa depan, masyarakat sendirilah yang akan memainkan peran


utama dalam perencanaan hingga pengimplementasian program
pembangunan hukum di daerahnya, sedangkan kelompok luar yaitu
NGO hanya akan bertindak sebagai fasilitator, dinamisator, katalisator,
mediator dan komunikator, serta peran pemerintah (daerah) lebih
merupakan pelengkap dan penunjang termasuk menentukan aturan
dasar permainannya.18

Bagi aparatur pemerintah, NGO maupun masyarakat, implementasi


program-program pembangunan harus dianggap sebagai suatu proses
pembelajaran hukum19, melalui proses evaluasi terhadap segala hal yang
telah dicapai dalam implementasi peraturan-peraturan daerah, serta
mempelajari berbagai kendala yang dihadapi. Perubahan mendasar
tampaknya sangat perlu dilakukan disini, oleh karena keadaan nyata
(existing condition) yang terjadi pada hampir seluruh pemerintah daerah,
seperti peran-peran kontributor, fasilitator, dinamisator, katalisator,
mediator dan komunikator penyusunan konsep-konsep dan ide-ide
pembangunan seperti yang kerap kita baca pada media-massa, seringkali
dominan berada pada pemerintah (daerah).

Proses pembelajaran yang seyogyanya terjadi pada implementasi


program pembangunan hukum daerah tidak pernah terjadi, bahkan
yang terjadi adalah secara tidak sadar pemerintah telah melakukan hal-
hal sebaliknya, yaitu upaya-upaya sistematis pembodohan masyarakat
yang dilakukan melalui peraturan-peraturan daerah yang telah disusun
bersama-sama dengan legislatif daerah.

Lebih jauh, Korten mengidentifikasikan banyaknya faktor yang


ditemukan dan turut memperburuk citra kinerja penyusunan program
pembangunan (dalam hal ini bidang hukum) antara lain yang dianggap
dominan adalah faktor kekurang-keterbukaan aparatur pemerintah
(daerah) terhadap masyarakat dalam proses tersebut.20 Akumulasi
kondisi seperti ini selama berpuluh-puluh tahun telah menyebabkan
perasaan apriori masyarakat menumpuk, sehingga seperti yang sering
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _349

kita lihat, telah mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung


kepada kurangnya intensitas partisipasi masyarakat dalam program
pembangunan.

Pada hakikatnya partisipasi masyarakat di bidang pembangunan


hukum mengandung makna agar masyarakat lebih berperan dalam
proses tersebut, mengusahakan penyusunan program-program
pembangunan melalui mekanisme dari bawah ke atas (bottom up),
dengan pendekatan memperlakukan manusia sebagai subyek dan bukan
obyek pembangunan. Keberdayaan rakyat merupakan kemampuan
dan kebebasan untuk membuat pilihan-pilihan, baik yang menyangkut
penentuan nasib sendiri maupun perubahan diri sendiri atas dasar
kekuatan sendiri sebagai faktor penentu.

Proses partisipasi masyarakat dalam rangkaian penyusunan program


pembangunan hukum, secara implisit mengandung makna terdapatnya
faktor inisiatif yang berasal dan berkembang dari masyarakat sendiri,
sedangkan peranan pemerintah hanya bertindak sebagai penampung
dan mempertimbangkan keluhan masyarakat. Dalam hal ini aparatur
pemerintah (daerah) sangat dituntut agar memiliki kepekaan serta
kemampuan untuk dapat memberi respon terhadap inisiatif dan keluhan
yang berasal dari tingkat bawah, daripada menonjolkan kepentingan
mereka sendiri atau berdalih demi menjaga kewibawaan pemerintah
(daerah).

Dalam kenyataan, inisiatif dan keluhan masyarakat bawah seringkali


diabaikan, dan untuk memperoleh perhatian dan tanggapan, mereka
terpaksa mengambil jalan pintas walaupun kadang-kadang merupakan
pelanggaran hukum, misalnya dengan melakukan pengerusakan
ataupun pembakaran.

4. Penyelesaian Sengketa Lingkungan oleh Masyarakat

Setiap kegiatan manusia baik dalam ruang lingkup yang kecil


maupun yang lebih besar, dalam langkah yang insidentil ataupun
rutin, selalu akan mempengaruhi lingkungannya. Sebaliknya manusia
350_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

tidak akan lepas pula dari pengaruh lingkungan, baik yang datang dari
alam sekitarnya (fisik maupun non-fisik), dari hubungan antar individu
ataupun antar masyarakat.

Hubungan pengaruh timbal balik berlangsung sedemikian rupa dalam


batas-batas keseimbangan. Selama interaksi manusia dengan berbagai
subsistem atau komponen-komponen lingkungan lainnya berada dalam
batas-batas keseimbangan maka lingkungan menjadi serasi (harmonis).
Tetapi sebaliknya, bilamana hubungan tersebut tidak seimbang maka
lingkungan menjadi tidak serasi.21Di sinilah timbul masalah lingkungan
yang akhirnya menuai sengketa dan sengketa tersebut harus dicarikan
solusi terbaik agar hubungan lingkungan dengan manusia menjadi
seimbang dan serasi.

Proses penegakkan hukum lingkungan lebih rumit daripada delik


lain, karena hukum lingkungan menempati titik silang pelbagai bidang
hukum klasik. Penegakkan hukum administrative akan lain daripada
proses penegakan hukum perdata ataupun pidana.

Pada umumnya masalah dimulai dari satu titik yaitu pelanggaran


hukum. Dari adanya pelanggaran hukum tersebut kemudian dibuat
laporan atau pengaduan kepada Bapedal kantor lingkungan hidup
setempat. Selanjutnya Bapedal akan memeriksa apakah benar terjadi
pencemaran atau perusakan lingkungan. Kalau masih ragu, ketentuan
mana yang sebenarnya dilanggar, apakah ketentuan administrasi
(pelanggaran perizinan), apakah bersifat perdata atau perlu dilanjutkan
ke proses hukum pidana.22

Penegakan hukum (law enforcement) lingkungan merupakan mata


rantai terakhir dalam siklus pengaturan (regulatory chain) perencanaan
kebijakan (policy making) tentang lingkungan, yang urutannya sebagai
berikut23:

1. Perundang-undangan (legislation);

2. Penentuan Standar (standard setting)


Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _351

3. Pemberian izin (licensing)

4. Penerapan (implementation)

5. Penegakan hukum (law enforcement).

Mekanisme penyelesaian sengketa (dispute resolution) dalam


hukum lingkungan di banyak negara, termasuk Indonesia, kini telah
berkembang khususnya di bidang keperdataan. Penyelesaian sengketa
telah tumbuh bukan hanya melalui pengadilan, tetapi juga di luar
pengadilan.Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sering disebut
dengan istilah alternative dispute resolution (ADR). Di Indonesia hal ini
telah diatur dalam UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.

Sistem ADR pada dasarnya ditempuh melalui berbagai model,


terutama tiga saluran, yaitu arbitrase, negosiasi, dan mediasi.24 Dalam
penjelasan pasal 32 UU No. 23 tahun 1997, pihak ketiga disyaratkan
supaya :

1. Disetujui oleh pihak yang bersengketa;

2. Tidak memiliki hubungan keluarga dan/atau hubungan kerja


dengan salah satu pihak yang bersengketa;

3. Memiliki ketrampilan untuk melakukan perundingan atau


penengahan;

4. Tidak memiliki kepentingan terhadap proses perundingan


maupun hasilnya.

Baik pemerintah mapun masyarakat ataupun keduanya, dapat


membentuk lembaga pelayanan penyelesaian sengketa lingkungan.
Dengan demikian pemebentukan lembaga ADR dapat dibentuk oleh :

1. Pemerintah;

2. Masyarakat, termasuk LSM;

3. Pemerintah serta Masyarakat.


352_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Lembaga ini dimaksudkan supaya memperlancar pelaksanaan


mekanisme pilihan penyelesaian sengketa dengan tetap mendasarkan
kepada prinsip ketidakperpihakan dan profesionalisme.25Pengaturan
mengenai lembaga ADR di bidang lingkungan dilihat dalam PP No.
54 Tahun 2000 tentang Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup di Luar Pengadilan.

Hukum lingkungan memberikan hak akses yang luas kepada siapa


saja untuk mengajukan gugatan lingkungan kepada lembaga peradilan.
Dalam UU No. 23 tahun 1997 terdapat dua sistem dalam mengajukan
gugatan, yaitu Class Action dan Legal Standing.

Sedangkan sengketa lingkungan hidup melalui pengadilan lebih


dijelaskan lagi dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam pasal 90 dijelaskan mengenai
hak gugat Pemerintah dan pemerintah daerah, pasal 91 mengatur tentang
bagaimana masyarakat menggunakan hak gugat masyarakat dan dalam
pasal 92 menjelaskan tentang hak gugat organisasi lingkungan hidup.

Selain melalui jalur hukum, pencegahan perusakan dan pencemaran


lingkungan hidup dapat dilakukan dengan tekanan masyarakat
dan konsumen. Tekanan masyarakat dapat melalui individu, tokoh
masyarakat, tokoh agama, kelompok masyarakat atau lembaga swadaya
masyarakat (LSM). Dalam hal ini masyarakat dapat melakukan proses
atau menuntut suatu kegiatan atau usaha, jika kegiatan atau usaha
tersebut merusak dan mencemari lingkungan. Cara ini sudah banyak
dilakukan masyarakat diberbagai daerah dan pihak perusahaan
dipaksa membayar ganti rugi atau bahkan perusahaan ditutup.26

C. Islam dan Pelestarian Lingkungan

1. Lingkungan Hidup dalam Perspektif Islam

Istilah lingkungan hidup secara baku baik dari aspek ajaran maupun
tradisi keilmuan Islam tidak terdapat dalam konsep yang konkrit, seperti
konsep lingkungan yang disodorkan dalam kerangka definisi, batasan
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _353

dan pengertian ilmuan.27 Aturan-aturan subtantif syariat (hukum Islam)


yang berkaitan dengan lingkungan dapat di temukan dalam kitab-kitab
fiqh, terutama cabang ilmu muamalat atau perniagaan, di bawah topik-
topik seperti menghidupkan lahan kosong (ihya al-mawat), kawasan
dilindungi (hima), penggunaan air untuk irigasi dan sumber pangan
(shirb), sewa lahan (ijarah), pemeliharaan (nafaqah), hukum memburu
dan menyembelih (sayd dan dhabaih), harta dan benda (milk dan maal),
transaksi ekonomi (buyu), perdamaian (sulh), pemberitaan (awqaf) dan
zakat serta pajak (zakat, sadaqa, ushr, dan kharaj). Kesemuanya dibahas
dalam bidang muamalat dan ibadat. Prinsip-prinsip yang berkaitan
dengan penggunaan tanah juga ditemukan di cabang-cabang hukum
yang berhubungan dengan kebijakan umum dan pemerintah (siyasah)
dan dalam cabang yang menyangkut kejahatan pidana dan perdata
(jinayah dan uqubah), di bawah ganti rugi (ghasb) dan kerugian (talaf).28

Energi setiap makhluk hidup dibutuhkan oleh makhluk hidup lain


yang menyebabkan terjadinya kelangsungan hidup. Dalam Islam saling
keterkaitan ini merupakan salah satu tujuan penciptaan Allah. Sebab
Allah menciptakan sesuatu dengan tidak sia-sia (dengan suatu tujuan),
seperti yang termakstub dalam surat Ash-Shad ayat 27 dan Surat al-Araf
ayat 10: Artinya : Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-
orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu Karena mereka akan masuk
neraka.(QS. Shad: 27)

Artinya : Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian di muka


bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. amat
sedikitlah kamu bersyukur.(QS. Al-Arf: 10)

Persepsi al Quran ini sebagai isyarat adanya keteraturan yang harus


dijaga oleh setiap makhluk hidup dalam suatu sistem, yang apabila
sistem itu terganggu menyebabkan porak-porandanya makhluk hidup
yang kokoh dan tergantung pada ekosistem. Para pakar cenderung
memberikan penngertian lingkungan hidup sebagai suatu upaya melihat
354_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

peranan manusia dalam lingkungan hidup.29 Dengan demikian manusia


mempunyai peran dan tanggung jawab menjaga dan melestarikan
lingkungan hidup yang telah tertata sedemikian rupa untuk manusia.

2. Peran dan Tanggung Jawab Manusia

Dalam proses penciptaan manusia Allah telah memberi kelengkapan


hidup berupa akal pikiran, hati dan perasaan serta kelengkapan fisik
biologis dimaksudkan dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai
khalifah di muka bumi. Fungsi dan tugas yang harus dijalankan manusia
ataran lain berupa menjalankan tugas pembangunan, pemeliharaan dan
pengelolaan lingkungan hidup.30 Hal ini dapat disimak dan dipahami
dari surat al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi sebagai berikut :

Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:


Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.(QS. Al-Baqarah/2: 30)

Peranan manusia berkaitan erat dengan apa yang melingkupinya.


Oleh karena itu manusia harus dapat memberikan perhatian kepada
organisme yang mati maupun yang hidup. Memberi perhatian ini
mengandung makna31 :

a. Manusia belajar terhadap alam sekitarnya agar manusia


mampu mengembangkan diri, dan meningkatkan ilmu
dan teknologi yang berkaitan dengan erat dengan segala
populasi yang ada dalam ekosistem.

b. Manusia melihat sisi kemanfaatan segala bentuk energi


yang ada pada setiap organisme baik yang mati maupun
yang hidup.
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _355

c. Manusia memberikan perawatan yang baik terhadap


lingkungan yang mengitarinya sehingga kelangsungan
hidup terjamin.

