You are on page 1of 279

Quranic Healing

Rukyah Syariah
Belajar Rukyah secara mandiri

Muhamad Haekal
08/07/2012





































:





:

















:




























-:



:























.
Ruqyah, Penyembuhan Dengan Al-Qur'an Dan As-
Sunnah
Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Allah menciptakan makhlukNya dengan memberikan cobaan


dan ujian, lalu menuntut konsekwensi kesenangan, yaitu
bersyukur; dan konsekwensi kesusahan, yaitu sabar. Hal ini bisa
terjadi dengan Allah membalikkan berbagai keadaan manusia
sehingga peribadahan manusia kepada Allah menjadi jelas.
Banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa musibah,
penderitaan dan penyakit merupakan hal yang lazim bagi
manusia. Dan semua itu pasti menimpa mereka, untuk
mewujudkan peribadahan kepada Allah semata, serta untuk
melihat siapa yang paling baik amalnya.

Ummatal IslamAllah Subahanahu wa Taala memberikan


kepada kaum mukmini berbagai macam ujian untuk semakin
menyaring keimanan dan semakin memurnikan keimanan
kepada Allah Rabbal Izzati wal Jalaalah. Bagaikan emas apabila
ia dimasukan ke dalam api dan disaring maka akan semakin
terlihat kemurniannya.

Ummatal IslamAllah Taala berfirman:
















Alif laam miim, apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan : Kami telah beriman, sedang
mereka tidak diuji lagi? (QS Al-Ankabut [29]: 1-2)
Orang yang telah menyatakan keimanan kepada Allah sudah
pasti akan diuji oleh Allah Taala. Ujian itu bisa berupa perintah,
terkadang dengan larangan, dan ujian itu terkadang dengan
musibah. Di antaranya Allah Taala berfirman:






































Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya Allah akan
menguji kamu dengan sesuatu dari binatang buruan yang
mudah didapat oleh tangan dan tombakmu supaya Allah
mengetahui orang yang takut kepada-Nya, biarpun ia tidak
dapat melihatNya. Barang siapa yang melanggar batas
sesudah itu, maka baginya azab yang pedih. (QS Al-Maidah
[5]: 94)

-------------------------------------------------------




















"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji
kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan
Dia Mahaperkasa lagi Mahapengampun" [Al Mulk/67 : 2]

Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian; bahkan cobaan dan
ujian merupakan Sunnatullah dalam kehidupan. Manusia diuji
dalam segala sesuatu, baik dalam hal-hal yang disenangi
maupun dalam hal yang dibenci dan tidak disukai. Allah
berfirman :




















"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan
mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu
dikembalikan". [Al Anbiya`/21: 35].

Tentang ayat ini, Ibnu Abbas berkata: Kami akan menguji


kalian dengan kesulitan, kesenangan, kesehatan dan penyakit,
kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan
maksiat, petunjuk dan kesesatan.[1]

-------------------------------------------------------

Berbagai macam penyakit merupakan bagian dari


cobaan Allah yang diberikan kepada hambaNya.
Sesungguhnya, cobaan-cobaan itu merupakan Sunnatullah
yang telah ditetapkan berdasarkan rahmat dan hikmahNya.
Ketahuilah, Allah tidak menetapkan sesuatu, baik berupa takdir
kauni (takdir yang pasti berlaku di alam semesta ini) atau syari,
melainkan di dalamnya terdapat hikmah yang amat besar,
sehingga tidak mungkin bisa dinalar oleh akal manusia.
Berbagai cobaan, ujian, penderitaan, penyakit dan kesulitan,
semua itu mempunyai manfaat dan hikmah yang sangat
banyak.

Pada zaman sekarang, banyak penyakit yang menimpa


manusia. Ada yang sudah diketahui obatnya, dan ada pula yang
belum diketahui obatnya. Hal ini merupakan cobaan dari Allah,
yang juga akibat dari perbuatan dosa dan maksiat yang
dilakukan manusia. Allah berfirman:













"Dan apa saja musibah yang menimpamu, maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)".
[Asy Syura/42 : 30].

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi


wa sallam bersabda:







"Allah tidak menurunkan penyakit, melainkan pasti
menurunkan obatnya".[2]

,













"Setiap penyakit ada obatnya. Jika suatu obat itu tepat
(manjur) untuk suatu penyakit, maka akan sembuh dengan
izin Allah". [3]

-------------------------------------------------------
Seorang muslim, bila ditimpa penyakit, ia wajib berikhtiar
mencari obatnya dengan berusaha secara maksimal. Dalam
usaha mengobati penyakit yang dideritanya, maka wajib
memperhatikan tiga hal.

Pertama : Bahwa obat dan dokter hanya sarana


kesembuhan. Adapun yang benar-benar menyembuhkan
penyakit hanyalah Allah.

Allah berfirman, mengisahkan Nabi Ibrahim Alaihissallam.









"..dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku".
[Asy Syuara/26: 80].































"Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu,
maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.
Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagimu, maka tidak
ada yang dapat menolak karuniaNya. Dia memberikan
kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakiNya diantara
hamba-hambaNya, dan Dia-lah Yang Maha pengampun lagi
Maha penyayang". [Yunus/10 : 107].

-------------------------------------------------------
Kedua : Dalam berikhtiar atau berusaha mencari obat
tersebut, tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang
haram dan syirik.

Yang haram seperti berobat dengan menggunakan obat yang


terlarang atau barang-barang yang haram, karena Allah tidak
menjadikan penyembuhan dari barang yang haram.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:






,








"Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya,
maka berobatlah dan janganlah berobat dengan (obat) yang
haram".[4]









"Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan (dari
penyakit) kalian pada apa-apa yang haram".[5]
HR Abu Yala dan Ibnu Hibban (no.1397, Mawarid), lihat Shahih
Mawaridizh Zham-an, no. 1172, dari Ummu Salamah, hasan lighairihi.
-------------------------------------------------------
Tidak boleh juga berobat dengan hal-hal yang syirik, seperti:
pengobatan alternatif dengan cara mendatangi dukun,
tukang sihir, paranormal, orang pintar, menggunakan jin,
pengobatan dengan jarak jauh dan sebagainya yang tidak
sesuai dengan syariat, sehingga dapat mengakibatkan jatuh
ke dalam perbuatan syirik dan dosa besar yang paling besar.
Orang yang datang ke dukun atau orang pintar, ia tidak akan
diterima shalatnya selama empatpuluh hari. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang datang kepada dukun (orang pintar atau


tukang ramal), lalu menanyakan kepadanya tentang
sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama
empatpuluh malam".[6]
HR Muslim no. 2230 (125), Ahmad IV/68, V/380 dari seorang isteri
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam






,








"Barangsiapa yang mendatangi orang pintar (tukang ramal
atau dukun), lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya,
maka sungguh ia telah kafir dengan apa yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad".[7]
HR Ahmad II/408,429,476; Hakim I/8; Baihaqi, VIII/135; dari sahabat Abu
Hurairah. Dishahihkan oleh Hakim dan disetujui Adz Dzahabi. Syaikh Al
Albani menshahihkan juga dalam Shahih Al Jamiish Shaghir no.5939.

Apabila seseorang terkena sihir, guna-guna, santet, kesurupan


jin dan lainnya atau penyakit menahun yang tak kunjung
sembuh, maka sekali-kali ia tidak boleh mendatangi dukun,
tukang sihir atau paranormal. Perbuatan tersebut merupakan
dosa besar. Begitu pula, seseorang tidak boleh bertanya kepada
mereka tentang penyakit maupun tentang hal-hal yang ghaib,
karena tidak ada yang mengetahui perkara ghaib, melainkan
hanya Allah saja; bahkan Rasulullah pun tidak mengetahui
perkara yang ghaib. Allah berfirman:




























"Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa
perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku
mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan
kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak
mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.
Katakanlah: Apakah sama orang yang buta dengan orang
yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"
[Al Anam/6 : 50].
-------------------------------------------------------

Ketiga : Pengobatan dengan apa yang ditunjukkan dan


diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti
ruqyah, yaitu membacakan ayat-ayat Al Qur`an dan doa-
doa yang shahih; begitu juga dengan madu, habbatus
sauda (jintan hitam), air zam-zam, bekam, dan lainnya.

Pengobatan dan penyembuhan yang paling baik itu


dengan ayat-ayat Al Qur`an, karena Al Qur`an
merupakan petunjuk bagi manusia, penyembuh dan
rahmat bagi kaum mukminin.

Tidak diragukan lagi, bahwa penyembuhan dengan Al Qur`an


dan dengan apa yang diajarkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam berupa ruqyah, merupakan penyembuhan yang
bermanfaat, sekaligus penawar yang sempurna. Allah
berfirman:










"Katakanlah: Al Qur`an itu adalah petunjuk dan penawar
bagi orang-orang yang beriman". [Fushshilat/41 :44].














"Dan kami turunkan dari Al Qur`an sesuatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman". [Al
Isra/17 : 82].

Pengertian dari Al Qur`an pada ayat di atas ialah Al Qur`an itu


sendiri. Karena Al Qur`an secara keseluruhan ialah sebagai
penyembuh, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di
atas.[9]

Allah berfirman:



















"Hai sekalian manusia, sesungguhnya telah datang kepada
kalian pelajaran dari Rabb kalian, dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman". [Yunus/10 :
57].

Dengan demikian, Al Qur`an merupakan penyembuh yang


sempurna diantara seluruh obat hati dan juga obat fisik,
sekaligus sebagai obat bagi seluruh penyakit dunia dan akhirat.
Tidak setiap orang mampu dan mempunyai kemampuan untuk
melakukan penyembuhan dengan Al Qur`an. Jika pengobatan
dan penyembuhan itu dilakukan secara baik terhadap penyakit,
dengan didasari kepercayaan dan keimanan, penerimaan yang
penuh, keyakinan yang pasti, terpenuhi syarat-syaratnya, maka
tidak ada satu penyakitpun yang mampu melawannya untuk
selamanya. Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu akan
menentang dan melawan firman-firman Rabb bumi dan langit,
yang jika firman-firman itu turun ke gunung, maka ia akan
memporak-porandakan gunung-gunung tersebut? Atau jika
turun ke bumi, niscaya ia akan membelahnya? Oleh karena itu,
tidak ada satu penyakit hati dan juga penyakit fisik pun
melainkan di dalam Al Qur`an terdapat jalan penyembuhannya,
penyebabnya, serta pencegah terhadapnya bagi orang yang
dikaruniai pemahaman oleh Allah terhadap KitabNya. Allah
Azza wa Jalla (Yang Maha perkasa lagi Maha agung) telah
menyebutkan di dalam Al Qur`an beberapa penyakit hati dan
fisik, juga disertai penyebutan penyembuhan hati dan fisik.

-------------------------------------------------------
Penyakit hati terdiri dari dua macam, yaitu:
penyakit syubhat (kesamaran) atau ragu
dan penyakit syahwat atau hawa nafsu.
Allah Yang Maha suci telah menyebutkan beberapa penyakit
hati secara terperinci disertai dengan beberapa sebab,
sekaligus cara menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut.[10]

Allah berfirman:


















"Dan apakah tidak cukup bagi mereka, bahwasanya Kami
telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur`an) sedang
dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di dalam Al
Qur`an itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi
orang-orang yang beriman". [Al Ankabut/29 : 51].

Al Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengemukakan:













,




"Barangsiapa yang tidak dapat disembuhkan oleh Al Qur`an,
berarti Allah tidak memberikan kesembuhan kepadanya.
Dan barangsiapa yang tidak dicukupkan oleh Al Qur`an,
maka Allah tidak memberikan kecukupan kepadanya".[11]

Mengenai penyakit-penyakit badan atau fisik, Al Qur`an telah


membimbing dan menunjukkan kita kepada pokok-pokok
pengobatan dan penyembuhannya, juga kaidah-kaidah yang
dimilikinya. Kaidah pengobatan penyakit badan secara
keseluruhan terdapat di dalam Al Qur`an, yaitu ada tiga point:
menjaga kesehatan, melindungi diri dari hal-hal yang dapat
menimbulkan penyakit dan mengeluarkan unsur-unsur yang
merusak badan.[12]

Jika seorang hamba melakukan penyembuhan dengan Al


Qur`an secara baik dan benar, niscaya dia akan melihat
pengaruh yang menakjubkan dalam penyembuhan yang cepat.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Pada suatu ketika


aku pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang
dokter atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati
dan menyembuhkan diriku dengan surat Al Fatihah, maka aku
melihat pengaruh yang sangat menakjubkan. Aku ambil segelas
air zam-zam dan membacakan padanya surat Al Fatihah
berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan
kesembuhan total. Selanjutnya aku bersandar dengan cara
tersebut dalam mengobati berbagai penyakit dan aku
merasakan manfaat yang sangat besar.[13]

Demikian juga pengobatan dengan ruqaa (jamak dari ruqyah)


Nabawi yang riwayatnya shahih, merupakan obat yang sangat
bermanfaat. Dan juga suatu doa yang dipanjatkan. Apabila
doa tersebut terhindar dari penghalang-penghalang
terkabulnya doa itu, maka ia merupakan sebab yang sangat
bermanfaat dalam menolak hal-hal yang tidak disenangi dan
tercapainya hal-hal yang diinginkan. Demikian itu termasuk
salah satu obat yang sangat bermanfaat, khususnya yang
dilakukan berkali-kali. Dan doa juga berfungsi sebagai
penangkal bala` (musibah), mencegah dan menyembuhkannya,
menghalangi turunnya, atau meringankannya jika ternyata
sudah sempat turun.[14]







,






"Tidak ada yang dapat mencegah qadha` (takdir) kecuali
doa, dan tidak ada yang dapat memberi tambahan umur
kecuali kebijakan".[15]

Tetapi yang harus dimengerti secara benar, bahwa ayat-ayat,


dzikir-dzikir, doa-doa dan beberapa taawudz (permohonan
perlindungan kepada Allah) yang dipergunakan untuk
mengobati atau untuk ruqyah, pada hakikatnya pada semua
ayat, dzikir-dzikir, doa-doa. Taawudz itu sendiri memberi
manfaat yang besar dan juga dapat menyembuhkan. Namun ia
memerlukan penerimaan (dari orang yang sakit) dan kekuatan
orang yang mengobati dan pengaruhnya. Jika suatu
penyembuhan itu gagal, maka yang demikian itu disebabkan
oleh lemahnya pengaruh pelaku, atau karena tidak adanya
penerimaan oleh pihak yang diobati, atau adanya rintangan
yang kuat di dalamnya yang menghalangi reaksi obat.

Pengobatan dengan ruqyah ini dapat dicapai dengan adanya


dua aspek, yaitu dari pihak pasien (orang yang sakit) dan dari
pihak orang yang mengobati.

Yang berasal dari pihak pasien, ialah berupa kekuatan dirinya


dan kesungguhannya dalam bergantung kepada Allah, serta
keyakinannya yang pasti bahwa Al Qur`an itu sebagai
penyembuh sekaligus rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Dan taawudz yang benar, yang sesuai antara hati dan lisan,
maka yang demikian itu merupakan suatu bentuk perlawanan.
Sedangkan seseorang yang melakukan perlawanan, ia tidak
akan memperoleh kemenangan dari musuh kecuali dengan dua
hal, yaitu:

-------------------------------------------------------

Pertama : Keadaan senjata yang dipergunakan haruslah benar,


bagus dan kedua tangan yang mempergunakannya pun harus
kuat. Jika salah satu dari keduanya hilang, maka senjata itu
tidak banyak berarti; apalagi jika kedua hal di atas tidak ada,
yaitu hatinya kosong dari tauhid, tawakkal, takwa, tawajjuh
(menghadap, bergantung sepenuhnya kepada Allah) dan tidak
memiliki senjata.

Kedua : Dari pihak yang mengobati dengan Al Qur`an dan As


Sunnah juga harus memenuhi kedua hal di atas [16]. Oleh
karena itu, Ibnut Tiin rahimahullah berkata: Ruqyah dengan
menggunakan beberapa kalimat taawudz dan juga yang
lainnya dari nama-nama Allah adalah merupakan pengobatan
rohani. Jika dilakukan oleh lisan orang-orang yang baik, maka
dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala kesembuhan tersebut
akan terwujud. [17]

Para ulama telah sepakat membolehkan ruqyah dengan tiga


syarat, yaitu:[18]
1. Ruqyah itu dengan menggunakan firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala, atau asma`dan sifatNya, atau
sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
2. Ruqyah itu harus diucapkan dengan bahasa Arab,
diucapkan dengan jelas dan dapat difahami maknanya.
3. Harus diyakini, bahwa yang memberikan pengaruh
bukanlah dzat ruqyah itu sendiri, tetapi yang memberi
pengaruh ialah kekuasaan Allah. Adapun ruqyah hanya
merupakan salah satu sebab saja.[19]

Wallahu alam bish Shawab, Washallahu ala Nabiyina


Muhammadin Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Maraji:
1. Tafsir Ibnu Jarir Ath Thabari, Cet. Darul Kutub Al Ilmiyyah,
Tahun 1412 H.

2. Zaadul Maad Fi Hadyi Khairil Ibad, juz 4, oleh Imam Ibnu


Qayyim Al Jauziyyah, tahqiq Syuaib dan Abdul Qadir Al Arna-
uth, Cet. Muassassah Ar Risalah, Tahun 1415 H.

3. Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, oleh Ibnu Hajar Al


Asqalani, Cet. Darul Fikr.

4. Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid, talif Abdurrahman bin


Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahab, tahqiq Dr. Walid bin
Abdurrahman Al Furayyan, Tahun 1419 H.

5. Adda wad Dawa, oleh Ibnul Qayyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan
bin Halabi.

6. Al Ilaj Bir Ruqa` Minal Kitab Was Sunnah, oleh Dr. Said bin
Wahf Al Qahthan

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06//Tahun


IX/1426H/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
57183 Telp. 0271-761016]

_______

Footnote

[1]. Tafsir Ibnu Jarir Ath Thabari IX/26, no. 24588, Cet. I Darul
Kutub Al Ilmiyah, Beirut, Tahun 1412 H.

[2]. HR Al Bukhari no. 5678 dari Abu Hurairah Radhiyallahu


'anhu .
[3]. HR Muslim no. 2204, dari Jabir Radhiyallahu 'anhu .

[4]. HR Ad Daulabi dalam Al Kuna, dari sahabat Abu Darda`.


Sanadnya hasan, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam
Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no.1633.

[5]. HR Abu Yala dan Ibnu Hibban (no.1397, Mawarid), lihat


Shahih Mawaridizh Zham-an, no. 1172, dari Ummu Salamah,
hasan lighairihi.

[6]. HR Muslim no. 2230 (125), Ahmad IV/68, V/380 dari


seorang isteri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

[7]. HR Ahmad II/408,429,476; Hakim I/8; Baihaqi, VIII/135; dari


sahabat Abu Hurairah. Dishahihkan oleh Hakim dan disetujui
Adz Dzahabi. Syaikh Al Albani menshahihkan juga dalam Shahih
Al Jamiish Shaghir no.5939.

[8]. Ruqyah, jamanya adalah ruqaa. Yaitu bacaan-bacaan untuk


pengobatan yang syari, berdasarkan pada riwayat yang shahih,
atau sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati
oleh para ulama.

[9]. Lihat Al Jawabul Kafi Liman Sa-alaanid Dawa-isy Syafi


(Jawaban yang memadai bagi orang yang bertanya tentang
obat penyembuh yang mujarab), atau Ad Dawad Dawaa
(penyakit dan obatnya), karya Ibnul Qayyim, hlm.7, tahqiq
Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid.

[10]. Lihat Zaadul Maad, karya Ibnul Qayyim (IV/5-6).

[11]. Lihat Zaadul Maad (IV/352).

[12]. Lihat Zaadul Maad (IV/6, 352).

[13]. Lihat Zaadul Maad (IV/178).


[14]. Lihat Adda Wad Dawa, hlm.10.

[15]. HR Al Hakim dan At Tirmidzi, no.2139 dari Salman z dan


dihasankan oleh Syaikh Al Albani. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash
Shahihah, no. 154.

[16]. Lihat Zaadul Maad (IV/67-68).

[17]. Fathul Baari (X/196).

[18]. Lihat Fathul Baari (X/195), juga Fatawa Al Allamah Ibni


Baaz (II/384).

[19]. Lihat Al Ilaj Bir Ruqaa Minal Kitab Was Sunnah, hlm. 83.
-------------------------------------------------------

Ar-ruqa (
) adalah bentuk jamak dari kata

ruqyah (

). Artinya adalah doa perlindungan

yang biasa dipakai sebagai jampi bagi orang sakit.

Doa itu bisa berasal dari Al-Qur-an atau As-Sunnah atau


selain dari keduanya yang dikenal mujarab dan dibolehkan
secara syari.

-------------------------------------------------------

Ruqyah dibolehkan dalam syariat Islam berdasarkan hadits


Auf bin Malik Radhiyallahu anhu dalam Shahiih Muslim, ia
berkata: Di masa Jahiliyyah kami biasa melakukan ruqyah, lalu
kami bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
Bagaimana menurutmu, wahai Rasulullah? Maka beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:















Tunjukkanlah kepadaku ruqyah kalian. Tidaklah mengapa
ruqyah yang di dalamnya tidak mengandung syirik. [1]

Al-Khaththabi (wafat th. 388 H) rahimahullah berkata:


Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memerintahkan
melakukan ruqyah dan membolehkannya.

-------------------------------------------------------

Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi dalam ruqyah


yang dibolehkan:
1. Hendaklah ruqyah dilakukan dengan Kalamullaah (Al-
Qur-an) atau Nama-Nya atau Sifat-Nya atau doa-doa
shahih yang diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam pada penyakit tersebut.
2. Harus dilakukan dengan bahasa Arab.
3. Hendaklah diucapkan dengan makna yang jelas dan
dapat difahami.
4. Tidak boleh ada sesuatu yang haram dalam kandungan
ruqyah itu. Misalnya, memohon pertolongan kepada
selain Allah, berdoa kepada selain Allah, menggunakan
nama jin atau raja-raja jin dan semacamnya.
5. Tidak bergantung kepada ruqyah dan tidak
menganggapnya sebagai penyembuh.
6. Kita harus yakin bahwa ruqyah tidak berpengaruh
dengan kekuatan sendiri, tetapi hanya dengan izin Allah
Subhanahu wa Ta'ala.[3]

Jika salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka ruqyah itu
menjadi haram. Jika seseorang meyakini bahwa ruqyah itu
sebagai subjek atau faktor yang berpengaruh mutlak, maka ia
menjadi musyrik dengan tingkat syirik besar. Dan jika ia percaya
bahwa ruqyah tersebut hanya merupakan faktor yang
menyertai kesembuhan, maka ia akan menjadi musyrik dengan
tingkat syirik kecil.

-------------------------------------------------------
Atas dasar itu, maka ruqyah dapat dibagi menjadi dua bagian.
Pertama:

Ruqyah Syariyyah, yaitu ruqyah yang telah memenuhi syarat-


syarat tersebut.

Kedua: Ruqyah Bidah, yaitu ruqyah yang kehilangan salah


satu syarat tersebut, yakni:

1. Tidak menggunakan bahasa Arab.[4]


2. Maknanya tidak jelas dan tidak bisa dipahami.
3. Mengandung unsur syirik, menggunakan nama jin atau
raja jin, atau kata yang tidak bermakna, atau berupa
huruf-huruf terpotong-potong dan semacamnya.
4. Jika ia percaya bahwa ruqyah itu mempengaruhi dengan
kekuatannya sendiri, sekalipun ia telah memenuhi
syarat-syarat tersebut. [5]

Ruqyah yang terbaik adalah dengan menggunakan ayat-ayat


Al-Qur-an. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa
Ta'ala :


















Dan Kami turunkan dari Al-Qur-an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-
Qur-an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zhalim selain kerugian. [Al-Israa: 82]


















Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-
penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. [Yunus:57]

Kemudian menggunakan doa-doa dari Rasulullah Shallallahu


'alaihi wa sallam yang shahih.
TUJUH DOSA YANG MENGHANCURKAN









( :




: )

:
( :




























).
Dari Abu Hurairah radhiyallhu anh bahwa Rasulullah
shallallhu alaihi wa sallam bersabda, Jauhilah tujuh perkara
yang membawa kepada kehancuran.

(Para sahabat) bertanya, Wahai Rasulullah, apa ketujuh


perkara itu,?

Beliau menjawab, Yaitu: (1) kesyirikan terhadap Allah, (2) sihir,


(3) membunuh jiwa yang Allah haramkan, kecuali dengan sebab
yang dibenarkan, (4) memakan riba, (5) memakan harta anak
yatim, (6) meninggalkan medan perang pada hari pertemuan
dengan musuh, dan (7) melontar tuduhan zina terhadap
perempuan yang terjaga dari perbuatan dosa, tidak tahu
menahu dengannya, lagi beriman (kepada Allah).

Nabi shallallhu alaihi wa sallam memerintahkan umatnya agar


menjauhi tujuh perkara mungkar yang membinasakan. Ketika
ditanyakan tentang tujuh perkara tersebut, beliau menjelaskan
bahwa tujuh perkara itu adalah kesyirikan kepada Allah dengan
menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah dalam bentuk
apapun. Beliau memulai dari kesyirikan karena ini adalah dosa
terbesar, lalu melakukan sihir, kemudian membunuh jiwa yang
dilarang oleh Allah untuk dibunuh, kecuali dengan alasan yang
dibenarkan oleh syariat, memakan riba, baik secara langsung
atau dalam bentuk mengambil manfaat dengan segala jenisnya,
berbuat pelanggaran terhadap harta anak yang ayahnya telah
meninggal (anak yatim), melarikan diri dari medan peperangan
melawan orang kafir serta menuduh perempuan merdeka yang
terjaga kehormatannya dengan tuduhan telah berzina.

Pada hadits di atas terdapat dalil untuk pengharaman sihir dan


untuk menggolongkannya termasuk dosa-dosa besar yang
membinasakan.

Faedah Hadits

1. Diharamkannya kesyirikan, dan bahwa kesyirikan adalah


yang terbesar dari dosa-dosa besar.
2. Diharamkannya sihir, dan bahwa sihir adalah salah satu
dari dosa-dosa besar yang membinasakan dan salah satu
dari pembatal-pembatal keislaman.
3. Diharamkannya membunuh jiwa tanpa alasan yang
dibenarkan.
4. Bolehnya membunuh jiwa apabila dengan alasan yang
dibenarkan (dalam syariat) seperti karena qishash,
murtad dan berzina dalam keadaan telah pernah
menikah.
5. Keharaman riba dan besarnya bahaya riba.
6. Diharamkannya berbuat aniaya terhadap harta anak-
anak yatim.
7. Diharamkannya lari dari medan pertempuran melawan
orang kafir.
8. Keharaman menuduh dengan tuduhan berzina dan
hubungan homoseksual.
9. Bahwa menuduh orang kafir tidak termasuk dosa besar.

[Diringkas dari Kitab Penjelasan Ringkas Kitab Tauhid karya


Syaikh Shalih Al-Fauzan]
Waspada, Syirik Di Sekitar Kita!
Oleh

Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.

Kalau ada seorang penceramah berucap di atas mimbar,


Sungguh perbuatan syirik dan pelanggaran tauhid sering
terjadi dan banyak tersebar di masyarakat kita!, mungkin
orang-orang akan keheranan dan bertanya-tanya: Benarkah
itu? Mana buktinya?.

Tapi kalau sumber beritanya berasal dari firman Allh Azza wa


Jalla dalam al-Qurn, masihkah ada yang meragukan
kebenarannya?. Simaklah, Allh Azza wa Jalla berfirman:
























Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik)
itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat
dosa yang besar. [An-Nisa:48]




















Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya. [An-Nisaa:116]
















Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah
berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak
lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka, [An-
Nisaa:117]












"Dan sebagian besar manusia tidak beriman kepada Allah,
melainkan dalam keadaan mempersekutukan-Nya (dengan
sembahan-sembahan lain)". [Ysuf/12:106]

Semakna dengan ayat di atas, Allh Azza wa Jalla juga


berfirman:











"Dan sebagian besar manusia tidak beriman (dengan iman
yang benar) walaupun kamu sangat menginginkannya"
[Ysuf/12:103]

Maksudnya, mayoritas manusia walaupun kamu sangat


menginginkan dan bersunguh-sungguh untuk (menyampaikan)
petunjuk (Allah), mereka tidak akan beriman kepada Allh
(dengan iman yang benar), karena mereka memegang teguh
(keyakinan) kafir (dan syirik) yang merupakan agama (warisan).
Dalam hadits yang shahih, Raslullh Shallallahu 'alaihi wa
sallam lebih menegaskan hal ini:


















"Tidak akan terjadi hari kiamat sampai beberapa qabilah
(suku/kelompok) dari umatku bergabung dengan orang-orang
musyrik dan sampai mereka menyembah berhala (segala
sesuatu yang disembah selain Allh)" [1]

Ayat-ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa perbuatan


syirik terus ada dan terjadi di umat Islam sampai datangnya
hari Kiamat. [2]

-------------------------------------------------------

HAKIKAT SYIRIK

Hakikat syirik adalah perbuatan mengadakan syark (sekutu)


bagi Allh Azza wa Jalla dalam sifat

rubuubiyah-Nya (perbuatan-perbuatan Allh Azza wa Jalla


yang khusus bagi-Nya, seperti menciptakan, melindungi,
mengatur dan memberi rizki kepada makhluk-Nya) dan

ulhiyah-Nya (hak untuk disembah dan diibadahi semata-


mata tanpa disekutukan).

Meskipun mayoritas perbuatan syirik yang terjadi di umat ini


adalah (syirik) dalam sifat uluuhiyah-Nya, yaitu dengan berdoa
(meminta) kepada selain Allh Azza wa Jalla bersamaan dengan
(meminta) kepada-Nya, atau mempersembahkan satu bentuk
ibadah kepada selain-Nya, seperti menyembelih (berkurban),
bernazar, rasa takut, berharap dan mencintai.
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhb rahimahullah
menjelaskan hakikat perbuatan syirik yang diperangi oleh
semua rasul yang diutus oleh Allh Azza wa Jalla, beliau
berkata:

Ketahuilah, semoga Allh merahmatimu, sesungguhnya


(hakekat) tauhid adalah mengesakan Allh Subhanahu wa
Ta'ala dalam beribadah. Inilah agama (yang dibawa) para rasul
yang diutus oleh Allh Azza wa Jalla kepada umat manusia.

Rasul yang pertama adalah (nabi) Nh Alaihissallam yang diutus


oleh Allh kepada kaumnya ketika mereka bersikap ghuluw
(berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan)
orang-orang yang shaleh (di kalangan mereka, yaitu) Wadd,
Suw, Yaghts, Yaq dan Nasr. [4]

Rasul yang terakhir, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa


sallam, dialah yang menghancurkan gambar-gambar (patung-
patung) orang-orang shaleh tersebut. Beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam diutus oleh Allh kepada kaum (orang-orang
musyrik) yang selalu beribadah, berhaji, bersedekah dan
banyak berzikir kepada Allah, akan tetapi mereka (berbuat
syirik dengan) menjadikan makhluk sebagai perantara antara
mereka dengan Allh (dalam beribadah). Mereka mengatakan:
Kami menginginkan melalui perantara-perantara makhluk itu
agar lebih dekat kepada Allah [5], dan kami menginginkan
syafaat mereka di sisi-Nya [6]. (Perantara-perantara tersebut
adalah) seperti para malaikat, Nabi Isa bin Maryam, dan orang-
orang shaleh lainnya.
Maka Allh Azza wa Jalla mengutus Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk memperbaharui
(memurnikan kembali) ajaran agama yang pernah dibawa oleh
Nabi Ibrhim Alaihissallam (yaitu ajaran tauhid) dan
menyerukan kepada mereka bahwa bentuk pendekatan diri
dan keyakinan seperti ini adalah hak Allh yang murni (khusus
bagi-Nya) dan tidak boleh diperuntukkan sedikit pun kepada
selain-Nya, meskipun itu malaikat atau nabi utusan-Nya,
apalagi yang selainnya. [7]

-------------------------------------------------------
CONTOH-CONTOH PERBUATAN SYIRIK YANG BANYAK TERJADI
DI MASYARAKAT

Perbuatan-perbuatan syirik seperti ini sangat sering dilakukan


oleh sebagian kaum Muslimin, bahkan perbuatan syirik yang
dilakukan oleh orang-orang di zaman Jahiliyah -sebelum
datangnya Islam- masih juga sering terjadi di zaman modern ini.

Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu berkata: Perbuatan syirik


yang terjadi di jaman Jahiliyah (juga) terjadi pada (jaman)
sekarang ini:

-------------------------------------------------------
1- Dahulu orang-orang musyrik (di zaman Jahiliyah) meyakini
bahwa Allh Dialah Yang Maha Pencipta dan Pemberi rezeki
(bagi semua mekhluk-Nya), akan tetapi (bersamaan dengan itu)
mereka berdoa (meminta/menyeru) kepada para wali (orang-
orang yang mereka anggap shaleh dan dekat kepada Allh Azza
wa Jalla) dalam bentuk berhala-berhala, sebagai perantara
untuk (semakin) mendekatkan mereka kepada Allh (menurut
persangkaan sesat mereka). Maka Allh tidak meridhai
(perbuatan) mereka menjadikan perantara (dalam berdoa)
tersebut, bahkan Allh Azza wa Jalla menyatakan kekafiran
mereka dalam firman-Nya:



























"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allh
(berkata): "Kami tidak menyembah mereka (sembahan-
sembahan kami) melainkan supaya mereka mendekatkan
kami kepada Allh dengan sedekat-dekatnya".
Sesungguhnya Allh akan memutuskan di antara mereka
tentang apa yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Allh
tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang
pendusta dan sangat besar kekafirannya". [az-Zumar/39:3]

Allh Azza wa Jalla maha mendengar lagi maha dekat, tidak


membutuhkan keberadaan perantara dari makhluk-Nya. Allh
Azza wa Jalla berfirman:









"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang
Aku, maka (jawablah) bahwa Aku adalah maha dekat". [al-
Baqarah/2:186]

Kita saksikan di zaman sekarang ini kebanyakan kaum Muslimin


berdoa (meminta/menyeru) kepada wali-wali dalam wujud
(penyembahan terhadap) kuburan mereka, dengan tujuan
untuk mendekatkan diri mereka kepada Allh Azza wa Jalla.

Berhala-berhala (di zaman Jahiliyah) merupakan wujud dari


para wali (orang-orang yang mereka anggap shaleh dan dekat
kepada Allh Azza wa Jalla) yang telah wafat menurut
pandangan orang-orang musyrik (di zaman Jahiliyah).
Sedangkan kuburan adalah wujud dari para wali yang telah
meninggal menurut pandangan orang-orang yang melakukan
perbuatan Jahiliyah (di zaman sekarang), meskipun harus
diketahui bahwa fitnah (kerusakan/keburukan yang
ditimbulkan) dari (penyembahan terhadap) kuburan lebih besar
dari fitnah (penyembahan) berhala!

-------------------------------------------------------
2- Dahulu orang-orang musyrik (di zaman Jahiliyah) selalu
berdoa kepada Allh Azza wa Jalla semata di waktu-waktu sulit
dan sempit, kemudian mereka menyekutukan-Nya di waktu
lapang. Allh Azza wa Jalla berfirman:






















"Maka apabila mereka mengarungi (lautan) dengan kapal
mereka berdoa kepada Allh dengan memurnikan agama bagi-
Nya; kemudian tatkala Allh menyelamatkan mereka sampai ke
darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)".
[al-Ankabt/29:65]

Bagaimana mungkin diperbolehkan bagi seorang Muslim untuk


berdoa kepada selain Allh dalam waktu sempit dan lapang
(sebagaimana yang sering dilakukan oleh banyak kaum
Muslimin di zaman ini)?[8].

-------------------------------------------------------

CONTOH-CONTOH LAIN PERBUATAN-PERBUATAN SYIRIK


YANG BANYAK TERSEBAR DI MASYARAKAT [9]

1- Mempersembahkan salah satu bentuk ibadah kepada selain


Allh Subhanahu wa Ta'ala, seperti berdoa (memohon) kepada
orang-orang shaleh yang telah mati, meminta pengampunan
dosa, menghilangkan kesulitan (hidup), atau mendapatkan
sesuatu yang diinginkan, seperti keturunan dan kesembuhan
penyakit, kepada orang-orang shaleh tersebut. Juga seperti
mendekatkan diri kepada mereka dengan sembelihan qurban,
bernazar, thawaf, shalat dan sujudIni semua adalah
perbuatan syirik, karena Allh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

























"Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, sembelihanku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allh, Rabb semesta
alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang
diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allh)". [al-
Anm/6:162-163]

2- Mendatangi para dukun, tukang sihir, peramal (paranormal)


dan sebagainya, serta membenarkan ucapan mereka. Ini
termasuk perbuatan kufur (mendustakan) agama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam, berdasarkan sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
yang artinya:

"Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal


kemudian membenarkan ucapannya, maka sungguh dia
telah kafir terhadap agama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam" [10]
Allh Subhanahu wa Ta'ala menyatakan kekafiran para dukun,
peramal dan tukang sihir tersebut dalam firman-Nya yang
artinya:












"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-
syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),
padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya
syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu
Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan
(sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan,
"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka
janganlah kamu kafir." Maka mereka mempelajari dari
kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan
sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allh. Dan
mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat
kepada diri mereka sendiri dan tidak memberi manfaat.
Padahal sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barangsiapa yang menukarnya (kitab Allh) dengan sihir
itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat
jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan
sihir, kalau mereka mengetahui" [al-Baqarah/2:102]

Hal ini dikarenakan para dukun, peramal, dan tukang sihir


tersebut mengaku-ngaku mengetahui urusan gaib, padahal ini
merupakan kekhususan bagi Allh Subhanahu wa Ta'ala.





















"Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi
yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan
mereka tidak mengetahui bilamana mereka akan
dibangkitkan". [an-Naml/27:65]

Selain itu, mereka selalu bekerjasama dengan para jin dan


setan dalam menjalankan praktek sihir dan perdukunan.
Padahal para jin dan setan tersebut tidak mau membantu
mereka dalam praktek tersebut sampai mereka melakukan
perbuatan syirik dan kafir kepada Allh Subhanahu wa Ta'ala,
misalnya mempersembahkan hewan kurban untuk para jin dan
setan tersebut, menghinakan al-Qurn dengan berbagai
macam cara, atau cara-cara lainnya [11]. Allh Subhanahu wa
Ta'ala berfirman:






















"Dan bahwasannya ada beberapa orang dari (kalangan)
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki
dari (kalangan) jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka
dosa dan kesalahan". [al-Jin/72:6]

3- Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan Nabi


Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam sendiri yang melarang hal ini dalam sabda
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Janganlah kalian
berlebihan dan melampaui batas dalam memujiku seperti
orang-orang Nashrani berlebihan dan melampaui batas dalam
memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku
adalah hamba (Allh), maka katakanlah: hamba Allh dan rasul-
Nya". [12]

Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang hamba


yang tidak mungkin ikut memiliki sebagian dari sifat-sifat
khusus yang dimiliki Allh Azza wa Jalla, seperti mengetahui
ilmu gaib, memberikan manfaat atau mudharat bagi manusia,
mengatur alam semesta, dan lain-lain. Allh Subhanahu wa
Ta'ala berfirman:


































"Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan
bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali
yang dikehendaki Allah. Dan seandainya aku mengetahui
yang gaib, tentulah aku akan melakukan kebaikan
sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa
kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan,
dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang
beriman". [al-Arf/7:188]

Di antara Bentuk Pengagungan Yang Berlebihan Dan


Melampaui Batas Kepada Rasulullh Shallallahu Alaihi Wa
Sallam adalah sebagai berikut:

Meyakini bahwa beliau mengetahui perkara yang gaib


dan bahwa dunia diciptakan karena beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Memohon pengampunan dosa dan masuk surga kepada
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena semua
perkara ini adalah khusus milik Allh Subhanahu wa
Ta'ala dan tidak ada seorang makhluk pun yang ikut serta
memilikinya.
Melakukan safar (perjalanan jauh) dengan tujuan
menziarahi kuburan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam,
karena beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri yang
melarang perbuatan ini dalam sabda beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam :








:










"Tidak boleh melakukan perjalanan (dengan tujuan
ibadah) kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Masjid
Nabawy), Masjidil Haram, dan Masjidil Aqsha". [13]
HR. al-Bukhri no. 1132 dan Muslim no. 1397

Semua hadits yang menyebutkan keutamaan melakukan


perjalanan untuk mengunjungi kuburan beliau
Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah hadits yang lemah
dan tidak benar penisbatannya kepada beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam, sebagaimana yang ditegaskan oleh
sejumlah imam ahli hadits.
Adapun melakukan perjalanan untuk melakukan shalat di
Masjid Nabawi maka ini adalah perkara yang dianjurkan
dalam Islam berdasarkan hadits yang shahih.[14]
HR. al-Bukhri no. 1133 dan Muslim no. 1394

Meyakini bahwa keutamaan Masjid Nabawi disebabkan


adanya kuburan Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ini jelas merupakan kesalahan yang sangat fatal, karena
Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
menyebutkan keutamaan shalat di Masjid Nabawi
sebelum beliau wafat.

4- Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan


kuburan orang-orang shaleh yang terwujudkan dalam berbagai
bentuk, di antaranya:

Memasukkan kuburan ke dalam masjid dan meyakini


adanya keberkahan dengan masuknya kuburan tersebut.

Ini bertentangan dengan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi


wa sallam. Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Allh melaknat orang-orang Yahudi dan
Nashrani, (kerena) mereka menjadikan kuburan nabi-
nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah)" [15]

Dalam hadits lain, Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam


bersabda yang artinya: "Sesungguhnya orang-orang
sebelum kalian selalu menjadikan kuburan para nabi dan
orang-orang shaleh (di antara) mereka sebagai masjid
(tempat ibadah), maka janganlah kalian (wahai kaum
Muslimin) menjadikan kuburan sebagai masjid,
sesungguhnya aku melarang kalian dari perrbuatan
tersebut" [16]

Membangun (meninggikan) kuburan dan mengapur


(mengecat)nya.
Dalam hadits yang shahih, Jbir bin 'Abdillh
Radhiyallahu 'anhu berkata: "Raslullh Shallallahu
'alaihi wa sallam melarang mengapur (mengecat)
kuburan, duduk di atasnya, dan membangun di
atasnya".[17]

Perbuatan-perbuatan ini dilarang karena merupakan


sarana yang membawa kepada perbuatan syirik
(menyekutukan Allh Subhanahu wa Ta'ala dengan
orang-orang shaleh tersebut).

5- Termasuk perbuatan yang merusak tauhid dan akidah


seorang Muslim adalah menggantungkan jimat -baik berupa
benang, manik-manik atau benda lainnya- pada leher, tangan,
atau tempat-tempat lainnya, dengan meyakini jimat tersebut
sebagai penangkal bahaya dan pengundang kebaikan.

Perbuatan ini dilarang keras oleh Raslullh Shallallahu 'alaihi


wa sallam dalam sabda beliau yang artinya: "Barangsiapa yang
menggantungkan jimat, sungguh dia telah berbuat syirik". [18]

6- Demikian juga perbuatan tathayyur, yaitu menjadikan


sesuatu sebagai sebab kesialan atau keberhasilan suatu urusan,
padahal Allh Subhanahu wa Ta'ala tidak menjadikannya
sebagai sebab yang berpengaruh.

Perbuatan ini juga dilarang keras oleh Raslullh Shallallahu


'alaihi wa sallam dalam sabda beliau yang artinya:
"(Melakukan) ath-thiyarah adalah kesyirikan". [19]
7- Demikian juga perbuatan bersumpah dengan nama selain
Allh Azza wa Jalla. Rasulullh Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda yang artinya: "Barangsiapa bersumpah dengan
(nama) selain Allh, sungguh dia telah berbuat syirik".[20]
HR. Abu Dwud (no. 3251) dan at-Tirmidzi (no. 1535). Lihat ash-Shahhah
no. 2042

NASIHAT DAN PENUTUP

Demikianlah beberapa contoh praktek perbuatan syirik yang


terjadi di masyarakat. Hendaknya fakta tersebut menjadikan
seorang Muslim selalu memikirkan dan mengkhawatirkan
dirinya akan kemungkinan terjerumus ke dalam perbuatan
tersebut. Karena siapa yang mampu menjamin dirinya dan
keluarganya selamat dari keburukan yang terjadi pada orang-
orang yang hidup disekitarnya?

Kalau Nabi Ibrhim Alaihissallam saja sampai mengkhawatirkan


dirinya dan keluarganya terjerumus dalam perbuatan
menyembah kepada selain Allh (syirik), dengan berdoa kepada
Allah 'jauhkanlah diriku dan anak cucuku dari (perbuatan)
menyembah berhala' (Ibrhim:35), padahal beliau Alaihissallam
adalah nabi mulia yang merupakan panutan dalam kekuatan
iman, kekokohan tauhid, serta ketegasan dalam memerangi
syirik dan pelakunya, maka sudah tentu kita lebih pantas lagi
mengkhawatirkan hal tersebut menimpa diri dan keluarga kita,
dengan semakin bersungguh-bersungguh berdoa dan meminta
perlindungan kepada-Nya agar dihindarkan dari semua
perbuatan tersebut dan pintu-pintu yang membawa
kepadanya.

Raslullh Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan doa


perlindungan dari segala bentuk syirik kepada Sahabat yang
mulia, Abu Bakar ash-Shiddq Radhiyallahu 'anhu yang berbunyi
:

















"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
perbuatan menyekutukan-Mu yang aku ketahui, dan aku
memohon ampun kepada-Mu dari apa yang tidak aku
ketahui (sadari)" [21].

Juga tentu saja, dengan semakin giat mengusahan langkah-


langkah untuk kian memantapkan akidah tauhid dalam diri kita
yang terwujud dalam meningkatnya semangat mempelajari
ilmu tentang tauhid dan keimanan, serta berusaha semaksimal
mungkin mempraktekkan dan merealisasikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Wallhu a'lam

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun


XIV/1431/2010M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
57183 Telp. 0271-7574821]

_______

Footnote

[1]. Hadits shahih riwayat Abu Dwud no. 4252, at-Tirmidzi no.
2219 dan Ibnu Mjah no. 3952.

[2]. Lihat kitab al-Aqdatul Islmiyyah, Muhammad bin Jamil


Zainu, hlm. 33-34

[3]. Kitbut Tauhd, Shleh bin Fauzn al-Fauzn, hlm. 8

[4]. Ini adalah nama-nama orang shaleh dari umat Nabi Nh


Alaihissallam , yang kemudian setelah mereka wafat, kaumnya
menjadikan patung-patung mereka sebagai sembahan selain
Allh k . Lihat QS Nh/71:23

[5]. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. az-Zumar/39:3

[6]. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Ynus/10:18

[7]. Kasyfusy Syubuht hlm. 7

[8]. Al-Aqdatul Islmiyyah hlm. 46


[9]. Pembahasan ini diringkas dari kitab Mukhlaft fit Tauhd,
Syaikh Abdul Aziz ar-Rayyis, dengan sedikit tambahan dan
penyesuaian

[10]. HR. Ahmad (2/429) dan al-Hkim (1/49). Lihat ash-


Shahhah no. 3387

[11]. Hum Laisu Bisyai hlm. 4

[12]. HR. al-Bukhri no. 3261

[13]. HR. al-Bukhri no. 1132 dan Muslim no. 1397

[14]. HR. al-Bukhri no. 1133 dan Muslim no. 1394

[15]. HR. al-Bukhri no. 1265 dan Muslim no. 529

[16]. HR. Muslim no. 532

[17]. HR. Muslim (no. 970).

[18]. HR. Ahmad (4/156). Lihat ash-Shahhah no. 492

[19]. HR. Abu Dwud no. 3910, at-Tirmidzi no. 1614 dan Ibnu
Mjah no. 3538. Lihat ash-Shahhah no. 429

[20]. HR. Abu Dwud (no. 3251) dan at-Tirmidzi (no. 1535).
Lihat ash-Shahhah no. 2042

[21]. Hadits shahih riwayat al-Bukhri, al-Adabul Mufrad no.


716 dan Abu Yala no. 60.
EKSISTENSI JIN
Oleh

Ustadz Abu Nida`Chomsaha Sofwan

KEBERADAAN JIN

Jin termasuk perkara ghaib yang wajib kita imani


keberadaannya, karena dalil-dalil Al Qur`an dan As Sunnah
telah menjelaskannya. Ini termasuk di antara asas akidah Islam,
yaitu beriman kepada perkara ghaib. Bahwa beriman kepada
yang ghaib merupakan salah satu sifat orang-orang yang
bertakwa, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :


} 1{




}2{












3{


}
"Alif laam miim. Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan di
dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu)
mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka". [Al Baqarah : 1-3].

Perkara ghaib, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Masud, ialah


seluruh perkara yang ghaib yang telah diberitakan Allah dan
RasulNya kepada kita. Begitu pula dengan keberadaan jin,
bahwa Allah dan RasulNya telah mengabarkan melalui Al
Qur`an ataupun hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

1). Dari Al Qur`an, di antaranya:













"Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin
kepadamu yang mendengarkan Al Qur`an". [Al Ahqaf : 29].

"Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang


kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang
menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi
peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini".
[Al Anam : 130]














"Katakanlah (hai Muhammad): Telah diwahyukan kepadaku
bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (Al Qur`an), lalu
mereka berkata, Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al
Qur`an yang menakjubkan" [Al Jin : 1].
















"Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di
antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan".[Al Jin : 6]

2). Dari As Sunnah, di antaranya :

Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Ibnu


Masud Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Pada suatu malam,
kami pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
lalu kami kehilangan dirinya. Maka kami pun mencari-cari
Beliau di lembah-lembah dan di jalan-jalan di gunung (namun
tidak menemukan Beliau), sehingga kami berkata,Beliau
dibawa terbang jin, atau Beliau telah dibunuh secara rahasia.
Maka kami melewati malam itu sebagai sejelek-jelek malam
yang dialami suatu kaum. Tatkala datang pagi, tiba-tiba Beliau
muncul dari arah gua Hira. Maka kami berkata,Wahai,
Rasulullah! (Semalam) kami kehilangan dirimu, lalu kami
mencari-carimu, tetapi tidak menemukanmu, maka kami
melewati malam itu sebagai sejelek-jelek malam yang dialami
suatu kaum. Beliau berkata,Seorang utusan jin mendatangiku,
maka aku pun pergi bersamanya (mendatangi para jin), lalu aku
membacakan Al Qur`an kepada mereka. Ibnu Masud
berkata,Lalu Beliau mengajak kami dan memperlihatkan
kepada kami bekas mereka (jin) dan bekas api mereka.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: Tidak ada satupun dari


segolongan kaum muslimin yang berpendapat lain dalam
masalah eksistensi jin, dan tidak pula dalam masalah bahwa
Allah telah mengutus Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
kepada mereka. Mayoritas kaum kafir juga telah mengakui
eksistensi mereka. Adapun ahli kitab dari kalangan Yahudi dan
Nasrani, mereka menetapkan keberadaan jin sebagaimana
kaum muslimin menetapkannya, meskipun di antara mereka
ada yang mengingkarinya, sebagaimana di antara kaum
muslimin (juga) ada yang mengingkarinya ... seperti Jahmiyah
dan Mutazilah. Namun sebagaian besar golongan dan para
imam mereka menetapkannya. Hal itu, karena keberadaan jin
telah mutawatir disebutkan dalam berita-berita para nabi
dengan sifat mutawatir yang dimaklumi secara dharuri. Dan
telah dimaklumi secara dharuri, bahwa mereka (para jin) hidup
dan berakal, melakukan perbuatan dengan kehendak mereka,
dan bahkan mereka (juga) diperintah dan dilarang. Mereka
bukanlah sifat-sifat atau gejala-gejala yang menimpa pada
manusia atau selainnya, sebagaimana yang dinyatakan oleh
para mulhid (atheis). Karena masalah jin ini telah mutawir
beritanya dari para nabi dengan sifat mutawatir yang telah
dikenal oleh orang awam maupun khas, maka tidak mungkin
satu pun golongan yang menisbatkan diri kepada para rasul
yang mulia untuk mengingkari keberadaan jin. [Majmu
Fatawa, XIX:13].

ALAM JIN ADALAH ALAM YANG TERSENDIRI

Alam jin merupakan alam tersendiri, yang bukan alam manusia


dan bukan pula alam malaikat. Dari bentuk fisiknya, pandangan
mata manusia tak mampu melihatnya. Itulah sebabnya mereka
dinamakan jin, dikarenakan ketertutupan (ijtinan) fisiknya dari
pandangan mata manusia. Di dalam Al Qur`an, Allah berfirman,
yang artinya : Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya
melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat
mereka . [Al Araf : 27].

Meski antara manusia dan jin berbeda alam, tetapi antara jin
dan manusia terdapat titik persamaan, yaitu memiliki sifat
berakal dan berpikir, mempunyai kemampuan yang sama untuk
memilih jalan yang baik dan jalan yang buruk. Meski terdapat
sifat yang sama, tetapi dalam banyak hal, jin juga memiliki
perbedaan dengan manusia. Dan yang terpenting ialah dalam
masalah asal penciptaannya.

Allah Azza wa Jalla mengabarkan, jin diciptakan dari api, yang


artinya : Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari
api yang sangat panas. [Al Hijr : 27]









"Dia menciptakan jin dari nyala api". [Ar Rahman : 15]

Ibnu Katsir menyebutkan, bahwa Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid,


dan Al Hasan Al Bashri serta yang lainnya menafsirkan kalimat
min marij min nar dalam ayat di atas sebagai bagian ujung
dari lidah api. Dalam riwayat lain disebutkan dari bagian inti
api.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Aisyah


Radhiyallahu 'anha, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam bersabda :



















"Malaikat diciptakan dari cahaya, Jan (nenek moyang jin)
diciptakan dari nyala api, dan Adam (nenek moyang manusia)
diciptakan dari apa yang telah disebutkan (dalam Al Qur`an)
kepada kalian".

KEMAMPUAN-KEMAMPUAN YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADA


JIN
Allah telah memberikan kepada jin kemampuan-kemampuan
yang tidak diberikan kepada manusia. Sebagian kemampuan
tersebut di antaranya ialah:

a). Mampu bergerak dan berpindah dengan sangat cepat.

Ifrit dari golongan jin pernah berjanji kepada Nabi Sulaiman


Alaihissallam untuk menghadirkan singgasana Ratu Saba di
Yaman ke Baitul Maqdis hanya dalam waktu seseorang berdiri
dari duduknya; sebelum mata berkedip. Dalam Al Qur`an Allah
berfirman, yang artinya : Berkata Ifrit (yang cerdik) dari
golongan jin: Aku akan datang kepadamu dengan membawa
singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat
dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya
lagi dapat dipercaya Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu
dari Al Kitab: Aku akan membawa singgasana itu kepadamu
sebelum matamu berkedip. Maka tatkala Sulaiman melihat
singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata: Ini
termasuk karunia Rabb-ku . [An Naml : 39-40].

b). Mendahului manusia dalam mencapai ruang angkasa.

Sudah sejak lama jin mampu naik ke tempat-tempat di langit


dunia, lalu di sana mereka mencuri dengar berita-berita langit
untuk mengetahui peristiwa sebelum terjadinya. Tatkala
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus, maka langit
diperketat penjagaannya. Allah berfirman, yang artinya : Dan
sesungguhnya kami (para jin) telah mencoba mengetahui
(rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan
penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya
kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu
untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi
sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan
(seperti itu), tentu akan menjumpai panah api yang mengintai
(untuk membakarnya). [Al Jin:8-9].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan cara


mereka mencuri dengar berita-berita langit.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata:


Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda,Apabila Allah menetapkan perintah di atas langit,
para malaikat mengepak-ngepakkan sayap-sayapnya karena
patuh kepada firmanNya, seolah-olah firman (yang didengar)
itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu,
sehingga memekakkan mereka. Tatkala hati mereka telah
hilang dari rasa takut, mereka bertanya,Apa yang baru saja
difirmankan oleh Tuhanmu? Mereka menjawab,(Perkataan)
yang benar, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar. Ketika
itulah, (jin-jin) pencuri berita (wahyu) itu mendengarnya.
Keadaan mereka seperti ini. Sebagian mereka bertumpu di atas
sebagian yang lain -Sufyan bin Uyainah (salah seorang perawi
hadits ini) menggambarkannya dengan telapak tangannya, ia
merenggangkannya dan membuka jari-jemarinya-. Maka ketika
(jin-jin) pencuri berita (yang di atas) mendengar kalimat
(firman) itu, mereka lalu menyampaikannya kepada yang ada di
bawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke
mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi, kadangkala
para pencuri berita itu terkena syihab (panah-panah api)
sebelum sempat menyampaikan berita yang disadapnya itu.
Dan kadangkala mereka sudah sempat menyampaikannya
sebelum terkena syihab. Lalu dengan satu kalimat yang
didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal melakukan
seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang
sihir atau tukang ramal berkata),Bukankah dia telah
memberitahukan kepada kita, bahwa pada hari anu akan
terjadi peristiwa anu (dan itu benar-benar terjadi)? Sehingga
dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena
satu kalimat yang telah didengar dari langit.

c). Pengetahuan jin tentang teknologi.

Allah mengabarkan bahwa Dia telah menundukkan bangsa jin


untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam. Bangsa jin banyak
melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk beliau yang menuntut
kemampuan, kepandaian dan kemahiran atau keahlian. Allah
berfirman, yang artinya : Dan sebahagian dari jin ada yang
bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaanya) dengan izin
Rabb-nya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari
perintah Kami, Kami membuatnya merasakan azab neraka yang
apinya menyala-nyala. Para jin itu membuat untuk Sulaiman
apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan
patung-patung, dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam
dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). [Saba` : 12-13].

Ibnu Taimiyah menyebutkan, ada seorang syaikh, yang dahulu


mempunyai hubungan dengan jin telah menyampaikan kepada
beliau, bahwa bangsa jin telah memperlihatkan kepadanya
suatu benda yang bercahaya seperti air dan pelita. Mereka
menampakkan kepadanya di dalam benda itu berita-berita
yang dia inginkan, lalu dia menyampaikannya kepada orang-
orang. Mereka (jin) juga menyampaikan kepadanya perkataan
sahabat-sahabatnya yang meminta tolong kepadanya, lalu dia
menjawabnya, dan para jin itu menyampaikan jawabannya itu
kepada para sahabatnya tersebut. [Majmu Fatawa XI:309].

d). Kemampuan untuk beralih rupa atau bentuk.

Jin memiliki kemampuan beralih rupa atau bentuk, ke bentuk


manusia dan hewan. Mereka pernah mendatangi kaum
musyrikin dalam wujud Suraqah bin Malik untuk menjanjikan
kemenangan bagi mereka. Demikian pula, sejumlah sahabat, di
antaranya Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, pernah didatangi
mereka dalam wujud orang tua yang ingin mencuri zakat yang
sedang dijaganya. Mereka dapat beralih rupa menjadi unta,
keledai, sapi, anjing atau kucing. Seringnya mereka berubah
bentuk menjadi anjing hitam dan kucing. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam menyatakan, bahwa lewatnya anjing hitam di
depan orang yang shalat memutuskan shalat orang itu.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan sebabnya :






"Karena anjing hitam itu setan".

Jin sering berubah menjadi hewan, lalu menampakkan diri


kepada manusia. Karena itu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam melarang membunuh ular yang muncul di dalam rumah,
sebab dikhawatirkan itu merupakan jelmaan jin yang telah
masuk Islam. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Sa id
Al Khudri, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :
























"Sesungguhnya di Madinah ini ada segolongan jin yang telah
masuk Islam. Jika kalian melihat satu dari mereka, maka
mintalah kepada mereka untuk keluar (dalam jangka waktu)
tiga hari. Jika ia tetap menampakkan diri kepada kalian setelah
itu, maka bunuhlah ia, karena sesungguhnya dia itu setan".

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengecualikan untuk


ular tertentu. Dari Abu Lubabah Radhiyallahu 'anhu, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

























"Janganlah kalian (langsung) membunuh ular (di dalam rumah),
kecuali setiap ular yang terpotong (pendek) ekornya dan
memiliki dua garis di punggungnya, karena ular jenis ini dapat
menggugurkan kandungan dan membutakan mata. Maka
bunuhlah ia".
e). Setan mengalir dalam tubuh Bani Adam sebagaimana
mengalirnya darah di urat nadi.

Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim, dari


Anas, dia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :

"Sesungguhnya setan mengalir dalam tubuh manusia


sebagaimana mengalirnya darah".

KELEMAHAN DAN KETIDAKMAMPUAN JIN

Sebagaimana halnya manusia, jin juga memiliki kekuatan dan


kelemahan. Sebagian di antara kelemahan jin yang disebutkan
Allah dan RasulNya ialah :

a). Jin tidak memiliki kemampuan untuk menundukkan hamba-


hamba Allah yang shalih.
Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak memberikan kemampuan
kepada setan untuk menguasai manusia dan memaksakan
kepada mereka kesesatan dan kekafiran. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman, yang artinya : Sesungguhnya hamba-
hambaKu, kamu (setan) tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan
cukuplah Rabb-mu sebagai Penjaga. [Al Isra` : 65].


















"Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan
hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman
kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu
tentang itu". [Saba` : 21].

Artinya, setan tidak mempunyai jalan untuk menguasai


manusia, baik dari sisi hujjah maupun dari sisi kemampuan.
Kenyataan ini telah diakui sendiri oleh setan.




















"Iblis berkata: Ya, Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan
mereka (manusia) memandang baik (perbuatan maksiat) di
muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di
antara mereka". [Al Hijr : 39-40].

Adapun yang mampu mereka kuasai hanyalah hamba-hamba


yang rela dengan pemikiran setan, mengikutinya dengan penuh
kerelaan dan ketaatan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
yang artinya : Sesungguhnya hamba-hambaKu tidak ada
kekuasaan bagimu (setan) terhadap mereka, kecuali orang-
orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. [Al
Hijr : 42].

"Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-


setan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka
membuat maksiat dengan sungguh-sungguh". [Maryam : 83].

b). Setan takut dan lari dari sebagian hamba Allah.

Jika Islam telah tertancap kuat pada seorang hamba, iman telah
tegak di dalam hatinya, dan dia senantiasa menjaga batasan-
batasan yang telah digariskan Allah, maka setan akan menjauh
dan lari darinya. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda kepada Umar bin Al Khaththab:
Sesungguhnya setan takut kepadamu, wahai Umar. [HR At
Tirmidzi, no. 2913].
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga pernah bersabda
tentang Umar: Sesungguhnya aku telah benar-benar melihat
bahwa setan dari kalangan jin dan manusia benar-benar lari
dari Umar. [HR At Tirmidzi, no. 2914].

c). Jin ditundukkan untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam.

Allah telah menundukkan sebagian golongan jin dan setan


untuk Nabi Sulaiman Alaihissallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman, yang artinya : Kemudian kami tundukkan kepadanya
angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang
dia kehendaki, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-
setan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan setan yang
lain yang terikat dalam belenggu. [Shad : 36-38].

Semua itu sebagai wujud dikabulkannya doa Nabi Sulaiman :















"Ia berkata: Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah
kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun
sesudahku". [Shad : 35].

d). Jin tidak mampu menciptakan mukjizat.

Jin tidak mampu berbuat sesuatu yang setara dengan mukjizat


yang dibawa oleh para rasul untuk menunjukkan kebenaran
risalah yang mereka bawa. Tatkala sebagian orang-orang kafir
menilai bahwa Al Quran merupakan buatan setan, maka Allah
berfirman, yang artinya : Dan Al Qur`an itu bukanlah dibawa
turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa
turun Al Qur`an itu, dan mereka pun tidak akan mampu.
Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan dari mendengar
Al Qur`an itu. [Asy Syuara : 210-212].

e). Jin tidak bisa menyerupai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa


sallam dalam mimpi seseorang.

Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu


Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam, Beliau bersabda :


















"Barangsiapa melihatku dalam mimpinya, maka sungguh dia
telah melihatku (bukan setan yang menyerupaiku), karena
sesungguhnya setan tidak mampu menyerupai diriku".

Zhahir dari hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna


menunjukkan, bahwa setan tidak mampu meniru bentuk dan
rupa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun tidak
berarti ia tidak mampu meniru bentuk dan rupa orang selain
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu mengaku sebagai Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu,
seseorang yang bermimpi melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam tidak boleh memastikan bahwa dia benar-benar
telah bermimpi melihat Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
berdalil dengan hadits-hadits tersebut, kecuali orang yang
dilihatnya dalam mimpi itu memiliki ciri-ciri yang sama dengan
ciri-ciri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang disebutkan
dalam kitab-kitab hadits.

f). Jin tidak mampu menembus batasan-batasan tertentu di


ruang angkasa.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya : Hai jamaah
jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat
menembusnya kecuali dengan kekuatan. Maka nikmat Rabb
kamu yang manakah yang kamu dustakan? Kepada kamu, (jin
dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga, maka
kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya). [Ar Rahman :
34-35].

g). Jin tidak mampu membuka pintu yang ditutup dengan


membaca bismillah.

Imam Al Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya, dari Jabir bin


Abdullah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda :

"Jika gelapnya malam telah merayap datang atau waktu senja


telah datang, maka tahanlah anak-anak kecil kalian, karena
para setan mulai menyebar pada waktu itu. Dan jika telah
berlalu satu waktu dari malam, maka lepaskanlah mereka. Dan
tutuplah pintu-pintu dengan menyebut nama Allah, karena
setan tidak mampu membuka pintu yang ditutup".

Demikian penjelasan singkat tentang jin, yang keberadaannya


harus kita imani sebagai makhluk ghaib yang diciptakan Allah
Azza wa Jalla. Sebagai makhluk, maka setiap perbuatan yang
dilakukan oleh jin, pasti sepengetahuan dan atas izin Allah Azza
wa Jalla .
Maraji:

Alam Al Jin Wa Asy Syayathin, oleh Syaikh Al Asyqar.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04//Tahun


IX/1426H/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
57183 Telp. 0271-761016]
BERLINDUNG (DIRI) DARI MAKHLUK HALUS
Oleh

Ustadz Rijal Yuliar, Lc

Pembaca yang dirahmati Allah Azza wa Jalla, meyakini


keberadaan jin atau setan merupakan bagian dari ajaran agama
Islam yang mulia ini. Alam mereka (para jin) sama sekali
berbeda dengan alam manusia meskipun keduanya diciptakan
oleh Allah Azza wa Jalla untuk satu tujuan yaitu beribadah
hanya kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

-------------------------------------------------------












Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku. [adz-Dzriat/51:56]

Manusia tidak dapat melihat jin atau setan dengan kasat mata.
Namun, mereka dapat melihat manusia. Allah Azza wa Jalla
berfirman:

























Sesungguhnya dia (setan) dan anak keturunan dari
bangsanya dapat melihat kalian sementara kalian tidak
dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu sebagai pemimpim bagi orang-
orang yang tidak beriman. [al-Arf/7:27]

Setan adalah musuh manusia yang selalu berupaya


menjauhkan mereka dari jalan Allah Azza wa Jalla yang lurus.
Setan mengajak para pengikutnya untuk menemaninya di
neraka sair. Allah Azza wa Jalla berfirman:
















Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian, maka
jadikanlah ia musuh (kalian), sesungguhnya setan itu
mengajak para pengikutnya agar menjadi penghuni neraka
(sair) yang menyala-nyala [Fthir/35:6]

Kebiasaan setan adalah mengelabui manusia, menghalangi dari


kebaikan dan kebenaran. Dan menggelincirkan manusia dalam
kesesatan adalah sumpahnya di hadapan Allah. Allah Azza wa
Jalla berfirman tentang ucapan Iblis:
































Iblis berkata, Karena Engkau (ya Allah) telah
menghukumku untuk tersesat, maka sungguh aku akan
menghalanghalangi manusia dari jalan Engkau yang lurus.
Kemudian aku akan mendatangi (menggoda) mereka dari
hadapan dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri
mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan
mereka bersyukur (taat). [al-A`rf/7:16-17]

Mereka ada dimana-mana, siap menjadikan manusia sebagai


mangsa kesesatannya. Berbagai metode ditempuh agar
manusia jauh dari tauhid dan terjebak dalam lumpur kesyirikan
atau kubangan dosa kemaksiatan. Semoga Allah k menjaga kita
dari setiap keburukan. Amn

TAHAYUL MENGGANGGU KENYAMANAN HATI


Mari kita perhatikan komentar-komentar berikut: Hati-hati
lho, ini tempat angker, hih!, Awas, janganjangan, ada
penunggunya..!?, Jangan sembarangan ah, aku takut mereka
marah!, Kalau mau selamat, berikan dulu sesajian!,
Hih, tempat itu ngeri.!. Semua ini adalah tebak reka penulis
terhadap kalimat-kalimat yang mungkin diucapkan oleh
sebagian orang saat berada di tempat-tempat yang dianggap
seram. Demikian itu sebagai ungkapan rasa takut dan
kekhawatiran mendapat celaka yang terjadi atas diri mereka di
tempat tersebut. Bukan rahasia, yang mereka takuti itu adalah
para jin atau setan yang dianggap dapat memberikan madharat
(celaka) pada kondisi-kondisi tertentu. Parahnya, setelah
ketakutan itu menghantui diri manusia yang lemah tauhid,
sering kali mereka berlindung dari celaka dan ketakutan
dengan cara-cara yang dapat merusak kesucian tauhid, bahkan
memusnahkannya. Mereka menyandarkan diri kepada berbagai
bentuk sesajen; sesajian berbungkus mistik kelam untuk
meredam ketakutan mereka dan mencari ketenangan. Tanpa
mereka sadari, tauhid dalam jiwa mereka rusak, seakan tiada
mengenal Allah Azza wa Jalla. Padahal, tak satu pun yang
berhak diminta perlindungannya selain Allah Azza wa Jalla yang
Maha Kuasa. Tiada satu pun yang mampu memberikan
perlindungan selain Allah Azza wa Jalla yang Maha Agung lagi
Maha Kuasa atas segalanya. Satu hal yang dapat melegakan
kita bahwa setan, binatang buas, manusia atau siapapun
tidaklah dapat mendatangkan manfaat atau menimpakan
madharat melainkan dengan izin Allah Azza wa Jalla. Allah Azza
wa Jalla berfirman: Katakanlah: Siapakah Rabb langit dan
bumi? katakan, jawabnya: Allah. Katakanlah, Maka
patutkah kamu mengambil pelindung-pelindung bagimu dari
selain Allah, padahal mereka tidak memiliki manfaat dan
madharrat bagi diri mereka sendiri?! Apakah mereka
menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah yang menciptakan seperti
ciptaan-Nya, sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut
pandangan mereka?!. Katakanlah: Allah adalah Pencipta
segala sesuatu dan Dia-lah Rabb yang Maha Esa lagi Maha
Perkasa. [ar-Ra`du/13:16]

Maka hendaknya fenomena seperti ini dicermati dengan


seksama dan diluruskan. Tujuannya, agar langkah setiap
Muslim sesuai dengan pandangan syariat Islam yang benar dan
sejalan dengan tauhid yang diserukan oleh Rasulullh
Shallallahu alaihi wa sallam dan segenap rasul sebelum beliau,
dan agar tauhid ini tetap terjaga kemurniannya serta tidak
tercemar dengan hal-hal beraroma syirik yang mendatangkan
kebinasaan bagi pelakunya.

BENTENG TAUHID YANG LEMAH


Karena lemahnya benteng tauhid dan dangkalnya ilmu agama,
sebagian kaum Muslimin masih larut dalam tahayul yang
diwariskan dari masa ke masa. Akibatnya, bermunculan
generasi rapuh tauhid yang mudah takut kepada bangsa jin dan
setan, kemudian mencari perlindungan dari selain Allah Azza
wa Jalla. Apabila mereka berada di tempat yang dianggap
angker, atau melewati tempat berhawa menyeramkan, maka
sontak bulu kuduk berdiri, keringat dingin membasahi dahi
hingga ke ujung-ujung kaki. Mereka takut terjadi petaka pada
diri mereka akibat jin penunggu tempat tersebut tidak merestui
kehadiran mereka. Bagi sebagian orang, membakar
kemenyan dan membaca jampi mantera tententu dapat
membuat jin-jin itu tenang dan lebih akrab. Sebagian lain yang
tidak sempat membakar kemenyan atau membaca mantera,
mereka gemetar sambil memohon perlindungan kepada para
jin untuk bisa menerima kehadiran mereka, dan meminta agar
tidak menggangu atau mencelakai. Allah Azza wa Jalla
berfirman:
















Dan sesungguhnya sebagian di antara manusia meminta
perlindungan kepada beberapa di kalangan bangsa jin,
maka para jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan. [al-Jin/72:6]

Pada masa jahiliyah, seseorang yang melewati suatu lembah


atau bermalam di sebuah tempat, dan merasakan ketakutan,
biasa menyerukan Aku berlindung kepada penguasa lembah
ini dari bangsa jin yang mengganggu?!. Yakni berlindung
kepada penguasa jin di tempat tersebut dari para jin yang
mengganggu.[1] Namun, tidaklah permohonan lindungan dari
jin itu dilakukan melainkan akan menambah semakin dahsyat
ketakutan dan kelemahannya di hadapan jin. Karena itu para
Ulama sepakat [2] bahwa memohon perlindungan dari jin
hukumnya haram, bahkan justru akan menambah rasa takut
serta kegelisahan hati. Sungguh, akibatnya dia akan semakin
merasakan takut luar biasa, padahal dia berharap agar
dijauhkan dari rasa takut itu. Sebagian Ulama menjelaskan
bahwa manusia menjadikan jin semakin jahat dan congkak
ketika mereka memohon perlindungan kepada para jin dan
mereka menjadikan manusia semakin dihantui rasa takut
terhadap para jin. [3]

-------------------------------------------------------

MACAM-MACAM TAKUT
Para Ulama menjelaskan bahwa takut terbagi menjadi
beberapa macam

Pertama : Takut yang berkedudukan sebagai ibadah, yaitu


takut kepada Allah Azza wa Jalla semata. Ini adalah salah satu
ibadah hati. Allah Azza wa Jalla berfirman: Dan orang yang
takut akan saat menghadap Rabbnya baginya ada dua syurga.
[ar-Rahman/55:46]

Kedua: Takut yang bernilai syirik, yaitu seorang hamba yang


takut kepada selain Allah Azza wa Jalla ; seperti takut kepada
jin, mayat, atau selainnya sebagaimana takutnya kepada Allah
Azza wa Jalla atau bahkan lebih. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Sesungguhnya mereka adalah setan yang menakuti para
pengikutnya, maka jangan takut terhadap mereka (para setan),
dan hanya takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar
beriman. [ali `Imrn/3:175]

Ketiga: Takut yang bernilai maksiat, yaitu ketakutan seorang


hamba dari para manusia yang mengakibatkan dia
meninggalkan kewajiban atau melakukan kemaksiatan.
Padahal, kondisi itu belum sampai pada kategori teror paksaan.
Maka, ini adalah takut yang bernilai maksiat. Allah Azza wa Jalla
berfirman: Janganlah takut kepada manusia, takutlah hanya
kepada-Ku.. [al-Maidah/5:44]

Keempat: Takut yang wajar sebagai tabiat manusia,


sebagaimana ketakutannya kepada musuh, binatang buas, ular
berbisa atau semisalnya. Takut jenis ini dimaklumi dengan
syarat tidak lebih hanya sekedar takut atau khawatir yang
sewajarnya. Allah Azza wa Jalla berfirman (tentang Nabi Musa):
Karena itu Musa menjadi takut (khawatir) di kota itu, dia
menunggu dengan cemas dan khawatir.[al-Qashsh/28:18
dan 21]

Kelima: Takut sang pengecut, yaitu takut yang tidak beralasan


atau dengan alasan yang tidak masuk akal. Ini adalah takut
yang tidak terpuji, pelakunya berhak disebut pengecut. Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam berlindung diri dari
perangai ini. Oleh karena itu, iman yang sempurna, tawakkal
dan keberanianlah yang dapat mencegah dari perangai
tersebut. [4]
KERJASAMA JIN DAN MANUSIA BERAKIBAT AZAB DI NERAKA

Allah Azza wa Jalla adalah Rabb kita, tiada tempat bernaung


selain-Nya, tiada tempat bersandar dari berbagai kesulitan dan
kesempitan selain Dia Azza wa Jalla, tiada yang disembah selain
Allah Azza wa Jalla. Maka, tidaklah pantas disembah, dimintai
doa dan dimintakan perlindungan, atau ditakuti selain Allah
Azza wa Jalla. Demi mencapai kesenangan yang semu dan
sesaat, masih dijumpai sebagian orang mengambil jalan pintas
dengan menjalin kerjasama dengan bangsa setan yang
terkutuk. Allah Azza wa Jalla berfirman:














































Dan di hari Allah menghimpun mereka semua (Allah
berfirman): Hai jin, sesungguhnya kamu telah banyak
menyesatkan manusia, lalu berkatalah kawan-kawan jin
dari golongan manusia: Wahai Rabb kami, sesungguhnya
sebagian dari kami telah mendapatkan kesenangan dari
sebagian (yang lain), dan kami telah sampai kepada waktu
yang Engkau tentukan bagi kami.Allah berfirman: Neraka
itulah tempat tinggal kalian, kalian kekal di dalamnya,
kecuali jika Allah menghendaki (yang lain). Sesungguhnya
Rabb kalian Maha bijaksana lagi Maha mengetahui. [al-
An`m/6:128]

Dalam ayat ini digambarkan bahwa sebagian dari jin dan


manusia telah mendapatkan pelayanan satu sama lain. Jin
merasa senang karena manusia menaatinya, menyembahnya,
dan mengagungkannya, bahkan memohon perlindungan
darinya. Sementara manusia senang karena mencapai tujuan-
tujuannya dengan bantuan jin agar hawa nafsunya terpenuhi.
Jadi, sesungguhnya manusia telah menyembah jin kemudian jin
memberikan pelayanannya kepada manusia dan tercapai
sebagian hajat duniawinya.[5] Allah Azza wa Jalla juga
berfirman:
























Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat Allah Yang
Maha penyayang, Kami jadikan baginya setan (yang
menyesatkan). Maka, setan itu menjadi teman yang selalu
menyertainya. Dan sesungguhnya para setan itu benarbenar
menghalangi mereka dari jalan yang benar, dan mereka
menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. [az-
Zukhruf/43:35-36]

Lihatlah bagaimana Allah Azza wa Jalla memastikan kesesatan


dan menjadikan neraka sebagai tempat pembalasan bagi
orang-orang yang telah menjadikan jin sebagai pelindung yang
diagungkan, ditakuti, ditaati dan dinanti perkara-perkara gaib
darinya. Iydzan billh.
-------------------------------------------------------

BAGAIMANA SEHARUSNYA BERLINDUNG?


Kepada siapa meminta perlindungan dari gangguan setan?
Hakekat memohon perlindungan adalah lari menghindar dari
sesuatu yang ditakuti menuju siapapun yang dapat
memberikan perlindungan dan keselamatan.[6] Ketahuilah
sesungguhnya memohon perlindungan hanya kepada Allah
Azza wa Jalla berpasrah diri kepada-Nya dari segala keburukan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:











Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai
al-Falaq. Dari kejahatan makhluk-Nya. [al-Falaq/113:1-2]






Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb (Yang
memelihara dan menguasai) manusia. [an-Ns/114:1]
Setiap perbuatan atau perkataan yang di dalamnya terdapat
permintaan adalah ibadah. Maka, memohon perlindungan
adalah suatu bentuk ibadah. [7] Dengan demikian, tidak
dibenarkan hal itu ditujukan kepada selain Allah Azza wa Jalla,
karena itu adalah perbuatan syirik. Jadi, mengharap kebaikan
hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dialah Yang Maha
menghidupkan, mematikan dan membangkitkan. Allah Azza wa
Jalla berfirman:
























Mereka mengambil sesembahan-sesembahan selain Allah
Azza wa Jalla (untuk disembah), sesembahan-sesembahan
itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri
diciptakan dan tidak kuasa untuk menolak suatu madharat
dari diri mereka dan tidak pula dapat memberi suatu
manfaat, dan (juga) tidak kuasa mematikan atau
menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan. [al-
Furqn/25:3]

Perlu diketahui bahwa suatu bentuk permintaan dapat


berbeda predikat dan ragamnya tergantung siapa yang diminta.
Apabila pihak yang diminta setara (dengan yang meminta)
maka disebut mencari (iltims), apabila yang diminta lebih
rendah maka itu disebut perintah. Namun, apabila yang
diminta lebih tinggi maka disebut memohon (berdoa). Tidak
diragukan bahwa seorang yang memohon perlindungan, dia
tengah meminta kepada yang lebih tinggi darinya [8]. Allah
Azza wa Jalla memerintahkan kita agar memohon perlindungan
dari gangguan setan hanya kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla
berfirman:















Dan katakanlah: wahai Rabbi, aku berlindung kepada
Engkau dari bisikan-bisikan godaan setan. Dan aku
berlindung (pula) kepada Engkau Ya Rabbi, dari kedatangan
mereka kepadaku. [al-Mukminn/23:97-98]
















Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan,maka
mohonlah perlindungan kepada Allah.Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
[Fushshilat/41:36]

Seorang Mukmin hendaknya berlindung kepada Allah Azza wa


Jalla semata dari segala keburukan yang menimpanya, baik dari
pertemuan dengan para setan, kehadiran mereka yang
mengejutkan, ajakan kesesatan, bisikan ataupun godaan
mereka untuk berbuat kemaksiatan. Apabila Allah Azza wa Jalla
melindungi hamba-Nya dari keburukan ini dan mengabulkan
permohonannya, maka dia akan selamat dari segala celaka dan
keburukan, serta diberikan taufik untuk melakukan segala
kebaikan.

SEMUA ADA TUNTUNANNYA DALAM ISLAM

Islam adalah agama yang sempurna. Tiada satupun


permasalahan yang menjadi petaka bagi manusia disebabkan
Islam belum menjelaskannya. Terlebih jika perkara itu terkait
erat dengan konsistensi tauhid seorang hamba. Pastilah Islam
menjauhkan kaum Mukminin dari berbagai kesyirikan. Dengan
Islam ketentraman akan datang, keselamatan akan selalu
menyertai, tauhid akan menjadi penyejuk hati yang
mendamaikan hidup dan menerangi setiap langkah mereka.
Berlindung dari apapun yang membahayakan kita hanya
kepada Allah Azza wa Jalla adalah cerminan tauhid. Lihatlah
bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan
keteladanan kepada kita selaku umatnya.










:







(( :







"


"







))
Dari Khaulah binti Hakim as-Sulamiyyah Radhiyallahu anhuma
ia berkata: aku telah mendengar Rasulullh Shallallahu alaihi
wa sallam bersabda: Barangsiapa singgah di sebuah tempat
dan dia membaca ( aku berlindung
dengan firman-firman Allah yang sempurna dari keburukan
apapun yang telah Allah ciptakan), maka tiada satu pun dapat
mencelakakannya hingga dia meninggalkan tempat tersebut.
Dalam riwayat lain (disebutkan dengan bentuk perintah): Jika
salah seorang di antara kalian singgah di sebuah tempat
hendaklah ia membaca.!!.[9]
Inilah syariat Islam dalam memohon perlindungan. Yakni agar
berlindung kepada Allah Azza wa Jalla dengan firman-firman-
Nya yang sempurna, yang tiada kekurangan atau aib padanya.
Bukan berlindung kepada para jin, setan atau mantera azimat
dukun, sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang di zaman
ini yang ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh kaum jahiliyah. Itu adalah perbuatan syirik
karena memohon perlindungan adalah ibadah padahal ibadah
hanyalah ditujukan kepada Allah Azza wa Jalla semata. Allah
Azza wa Jalla berfirman: Katakanlah: Mengapa kamu
menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat
member madharrat kepadamu dan tidak (pula) member
manfaat? dan Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha
mengetahui. [al-Midah: 76]

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Barangsiapa menyajikan


sembelihan untuk setan, berdoa kepadanya, memohon
bantuan dan lindungan darinya, mendekatkan diri kepada
setan dengan sesuatu yang setan sukai, maka sungguh dia telah
menyembah setan itu sekalipun dirinya tidak menamakan hal
tersebut sebagai ibadah. [10]

Islam telah mengajarkan semua petunjuk berlindung dari


berbagai hal yang mungkin menimbulkan bahaya kepada kita
termasuk dari gangguan para setan. Mari kita cermati baik-baik
doa dan dzikir-dzikir berikut ini. Semua telah diajarkan
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :










Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan
setan perempuan. [Doa masuk wc, HR. Muslim]





















Aku berlindung kepada Allah Yang Maha agung, dengan
wajah-Nya yang mulia, kekuasaan-Nya yang terdahulu dari
godaan setan yang terkutuk. [Doa masuk masjid: HR Abu
Dwud]











ya Allah, lindungi aku dari setan yang terkutuk. [Bagian
dari doa keluar masjid: HR Ibnu Mjah]













Aku memohon perlindungan (kepada Allah) bagi kalian
berdua dengan firman-firman Allah yang sempurna dari
gangguan setan dan binatang, serta dari bahaya sihir ain
yang tajam. [Doa perlindungan bagi anak, HR al-Bukhri]













Dengan menyebut nama Allah . Ya Allah, hindarkan kami
dari setan. Jauhkan setan dari (anak) yang Engkau
karuniakan kepada kami [Doa berkumpul dengan isteri, HR
al-Bukhri, Muslim]






















Aku berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna,
yang tidak bisa ditembus oleh para hamba yang shalih
apalagi yang fasik, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari
kejahatan yang turun dari langit atau yang naik ke atas
langit, serta dari segala kejahatan makhluk di bumi. Juga
dari kejahatan yang keluar dari perut bumi, dari kondisi
buruk kekacauan di siang dan malam, serta dari kejahatan
tamu di tengah malam, kecuali yang bermaksud baik, wahai
ar-Rahmn........ [Doa mengusir setan jahat, HR. Ahmad]

Dan masih banyak lagi contoh-contoh tuntunan Rasulullah n


bagi kita selaku umatnya dalam berlindung diri dari berbagai
keburukan setan. Barangsiapa menghidupkan sunnah
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam memohon
perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla, maka sungguh dia
telah mencerminkan tauhid dirinya kepada Allah Azza wa Jalla .

BEBERAPA HIKMAH YANG DAPAT DIPETIK DARI PEMBAHASAN


SINGKAT DI ATAS:

1. Islam mengajarkan umatnya untuk mempercayai adanya


bangsa jin dan setan. Agar diwaspadai godaannya, bukan untuk
ditakuti madharratnya, sebab tidak ada yang kuasa
memberikan manfaat atau madharrat selain dengan izin Allah
Azza wa Jalla.

2. Gangguan dan godaan setan mungkin datang kapan saja,


namun seorang Mukmin dapat menghadapi dengan kekuatan
tauhidnya yaitu berlindung kepada Rabb Azza wa Jalla Yang
Maha segalanya.
3. Tidak dibenarkan takut kepada setan, apalagi meminta
perlindungan kepada setan dari gangguannya. Karena yang
demikian adalah syirik. Ketakutan itu justru akan menambah
kejahatan dan kecongkakan setan terhadap manusia, setan
akan menyiksa manusia dan membuat mereka semakin gelisah
serta ketakutan.

4. Meyakini tempat-tempat seram yang bertuan jin serta


takut karenanya adalah tahayul yang merusak kesucian tauhid.
Karena pada saat itu dia seakan lupa akan perlindungan dan
kekuasaan Allah Azza wa Jalla terhadap para hamba yang
memohon perlindungan dari-Nya Azza wa Jalla.

5. Selayaknya bagi seorang Mukmin untuk memahami


klasifikasi takut sebagaimana dijelaskan para Ulama, agar
dirinya dapat menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

6. Wajib memohon perlindungan hanya kepada Allah Azza wa


Jalla semata, baik dari gangguan setan atau dari keburukan
apapun karena itulah cerminan tauhid.

7. Kerjasama atau barter jasa dan manfaat dengan para jin


untuk mendapatkan sekelumit kenikmatan duniawi adalah
kesyirikan yang akan berujung adzab Allah Azza wa Jalla.

8. Islam telah menuntun umatnya untuk segala kebaikan,


mengokohkan tauhidnya dan menjauhkan diri dari kesyirikan
yang akan menyengsarakannya di dunia dan di akhirat.

Semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa membimbing setiap


langkah kita, menjadikan kita hamba-Nya yang bertauhid di
manapun kita berada, menerangi setiap lembaran hidup kita
dengan pelita ilmu. Melimpahkan kebaikan dan kebahagiaan di
dunia dan di akherat. Amn.

(Penulis adalah staf pengajar Pesantren Islam al-Irsyad


Tengaran)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun


XIII/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo
Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]

_______

Footnote

[1]. Fathul-Majd: 196, Taisrul-Azzil-Hamd: 176-177, At-


Tamhd: 171, Al-Qaulul-Mufd: 162. Lihat juga kitab-kitab tafsir
dalam penjabaran makna ayat di atas

[2]. Kesepakatan ini disebutkan dalam Fathul-Majd: 196

[3]. Al-Qaulul-Mufd: 162

[4]. Al-Qaulul-Mufd f Adillatit-Tauhd: 110-113

[5]. Taisrul-Azzil-Hamd: 177, lihat juga tafsir Sadi

[6]. Taisrul-Azzil-Hamd: 175, At-Tamhd: 167

[7]. At-Tamhd: 168

[8]. At-Tamhd: 168

[9].Keduanya diriwayatkan oleh Imam Muslim


[10]. Dinukil dari Taisrul-Azzil-Hamd: hlm 179. Lihat Badiul-
Fawid: 2/461
Kesyirikan pada Jimat dan Rajah
Jan 24, 2012

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc

Negeri ini menyimpan begitu banyak kekayaan, itu patut kita


syukuri. Sayangnya, banyak kekayaan berupa jimat-jimat
tradisional yang justru malah menyesatkan pemiliknya.
Maklum, masyarakat kita masih banyak yang
mencampuradukkan antara klenik dan akidah. Jimat lainnya,
ada yang berupa penglaris dagang dan untuk menambah
kesaktian. Jimat yang berupa tulisan disebut dengan rajah.
Tulisan berikut akan memberikan contoh berbagai macam
jimat dan rajah, serta membuktikan pula kesyirikan benda-
benda tersebut.

Mengenal Tamimah
Tamimah pada asalnya digunakan untuk mencegah ain, yaitu
pandangan dari mata hasad (dengki). Dengan pandangan yang
hasad, seorang anak bisa menangis terus menerus, atau
lumpuh atau terkena penyakit. Untuk melindungi anak kecil
dari penyakit ain ini, di masa silam zaman Jahiliyah-
digunakanlah tamimah, yang bentuk pluralnya tamaa-im.
Ketika Islam datang, tamimah atau jimat semacam ini dihapus
(Lihat Fathul Majid, 131).

Namun tamimah beralih digunakan lebih umum yaitu pada


segala sesuatu yang digantung untuk mencegah ain atau
lainnya, baik berupa gelang, kalung, benang, atau ikatan. Ini
semua disebut tamimah. Nah, kalau di sekitar kita, jimat dan
rajah dengan berbagai macam bentuknya dengan berbagai
macam penggunaan, itulah yang termasuk dalam tamimah.

Di sekeliling kita, tamimah dapat berupa keris untuk melindungi


rumah misalnya, berupa benang pawitra untuk melindungi
anak agar tidak terkena bahaya, dan berupa tulisan rajah yang
dipasang di atas pintu masuk warung untuk melariskan
dagangan.

Berikut contoh-contoh jimat dan rajah yang kami peroleh.


Kadang jimat ini menjadi sarangnya jin, namun masih disimpan
di rumah-rumah sebagai benda pusaka dan tujuan lainnya.

Dalil Larangan Jimat dan Rajah

Allah Taala berfirman,








































Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka:
Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?, niscaya
mereka menjawab: Allah. Katakanlah: Maka terangkanlah
kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika
Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku,
apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan
kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat
kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?.
Katakanlah: Cukuplah Allah bagiku. Kepada-Nya-lah
bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (QS. Az
Zumar: 38)

Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah


penulis Fathul Majid- berkata, Ayat ini dan semisalnya adalah
dalil yang menunjukkan tidak bolehnya menggantungkan hati
kepada selain Allah ketika ingin meraih manfaat atau menolak
bahaya. Ketergantungan hati kepada selain Allah dalam hal itu
termasuk kesyirikan (Fathul Majid, 127-128).

Jimat dan rajah termasuk yang dimaksudkan dalam ayat yang


mulia ini. Karena orang yang memakai jimat dan memasang
rajah di dinding dan tempat lainnya, bermaksud untuk
mendatangkan manfaat seperti dagangannya laris atau agar
penyakitnya sembuh- atau ingin menolak mudhorot (bahaya)
seperti menolak ain (mata dengki) atau menolak wabah
penyakit-.

Dari Imron bin Hushain radhiyallahu anhu, ia berkata,

-



-









.





















Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah melihat di lengan
seorang pria gelang yang dinampakkan padanya. Pria
tersebut berkata bahwa gelang itu terbuat dari kuningan.
Lalu beliau berkata, Untuk apa engkau memakainya? Pria
tadi menjawab, (Ini dipasang untuk mencegah dari)
wahinah (penyakit yang ada di lengan atas). Nabi shallallahu
alaihi wa sallam lantas bersabda, Gelang tadi malah
membuatmu semakin lemah. Buanglah! Seandainya engkau
mati dalam keadaan masih mengenakan gelang tersebut,
engkau tidak akan beruntung selamanya.
(HR. Ahmad 4: 445 dan Ibnu Majah no. 3531).

Al Hakim mengatakan, Kebanyakan guru kami berpendapat


bahwa Hasan Al Bashri mendengar hadits ini langsung dari
Imron (Lihat Fathul Majid, 128). Syaikh Abdul Aziz bin
Abdillah bin Baz termasuk ulama yang menyatakan bahwa
sanad hadits ini jayyid, artinya tidak bermasalah (Fatawa Nur
ala Darb, 1: 383). Ulama lain mengatakan bahwa Al Hasan Al
Bashri tidak mendengar hadits ini langsung dari Imron,
sehingga sanad hadits ini inqitho (terputus). Inilah pendapat
Ibnu Main, Ibnu Abi Hatim dan Ahmad. Oleh karenanya, hadits
ini lemah, walaupun maknanya shahih (Lihat Syarh Kitabit
Tauhid, 54). Yang mendhoifkan hadits ini adalah Syaikh Syuaib
Al Arnauth dalam tahqiq Musnad Imam Ahmad dan Syaikh Al
Albani dalam As Silsilah Adh Dhoifah no. 1029.

Dari Uqbah bin Amir, ia berkata bahwa ia mendengar


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,















Barangsiapa yang menggantungkan (hati) pada tamimah
(jimat), maka Allah tidak akan menyelesaikan urusannya.
Barangsiapa yang menggantungkan (hati) pada kerang
(untuk mencegah dari ain, yaitu mata hasad atau iri, pen),
maka Allah tidak akan memberikan kepadanya jaminan
(HR. Ahmad 4: 154. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits
ini hasan dilihat dari jalur lain-).

Dalam riwayat lain disebutkan,










Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (jimat), maka
ia telah berbuat syirik
(HR. Ahmad 4: 156. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad
hadits ini qowiy atau kuat. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 492).

