Professional Documents
Culture Documents
Dermatitis - Irma Sari Muliadi - Kulit Rsud Bekasi
Dermatitis - Irma Sari Muliadi - Kulit Rsud Bekasi
Pembimbing:
DR. SHINTA, SP.KK
IRMA SARI MULIADI
41151096100088
FK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DEFINISI
Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan
atau faktor endogen kelainan klinis berupa:
eoresensi polimork (eritema, edema, papul,
vesikel, skuama, likenikasi)
keluhan gatal.
DermaTTs cenderung residif dan menjadi
kronik.
SINONIM
Ekzem
ETIOLOGI
Eksogen: misal bahan kimia (contoh: detergen,
asam, basa, oli, semen), sik (sinar, suhu),
mikroorganisme (bakteri, jamur)
Endogen: dermaTTs atopik
GEJALA KLINIS
Pada umumnya penderita mengeluh gatal, kelainan kulit
bergantung stadiumnya, batas sirkumskrip, dapat pula
difus, penyebarannya dapat setempat, generalisata, dan
universalis
qPada stadium akut: eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi, dan eksudasi, sehingga tampak basah
(madidans)
qStadium subakut: eritema dan edema berkurang,
eksudat mengering menjadi krusta
qStadium kronis: lesi tampak kering, skuama,
hiperpigmentasi, papul dan likenikasi, didapatkan
juga erosi dan ekskoriasi karena garukan
NOMENKLATUR DAN KLASIFIKASI
Berdasarkan eTologi: dermaTTs kontak,
radiodermaTTs, dermaTTs medikamentosa
Berdasarkan morfologi: dermaTTs papulosa,
dermaTTs vesikulosa, dermaTTs madidans,
dermaTTs eksfoliaTva
Berdasarkan bentuk: dermaTTs numularis
Berdasarkan lokalisasi: dermaTTs tangan,
dermaTTs intertriginosa
Berdasarkan stadium penyakit: dermaTTs akut,
dermaTTs kronis
HISTOLOGI
v Stadium akut: kelainan di epidermis berupa spongiosis, vesikel atau bula, edema intrasel, dan
eksositosis terutama sel mononuklear. Dermis sembab, pembuluh darah melebar, sebukan
sel radang terutama sel MN, kadang eosinol ditemukan
v Stadium subakut: spongiosis, jumlah vesikel berkurang, epidermis mulai menebal (akantosis
ringan), tertutup krusta, stadium korneum mengalami parakeratosis setempat, eksositosis
berkurang, edema di dermis berkurang, vasodilatasi masih jelas, sebukan sel radang masih
jhelas, broblas mulai meningkat
v Stadium kronis: epidermis menebal (akantosis), st korneum menebal (hiperkeratosis dan
parakeratosis setempat), rete ridges memanjang, kadang ditemukan spongiosis ringan, Tdak
terlihat vesikel, eksositosis sedikit, pigmen melanin terutama di sel basal bertambah, papila
dermis memanjang (papilomatosis), dinding pemb darah menebal, dermis sekitar pem darah
bersebukan sel radang MN, jumlah broblas bertambah, kolagen menebal
PENGOBATAN
Pengobatan bersifat simptomaTs: mengurangi/menghilangkan gejala
dan menekan peradangan
SISTEMIK
Kasus ringan: anThistamin
Kasus akut dan berat: korTkosteroid
TOPIKAL
DermaTTs akut/basah (madidans) diobaT secara basah (kompres
terbuka), bila subakut diberi losio (bedak kocok), krim, pasta atau
linimentum (pasta pendingin). Krim diberikan pada daerah berambut,
sedang pasta pada daerah Tdak berambut. Bila kronik diberikan salap
Makin berat atau akut penyakitnya, semakin rendah persentase obat
spesik
DERMATITIS KONTAK
DermaTTs yang disebabkan oleh bahan/
substansi yang menempel pada kulit.
EPIDEMIOLOGI
Dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras, dan jenis kelamin.
Jumlah penderita DKI cukup banyak, terutama
berhubungan dengan pekerjaan (DKI akibat kerja).
GEJALA KLINIS
Kelainan kulit sangat beragam, bergantung sifat
iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, iritan
lemah memberi gejala kronis.
KLASIFIKASI:
Kategori mayor : DKI akut dan DKI kumulaTf.
Kategori lain : DKI lambat akut, reaksi iritasi, DKI
traumaTk, DKI eritematosa, dan DKI subyekTf.
DKI akut iritan kuat seperT larutan asam sulfat dan
asam hidroklorid / basa kuat (natrium dan kalium
hidroksida).
Reaksi segera Tmbul, terbatas pada tempat kontak, kulit
terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan kulit yang
terlihat berupa eritema edema, bula, mungkin juga
nekrosis, pinggir kelainan kulit berbatas tegas dan
umumnya asimetris.
DKI akut lambat Gambaran klinis sama dengan DKI
akut, tetapi baru muncul 8-24 jam setelah kontak.
Dapat disebabkan oleh podolin, antralin, treTonin,
eTlen oksida, benzalkonium klorida, asam hidrouorat.
DKI kumulaGf (sering terjadi) berhubungan
dengan pekerjaan, karena itu lebih banyak
ditemukan di tangan. Disebabkan kontak
berulang dengan iritan lemah.