Peran manusia dalam memelihara dan memberi perhatian terhadap


benda mati dan hidup ini juga diperintahkan oleh al-Quran, yaitu surat
al-Ghasyiyah ayat 17-20 :

Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana


dia diciptakan, Dan langit, bagaimana ia ditinggikan, Dan gunung-gunung
bagaimana ia ditegakkan, Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.

Lebih jauh lagi manusia sebagai penduduk bumi adalah individu


yang memiliki tanggung jawab atas keberadaan lingkungan hidup,
baik itu lingkungan benda mati atau hidup, baik lingkungan alami
(natural environment) atau lingkungan hasil kreasi manusia (man-made
environment/artifical environment).32 Karena eksistensi makhluk hidup itu
sendiri dalam islam kedudukannya sama di hadapan Allah:

Artinya : Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-


burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti
kamu. tiadalah kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, Kemudian kepada
Tuhanlah mereka dihimpunkan.(QS. Al-Anm: 38)

Selain itu tujuan Allah menciptakan bumi seisinya adalah untuk


kepentingan manusia, seperti tersirat dalam firman Allah surat al-Araf
ayat 10 : Artinya : Sesungguhnya kami Telah menempatkan kamu sekalian
di muka bumi dan kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan.
amat sedikitlah kamu bersyukur.

Hakikat Penciptaan segala yang ada di langit dan bumi, semua tertuju
kepada kepentingan manusia. Kemutlakan keberadaan bumi merupakan
kemutlakan wujud manusia. Dan jika keberadaan manusia adalah wajib
al-wujud, maka keberadaan bumi dengan segenap perangkatnya pun
juga menjadi wajib, seperti ketentuan kaedah fiqhiyyah :
356_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014


Artinya : Belum sempurnanya suatu keniscayaan (kewajiban) kecuali
.dengan
dipenuhinya yang maka
oleh sesuatu
menjadi pelengkap itu adalah niscaya adanya (wajib adanya).
sesuatu
melengkapinya,
yang


Jadi peran dan tanggung jawab dalam menjaga dan melestarikan
.
lingkungan yang telah diberikan oleh Allah Swt adalah wajib. Peran
yang harus dijalankan oleh manusia sebagai seorang khalifah Allah di
muka bumi, seperti yang telah dijelaskan dalam surat al Baqarah ayat 30
.

di atas. Menurut M. Quraish Shihab, terdapat tiga unsur terkait, yaitu :
pertama, Manusia sebagai khilafah, kedua, alam raya, ketiga, hubungan
antar manusia dengan alam dan segala isinya termasuk dengan manusia.
Itulah ketiga unsur yang saling kait-berkait, sedang unsur keempat yang
berada di luar adalah yang memberi penugasan itu yakni Allah Swt.33

3. Perintah Pelestarian Lingkungan

Pemeliharaan dan perawatan adalah hal yang sangat penting dalam


pengembangan dan pelestarian segala hasil cipta dan pekerjaan manusia.
Juga terhadap segala sumber daya yang memungkinkan ia mencipta
dan berkerja. Hal yang demikian inilah yang diisyaratkan dalam ajaran
Sunnah yang menegaskan bahwa kalian (manusia) adalah pemelihara
(rain) dan pemeliharaan itu haruslah memikul tanggungjawab (masul).34

Menurut Dr. Yusuf Al-Qardawi, kata pemeliharaan lingkungan


mempunyai arti perlindungan terhadap keberadaan lingkungan dan
penjagaan terhadap kepunahan lingkungan. Memelihara lingkungan
sama dengan menjaga maqasid syariah, yaitu menjaga lima pokok
kemaslahatan; agama, jiwa, keturunan, akal dan harta.35

Pertama, pemeliharaan lingkungan sama dengan menjaga agama.


Pencemaran terhadap lingkungan adalah perbuatan dosa, karena dapat
membahayakan eksistensi makhluk Allah, dan perbuatan menyimpang
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _357

dari perintah Allah SWT dalam konteks hubungan baik antara manusia
dengan sesama. Penyelewengan terhadap lingkungan secara implisit
juga telah menodai perintah Allah SWT untuk membangun bumi,
memperbaikinya, serta melarang segala bentuk perbuatan yang dapat
merusak dan membinasakannya, seperti dalam firman Allah SWT dalam
surat Al-Araf ayat 56 :

Artinya : Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah


(Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak
akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Kedua, menjaga lingkungan sama dengan menjaga jiwa. Maksudnya,


rusaknya lingkungan, pencemaran dan pengurasan sumber daya alam
yang ada serta pelecehan terhadap prinsip-prinsip keseimbangannya
akan membahayakan kehidupan manusia. Perhatian islam sangat
besar dalam keberlangsungan kehidupan manusia, dengan menjadikan
pembunuhan terhadap jiwa sebagai dosa besar. Hal ini dijelaskan dalam
QS. Al-Maidah : 32 :

Artinya : Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena


orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-
olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.

Ketiga, menjaga lingkungan sama dengan menjaga keturunan.


Keturunan disini adalah generasi masa depan. Perbuatan yang
menyimpang terhadap sumber kekayaan yang ada dapat mengancam
generasi masa depan. Meski di satu sisi menimbulkan kemajuan pada
masa sekarang, tapi di sisi lain, bahayanya akan dirasakan oleh generasi
yang akan datang. Apabila hal itu terjadi, maka kita mewariskan
kerusakan dan ketidakseimbangan alam pada keturunan kita.

Maka orang tua bertanggungjawab terhadap kesehatan, pendidikan,


etika dan gejala-gejala yang akan merusak lingkungan para generasi
358_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

yang akan datang. Seperti dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh

Imam Bukhari dan Imam Muslim:

.

Artinya : Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan kamu semua bertanggung
jawab terhadap . apa yang
kamu
Seorang
pimpin. laki-laki

pemimpin
.dirumahnya,
dan
dia bertanggungjawab apa
terhadap yang
dipimpinnya.

(HR. Bukhari dan Muslim).
.

.
Artinya : Sesungguhnya jika kamu meninggalkan anak-anakmu dalam
.

keadaan kaya, itu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam keadaan
miskin dan meminta-minta pada orang lain. (HR. Bukhari dan Muslim).

Keempat, menjaga lingkungan sama dengan menjaga akal.


Sebagian perusakan terhadap lingkungan yang dilakukan oleh manusia
dewasa ini juga dapat dikategorikan perbuatan gila tanpa menggunakan
akal sehat. Ketika peran akal ditiadakan dalam memelihara lingkungan,
maka si empunya tidak akan mengetahui dengan jelas mana yang
bermanfaat dan mana yang tidak. Sebuah analogi dalam Al Quran
menyatakan, Apakah kamu tidak berpikir?

Kelima, menjaga lingkungan sama dengan menjaga harta. Sebagaimana


diketahui bahwa Allah SWT telah menjadikan harta sebagai bekal untuk
kehidupan manusia di bumi. Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS.
An-Nisa : 5 :

Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum


sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil
harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.

Harta itu bukan hanya uang, emas dan permata saja, melainkan
seluruh benda yang menjadi milik manusia, dan segala bentuk usaha
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _359

untuk memperolehnya. Seperti, hewan ternak, pohon, tempat tinggal,


pakaian dan sebagainya. Harta yang berupa sumber daya alam yang
telah dianugrahkan oleh Allah SWT haruslah dijaga sedemikian rupa
dan jangan sekali-kali berbuat sesuatu yang bodoh, mengeksploitasi
SDA tanpa tujuan dan kepentingan yang baik dan jelas. Sehingga
akan menyebabkan kerusakan dan penggunaan SDA yang ada dengan
sewenang-wenang yang akan mengakibatkan hilangnya sumber-
sumber kekayaan sebelum tiba waktunya untuk dimanfaatkan. Bentuk
eksploitasi inilah yang menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan
generasi yang akan datang.

Hubungan fikih dengan lingkungan tidak hanya terbatas pada


wilayah hukum-hukumnya semata, tetapi juga berhubungan erat
dengan kapasistasnya sebagai dasar hukum universal. Kenyataan
ini tidak dipungkiri oleh para ahli fikih, bahwa metode-metode fikih
(qawaid fiqhiyyah) yang terkenal telah melahirkan bahasan-bahasan
dalam berbagai literature.36 Mempelajari kaidah fikih menjadi penting
karena kaidah fikih dapat dijadikan alat untuk memperoleh mashlahat
(kebaikan) dan menolak mafsadat (kerusakan), dan kaidah fikih juga
berfungsi sebagai pengikat persoalan-persoalan furu yang jumlahnya


banyak,37 termasuk permasalahan lingkungan.

Di antara kaidah-kaidah fikih yang tersebut adalah kaidah la dharara


wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan). Kaidah ini diambil
.
dari hadits Nabi SAW, seperti diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dari
Abu Said al-Khudri RA, ia menyatakan bahwa Nabi SAW bersabda :


.
Artinya : tidak boleh menyulitkan orang lain dan tidak pula dipersulit
.

(orang lain); orang yang mempersulit orang lain akan dipersulit oleh Allah
dan orang yang memusuhi orang lain, akan dimusuhi oleh Allah.

Kaidah ini merupakan kaidah turunan dari kaidah al-dharar yuzalu.


360_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Inti kaidah ini merupakan bagian dari upaya syariat dalam menciptakan
kemashlahatan dan menolak kerusakan dengan member kemudahan
bagi kaum muslimin. Kaidah ini mempunyai cakupan yang sangat luas
dan menyeluruh, sehingga mampu menjangkau hampir semua elemen
kehidupan dan menjadi dasar terbangunnya hukum-hukum syariah.38
Berikut adalah turunan dari kaidah al-dharar yuzalu :

1. Bahaya harus ditolak semampu mungkin (al dharar yudfau bi qadr


al-imkan).

2. Kondisi dlarurah akan memperolehkan sesuatu yang semula


dilarang (al dlarurah tubihu al makhdhurah).

3. Sesuatu yang diperolehkan karena kondisi dlarurat harus


disesuaikan dengan kadar dlarurahnya (ma ubihah li al dlarurat
yuqadaru bi qadriha).

4. Bahaya tidak dapat dihilangkan dengan bahaya yang lain (al dlarar
la yuzalu bi al-dlarara).

5. Mencegah bahaya lebih utama daripada menarik datangnya


kebaikan (daru al mafasid aula min jalbu al mashalih).

6. Bahaya khusus harus ditempuh untuk menolak bahaya umum


(yatahamalu al dlarar al khash li dafI dlarar amm).

7. Keadaan dlarurat tidak membatalkan hak orang lain (al idhthirar la


yubtilu haq al ghair).

8. Kebutuhan terkadang disetarakan dengan kondisi dharurat, baik


kebutuhan umum maupun khusus. (al hajat qad najalat mutaralatu
al dharurat, ammah kanat aw khashah).

Dalam kajian hukum Islam ada tiga maslahah, yaitu Al-Maslahah al-
Mutabarah, Al-maslahah al-Mulghah dan Al-maslahah al-Mursalah. Dari
tiga maslahah, Al-maslahah al-Mursalah sangat relevan dalam kaitannya
dengan menggagas fikih lingkungan, yaitu Al-maslahah al-Mursalah,
yaitu kemaslahatan-kemaslahatan yang diperoleh dari hal-hal yang
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _361

oleh Allah tidak dilarang dan tidak disuruh. Hal ini diatur atas dasar
inisiatif manusia. Jika ia diatur dengan baik maka akan mendatangkan
kebajikan.39

Dari berbagai kaidah fikih di atas, dapat digunakan untuk


pengembangan hukum-hukum tersebut pada zaman sekarang ini,
terutama terhadap mereka yang sering mengganggu ketertiban
lingkungan, dan melampui batas. Seperti yang dilakukan oleh industri-
industri besar dan beberapa perusahaan, yang tampaknya tidak peduli
akan dampak yang bakal menimpa masyarakat. Selain itu kaidah ini
juga dapat digunakan sebagai landasan masyarakat untuk melakukan
tindakan apabila terjadi penyimpangan dalam pengelolaan lingkungan
hidup di sekitarnya.

D. Penutup

Persoalan pelestarian lingkungan hidup telah menjadi bahan kajian


para akademisi, juga termasuk agamawan. Agama menjadi pilar penting
bagi ketahanan hidup manusia. Dalam hal ini, nilai-nilai agama memiliki
peran untuk mendorong manusia merawat dan melestarikan keasrian
lingkungan hidup.

