You are on page 1of 6

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN PEMAHAMAN KONSEP


KIMIA PADA MATERI REAKSI REDOKS DI KELAS X MIA SMA NEGERI 2 KOTA
JAMBI

DI AJUKAN OLEH :
DEWI MAYA SARI
A1C111015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JAMBI
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk berbudaya yang dinamis. Salah satu wujud kebudayaan
manusia yang dinamis dan senantiasa sarat dengan perkembangan adalah bidang pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan
masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan yang baik dapat menciptakan dan
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Karakteristik dalam kurikulum 2013 dimana siswa didorong menjadi lebih aktif dari
siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu. Kurikulum 2013 ini juga menggunakan
pendekatan ilmiah dalam hal ini mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran yang berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Hal ini sesuai untuk diterapkan dalam mata
pelajaran kimia.
.Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA. Oleh karena itu, kimia mempunyai
karakteristik sama dengan IPA, meliputi objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta
kegunaannya.Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan
bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan,
dinamika, dan energetika zat. Pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman
belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah.
Sikap ilmiah dapat diartikan sebagai sikap yang memiliki perhatian besar terhadap ilmu
pengetahuan atau kebiasaan berpikir ilmiah (Mulyati Arifin (1995 : 177). Pembelajaran sains
diharapkan dapat mengembangkan sikap ilmiah (scientific attitude) seperti sikap ingin tahu
(curiosity), kebiasaan mencari bukti sebelum menerima pernyataan (respect for evidence), sikap
luwes dan terbuka dengan gagasan ilmiah (flexibelity), kebiasaan bertanya secara kritis (critical
reflection) dan sikap peka terhadap mahluk hidup dan lingkungan sekitar (sensitifity to living
things and environment). Dengan demikian, sikap ilmiah belajar menjadi salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas.
Berdasarkan hasil observasi selama melaksanakan kegiatan Praktek Pengalaman
Lapangan (PPL) dan wawancara dengan guru kimia di kelas X,SMA Negeri 2 Kota Jambi,
merupakan sekolah yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Namun dalam setiap proses
pembelajaran, esensi pendekatan ilmiah masih belum diterapkan. Guru masih cenderung
menggunakan proses pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher
centered approach). Dengan pendekatan yang diterapkan oleh guru tersebut, menyebabkan
masih belum tercapainya efektivitas pembelajaran kimia di kelas X MIA SMAN 2 Kota Jambi.
Untuk menerapkan pendekatan ilmiah pada setiap proses pembelajaran dibutuhkan suatu
model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pendekatan ilmiah. Penggunaan model
pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa senang peserta didik terhadap
pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, dan
memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan
mereka mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Salah satu alternatif yang dipandang mampu meningkatkan pemahaman konsep,
keterampilan berpikir kritis, bekerja secara aktif dan kolaboratif siswa dalam pembelajaran kimia
adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Dalam model ini, siswa
dituntut aktif dalam memecahkan suatu masalah. Model ini bercirikan penggunaan kehidupan
nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan meningkatkan
keterampilan berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah,serta mendapatkan pengetahuan
konsep-konsep penting.
Reaksi reduksi oksidasi adalah bahasan materi kimia kelas X adalah yang memiliki
karakteristik gejalanya bersifat konkrit, dan konsepnya bersifat abstrak, menggunakan hitungan
matematis logis, memerlukan hafalan simbolik, pemahaman, terapan dan peristiwa yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak peristiwa yang berkaitan dengan reaksi redoks yang
harus dihadapi peserta didik untuk dicari, diidentifikasi sebab, dirumuskan masalahnya,
dianalisis untuk membuat keputusan, dan berusaha untuk mendapatkan solusi pemecahan
masalahnya
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk memilih judul Pengaruh Penerapan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
dan Pemahaman Konsep Pada Materi Reaksi Redoks di Kelas X MIA SMA NEGERI 2
KOTA JAMBI.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti yaitu :

1.Bagaimana pengaruh model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) terhadap hasil


belajar dan sikap Ilmiah pada materi reaksi redoks di kelas X MIA SMAN 2 Kota
Jambi Tahun Ajaran 2014/2015 ?

2.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk mengetahui adanya
peningkatan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran
group investigation terhadap hasil belajar pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit di kelas
X IPA SMA.N 4 Kota Jambi.

1.4 Hipotesis penelitian


Berdasarkan masalah yang diajukan, hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini
adalah :

= Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran group investigation terhadap


hasil belajar pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit di kelas X IPA SMA.N 4
Kota Jambi.

= Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran group investigation terhadap hasil


belajar pada materi larutan elektrolit dan nonelektrolit di kelas X IPA SMA.N 4 Kota
Jambi.

Dapat dirumuskan dalam hipotesis statistik :


0 = 1 = 2
1 = 1 > 2
= penerapan model group investigation dalam pembelajaran.
= penerapan model pembelajaran konvensional (direct instruction) dalam pembelajaran.

1.5 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pihak yang
terkait, yaitu:
a. Bagi siswa : Membantu meningkatkan hasil belajar siswa dan sarana untuk mengaktifkan
diri dalam proes belajar mengajar.
b. Bagi guru : Membantu guru dalam menemukan model pembelajaran yang tepat pada
materi-materi tertentu serta serta meningkatkan kreativitas guru dalam proses
pembelajaran
c. Bagi sekolah : Memberikan sumbangan pemikiran yang bearti bagi perbaikan kualitas
pembelajaran dan mutu sekolah melalui peningkatan prestasi siswa dan kinerja guru.

1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian


Ruang lingkup penelitian ditujukan agar penelitian lebih terfokus dan untuk menghindari
perbedaan pengertian dalam penelitian. Adapun ruang lingkup dan keterbatasan penelitian maka
penulis membatasi penelitian sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup
a. Penelitian dilakukan di kelas X MIA SMAN 2 Kota Jambi Tahun Ajaran
2014/2015.
b. Sebagai kelas eksperimen yaitu kelas X MIA 1.
c. Sebagai kelas control yaitu kelas MIA 2.
d. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model Pembelajaran Berbasis Masalah
e. Pokok bahasan yang digunakan yaitu Reaksi Reduksi Oksidasi.
2. Keterbatasan Penelitian
Penulis hanya meninjau kemampuan memcahkan masalah dan penguasaan
konsep.
1.7 Defenisi Operasional
Pemahaman Konsep diartikan sebagai mengerti benar atau tahu benar. Jadi,
pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk mengerti benar
atau mengetahui benar. Seseorang dapat dikatakan paham mengenai sesuatu
apabila orang tersebut sudah mengerti benar mengenai hal tersebut.

Pemecahan Masalah adalah bagian dari proses berpikir. pemecahan masalah telah
didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi
dan kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar
PBL : merupakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning). Dalam model ini, siswa dituntut aktif dalam memecahkan suatu
masalah. Model ini bercirikan penggunaan kehidupan nyata sebagai sesuatu yang
harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir
kritis sekaligus pemecahan masalah,serta mendapatkan pengetahuan konsep-
konsep penting.

You might also like