Dalam tafsir Ibnu Abi Hatim (43: 179), dari Hudzaifah, di mana
ia pernah melihat seseorang memakai benang untuk mencegah
demam, kemudian ia memotongnya. Lantas Hudzaifah
membacakan firman Allah Taala,











Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada
Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah
(dengan sembahan-sembahan lain). (QS. Yusuf: 106)

Begitu pula Waki pernah meriwayatkan dari Hudzaifah. Beliau


pernah mengunjungi orang sakit. Lantas beliau melihat-lihat di
lengan atas orang sakit tersebut dan mendapati benang.
Hudzaifah pun bertanya, Apa ini? Ini adalah sesuatu yang
bisa menjagaku dari rasa sakit tersebut, jawab orang sakit tadi.
Lantas Hudzaifah pun memotong benang tadi. Lantas Hudzaifah
berkata, Seandainya engkau mati dalam keadaan engkau
masih mengenakan benang ini, aku tidak akan
menyolatkanmu (Fathul Majid, 132).

Lihatlah bagaimana sikap keras para sahabat bagi orang yang


mengenakan jimat untuk melindungi dirinya dari sakit, dalam
rangka meraih maslahat. Jimat tersebut sampai dipotong,
walau tidak diizinikan. Dalam penjelesan di atas menunjukkan
bahwa seseorang bisa berdalil dengan ayat yang menjelaskan
tentang syirik akbar (besar) untuk maksud menjelaskan syirik
ashgor (kecil) karena kedua-duanya sama-sama syirik (Lihat
Fathul Majid, 132).

Jimat Benarkah Sebab yang Dibolehkan?


Orang yang memakai jimat jelas telah terjerumus dalam
kesyirikan walau ia menyatakan bahwa jimat atau rajah
hanyalah sebagai perantara atau sebab saja. Ia jelas keliru
karena mengambil sebab yang tidak diperkenankan dan tidak
terbukti secara syari dituntunkan atau secara eksperimen
ilmiah benar-benar terbukti ampuhnya.

Berbeda halnya jika kita sakit, lalu kita meminum obat. Obat ini
sudah terbukti secara eksperimen akan keampuhannya. Hal ini
jauh berbeda dengan jimat dan rajah. Masa dengan memasang
rambut dan tulang, bisa langsung menangkal musibah? Apa
buktinya? Apa sudah pernah diuji kelayakannya di laboratorium
atau lewat berbagai eksperimen? Itulah mengapa memakai
jimat sebagai perantara atau sebab semata, sedangkan yakin
Allah yang beri maslahat dan menolak mudhorot (bahaya)
tetap masuk dalam kategori syirik. Lihat saja contoh-contoh
yang dikisahkan dalam beberapa hadits di atas yang
menjadikan benang, ikatan atau gelang supaya terhindar dari
penyakit atau ain. Itu pun tetap Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam larang dan menyuruh disingkirkan atau dibuang.
Demikian halnya perlakuan beliau shallallahu alaihi wa sallam
nantinya pada jimat penglaris dagang, jimat penolak ain, jimat
benang yang dikenal di kalangan orang jawa dengan benang
pawitra (untuk melindungi anak dari bahaya), semua akan
diperintahkan untuk dibuang dan disingkirkan karena yang
memakainya bermaksud mengambil sebab sebagai perantara
padahal tidak terbukti secara syari, juga tidak terbukti secara
eksperimen ilmiah.

Jadi intinya di sini dalam mengambil sebab untuk meraih


manfaat atau menolak mudhorot (bahaya) harus memenuhi
dua syarat:

Sebab tersebut terbukti secara syari, ditunjukkan dalam dalil


atau terbukti lewat eksperimen ilmiah.

Ketergantungan hati hanyalah pada Allah, bukan pada sebab.


Semisal orang yang mengambil sebab untuk sembuhnya
penyakit dengan meminum obat, maka hatinya harus
bergantung pada Allah, bukan pada obat, bukan pula pada Pak
Dokter.

Harus yakin bahwa ampuhnya suatu sebab adalah dengan


takdir atau ketentuan Allah. (Faedah dari guru kami Ustadz
Abu Isa hafizhohullah- dalam kajian Kitab Tauhid)

Apakah Memakai Jimat Termasuk Syirik?


Memakai jimat memang termasuk kesyirikan, namun apakah
termasuk syirik akbar ataukah syirik ashgor? Di sini para ulama
memberikan rincian sebagai berikut:
Jika yakin bahwa tamimah atau jimat bisa mendatangkan
manfaat dan menolak bahaya (mudhorot), maka ini termasuk
syirik akbar. Karena yang mendatangkan manfaat dan bisa
menolak bahaya hanyalah Allah, bukanlah jimat.

Jika yakin bahwa jimat hanyalah sebagai sebab untuk


penyembuhan misalnya-, maka ini termasuk syirik ashgor.
Demikianlah keyakinan kebanyakan orang yang memakai jimat
pada umumnya. (Lihat Syarh Kitabit Tauhid, 55)

Walaupun jimat dikatakan syirik ashgor (kecil), namun syirik


tetap lebih parah dari dosa besar. Dan kita tetap harus
waspada dari dosa syirik tersebut walaupun kecil karena Allah
Taala berfirman,














Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik)
itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS An Nisa: 48)

Dan waspadalah dengan kesyirikan karena syirik itu sangat


samar dari jejak semut di atas batu hitam di tengah kegelapan
malam.
Menggantungkan Hati pada Jimat
Mengapa dalam menyelesaikan masalah, ingin lepas dari
musibah, ingin menangkal diri dari berbagai penyakit,
seseorang malah mencari selain Allah sebagai tempat
mengadu. Padahal Allah-lah yang Maha Mencukupi, Allah-lah
yang Ghoni, Yang Maha Kaya dan Mencukupi segalanya.
Sungguh aneh, sebagian kita malah bergantung pada makhluk
yang lemah, pada jimat yang bisa saja rusak dan punah,
padahal ada Allah yang selalu mengawasi dan selalu menolong
kita.

Dalam hadits Abdullah bin Ukaim, Nabi shallallahu alaihi wa


sallam bersabda,









Barangsiapa menggantung hati pada sesuatu, urusannya
akan diserahkan padanya (HR. Tirmidzi no. 2072 dan
Ahmad 4: 310. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits
ini hasan).

Barangsiapa menggantungkan hatinya pada jimat dan rajah,


maka Allah akan menyerahkan urusan orang tersebut pada
benda-benda tadi dan Allah akan menghinakannya. Beda
halnya jika Allah yang dijadikan tempat bergantung. Jika
seseorang bergantung pada Allah, maka urusannya akan
diselesaikan oleh Allah, yang sulit akan menjadi mudah, dan
yang jauh akan didekatkan. Jika Allah yang menjadi sandaran,
maka sebagaimana disebutkan dalam ayat,












Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath Tholaq:
3). (Lihat Fathul Majid, 138)

Tawakkal, Itu Kunci Kemudahan


Bersandarnya hati Allah diikuti dengan melakukan sebab yang
benar, itulah tawakkal dan itulah jalan meraih berbagi
kemudahan dan kecukupan. Allah Taala berfirman,






















Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. (QS. Ath Tholaq: 2-3)

Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah ketika menjelaskan surat


Ath Tholaq ayat 3 mengatakan, Barangsiapa yang bertakwa
pada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan
menyandarkan hatinya pada-Nya, maka Allah akan memberi
kecukupan bagi-Nya. (Tafsir Ath Thobari, 23: 46)

Syaikh As Sadi rahimahullah menjelaskan, Barangsiapa yang


menyandarkan diri pada Allah dalam urusan dunia maupun
agama untuk meraih manfaat dan terlepas dari kemudhorotan
(bahaya), dan ia pun menyerahkan urusannya pada Allah, maka
Allah yang akan mencukupi urusannya. Jika urusan tersebut
diserahkan pada Allah Yang Maha Mencukupi (Al Ghoni), Yang
Maha Kuat (Al Qowi), Yang Maha Perkasa (Al Aziz) dan Maha
Penyayang (Ar Rohim), maka hasilnya pun akan baik dari cara-
cara lain. Namun kadang hasil tidak datang saat itu juga, namun
diakhirkan sesuai dengan waktu yang pas. (Taisir Al Karimir
Rahman). Masya Allah suatu keutamaan yang sangat luar biasa
sekali dari orang yang bertawakkal.

Semoga Allah melindungi kita dan keluarga kita dari berbagai


macam kesyirikan dan budaya jimat. Semoga Allah mematikan
kita dalam keadaan bertauhid dan bersih dari syirik.

Referensi Utama:
1. Fathul Majid Syarh Kitab At Tauhid, Syaikh Abdurrahman bin
Hasan Alu Syaikh, terbitan Darul Ifta, cetakan ketujuh, 1431 H.

2. Syarh Kitab At Tauhid, Syaikh Hamd bin Abdullah Al Hamd,


terbitan Maktabah Ar Rusyd, cetakan kedua, 1431 H.
JIMAT-JIMAT YANG TERLARANG
Oleh

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

Pertanyaan

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apa yang
dimaksud dengan Tamimah (jimat) yang mengandung unsur
syirik? Dan apakah orang yang menggantungkan jimat tersebut
berarti dia orang musyrik yang jenazahnya tidak boleh
dishalati?

Jawaban

Tamimah (jimat) yang dilarang adalah jimat-jimat yang


digantungkan di leher anak kecil dan orang yang sedang sakit
atau selain mereka yang berupa mutiara atau merjan atau tali
(rantai) atau paku atau tulang dan lain-lain. Perbuatan ini
biasaa dilakukan di zaman jahiliyah. Menurut pendapat yang
shahih dari para ulama, menggantungkan ayat-ayat Al-Quran
atau doa-doa yang syari adalah termasuk jimat yang dilarang,
berdasarkan keumuman hadits-hadits yang menunjukkan
bahwa hal itu haram dan terlarang. Diantara hadits-hadits
tersebut adalah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam

Sesungguhnya jampi-jampi, jimat-jimat dan pengasihan


adalah syirik

Dan sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam


Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka Allah tidak
akan menolongnya dan barangsiapa yang menggantungkan
pengasihan maka Allah akan menggagalkannya [HR Ahmad]

Dalam riwayat lain beliau Shallallahu alaihi wa sallam


bersabda.

Barangsiapa yang menggantungkan jimat maka dia telah


berbuat syirik [HR Ahmad]

Dan beliau juga pernah melihat seorang laki-laki yang memakai


gelang dari kuningan di tangannya lalu beliau bertanya kepada
orang itu.

Apa ini? Orang itu menjawab : Sesuatu yang bisa


menundukkan (melemahkan) orang lain. Lalu beliau
Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Lepaskan gelang-
gelang itu! Sesungguhnya itu hanya akan menambah
kelemahanmu. Jika engkau mati dan engkau masih memakai
gelang itu maka engkau tidak akan bahagia selama-lamanya.

Dan hadits-hadits lain yang semakna dengan hadits di atas,


semuanya menunjukkan tentang haramnya menggantungkan
jimat-jimat yang terbuat dari apapun. Semua itu termasuk
perkara yang haram dan syirik. Tapi bukan termasuk syirik
besar apabila dia tidak meyakini bahwa jimat-jimat tersebut
bisa menolak bahaya tanpa kehendak Allah. Apabila dia
meyakini bahwa jimat-jimat tersebut bisa menolak bahaya
tanpa kehendak Allah, maka dia telah jatuh ke dalam syirik
besar (keluar dari Islam).

Adapun orang yang menggantungkan jimat-jimat dan dia hanya


meyakini bahwa jimat-jimat tersebut hanya sebagai sebab
untuk menolak penyakit atau mengusir jin dan lain-lain maka
keyakinan seperti ini adalah haram dan syirik, tapi tidak
termasuk syirik besar.

Yang dimaksud dengan ruqyah (jampi-jampi) yang dilarang


adalah ruqyah yang memakai bahasa yang tidak diketahui
maksudnya atau kalimat yang mengandung perkataan haram.
Adapun jika ruqyah tersebut memakai kalimat-kalimat yang
bisa dipahami dan tidak bertentangan dengan syariat Islam,
seperti dengan memakai ayat-ayat Al-Quran dan doa-doa dari
Nabi atau doa-doa yang tidak diharamkan syariat, maka ini
dibolehkan. Dengan syarat orang yang meruqyah dan orang
yang diruqyah tidak menggantungkan dirinya dengan ruqyah
tersebut, tetapi hendaknya menyandarkan dan memasrahkan
hasilnya hanya kepada Allah. Sebab ruqyah-ruqyah tersebut
hanya sebagai perantara. Adapun hasil dan kesembuhannya
hanyalah ada di tangan Allah. Sebab tidak ada kesembuhan
kecuali kesembuhan dari Allah.

Sedangkan yang dimaksud dengan tilawah (pengasihan) adalah


satu jenis diantara jenis-jenis sihir yang bisa membikin
seseorang cinta kepada lawan jenisnya dan sebaliknya. Dan
semua jenis sihir hukumnya haram, bahkan bisa jatuh kedalam
syirik hal ini berdasarkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang
menunjukkan tentang haramnya sihir dan bahwa sihir-sihir
tersebut bisa menyebabkan syirik besar. Dan Allah-lah yang
berhak memberi taufik.

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Tsani, Penulis Syaikh Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz, Eidisi Indonesia Fatawa bin Baaz,
Penerjemah Abu Umar Abdillah, Penerbit At-Tibyan Solo]
Definisi Sihir : Sihir Menurut Bahasa, Sihir Menurut
Syari'at
Oleh
Wahid bin Abdissalam Baali

-------------------------------------------------------
[A]. Sihir Menurut Bahasa.

Al-Laits mengatakan, Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat


mendekatkan diri kepada syaitan dengan bantuannya. Al-Azhari
mengemukakan, Dasar pokok sihir adalah memalingkan
sesuatu dari hakikat yang sebenarnya kepada yang lainnya [1].
Ibnu Manzur berkata : Seakan-akan tukang sihir
memperlihatkan kebathilan dalam wujud kebenaran dan
menggambarkan sesuatu tidak seperti hakikat yang
sebenarnya. Dengan demikian, dia telah menyihir sesuatu dari
hakikat yang sebenarnya atau memalingkannya.[2]

Syamir meriwayatkan dari Ibnu Aisyah, dia mengatakan : Orang


Arab menyebut sihir itu dengan kata as-Sihr karena ia
menghilangkan kesehatan menjadi sakit. [3]

Ibnu Faris[4] mengemukakan, Sihir berarti menampakkan


kebathilan dalam wujud kebenaran. [5] Di dalam kitab Al
Mu'jamul Wasiith disebutkan : Sihir adalah sesuatu yang
dilakukan secara lembut dan sangat terselubung. [6] Sedangkan
didalam kitab Muhiithul Muhiith disebutkan, Sihir adalah
tindakan memperlihatkan sesuatu dengan penampilan yang
paling bagus, sehingga bisa menipu manusia. [7]

[B]. Sihir Dalam Istilah Syari'at.


Fakhruddin ar-Razi mengemukakan, Menurut istilah Syari'at,
sihir hanya khusus berkenaan dengan segala sesuatu yang
sebabnya tidak terlihat dan digambarkan tidak seperti hakikat
yang sebenarnya, serta berlangsung melalui tipu daya.[8]

Ibnu Qudamah Al-Maqdisi mengatakan, Sihir adalah ikatan-


ikatan, jampi-jampi, perkataan yang dilontarkan secara lisan
maupun tulisan, atau melakukan sesuatu yang mempengaruhi
badan, hati atau akal orang yang terkena sihir tanpa
berinteraksi langsung dengannya. Sihir ini mempunyai hakikat,
diantaranya ada yang bisa mematikan, membuat sakit,
membuat seorang suami tidak dapat mencampuri istrinya atau
memisahkan pasangan suami istri, atau membuat salah satu
pihak membenci lainnya atau membuat kedua belah pihak
saling mencintainya.[9]

Ibnul Qayyim mengungkapkan, Sihir adalah gabungan dari


berbagai pengaruh ruh-ruh jahat, serta interaksi berbagai
kekuatan alam dengannya.[10]

Kesimpulan.
Sihir adalah kesepakatan antara tukang sihir dan syaitan
dengan ketentuan bahwa tukang sihir akan melakukan
berbagai keharaman atau kesyirikan dengan imbalan
pemberian pertolongan syaitan kepadanya dan ketaatan untuk
melakukan apa saja yang dimintanya.

[C]. Beberapa Sarana Tukang Sihir Untuk Mendekati Syaitan.


Diantara tukang sihir itu ada yang menempelkan mushaf di
kedua kakinya, kemudian ia memasuki WC. Ada yang menulis
ayat-ayat al-Qur'an dengan kotoran. Ada juga yang menulis
ayat-ayat al-Qur'an dengan menggunakan darah haidl. Juga ada
yang menulis ayat-ayat al-Qur'an di kedua telapak kakinya. Ada
juga yang menulis Surat al-Faatihah terbalik. Juga ada yang
mengerjakan sholat tanpa berwudhu'. Ada yang tetap dalam
keadaan junub terus-menerus. Serta ada yang menyembelih
binatang untuk dipersembahkan kepada syaitan dengan
dengan tidak menyebut nama Allah pada saat menyembelih,
lalu membuang sembelihan itu ke suatu tempat yang telah
ditentukan syaitan.[11] Dan ada juga yang berbicara dengan
binatang-binatang dan bersujud kepadanya. Serta ada juga
yang menulis mantra dengan lafazh-lafazh yang mengandung
berbagai makna kekufuran.

Dari sini, tampak jelas oleh kita bahwa jin itu tidak akan
membantu dan tidak juga mengabdi kepada seorang penyihir
kecuali dengan memberikan imbalan. Setiap kali seorang
penyihir meningkatkan kekufuran, maka syaitan akan lebih taat
kepadanya dan lebih cepat melaksanakan perintahnya. Dan jika
tukan sihir tidak sungguh-sungguh melaksanakan berbagai hal
yang bersifat kufur yang diperintahkan syaitan, maka syaitan
akan menolak mengabdi kepadanya serta menentang
perintahnya. Dengan demikian, tukang sihir dan syaitan
merupakan teman setia yang bertemu dalam rangka perbuatan
kemaksitan kepada Allah.

Jika anda perhatikan wajah tukang sihir, maka dengan jelas


anda akan melihat kebenaran apa yang telah saya sampaikan,
dimana anda akan mendapatkan gelapnya kekufuran yang
memenuhi wajahnya, seakan-akan ia merupakan awan hitam
yang pekat.

Jika anda mengenali tukang sihir dari dekat, maka anda akan
mendapatkannya hidup dalam kesengsaraan jiwa bersama istri
dan anak-anaknya, bahkan dengan dirinya sendri sekalipun. Dia
tidak bisa tidur nyenyak dan terus merasa gelisah, bahkan dia
akan senantiasa merasa cemas dalam tidur. Selain itu seringkali
syaitan-syaitan itu akan menyakiti anak-anaknya atau istrinya
serta menimbulkan perpecahan dan perselisihan di antara
mereka. Mahabesar Allah Yang Mahaagung yang telah
berfirman:

"Artinya : Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu,


maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit".
[Thaahaa : 124]

[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis


Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir & Guna-Guna Serta Tata
Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an Dan Sunnah, Penulis
Wahid bin Abdissalam Baali, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
_________
Foote Note
[1] Tahziibul Lughah (IV/290)

[2] Lisaanul Arab (IV/290).

[3] Ibid

[4] Beliau berkata dalam Maaqayisul Lughah (507), suatu kaum berkata:
Sihir adalah mengeluarkan kebathilan dalam bentuk yang haq, dan
dikatakan, sihir adalah tipuan. Mereka berdalil dengan perkataan
seseorang: Sesungguhnya jika anda menanyakan keberadaan kami, maka
kami bagaikan burung dari golongan manusia yang tersihir. Seolah-olah
yang dimaksud adalah orang yang tertipu.

[5] Al-Mishbaahul Muniir (267), penerbit al-Maktabah al-Ilmiyyah, Beirut.

[6] Al-Mujamul Wasiith (I/419), Darul Fikr.

[7] Muhiithul Muhiith (399), Beirut

[8] Al-Mishbaahul Muniir (268), Beirut

[9] Al-Mughni, (X/104).

[10] Zaadul Ma'aad, (IV/126)

[11] Baca kembali kitab : Wiqaayatul Insaan, (hal. 45).


SIHIR DALAM PANDANGAN AL-QURAN DAN AS-
SUNNAH

Oleh
Wahid bin Abdissalam Baali

[A]. Dalil-Dalil Yang Menunjukkan Adanya Jin Dan Syaitan. [1]


Ada hubungan yang kuat antara jin dan sihir, bahkan jin dan
syaitan merupakan factor utama dalam dunia sihir. Sebagian
orang ada yang mengingkari keberadaan jin. Bertolak dari hal
tersebut, mereka mengingkari terjadinya sihir. Oleh karena itu,
saya hendak mengutarakan beberapa dalil yang menunjukan
adanya jin dan syaitan secara ringkas.

Pertama : Dalil-Dalil Dari Al-Qur'an

[1]. Allah Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan (ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan


jin kepadamu yang mendengarkan al-Qur'an".[Al-Ahqaaf: 29]

[2]. Dia juga berfirman :

"Artinya : Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang


kepadamu Rasul-Rasul dari golonganmu sendiri, yang
menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi
peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini".
[Al-An'aam:130]
[3]. Selain itu, Dia juga berfirman:

"Artinya : Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup


(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak
dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan". [Ar-Rahmaan:
33]

[4]. Firman-Nya:

"Artinya : Katakanlah(hai Muhammad), Telah diwahyukan


kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (al-
Qur'an), lalu mereka berkata, Sesungguhnya kami telah
mendengarkan al-Qur'an yang menakjubkan". [Al-Jinn: 1]

[5]. Juga firman-Nya:

"Artinya : Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki


diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-
laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa
dan kesalahan". [Al-Jinn: 6]

[6]. Serta firman-Nya:

"Artinya : Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak


menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi dan menghalangimu
dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu)". [Al-Maidah: 91]

[7]. Dan firman-Nya:


"Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang
mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan
itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar". [An-Nuur: 21]

Dalil-dalil dari al-Qur'an cukup banyak dan sangat populer,


serta cukup bagi Anda untuk mengetahui bahwa di dalam al-
Qur'an terdapat satu surat penuh yang berbicara tentang jin.
Bahkan cukup juga bagi Anda untuk mengetahui bahwa kata
(al-jiin) disebutkan didalam al-Qur'an sebanyak 22 kali, dan
kata (al-jaann) sebanyak 7 kali, kata (asy-syaithaan) sebanyak
68 kali, kata (asy-syayaathiin) sebanyak 17 kali. Dan yang
menjadi penguat, bahwa ayat-ayat al-Qur'an yang berbicara
tentang jin dan syaythiin (jamak dari kata syaithaan) ini cukup
banyak.

[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis


Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir & Guna-Guna Serta Tata
Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an Dan Sunnah, Penulis
Wahid bin Abdissalam Baali, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
_________
Foote Note
[1] Lihat Kitab : Wiqaayatul Insaan, (hal 15)
SIHIR DALAM PANDANGAN AL-QUR'AN DAN AS-
SUNNAH

Oleh
Wahid bin Abdissalam Baali

Kedua: Dalil-Dalil Dari As-Sunnah

[1]. Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, kami


pernah bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada
suatu malam. Kemudian kami kehilangan beliau, sehingga kami
pun mencari beliau di lembah-lembah dan perbukitan, lalu
kami katakan, 'Beliau telah dibawa terbang atau dibunuh.
Sehingga kami bermalam dengan malam yang tidak
menyenangkan ditempat itu bersama suatu kaum. Pada pagi
harinya kami bangun dan ternyata beliau datang dari arah gua
Hira', maka kami katakan, 'Wahai Rasulullah, kami telah
kehilangan engkau, lalu kami mencarimu tetapi kami tidak
mendapatkan dirimu, sehingga kami bermalam dengan malam
yang tidak menyenangkan bersama suatu kaum disana'. Maka
beliau bersabda:

"Artinya : Aku telah didatangi utusan dari jin, lalu aku pergi
bersamanya dan selanjutnya aku bacakan al-Qur'an kepada
mereka".

Lebih lanjut, Ibnu Mas'ud berkata, kemudian Rasulullah


Shallallahu 'alaihi wa sallam berangkat bersama kami, lalu
beliau memperlihatkan kepada kami bekas-bekas mereka dan
bekas api mereka. Dan mereka (pun jin,) bertanya kepada
beliau tentang perbekalan(makanan), maka beliau
bersabda,Bagi kalian setiap tulang yang disebutkan padanya
nama Allah (pada saat menyembelihnya atau memasaknya,).
Tulang-tulang itu jatuh ketangan kalian lebih baik dari daging.
Dan setiap kotoran hewan adalah makanan bagi binatang
kalian. Kemudian Rasulullah bersabda:

"Artinya : Maka janganlah kalian beristinja dengan kedua benda


tersebut (tulang dan kotoran), karena keduanya adalah
makanan saudara-saudara kalian".[1]

[2]. Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu, dia berkata,


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda
kepadaku, 'Aku lihat kamu menyukai kambing dan padang
pasir. Jika kamu berada ditengah-tengah sekelompok kambing
dan padang pasir lalu kamu mengumandangkan adzan untuk
shalat, maka keraskanlah suaramu itu, karena sesungguhnya
tidaklah jin, manusia dan segala sesuatu yang mendengarnya
melainkan akan menjadi saksinya pada hari kiamat kelak'. [2]

[3]. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah


Shallallahu alaihi wa sallam pergi bersama beberapa orang
sahabatnya menuju pasar Ukazh, sedang antara berita langit
dan syaitan-syaitan telah diberikan penghalang, sementara
mereka juga dilempari bintang-bintang, sehingga syaitan-
syaitan itu kembali kepada kaum mereka, maka kaum mereka
bertanya, 'Apa yang terjadi pada kalian?' Mereka menjawab,
'Kami telah dihalangi dari berita langit, serta dilempari dengan
bintang-bintang'. Kaum mereka berkata, 'Kalian tidak dihalangi
dari berita langit melainkan karena sesuatu yang telah terjadi.
Oleh karena itu, menyebarlah kalian keseluruh penjuru bumi
bagian timur maupun barat, lalu perhatikan, apa yang telah
menghalangi kalian dari berita langit'. Kemudian mereka yang
berangkat ke Tihamah menuju kepada Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam, yang ketika itu beliau tengah berada di Nakhlah
menuju pasar Ukazh, beliau tengah mengerjakan shalat subuh
bersama para sahabat. Ketika mereka mendengarkan al-
Qur'an, mereka pun mendengarkannya secara seksama dan
kemudian berkata, 'Demi Allah, inilah yang menghalangi kalian
dari berita langit'. Dari sanalah kemudian mereka kembali
kepada kaumnya seraya berkata, 'Wahai kaum kami,
sesungguhnya kami telah mendengar al-Qur'an yang sangat
menakjubkan, yang memberi petunjuk kepada jalan yang
benar, lalu kami beriman kepadanya dan kami tidak akan
pernah menyekutukan Rabb kami dengan seorangpun'. Maka,
Allah menurunkan firman kepada nabi-Nya:

"Artinya : Katakanlah (hai Muhammad), Telah diwahyukan


kepadaku, bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan
(al-Qur'an)".

Dan ucapan jin itu diwahyukan kepada beliau [3]

[4]. Dari Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata, Rasulullah


Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Para Malaikat itu diciptakan dari cahaya dan jin


diciptakan dari nyala api, sedangkan Adam diciptakan dari apa
yang telah dijelaskan kepada kalian".[4]

[5]. Dari Shafiyah binti Huyay Radhiyallahu anha, bahwa Nabi


Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Sesungguhnya syaitan itu berjalan pada diri anak


Adam dalam aliran darah". [5]

[6]. Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhu, bahwa


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Jika salah seorang diantara kalian makan, maka


hendaklah dia makan dengan tangan kanannya, dan jika minum
maka hendaklah dia minum dengan tangan kanannya, karena
sesungguhnya syaitan itu makan dengan tangan kirinya dan
minum dengan tangan kirinya". [6]

[7]. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata,


Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Tidaklah seorang anak dilahirkan melainkan ditusuk


oleh syaitan, sehingga dia menjerit dengan suara keras karena
tusukan syaitan itu, kecuali putra maryam dan ibunya". [7]

[8]. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu anhu, dia berkata,


pernah diceritakan di hadapan Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam tentang seorang laki-lakiyang tidur malam hari sampai
pagi, maka beliau pun bersabda:

"Artinya : Itulah orang-orang yang telah dikencingi syaitan pada


kedua telinganya atau salah satu telinganya". [8]

[9]. Dari Abu Qatadah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah


Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda:

"Artinya : Mimpi yang baik itu dari Allah, sedangkan mimpi


yang tidak baik itu dari syaitan. Oleh karena itu, barang siapa
mimpi sesuatu yang tidak dia sukai, maka hendaklah dia
meludah tipis ke sebelah kirinya sebanyak tiga kali dan
memohon perlindungan (kepada Allah) dari syaitan, maka
mimpi itu tidak akan membahayakannya". [9]

[10].Dari Abu Sa'id al-Khudri Radhiyallahu anhu , bahwa


Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda:

"Artinya : Jika salah seorang diantara kalian menguap, maka


hendaklah dia menahan mulutnya dengan tangannya, karena
syaitan akan masuk". [10]

Hadits-hadist yang membahas masalah ini cukup banyak dan


hal itu sudah sangat memadai bagi pencari kebenaran. Dari sini
tampak jelas oleh kita bahwa jin dan syaitan itu memang ada,
tidak dapat digoyahkan oleh keraguan, serta tidak dapat
ditentang kecuali oleh orang-orang yang sombong lagi angkuh
yang hanya mengikuti hawa nafsunya tanpa mendatkan
petunjuk dari Allah.[11]

[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis


Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir & Guna-Guna Serta Tata
Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an Dan Sunnah, Penulis
Wahid bin Abdissalam Baali, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
_________
Foote Note
[1].Diriwayatkan oleh Muslim (IV / 170-Nawawi).

[2].Diriwayatkan oleh Malik (I /68),al-Bukhari (VI/434-Fat-h), an-Nasa-i


(II/12) dan Ibnu Majah (II/12)

[3].Diriwayatkan oleh al-Bukhari (II/253-Fat-h) dan Muslim (IV/168-


Nawawi) Lafazh hadits ini dari al-Bukhari.

[4].Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/153 dan 168) dan Muslim (XVIII/123-


Nawawi)

[5].Diriwayatkan oleh al-Bukhari (IV/282-Fat-h) dan Muslim (XIV/155-


Nawawi)[6].Diriwayatkan oleh Muslim (XIII / 191-Nawawi).

[7].Diriwayatkan oleh al-Bukhari (VII/212-Fat-h) dan Muslim (XV/120-


Nawawi)[8].Diriwayatkan oleh al-Bukhari (III/28-Fat-h) dan Muslim
(VI/64-Nawawi)

[9].Diriwayatkan oleh al-Bukhari (XII/283-Fat-h) dan Muslim (XV/16-


Nawawi)

[10].Diriwayatkan oleh Muslim (XVIII / 122-Nawawi). Dan juga ad-Darimi

[11].Bagi yang berminat untuk memperluas ini, maka hendaklah dia


merujuk kembali kitab: Wiqaayatul Insaan minal Jinni wasy Syaithaan,
karya penulis
SIHIR DALAM PANDANGAN AL-QUR-AN DAN AS-
SUNNAH
Oleh
Wahid bin Abdissalam Baali

[B]. Dalil Yang Menunjukkan Adanya Sihir.