Islam menegaskan kesempurnaan ajarannya. Islam tidak hanya


berbicara hal terkait peribadatan, melainkan juga berbicara humanisme,
lingkungan dan kehidupan secara umum. Dalam hal lingkungan, Islam
sangat tegas mengajarkan agar ummatnya menjaga dan melestarikan
lingkungan. Di sinilah kita melihat kesempurnaan ajaran Islam.
362_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Daftar Pustaka

Abdillah, Mujiyono, Agama Ramah Lingkungan: Perspektif Al-Quran,


Jakarta: Paramadina, 2001.
KH. Ahsin Sakho, dkk. Fiqih Lingkungan (Fiqh al-Biah), Jakarta:
Conservation International Indonesia, 2006, Cet-2.
Deputi Bidang Pengembangan Peran Masyarakat Kementerian
Lingkungan Hidup, Beberapa Pemikiran Masyarakat Pesisir di
Kabupaten Serang, Pandeglang Lebak Tangerang dan Kota Cilegon
Tenatang Permasalahan Lingkungan Hidup (Seri II), Jakarta: KLHRI,
2003.
Djayadi, M. T., Tata Kota Menurut Islam; Konsep Pembangunan Kota yang
Ramah Lingkungan, Estetika & Berbasis Sosial, Jakarta : Khalifa, 2008.
Effendi, Daud, Manusia, Lingkungan dan Pembangunan (Prospektus
Islam), Jakarta : Lemlit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Friedmann, John, EmpowermentThe Politics Alternative Development,
Cambridge: Blackwell Publishers, 1992.
Ghazali, M. Bahri, Lingkungan Hidup Dalam Pemahaman Islam, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Hamzah, Andi, Penegakkan Hukum Lingkungan, Jakarta: Sinar Grafika,
2005.
Hardjasoemantri, Koesnadi, Hukum Tata Lingkungan, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2006, Cet. 19.
______, Aspek Hukum Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986.
Jaya, Fachruddin M. Mangun, Konservasi Alam Dalam Islam, Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia, 2005.
______, dkk (ed), Menanam Sebelum Kiamat Islam, Ekologi dan Gerakan
Lingkungan Hidup, Jakarta : YPI, 2007.
Korten, David C., People Centered Development Contributions Toward Theory
and Planning Frameworks, terj., A. Setiawan Abadi, Jakarta: Yayasan
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _363

Obor Indonesia, 1984.


M. Soerjani, dkk, Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan, Jakarta: UI Press, 1987.
N. H. T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2004.
Raharjo, Satjipto, Hukum dan Masyarakat, Bandung: Angkasa, 1981.
Ramly, Nadjamuddin, Islam Ramah Lingkungan; Konsep dan Strategi Islam
dalam Pengelolaan, Pemeliharaan, dan Penyelamatan Lingkungan,
Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2007.
Rangkuti, Siti Sundari, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan
Nasional, Surabaya: Airlangga University Press, 2005.
Rifkin, SB; F. Muller; W. Bichman., Primary Health Care: on Measuring
Participation, Social Science and Medicine, 1988.
Saifullah, Hukum Lingkungan; Paradigma Kebijakan Kriminal di Bidang
Konservasi Keanekaragaman Hayati, Malang : UIN Malang Press,
2007.
Salim, Emil, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta: Mutiara Sumber
Widya, 1995, Cet. 10.
Shihab, M. Quraish, Peranan Dakwah Terhadap Pembangunan Berwawasan
lingkungan, dalam: Lingkungan Hidup Berkeadilan, Jakarta: CV.
Puspitasari Indah berkerjasama dengan LPPM-UNAS, 1993.
Sodikin, Penegakkan Hukum Lingkungan, Jakarta: Djambatan, 2003.
Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia; Sebuah Pengantar, Jakarta:
Sinar Grafika, 2006.
Yafie, KH. Ali, Menggas Fiqih Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi
Hingga Ukhuwah, Bandung: Mizan, 1994.
Yusron Rozak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar, (akarta: Labiratorium
Sosiologi Agama, 2008.
364_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH).
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
Undang-undang No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan.
Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL).
Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan
Pemerintah
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001 tentang Jenis
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Keputusan Kepala BAPEDAL No. 08 Tahun 2000 Tentang Keterlibatan
Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses Analisa
Dampak Lingkungan Hidup.
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _365

Endnotes

1. Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan,Yogyakarta: Gajah


Mada University Press, 2006, Cet. 19, h. 1. Lihat juga di Sodikin, Penegakkan
Hukum Lingkungan,Jakarta: Djambatan, 2003, h. 1.

2. Emil Salim, Lingkungan hidup dan Pembangunan, Jakarta: Mutiara Sumber


Widya, 1995, Cet. 10, h. 15.

3. Andi Hamzah, Penegakkan Hukum Lingkungan,Jakarta: Sinar Grafika, 2005,


h. 2.

4. Kompas, 25 April 2006, diakses www.kompas.com tanggal 25 Desember


2008.

5. Kompas, 24 September 2007, diakses www.kompas.com tanggal 15


Desember 2008.

6. Mujiyono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan: Perspektif Al-Quran,Jakarta:


Paramadina, 2001, h. 147.

7. ibid, h. 148.
8. ibid, h. 150.
9. ibid, h. 150
10. ibid,h. 151-152.
11. Rifkin, SB; F. Muller; W. Bichman.,Primary Health Care: on Measuring
Participation,(Social Science and Medicine, 1988, h. 26(9): 931-940.

12. Greenblat, C.S.,Social Structure. Chapter IV. In An Introduction to Sociology,


New York: Alfred A. Konpf. Inc., 1981, h. 57.

13. Yusron Rozak (ed.), Sosiologi Sebuah Pengantar,Jakarta: Labiratorium


366_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Sosiologi Agama, 2008, h.126.

14. Supriadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia; Sebuah Pengantar, Jakarta: Sinar


Grafika, 2006, h. 187-188.

15. Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, h. 102.


16. Pasal 66 dan penjelasannya Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup.

17. Clark, John,The State, Popular Participation, and the Voluntary Sector, World
Development 23, No. 4, 1995, h.595., Friedmann, John, EmpowermentThe
Politics Alternative Development, Cambridge: Blackwell Publishers, 1992,
h.161.

18. Friedmann, John, EmpowermentThe Politics Alternative Development, h.161.


19. Clark, John,The State, Popular Participation, and the Voluntary Sector, h.595.
20. Korten, David C., People Centered Development Contributions Toward Theory
and Planning Frameworks, terj., A. Setiawan Abadi,Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1984, h. 64.

21. N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan,Jakarta :


Penerbit Erlangga, 2004, Edisi Kedua, h. 26.

22. Andi Hamzah, Penegakkan Hukum Lingkungan, h. 51.


23. ibid, h. 52.
24. Lihat pasal 30 33 UU No. 23 tahun 2007 Tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

25. N.H.T. Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, h. 330-333.


26. Manik, K.E.S., Pengelolaan Lingkungan Hidup,Jakarta : Djambatan, 2007, h. 24.
27. Soerjani dkk., Cenderung mengatakan bahwa lingkungan pada hakekatnya
adalah keterkaitan antara manusia dengan makhluk lain dengan benda mati
Konsep Islam Tentang Pelestarian Lingkungan Hidup _367

yang ada disekitarnya. M. Soerjani, dkk, Lingkungan Sumber Daya Alam dan
Kependudukan dalam Pembangunan,Jakarta: UI Press, 1987, h. 3.

28. Fachruddin M. Mangunjaya, dkk, Menanam Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi,


dan Gerakan Lingkungan Hidup, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007, h.
125-126.

29. Kalsan A. Thahir, Menyebutkan lingkungan hidup dengan lingkungan


manusia, yang berarti segala sesuatu berada di sekeliling manusia, baik
yang berbentuk benda mati maupun jasad-jasad atau organisme-organisme
dan manusia-manusia lain, yang belum dikenalnya. Kalsan A. Thahir, Butir-
butir Tata Lingkungan, Jakarta: Bina Aksara, 1985, h. 3.

30. Daud Effendi, Manusia, Lingkungan dan Pembangunan (Prospektus


Islam),Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008,
h. 107.

31. Ghazali M. Bahri, Lingkungan Hidup dalam Pemahaman Islam,Jakarta:


Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 10-11.

32. Ibid, h. 13-14


33. M. Quraish Shihab, Peranan Dakwah Terhadap Pembangunan Berwawasan
lingkungan, dalam: Lingkungan Hidup Berkeadilan, Jakarta: CV. Puspitasari
Indah berkerjasama dengan LPPM-UNAS, 1993, h.195.

34. KH. Ali Yafie, Menggas Fiqih Sosial Dari Soal Lingkungan Hidup, Asuransi
Hingga Ukhuwah, (Bandung: Mizan, 1994, h. 140.

35. Yusuf Al-Qardhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan (terj.), Jakarta: Pustaka
Al Kautsar, 2002, h. 63-73.

36. Yusuf Al-Qardhawi, Islam Agama Ramah Lingkungan (terj.), h. 53


37. Jaih Mubarok, Kaidah Fiqh; Sejarah dan Kaidah-Kaidah Asasi,Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2002, h. 28.
368_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

38. Abdul Haq, dkk.,Formulasi Nalar Fiqh; Telaah Kaidah Fiqh Konseptual,Surabaya
: Khalista, 2006, h. 213-215.

39. KH. Ahsin Sakho Muhammad, dkk. Fiqih Lingkungan (Fiqh al-Biah),Jakarta:
Conservation International Indonesia, 2006, h. 9.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _369

Halal Food in the Perspective of al-Quran,


Science and Health

Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran,


Sains dan Kesehatan

Maftuhah
Penerima Beasiswa Unggulan BPKLN Depdiknas,
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
email : maftuhah.upi@gmail.com

Abstract : Halal food and beverage are requirement for every moslem. Moslem believe that food and
beverage that are consumed should be good and halal, because halal food and beverage
gives significant influences in the spiritual and mental development. Along with the de-
velopment of food technology that produces a lot of new products, It continues by a de-
mand of halal law, both from the aspect of nutrition, ingredients, the way to make, media
makers and other materials are not prohibited. Therefore, the enforcement of law JPH
(Halal Food Guarantee) is the answer for securing consumers and producers. By JPH law,
moslem society is expected to awake at the same time time raising community awareness
about the importance of halal food and beverage as directed by the Quran and hadith.

Abstraksi : Makanan dan minuman halal merupakan sebuah keniscayaan bagi setiap muslim,
bahwa setiap makanan yang dikonsumsi harus memenuhi unsur baik dan halal, karena
makanan dan minuman halal berpengaruh terhadap perkembangan mental dan spir-
itual. Seiring dengan berkembangnya teknologi pangan yang menghasilkan banyak
produk baru, menuntut kepastian hukum kehalalan, baik dari aspek gizi, bahan baku,
cara membuat, media pembuat dan bahan-bahan tambahan yang tidak diharamkan.
370_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Maka, pemberlakuan UU JPH (Jaminan Produk Halal) adalah jawaban dalam memberi
kepastian dan keamanan bagi konsumen sekaligus produsen dalam jual beli. Melalui UU
JPH ini diharapkan masyarakat terjaga sekaligus memiliki kesadaran akan pentingnya
makanan dan minuman halal sebagaimana diperintahkan oleh al-Quran dan Hadits.
Keywords : halal and haram, food, UU JPH (law of halal food guarantee), science, health

A. Pendahuluan.

Perkembangan teknologi pangan yang pesat membuat banyak olahan


produk (makanan) yang dijual pada masyarakat sangat bervariasi. Tidak
terlihat secara kasat mata berasal dari bahan baku dan bahan tambahan
apa saja dalam proses pembuatannya. Halal dan haramnya sebuah
produk sering tidak jelas sehingga produk tersebut menjadi syubhat
dalam arti meragukan dan tidak jelas status kehalalannya.

Bagi umat Islam makan tidak sekedar baik dari segi gizi dan
manfaatnya untuk tubuh, melainkan juga harus memenuhi unsur halal.
Makanan yang baik jika didapat dengan cara yang tidak halal akan
menjadi haram dan dapat menimbulkan hal yang tidak baik dalam tubuh
dan jiwanya. Islam mengatur makanan dengan jelas dalam Al-Quran
dan hadis karena hal ini sangat penting dan utama dalam kehidupan.

Ketaatan terhadap perintah al-Quran dalam hal makanan halal,


merupakan wujud keislaman yang baik. Al-Quran adalah petunjuk bagi
semua umat manusia, pembeda antara yang baik dan batil (al-furqon),
pengingat bagi mereka yang lupa (al-dzikr), tuntutan hidup bagi manusia
dalam mengarungi kehidupan di dunia (al-mauizhah) dan fungsi lain
Al-Quran yang menjadi petunjuk untuk manusia. Karena itulah maka
ketaatan terhadap al-Quran adalah kunci unuk meraih kebahagiaan.

Pada saat yang bersamaan, ketaatan terhadap al-Quran merupakan


manifestasi ketakwaan. Takwa secara terminologis menurut Al-
Asfahani1 adalah memelihara diri dari dosa dengan meninggalkan yang
haram. Takwa secara terminologi menurut Muhammad Ismail2 adalah
takut kepada azab Allah dengan melaksanakan segala perintahnya
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _371

dan menjauhi segala larangannya. Menjaga dari segala makanan yang


dilarang Allah adalah salah satu bentuk takwa kita kepada-Nya. Umat
Islam dalam kehidupannya selalu berada dalam tuntunan al-Quran dan
hadis. Bagi umat Islam hal yang utama tidak lain adalah melakukan
yang diperintahkan (diperbolehkan) dan menjauhi yang dilarang Allah
Swt (haram). Salah satunya adalah makan, makanan yang halal lagi baik.

Jelas, bahwa kepastian kehalalan makanan dan minuman perlu


dipahami secara benar, tidak hanya untuk kesehatan melainkan
sebagai wujud ketaatan atas perintah al-Quran. Di sinilah kita harus
menumbuhkan kesadaran bahwa halal adalah sebuah keniscayaan bagi
kehidupan yang lebih baik.

B. Lahirnya Undang-Undang Jaminan Produk Halal (UU JPH).

Pemerintah telah memberi perhatian terhadap jaminan makanan


halal (penyembelihan, cara pengolahan, media yang digunakan, cara
pembuatan). Hal ini bertujuan agar makanan dan minuman yang dijual
secara umum benar-benar halal, sehingga masyarakat terlindungi. Ada
sebagian pendapat mengemuka bahwa seharusnya bukan kejelasan
kehalalan yang dikedepankan, melainkan aspek keharamannya
saja. Asumsinya, makanan yang haram lebih sedikit dibandingkan
dengan makanan yang halal. Jadi lebih efisien dalam melihat dan
mengevaluasinya. Makanan halal dan haram memang lebih banyak
yang halal. Namun dengan berbagai macam masakan (produk) dan
pengolahan menggunakan berbagai macam perasa buatan yang dapat
dibuat dari bahan baku yang diharamkan dapat menimbulkan makanan
haram lebih banyak jumlahnya.

