Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Paper ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti kepanitraan
klinik senior di Departemen Psikiatri. Paper ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan penulis dan pembaca mengenai gangguan kepribadian dependen,
1
sehingga dapat lebih mengetahui tentang gangguan ini serta mendiagnosisnya.
Pemahaman yang lebih baik tentang gangguan kepribadian dependen ini
diharapkan dapat memudahkan dalam diagnosis sehingga jika diketahui lebih dini,
pasien dapat memiliki prognosis yang lebih baik, sehingga mencegah terjadi
kesalahan pengobatan dan mencegah gangguan ini terjadi berlarut-larut.
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1.2 Etiologi
a) Faktor genetik
Hal ini dibuktikan melalui penelitian di Amerika Serikat pada 15000 pasang
anak kembar bahwa faktor genetik berperan terhadap timbulnya gangguan
3
kepribadian. Pada kembar monozigotik persamaan dalam gangguan kepribadian
beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan kembar dizigotik. Hal itu juga
ditemukan walaupun kembar monozigotik itu dibesarkan secara terpisah sejak
kecil.1
b) Faktor Biologi
- Hormon
Orang dengan ciri impulsif sering didapati kadar testosterone, 17-estradiol,
dan estrone yang meningkat. Pada beberapa orang dengan gangguan
kepribadian ambang dan orang yang menderita depresi memiliki kadar DST
yang abnormal.1
-
Platelet Monoamin Oksidase
Penelitian menemukan bahwa mahasiswa dengan kadar MAO
(monoamine oksidase) yang rendah lebih banyak menggunakan waktu untuk
aktivitas sosial dibandingkan dengan yang kadar MAOnya tinggi. 1
- Smooth eye persuit movements
Gerakan mata melirik halus bersifat cepat ditemukan pada orang introvert,
memiliki rasa rendah diri, serta memiliki gangguan skizotipal. 1
- Neurotransmitter
Tingginya kadar endorphin endogen mungkin terkait dengan sikap yang
dingin. Kadar asam 5-hidrosiindolasetat (5-HIAA) yang merupakan suatu
metabolit serotonin didapati endah pada orang yang mencoba bunuh diri dan
pada pasien yang impulsif dan agresif. Peningkatan kadar serotonin dengan
pemberian agen serotonergik dapat mengubah beberapa ciri kepribadian.
Peningkatan dopamine, misalnya karena obat psikosimultan dapat
menimbulkan euphoria.1
- Elektrofisiologi
Pada orang dengan gangguan kepribadian antisosial dan ambang sering
ada gelombang lambat dalam EEG.1
c) Faktor Psikososial
Freud menghipotesiskan bahwa beberapa ciri kepribadian berkaitan
dengan fiksasi pada salah satu fase perkembangan psikoseksual, misalnya orang
4
dengan karakter oral bersifat pasif dependen karena mereka terfiksasi pada
stadium oral. Orang dengan karakter anal bersifat keras kepala, kikir, sangat teliti,
hal itu terjadi karena mengalami konflik selama toilet training pada fase anal.1
2.1.3 Klasifikasi
Gangguan kepribadian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok dalam
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM-IV)
yaitu :
1. Kelompok A terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan skizotipal
dimana orang dengan gangguan ini sering kali tampak aneh dan eksentrik, dan
sering kali ditemukan dalam keluarga yang menderita skizofrenia.
2. Kelompok B terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, ambang, historinik, dan
narsistik dimana orang dengan gangguan ini sering tampak dramatik, emosional,
dan tidak menentu.
3. Kelompok C terdiri dari gangguan kepribadian menghindar, dependen, dan
obsesif-kompulsif dimana orang dengan gangguan ini sering tampak cemas dan
atau ketakutan. 1
5
Pola perilaku abnormalnya bersifat mendalam dan maladaptif yang jelas terhadap
berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas.
Manifestasi diatas selalu muncul pada masa kanaka tau remaja dan berlanjut
sampai usia dewasa.
Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi yang cukup berarti, tetapi baru
menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut.
Gangguan ini biasanya berkaitan secara bermakna dengan masalah-masalah dalam
pekerjaan dan kinerja sosial tetapi tidak selalu.3
2.2.2 Etiologi
Banyak teori tentang etiologi yang menyebabkan terjadinya gangguan
kepribadian dependen, pada penelitian sebelumnya yang berpengaruh pada
gangguan ini adalah faktor psikososial berdasarkan teori Sigmund Freud dimana
terjadi keterhambatan pada fase oralnya. Kemudian pada penelitian lain
ditemukan bahwa pola asuh orang tua yang lebih berpengaruh untuk terjadinya
ketergantungan pada seseorang. Setelah dibandingkan antara pola asuh pada orang
tua yang membiarkan anaknya bebas mengambil keputusan dan mandiri dengan
6
pola asuh orang tua yang terlalu protektif dan tidak membiarkan anak mengambil
keputusan sendiri menyebabkan anak tersebut berfikir bahwa dia tidak dapat
melakukan fungsinya dengan baik jika tanpa bantuan dan dorongan dari orang
lain.3
2.2.3 Epidemiologi
Gangguan ini lebih sering ditemukan pada permepuan dibanding laki-laki.