Pertama : Dalil-Dalil Dari Al-Qur-an:

[1]. Allah Ta'ala berfirman:

"Artinya : Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-


syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan
bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak
kafir (tidak mengerjakan sihir), akan tetapi syaitan-syaitan
itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir
kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang
Malaikat di negri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang
keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun
sebelum mengatakan, Sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir. Maka, mereka
mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu
mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
istrinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat
dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali dengan izin Allah.
Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat
kepada mereka dan tidak memberi manfaat. Sesungguhnya
mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya
(Kitabullah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan
diakhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya
sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui". [Al-Baqarah:
102]

[2]. Firman-Nya

"Artinya : Musa berkata, Apakah kamu mengatakan terhadap


kebenaran waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini padahal ahli-
ahli sihir itu tidaklah mendapat kemenangan". [Yunus: 77]

[3]. Firman-Nya

"Artinya : Maka setelah mereka melemparkan, Musa berkata


kepada mereka, Apa yang kamu lakukan itu, itulah sihir,
sesungguhnya Allah akan menampakkan ketidakbenarannya.
Sesungguhnya Allah tidak akan membiarkan terus
berlangsungnya pekerjaan orang-orang yang membuat
kerusakan. Dan Allah akan mengokohkan yang benar dengan
ketetapan-Nya, walaupun orang-orang yang berbuat dosa tidak
menyukai(nya)". [Yunus: 81-82]

[4]. Firman-Nya

"Artinya : Maka musa merasa takut dalam hatinya. Kami


berkata, Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang
paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada
ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka
perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah
tipu daya tukang sihir (belaka) Dan tidak akan menang tukang
sihir itu, dari mana saja ia datang". [ Thaahaa: 67-69]
[5]. Firman-Nya

"Artinya : Dan Kami wahyukan kepada Musa, Lemparkanlah


tongkatmu. Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa
yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan
batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah
ditempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina. Dan
ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud,
Mereka berkata, Kami beriman kepada Rabb semesta alam
(yaitu) Rabb Musa dan Harun". [Al-a'raf: 117-122]

[6]. Juga firman-Nya

"Artinya : Katakanlah, Aku berlindung kepada Rabb Yang


menguasai Shubuh, dari kejahatan mahluk-Nya, dan dari
kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan
wanita-wanita tukang sihir yang menghembus buhul-buhul dan
dari kejahatan orang-orang yang dengki apabila ia dengki". [Al-
Falaq: 1-5]

Al-Qurthubi mengemukakan: "Dan dari kejahatan wanita-


wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, yakni
tukang-tukang sihir wanita yang menghembuskan pada buhul-
buhul pada saat membaca mantra". [1]

Al-Hafizh Ibnu Katsir, mengatakan, Dan dari kejahatan wanita-


wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul:

Mujahid, Ikrimah, al-Hasan, dan adh-Dhahhak mengemukakan,


yakni, para tukang sihir. [2]
Ibnu Jarir ath-Thabari mengungkapkan, 'Yakni, dari kejahatan
para tukang sihir wanita yang menghembuskan buhul-buhul
pada saat membaca mantra, Al-Qasimi mengatakan, Pendapat
itu pula yang dikemukakan oleh para ahli tafsir".[3]

Ayat-ayat al-Qur'an yang membahas masalah sihir dan para


penyihir cukup banyak dan sangat populer, meski bagi orang
yang memiliki pengetahuan paling minim sekalipun tentang
agama Islam.

[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis


Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir & Guna-Guna Serta Tata
Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an Dan Sunnah, Penulis
Wahid bin Abdissalam Baali, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
_________
Foote Note
[1]. Tafsir al-Qurthubi (XX/257).

[2]. Tafsir Ibnu Katsiir (IV/573).

[3]. Tafsir al-Qaasimi (X/302).


KESEPAKATAN ANTARA PENYIHIR DAN SYAITHAN
Oleh
Wahid bin Abdissalam Baali

Seringkali terjadi kesepakatan antara tukang sihir dengan


syaitan, bahwa pihak pertama, yaitu tukang sihir, akan
mengerjakan beberapa kesyirikan, atau kekufuran yang nyata
baik secara terselubung maupun terang-terangan sedangkan
pihak syaitan akan melayani tukang sihir atau menundukkan
orang yang akan melayani si tukang sihir.

Karena kesepakatan itu seringkali terjadi antara tukang sihir


dan syaitan dari para pemuka kabilah jin dan syaitan, sehingga
sang pemuka ini akan mengeluarkan perintah kepada anggota
kabilah yang paling bodoh untuk melayani si tukang sihir ini
serta mentaatinya dalam menjalankan semua perintahnya,
yaitu memberitahukan berbagai hal yang telah terjadi atau
melakukan upaya memisahkan dua belah pihak atau
menyatukan cinta dua orang, atau menghalangi seorang suami
agar tidak dapat mencampuri istrinya dan sebagainya. Perkara-
perkara ini akan kita bahas dengan rinci, (pada pembahasan
berikutnya), insya Allah Ta'ala.

Selanjutnya si tukang sihir mengerahkan jin ini untuk


mengerjakan perbuatan jahat yang dia inginkan. Jika si jin tidak
mentaatinya, maka dia akan mendekati pemuka kabilah jin itu
dengan menggunakan berbagai macam jimat yang isinya
berupa pengagungan pemuka kabilah ini seraya meminta
pertolongan kepadanya dengan menyisihkan Allah Ta'ala.
Maka, si pemuka jin inipun segera memberikan hukuman
kepada jin tersebut dan menyuruhnya agar mentaati si tukang
sihir atau dia akan menggantikan dengan jin yang lain untuk
melayani tukang sihir yang musyrik itu.

Oleh karena itu kita bisa mendapatkan hubungan antara tukang


sihir dengan jin yang ditugaskan untuk melayaninya sebagai
hubungan kebencian dan permusuhan. Dan dari sini kita akan
dapatkan bahwa jin tersebut seringkali menyakiti istri dan
anak-anak tukang sihir itu atau mengganggu harta bendanya
atau yang lainnya. Bahkan, terkadang jin itu menyakiti tukang
sihir itu sendiri tanpa disadarinya, misalnya pusing yang terus-
menerus, gangguan yang sering muncul pada saat tidur, atau
kecemasan pada malam hari dan lain sebagainya. Bahkan
seringkali tukang sihir yang hina tersebut tidak punya anak,
karena jin yang melayaninya telah membunuh janin yang masih
ada di dalam rahim sebelum penciptaannya sempurna. Yang
demikian itu sudah sangat populer di kalangan para tukang
sihir, bahkan sebagian mereka ada yang meninggalkan profesi
tukang sihir ini agar mereka bisa mendapatkan keturunan.

Perlu saya ceritakan, saya pernah mengobati seorang wanita


yang sedang sakit karena tersihir. Pada saat saya bacakan al-
Qur'an di dekatnya, maka jin yang di tugaskan tukang sihir itu
berbicara melalui lidah wanita tersebut, 'Aku tidak bisa keluar
dari tubuh wanita ini'. 'Mengapa?' tanyaku. Dia pun menjawab,
'Karena aku takut akan dibunuh oleh si tukang sihir'.
Selanjutnya, aku tanyakan, 'Pergilah dari tempat ini ke tempat
lain yang tidak diketahui oleh si tukang sihir yang
menyuruhmu'. 'Dia pasti akan mengirim jin lain untuk
mencariku', sahut jin tersebut.

Kemudian kukatakan kepadanya, 'Jika kamu mau masuk Islam


dan mengumumkan taubatmu dengan penuh kejujuran dan
tulus ikhlas, maka kami dengan pertolongan Allah akan
mengajarimu beberapa ayat al-Qur'an yang dapat menjaga dan
melindungimu dari kejahatan jin-jin kafir. Maka dia pun
menjawab, 'Tidak, aku tidak akan pernah masuk Islam, dan aku
akan tetap menjadi pemeluk Nasrani'. Tidak ada paksaan dalam
memeluk agama, tetapi yang paling penting kamu harus keluar
dari tubuh wanita ini', pintaku kepadanya. 'Aku tidak akan
keluar dari tubuhnya', jawabnya pasti. Kemudian aku katakan,
'Kalau begitu, dengan pertolongan Allah, sekarang kami bisa
membacakan al-Qur'an kepadamu sehingga kamu akan
terbakar'. Lalu aku memukulnya dengan keras sehingga jin itu
menangis. Maka jin itu berkata, 'Aku akan keluar, aku akan
keluar'. Selanjutnya, segala puji bagi Allah, Rabb seru sekalian
alam, dan segala karunia itu hanya milik-Nya semata, jin itu pun
keluar dari tubuhnya.

Sebagaimana diketahui bersama, jika tukang sihir itu semakin


kufur dan bertambah jahat, maka jin akan lebih mentaatinya
dan akan segera malaksanakan tugas yang diperintahkan
kepadanya. Begitu juga sebaliknya.
[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis Saharatil Asyraar
edisi Indonesia Sihir & Guna-Guna Serta Tata Cara Mengobatinya
Menurut Al-Qur'an Dan Sunnah, Penulis Wahid bin Abdissalam Baali,
Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
Bagaimana Tukang Sihir Itu Menghadirkan Jin ?
Oleh
Wahid bin Abdissalam Baali

Ada cukup banyak cara dan sangat bervariatif, yang semuanya


mengandung kesyirikan atau kekufuran nyata. Dan insya Allah,
saya akan menyebutkan sebagian diantaranya, yakni delapan
cara yang disertai dengan jenis kesyirikan atau kekufuran yang
terkandung pada setiap cara tersebut secara ringkas. [1] Hal itu
sengaja saya kemukakan, karena sebagian kaum muslimin
banyak yang tidak bisa membedakan antara penyembuhan
secara Qur'ani dengan penyembuhan secara sihir (juga). Yang
pertama adalah cara imani (keimanan) dan yang kedua cara
syaithani (atas petunjuk syaitan). Dan masalahnya akan
semakin kabur bagi orang-orang tidak berilmu, di mana tukang
sihir itu membacakan mantra dengan pelan sementara dia akan
membaca ayat al-Qur'an dengan kencang dan terdengar oleh
pasien sehingga pasien mengira orang tersebut mengobatinya
dengan menggunakan ayat-ayat al-Qur'an, padahal
kenyataannya tidak demikian. Sehingga si pasien itu akan
menerima perintah tukang sihir sepenuhnya.

Dan tujuan dari penyampaian dan penjelasan cara ini adalah


untuk memperingatkan kaum muslimin agar mereka berhati-
hati terhadap berbagai jalan kejahatan dan kesesatan, dan agar
tampak jelas jalan orang-orang yang berbuat kejahatan.
PERTAMA : CARA IQSAM [BERSUMPAH ATAS NAMA JIN DAN
SYAITHAN].
Menurut cara ini, tukang sihir akan masuk ruangan yang gelap,
lalu meyalakan api dan kemudian di atas api itu diletakan
semacam dupa sesuai dengan objek yang diminta. Jika dia ingin
melakukan pemisahan atau permusuhan dan kebencian atau
yang semisalnya, maka dia akan meletakkan di atas api itu dupa
yang mempunyai bau yang tidak sedap. Dan jika dia hendak
mempertemukan cinta atau melepaskan ikatan yang
menghalangi suami mencampuri istrinya atau untuk
menghilangkan sihir, maka dia akan meletakkan dupa yang
mempunyai bau yang wangi. Selanjutnya, tukang sihir akan
mulai membaca mantra yang berbau kesyirikan, yaitu bacaan-
bacaan tertentu yang mengandung sumpah kepada jin dengan
mengatasnamakan pemuka mereka dan meminta mereka
dengan menyebut pemuka mereka, sebagaimana hal itu
mengandung berbagai macam kesyirikan lainnya, misalnya
mengagungkan para pembesar jin dan meminta bantuan
kepada mereka dan lain sebagainya.

Dengan syarat, tukang sihir tersebut -mudah-mudahan Allah


melaknatnya tidak boleh dalam keadaan suci, baik dalam
kondisi junub maupun memakai pakaian bernajis dan lain
sebagainya.

Setelah selesai membaca mantra maka akan muncul di


hadapannya bayangan berbentuk anjing atau ular atau bentuk
lainnya, lalu si penyihir itu akan menyuruhnya melakukan apa
saja yang dia inginkan. Tetapi terkadang tidak muncul apa-apa
di hadapannya, tetapi dia hanya mendengar suara. Dan
terkadang dia tidak mendengar suara apa-apa tetapi dia
mengikat benda bekas dipakai dari seseorang yang hendak
disihir, seperti, rambut, atau potongan baju yang pernah
dipakainya yang masih berbau keringat dan lain sebagainya.
Dan setelah itu, si penyihir akan memerintahkan jin untuk
melakukan apa yang dia mau.

Komentar mengenai cara ini:

Dari pengkajian terhadap cara ini, maka tampak jelas hal-hal


berikut:

1. Jin itu lebih mengutamakan ruangan yang gelap.


2. Jin menikmati (menyantap) bau sesajen yang
dihidangkan, yang tidak disebut nama Allah padanya.
3. Merupakan bentuk kesyirikan yang jelas dan nyata dalam
cara ini adalah bersumpah atas nama jin dan meminta
pertolongan kepada mereka.
4. Jin itu mengutamakan najis dan syaitan mendekati najis.

KEDUA : CARA ADZ-DZABH [MEMOTONG SEMBELIHAN]


Menurut cara ini, si tukang sihir akan membawa burung, ayam,
merpati, atau yang lainnya dengan ciri-ciri tertentu sesuai
dengan permintaan jin, hewan itu adalah yang berwarna hitam
pekat, karena jin lebih menyenangi warna hitam. [2].
Kemudian, dia menyembelihnya dengan tidak meyebut nama
Allah atasnya. Terkadang si penderita akan diolesi darah
binatang itu dan terkadang juga tidak. Selanjutnya, dia
melemparnya ke puing-puing bangunan, sumur, atau tempat-
tempat kosong yang seringkali menjadi tempat jin. Dan pada
saat melempar, dia tidak menyebut nama Allah. Setelah itu dia
kembali pulang ke rumah, lalu membaca mantra yang berbau
syirik, dan selanjutnya menyuruh jin untuk melakukan apa saja
yang dia inginkan.

Komentar mengenai cara ini:

Kesyirikan yang terkandung pada cara kedua ini terfokus pada


dua hal, yaitu:

1. Menurut kesepakatan para ulama, baik salaf maupun khalaf,


menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada jin
adalah sesuatu yang haram, bahkan ia merupakan perbuatan
syirik mutlak, Karena binatang yang disembelih dengan
menyebut nama selain Allah sama sekali tidak boleh dimakan
oleh orang muslim, apalagi melakukannya. Akan tetapi
bersamaan dengan itu, orang-orang bodoh disetiap zaman dan
tempat akan terus melakukan perbuatan keji tersebut.

Yahya bin Yahya pernah berkata, Wahab pernah berkata


kepada saya, beberapa orang penguasa mengambil kesimpulan
adanya mata air dan bermaksud mengalirkannya. Untuk hal itu
mereka menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada
jin agar jin-jin itu tidak menyumbat aliran air tersebut. Lalu dia
memberikan makan kepada beberapa orang dengan
sembelihan itu.

Selanjutnya berita tersebut terdengar oleh Ibnu Syihab az-


Zuhri, maka dia berkata: 'Sesungguhnya mereka telah
menyembelih apa yang tidak dihalalkan dan memberi makan
orang-orang dengan apa yang tidak dihalalkan bagi mereka.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri telah melarang
makan sembelihan yang disembelih untuk dipersembahakan
kepada jin.[3]
Dalam kitab Shahih Muslim juga disebutkan sebuah hadits dari
Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Artinya : Allah melaknat orang yang menyembelih binatang


untuk selain Allah".

2. Jimat atau mantra yang berbau syirik. Yaitu tulisan-tulisan


yang dibacakan pada saat menghadirkan jin. Mantra-mantra itu
mengandung kesyirikan yang jelas, sebagaimana yang
diungkapkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di beberapa
bukunya. [4]

KETIGA : CARA SULFIYAH [MELAKUKAN KENISTAAN]

Cara ketiga ini sangat populer dikalangan para tukang sihir


dengan sebutan sulfiyah. Tukang sihir yang menggunakan cara
ini memiliki banyak syaitan yang mengabdi kepadanya dan
menjalankan semua perintahnya, karena dia sebagai tukang
sihir yang paling kufur dan paling ingkar, semoga Allah
melaknatnya.

Cara ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tukang sihir mudah-mudahan Allah melaknatnya secara terus


menerus- meletakkan mushaf di kedua kakinya dalam posisi
seperti sepatu. Kemudian dengan posisi al-Qur'an seperti itu, si
penyihir itu masuk WC, lalu mulai membaca mantra di dalam
WC, selanjutnya keluar lagi dan duduk di sebuah ruangan,
setelah itu dia akan meyuruh jin untuk melakukan apa saja
yang dikehendakinya. Maka, jin pun akan segera mantaatinya
dan menjalankan semua perintahnya. Hal itu tidak lain karena
tukang sihir itu telah kufur kepada Allah yang Maha Agung.
Sehingga dengan demikian dia telah menjadi salah satu saudara
syaitan, dan karenanya dia telah benar-benar merugi dan akan
mendapatkan laknat dari Allah, Rabb seru sekalian alam.

Bagi tukang sihir yang menggunakan cara sulfiyah ini,


disyaratkan harus melakukan sejumlah perbuatan dosa besar -
selain yang telah kami sebutkan- misalnya, menyetubuhi
wanita yang bukan istrinya, melakukan hubungan sesama jenis,
melakukan perzinahan, atau mencela agama. Semuanya itu
dimaksudkan untuk mencari keridhaan syaitan.

KEEMPAT : CARA NAJASAH [MENULIS AYAT-AYAT AL-


QUR'AN DENGAN BENDA NAJIS]
Dalam cara ini seorang penyihir akan menulis salah satu surat
dalam al-Qur'an al-Karim dengan menggunakan darah haid
atau benda-benda najis lainnya, dan setelah itu membaca
mantra, hingga jin muncul, untuk selanjutnya ia perintahkan
apa saja yang ia kehendaki.

Kekufuran denga cara ini sudah sangat jelas dan tidak


tersembunyi lagi, karena penghinaan dan pencemoohan
terhadap salah satu surat atau bahkan satu ayat al-Qur'an al-
Karim merupakan bentuk kekufuran kepada Allah yang Maha
Agung. Lalu bagaimana pendapat anda jika ayat-ayat al-Qur'an
itu ditulis dengan benda-benda najis, kita berlindung kepada
Allah dari kehinaan. Dan kita memohon kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala mudah-mudahan Dia meneguhkan hati
kita untuk selalu berdiri tegak di atas keimanan serta
mewafatkan kita dalam keislaman, dan menggolongkan kita
termasuk dari golongan manusia terbaik, Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam

KELIMA : CARA TANKIS [MENULIS AYAT-AYAT AL-QUR'AN


SECARA TERBALIK]
Menurut cara ini, tukang sihir -semoga Allah melaknatnya-
menulis salah satu surat al-Qur'an al-Karim dengan huruf-huruf
terpisah dan terbalik, yaitu ditulis bagian akhirnya dulu baru
kemudian bagian awalnya. Setelah itu dia membaca mantra
yang berbau syirik, sehingga jin pun datang, lalu dia
menyuruhnya melakukan apa yang dia inginkan.

Cara ini pun jelas haram, karena didalamnya mengandung


unsur kesyirikan dan kekufuran.

KEENAM : CARA TANJIM [MENYEMBAH BINTANG]


Cara ini disebut juga ar-rashd, karena dengan cara ini seorang
tukang sihir akan memantau munculnya bintang tertentu,
kemudian berbicara dengan bintang tersebut dengan membaca
mantra-mantra sihir, selanjutnya membacakan mantra lain
yang mengandung kesyirikan dan kekufuran kepada Allah.
Setelah itu, dia melakukan beberapa gerakan -yang dia akui
gerakan-gerakan itu dapat menurunkan spiritual bintang-
bintang- padahal sebenarnya hal itu merupakan bentuk
penyembahan bintang tersebut selain dari Allah Subhanahu wa
Ta'ala, meskipun orang yang melakukan gerakan tersebut tidak
menyadarinya. Demikianlah ibadah sekaligus pengagungan
terhadap dzat selain Allah. Pada saat itu, syaitan-syaitan akan
menyambut dan menjalankan semua perintah tukang sihir
terlaknat itu, sehingga dia mengira bahwa bintang itulah yang
membantunya, padahal bintang itu tidak mengetahui sedikit
pun mengenai hal tersebut. Para tukang sihir tersebut mengaku
bahwa sihir itu tidak akan bisa diobati kecuali jika bintang itu
muncul, lagi pada waktu yang lain [5]. Di sana terdapat
beberapa bintang yang tidak muncul, kecuali sekali dalam
setahun, sehingga mereka harus menunggu kemunculannya,
dan setelah muncul baru mereka akan membaca mantra-
mantra yang meminta pertolongan kepada bintang untuk
menghilangkan sihir tersebut.

Tidak ada yang tertutup lagi bahwa pada cara tersebut terdapat
unsur pengagungan kepada selain Allah dan meminta
pertolongan kepada selain-Nya. Dan sudah pasti semuanya itu
merupakan perbuatan syirik, apalagi mantra-mantranya yang
berbau kekufuran.

KETUJUH : CARA AL-KAFF [MELIHAT MELALUI TELAPAK


TANGAN]
Dalam cara ini, tukang sihir akan menghadirkan seorang anak
kecil yang belum baligh dengan syarat anak itu tidak dalam
keadaan berwudhu. Kemudian dia akan melihat telapak tangan
kiri anak tersebut, lalu menggambarkan garis persegi empat.

Di sekitar garis ini akan dituliskan beberapa mantra sihir, yang


sudah pasti mengandung unsur kesyirikan. Mantra-mantra
tersebut ditulis di semua sisi garis dari persegi empat itu.
Kemudian diletakkan di telapak tangan anak tersebut, tepat di
tengah empat persegi itu minyak dan bunga berwarna biru
atau minyak dan tinta berwarna biru, lalu dia tuliskan mantra
lain dengan huruf terpisah di atas kertas persegi panjang,
kemudian meletakan kertas tersebut seperti payung di atas
wajah si anak tersebut dan memakaikan topi di atasnya agar
tidak lepas. Selanjutnya, anak itu ditutup seluruh badannya
dengan kain yang berat. Dalam kondisi seperti ini, anak kecil
tersebut bisa melihat telapak tangannya (karena pengaruh
sihir), yang tentunya dia tidak akan dapat melihatnya karena
gelap. Kemudian tukang sihir terlaknat itu akan mulai membaca
mantra yang teramat kufur, tiba-tiba anak itu akan merasa
seakan-akan menjadi terang benderang dan melihat gambar
yang bergerak di telapak tangannya. Lalu si penyihir itu akan
bertanya kepada anak itu, Apa yang kamu lihat? Aku melihat
gambar seorang laki-laki di hadapanku, jawab anak itu.
Katakan kepada orang itu, tuanmu berkata kepadamu dengan
memerintahkan ini dan itu, papar si penyihir itu. Maka gambar
itu pun bergerak sesuai perintah.

Seringkali cara ini dipergunakan untuk mencari sesuatu yang


hilang. Tidak tertutup lagi bahwa dalam cara ini mengandung
kemusyrikan dan kekufuran serta mantra-mantra yang tidak
dapat dipahami.

KEDELAPAN : CARA AL-ATSAR [MEMANFAATKAN BENDA


BEKAS PAKAI]
Menurut cara ini, si penyihir akan meminta, beberapa barang
bekas pakai dari si pasien, seperti sapu tangan, penutup kepala,
baju atau sobekan kain yang masih berbau keringat si pasien.
Kemudian si penyihir itu akan mengikat ujung sapu tangan itu,
lalu mengukurnya sepanjang empat jari dan sapu tangan itu
dipegang dengan kuat, lalu dibacakan surat at-Takaatsur atau
surat pendek lainnya dengan suara keras. Selanjutnya si
penyihir membacakan mantra yang berbau syirik secara pelan.
Kemudian memanggil jin seraya berkata, Jika penyakit yang
dideritanya itu disebabkan oleh jin, maka pendekkanlah sapu
tangan itu. Dan jika penyakit itu akibat kedengkian, maka
panjangkanlah sapu tangan itu. Dan jika penyakit itu termasuk
dari bagian kedokteran, maka hendaklah kalian membiarkan
sebagaimana wujudnya. Kemudian tukang sihir itu akan
mengukurnya sekali lagi. Jika dia mendapatkan sapu tangan itu
terlalu panjang, melebihi empat jari, maka si penyihir itu akan
mengatakan, Anda terkena penyakit dengki. Dan jika sapu
tangan itu pendek, maka dia akan mengatakan, Anda telah
dirasuki jin. Dan jika dia mendapatkan sapu tangan itu seperti
adanya, empat jari, maka dia akan mengatakan, Tidak ada
masalah dengan diri anda. Silahkan anda berkonsultasi ke
dokter.

Komentar mengenai cara ini

1. Upaya pengelabuan yang dilakukan penyihir terhadap


penderita, di mana dia mengangkat suaranya ketika membaca
al-Quran dengan tujuan agar penderita penyakit itu mengira
bahwa penyihir itu mengobatinya dengan al-Quran, padahal
kenyataannya tidak demikian, tetapi rahasianya terletak pada
mantra yang dibacanya secara pelan.

2. Meminta bantuan kepada jin, memanggil dan berdoa kepada


mereka, semuanya itu merupakan perbuatan syirik kepada
Allah Yang Maha Agung.
3. Dalam prakteknya, penyihir itu telah banyak melakukan
kedustaan. Anda pasti tidak mengetahui bahwa jin ini jujur atau
berdusta dalam hal ini. Kami pernah melakukan pengujian
terhadap tindakan beberapa orang penyihir, terkadang mereka
memang jujur dan tidak jarang juga mereka berdusta. Di mana
ada beberapa orang pasien yang datang kepada kami dan
menceritakan bahwa ada seorang tukang sihir yang berkata
kepadanya, Anda telah terkena penyakit ain (berasal dari
pandangan mata yang dengki). Tetapi ketika kami
membacakan al-Qur-an padanya, maka ada jin yang berbicara
melalui dirinya, dan tidak terdapat penyakit ain pada dirinya.
Dan berbagai hal lainnya.

Dan mungkin di sana masih banyak cara lain yang tidak saya
ketahui.

[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis


Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir & Guna-Guna Serta Tata
Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an Dan Sunnah, Penulis
Wahid bin Abdissalam Baali, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
_________
Foote Note

[1]. Saya tidak akan menyebutkan cara tersebut secara


sempurna agar tidak ada seorang pun yang dapat
memperaktekkannya, bahkan saya akan menghapus unsur
terpenting yang ada pada cara itu.

[2]. Di dalam kitab Shahih Muslim telah ditegaskan sebuah


hadits yang berstatus marfu. 'Ada sebagian jin yang mengakui
hal tersebut kepada saya. Lihat kitab: Wiqaayatul Insaan,
(hal.104).
[3]. Lihat kembali kitab:Aahkaamul Marjaan, (hal.78).
[4]. ilakan di baca beberapa kitabnya, seperti risalah al-Ibaanah
fii Umuumir Risaalah.

[5]. Yang demikian itu menurut para tukang sihir. Tetapi orang-
orang yang melakukan pengobatan dengan al-Quran, sihir
tersebut dapat dihilangkan seketika berkat karunia Allah Ynag
Maha besar lagi Mahatinggi.
BEBERAPA TANDA YANG DAPAT DIJADIKAN
BAROMETER UNTUK MENGENALI TUKANG SIHIR
Oleh
Wahid bin Abdissalam Baali

Jika Anda mendapat satu tanda dari tanda-tanda berikut ini


pada orang-orang yang melakukan pengobatan, maka tidak
diragukan lagi dia adalah seorang tukang sihir. Berikut ini
tanda-tanda tersebut.

[1]. Menanyakan nama pasien dan nama ibunya

[2]. Meminta salah satu dari beberapa benda bekas dipakai si


pasien (baik itu baju, topi, sapu tangan, atau kaos).

[3]. Terkadang meminta hewan dengan kriteria tertentu untuk


disembelih dengan tidak menyebut nama Allah padanya dan
terkadang darah binatang sembelihan itu dioleskan pada
beberapa tempat penyakit yang dirasakan oleh pasien atau
melempar binatang itu ke tempat puing-puing bangunan.

[4]. Penulisan mantra-mantra tertentu.

[5]. Membaca jimat-jimat dan mantra-mantra yang tidak dapat


difahami.
[6]. Memberi suatu pembatas yang terdiri dari empat persegi,
kepada pasien yang di dalamnya terdapat huruf-huruf atau
angka-angka.
[7]. Dia menyuruh pasien untuk mengurung diri dari orang-
orang untuk waktu tertentu di suatu ruangan yang tidak
dimasuki sinar matahari, yang kaum awam menyebutnya
dengan hijbah.

[8]. Terkadang si penyihir itu menyuruh pasien untuk tidak


menyentuh air untuk waktu tertentu.

[9]. Memberi beberapa hal pada pasien untuk ditimbun di


dalam tanah.

[10]. Memberi pasien beberapa kertas untuk dibakar dan


mengeluarkan asap.

[11]. Berkomat-kamit dengan kata-kata yang tidak difahami.

[12]. Terkadang si penyihir memberi tahu pasien nama dan


kampung halaman pasien tersebut. Serta permasalahan yang
akan dikemukakannya

[13]. Si penyihir juga menuliskan untuk pasien beberapa huruf


terputus-putus di sebuah kertas (jimat). Atau di lempengan
tembikar putih, lalu menyuruh pasien melarutkan dan
meminumnya.

Jika anda mengetahui bahwa seseorang adalah Tukang Sihir,


maka hindarilah dan jaganlah anda mendatanginya, dan jika
tidak, maka anda termasuk dalam sabda Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam.

Artinya : Barangsiapa mendatangi seorang dukun, lalu ia


membenarkan apa yang dikatakannya, berarti dia telah kufur
terhadap apa yang diturunkankan kepada Muhammad" [1]
[Disalin dari kitab Ash-Shaarimul Battaar Fit Tashaddi Lis
Saharatil Asyraar edisi Indonesia Sihir & Guna-Guna Serta Tata
Cara Mengobatinya Menurut Al-Qur'an Dan Sunnah, Penulis
Wahid bin Abdissalam Baali, Terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi'i]
_______
Footnote
[1]. Diriwayatkan oleh al-Bazzar, dengan beberapa penguatnya,
hadits ini hasan dan diriwayatkan juga oleh Ahmad dan al-
Hakim, dishahihkan oleh al-Albani: Lihat Shahihul Jaami (no.
5939)
CIRI-CIRI GANGGUAN JIN/SIHIR

1. Emosi yang tinggi dan sulit dikendalikan. Semisal seorang


istri membantah suami atau anak membantah sama ibu dengan
sorot mata yang aneh atau suami yang sering memaki istri
karena hal kecil.

2. Sering ragu, was-was, ketakutan tanpa sebab yang jelas


dihampir semua aktifitas.

3. Adanya dorongan kuat untuk melakukan perbuatan maksiat


yang berulang-ulang disertai kemalasan dan kelesuan luarbiasa
untuk melakukan aktifitas shalat dan ibadah lain.

4. Sulit khusyuk dalam mengerjakan sholat, dan jika mampu


mendirikan shalat maka sering lupa rakaatnya secara berulang-
ulang.

5. Sesak nafas dan ngantuk berat saat membaca Al Quran


(tidak bisa baca lebih dari 30 ayat atau tenggorokan yang
terhenti sama sekali, bahkan tertidur saat baru buka mushaf).

6. Melemahnya hati, minder, suka menghayal/melamun,


menyendiri dan mengurung diri dikamar secara berlebihan
atau mengasingkan diri dari kehidupan sosial.

7. Cepat lesu dan merasa capai, juga ngantuk saat dalam


aktifitas kerja.

8. Sulit konsentrasi atau fokus pada sebuah tujuan, sering


gagal, dan terganggu fikiran.

9. Merasakan sakit yang tidak kunjung sembuh; semisal pusing


dikepala, mendengung ditelinga, pegal di bahu, belikat dan
paha, sakit gigi, mata, tenggorokan, lambung dan dada sesak
tanpa sebab yang jelas.

10. Memandang remeh kegiatan ibadah dan lupa atau malas


dzikrullah.

11. Depresi tingkat tinggi dan pikiran linglung.

12. Sering merasa sedih secara tiba-tiba hingga menangis


tanpa sebab, jantung berdebar-debar keras.

13. Sering kesurupan baik separuh ingatan atau secara total.

14. Sering mendengar bisikan memanggil namanya sendiri,


merasa ada yang mengajak bicara, mendengar bisikan
menyuruh sesuatu kejahatan semisal; membunuh,
memperkosa, memukul, meloncat dari tempat yang tinggi,
terjun kesungai atau jurang, menabrakan diri dll.