Perbedaan pandangan di atas membuat pembahasan UU ini menjadi


lambat, namun perbedaan yang terjadi adalah hal yang sangat baik untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Kedua pandangan tersebut menurut
hemat penulis berangkat dari dasar yang benar dan dengan maksud
yang sama-sama baik. Perdebatan yang alot sampai delapan tahun pada
372_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

akhirnya menjadi kesepakatan adanya kewajiban pencantuman makanan


halal dan haram yang sudah menjadi peraturan yang berjalan dan efektif
tahun 2019.

Rancangan Undang-undang Jaminan Produk Halal (RUU JPH) adalah


hasil dari usaha dan kerja keras Kementerian Agama dan stakeholdernya
yang menunggu delapan tahun untuk dibahas, disempurnakan dan
akhirnya kamis (25/09/2014) Rapat Paripurna DPR mengesahkan
Undang-undang Jaminan Produk Halal (UU JPH). Banyak yang pro dan
kontra dengan disahkannya UU ini. Hasilnya, semua organisasi sosial
keagamaan yang memenuhi syarat bisa menjadi Lembaga Pemeriksa
Halal (LPH). LPH bertugas memeriksa pengajuan sertifikasi halal dari
perusahaan. Setelah dinyatakan halal oleh LPH, sertifikasi diteruskan ke
MUI untuk dikeluarkan fatwanya. Sertifikat halalpun secara administratif
dikeluarkan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).

MUI memang tidak memonopoli sertifikat halal, namun MUI secara de


facto masih memiliki peran penting karena telah 25 tahun berpengalaman
mengeluarkan sertifikat halal. Pada akhirnya selama masa transisi ini
MUI sebaiknya terlepas dari hak monopoli dengan menyerahkannya
pada negara pada tahun 2019 dan posisi MUI sederajat dengan organisasi
keagamaan lainnya, sehingga baik untuk MUI dan terhindar dari banyak
godaan korupsi. Bagaimanapun monopoli dalam sejarah banyak
mendatangkan hal-hal tidak baik karena godaan yang luar biasa banyak
dan menggiurkan.

Pemerintah memiliki waktu lima tahun untuk menerbitkan delapan


peraturan pemerintah, dua peraturan menteri, dan peraturan pendukung
lainnya. Ditargetkan pada 2019 UU JPH bisa diterapkan dan sertifikat
halal bersifat wajib. Beberapa pasal yang tidak sesuai dan butuh
penyempurnaan menurut penulis dapat dilakukan penyempurnaan.

Sertifikat halal berlaku selama empat tahun sejak diterbitkan oleh


Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH). Sertifikat wajib
diperpanjang oleh pelaku usaha dengan mengajukan pembaruan paling
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _373

lambat tiga bulan sebelum berakhirnya masa berlaku. Hal ini tentu
menambah biaya perusahaan dan perpanjangan ini menimbulkan
biaya baru.

Pemerintah perlu memberikan penjelasan yang terbuka mengenai


mekanisme dan harga yang harus dibayarkan. Harga sebaiknya dibuat
murah dan efisien, sehingga perusahaan dan pengusaha tidak merasa
peraturan ini memberatkan dan mempersulit. Karena hakikat peraturan
ini adalah mempermudah dan menguntungkan bagi produsen maupun
konsumen dalam proses jual-beli. Proses pembayaran secara langsung
pada kas negara membantu mencegah terjadi korupsi yang tentu saja
mencoreng niat baik yang hendak di buat untuk menjamin keamanan
makanan masyarakat.

Sanksi akan diberikan bagi perusahaan yang telah memenuhi


kriteria namun mengulur-ulur sertifikasi halal. Begitu pula dengan
produsen yang memalsukan kehalalan produknya dan perusahaan
yang tidak konsisten menjaga kehalalan produknya setelah disertifikasi.
Pemerintah juga sebaiknya memberikan kemudahan dan pembayaran
gratis bagi usaha kecil yang tidak punya biaya untuk membuat sertifikat
halal. Subsidi silang adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
kemaslahatan ummat.

Selain penjelasan di atas, hal baik dari UU JPH ini adalah produk
yang tidak halal harus mencantumkan kata haram pada produknya agar
pembeli atau konsumen tahu produk itu tidak boleh dikonsumsi oleh
orang muslim. Bagi penulis hal ini juga sangat penting untuk menambah
kewaspadaan dan godaan umat muslim secara prikologis yang akan
mengkonsumsi dengan membaca kata haram.

Jelas, bahwa UU JPH akan melindungi konsumen. Tidak semua


masyarakat yang ingin membeli kebutuhan sehari-hari memeriksa
satu persatu dan menganalisis nutrisi dan kehalalan pada produk yang
diperlukan. Informasi nutrisi dan halal tidaknya makanan sangat penting
untuk masyarakat. Di sinilah urgensi UU JPH.
374_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

C. Diskursus Halal dan Haram dalam Islam.

1. Urgensi Makanan dan Minuman Halal.

Allah Swt memberikan karunia alam raya ini untuk manusia agar
hidup damai, aman dan sejahtera lahir dan batin. Petunjuk al-Quran
dan Hadits, baik berupa perintah ataupun larangan, tiada lain untuk
mempermudah dan memberi petunjuk pada kebaikan. Inilah makna
ketaatan kepada al-Quran dan Hadits.

al-Quran menjelaskan makanan dan minuman secara detail, bahwa


makanan dan minuman harus memenuhi unsur halal dan sehat. Hal
ini menandakan bahwa makanan halal dan sehat menjadi salah satu
kebutuhan utama untuk seluruh umat manusia. Hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam surat al-Baqarah: Wahai sekalian manusia, makanlah yang
halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang
nyata bagimu (QS. al-Baqarah: 168)

Ayat di atas adalah perintah yang ditujukan untuk seluruh umat


manusia tanpa kecuali. Perintah makan makanan yang halal (sah atau boleh
menurut hukum agama) dan baik (bermanfaat dan tidak membahayakan)
bukan hanya untuk kaum muslim namun juga non muslim.

Allah tidak melarang sesuatu atau menganjurkan sesuatu tanpa


alasan. Selalu ada hal yang baik dalam setiap perintah ataupun larangan-
Nya. Sebagaimana kita ketahui makanan adalah sumber energi yang
dibutuhkan oleh manusia untuk hidup sebagai khalifah Allah di bumi.
Maka dapat dipahami bahwa perintah mengkonsumsi makanan yang
halal merupakan sumber pembentukan jiwa dan raga yang sehat.

Makanan yang halal adalah semua makanan yang diperbolehkan oleh


syariat untuk di konsumsi kecuali ada larangan di dalam Al-Quran dan
hadis nabi Muhammad saw. Makanan yang halal adalah makanan yang
diperoleh dengan cara yang halal, yang berarti dari usaha yang diridhai
oleh Allah Swt. Kalau ada makanan yang baik tapi diperoleh dengan
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _375

cara yang tidak halal maka makanan tersebut bukan kategori yang baik
bagi umat Islam.

Allah Swt menciptakan tumbuhan yang spesifik sesuai dengan musim


dan cuaca. Sehingga tumbuhan yang tumbuh juga berbeda-beda sesuai
dengan kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan. Ada
makanan yang sangat baik dimakan pada suatu tempat dan ada juga
makanan yang kurang baik dimakan ditempat lain. Kondisi kesehatan
juga sangat berpengaruh atas makanan yang baik dimakan. Bisa jadi
makanan A ini sangat baik untuk metabolisme tubuh, namun karena
menderita penyakit tertentu makanan A tersebut sangat tidak baik untuk
dimakan karena dapat menimbulkan efek negatif. Dengan demikian
perintah ayat di atas makanan tidak sekedar halal tetapi juga baik.

Kata thayyibt adalah bentuk jamak dari kata ath-thayyib. Dari segi
bahasa dapat berarti baik, lezat, menentramkan, paling utama dan sehat.
Kita dapat berkata bahwa makna kata tersebut dalam konteks makanan
adalah makanan yang tidak kotor dari segi zatnya, atau rusak (kadaluarsa), atau
tercampur najis. Dapat juga dikatakan bahwa yang thayyib dari makanan
adalah yang mengundang selera yang memakannya, dan tidak membahayakan
fisik dan akalnya.3

Allah Swt menekankan agar kita tidak mengikuti langkah-langkah


syetan, karena syetan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Tidak hanya
untuk orang muslim tapi juga untuk non muslim. Sejarah telah mencatat
karena urusan perut menjadikan manusia lupa akan kodratnya dengan
membohongi, mencuri dan membunuh saudaranya sendiri.

Syetan memang tidak serta merta mengajak manusia kejalan yang


tidak baik, namun membujuk dengan rayuan maut yang tiada henti
dan terus menerus sampai pada akhirnya ia mengikuti perintahnya.
Contoh yang paling jelas adalah kisah nabi Adam dan hawa yang
dibujuk syetan untuk mendekati buah khuldi. Walaupun ditolak oleh
nabi Adam untuk mendekati buah khuldi apalagi sampai memakannya,
syetan tetap semangat terus menerus merayu tanpa henti. Sampai pada
376_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

akhirnya nabi Adam tidak saja mendekati tetapi mulai memasukkan


ke dalam mulutnya. Begitulah syetan yang akan datang kepada semua
manusia baik muslim atau non muslim untuk melakukan hal yang keji
dan munkar.

dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang
telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu
beriman kepada-Nya. (QS. Al-Maidah: 88). Yang termasuk bagian
dari halal pada ayat diatas adalah cara memperolehnya. Bukan
dari riba, mencuri. Makanan maupun minuman dari jenis yang
tidak memabukkan dan membahayakan.4

Ada beberapa contoh makanan beracun dan memabukkan seperti


kecubung, ganja, daun beracun, minuman buah aren, candu, narkoba
(ganja,morfin), air tape yang telah bertuak. Semuanya haram sababi
ditinjau dari hasil usaha yang tidak dihalalkanolah agama. Haram sababi
banyak jenisnya, yaitu: (1) Makanan haram yang diperoleh dari usaha
dengan cara dzalim seperti mencuri, korupsi, menipu, merampok, dll.
(2) Makanan haram yang diperoleh dari hasil judi, undian harapan,
taruhan, menang togel, dll. (3) Hasil haram karena menjual makanan
dan minuman haram seperti daging babi, miras, kemudian dibelikan
makanan dan minuman. (4) Hasil haram karena telah membungakan
dengan riba, yaitu menggandakan uang. (5) Hasil memakan harta anak
yatim dengan boros atau tidak benar.

Dalam surat al-Baqarah difirmankan:

Hai orang-orang yang beriman makanlah di antara rezeki yang baik-


baik. (QS. Al-Baqarah: 172)

Ayat ini secara tegas ditujukan kepada orang-orang mukmin, sehingga


dalam ayat ini tidak lagi dicantumkan kata halal sebagaimana yang
disebut pada surah al-baqarah ayat 1685, karena haikatnya orang yang
beriman akan menjauhi larangan Allah dan memilih makan makanan
yang halal.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _377

Jika makanan yang halal itu membusuk, mengandung zat radioaktif,


beracun dan mengganggu kesehatan yang akan mengkonsumsi tidak
boleh dimakan, karena tidak baik. Bagi orang yang sakit darah tinggi,
makan daging kambing dan durian merupakan bencana yang dapat
menghilangkan nyawa. Namun bagi orang yang sehat keduanya adalah
makanan yang sangat nikmat dan boleh dimakan sesuai dengan kadarnya
sebagai rizki yang baik.

Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan-makanan yang baik-baik dan


kerjakanlah amal yang shaleh. (Al-Mukminun: 51)

Perintah untuk makan tidak hanya untuk manusia tetapi juga rasul.
Rasul juga manusia yang membutuhkan makan untuk memperoleh
energi dalam aktifitasnya melakukan amal yang shaleh. Ayat ini
menjelaskan bahwa manusia memang secara fitrah membutuhkan makanan
tanpa kecuali. Proses memilih makananlah yang diatur oleh Allah supaya
manusia terhindar dari marabahaya.

2. Definisi Makanan dan Minuman yang Halal.

Makanan dikatakan halal harus memenuhi tiga kriteria yaitu, halal


zatnya, halal cara memperolehnya, dan halal cara pengolahannya. Pertama,
halal dzatnya yaitu bahan baku dari produk tersebut tidak ada makanan
atau minuman yang diharamkan. Kedua, halal cara memperolehnya
artinya rizki yang dipakai untuk membeli atau membuat makanan
tersebut dari perkerjaan yang halal, bukan perbuatan yang diharamkan
seperti mencuri dan lain-lain. Ketiga, halal cara pengolahannya artinya
dalam pengolahannya tidak mengandung zat-zat yang diharamkan
dalam proses membantu memperlancar dan mempercepat dalam
pengolahannya.