Gangguan ini lebih lazim ditemukan pada anak-anak dibandikan orang yang lebih
tua. Anak-anak yang diklasifikasikan memiliki temperamen yang malu-malu dan
orang dengan penyakit fisik kronis pada masa kank-kanak mungkin lebih rentan
terhadap gangguan ini.1,2
2.2.5 Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk menegakkan gangguan ini dapat mengacu pada
criteria berdasarkan DSM IV atau PPDGJ III.
7
A. Kriteria diagnostik berdasarkan DSM-IV-TR seperti yang ditunjukkan oleh lima
atau lebih hal berikut :
1) Memiliki kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa nasehat dan
peyakinan yang berlebihan dari orang lain.
2) Membutuhkan orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada sebagian besar
area utama didalam kehidupannya.
3) Memiliki kesulitan untuk mengungkapkan ketidaksetujuan dengan orang lain
karena takut kehilangan dukungan atau persetujuan.
4) Memiliki kesulitan untuk memulai suatu proyek atau melakukan sesuatu atas
keinginan sendiri (karena tidak percaya diri di dalam penilaian atau kemampuan,
bukannya tidak ada motivasi atau energi)
5) Berlama-lama untuk mendapat pengasuhan dan dukungan dari orang lain, sampai
pada tingkat sukarela melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan.
6) Merasa tidak nyaman atau tidak berdaya jika sendirian karena rasa takut yang
berlebihan tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
7) Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perhatian dan dukungan jika suatu
hubungan berakhir.
8) Memiliki preokupasi yang tidak realistic akan rasa takut ditinggalkan untuk
mengurus dirinya sendiri.3
8
5) Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat dengannya,
dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri.
6) Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa mendapat
nasehat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.3
2.2.8 Terapi
a. Psikoterapi
Terapi psikoterapi terapi berorientasi tilikan membantu pasien menyadari hal-
hal yang mendahului perilakunya, dan dengan bimbingan terapis, ia makin
menjadi madiri dan lebih percaya diri.1
b. Farmakoterapi
Farmakoterapi digunakan untuk menangani gejala seperti ansietas dan depresi
yang merupakan gambaran yang lazim ditemukan dan terkait dengan gangguan
kepribadian dependen. Pasien yang mengalami seranagn panik atau memiliki
tingkat ansietas akan perpisahan yang tinggi dapat dibantu dengan imipramine
(Tofranil). Benzodiazepine dan agen serotonergic jugatelah berguna. Jika depresi
9
pasien atau gejala penarikan diri memberikan respons terhadap psikostimulan,
obat tersebut dapat digunakan.1
Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai anti ansietas ialah : klordiazepoksid,
diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam dan
halozepam. Sedangkan klorazepam dianjurkan untuk pengobatan panic disorder.5
Indikasi dan sediaan : derivat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan
sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikomatik yang ada hubungan
dengan rasa cemas. Selain sebagai ansietas, derivat benzodiazepin digunakan juga
sebagai hipnotik, antikonvulsi, pelemas otot dan induksi anestesi umum; Sebagai
antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau bila sangat
diperlukan, suntikan dapat diualang 2-4 jam dengan dosis 25-100 mg sehari dalam
2 atau 4 pemberian. Dosis diazpam adalah 2-20 mg sehari : pemberian suntikan
dapat diulang tiap 3-4 jam. Klorazepat diberikan secara 30 mg sehari dalam dosis
terbagi.Klordiazepoksid tersedia sebagai tablet 5 dan 10 mg. Diazepam berbentuk
tablet 2 dan 5 mg. Diazepam tersedia sebagai larutan untuk pemberian rektat pada
anak dengan kejang demam.5
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan Kepribadian Dependen merupakan suatu pola perilaku berupa
kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara, yang menyebabkan seseorang individu
berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain, dan ketakutan akan berpisah
dengan orang tempat ia bergantung. Gangguan kepribadian dependen ditandai
dengan pola ketergantungan yang pervasif dan perilaku patuh. Orang dengan
gangguan ini tidak dapat membuat keputusan tanpa nasehat dan peyakinan yang
berlebihan dari orang lain. Pasien dengan kepribadian dependen menghindari
posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta untuk memegang peran
kepemimpinan. Mereka lebih senang tunduk. Jika mereka sendirian, mereka
merasa sukar untuk menekuni tugas tetapi merasa mudah melakukan tugas
tersebut untuk orang lain. prognosis untuk gangguan ini baik jika dengan terapi.
Terapi yang dapat diberikan berupa psikoterapi dan farmakoterapi.
Psikoterapi dilakukan berorientasi tilikan disertai terapi perilaku, latihan
ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok. Secara farmakoterapi dapat
diberikan anti ansietas dan anti depresan.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Elvira, Sylvia D & Hadisukanto, Gitayanti. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FK-UI.
2010
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Edisi Ketujuh Jilid II. Jakarta: Binarupa Aksara. 2010
3. Maslim Rusdi . Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta. FK-Unika Atmajaya. 2013
4. Faith. Casidy. Dependent Personality Disorder: A Reviewof Ethiology and
Treatment. Volume I. Graduate Journalof Conceling Psychology. 2009.
http://epublication.marquette.edu/giep.voll.1ss2/7 [accesed 04Oktober 2016]
5. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. 2011. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
12