15. Paranoid dan cemas, merasa bersalah terus, merasa ada


yang mengikuti, mengejar dan mengancam akan membunuh.

16. Sering mencium bau bauan wangi, bau kembang atau


dupa, bau anyir atau busuk (bangkai) yang tidak terlihat
sumber baunya.

17. Pusing berlebih (vertigo) dan melihat benda benda seakan


bergerak, berputar, terbalik , miring dan lain sebagainya.

18. Sering melakukan tindakan-tindakan aneh tanpa disadari


atau diluar kendali atau seperti ada yang mengendalikan dan
tidak bisa menahan dalam kondisi sadar sekalipun.

19. Memiliki kemampuan supernatural semisal tiba-tiba dapat


meramal, menerawang, membaca fikiran orang lain atau
mengetahui peristiwa yang akan terjadi.
20. Melihat atau merasakan keberadaan mahluk halus baik
sekilas atau jelas.

21. Rasa sakit disalah satu anggota badan yang tidak terdeteksi
dokter atau sakit menahun yang tidak ditemukan solusinya
dalam dunia medis

22. Sering tertawa sendiri, semisal melihat mahluk lucu yang


tidak dilihat orang lain.

23. Susah tidur (insomnia), gelisah, cemas dan sering terbangun


dimalam hari. Dalam kondisi akut biasanya baru bisa tidur jam
3 pagi atau tidak tidur sama-sekali berhari-hari.

24. Susah bangun dan banyak tidur sehingga tidak bisa


melakukan ibadah dan aktifitas yang diinginkan.

25. Tindihan (mimpi seakan akan dihimpit benda yang berat


dan sulit untuk melepaskan diri dari himpitan tersebut) atau
mimpi melihat sesuatu yang mengancam dan menakutkan,
seperti ingin berteriak minta tolong namun mulut seperti
terkunci.

26. Mimpi melihat sesuatu yang mengerikan atau melihat


berbagai binatang menyeramkan semisal ular, serigala, tikus
besar, harimau dll.

27. Sering ngigau, tertawa, menangis, berteriak, mengomel,


merintih atau bahkan jalan-jalan pada saat tidur (kondisi mata
tertutup).

28. Mimpi seolah-olah jatuh dari tempat yang tinggi dan semua
yang berkaitan dengan tempat tinggi; seperti mendaki tempat
yang tinggi.
29. Semua mimpi tentang kuburan; melihat kuburan, melihat
proses penguburan, menguburkan, dikuburkan, atau duduk-
duduk dikuburan, tempat sampah atau jalan dan lingkungan
yang seram dan mengerikan.

30. Mimpi melihat orang yang aneh seperti tinggi sekali,


pendek sekali, putih sekali atau hitam sekali.

31. Mendengkur dengan keras (seperti harimau, dsb) dan gigi


yang berbunyi waktu tidur.

32. Mimpi bertemu dengan orang yang sama (laki/perempuan)


berkali-kali dan ingin bertemu dengan orang yang dimimpikan
tersebut.

33. Mimpi melihat atau bertemu keluarga yang sudah


meninggal, melihat mayat, mimpi mati, mimpi berbicara
dengan orang yang mati dan semua mimpi yang berhubungan
dengan kematian.

34. Mimpi melihat suatu peristiwa dan keesokan harinya


mengalami peristiwa persis seperti yang dialami dalam mimpi
tersebut.

35. Gejala tipes; tubuh seperti terbakar atau terpanggang api


panas namun ketika dicek dengan termometer temperatur
tubuh normal.

36. Sering mengalami peristiwa kecelakaan kendaraan, ngantuk


dijalan atau bahkan gerakan tangan yang tidak bisa
dikendalikan. Ataupun berbagai kecelakaan saat mau pergi
dakwah atau pergi untuk kebaikan.

37. Impotensi; sering terjadi pada mantan praktisi ilmu hitam


semisal dukun, berbagai praktisi ilmu tenaga dalam, praktisi
ilmu kebatihan, senam pernafasan, khodam amalan wirid
overdosis (ribuan/malam), ilmu laduni instant, susuk, aktivasi
otak tengah (aktivasi jin), pernah ikut tarekat yang disertai
dengan bai'at dan pengisian, pernah mengamalkan wirid aneh
seperti nurbuat, pernah berpuasa aneh (puasa 7 hari 7 malam,
puasa mutih dll), meliki jimat/keris dll. Atau kelainan tubuh
terjadi karena kedzaliman jin baik karena disuruh penyihir atau
maksud tertentu dari jin.

38. Mandul; jin bersarang di dalam rahim atau menghalangi sel


telur yang masuk ke rahim, atau bahkan sampai merusak setiap
janin yang sudah jadi atas suruhan dukun.

39. Kista/Mium; penyakit ini sudah lama menjadi misteri di


dunia kedokteran. Kadang sembuh dengan mengangkatnya,
dan kadang sebaliknya. Untuk membedakan penyakit kista
medis atau sihir, kita bisa membacakan ayat ruqyah ditangan
dan meletakannya di perut. Jika terasa hangat atau panas,
maka geser keatas. Jika penyakit pindah maka itu adalah kista
dari sihir.

40. VicTor (Fikiran Kotor); jin bersarang di mata laki-laki, dan


mengendalikannya saat memandang lawan jenis hingga tidak
berkedip. Kadang jin bersarang dikemaluan (laki-laki) dan dada
(berupa hawa panas, bagi perempuan) dan membuat fikirannya
kotor saat melihat lawan jenisnya.

41. Struk Ringan (tidak bisa berdiri saat mau shalat) atau tidak
bisa melakukan gerakan tertentu dalam shalat).

42. Hypertensi, Jantung Bocor, Paru Basah, Batuk Menahun,


Kolesterol, Asam Urat, Pengapuran dan penyakit lain yang tidak
kunjung sembuh. Hal ini bisa disebabkan secara medis atau
sihir, untuk membedakannya cukup bacakan surah al fatihah
dan tiupkan ke tangan lalu letakan ditempat yang sakit. Jika
terjadi rasa panas atau bertambah sakit maka itu adalah sihir.

43. Jomblo Menahun; sulit menikah, sulit dapat jodoh yang


cocok, tidak mau menikah, atau selalu melihat calon suami/istri
tiba-tiba menjadi mengerikan hingga akad yang direncanakan
bubar.

44. Kedutan disebagian atau seluruh tubuh dengan frekwensi


yang mengganggu.

45. Eksim, atau gatal yang sporadis ataupun lebih ringan dari
itu yang tidak sembuh-sembuh.

46. Anak yang hyperaktif dan sangat nakal, bertenaga super


saat marah, susah dibangunkan shalat dan tidak mau belajar
mengaji dan pembantah dengan sorot mata aneh.

47. Anak indigo; sering bngobrol sendiri dan mengaku memiliki


teman ghaib atau memiliki kemampuan indra ke-18 (mampu
melihat jelmaan mahluk halus).

48. Sindikat kristenisasi ghaib terstruktur dan terorganisir


[ditemukan pertama kali dipalembang, berpusat di gereja
katedral jakarta dan berpusat di Vatikan]. Hati-hati dengan
buku-buku kristologi dan pastur-pastur liar yang membagikan
sesuatu. Juga hati-hati dengan rumahsakit-sakit yang menjadi
markas mereka.

49. Diperkosa Jin. Mimpi didatangi laki-laki dalam bentuk


bayangan hitam atau bentuk aneh (menyerupai mahluk alien,
mahluk alien dll).
50. Peristiwa hilangnya bayi dalam kandungan disertai
kemunculan kembali setelah beberapa tahun kemudian dan
ingin diakui anak.
TATA CARA RUQYAH YANG BENAR

Ruqyah bukan pengobatan alternatif. Justru seharusnya


menjadi pilihan pertama pengobatan tatkala seorang muslim
tertimpa penyakit. Sebagai sarana penyembuhan, ruqyah tidak
boleh diremehkan keberadaannya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:


Sesungguhnya meruqyah termasuk amalan yang utama.
Meruqyah termasuk kebiasaan para nabi dan orang-orang
shalih. Para nabi dan orang shalih senantiasa menangkis setan-
setan dari anak Adam dengan apa yang diperintahkan Allah dan
RasulNya. [1]

Karena demikian pentingnya penyembuhan dengan ruqyah ini,


maka setiap kaum Muslimin semestinya mengetahui tata cara
yang benar, agar saat melakukan ruqyah tidak menyimpang
dari kaidah syari.

Tata cara meruqyah adalah sebagai berikut:

1. Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.

2. Ruqyah harus dengan Al Quran, hadits atau dengan nama


dan sifat Allah, dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat
dipahami.

3. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah


saat membaca dan berdoa.

4. Membaca Surat Al Fatihah dan meniup anggota tubuh yang


sakit. Demikian juga membaca surat Al Falaq, An Naas, Al
Ikhlash, Al Kafirun. Dan seluruh Al Quran, pada dasarnya dapat
digunakan untuk meruqyah. Akan tetapi ayat-ayat yang
disebutkan dalil-dalilnya, tentu akan lebih berpengaruh.

5. Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al Quran


dan doa yang sedang dibaca.

6. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan


ruqyahnya, baik yang berupa ayat Al Quran maupun doa-doa
dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Supaya penderita belajar
dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang dibacakan sesuai
dengan syariat.

7. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah


pembacaan ruqyah. Masalah ini, menurut Syaikh Al Utsaimin
mengandung kelonggaran. Caranya, dengan tiupan yang
lembut tanpa keluar air ludah. Aisyah pernah ditanya tentang
tiupan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia
menjawab: Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada
air ludahnya (yang keluar). (HR Muslim, kitab As Salam,
14/182). Atau tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air
ludah sebagaimana dijelaskan dalam hadits Alaqah bin
Shahhar As Salithi, tatkala ia meruqyah seseorang yang gila, ia
mengatakan: Maka aku membacakan Al Fatihah padanya
selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku
menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan.
Dia seolah-olah lepas dari sebuah ikatan. [HR Abu Dawud,
4/3901 dan Al Fathu Ar Rabbani, 17/184].

8. Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya,


tidak masalah. Untuk media yang paling baik ditiup adalah
minyak zaitun. Disebutkan dalam hadits Malik bin Rabiah,
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:













"Makanlah minyak zaitun , dan olesi tubuh dengannya.
Sebab ia berasal dari tumbuhan yang penuh berkah".[2]
Hadits hasan, Shahihul Jami (2/4498)

9. Mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini


berdasarkan hadits Aisyah, ia berkata: Rasulullah, tatkala
dihadapkan pada seseorang yang mengeluh kesakitan, Beliau
mengusapnya dengan tangan kanan. [HR Muslim, Syarah An
Nawawi (14/180].

Imam An Nawawi berkata: Dalam hadits ini terdapat anjuran


untuk mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan dan
mendoakannya. Banyak riwayat yang shahih tentang itu yang
telah aku himpun dalam kitab Al Adzkar. Dan menurut Syaikh
Al Utsaimin berkata, tindakan yang dilakukan sebagian orang
saat meruqyah dengan memegangi telapak tangan orang yang
sakit atau anggota tubuh tertentu untuk dibacakan kepadanya,
(maka) tidak ada dasarnya sama sekali.

10. Bagi orang yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di


tempat yang dikeluhkan seraya mengatakan (Bismillah, 3
kali).














"Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari setiap
kejelekan yang aku jumpai dan aku takuti".[3]

Dalam riwayat lain disebutkan Dalam setiap usapan. Doa


tersebut diulangi sampai tujuh kali.

Atau membaca :















"Aku berlindung kepada keperkasaan Allah dan
kekuasaanNya dari setiap kejelekan yang aku jumpai dari
rasa sakitku ini".[4]
Apabila rasa sakit terdapat di seluruh tubuh, caranya dengan
meniup dua telapak tangan dan mengusapkan ke wajah si sakit
dengan keduanya.[5]

11. Bila penyakit terdapat di salah satu bagian tubuh, kepala,


kaki atau tangan misalnya, maka dibacakan pada tempat
tersebut. Disebutkan dalam hadits Muhammad bin Hathib Al
Jumahi dari ibunya, Ummu Jamil binti Al Jalal, ia berkata: Aku
datang bersamamu dari Habasyah. Tatkala engkau telah sampai
di Madinah semalam atau dua malam, aku hendak memasak
untukmu, tetapi kayu bakar habis. Aku pun keluar untuk
mencarinya. Kemudian bejana tersentuh tanganku dan
berguling menimpa lenganmu. Maka aku membawamu ke
hadapan Nabi. Aku berkata: Kupertaruhkan engkau dengan
ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin Hathib.
Beliau meludah di mulutmu dan mengusap kepalamu serta
mendoakanmu. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam masih
meludahi kedua tanganmu seraya membaca doa:

















"Hilangkan penyakit ini wahai Penguasa manusia.
Sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh. Tidak ada
kesembuhan kecuali penyembuhanMu, obat yang tidak
meninggalkan penyakit"[6].

Dia (Ummu Jamil) berkata: Tidaklah aku berdiri bersamamu


dari sisi Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, kecuali tanganmu
telah sembuh.

12. Apabila penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya


tidak jelas, seperti gila, dada sempit atau keluhan pada mata,
maka cara mengobatinya dengan membacakan ruqyah di
hadapan penderita. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa
Nabi Shallallahu 'laihi wa sallam meruqyah orang yang
mengeluhkan rasa sakit. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah,
dari Ubay bin Kab , ia berkata: Dia bergegas untuk
membawanya dan mendudukkannya di hadapan Beliau
Shallallahu 'alaihi wa salla,m . Maka aku mendengar Beliau
membentenginya (tawidz) dengan surat Al Fatihah.[7]

Apakah ruqyah hanya berlaku untuk penyakit-penyakit yang


disebutkan dalam nash atau penyakit secara umum? Dalam
hadits-hadits yang membicarakan terapi ruqyah, penyakit yang
disinggung adalah pengaruh mata yang jahat (ain), penyebaran
bisa racun (humah) dan penyakit namlah (humah). Berkaitan
dengan masalah ini, Imam An Nawawi berkata dalam Syarah
Shahih Muslim: Maksudnya, ruqyah bukan berarti hanya
dibolehkan pada tiga penyakit tersebut. Namun maksudnya
bahwa Beliau ditanya tentang tiga hal itu, dan Beliau
membolehkannya. Andai ditanya tentang yang lain, maka akan
mengizinkannya pula. Sebab Beliau sudah memberi isyarat buat
selain mereka, dan Beliau pun pernah meruqyah untuk selain
tiga keluhan tadi. (Shahih Muslim, 14/185, kitab As Salam, bab
Istihbab Ar Ruqyah Minal Ain Wan Namlah).
Demikian sekilas cara ruqyah. Mudah-mudahan bermanfaat.
(Red).

Maraji` :
1. Risalatun Fi Ahkami Ar Ruqa Wa At Tamaim Wa Shifatu Ar
Ruqyah Asy Syariyyah, karya Abu Muadz Muhammad bin
Ibrahim. Dikoreksi Syaikh Abdullah bin Abdur Rahman Jibrin.
2. Kaifa Tualiju Maridhaka Bi Ar Ruqyah Asy Syariyyah, karya
Abdullah bin Muhammad As Sadhan, Pengantar Syaikh
Abdullah Al Mani, Dr Abdullah Jibrin, Dr. Nashir Al Aql dan Dr.
Muhammad Al Khumayyis, Cet X, Rabiul Akhir, Tahun 1426H.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06//Tahun


IX/1426H/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah
Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo
57183 Telp. 0271-761016]

_______
Footnote
[1]. Dinukil dari Kaifa Tualiju Maridhaka Bi Ar Ruqyah Asy
Syariyyah, hlm. 41.

[2]. Hadits hasan, Shahihul Jami (2/4498).

[3]. HR Muslim, kitab As Salam (14/189).

[4]. Shahihul Jami, no. 346.

[5]. Fathul Bari (21/323). Cara ini dikatakan oleh Az Zuhri


merupakan cara Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
meniup.
[6]. Al Fathu Ar Rabbani (17/182) dan Mawaridu Azh Zham-an,
no. 1415-1416.

[7]. Al Fathu Ar Rabbani (17/183).

[8]. Namlah adalah luka-luka yang menjalar di sisi badan dan


anggota tubuh lainnya
Ruqyah Rumah

Jangan jadikan rumah kita seperti kuburan? Bagaimanakah


rumah yang seperti kuburan itu? Rumah tersebut tidak pernah
dikerjakan shalat di dalamnya, baik shalat wajib maupun
sunnah. Rumah tersebut selalu lalai dari bacaan Al Quran.
Itulah rumah yang seperti kuburan.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,























Janganlah jadikan rumah kalian seperti kuburan karena setan
itu lari dari rumah yang didalamnya dibacakan surat Al
Baqarah. (HR. Muslim no. 1860)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin berkata,

Para ulama menjelaskan bahwa maksudnya adalah janganlah


meninggalkan shalat di rumah. Artinya, rumah yang tidak ada
shalat di dalamnya disebut kuburan. Karena shalat tidaklah sah
dilakukan di kuburan sebagaimana disebutkan dalam hadits,











Seluruh permukaan bumi adalah masjid kecuali kuburan dan
tempat pemandian/kamar mandi.[1]

Dari Abu Martsad Al Ghonawi, beliau berkata bahwa Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam bersabda,











Janganlah shalat menghadap kubur dan janganlah duduk di
atasnya.[2]

Shalat sunnah maupun shalat wajib tidak sah dilakukan di


kuburan, begitu pula untuk sujud tilawah dan sujud syukur.
Tidak boleh ada shalat yang dilakukan di kuburan kecuali satu
shalat saja yaitu shalat jenazah. Jika shalat jenazah dilakukan di
area pekuburan, maka tidaklah masalah baik setelah
penguburan maupun setelahnya. Namun untuk setelah
penguburan, tidak boleh dilakukan pada waktu terlarang (untuk
shalat). Misalnya, ada orang yang baru datang menghadiri
jenazah namun ternyata telah dikubur, dan waktu saat itu
adalah setelah Ashar, maka shalat tidak boleh dilakukan saat
itu. Hendaklah dipilih waktu lain untuk dilaksanakan shalat
jenazah, seperti waktu Dhuha. Adapun jika seseorang datang,
sedangkan jenazah belum dikuburkan namun baru diletakkan
di area pekuburan, maka tidak mengapa melakukan setelah
Ashar saat itu karena saat itu dilakukan punya sebab. Shalat
yang punya sebab tidak mengenal waktu terlarang. (Syarh
Riyadhis Sholihin, 4: 683-684).

Jadikanlah rumah kita bercahaya dengan shalat, amalan di


waktu malam, juga dengan lantunan Al Quran. Jangan isi
rumah tersebut dengan tayangan mistik dan klenik di TV,
jangan pula dengan lantunan-lantunan musik.
Hukum Memajang Foto Makhluk Bernyawa
Mar 14, 2011Muhammad Abduh Tuasikal, MScUmum254

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Dalam berbagai hadits dilarang bagi kita untuk memajang


gambar makhluk bernyawa. Gambar yang terlarang dibawa ini
adalah gambar manusia atau hewan, bukan gambar batu,
pohon dan gambar lainnya yang tidak memiliki ruh. Jika gambar
tersebut memiliki kepala, maka diperintahkan untuk dihapus.
Karena kepala itu adalah intinya sehingga gambar itu bisa
dikatakan memiliki ruh atau nyawa. Agar lebih jelas perhatikan
terlebih dahulu hadits-hadits yang menerangkan hal tersebut.
Hanya Allah yang beri taufik.

Keterangan dari Berbagai Hadits[1]

Dalam hadits muttafaqun alaih disebutkan bahwa Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam bersabda,












Para malaikat tidak akan masuk ke rumah yang terdapat
gambar di dalamnya (yaitu gambar makhluk hidup bernyawa)
(HR. Bukhari 3224 dan Muslim no. 2106)

Hadits Jabir radhiyallahu anhu dia berkata,












Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang adanya
gambar di dalam rumah dan beliau melarang untuk membuat
gambar. (HR. Tirmizi no. 1749 dan beliau berkata bahwa
hadits ini hasan shahih)

Hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bahwa Nabi


shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya,















Jangan kamu membiarkan ada gambar kecuali kamu hapus
dan tidak pula kubur yang ditinggikan kecuali engkau
meratakannya. (HR. Muslim no. 969) Dalam riwayat An-Nasai,








Dan tidak pula gambar di dalam rumah kecuali kamu hapus.
(HR. An Nasai no. 2031. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma dia berkata,











































Bahwa tatkala Nabi melihat gambar di (dinding) Kabah, beliau
tidak masuk ke dalamnya dan beliau memerintahkan agar
semua gambar itu dihapus. Beliau melihat gambar Nabi Ibrahim
dan Ismail alaihimas ssalam tengah memegang anak panah
(untuk mengundi nasib), maka beliau bersabda, Semoga Allah
membinasakan mereka, demi Allah keduanya tidak pernah
mengundi nasib dengan anak panah sekalipun. (HR. Ahmad
1/365. Kata Syaikh Syuaib Al Arnauth bahwa sanad hadits ini
shahih sesuai syarat Bukhari dan periwayatnya tsiqoh,
termasuk perowi Bukhari Muslim selain Ikrimah yang hanya
menjadi periwayat Bukhari)
Aisyah radhiyallahu anha berkata, Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam masuk ke rumahku sementara saya baru saja
menutup rumahku dengan tirai yang padanya terdapat
gambar-gambar. Tatkala beliau melihatnya, maka wajah beliau
berubah (marah) lalu menarik menarik tirai tersebut sampai
putus. Lalu beliau bersabda,


















Sesungguhnya manusia yang paling berat siksaannya pada hari
kiamat adalah mereka yang menyerupakan makhluk Allah.
(HR. Bukhari no. 5954 dan Muslim no. 2107 dan ini adalah
lafazh Muslim). Dalam riwayat Muslim,


















:





Dia (Aisyah) memasang tirai yang padanya terdapat gambar-
gambar, maka Rasulullah masuk lalu mencabutnya. Dia
berkata, Maka saya memotong tirai tersebut lalu saya
membuat dua bantal darinya.

Dari Ali radhiyallahu anhu, dia berkata,















.




:










Saya membuat makanan lalu mengundang Nabi shallallahu
alaihi wa sallam untuk datang. Ketika beliau datang dan masuk
ke dalam rumah, beliau melihat ada tirai yang bergambar,
maka beliau segera keluar seraya bersabda, Sesungguhnya
para malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di
dalamnya ada gambar-gambar. (HR. An-Nasai no. 5351. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata,









:

: .
































Jibril alaihis salam meminta izin kepada Nabi maka Nabi
bersabda, Masuklah. Lalu Jibril menjawab, Bagaimana saya
mau masuk sementara di dalam rumahmu ada tirai yang
bergambar. Sebaiknya kamu menghilangkan bagian kepala-
kepalanya atau kamu menjadikannya sebagai alas yang dipakai
berbaring, karena kami para malaikat tidak masuk rumah yang
di dalamnya terdapat gambar-gambar. (HR. An-Nasai no.
5365. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Pelajaran:

Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu di atas,


menunjukkan bahwa yang dimaksud gambar yang terlarang
dipajang adalah gambar makhluk bernyawa (yang memiliki ruh)
yaitu manusia dan hewan, tidak termasuk tumbuhan. Sisi
pendalilannya bahwa Jibril menganjurkan agar bagian kepala
dari gambar tersebut dihilangkan, barulah beliau akan masuk
ke dalam rumah. Ini menunjukkan larangan hanya berlaku pada
gambar yang bernyawa karena gambar orang tanpa kepala
tidaklah bisa dikatakan bernyawa lagi.

Dalam hadits lain, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,











Gambar itu adalah kepala, jika kepalanya dihilangkan maka
tidak lagi disebut gambar. (HR. Al-Baihaqi 7/270. Syaikh Al
Albani mengatakan hadits ini shahih dalam As Silsilah Ash
Shohihah no. 1921)

Menghapus Gambar Makhluk Bernyawa

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah


ditanya, Bisakah engkau jelaskan mengenai jenis gambar yang
mesti dihapus?

Syaikh rahimahullah menjawab, Gambar yang mesti dihapus


adalah setiap gambar manusia atau hewan. Yang wajib dihapus
adalah wajahnya saja. Jadi cukup menghapus wajahnya
walaupun badannya masih tersisa. Sedangkan gambar pohon,
batu, gunung, matahari, bulan dan bintang, maka ini gambar
yang tidak mengapa dan tidak wajib dihapus. Adapun untuk
gambar mata saja atau wajah saja (tanpa ada panca indera,
pen), maka ini tidaklah mengapa, karena seperti itu bukanlah
gambar dan hanya bagian dari gambar, bukan gambar secara
hakiki. (Liqo Al Bab Al Maftuh, kaset no. 35)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah


menjelaskan dalam kesempatan yang lain bahwa gambar
makhluk bernyawa boleh dibawa jika darurat. Syaikh Ibnu
Utsaimin ditanya, Dalam majelis sebelumnya, engkau katakan
bahwa boleh membawa gambar dengan alasan darurat. Mohon
dijelaskan apa yang jadi kaedah dikatakan darurat?

Syaikh rahimahullah menjawab, Darurat yang dimaksud


adalah semisal gambar yang ada pada mata uang atau memang
gambar tersebut adalah gambar ikutan yang tidak bisa tidak
harus turut serta dibawa atau keringanan dalam qiyadah
(pimpinan). Ini adalah di antara kondisi darurat yang
dibolehkan. Orang pun tidak punya keinginan khusus dengan
gambar-gambar tersebut dan di hatinya pun tidak maksud
mengagungkan gambar itu. Bahkan gambar raja yang ada di
mata uang, tidak seorang pun yang punya maksud
mengagungkan gambar itu. (Liqo Al Bab Al Maftuh, kaset no.
33)

Penjelasan hukum dalam tulisan di atas semata-mata


berdasarkan dalil dari sabda Nabi kita Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam, bukan atas dasar logika semata. Semoga Allah
menganugerahkan sifat takwa sehingga bisa menjauhi setiap
larangan dan mudah dalam melakukan kebaikan. Wallahu
waliyyut taufiq.

Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat.


Hukum Memajang Foto Tokoh Spiritual
Nov 13, 2014

Muhammad Abduh Tuasikal, MScAqidah

Sebagian orang ada yang memajang foto tokoh spiritual atau


tokoh agama (Kyai, Tengku, Ustadz) dengan tujuan sekedar
dipajang, atau dikenang, ada tujuan lainnya untuk ngalap
berkah, bahkan untuk pesugihan (cepat kaya). Bahkan bukan
hanya tokoh spiritual, tokoh ghaib pun dipajang seperti foto Nyi
Roro Kidul.

Hukum Memajang Foto

Adapun secara hukum memajang foto tokoh spiritual semacam


itu terlarang berdasarkan banyak hadits.

Dalam hadits muttafaqun alaih disebutkan bahwa Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam bersabda,












Para malaikat tidak akan masuk ke rumah yang terdapat
gambar di dalamnya (yaitu gambar makhluk hidup bernyawa)
(HR. Bukhari 3224 dan Muslim no. 2106)

Dalam hadits Jabir radhiyallahu anhu dia berkata,












Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarang adanya
gambar di dalam rumah dan beliau melarang untuk membuat
gambar. (HR. Tirmizi no. 1749 dan beliau berkata bahwa
hadits ini hasan shahih)

Dalam hadits Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu bahwa Nabi
shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya,















Jangan kamu membiarkan ada gambar kecuali kamu hapus
dan tidak pula kubur yang ditinggikan kecuali engkau
meratakannya. (HR. Muslim no. 969)

Dalam riwayat An Nasai,



Dan tidak pula gambar di dalam rumah kecuali kamu hapus.


(HR. An Nasai no. 2031. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, dia berkata,







































Bahwa tatkala Nabi melihat gambar di (dinding) Kabah, beliau
tidak masuk ke dalamnya dan beliau memerintahkan agar
semua gambar itu dihapus. Beliau melihat gambar Nabi Ibrahim
dan Ismail alaihimas ssalam tengah memegang anak panah
(untuk mengundi nasib), maka beliau bersabda, Semoga Allah
membinasakan mereka, demi Allah keduanya tidak pernah
mengundi nasib dengan anak panah sekalipun. (HR. Ahmad 1:
365. Kata Syaikh Syuaib Al Arnauth bahwa sanad hadits ini
shahih sesuai syarat Bukhari dan periwayatnya tsiqoh,
termasuk perowi Bukhari Muslim selain Ikrimah yang hanya
menjadi periwayat Bukhari)

Jika Dianggap Bawa Berkah

Kalau tujuannya untuk meraih berkah, maka seperti itu adalah


cara yang keliru karena tidak diajarkan dalam Islam. Karena
sebagian memajang foto tokoh spiritual biar rumahnya terjaga,
biar terus maju usahanya dan kebaikan lainnya yang ingin
diraih. Seperti ini masuk dalam hukum memasang jimat.
Memajang seperti itu termasuk kesyirikan.

Dari Uqbah bin Amir, ia berkata bahwa ia mendengar


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,















Barangsiapa yang menggantungkan (hati) pada tamimah
(jimat), maka Allah tidak akan menyelesaikan urusannya.
Barangsiapa yang menggantungkan (hati) pada kerang (untuk
mencegah dari ain, yaitu mata hasad atau iri, pen), maka Allah
tidak akan memberikan kepadanya jaminan (HR. Ahmad 4:
154. Syaikh Syuaib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
hasan dilihat dari jalur lain-).

Dalam riwayat lain disebutkan,










Barangsiapa yang menggantungkan tamimah (jimat), maka ia
telah berbuat syirik (HR. Ahmad 4: 156. Syaikh Syuaib Al
Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy atau kuat.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih
sebagaimana dalam As Silsilah Ash Shohihah no. 492).

Hukum Memajang Foto Tokoh Spiritual

Semakin keras larangan memajang foto jika yang dipasang


adalah foto tokoh spiritual atau agama. Karena sebab
peribadahan pada orang shalih adalah bermula dari gambar.
Gambar yang dipajang tersebut akhirnya diagungkan dan
terjadilah kesyirikan di masa silam.

Dari Aisyah, ia berkata bahwa Ummu Habibah dan Ummu


Salamah menceritakan tentang gereja yang mereka lihat di
negeri Habasyah. Di dalamnya terdapat gambar-gambar.
Mereka menceritakan hal itu kepada Nabi shallallahu alaihi wa
sallam, lantas beliau bersabda,






























Sesungguhnya mereka itu apabila di antara mereka terdapat
orang yang shalih yang meninggal dunia, maka mereka pun
membangun di atas kuburnya masjid (tempat ibadah) dan
mereka memasang di dalamnya gambar-gambar untuk
mengenang orang-orang shalih tersebut. Mereka itu adalah
makhluk yang paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat kelak
(HR. Bukhari no. 427 dan Muslim no. 528).

Begitu pula kita dapat mengambil pelajaran dari firman Allah


Taala,


















Dan mereka berkata: Jangan sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali
kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula
suwwa, yaghuts, yauq dan nasr (QS. Nuh: 23).

Disebutkan dalam Shahih Al Bukhari,















































.









































Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau berkata,
Patung-patung yang ada di kaum Nuh menjadi sesembahan
orang Arab setelah itu. (Patung) Wadd menjadi sesembahan
bagi Bani Kalb di Dumatul-Jandal, (patung) Suwaa bagi Bani
Hudzail, (patung) Yaghuuts bagi Bani Murad dan Bani Ghuthaif
di Al-Jauf sebelah Saba, Yauuq bagi Bani Hamdaan, dan Nasr
bagi Bani Himyar dan kemudian bagi keluarga Dzul-Kalaa.
Mereka adalah nama orang-orang shalih dari kaum Nuh. Ketika
mereka meninggal, maka syaithan membisikkan kepada kaum
mereka (yaitu kaum Nuh) agar meletakkan patung-patung
mereka dalam majelis-majelis dimana kaum Nuh biasa
mengadakan pertemuan, sekaligus memberi nama patung-
patung tersebut dengan nama-nama mereka. Maka mereka
pun melakukannya. Patung tersebut tidaklah disembah pada
waktu itu. Akhirnya setelah generasi pertama mereka
meninggal dan ilmu telah dilupakan, maka patung-patung
tersebut akhirnya disembah (Diriwayatkan oleh Bukhari no.
4920).
Jadi intinya bermula dari membuat gambar atau patung, lalu
dipajang, lantas beralih pada pengagungan dan
menyembahnya. Intinya, perbuatan seperti itu adalah jalan
menuju kesyirikan sehingga mesti dilarang.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah. Moga Allah


senantiasa membimbing kita pada akidah yang benar.