Makanan yang halal pada intinya seperti telah penulis jelaskan di


atas adalah semua makanan yang diperbolehkan oleh syariat untuk di
konsumsi kecuali ada larangan di dalam Al-Quran dan Hadits. Makanan
yang halal harus memenuhi tiga kriteria di atas agar manusia dapat
hidup dengan sehat lahir dan batin.
378_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Halal tediri dari empat kategori: wajib, sunnah, mubah dan makruh.6
Ini menunjukkan bahwa tidak semua makanan yang halal wajib di
makan, melainkan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan, karena
semua individu memiliki keunikan dan karakter tersendiri. Sebagai
contoh ada yang rentan terkena darah tinggi dan rentan terkena darah
rendah. Saat rentan terkena darah tinggi sebaiknya tidak banyak makan
makanan yang mengandung lemak dan kolesterol agar tekanan darah
tidak cepat naik. Makan makanan yang menurunkan kadar tekanan
darah seperti timun, bawang putih dan lain-lain sangat dianjurkan.

Hal ini dipahami bahwa bahwa setiap tubuh memiliki kebutuhan


akan makanan dengan spesifik tertentu. Kita ketahui dalam biologi
dikenal tiga domain (tingkat klasifikasi) kehidupan yaitu domain Bakteri
(Bacteria), domain Arkae (Archaea) dan domain Eukariota (eukarya). Ketiga
domain tersebut terdiri dari 6 kingdom (kerajaan) yaitu kingdom Bakteri,
kingdom Arkea, kingdom Protista (eukariota ber sel tunggal [uniseluler]
dan kerabat multiselulernya yang realatif sederhana), kingdom Plantae
(tumbuh-tumbuhan), kingdom Fungi (jamur), dan kingdom Animalia
(hewan).7 Mikroorganisme maupun makroorganisme dalam semua
domain di atas hukumnya halal dimakan, kecuali yang diharamkan.
Namun tidak semua yang halal boleh dimakan, harus melihat apakah
itu baik untuk tubuh atau tidak.

Setiap perintah pasti ada alasannya. Perintah Allah Swt untuk


mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan baik mempunyai
manfaat, diantaranya:

1) Mendapat pahala dan ridha Allah Swt.

2) Diterimanya amal ibadah.

3) Memperoleh perlindungan Allah Swt.

4) Terhindar dari berbagai penyakit (virus, bakteri dan lain-lain)

5) Termasuk orang yang bertaqwa, sholeh dan berakhlak mulia.

6) Dapat terhindar dari perbuatan dosa.


Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _379

7) Menjadi pribadi yang baik, jujur, bersyukur dan bersikap apa


adanya.

8) Memperpanjang umur (sehat).

9) Memberi ketenangan dalam kehidupan sehari-hari.

10) Rizkinya membawa berkah dunia dan akhirat.

Penjelasan penulis pada makanan yang diharamkan telah jelas


bahwa makanan sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap orang
tanpa kecuali. Memilih makanan yang halal, baik, beragam dan bergizi
adalah mutlak agar tubuh, baik jasmani maupun rohani sehat dan dapat
melakukan aktifitas sebagai khalifah di bumi.

Makanan dan minuman yang halal akan menjadi berkah. Rizki yang
diperoleh besar ataupun kecil selalu cukup memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Tidak dikerjar-kejar hutang, hidup damai dan tenteram. Sehat
seluruh keluarga dan pertumbuhan anak-anak menjadi baik, cerdas
dan sholeh/sholehah. Rizki yang tidak berkah walaupun sudah banyak
namun selalu kurang dan cepat habis.

Oleh karena itu, kita harus selalu ingat bahwa begitu penting artinya
makanan bagi manusia. Semestinya kita selektif dalam memilih setiap
makanan. Makanan adalah awal dari pembentukan tubuh (organ) dalam
kandungan dan terus sampai meninggal dunia. Makanan halal, baik,
beragam, bergizi dan mudah dicerna oleh alat-alat (sistem) pencernaan
adalah pilihan terbaik.

3. Definisi Makanan dan Minuman Haram.

Pemberian akal (pikiran) dan hati (perasaan) dengan kemampuan


untuk bernalar adalah kunci utama agar manusia dapat memilih mana
yang baik dan mana yang tidak baik. Begitupun dalam memilih makanan.
Manusia diperintahkan makan semua apa yang ada di bumi kecuali
beberapa makanan dan minuman yang tidak boleh dimakan (haram).
380_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Makanan dan minuman yang haram artinya semua makanan dan


minuman yang dilarang oleh Allah Swt melalui al-Quran dan hadis nabi
Muhammad, saw. Makanan yang haram memang tidak banyak, namun
dalam era modern makanan yang haram bertambah sesuai dengan
perekambangan teknologi pangan yang menggunakan bahan baku dan
cara pengolahan menggunakan bantuan bahan-bahan yang diharamkan.

Allah secara tegas memerintahkan manusia untuk menghindari


makanan haram:

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging


hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tecekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,
kecuali kamu sempat menyembelihnya. (QS Al-Maidah: 3)

Menurut ayat tersebut terdapat beberapa kategori makanan yang


diharamkan, diantaranya: .

a) Bangkai.

Bangkai adalah binatang yang berembus nyawanya tidak melalui


cara yang sah, seperti mati tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk, dan
diterkam binatang buas namun tidak sempat disembelih dan (yang
disembelih untuk berhala).8 Manfaat mengapa bangkai dilarang
atau diharamkan untuk dimakan: 1) merendahkan harga diri dan
kehormatan manusia. 2) Mengandung bahaya (Kematian karena
sakit, sangat lemah, virus. 3) Membiasakan untuk umat Islam untuk
makan makanan yang segar (bernyawa).9

Namun, tidak semua bangkai haram. Bangkai yang berasal dari laut
dan sungai dihalalkan untuk dimakan sesuai dengan firman Allah
Swt:

Dan Dia (Allah) yang menundukkan laut untuk kamu, agar kamu dapat
memakan dari laut itu daging yang segar (ikan dan sejenisnya). (QS. An-
Nahl: 14)


Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _381

Dihalalkan bagi kamu binatang buruan laut dan makanan yang berasal
dari laut, sebagai makanan yang lezat bagi kamu dan orang-orang yang
dalam perjalanan. (QS. AL-Maidah: 96)

Jadi ikan yang diperoleh dengan cara memancing, menjala, memukat,


baik dari laut, sungai, danau, kolam atau tambak bangkainya halal
dimakan. Sebagaimana hadis nabi yang menyatakan kalau laut itu
adalah suci airnya dan halal bangkainya. (HR. Ash-habus Sunan).

Hewan yang hidup di darat dan di air yaitu jenis amfibi dan reptil,
sebagian ulama ada yang mengecualikan, namun pengecualian
tersebut diperselisihkan oleh sebagian ulama lainnya karena tidak
tersurat dalam Al-Quran, tapi suatu hadis.10

b) Darah yang Mengalir.

Darah haram dimakan atau diminum karena tentunya akan jijik


minum atau makan darah. Darah yang melekat pada daging dan
jeroan seperti usus, babat, jantung, paru, hati, limpa dan ginjal, yang
semuanya dialiri oleh darah boleh dimakan (sebaiknya sebelum
dimasak dibersihkan darah yang menempel). Sedangkan darah
yang mengalir, kemudian di tampung dan dibekukan yang disebut
marus atau dideh adalah haram.

Darah yang mengalir juga mengandung berbagai macam zat yang


semuanya belum tentu zat yang bermanfaat untuk tubuh. Saat makan
dan minum yang berbahaya darah akan membawanya kesleuruh
tubuh dan jika dikonsumsi dapat menimbulkan efek yang tidak baik
dan mengganggu kesehatan.

c) Daging Babi.

Babi dan semua yang berhubungan dengannya haram dikonsumsi.


Ada ulama yang mengatakan boleh selain daging babi, namun
tentu saja sulit memisahkan secara khusus daging dari lemak dan
seterusnya. Hakikatnya semua yang berasal dari babi dilarang oleh
Allah Swt.
382_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Babi secara ilmiah telah diteliti merupakan inang perantara dari


beberapa penyakit parasit yang dapat ditularkan kepada manusia.
Cacing Tanea solium (penyakit cacing pita) dan kista cacing Trichinella
spiralis, keduanya menimbulkan penyakit parasit pada manusia.

Tanea solium adalah jenis cacing pita yang hidup dalam usus babi.
Telur cacing ini berjumlah ribuan dan tiap telur mengandung larva.
Larva akan menembus dinding usus babi, masuk ke pembuluh darah
hingga mencapai otot atau daging, yang kemudian membentuk kista
yang berupa gelembung.

Saat manusia makan daging babi yang mengandung kista dan daging
tidak di masak sempurna, maka akan terjangkit penyakit cacing
pita. Kepala cacing Taenia solium menempel pada dinding usus dan
mengisap zat-zat mineral dan gizi sehingga penderita mengalami
kekurangan gizi dan tidak bertenaga.

Trichinella spiralis hidup di usus babi. Larvanya menembus dinding


usus babi mengikuti aliran darah dan tinggal di jaringan otot atau
daging dan membentuk kista dan tetap infektif hingga beberapa
tahun. Penyakit ini disebut trichinosis, dimana cacing dewasa hidup
dalam usus penderita, sedangkan larvanya tinggal di otot sebagai
kista. Gejala yang ditimbulkan penyakit ini adalah kekurangan gizi
dan nyeri otot.

Tabel. 1 Perbandingan lemak dan protein dari beberapa binatang


ternak.11

Jenis daging Kalori Protein (g) Lemak (g)


Daging kerbau 84 18,7 0,5
Daging Kambing 154 16,6 9,2
Daging Sapi 207 18,8 14
Daging Babi 457 11,9 45
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _383

Kandungan lemak daging babi sangat tinggi dibandingkan dengan


daging sapi, kambing dan kerbau. Apabila mengkonsumsi, maka
tubuh mencerna dan menyerap kolesterol dan trigliserida darah yang
tinggi. Akibatnya menderita panyakit yang disebut hiperlipidemia
atau hiperkolesterolemia yang dapat berakhir dengan stroke atau
jantung koroner.

Penjelasan di atas adalah sebagian dari apa yang telah diketahui


mudharatnya, sehingga dilarang Allah Swt. Penelitian dan analisis
tentang diharamkannya daging babi juga dikarenakan babi dikenal
sebagai binatang yang sangat jorok. Saat kita makan daging
babi, dikhawatirkan banyak mengandung kotoran yang dapat
menimbulkan penyakit seperti yang penulis jelaskan di atas dan ada
argumen yang menyatakan bahwa karakter joroknya babi agar tidak
melekat juga pada manusia.

d) Hewan ternak yang disembelih tanpa menyebut nama Allah

Dan janganlah kamu makan sembelihan yang tidak menyebut nama Allah
dan sesungguhnya yang demikian itu fasik. (QS Al-An am: 121)

Proses penyembelihan hewan ternak telah di atur dalam fiqih


secara rinci. Secara umum syaratnya berkaitan dengan orang yang
menyembelih, cara dan tujuan penyembelihan, bagian tubuh hewan
yang harus disembelih dan alat penyembelihan. Firman Allah Swt:

Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan)


ahli kitab halal untuk kamu dan makanan kamu halal bagi mereka. (QS.
Al-Maidah: 5)

Hewan yang disembelih hanyalah untuk bahan makanan yang halal,


bukan untuk menyakiti hewan ternak. Anggota tubuh hewan yang
harus di sembelih adalah lehernya, agar cepat mati sehingga hewan
tidak tersiksa. Caranya menggunakan pisau yang tajam dengan
384_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

memotong bagian pembuluh darah utama (arteri karotis) dan saluran


nafas tenggorokan (laring). Saluran cerna kerongkongan (faring) dan
urat saraf yang menghubungkan kepala dengan tubuh tidak harus
terpotong.

Pendapat semua mazhab sepakat dengan ketentuan di atas. Mazhab


Maliki dan Hanafi memberi kelonggaran, bahwa bila seorang lupa
menyebut nama Allah ketika menyembelih, maka hal itu dapat
ditoleransi. Sedangkan menurut Mazhab Syafii, perintah menyebut
nama Allah pada ayat-ayat tersebut di atas adalah sunnah dan
merupakan anjuran saja, bukan kewajiban (sesuai surah Al-Maidah
ayat 5, ahli kitab tidak menyebut Allah Swt).

Sesungguhnya Allah yang mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging


babi, dan yang disembelih dengan nama selain Allah. (QS. Al-Baqarah: 173)

Selain ayat 3 surah al-Maidah, ayat di atas menegaskan dan


memperkuat tidak bolehnya bangkai, darah, daging babi dan hewan
yang disembelih tanpa menyebut nama Allah Swt. Namun demikian
Allah Swt tidak pernah membuat sesuatu yang rumit, selalu
memudahkan. Jika pada keadaan yang memaksa, seperti di dalam
hutan dan tidak ada makanan atau hal-hal yang darurat lainnya,
diperbolehkan memakan makanan yang diharamkan namun hanya
sekedarnya untuk menutupi rasa lapar dan disertai niat yang tidak
menginginkannya.

e) Minuman yang memabukkan.

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi; Katakanlah : Pada


keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosanya lebih besar daripada manfaatnya. (QS. Al-Baqarah: 219)

Mabuk adalah hal yang dilarang oleh Allah Swt. Bukan tanpa alasan
mabuk ini dilarang. Segala sesuatu pasti punya sisi baik dan buruk.
Hanya saja yang membedakan keduanya adalah apakah lebih banyak
kebaikan atau keburukannya.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _385

Hasil dari beberapa penelitian tentang FAS (Fatal Alcohol Syndrome)


dan FAE (Fatal Alcohol Effect) menunjukkan data yang menegaskan
bahwa 90% dari objek yang diteliti menderita penyakit mental, 60%
gagal dalam pendidikan, 60% melakukan tindak pidana, dan 50%
kepergok melakukan perilaku seksual yang menyimpang.12

Alkohol merupakan minuman yang tidak disarankan oleh agama


dan pakar kesehatan manapun untuk dikonsumsi.