Disusun menjelang Ashar di Darush Sholihin, 20 Muharram


1436 H (13-11-2014)
Wali Allah itu Siapa?
Okt 19, 2014

Muhammad Abduh Tuasikal, MScAqidah4

Siapakah yang disebut wali Allah?

Apakah penampilan yang bersorban, berpakaian putih dan


terlihat shalih, itukah yang disebut wali Allah? Ataukah yang
punya ilmu-ilmu sakti?

Siapakah Wali Allah?

Ternyata kalau kita mau menilik, pengertian wali Allah itu


sudah tertera dalam Al Quran. Tinggal kita melihat pemaparan
para ulama mengenai siapakah wali Allah tersebut. Allah Taala
berfirman,










)62(





63(


Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa. (QS. Yunus: 62-63).

Secara bahasa wali berarti al qorib, yaitu dekat. Sedangkan


yang dimaksud wali Allah adalah orang beriman yang seakan-
akan mereka dekat dengan Allah karena gemar melakukan
ketaatan dan menjauhi maksiat. Allah sendiri telah menafsirkan
wali Allah dengan pengertian, mereka adalah yang beriman dan
bertakwa. Mereka beriman dalam hal-hal yang diimani dan
mereka bertakwa dengan menjauhi maksiat terhadap Allah.
Lihat penjelasan Imam Asy Syaukani dalam Fathul Qadir, 2: 640.

Ibnu Taimiyah dari ayat di atas mengatakan,



Wali Allah adalah mereka yang beriman dan bertakwa (Al
Furqon, hal. 8).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sadi berkata,







[]
Setiap yang beriman dan bertakwa, dialah yang menjadi wali
Allah. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 368).

Syaikh As Sadi rahimahullah kembali menerangkan, Dalam


ayat di atas dikabarkan mengenai wali Allah dan orang-orang
yang Allah cintai. Disebutkan di situ mengenai amalan dan sifat-
sifat mereka, juga balasan bagi mereka. Disebutkan bahwa wali
Allah tidak memiliki rasa takut terhadap sesuatu di hadapan
mereka kelak dan juga mereka tidak bersedih hati terhadap
sesuatu yang telah terlewati karena yang mereka tinggalkan
hanyalah amalan shalih.

Jika mereka tidak memiliki rasa takut dan tidak pula bersedih
hati, tentu yang disematkan pada mereka adalah rasa aman
dan kebahagiaan, juga kebaikan yang banyak yang hanya Allah
yang mengetahuinya.

Kemudian Allah menyebutkan sifat wali Allah. Mereka itu


beriman pada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-
Nya, pada hari akhir, dan beriman pula pada takditr yang baik
dan buruk. Iman mereka benar sehingga mereka dapat
mewujudkan takwa dengan menjalankan perintah dan
menjauhi larangan.

Setiap yang beriman dan bertakwa, itulah wali Allah. (Idem)


Balasan bagi Wali Allah di Dunia dan Akhirat

Syaikh As Sadi menuturkan pula, Apa balasan bagi wali Allah?


Allah berfirman,












Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan
(dalam kehidupan} di akhirat. (QS. Yunus: 64)

Berita gembira di dunia yaitu berupa pujian yang baik yang


mereka peroleh, rasa cinta di hati-hati orang beriman, mimpi
yang benar, ia pun mendapatkan kemudahan dari Allah untuk
memiliki amalan yang balik dan akhlak yang luhur, juga ia
dijauhkan dari akhlak yang jelek.

Berita gembira di akhirat yaitu yang pertama adalah berita


gembira saat ruhnya dicabut. Sebagaimana Allah Taala
berfirman,




























Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami
ialah Allah kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka,
maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan:
Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan
Allah kepadamu. (QS. Fushshilat: 30).

Di alam kubur, ia akan mendapatkan ridha Allah dan nikmat


yang kekal abadi.

Di akhirat, ia akan mendapatkan berita gembira yang sempurna


dengan masuk ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan
serta selamat dari siksa yang pedih (di neraka). (Taisir Al
Karimir Rahman, hal. 368).

Semoga Allah memberikan kita taufik menjadi wali Allah yang


beriman dan bertakwa.

Hanya Allah yang memberi taufik.


Referensi:

Al Furqon baina Awliya-ir Rahman wa Awliya-isy Syaithon,


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, terbitan Darul Minhaj, cetakan
kedua, tahun 1431 H.

Fathul Qadir, Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy


Syaukani, terbitan Darul Wafa, cetakan ketiga, tahun 1426 H.

Taisir Al Karimir Rahman fii Tafsir Kalamil Mannan, Syaikh


Abdurrahman bin Nashir As Sadi, terbitan Muassasah Ar
Risalah, cetakan pertama, tahun 1423 H.
~KURANG TAWAKKAL JIKA HANYA DENGAN RUQYAH~
Bismillahirrahmaanirrahiim....

Dalam kitab At-Tamhiid Lisyarhi Kitaabi at-Tauhiid karya syaikh


Shalih bin 'Abdul 'Aziz bin Muhammad Alu Syaikh dijelaskan ttg
makna suatu kalimat dalam matan hadits yg diriwayatkan oleh
al-Imam Al-Bukhari dalam kitab ath-Thibb dan al-Imam Muslim
dalam kitab Al-Iman yaitu lafadz:



"Humulladziina laa yastarquun"

(Mereka adalah orang2 yg tdk meminta ruqyah) -yg insya Allah


termasuk dari 70 ribu golongan yg masuk surga tanpa hisab dan
adzab-

Mengapa mereka yg tidak meminta ruqyah malah masuk


dalam kategori golongan istimewa tsb ?

"KARENA orang yg meminta ruqyah hatinya akan menjadi


cenderung kepada orang yg meruqyah hingga diangkatlah sgala
keluhan yg ada padanya dari segi sebab/perantara...

Dan inilah sebab pelarangan yg jelas terpampang pada sabda


beliau shallallahu'alaihi wa sallam : "Mereka yg tdk meminta
RUQYAH..", KARENA orang-orang (yg meminta diruqyah) akan
sangat menggantungkan hatinya hanya dgn RUQYAH saja lebih
dari pengobatan2 yg lain..."
~Maka bisa dikatakan bahwa mereka mengesampingkan atau
malah meninggalkan metode pengobatan lain yg juga
dibolehkan dalam syariat islam dan bahkan dianjurkan utk
mendukung kesuksesan ruqyah itu sendiri, sperti BEKAM,,
AKUPUNTUR,, PIJAT REFLEKSI,, HERBAL,, DLL)~

Lanjuut :

"Bangsa Arab Jahiliyah (dan seperti itulah keadaan sebagian


besar manusia) menggantungkan segalanya dengan RUQYAH,
maka hatinya pun menjadi tergantung pada SI PERUQYAH dan
BACAAN RUQYAHnya saja...

DAN INILAH YANG MENGURANGI KESEMPURNAAN


TAWAKKALNYA KEPADA ALLAH JALLA JALAALUH....

Sedangkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa golongan yg


masuk surga tanpa hisab dan adzab adalah ORANG YANG TIDAK
MERUQYAH... Maka hal tersebut SALAH, dan itu adalah lafadz
yg CACAT, KARENA orang yg meruqyah adalah orang yg
berbuat baik kepada selainnya, dan yg benar dalam
periwayatan ini hanyalah orang yg TIDAK MEMINTA DIRUQYAH
*dgn ketentuan spt yg sudah dijelaskan*...."

Cukup sampai di situ saja kita bacanya...

Nah jadi.... jgn jadikan ummat tergantung pada peruqyah saja...


ajarkan mereka tatacara ruqyah mandiri sehingga mereka pun
bisa merasakan manfaat ruqyah tanpa harus jauh2 pergi ke
tempat peruqyah yg jauh,, sediakan pula HERBAL utk
mendukung proses kesembuhan dan kesempurnaan
tawakkalnya,, MUDAHkanlah ummat dalam mempelajari ilmu
pengobatan ini, jangan dipersulit,,
dan mari kita menjadikan RUQYAH ini sbagai sarana dakwah
TAUHID utk kemudian mempererat persatuan kita, BUKAN
UNTUK SALING MENONJOLKAN DIRI DENGAN ARGUMEN ATAU
TEKHNIKNYA !!!

ALLAAHU AKBARR !!!!

ALLAAHU AKBARR !!!!

ALLAAHU AKBARR !!!!

Semoga Allah menjaga persatuan kita dan ummat islam secara


keseluruhan...

(dikutip dari Kitab At-Tamhid Li syarhi Kitaabi At-Tauhid hal.62)

Sokaraja, 16 Muharram 1436/09 November 2014


CARA KERJA DUKUN
Temen-temen...

Kalian tau apa saja ketaatan yg harus dilakukan dukun ke setan


supaya dpt kesaktian ?

Bertapa
Kungkum (berendam diri) di tempat pertemuan 3 sungai
Puasa patigeni (puasa yg gk boleh makan,minum,tidur,gk
boleh kena lampu atau cahaya sdikit pun) dilakukan
hingga berhari-hari, dan berbagai puasa gk wajar yg lain..
mencambuki diri sendiri
mempersembahkan darahnya sendiri
meminum darah haid
berzina dgn ibu kandung sendiri,anak kandung sendiri,
atau saudara kandung sendiri
meminum darah haid
menginjak-nginjak al-Qur'an
beristinja dgn mushaf
memakan barang haram
shalat dgn keadaan junub
tdk menyentuh air di waktu2 tertentu
membunuh anak kandung sendiri sbg persembahan kpd
setan
dll... (Silahkan jka ada yg mau menambahkan)...

Herannya syarat2 yg bisa dibilang "gila" tsb msh banyak orang


yg sanggup melakukannya demi meraih kesaktian SEMU dari
para setan...

Padahal janji2 setan itu hanyalah TIPUAN belaka...


Sbagaimana Allah firmankan dlm Al-Qur'an :




"Dia (setan) berjanji dan membumbungkan angan-angan
kosong, dan tidaklah setan menjanjikan mereka kecuali hanya
TIPUAN belaka !"

(QS.An-Nisaa' : 120 juz 5)

Bandingkan dgn amalan-amalan seorang mu'min utk meraih


keridhoan dan kecintaan Allah :

Meluruskan Tauhid, yakni dgn tidak menyekutukan Allah


dgn sesuatu apa pun, dalam peribadahan maupun
keyakinan
shalat wajib 5 waktu di masjid, inget di masjid gk perlu di
gua ataupun hutan belantara yg bnyak hewan buas lho
ya
menyembelih hewan qurban setahun sekali, nah lho..
"HEWAN" yg dikorbanin bukan ANAK KANDUNG sendiri
Puasa ramadhan sebulan penuh, itupun pke buka puasa
dan boleh tidur, ditambah mungkin puasa sunnah senin
kemis...
menikah.. *ehem-ehem
haji atau umroh bagi yg mampu
bersedekah kpd fakir miskin
bertutur kata yg baik
birrul walidain
dan berbagai amalan2 wajib dan sunnah yg lain yg sama
sekali TIDAK MEMBERATKAN pelakunya...

Namun herannya amalan yg dipermudah kok ya msh banyak yg


gak mau ngerjakan atau merasa berat yaa ???

Nah klo gini, maka jgn heran klo kalah sama si dukun...

Dukun aja istiqomah di jalan setan,, msa kita gk mau istiqomah


di jalan Allah ??

Dukun aja rela berkorban dgn HARTA, JIWA, RAGA, dan


KELUARGAnya untuk para setan..

Masa kita gk mau berkorban harta, jiwa, dan raga kita untuk
Allah Ta'ala ??

Allah Ta'ala berfirman dlm suatu hadits qudsi :



...



..



..






...



"Barangsiapa yg memusuhi KEKASIH-KU maka AKU
mengumumkan PERANG kepadanya !!!

Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dgn sesuatu


yg paling Ku cinta daripada sesuatu yg telah Aku WAJIB-kan
kpadanya..

Dan tidaklah hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-


Ku dgn amalan2 sunnah hingga Aku pun mencintainya..

Apabila Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi


pendengarannya ketika ia mendengar, menjadi penglihatannya
ketika ia melihat, menjadi tangannya ketika ia bekerja, dan
menjadi kakinya ketika ia melangkah...

Jika ia memohon kepada-Ku niscaya Aku akan benar2


MENGABULKANNYA, dan apabila ia memohon perlindungan
kepada-Ku, niscaya Aku akan benar2 melindunginya....!!!"

(HR.Al-Bukhari)
Subhanallah !!! Allaahu Akbarr !!!

Bayangkan! Jika Allah sudah menjadi kekasih skaligus pelindung


kita ? Maka siapa kah yg bisa melampaui perlindungan Allah yg
Maha gagah perkasa ?

Siapakah yg dpt mengalahkannya ?

Sdangkan para dukun, tatkala ia sudah berhasil menjadi sang


"kekasih" setan... Ia msh bisa hancur dgn kekuatan setan lain yg
jauh lebih kuat...

Maka saudaraku.. Mari kita berusaha sebisa mungkin utk


istiqomah di jalan Allah...

Smoga diriku dan diri kalian dijadikan Allah sbg kekasih-Nya...

Aamiiin....

~Sokaraja,14 Muharram 1436/7 November 2014~


MENELADANI CARA MAKAN RASULULLAH
SHALALLAHU ALAIHI WASSALLAM

Ibnul Qayyim berkata : Barangsiapa yang memperhatikan


makanan yang dikonsumsi Nabi, niscaya ia mengerti bahwa
beliau TIDAK PERNAH memadukan menu antara SUSU dengan
IKAN, atau antara SUSU dengan CUKA, atau antara DUA
MAKANAN yang sama-sama MENGANDUNG UNSUR PANAS,
UNSUR DINGIN, UNSUR LENGKET, UNSUR PENYEBAB SEMBELIT,
UNSUR PENYEBAB MENCRET, UNSUR KERAS, atau DUA
MAKANAN yang mengandung UNSUR KONTRADIKTIF, misalnya
antara MAKANAN YANG MENGANDUNG UNSUR PENYEBAB
SEMBELIT DENGAN YANG MENGANDUNG PENYEBAB
MENCRET, ANTARA YANG MUDAH DICERNA DENGAN YANG
SULIT DICERNA, ANTARA YANG DIBAKAR DENGAN YANG
DIREBUS, ANTARA DAGING YANG SEGAR, DENGAN YANG
SUDAH DIGARAMI DAN DIKERINGKAN, ANTARA SUSU DENGAN
TELUR, DAN ANTARA DAGING DENGAN SUSU.

Beliau tidak pernah makan pada saat makanan tersebut masih


sangat panas atau masakan yang dihangatkan untuk besok,
makanan-makanan yang bulukan (berjamur) dan asin, seperti
makanan-makanan yang DIASINKAN, DIASAMKAN, atau
DIHANGUSKAN. Semua makanan ini berbahaya dan
menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan.

Nabi Shalallahu alaihi wassalam biasa melawan unsur panas


pada makanan dengan unsur dingin pada makanan lain, unsur
kering suatu makanan dengan unsur basah pada makanan lain,
sebagaimana beliau memakan mentimun dengan ruthob
(kurma matang yang belum dikeringkan), makan tamr (kurma
kering) dengan minyak samin, meminum ekstrak kurma untuk
melunakkan chymus (Materi semi cair, homogen, berkrim atau
seperti gruel yang dihasilkan oleh pencernaan makanan oleh
lambung) makanan-makanan keras. Itulah intisari makanan
sehat.

Beliau tidak biasa minum ketika sedang makan, sehingga akan


merusaknya, apalagi jika air tersebut panas atau dingin, karena
itu pola makan yang buruk sekali.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah,Rasulullah tidak pernah


mencela makanan sedikitpun, jika suka, beliau memakannya,
jika tidak dibiarkannya, tidak memakannya. (HR. Bukhari :
5409, dan Muslim : 2064)

Beliau menyukai daging, yang paling beliau sukai adalah lengan


dan bagian depan kepala kambing. Karena itu, seorang wanita
Yahudi pernah meracuninya.

Pernah suatu ketika Rasulullah diberi daging, lantas


diperlihatkan bagian lengan kepada beliau, maka beliau
menyukainya. (HR. Bukhari : 5712, dan Muslim : 194)

Daging yang disukai Nabi adalah yang paling baik dan paling
mudah dicerna oleh lambung, baik itu daging leher, lengan
maupun lengan atas.

Beliau juga menyukai makanan-makanan manis dan madu.


Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anh, ia berkata, Nabi
shalallahu alaihi wassallam menyukai makanan-makanan
manis dan madu. (Shahihul Bukhari : 5614).
Beliau biasa makan roti dengan lauk apa saja yang beliau
punya, kadang daging, kadang semangka, kadang kurma, dan
kadang cuka. Beliau bersabda, Sebaik-baik lauk adalah cuka.
(Shahih Muslim : 2052).

Beliau biasa makan buah-buahan hasil panen negerinya pada


musimnya, beliau tidak memantangnya. Ini juga merupakan
sarana paling besar untuk menjaga kesehatan.

Rasulullah bersabda : Aku tidak makan sambil bersandar.


(Shahihul Bukhari : 5398)

Ada tiga cara bersandar:

a. Bersandar pada rusuk.

b. Bersila.

c. Bersandar diatas sesuatu.

Jenis pertama menyulitkan makan, karena ia menghalangi


aliran makanan secara alami, menghambat kecepatan
masuknya makanan ke lambung, dan menekan lambung
sehingga sulit terbuka untuk makanan. Lambung akan miring,
tidak tegak, sehingga makanan tidak mudah sampai kepadanya.

Adapun dua jenis lainnya merupakan gaya duduk orang-orang


sombong yang bertentangan dengan jiwa kehambaan.

Dalam hadits Anas disebutkan, Saya melihat Nabi shalallahu


alaihi wassallam duduk dengan posisi iqa sambil memakan
kurma. (Shahih Muslim : 2044)Beliau biasa duduk dengan
posisi iqa untuk makan, maksudnya duduk dalam posisi
bertumpu pada kedua lutu, seraya memposisikan perut telapak
kaki kanan, sebagai bentuk ketawadhuan kepada Rabbnya. Ini
merupakan posisi paling baik pada saat makan.

Rasulullah shalallahu alaihi wassallam bersabda : Jika salah


seorang dari kalian makan, maka janganlah ia membersihkan
tangannya sebelum menjilatinya. (Muttafaqun Alaih, Bukhari :
5376, dan Muslim : 2031).

Beliau makan dengan menggunakan tiga jemari beliau, dan ini


merupakan cara menyuap makanan yang paling bermanfaat.

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda : Wahai anak


kecil! Sebutlah nama Allah (BISMILLAH), makanlah dengan
tangan kanan, dan makanlah makanan yang terdekat darimu.
(Muttafaqun Alaih, Bukhari : 5376, dan Muslim : 2022).

Demikianlah cara makan yang paling baik adalah cara makan


beliau shalallahu alaihi wassallam dan cara makan siapa saja
yang meniru cara beliau.

Diringkas dari kitab : KEAJAIBAN THIBBUN NABAWI, Penulis :


Aiman bin Abdul Fattah, Halaman 175 178. Penerbit : Al-
Qowam
Sihir dan Kekafiran
Feb 28, 2014Muhammad Abduh Tuasikal, MScAqidah

Sekarang, kita akan melihat apa kata Imam Adz Dzahabi dalam
kitab beliau Al Kabair (Dosa Besar) mengenai sihir.

Kata Imam Adz Dzahabi rahimahullah,

Sihir bisa membuat kafir. Dalilnya adalah firman Allah Taala,











Hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia (QS. Al
Baqarah: 102).

Tujuan setan mengajari manusia sihir hanyalah satu yaitu untuk


menjerumuskan pada kesyirikan.

Allah Taala mengatakan mengenai Harut dan Marut,









































Sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang
pun sebelum mengatakan: Sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir. Maka mereka
mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu,
mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat
dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah.
Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi
mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang
menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya
keuntungan di akhirat (QS. Al Baqarah: 102).

Banyak yang mengira bahwa seseorang yang menerjuni dunia


sihir hanyalah dihukumi haram saja, mereka tidak menyangka
jika itu sampai membuat kafir. Gara-gara ini, ada yang masih
tetap mempelajari sihir. Perlu dipahami bahwa ada yang bisa
membuat suami dan istri tetap saling cinta atau membuat
mereka berdua saling benci, semua itu menggunakan sihir.
Kadang sihir tersebut dikelabui dengan kalimat-kalimat indah
namun aslinya menyesatkan.

Perlu diketahui bahwa hukuman bagi tukang sihir adalah


hukuman mati. Karena ia telah berbuat kafir terhadap Allah.

Dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam disebutkan,


Jauhilah tujuh dosa membinasakan. Dalam hadits tersebut
disebutkan bahwa di antaranya adalah sihir.

Seharusnya seorang hamba benar-benar bertakwa pada Allah,


jangan sampai ia terjerumus dalam perkara yang merugikan ia
di dunia dan akhirat.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga mengatakan, Hukuman
bagi tukang sihir adalah dibunuh dengan pedang. Namun yang
benar, hadits ini hanyalah perkataan Jundub.

Bajalah bin Ubadah mengatakan, Kami mendapati surat Umar


bin Khottob setahun sebelum wafatnya, yaitu beliau
memerintahkan untuk menghukum mati setiap tukang sihir
laki-laki dan perempuan.

Dari Abu Musa, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Ada tiga orang yang tidak masuk surga: peminum khamar,
orang yang memutus hubungan silaturahim (antar kerabat),
dan orang yang membenarkan tukang sihir (ramalan nasib).
(HR. Ahmad dalam musnadnya).

Dari Ibnu Masud secara marfu -sampai pada Nabi shallallahu


alaihi wa sallam-, Ruqyah (mantera-mantera sihir), tamimah
(jimat atau rajah), dan tiwalah (pelet) adalah kesyirikan. (HR.
Ahmad dan Abu Daud). Tiwalah adalah sejenis sihir yang
menyebabkan seorang wanita mencintai suami. Tamimah
adalah sesuatu yang digunakan untuk mencegah ain (penyakit
mata hasad atau dengki).

Demikian perkataan Adz Dzahabi dalam Al Kabair, hal. 20-21,


terbitan Darul Kutub Al Ilmiyyah.

Semoga bermanfaat.
Sunah terkait

Sebelum tidur

1. Baca Al mulk
2. Baca ayat kursi
3. Baca al ikhlas, al falaq, an nass

Sebelum Makan

1. Baca bismillah
2. Tangan kanan











Wahai anak, sebutlah nama Allah, dan makanlah
dengan tangan kananmu, serta makanlah yang ada di
hadapanmu. (HR. Bukhari no. 5376, Bab Membaca
Basmalah ketika Makan dan Makan dengan Tangan
Kanan; Muslim no. 2022, Bab Adab Makan-Minum dan
Hukumnya)

Dalam Shahih Muslim disebutkan sebuah riwayat,

























.
Jika seseorang di antara kalian makan, maka hendaknya
dia makan dengan tangan kanannya. Jika minum maka
hendaknya juga minum dengan tangan kanannya, karena
setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan
tangan kirinya pula. (HR. Muslim no. 2020, Bab Adab
Makan-Minum dan Hukumnya)

Dalam kitab yang sama disebutkan riwayat lainnya,






-

-





.




.

.








.
Ada seorang laki-laki makan di samping Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Lalu
Rasulullah bersabda, Makanlah dengan tangan
kananmu! Dia malah menjawab, Aku tidak bisa. Beliau
bersabda, Benarkah kamu tidak bisa? -dia menolaknya
karena sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa
sampai ke mulutnya. (HR. Muslim no. 2021)

3. Duduk
Sunah sebelum Tidur

Pertama: Tidurlah dalam keadaan berwudhu.

Hal ini berdasarkan hadits Al Baro bin Azib, Nabi shallallahu


alaihi wa sallam bersabda,




















Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah seperti
wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi kanan
badanmu (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

Kedua: Tidur berbaring pada sisi kanan.

Hal ini berdasarkan hadits di atas. Adapun manfaatnya


sebagaimana disebutkan oleh Ibnul Qayyim, Tidur berbaring
pada sisi kanan dianjurkan dalam Islam agar seseorang tidak
kesusahan untuk bangun shalat malam. Tidur pada sisi kanan
lebih bermanfaat pada jantung. Sedangkan tidur pada sisi kiri
berguna bagi badan (namun membuat seseorang semakin
malas) (Zaadul Maad, 1/321-322).
Ketiga: Meniup kedua telapak tangan sambil membaca surat Al
Ikhlash (qul huwallahu ahad), surat Al Falaq (qul audzu bi
robbil falaq), dan surat An Naas (qul audzu bi robbinnaas),
masing-masing sekali. Setelah itu mengusap kedua tangan
tersebut ke wajah dan bagian tubuh yang dapat dijangkau. Hal
ini dilakukan sebanyak tiga kali. Inilah yang dicontohkan oleh
Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana dikatakan oleh
istrinya Aisyah.

Dari Aisyah, beliau radhiyallahu anha berkata,















)
(


(

( )



)






















Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur
di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak
tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan
dibacakan Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash), Qul audzu
birobbil falaq (surat Al Falaq) dan Qul audzu birobbin naas
(surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak
tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau
dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau
melakukan yang demikian sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari no.
5017). Membaca Al Quran sebagaimana yang dicontohkan
oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam ini lebih menenangkan
hati dan pikiran daripada sekedar mendengarkan alunan musik.
Keempat: Membaca ayat kursi sebelum tidur.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata,





























.






















.




Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menugaskan aku
menjaga harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang
datang mencuri makanan namun aku merebutnya kembali, lalu
aku katakan, Aku pasti akan mengadukan kamu kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Lalu Abu Hurairah
radhiyallahu anhu menceritakan suatu hadits berkenaan
masalah ini. Selanjutnya orang yang datang kepadanya tadi
berkata, Jika kamu hendak berbaring di atas tempat tidurmu,
bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga oleh
Allah Taala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai
pagi. Maka Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Benar
apa yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu
syetan. (HR. Bukhari no. 3275)

Kelima: Membaca doa sebelum tidur Bismika allahumma


amuutu wa ahyaa.

Dari Hudzaifah, ia berkata,


















.













Apabila Nabi shallallahu alaihi wasallam hendak tidur, beliau
mengucapkan: Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan
nama-Mu, Ya Allah aku mati dan aku hidup). Dan apabila
bangun tidur, beliau mengucapkan: Alhamdulillahilladzii
ahyaana bada maa amatana wailaihi nusyur (Segala puji bagi
Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami,
dan kepada-Nya lah tempat kembali). (HR. Bukhari no. 6324)

Masih ada beberapa dzikir sebelum tidur lainnya yang tidak


kami sebutkan dalam tulisan kali ini. Silakan menelaahnya di
buku Hisnul Muslim, Syaikh Said bin Wahf Al Qohthoni.

Keenam: Sebisa mungkin membiasakan tidur di awal malam


(tidak sering begadang) jika tidak ada kepentingan yang
bermanfaat.

Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,




















Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membenci tidur
sebelum shalat Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya. (HR.
Bukhari no. 568)

Ibnu Baththol menjelaskan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam


tidak suka begadang setelah shalat Isya karena beliau sangat
ingin melaksanakan shalat malam dan khawatir jika sampai
luput dari shalat shubuh berjamaah. Umar bin Al Khottob
sampai-sampai pernah memukul orang yang begadang setelah
shalat Isya, beliau mengatakan, Apakah kalian sekarang
begadang di awal malam, nanti di akhir malam tertidur lelap?!
(Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 3/278, Asy Syamilah)

Semoga kajian kita kali ini bisa kita amalkan. Hanya Allah yang
beri taufik.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan


menjadi sempurna. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
: Penjelasan Hadits: Jangan Jadikan Rumah Kalian Sebagai
Kuburan

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, bahwa Rasulullah


Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

jangan jadikan rumah kalian sebagai kuburan, dan jangan


jadikan kuburanku sebagai Id, bershalawatlah kepadaku karena
shalawat kalian akan sampai kepadaku dimanapun engkau
berada

Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya (2042),


Imam Ahmad dalam Musnad-nya (8605), Ath Thabrani dalam Al
Ausath (8/81), dan yang lainnya.

Derajat hadits

Semua perawi hadits ini tsiqah kecuali Abdullah bin Nafi Al


Makhzumi, ia diperselisihkan statusnya. Ibnu Main
menganggapnya tsiqah, namun Al Bukhari berkata: ada
kekurangan pada hafalannya. Ibnu Hajar berkata: ia tsiqah,
shahihul kitab, namun hafalannya layyin (agak lemah). Maka
perawi yang demikian lebih tepat dihukumi shaduq, hasan
haditsnya, wallahu alam. Dan terdapat syawahid dari jalan Ali
bin Abi Thalib, Al Hasan bin Ali dan sahabat yang lain, sehingga
hadits ini terangkat menjadi shahih. Syaikhul Islam dalam Al
Iqtidha (2/169) mengatakan: hadits ini hasan dan memiliki
beberapa syawahid. Hadits ini dishahihkan Al Albani dalam
Shahih Abi Daud (2042).

Bahkan ashl hadits ini terdapat dalam Bukhari-Muslim, dari


Ibnu Umar radhiallahuanhuma, Rasulullah Shallallahualaihi
Wasallam bersabda







jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan
jadikan ia sebagai kuburan (HR. Al Bukhari no. 432, 1187,
Muslim no. 777)

Penjelasan Jangan Jadikan Rumah Kalian Sebagai Kuburan

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah


menjelaskan:
Para ulama berbeda pendpat mengenai makna jangan jadikan
rumah kalian sebagai kuburan dalam 2 pendapat:

Pendapat pertama: maknanya jangan kalian menguburkan


orang yang mati di sana (rumah). Dan ini sesuai dengan zhahir
hadits. Namun terdapat hadits lain yang menyatakan bahwa
Nabi Shallallahualaihi Wasallam dikubur di rumahnya. Ini
dijawab oleh para ulama dengan bahwasanya hal tersebut
adalah kekhususan bagi beliau.

Pendapat kedua: maknyanya janganlah kalian menjadikan


rumah kalian seperti kuburan, yang disana tidak dilaksanakan
shalat. Karena telah menjadi hal yang dipegang oleh para
ulama, bahwa di kuburan itu tidak boleh didirikan shalat.
Makna ini dikuatkan oleh riwayat dengan jalan yang lain:







jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan
jadikan ia sebagai kuburan
Kedua makna di atas benar. Karena menguburkan orang mati di
rumah adalah sarana menuju kepada kesyirikan. Karena
kebiasaan yang dipraktekkan sejak masa Nabi Shallallahualaihi
Wasallam hingga hari ini bahwa orang mati itu dikuburkan
bersama kuburan kaum muslimin yang lain. Dan juga bisa
memberikan kesusahan pada keluarga yang ditinggalkannya,
karena terkadang melihat kuburannya bisa membuat sedih
atau terkadang keluarganya tersebut mengeluarkan kata-kata
yang terlarang (contohnya: meratap berlebihan, minta doa,
minta hajat, tabarruk, tawassul, pent.). Dan ini semua tidak
sesuai dengan maksud syariat, yaitu bahwa kuburan
seharusnya menjadi pengingat akan akhirat.

Hadits ini merupakan dalil bahwa kuburan bukanlah tempat


untuk shalat. Karena menjadikan kuburan sebagai tempat
shalat merupakan penyebab kesyirikan.

Hadits ini juga merupakan dalil bahwa yang afdhal itu


seseorang shalat di rumahnya, maksudnya yaitu untuk seluruh
shalat sunnah. Berdasarkan sabda Nabi :




shalat yang afdhal bagi seseorang adalah di rumahnya, kecuali
shalat-shalat wajib (HR. Al Bukhari no. 7290)

kecuali shalat-shalat yang terdapat dalil dari syariat bahwa


pelaksanaannya dilakukan di masjid, seperti shalat kusuf, shalat
tawarih di bulan Ramadhan. Bahkan, walaupun berada di
Mekkah atau Madinah, shalat sunnah di rumah tetap lebih
afdhal berdasarkan keumuman hadits di atas. Dan Nabi
Shallallahualaihi Wasallam pun ketika mensabdakan demikian,
beliau berada di Madinah.