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam


keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan. (QS
An-Nisa: 43)

Minuman yang memabukkan adalah semua minuman yang dapat


membuat manusia kehilangan akal sehat dan mengandung zat yang
memabukkan yaitu alkohol. Dan dari buah kurma dan anggur, kamu
buat minuman yang memabukkan dan rizki yang baik. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-
orang yang memikirkan. (QS. al-Nahl: 67)

Salah satu contoh nyata buah yang seharusnya halal menjadi haram
adalah buah anggur dan kurma. Kurma dapat dibuat menjadi gula
kurma, gula anggur dan cuka. Anggur dapat dibuat manisan dalam
kaleng dan gula anggur yang keduanya termasuk makanan yang
sehar dan bergizi, baik untuk tubuh manusia. Cuka dipakai untuk
penyedap masakan dan pengawet makanan. Semuanya merupakan
produk olahan yang baik dan sehat.

Namun keduanya dapat dibuat menjadi


minuman yang
memabukkan dengan cara peragian (fermentasi). Setelah mengalami
fermentasi, cairan kurma dan anggur menghasilkan minuman yang
memabukkan.

f) Haram makam Keledai, hewan yang buas dan bertaring.


Rasulullah saw. melarang makan daging keledai piaraan. (HR. Shahih
386_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Muslim) dan Hadis riwayat Abu Tsa`labah ra., ia berkata: Nabi saw.
melarang memakan binatang buas yang bertaring. (HR. Shahih Muslim)

Secara umum binatang yang buas dapat memangsa manusia dan


biasanya memiliki taring. Hal ini tentu membahayakan bagi manusia
dan gigi yang bertaring menandakan hewan tersebut termasuk hewan
yang buas dan berbahaya. Jika manusia makan binatang yang buas,
karena sifatnya tersebut dapat terjangkiti dan menjadi sifat manusia
juga. Hal ini tidak baik untuk kehidupan dan tekstur daging hewan
yang buas dan bertaring tidak baik untuk tubuh manusia. Selain itu
Imam Syafiie mengharamkan hewan yang hidup di dua alam (di air
dan di darat) seperti kodok, buaya, kura-kura, dan kepiting.

4. Pengaruh Makanan dan Minuman Haram terhadap Jiwa.

Makanan yang halal dan baik akan berpengaruh bagi jasmani maupun
rohani. Secara jasmani, makanan halal dan baik tidak mengganggu dan
merusak kesehatan, adapun terhadap rohani makanan tersebut tidak
membuat rasa permusuhan, rasa kebencian, lupa pada mengingat Allah,
atau lupa shalat.

Jika makanan yang halal itu membusuk, mengandung zat radioaktif,


beracun dan mengganggu kesehatan yang akan mengkonsumsi tidak
boleh dimakan, karena tidak baik. Bagi orang yang sakit darah tinggi,
makan daging kambing dan durian merupakan bencana yang dapat
menghilangkan nyawa. Namun bagi orang yang sehat keduanya
adalah makanan yang sangat nikmat dan boleh dimakan sesuai dengan
kadarnya.

Dampak yang secara langsung dirasakan saat minum-minuman yang


beralkohol secara berlebihan adalah kepala terasa pusing, ingin muntah,
merasa letih, pandangan kabur, berhalusinasi, tidak mampu mengontrol
dirinya sendiri sehingga menjadi lemah, dapat melakukan hal-hal di
luar akal sehat, membuat orang banyak bicara (gerakan dan berbicara
terganggu) dan kehilangan hambatan dalam menyampaikan sesuatu.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _387

Dampak secara tidak langsung dapat mengganggu kehidupan orang


tersebut. Secara destruktif kerusakan pertama dimulai pada fungsi hati
yang menyebabkan hepatitis (peradangan hati) karena tidak mampu
secara terus menerus memecah minuman yang beracun untuk tubuh.
Saat minum alkohol berlebihan hanya 20% yang diserap oleh aliaran
darah, sisanya diserap oleh lambung dan lapisan usus kemudian dibawa
ke hati untuk dipecah ke dalam air, karbon dioksida dan lemak. Hati
mampu manangani setengah liter per jam. Minum yang berlebihan
menyebabkan buang air kecil berlebihan di dalam tubuh sehingga air
dari bagian lain dialihkan ke hati. Hal ini menyebabkan dehidrasi. Ketika
hati menyerap alkohol menghasilkan asetaldehida yang sangat beracun ke
hati, perut dan otak. Hal inilah yang menyebabkan mabuk.

Fungsi hati sangat vital. Hati punya banyak fungsi dan pekerjaan dalam
tubuh, sehingga rentan terhadap penyakit. Selain sebagai bagian dari
sistem pencernaan (memecah lipid agar mudah dicerna, menghasilkan
beberapa asam amino untuk produksi protein), hati bertangung jawab
untuk memfilter atau menyaring (alkohol dalam darah, obat-obatan),
menetralkan racun yang masuk dalam tubuh, menciptakan zat yang
diperlukan dan membuang produk limbah yang tidak terpakai.

Hati bagi peminum berat menjadi berlemak karena disimpan dan cara
mengatasinya hanya melepaskan alkohol sama sekali dan menunggu
hati untuk memperbaiki dirinya sendiri. Kerusakan progresif sel-sel hati
jika tidak menerima pengobatan secara konprehensif, berhenti minum
alkohol, hati tidak dapat sembuh karena laju kerusakan melampaui
pertumbuhan sel-sel baru.

Selain hepatitis peminum yang sedikit (moderat) berkembang menjadi


sirosis (gagal hati). Sirosis terjadi saat sel-sel hati mengalami kerusakan
dan hati tidak dapat memperbaiki (regenerasi) dirinya sendiri. Sirosis hati
terjadi saat organ pada jaringan bekas luka dan mengeras sehingga tidak
berfungsi dengan baik dimana aliran darah bebas tidak tersaring dari
bahan-bahan yang berbahaya mengarah ke akumulasi limbah dan racun
388_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

dalam tubuh dan meracuni tubuh dari dalam. Gejala ini hanya dapat
dilihat jika sudah berkembang pada stadium lanjut karena disebabkan
penyakit hati kronis (infeksi hepatitis C) sehingga sulit di obati.

Allah Swt telah memberikan imun (sistem kekebalan tubuh) yang


lengkap pada manusia, dimana organ-organ tubuh kita memiliki cara
untuk bertahan dari segala racun dan zat-zat yang tidak baik untuk
tubuh. Namun jika berlebihan, organ tidak dapat mensterilkannya dan
hal ini menimbulkan penyakit yang lama-lama mengganggu sistem
metabolisme tumbuh lainnya.

Secara sederhana, dapat kita kelompokan dampak dari alkohol yang


berlebihan.

Pertama, minum alkohol lebih dari tiga gelas setiap hari secara terus
menerus akan memicu tekanan darah rendah, denyut nadi rendah,
penyakit jantung, stroke, kelumpuhan syaraf, kerdiomiopati dan gagal
fungsi organ (ginjal).

Kedua, mengakibatkan kerusakan lambung. Dimulai dari sakit maag


atau lambung dikarenakan ulserasi atau perlukaan lambung hingga
berdarah atau iritasi lambung yang pada akhirnya menyebabkan
kerusakan jaringan tubuh lainnya.

Ketiga, membuat cacat atau gangguan pertumbuhan pada janin. Proses


embriogensis di mana pembentukan otak dan sumsum tulang belakang
yang dimulai pada bulan pertama kehamilan, pembentukannya dapat
terganggu dan menyebabkan kerusakan pada sel-sel otak pada manusia
dewasa.

Keempat, meningkatkan resiko kanker payudara, kanker mulut dan


pneumonia atau sindrom gangguan pernapasan akut.

Kelima, menyebabkan kematian. Alkohol menjadi salah satu


penyebab kematian terbesar di dunia, baik karena penyakit, kecelakaan,
over dosis, dan sebagainya.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _389

Keenam, menyebabkan rumah tangga tidak bahagia. Perubahan


perilaku dari pemabuk akan membuat kinerja sebagai suami atau istri
akan terganggu. Proses perlakuan sehari-hari secara berangsur-angsur
menyebabkan ketidakmampuan untuk melakukan hal-hal yang utama
yaitu mencari nafkah untuk keluarga (prestasi kerja rendah) dan
mengurus keluarga. Alkohol juga mempengaruhi kesehatan seksual
dengan menyebabkan libido rendah dan menyebabkan disfungsi seksual
(disfungsi ereksi pada laki-laki).

Ketujuh, riset menunjukkan dapat merusak kesehatan mental,


melemahkan daya ingat, depresi, insomnia dan menurunkan kesuburan.
Memang konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit (moderat) dapat
membantu mencegah serangan jantung dengan meningkatnya kolesterol
baik serta menghentikan gumpalan darah dalam arteri (pembuluh darah
utama). Namun secara umum lebih banyak mudharatnya seperti penulis
jelaskan di atas.

Selain merusak secara fisik pada tubuh, pengaruh makanan dan


minuman yang haram mempunyai beberapa keburukan yang lain,
diantaranya adalah:

1) Doa yang dilakukan tidak mustajabah (makbul atau diterima oleh


Allah Swt).

2) Rizki yang banyak tidak berkah, karena syetan mengarahkan


kepada kemaksiatan.

3) Hidup tidak tenang.

4) Kehormatan, martabat, kepercayaan, dan nama baik hancur bila


ketahuan.

5) Berdosa karena melanggar perintah Allah Swt.

6) Merusak jasmani dan rohani.

7) Menimbulkan penyakit.
390_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Paparan di atas menegaskan bahwa di balik larangan Allah tersimpan


kebaikan bagi manusia. Islam menjaga manusia agar tidak rusak
kehidupannya. Termasuk dalam hal makanan dan minuman, bahwa
larangan untuk mengkonsumsi yang haram adalah bentuk penjagaan
terhadap jiwa dan raga, menjaga kesehatan tubuh dan spiritual. Maka,
konsumsi makanan halal sebuah keharusan.

D. Makanan Sehat Dalam Perspektif Sains dan Kesehatan.


Makanan secara sains dan kesehatan tidak melihat apakah halal atau
tidak, karena yang menjadi tolak ukur adalah gizi dari bahan makanan
dan produk makanan yang ada. Apabila suatu bahan pangan memiliki gizi
baik dan mengandung bahan-bahan [mineral makro (karbohidrat, lemak,
protein) dan mineral mikro (vitamin dan mineral)] yang mendukung
kinerja tubuh lebih baik, terbukti secara klinis, maka makanan tersebut
baik dan sehat untuk dikonsumsi tanpa melihat berasal dari mana dan
dengan cara bagaimana mendapatkannya.

1. Enam Zat yang Penting untuk Tubuh.

Tumbuhan merupakan sumber utama produsen yang menghasilkan


energi sendiri. Secara ilmiah peristiwa fotosintesis dimana klorofil (zat
hijau daun) mampu mengikat karbon dioksida (CO2) dari udara dan
menyerap air (H2O) dari akar tumbuhan dengan bantuan photon (cahaya)
matahari dan disintesis menjadi senyawa organik yang mengandung
energi, yang disebut pati, hidrat arang, atau karbohidrat. Proses perubahan
dari energi cahaya menjadi energi kimiawi yang kaya akan energi untuk
aktifitas seluruh tumbuhan ini disebut peristiwa fotosintesis.

Hasil fotosintesis tersebut dijadikan energi untuk melakukan


metabolisme agar dapat bertahan hidup. Tumbuhan adalah makanan
yang baik untuk manusia (konsumen) karena dapat memberikan zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh diantaranya adalah air, karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan mineral. Zat tersebut berfungsi sebagai zat tenaga,
zat pembangun, zat pengatur dan kekebalan tubuh.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _391

Pertama, karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia


dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan melalui
proses fotosintesis. Karbohidrat dalam ilmu gizi dibagi menjadi dua
golongan, yaitu karbohidrat sederhana (gula sederhana) dan karbohidrat
kompleks (lebih dari dua unit gula sederhana).13 Fungsi karbohidrat
sebagai zat tenaga dalam proses metabolisme tubuh.

Kedua, lemak disebut juga lipid, adalah senyawa organik yang


berfungsi sebagai cadangan energi bagi manusia dan hewan. Sifat lemak
tidak larut dalam air, tapi larut dalam larutan organik seperti aseton, eter
dan kloroform. Fungsi lemak selain sebagai zat tenaga juga cadangan
energi yang menjaga tubuh dari kedinginan. Oleh karena itu orang
gemuk lebih tahan dingin dari pada orang yang kurus.

Ketiga, protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan
bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah
protein, separonya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan
tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, selebihnya di dalam jaringan
lain dan cairan tubuh.14

Protein terdiri dari enzim, hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah,
matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Protein terdiri dari
asam amino yang berikatan yang bertindak sebagai prekursor sebagian
besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang
esensial untuk kehidupan.

Fungsi protein ini juga sangat khas yang tidak dapat digantikan oleh
zat gizi lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan
tubuh. Kemampuan sel-sel untuk selalu berikatan adalah kunci dan
kekuatan yang luar biasa untuk menangkal segala virus, bakteri dan
zat-zat yang tidak baik oleh tubuh (apoptosis atau kematian sel sendiri).
Apabila kita merasa lelah, selain mengkonsumsi karbohidrat, protein
sangat membantu agar kita tetap kuat.