(Majmu Fatawa war Rasail, 2/235, Asy Syamilah)


AL-QURAN OBAT SEGALA PENYAKIT (bag. I)

by Anas Samosir | posted in: Agama Islam | 4

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Berikut ini adalah penjelasan (tafsir) Al-Quran yang tepat, baik,


dan benar tentang membaca ayat-ayat Al-Quran yakni firman-
firman Allah sebagai obat penyembuh segala penyakit bagi
orang-orang beriman.

Al-Quran Obat Segala Penyakit (bag. I)

diterjemahkan dari tulisan Asy-Syaikh Abdulloh bin Muhammad


As-Sadhan. Beliau berkata:

Pengobatan yang pertama dan utama adalah dengan Al-Quran,


baru kemudian dengan memakai obat-obatan lain, sekalipun
untuk penyakit-penyakit fisik. Tidak seperti yang dikira oleh
sebagian pelaku pengobatan Al-Quran yang mereka tidak
mengerti. Mereka katakan; jika penyakit seseorang bersifat
fisik maka hendaknya ia pergi ke rumah sakit, jika penyakitnya
bersifat psikis maka hendaknya ia pergi ke psikiater. Sedangkan
kalau penyakitnya bersifat rohani, maka obatnya adalah
diruqyah.
Dari mana mereka memperoleh pembagian seperti ini? Bahkan
Al-Qur`an adalah obat bagi hati sekaligus penyembuh untuk
badan. Alloh Subhanahu wa Taala telah berfirman:

Dan Kami menurunkan Al-Qur`an suatu yang menjadi


penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
(Quran Surah Al-Isra`: 82)

Cermatilah kata syifaa` dalam ayat di atas. Alloh Subhanahu wa


Taala tidak mengatakan dawa` (obat), karena yang namanya
syifa` (penyembuh) adalah hasil yang nyata. Sedangkan dawa`
(obat) itu mungkin dapat menyembuhkan, dan mungkin juga
tidak.ayat-ayat-al-quran-obat-penyembuh-segala-penyakit

Dalam kitab Zaadul Maaad, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah


rohimahulloh berkata:

Al-Quran adalah penyembuh yang sempurna dari seluruh


penyakit qolbu dan badan, dan dari segala jenis penyakit dunia
dan akhirat *[1]. Tapi tidaklah semua orang bisa menjadi ahli
dari pengobatan ini dan tidak pula setiap orang mendapatkan
taufiq untuk melakukan pengobatan dengan Al-Quran *[2].
Apabila seseorang yang sakit, melakukan pengobatan dengan
pengobatan Al-Quran secara baik dan benar, mengobati
penyakitnya dengan pengobatan ini disertai kejujuran dan
keimanan penerimaan yang sempurna, keyakinan yang
mantap serta memenuhi syarat-syaratnya, maka penyakit tidak
akan mampu mengalahkannya untuk selama-lamanya.

Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu dapat kuat melawan


perkataan Robb penguasa langit dan bumi, yang jikalau
perkataan (ayat-ayat)-Nya diturunkan kepada gunung-gunung
tentulah gunung-gunung tersebut akan hancur lebur?*[3] Atau
seandainya diturunkan kepada bumi niscaya bumi akan
terbelah! Tidaklah ada satu pun penyakit, baik penyakit qolbu
maupun penyakit badan, kecuali di dalam Al-Quran telah ada
petunjuk tentang cara pengobatannya, sebab-sebabnya, dan
juga tindakan-tindakan penjagaan diri dari penyakit tersebut
bagi orang yang telah Allah beri rezeki berupa pemahaman
(yang benar) terhadap kitab-Nya (Al-Quran).

Barang siapa yang tidak dapat disembuhkan dengan Al-Quran,


maka Allah Subhanahu wa Taala tidak akan menyembuhkan
penyakitnya. Dan barang siapa yang merasa tidak cukup diobati
dengan Al-Quran maka Allah Taala tidak akan membuatnya
cukup dengan obat-obatan yang lain. (Zadul Maad 4/352)

Dan ini harus disertai dengan keyakinan kuat dan prasangka


baik terhadap Alloh Taala. Karena salah satu syarat seorang
yang sakit dapat memperoleh manfaat dari suatu obat adalah
dengan menerima dan meyakini manfaat obat tersebut (Zadul
Maad 4/98). Tidak boleh seseorang hanya sekadar mencoba-
coba berobat dengan Al-Quran, karena perbuatan semacam ini
merupakan cacat dalam hal aqidah. Sebagai misal, seseorang
yang sekadar mencoba-coba berobat dengan air zamzam, tidak
akan memperoleh manfaat dari air tersebut. Jadi harus disertai
dengan keyakinan bahwa obat tersebut bermanfaat dengan
izin Alloh Taala.

(bersambung Insya Allah)

*[1] Penyakit dunia adalah penyakit yang dapat memberikan


mudhorot bagi si penderitanya di dunia, sedangkan penyakit
akhirat adalah penyakit yang dapat memberikan mudhorot bagi
si penderitanya di akhirat, -pent.

*[2] Tidaklah yang dimaksud adalah siapa yang memberikan


pengobatan tersebut (ustadz-kah, kyai-kah, bukan demikian),
akan tetapi dikarenakan pengobatan Al-Quran hanya
mempunyai manfaat yang besar jika pelakunya adalah
seseorang yang benar tauhidnya dan memenuhi syarat-syarat
yang akan dijelaskan pada bagian berikutnya, -pent.
*[3] Terdapat dalam ayat Al-Qur`an surat Al-Hasyr ayat ke-21,
yang artinya: Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini
kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk
terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia
supaya mereka berfikir.

*) Dapat kita simpulkan pengobatan dengan AlQuran adalah


termasuk dengan membaca Al-Quran, mempelajarinya,
memahami, menerimanya, dan sungguh-sungguh
mengamalkan isi AlQuran. Keajaiban Quran hanya didapat
dengan cara demikian karena Quran adalah petunjuk hidup dari
Allah, Robb seluruh alam, untuk diamalkan pelajaran-pelajaran
yang ada di dalamnya. Wallahu alam. (Anas_Samosir)
Berikut ini adalah lanjutan bagian ke II dari tulisan sebelumnya
berjudul Al-Quran Obat Segala Penyakit yang diterjemahkan
dari tulisan karya Asy-Syaikh Abdullah bin Muhammad As-
Sadhan. Beliau berkata:

Pembicaraan mengenai pengobatan menggunakan Al-Quran


untuk penyakit fisik sangatlah panjang. Tetapi nanti saya hanya
akan menyebutkan beberapa contoh.

Ada beberapa penyakit baik yang berhubungan dengan organ


fisik maupun kejiwaan yang syaitan mempunyai peran besar
dalam memperparah penyakit tersebut. Hal yang demikian itu
karena syaitan dapat mengendalikan (mempengaruhi) aliran
darah manusia. Nabi shallallahualaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya syaitan berjalan dalam tubuh anak Adam


melalui aliran darah. (Muttafaqun alaihi / Hadits Shahih
Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Di antara dampak yang ditimbulkan oleh ulah syaitan tersebut


adalah kemarahan, yang merupakan pangkal mula sekian
banyak penyakit. Oleh karena itulah Nabi shallallahualaihi wa
sallam memberi nasihat kepada seorang laki-laki yang berkata:
Berilah aku wasiat. Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersabda:

Janganlah engkau marah!


Kemudian laki-laki tersebut mengulangi (permintaannya)
beberapa kali. Rasul shallallahualaihi wa sallam menjawab
(lagi):

Janganlah kau marah! (HR. Al-Bukhari 10/519)

Dampak marah bagi tubuh sangatlah jelas: Luka pada lambung,


dan rasa panas yang menyertainya, begitu juga penyakit-
penyakit saraf muncul akibat rasa marah yang begitu kuat.
Kemudian diabetes pada sebagian orang terjadi akibat
kegelisahan yang disebabkan oleh kemarahan. Dan sejumlah
penyakit dalam lainnya, juga penyakit-penyakit kepala, seperti
sakit kepala yang akut, tersumbatnya pembuluh darah ke otak,
serta lumpuh yang datang secara tiba-tiba, penyakit-penyakit
jantung serta penyakit dada dan sebagainya.

Kemunculan dan kenaikan tingkat keparahannya sangat


dipengaruhi oleh rasa marah seseorang. Kemarahan
merupakan pangkal dari semua keburukan, dan kemarahan itu
penyebabnya dari syaitan sebagaimana Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:

Dan ingatlah tentang hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru


Robb-nya: Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan
kepayahan dan siksaan. (QS. Shaad: 41)
Sampai dikatakan bahwa Nabi Ayyub alaihissalam ditimpa
dengan seluruh penyakit jasmani dan rohani. Perkataanya
, yakni beliau (Nabi Ayyub alaihissalam) ditimpa dengan
kepayahan dan kepedihan dikarenakan penyakit fisik beliau,
dan juga ditimpa siksaan batin. Semua keburukan itu beliau
nisbahkan kepada setan, karena setan adalah sumber
(penyebab) keburukan. Ini juga demi menjaga adab kepada
Allah Subhanahu wa Taala. (Al-Mujamul Mufahros li Alfaadhil
Qur`anil Karim, karya Hasan Ali Karimah hal. 132)

Alhamdulillah, pengobatan dengan metode ruqyah sudah


digunakan untuk menanggulangi banyak penyakit, khususnya
penyakit-penyakit kronis yang boleh jadi disebabkan oleh
setan. Seperti penyakit kanker, pembuluh darah tersumbat,
maag kronis, lumpuh kaki dan tangan, mandul, diabetes,
penyakit jantung, dan lainnya. Penyakit-penyakit tersebut telah
dapat disembuhkan dengan karunia dan anugrah dari Allah
Subhanahu wa Taala.

Contoh penyakit fisik lainnya adalah haid yang tidak teratur


pada sebagian wanita, entah itu dengan terlambatnya waktu
haid, atau dengan lamanya waktu haid tanpa sebab yang jelas,
yang biasanya disebabkan oleh jin. Hal seperti itu pernah
ditanyakan sampai dua kali kepada Rasul shallallahualaihi wa
sallam, maka jawaban Rasulullah yang pertama adalah:

Itu adalah urat darah (yang pecah). (HR. Abu Dawud no. 286)

Sedangkan jawaban yang kedua adalah ketika beliau ditanya


oleh Hamnah binti Jahsyin radhiyallahuanha. Hamnah berkata:
Aku pernah mengalami haid yang sangat berlebihan, maka
Nabi shallallahualaihi wa sallam berkata:

Sesungguhnya itu adalah akibat hentakan yang dilakukan


syaitan.

(Diriwayatkan oleh Tirmidzi, dan beliau (Tirmidzi) berkata:


hadits hasan shahih. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi karya Syaikh
Al-Albani 1/40)

Jadi setan berusaha untuk memperpanjang masa haid seorang


wanita, dengan cara menghalangi sebagian darah yang akan
keluar. Kemudian dia mengalirkan darah haid tersebut ketika
masa haid (yang biasanya) telah selesai, sehingga wanita
tersebut tidak mengerjakan shalat atau membaca Al-Qur`an
(dengan tidak menyentuhnya). Atau dengan melukai tempat
haid itu sendiri sehingga seorang wanita menjadi ragu, dan
tidak bisa membedakan antara darah haid dan yang bukan,
kemudian ia pun tidak mengerjakan shalat.

(Bersambung, Insya Allah)

.
.

Sedikit tambahan dari pemilik situs resepObatmahal.com


(anas_samosir), ini adalah mujizat yang diberikan Allah kepada
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam yaitu Al-Quran. Ini
adalah keajaiban Al-Quran.

Mengenai setan yang menyusup lewat aliran darah manusia,


masing-masing manusia pasti digoda/dibisiki waswas oleh
setan yang menemani setiap saat dan menyusup lewat aliran
darah orang yang bersangkutan. Setiap orang punya
pendamping dari kalangan jin yang menemaninya,
termasuk Rasulullah shallallahualaihi wa sallam, tetapi jin yang
mendampingi Nabi Muhammad shallallahualaihi wa sallam
masuk Islam dan tidak menyuruh/membisiki beliau untuk
mengerjakan kejelekan. Saya pernah membaca haditsnya.

Kemudian saya (anas_samosir) juga pernah membaca


penjelasan faidah dari seorang ulama seingat saya Ibnul
Qayyim Al-Jauziyyah, beliau mengatakan bahwa di antara
hikmah / manfaat berpuasa adalah mempersempit aliran darah
yang akan berakibat menyempitkan ruang gerak setan musuh
setiap manusia. Wallahu alam. (Anas_Samosir)
Berikut ini adalah sambungan dari tulisan yang saya tampilkan
sebelumnya berjudul Al-Quran Obat Segala Penyakit bagian I
dan bagian II.

Diterjemahkan dari tulisan karya Asy-Syaikh Abdullah bin


Muhammad As-Sadhan. Beliau berkata:

Begitu juga penyakit lumpuh. Jin menahan bagian tubuh yang


terkena lumpuh pada sebagian orang, sehingga bagian tersebut
tidak dapat digerakkan. Itu juga disertai dengan beberapa
gejala lain, di antaranya: depresi sekaligus rasa sesak dan
pusing yang terus menerus.

Jika dibacakan ruqyah pada bagian tubuh yang lumpuh, orang


tersebut merasakan kesemutan. Adapun jika dia tidak
merasakan kesemutan berarti jin telah meninggalkan tempat
tersebut setelah merusak organ tubuh yang ditempatinya, dan
tubuh orang yang sakit tersebut tetap dalam keadaan lumpuh
untuk jangka waktu yang lama.

Keadaan seperti ini cukup sulit untuk disembuhkan, sehingga


memerlukan kesabaran dan pembacaan ruqyah secara terus-
menerus dengan niat supaya mendapatkan kesembuhan dari
Allah Subhanahu wa Taala.
Contoh lain, penyakit pada sistem pencernaan makanan, urat
saraf, atau tulang. Maka cara pengobatannya adalah dengan
cara si penderita sakit meletakkan tangannya di atas bagian
tubuh yang terasa sakit sambil berdoa mengucapkan:

( (

Bismillaah, Bismillaah, Bismillaah.

Arti: Dengan Nama Allah, Dengan Nama Allah, Dengan Nama


Allah

Auudzu bi qudrotillaahi wa izzatihii min syarri maa ajidu wa


uhaadzir. (7x)

Arti: Aku berlindung dengan kekuatan dan keagungan Allah


dari kejelekan yang aku dapati dan aku khawatirkan.

Dibaca sebanyak 7 (tujuh) kali. (HR. Muslim 14/189)

Maka dengan izin Allah Taala rasa sakit itu akan hilang.

-
Sumber disadur dari Kaifa Tualiju Maridhoka bir Ruqyah asy-
Syariyyah

Sumber bacaan lainnya:

Al-Ilaaj war Ruqa minal Kitab was Sunnah (edisi terjemahan


Bahasa Indonesia);

karya Syaikh Said bin Ali bin Wahf Al-Qohthoni

penerjemah: Ummu Abdillah Shofa` Al-Atsariyyah

Majalah Jurnal Asy-Syifa

Ditulis kembali oleh Anas_Samosir resepOBATmahal.com


Fatwa Lajnah Daa-imah tentang Ruqyah

5 Desember 2014 jam 10:29


) 1 : (72 :

) ( 18450

:
:



. : :
.

:

.

S : Banyak pada hari ini klaim-klaim pengobatan dari selain


tabib/dokter yang terpercaya dari kementrian kesehatan.
Dalam rangka melihat bahayanya mereka kepada aqidah islam.
Maka saya berharap untuk mengetahui bagaimana pandangan
agama islam yang lurus dalam masalah "Orang yang mengklaim
bahwasanya dia mengobati manusia dengan Al Qur'an dan
Sunnah dengan memeriksa orang yang sakit baik laki-laki
maupun wanita. Mendiagnosa penyakitnya dan memberikan
langkah-langkah pengobatannya. Membacakan AL Qur'an
untuk mereka di air dan madu dan selainnya, dalam keadaan
bisa jadi mereka tidak mengetahui ushuluddiin atau bagaimana
cara mengambil dalil dari Al Qur'an dan Sunnah. Sebagai
contoh : Aku mendengar kaset [rekaman] dari salah seorang
Masyaikh mengatakan : Sesungguhnya pengobatan al qalaq
(kegelisanan/cemas/tidak tenang) adalah dengan membaca Al
Qur'an setiap hari satu juz dan tafsirnya dari Ibn Katsir.".

Bagaimana bisa asal pengobatan ini diambil dari Al Qur'an dan


Sunnah?

J : Ruqyah kepada orang yang sakit baik badan atau jiwanya


atau ain, sihir dan selainnya, maka tidak mengapa jika dari Al
Qur'an dan Doa-doa yang shahih. Dan jika hal itu dilakukan dari
orang yang memahami Aqidah yang lurus, dan berpegang
teguh pada syari'at, begitu juga mengetahui ilmu pengobatan
yang terkhusus pada pengobatan yang mubah.

( : :

1- .

2- .

3- .
( )
: : :
:
.
: :
: : . :
.


. ) .

Al Hafizh ibn Hajar rahimahullah berkata :

Para ulama telah BERSEPAKAT atas bolehnya ruqyah ketika


terkumpul tiga syarat :

1. Haruslah dari Kalamullah atau nama-nama-Nya, sifat-sifat-


Nya

2. Menggunakan bahasa arab atau bahasa lain yang bisa


dipahami maknanya.

3. Berkeyakinan bahwa ruqyah tidaklah bisa bermanfaat


menyendiri melainkan atas ijin Allah.

Kemudian para ulama berbeda pendapat dengan pernyataan


"syarat", dan yang rajih [menurut lajnah -pent] hal itu tetap
dianggap sebagai syarat.

Dalam Shahih Muslim dari Hadits Auf ibn Maalik radhiyallahu


anhu berkata : Dahulu kami meruqyah di masa Jahiliyyah, maka
kami berkata : Wahai Rasulullah, bagaimana dengan hal
tersebut? Nabi membalas : Perlihatkan padaku ruqyahmu, tidak
mengapa selama di sana tidak ada kesyirikan.

Ada juga hadits Jabir : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam


melarang dari ruqyah, maka datanglah keluarga Amr ibn Hazm
berkata : Wahai Rasulullah, kami telah memiliki ruqyah yang
digunakan untuk [sengatan] kalajengking. Maka diperlihatkan
ruqyah tersebut pada Nabi shallallahu alaihi wasallam dan
beliau bersabda : Tidak mengapa, barang siapa yang dapat
memberikan manfaat pada saudaranya maka lakukanlah. Dan
sebagian orang berpendapat dengan hadits tersebut secara
umum dan membolehkan segala jenis ruqyah yang bermanfaat
meskipun maknanya tidak diketahui. Akan tetapi hadits Auf
menunjukkan bahwa bagaimanapun ruqyah yang menjurus
kepada kesyirikan dan tidak diketahui arti/maknanya [alias :
jampi-jampi -pent] -ruqyah tersebut tidak aman dan bisa jadi
mengantarkan kepada syirik- maka hal dilarang dalam rangka
ikhtiyaath (berhati-hati). Sedangkan syarat akhir maka itu
wajib. selesai.

*Penulis : "Mafhum kalaam, bahwa pembolehan segala jenis


ruqyah ini dibatasi selama tidak mengandung kesyirikan dan
makna/artinya diketahui.

Artinya selama dia menggunakan ayat-ayat, doa-doa, baik


bahasa arab/atau bahas Indo, atau doa sendiri dengan bahasa
arab atau indo [alias tidak manqul] itu boleh.

(74 : 1 : )

(195 / 10 ).

.


-
:
:
.



:
: .
:
.

Adapun yang tidak diketahui makna/artinya meski tidak


mengantarkan kepada kesyirikan maka dia akan membuka
pintu magic dan membolehkan amalan-amalan tukang sihir,
mubtadi'iin dan ahli khurofat. Adapun orang yang mengklaim
mengetahui ilmu ghoib dan mampu menghadirkan jinn dan
yang semisalnya dari praktek magic atau orang majhul yang
tidak tahu keadaannya ataupun cara pengobatannya, Maka
tidak boleh mendatanginya ataupun meminta
bantuannya/bertanya padanya, [sejatinya] mereka tidak
memiliki pengobatan. Hal itu berdasar pada sabda Nabi
shallallahu alaihi wa sallam : Barang siapa yang mendatangi
tukang ramal dan dia bertanya padanya tentang sesuatu, maka
sholatnya tidak diterima selama 40 malam, dikeluarkan oleh
Muslim. Dan sabda Nabi shallallalhu alaihi wasallam : Barang
siapa mendatangi tukang nujum atau dukun dan dia
membenarkan apa yang mereka katakan, maka dia telah kafir
terhadap apa yang diturunkan pada Muhammad shallallahu
alaihi wasallam, diikeluarkan oleh Ahmad dan para imam sunan
dengan isnad yang jayyid. Dan semua hadits lain dalam bab ini
semuanya menunjukkan pengharaman bertanya pada tukang
ramal, dukun dan membenarkannya. Merekalah yang
mengklaim mengetahui ilmu ghoib, meminta tolong pada jin
atau pada amalannya terdapat penyimpangan-penyimpangan
lain.............
) 1 : (75 :

:

. ...

" :
" :
.
: :
. . () .


. :

"
.

Dan dahulu Nabi shallalllahu alaihi wasallam acap kali


meruqyiah sahabat-sahabatnya. Di antaranya dengan doa :

'Rabbunallahu fis samaa', taqaddasa ismuk, amruka fis-samaa


wal ardh, rahmatuka fis-samaa, faj'al rahmatak fil ardh..., anzil
rahmatan min rahmatik, wa syifaa'an min syifaa-ika alal waj'i
'fayabra

Dan diantara doa yang masyruu' : Bismillahi arqiik, min kulli


daa-in yu'dziik, wa min kulli nafsin au 'ain haasidin, Allahu
yasyfiik, bismillahi arqiik.
Juga : Allahumma rabban naas adzhibil ba's, wasyfi antasy
syaafi laa syifaa-a illaa syifaa'uk, syifaa'an laa yughoodiru
saqomaa.

Juga : dengan meletakan tangan ketempat yang sakit yang


dirasakan, dan membaca : Bismillah 3x, Audzubillah wa
qudratih min syarri maa ajid wa uhaadzir 7x. (HR Muslim).

Begitu juga yang lain. Adapaun menulis ayat-ayat dan dzikir-


dzikir dan menggantungkannya/mengkalungkannya pada orang
yang sakit pada tidak boleh menurut pendapat yang benar.
Karena Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang hal tersebut :
"Sesungguhnya ar ruqaa tamiimah dan taulah adalah syirik."
Dan dikecualikan dari hadits itu jenis ruqyah yang dibolehkan
oleh syara'.

Adapun meludah di air, maka kalau maksudnya untuk tabarruk


dengan ludah orang yang meludah maka dia haram, termasuk
sarana-sarana kesyirikan. Karena ludah manusia tidaklah ada
barakoh dan sifat penyembuhan, dan tidak ada yang boleh
ditabarruk-i ludahnya kecuali Nabi shallallahu alaihi wasallam.

(76 : 1 : )

:

"" :

:
.


.

.




: :
.

Adapun meludah dengan liur bersama iringan membaca Al


Qur'an dan doa-doa seperti : Membaca Al Fatihah [dan
meludahkannya]. Dan Al Fatihah adalah bacaan yang paling
ampuh untuk meruqyah penyakit, maka hal itu tidak mengapa.
Dan benar sahabat-sahabat Nabi telah melakukan hal itu ketika
meruyah al ladiigh (sengatan) maka Allah menyembuhkannya.
Maka mereka mengabarkan pada Nabi shallallahu alaihi
wasallam dan mentaqrirnya, beliau berkata : Kalian benar".
Maka itu mujarab dan naafi' bi idznillah. Dan dahulu Nabi
shallallahu alaihi wasallam meludah ke tangannya ketika
hendak tidur dengan : Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas,
mengusapkannya ke wajah dan semua yang bisa dijangkau di
badan 3x.

Adapun yang ditanyakan di atas oleh penanya bahwa obat al


qalaq itu membaca satu juz dan tafsirnya dari Ibn Katsir maka
tidak ada asalnya. Akan tetapi Al Qur'an semuanya bisa
digunakan untuk meruqyah dan bermanfaat dengannya.
Adapun mengkhususukan ayat tertentu untuk meruqyah
penyakit tertentu tanpa dalil maka itu tidak boleh [misal : sakit
A bacanya ayat A, sakit B baca sakit B -pent].

Al Qur'an seluruhnya baik, semuanya syifa' untuk kaum yang


beriman. Dan wajib untuk diperhatikan bahwa Al Qur'an
tidaklah diturunkan semata-mata untuk menjadi obat penyakit
badan. Akan tetapi diturunkan untuk perkara yang besar dan
agung. Sebagai peringatan dan petunjuk kepada jalan Allah
yang lurus, sebagai hakim terhadap apa yang diperselisihkan,
sebagain pelarang dari jalan kekufuran. Maka Al Qur'an dengan
hal ini, Allah berikan manfaat dengannya kepada para
hambanya yang periman terhadap penyakit badan/jasmani
dan batin/rohani, Sebagaimana Allah berfiriman :

"Katakanlah pada orang-orang yang beriman dia adalah


petunju dan obat."

"Dan Kami turunkan dari semua jenis Al Qur'an syfifa' dan


rahmat bagi kaum mukmin dan tidaklah bertambah bagi orang
yang zholim kecuali kerugian.

Billahittaufiiq.

Lajnah Daa-imah

Ketua : Ibn Baz

Wakil Ketua : Abdul Aziiz Alu Syaikh

Anggota : Shalih Al Fauzan, Bakr Abu Zaid


http://www.alifta.net/fatawa/fatawaDetails.aspx?View=Page&
PageID=10517&PageNo=1&BookID=3&languagename=

Penulis : "Perhatikan, bahwa illah pembolehan ruqyahnya


bukan taqrir Nabi shallallahu alaih wasallam, karena dalam
kisah tersebut mereka melakukan ijtihad ruqyah, dan baru
mengabarkan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Seandainya pembolehan ruqyah itu perkara tawaqquf pada
taqrir/diperlihatkannya kepada Nabi niscaya mereka tidak
melakukan ruqyah. Demikian juga kisah-kisah dalam hadits lain
yagn menunjukkan bahwa mereka meruqyah dahulu sebelum
diperlihatkan Nabi, semisal hadits Syifaa', hadits Auf, dan hadits
Jabir. "

Menanggapi pertanyaan sebagaian sahabat saya al fudhola al


a'izzaa al ahibbaa' : "Mungkin suatu saat ada ruqyah disniper,
dibazooka"

Maka saya penulis dengan kerendahannya menjawab : "Bahwa


dalam pengobatan tidak ada niatan untuk main-main atau
sekedar iseng. Mereka berusaha keras mencari cara apa yang
bisa dilakukan untuk mengobati orang yang sakit. Kalau
niatannya sendiri hanya untuk main atau iseng niscaya bacaan
Al Qur'an pun tidak akan berpengaruh pada jin pengganggu, itu
jika bacaan Al Qur'an semata, apalagi hanya sekedar gerakan
gerakan dengan niatan main-main.
Saudaraku yang saya muliakan, sebelum melanjutkan pertama
apakah engkau (saudaraku) percaya kita bisa mengetahui jin
kesakitan dari perilakunya?

Kalau engkau tidak mempercayainya maka silahkan bacakan Al


Qur'an dengan niatan sekedar baca dan selanjtunya niatkan
untuk mengusir jin tersebut? Apakah terdapat perilaku pada
perubahan jinnya? Apakah teriakan, erangan jin dengan
kepanasan, minta ampunnya, bukan merupakan indikator
mengetahui efektifnya ruqyah?

Kalau hal-hal tersebut bukan indikator efektifnya ruqyah maka


kita tidak akan tahu kapan itu berhasil atau tidak toh semuanya
ghoib, tentu saja hal ini hanya dapat dilaksanakan di medan.

Namun jika tidak, bukankah tidak samar lagi kita ketahui


beberapa ayat lebih ampuh membuat jin 'mengerang disertai
pergerakan tubuh' dibanding ayat lain? Darimanakah hal itu
kita ketahui? Apakah ada sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam
yang membeda-bedakan ayat A dan ayat B, atau memang
melalui usaha dan upaya mencoba kita dengan berbagai ayat
sehingga kita tahu bahwa ayat ini dan ayat itu sepertinya
sangat efektif? Kalau iya dengan mencoba, maka dengan
demikian secara tidak langsung kita membenarkan bahwa
ruqyah bisa dilihat efektifasnya melalui tajribah. Tentu saja
tajribah yang masih dalam lingkup dibolehkan syari'at
memenuhi syaratnya, sebagaimana penjelasan di atas.

Apakah ikhwah kita (kalau masih dianggap ikhwah), para


praktisi tersebut tidak menggunakan Al Qur'an? atau tidak
menggunakan Nama dan Sifat Allah? atau tidak menggunakan
doa? atau malah menggunakan jampi atau mantra yang tidak
diketahui maknanya? apakah mereka berkeyakinan
penyembuhnya adalah diri mereka/ruqyahnya? Apakah ruqyah
mereka terdapat kesyirikan? ataukah mengantarkan kepada
kesyirikan? Kalau semuanya tidak demikian, maka terpenuhilah
syarat sahnya ruqyah di atas.

Adapun pertanyaan yang nyleneh dan sejenisnya, maka tidak


selayaknya diajukan, karena sampai sekarang juga tidak ada
yang berusaha untuk menjadi aneh sendiri. Kalaupun masih
tetap iseng pengen tahu, maka monggo dicobi mawon (dicoba
sendiri :)), kalau efektif kan bisa diberitahu ke yang lain,
manfaat malah ndak perlu 'bertengkar' lagi, kalau ndak ya
berarti ndak efektif (itu kalau percaya bahwa di sana ada
indikator diketahuinya efektif tidaknya ruqyah).

Mudah-mudahan jawaban ini lebih melegakan. :)"

Salam untuk teman-teman dan keluarga anda :)

Akhuukum fillah
Rukun-rukun Kekufuran:


:
Rukun kufur itu ada 4.
Artinya, kebanyakan 4 perkara ini yang menyebabkan seseorang kufur
kepada Allah.



1. Sombong,
2. Dengki,
3. Marah,
4. Syahwat.

Sombong mencegah seseorang untuk tunduk kepada Allah.


Karena, kalau kita perhatikan orang-orang yang sombong yang tidak mau
tunduk kepada Allah itu akibat dari kesombongan mereka, seperti Firaun
yang sombong kepada Allah, juga Abu Jahal dan Abu Lahab yang sombong
kepada Allah.



Dan penyakit hasad / dengki itu mencegah untuk menerima nasihat.


Dan marah mencegah ia berbuat adil.

.
Dan penyakit syahwat mencegah ia untuk bersungguh-sungguh dalam
beribadah kepada Allah.

Apabila telah hancur rukun sombong, maka akan mudah bagi dia untuk taat
dan tunduk kepada Allah.

Dan apabila telah hancur rukun kedengkian, maka akan mudah bagi dia
untuk menerima nasihat dan kritikan (yang bermanfaat bagi dirinya).




Dan apabila telah hancur rukun kemarahan, maka akan mudah bagi dia
berbuat adil dan bertawadhu.




.
Dan apabila telah hancur rukun syahwat, maka akan mudah bagi dia untuk
bersabar, memelihara kehormatan diri, dan terus-menerus beribadah kepada
Allah.
Read more: http://www.radiorodja.com/rukun-rukun-kekufuran-sombong-
dengki-marah-dan-syahwat-kitab-fawaidul-fawaid-ustadz-abu-yahya-
badrusalam-lc/#ixzz3OD9Xxkdd

You might also like