Keempat, vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan tubuh


dalam jumlah sedikit, tapi penting untuk mempertahankan kehidupan
392_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

dan kesehatan. Vitamin tidak menghasilkan energi, tetapi kehadirannya


sangat diperlukan karena kalau tubuh kekurangan salah satu vitamin,
maka kesehatan badan akan terganggu, demikian juga jika kelebihan.

Keseimbangan cairan dalam tubuh harus tetap terjaga, baik yang masuk
dan yang keluar agar jumlahnya tetap atau konstan. Ketidakseimbangan
dapat menyebabkan dehidrasi (kehilangan air secara berlebihan) dan
intoksikasi air (kelebihan air).

Kelima, mineral atau garam-garam mineral adalah zat gizi esensial


yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit.15 Mineral itu sendiri
adalah zat anorganik yang terdapat dalam bahan makanan, baik
tumbuhan ataupun hewan. Fungsi mineral secara umum adalah (1)
sebagai zat pembentuk tulang dan gigi (kalsium, fosfor, magnesium dan
fluor). (2) pengatur metabolisme tubuh, karena menjadi bagian dari ko-
enzim, enzim dan hormon (zat besi, magnesium, fosfor, iodium, kobalt
dan selenium. (3) pengatur keseimbangan cairan dan keseimbangan
elektrolit (natrium, kalium dan klor).

Mineral mikro terdapat sangat sedikit dalam tubuh dan berperan


untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi. Besi (Fe), seng (Zn),
iodium (I), dan selenium (Se) dibutuhkan untuk sehari-hari. Tembaga
(Cu), mangan (Mn), Fluor (F), Khrom (Cr), dan molibden (Mo) ada
ambang batas yang ada di dalam tubuh.

Keenam, air. Air sangat diperlukan oleh tubuh untuk membantu semua
proses metabolisme di dalam tubuh. Air juga mengandung berbagai
mineral yang bisa di serap oleh tubuh. Air merupakan bagian yang
paling banyak di dalam tubuh, karena itu air dikenal sebagai sumber
kehidupan. Menjaga dan melestarikan lingkungan sangat penting
dilakukan untuk tersedianya air bersih yang kita gunakan untuk minum,
memasak, membersihkan diri dan peralatan rumah tangga.

Demikianlah bahan-bahan yang ada dan diperlukan oleh tubuh untuk


melakukan aktivitas sehari-hari. Banyak zat-zat yang ada di dalam tubuh
yang saat kita kaji sungguh luar biasa. Allah Swt telah menciptakan
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _393

sedemikian rupa dalam bentuk keseimbangan. Tidak ada ciptaan yang


tidak ada manfaatnya. Positif atau negatif semuanya adalah pelajaran
bagi orang yang berfikir.

2. Makanan Sehat untuk Ibu Hamil Sampai Manula.

Makanan diperlukan sejak embrio dalam kandungan ibu sampai


selama hidup manusia.16 Makanan yang dikonsumsi ibu langsung
diserap oleh janin melalui tali pusat. Semua itu diperlukan untuk
pembentukan organ-organ embrio. Fase awal kehamilan sangat penting
untuk perkembangan bayi yang akan lahir. Karena pembentukan otak,
sumsum tulang belakang, sistem percernaan, sistem kadiovaskular dan
sistem yang ada dalam tubuh manusia dimulai saat dalam kandungan.

Perhatian dan pilihan ibu untuk memilih makanan yang sehat,


halal, baik, beragam dan bergizi sangat penting untuk terciptanya anak
yang sehat jasmani, rohani, cerdas intelektual, pintar secara emosional
dan beriman kepada Allah Swt. Nilai gizi dan banyak sedikitnya tiap
individu berbeda sesuai dengan berat badan, lingkungan dan aktivitas
yang dilakukan.

Menciptakan anak cerdas dalam kandungan dimulai dengan


pemenuhan kebutuhan nutrisi.17 Asupan gizi protein, karbohidrat,
lemak, vitamin, dan mineral terpenuhi dengan baik. Selain komposisi dan
nutrisi makanan yang dikonsumsi tersebut harus juga halal agar menjadi
berkah. Selanjutnya, memberikan kasih sayang kepada janin yang
dikandungnya. Hal ini penting untuk kecerdasan bayi secara psikologis.
Dukungan suami dan keluarga membuat ibu yang mengandung bahagia
dan menikmati kehamilan dengan penuh rasa syukur.

Seorang ibu hamil juga harus perhatian secara terhadap kandungannya.


Calon ibu melakukan hal-hal yang positif dan bahagia sehingga janin
yang ada dalam kandungan juga merasa bahagia. Menjauhi segala hal
yang membuat tertekan (stres) dan terbebani.
394_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Gambar 1. Makanan Empat Sehat Lima Sempurna.18

Memperhatikan dan menyediakan makanan yang seimbang baik dari


sisi gizi dan keberagaman makanan sangat utama untuk menunjang
kesehatan. Kesehatan yang baik dapat memperlancar aktivitas dalam
meraih cita-cita dan harapan hidup yang lebih tinggi. Intinya setiap
makanan harus seimbang, seperti makan protein yang berlebihan
akan memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan
mengeluarkan kelebihan nitrogen. Makanan yang mengandung
protein tinggi biasanya tinggi lemak sehingga menyebabkan obesitas
(kegemukan). Penyakit yang ditimbukan akibat kelebihan mengkonsumsi
protein adalah asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah,
kenaikan ureum darah, dan demam.

Pembahasan penulis di atas telah menunjukkan bahwa makanan


yang baik sangat berguna dan dibutuhkan dari janin sampai orang tua.
Ukuran dan tingkatan gizi tiap tahap, dari embrio, bayi, anak-anak,
orang dewasa dan manula memiliki ukuran sendiri-sendiri.

Makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang adalah salah satu
kiat menjaga kesehatan. Mengkonsumsi makanan yang berlebihan dapat
menimbulkan obesitas yang pada akhirnya dapat memicu munculnya
beragam penyakit degeneratif diantaranya adalah diabetes melitus
(kencing manis), darah tinggi, jantung koroner, dan osteoporosis.
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _395

3. Makanan yang Mengandung Antioksidan.

Radikal bebas merupakan suatu senyawa yang diproduksi oleh sel


tubuh secara alami. Sebenarnya, pembentukan radikal bebas merupakan
hal biasa yang secara terus-menerus dalam tubuh kita. Radikal bebas ini
dilepaskan saat tubuh melakukan berbagai proses metabolisme, terutama
pada proses yang memerlukan oksigen, termasuk proses pernapasan,
pembentukan energi dan juga pembelahan sel.19

Jumlah radikal bebas (oksidan) sedikit justru berguna untuk


pertahanan dan kekebalan tubuh. Jika ada bakteri yang masuk, ia akan
dengan cepat membunuhnya. Tapi, jika berlebihann akan berakibat
buruk karena radikal bebas itu akan mencari sel yang sehat dan kemudian
mengikatnya. Secara perlahan-lahan senyawa ini merusak sel-sel tubuh.

Banyak makanan yang menghasilkan antioksidan yang sangat


mempengaruhi kesehatan dan anti kanker seperti Manggis (kulit
manggis banyak mengandung xantone), Raspberry (sel otak), Anggur
Merah (vlavanoid, tanin), Cherry (beta-karoten), teh Hijau (polifenol,
katekin), Paprika Hijau, Paprika Merah (likopen),20 sangat bermakna
untuk mengurangi dan mencegah degeneratif sel saraf dan polusi di kota.

Gambar 2. A. Blueberry. B. Blackberry. C. Respberry.

A. Pohon Plum. E. Buah Plum.

Gambar 3. Bahan Makanan yang mengandung antioksidan.


396_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Konsumsi makanan yang mengandung anti oksidan sangat penting


karena dapat terhindar dari penyakit mata (retinopati diabetes,
degenerasi makular, katarak), kepala (parkinson, alzheimer, epilepsi
traumatik), pernafasan (asama dan gangguan nafas), wajah (bintik
penuaan, keriput), perut (gastritis, luka usus, perlemakan hati), dada
(iskemik, aritmia, infark jantung, hipertensi), tubuh (diabetes, alergi,
rematik, kanker, pembuluh darah keras), dan bagian perut bawah (gagal
ginjal, uremial).

Penelitian yang telah dilakukan para ahli dan terbukti secara klinis
bahwa makanan yang banyak mengandung anti oksidan tidak harus
mahal dan mudah didapat, diantaranya adalah Kurma (tanin), Mahkota
Dewa (alkaloid, saporin, flavoniod, polifenol), Kismis (catechin, phenolic
phytonutrients), Apel (flavonoid), Blueberry (antosinin), Blackberry
(antosinin), Plum, jeruk, delima (polifenol), Kacang Merah, Kubis,
Artichoke (cynarin), bayam (lutein, beta-karoten), buah Bit (betaine,
farnesol, saponim), lemon, kentang, nanas (photochemical), Cengkeh
(phenolik), Aprikot (lycopene), Jagung (fenolik, anthocyanin, ferulik),
Kedelai (selenium, isoflavon, genistein), Wortel, Kangkung, Bawang
Putih, Labu Kuning, Brokoli (anti-acetylcholinesterase), Tomat (beta-
karoten, likopen, lutein, beta crythoxanthin), Jewawut (fenolik), Kiwi
(polifenol, karotenoid), Telur (lutein), Minyak Canola (alphatocopherol),
Susu (karotenoid, beta-karoten, lutein) dan lain-lain.

4. Makanan Cepat Saji.

Teknologi yang berkembang semakin pesat juga memberikan dampak


yang tidak sedikit untuk kesehatan manusia seperti makanan cepat saji
(fast food). Makanan cepat saji mengandung garam dan monosodium
glutamat yang cukup tinggi. Penguranan garam dapat diminta konsumen
terutama untuk pembelian seperti kentang goreng. Selain itu makanan
cepat saji memiliki kandungan lemak tinggi dan menggunakan minyak
yang dipakai berkali-kali (sehingga tinggi kolesterol).
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _397

Lemak dan kolesterol dibutuhkan tubuh, namun saat berlebihan dan


sering makan akan mendapatkan dampak yang luar biasa berbahaya.
Apalagi tidak diimbangi dengan makanan yang mengandung serat agar
dapat dicerna dan dibuang dari dalam tubuh, lemak seperti tersebut
hanya dapat larut dalam larutan organik seperti aseton, eter dan
kloroform.

Penyakit yang ditimbulkan dapat menyempitnya pembuluh darah


sehingga tekanan darah tinggi. Karena tekanan darah yang tinggi
menimbulkan kerja yang jauh lebih tinggi, sehingga daya tampung
tubuh kalau terus-menerus tanpa diimbangi makanan yang sehat
dapat menyebabkan terganggunya saluran material yang dibutuhkan
oleh tubuh.

Adagium yang menyatakan,jangan makan makanan yang tidak


pernah dimakan oleh nenek kita, mengingatkan bahwa memilih
makanan cepat saji yang tidak pernah dimakan oleh nenek kita dapat
mengandung dampak yang tidak baik. Apalagi makanan dalam kemasan
yang bisa tahan berbulan-bulan tanpa kita buat sendiri, hampir dipastikan
menggunakan bahan pengawet. Contoh nyata Sally Davies, seorang
seniman Manhattan telah memfoto paket makanan salah satu makanan
cepat saji selama enam bulan. Setiap hari dilihat proses pembusukannya.
Ternyata hingga enam bulan, makanan yang terdiri dari hamburger,
french fries, dan minuman itu sama sekali tidak membusuk! Ini artinya
zat pengawet kimianya membuat bakteri pembusuk tidak mau makan
makanan tersebut.

Dengan demikian makanan cepat saji jika menjadi kebiasaan dan tidak
dikendalikan dengan makanan yang mengandung serat, antioksidan yang
tinggi dan minum air putih yang banyak dapat langsung menyebabkan
kerusakan ginjal, hati, otak dan dapat menyebabkan kanker.

Selain itu, perkembangan alat transportasi yang banyak membawa


polusi udara, asap rokok yang terhirup, terkena sinar ultra violet, tingkat
stres yang tinggi (macet dan tuntutan pekerjaan), pembakaran hutan
398_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

yang semuanya dapat menurunkan kadar kesehatan manusia. Jika tidak


diimbangi dengan memilih makanan yang sehat (mengandung serat
dan antioksidan) dapat menimbulkan penyakit. Mencari solusi untuk
menyeimbangkan lingkungan yang kurang mendukung kesehatan dan
daya tahan tubuh dari semua hal yang merugikan metabolisme adalah
satu-satunya jalan keluar.

Makanan yang ada di alam memang sangat beragam. Pada setiap


wilayah tumbuhan yang tumbuh juga sangat berbeda satu benua atau
negara yang lain. Hal ini merupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang
menciptakan segala sesuatu sempurna dan sesuai dengan kebutuhan
hambanya.

5. Makanan Halal, Baik, Sehat, Seimbang dan Beragam.

Tidak ada satupun bahan pangan sempurna yang dapat menyediakan


semua unsur nutrisional yang dibutuhkan oleh setiap individu.21 Karena
itulah, memilih makanan untuk dikonsumsi sehari-hari, sebaiknya sesuai
dengan perintah dan larangan al-Quran dan anjuran Nabi Muhammad
saw, seperti yang telah dijelaskan penulis di atas. Selain itu hasil riset ahli
gizi menunjukkan makanan yang baik dan seimbang tidaklah cukup,
diperlukan beragam makanan.

Gambar 4. Makanan halal, baik, sehat, seimbang dan beragam.


Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _399

Jaminan terbaik cukup nutrisi adalah makan dengan keragaman yang


tinggi, bersama dengan suatu keseimbangan kalori, protein dan zat-
zat nutrisi lainnya dengan memperhatikan kebutuhan tiap orang, yaitu
pertimbangan tinggi, berat dan tingkat kegiatan fisik. Setiap orang itu
unik dan berbeda kebutuhannya sesuai dengan aktifitas, cuaca, iklim
dan ukuran tubuhnya.

Tabel. 2 Empat Kelompok Dasar Bahan Pangan.

Panduan bagi jumlah masukan harian yang memadai terhadap unsur-


unsur nutrien yang dibutuhkan; keragaman di dalam tiap kelompok
bahan pangan penting diperhatikan.
Kelompok Susu
Dua gelas susu atau seporsi keju, keju potongan, es krim, atau hasil
olahan susu lainnya.
Kelompok Daging
Dua porsi daging, ikan unggas atau telur; polong-polongan, buncis,
atau kacang-kacangan adalah pilihan lain.

Kelompok sayuran dan buah-buahan


Empat porsi sayuran hijau atau kuning, tomat, jeruk.

Kelompok roti dan serelia


Empat porsi bijian utuh atau hasil olahan serelia yang difortifikasi.

Mengenal diri sendiri, kebutuhan gizi, keragamannya, merupakan


hal yang utama dalam memilih dan menentukan berapa banyak dan
apa saja yang akan dimakan dan minum dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Semakin kita mengenal diri kita makan semakin kita
tahu bahwa kebesaran Allah Swt sungguh tiada tara.

E. Penutup.
Teknologi yang terus berkembang dalam bidang produk makanan
yang menghasilkan banyak produk baru merupakan tantangan
sekaligus kemudahan. Pemberlakuan UU JPH memberikan kepastian
400_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

dan keamanan bagi konsumen sekaligus produsen dalam jual beli.


Memilih makanan yang sehat, halal, baik, seimbang dan beragam untuk
memenuhi kebutuhan keluarga menjadi lebih mudah dan terukur.
Pembeli tidak harus was-was pada produk olahan makanan yang tidak
diketahui bahan baku, pola atau cara pembuatan, media pembuatan dan
bahan-bahan tambahannya.

Keinginan memperoleh makanan yang halal, baik dan dari usaha


sendiri menurut agama, seimbang dan beragam menurut ilmu gizi
dan tepat menurut ilmu kesehatan sangat penting. Selain ibadah yang
memperoleh pahala, akan membuat pikiran dan hati menjadi tenang. Jika
makanan yang dimakan, makanan yang haram dan diperoleh dengan
cara yang tidak benar (hukum agama) akan mendatangkan keburukan
dan perbuatan yang tidak baik.

Membangun kesadaran dan perubahan pola pikir pada hal-hal yang


positif disertai dengan pembekalan pendidikan yang layak, pada akhirnya
dapat bekerja dengan baik sehingga dapat menghidupi keluarga dengan
cara yang halal lagi baik. Dengan demikian memilih makanan yang sehat,
halal, baik, beragam dan bergizi sangat penting untuk terciptanya anak
yang sehat jasmani, rohani, cerdas intelektual, pintar secara emosional,
beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.

Tahu kelebihan dan kekurangan makanan yang dilarang dan


dianjurkan baik dari segi agama, sains (ilmu gizi) dan kesehatan dapat
menambah kekuatan dan kemantapan dalam memilih makanan yang
bergizi, mudah dicerna oleh tubuh dan berkah. Makanan tersebut tidak
harus mahal, diimpor dari luar negeri atau menggunakan pengolahan
dengan teknologi modern, namun sudah tersedia disekitar kita dalam
bentuk buah atau sayuran segar yang dapat dicerna dan diolah oleh
tubuh kita sendiri sedemikian rupa dengan kebesaran Allah Swt.

Alam raya telah menyediakan hasil fotosintesis sebagai energi


untuk melakukan metabolisme agar dapat bertahan hidup. Tumbuhan
dan hewan adalah makanan yang baik untuk manusia karena dapat
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _401

memberikan zat-zat yang diperlukan oleh tubuh diantaranya adalah air,


karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Zat tersebut berfungsi
sebagai zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur dan kekebalan tubuh.
Tentunya ada beberapa tumbuhan dan hewan yang dilarang (haram)
dimakan baik karena agama, sains dan kesehatan.

Manusia kadang menolak sesuatu karena mereka tidak tahu atau


meyakini hal itu tidak baik dan menyetujui sesuatu karena menyakini hal
itu baik. Penjelasan penulis di atas secara umum menyampaikan bahwa
makan makanan yang halal lagi baik adalah penting dan merupakan
tujuan utama untuk hidup yang sehat, jasmani dan rohani.

Makanan yang sehat dan baik terdiri dari dua segi yaitu jasmani
maupun rohani. Pandangan segi jasmani adalah yang tidak mengganggu
kesehatan sedangkan makanan yang baik dari segi rohani adalah yang
tidak membuat rasa permusuhan, rasa kebencian, lupa pada mengingat
Allah, atau lupa shalat.

Melakukan pola makan yang beragam dan seimbang disertai istirahat


yang cukup dan teratur merupakan kunci kesehatan jasmani. Mengikuti
sunnah nabi dalam kehidupan sehari-hari dimana makan dimulai dengan
berdoa dan mengunyah sampai halus agar mudah diserap tubuh, makan
sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang merupakan cara kita dapat
menikmati semua makanan dalam bentuk apapun.

Semua makanan adalah bentuk karunia yang diberikan Allah kepada


manusia. Kesehatan adalah nikmat dan rizki. Kadang-kadang manusia
tidak merasa, sehat adalah rizki yang tiada tara. Ketika mengalami rasa
sakit, barulah sangat terasa kalau sehat adalah bentuk lain rizki selain
materi yang tidak dapat digantikan dengan harta melimpah sebanyak
apapun.

Menikmati hidup yang damai, tenteram dan bermakna di dunia dan


bahagia di akhirat adalah tujuan akhir dengan mencapai ridho Allah
Swt. Harapan yang dimulai dengan mempunyai anak yang sholeh,
sehat, cerdas, menurut pada orang tua di mulai dengan memperhatikan
402_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

asupan makanan yang halal, baik, seimbang dan beragam saat ia masih
dalam janin sampai dewasa.

Tujuan dan harapan pendiri bangsa yang menginginkan rakyat adil


dan makmur sejahtera lahir dan batin hanya dapat terwujud dimulai
dari keluarga yang bertingkah laku sesuai dengan tuntutan agama,
bekerja keras, pantang menyerah dan mengatur pola makan yang baik,
beragam dan seimbang menuju generasi rabbani, yang mengajarkan al-
Quran dan terus mempelajarinya.*
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _403

Daftar Pustaka

al-Maraghi, Ahmad, Mustofa, Tafsir Al-Maroghi. Libanon: Dar Al-Kotob


Al-Ilmiyah, 2006, Jilid. 3.

Almatsier, Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama, 2001.

Gambar. Google.com. 9 Oktober 2014.

Kissanti, Annia, Sembilan Bulan yang Penuh Keajaiban, Araska, 2008

Lehninger, Albert L. Penerjemah Thenawijaya, Maggy., Dasar-dasar


Biokimia, Jakarta: Erlangga, 1982, Jilid 3.

Maftuhah, Penyakit Demensia dan Alzheimer, Bandung: Biologi Fungsi


Hewan, 2014 (tidak diterbitkan),

Reece, Jane B, dan kawan-kawan, Campbell Biologi. USA: Pearson


Educational, Inc, 2014.

Rahmadianti, Fitria, Inilah Rangkuman Hasil Pengesahan UU Jaminan


Produk Halal. www.detik.com. 10 Oktober 2014.

Rahmat, Jalaluddin, Belajar Cerdas, Belajar Berbasis Otak, Bandung: Mizan,


2005

http://www.wartatimes.com/hukum/undang-undang-jaminan-produk-
halal-disahkan-pbnu-mui-hanya-lembaga-jadi-jadian, sumber
www.nu.or.id. 10 Oktober 2014.

Saleh, Ashaf, Takwa: Makna dan Hikmahnya Dalam Al-Quran, Jakarta:


Erlangga, 2002.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AL-


Quran, Jakarta: Lentera Hati, 2011, Volume 8.

Tirtawinata, Tien.Ch., Makanan dalam perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi,


Jakarta: FKUI, 2006.
404_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014

Endnotes

1. Ashaf Saleh,Takwa: Makna dan Hikmahnya Dalam Al-Quran, Jakarta: Erlangga,


2002, h. 1.

2. Ibid, h. 4
3. M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AL-Quran,
Jakarta: Lentera Hati, 2011, Volume 8, h. 375-376.

4. Ahmad Mustofa al-Maraghi, Tafsir Al-Maroghi, Libanon: Dar Al-Kotob Al-


Ilmiyah, 2006, Jilid. 3. Cetakan, h. 10

5. M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian AL-Quran,


Jakarta: Lentera Hati, 2011, Volume 1, h. 461.

6. Ibid, h. 457.
7. Jane B Reece, Campbell Biologi, USA: Pearson ducational, Inc, 2011, h. 9-11.
8. M Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, ibid, h. 462.
9. Ahmad Mustofa al-Maraghi, ibid, h. 378-379.
10. Tien.Ch.Tirtawinata, Makanan dalam perspektif Al-Quran dan Ilmu Gizi,
Jakarta: FKUI, 2006, h. 152.

11. Ibid, h.155.


12. Jalaluddin Rahmat, Belajar Cerdas, Belajar Berbasis Otak, Bandung: Mizan,
2005, h. 191.

13. Sunita Almatsier, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2001, h. 28-29.

14. Ibid, h. 77.


15. Tirtawinata, ibid, h. 102.
16. ibid
Makanan Halal dalam Perspektif al-Quran, Sains dan Kesehatan _405

17. Annia Kissanti, Sembilan Bulan yang Penuh Keajaiban, Araska, 2008, h. 13-16
18. Google.com. 9 Oktober 2014.
19. Maftuhah, Penyakit Demensia danAlzheimer, Bandung: Biologi Fungsi, 2014, h. 11.
20. Ibid, h. 9.
21. Albert L. Lehninger, Penerjemah Thenawijaya, Maggy, Dasar-dasar Biokimia,
Jakarta: Erlangga, 1982, Jilid 3, h. 116.
406_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 Revitalisasi Peran dan Fungsi Keluarga _413

Pedoman Transliterasi
414_Jurnal Bimas Islam Vol.5. No.2 2012 Ketentuan Tulisan _407

A. Ketentuan Tulisan

1. Tulisan merupakan hasil penelitian di bidnag zakat, wakaf,


dakwah Islam, pemberdayaan KUA dan hal-hal terkait
pengembangan masyarakat Islam lainnya.
2. Karangan ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris
dengan perangkat lunak pengolah kata Microsoft Word , font
Palatino Linotype, maksimum 25 halaman kuarto minimum 17
halaman dengan spasi satu setengah.
3. Karangan hasil penelitian disusun dengan sistematika
sebagai berikut: Judul. Nama Pengarang. Abstract . Keywords .
Pendahuluan. Metode Penelitian. Hasil Penelitian. Pembahasan.
Kesimpulan dan Saran. Daftar Kepustakaan. Sistematika tersebut
dapat disesuaikan untuk penyusunan karangan ilmiah.
4. JUDUL
a. Karangan dicetak dengan huruf besar, tebal, dan tidak
melebihi 18 kata.
b. Nama Pengarang (tanpa gelar), instansi asal, alamat, dan
alamat e-mail dicetak di bawah judul.
c. Abstract (tidak lebih dari 150 kata) dalam dua bahasa
(Indonesia dan Inggris), dan Keywords (3 sampai 5 kata)
ditulis dalam bahasa lnggris, satu spasi, dengan huruf
miring.
d. Tulisan menggunakan endnote
e. Daftar Kepustakaan dicantumkan secara urut abjad nama
pengarang dengan ketentuan sebagai berikut:
Untuk buku acuan (monograf): Nama belakang
pengarang diikuti nama lain. Tahun. Judul Buku. Kota
Penerbit: Penerbit.
Untuk karangan dalam buku dengan banyak
kontributor: Nama Pengarang. Tahun. Judul
Karangan. Dalam: Nama Editor. Judul Buku. Kota
408_Jurnal Bimas Islam Vol.7. No.II 2014 Revitalisasi Peran dan Fungsi Keluarga _415

Penerbit: Penerbit. Halaman.


Untuk karangan dalam jurnal/majalah: Nama
Pengarang. Tahun. Judul Karangan. Nama Majalah,
Volume (Nomor): Halaman.
Untuk karangan dari internet: Nama Pengarang.
Tahun. Judul Karangan. Alamat di internet ( URL ).
Tanggal mengakses karangan tersebut.
5. Gambar diberi nomor dan keterangan di bawahnya, sedangkan
Tabel diberi nomor dan keterangan di atasnya. Keduanya
sedapat mungkin disatukan dengan file naskah. Bila gambar/tabel
dikirimkan secara terpisah, harap dicantumkan dalam lembar
tersendiri dengan kualitas yang baik.
6. Naskah karangan dilengkapi dengan biodata singkat pengarang
dikirimkan ke alamat kantor Jurnal Bimas Islam berupa naskah
tercetak (print out) dengan menyertakan soft copy dalam disket/
flash disk atau dapat dikirim melalui e-mail Jurnal Bimas Islam
(jurnalbimas@yahoo.co.id).

You might also like