Gambaran klasik berupa kulit kering, eritema,
skuama, lambat laun hiperkeratosis dan
likenekasi, difus.
Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit
dapat retak seperT luka iris (sur).
Keluhan penderita umumnya gatal atau nyeri
karena kulit retak (sur).
Reaksi iritan dermaTTs iritan subklinis pada
seseorang yang terpajan pekerjaan basah,
misalnya penata rambut dan pekerja logam
dalam beberapa bulan pertama pelaThan.
Kelainan kulit monomorf dapat berupa skuama,
eritema, vesikel, pustul, dan erosi.
Umumnya sembuh sendiri, menimbulkan
penebalan kulit, kadang berlanjut menjadi DKI
kumulaTf.
DKI traumaGk kelainan kulit berkembang
lambat setelah trauma panas atau laserasi.
Gejala seperT dermaTTs numularis, penyembuhan
lambat, paling cepat 6 minggu.
Paling sering terjadi di tangan.
DKI noneritematosa bentuk subklinis DKI,
ditandai perubahan fungsi sawar stratum
korneum tanpa disertai kelainan klinis.
DKI subyekGf kelainan kulit Tdak terlihat,
namun penderita merasa seperT tersengat
(pedih) atau terbakar (panas) setelah kontak
dengan bahan kimia tertentu.
PENGOBATAN
Hindari pajanan bahan iritan serta menyingkirkan
faktor yang memperberat.
Apabila diperlukan dapat diberi korTkosteroid
topikal, misalnya hidrokorTson untuk mengatasi
peradangan.
Untuk upaya pencegahan diperlukan pemakaian
alat pelindung diri yang adekuat bagi mereka yang
bekerja dengan bahan iritan.
DERMATITIS KONTAK ALERGIK
EPIDEMIOLOGI
Lebih sedikit dari DKI
DKA akibat kerja antara 50 dan 60 persen
DKA bukan akibat kerja 3 kali lebih sering daripada
DKA akibat kerja
ETIOLOGI
Penyebab: bahan kimia sederhana dengan berat < 1000 dalton
Hapten : allergen yang belum diproses, lipolik, sangat reakTf, dapat
menembus stratum korneum hingga sel epidermis di bawahnya (sel
hidup).
Faktor berpengaruh Tmbul DKA:
SensiTsasi allergen
Dosis per unit area
Luas daerah yang terkena
Lama pajanan
Oklusi
Suhu dan kelembaban lingkungan
Vehikulum
pH
Faktor Individu:
Keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan S.korneum, ketebalan epidermis)
Status imunologik (ex: sedang sakit, terpajan sinar matahari)
PATOGENESIS
Mekanisme: mengikuT respons imun yang
diperantarai oleh sel (cell-mediated immune
respons) atau reaksi imunologik Tpe IV,
hipersensiTvitas Tpe lambat
2 fase: fase sensiTsasi, dan fase elisitasi
Hanya individu yang telah mengalami sensiTsasi
dapat menderita DKA
GEJALA KLINIS
PasT GATAL
ada perih, tapi lebih dominan gatal
Akut dimulai bercak eritematosa berbatas jelas lalu
edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau
bula pecah jadi erosi dan eksudasi (basah).
Lokasi akut di kelopak mata, penis, skrotum, eritema dan
edema dominan dari vesikel
Kronis Kulit kering, berskuama, papul, likenikasi
dan mungkin sur, batas Tdak jelas.
Dapat meluas ke tmpt lain dgn cara autosensiTsasi.
Skalp, telapak tangan dan kaki relaTf resisten terhadap
DKA
LOKASI DKA
TANGAN
Paling sering
Contoh bahan:
deterjen,anTsepTc,
getah sayuran, semen
dan pesTsida
LOKASI DKA
LENGAN
Jam tangan (nikel),
sarung tangan karet,
debu semen dan
tanaman
Di keTak: deodorant,
anT perspiran,
formaldehid di
pakaian
LOKASI DKA
WAJAH
KosmeTk, spons (karet),
obat topical, allergen di
udara, nikel (tangkai kaca
mata)
Bibir : lipsTck, pasta gigi,
getah buah
Kelopak mata: mascara, eye
shadow, obat tetes mata,
salap, cat kuku, cat rambut
LOKASI DKA
TELINGA
AnTng/jepit telinga
dari nikel, obat
topical, tangkai kaca
mata, cat rambut,
hearing-aids, gagang
telfon
LOKASI DKA
LEHER
Kalung dari
nikel, cat kuku
(dari jari),
parfum, allergen
di udara, zat
warna pakaian
LOKASI DKA
BADAN
TeksTl, zat warna,
kancing logam,
karet
(elasTs,busa),
plasTc, detergen,
bahan pelembut/
pewangi pakaian
LOKASI DKA
GENITALIA
AnTsepTc, obat
topical, nilon,
kondom, pembalut
wanita, allergen dari
tengan, parfum,
kontrasepsi, deterjen.
Anal: obat
anThemoroid
LOKASI DKA
PAHA DAN TUNGKAI
BAWAH
TeksTl, dompet,
kunci (nikel), kaos
kaki nilon, obat
topical, semen,
sepatu/sandal.
Kaki: deterjen,
pembersih lantai
LOKASI DKA
DERMATITIS
KONTAK SISTEMIK
Pada individu yang telah
tersensiTsasi secara
topical oleh suatu allergen,
lalu terpajan secara
sistemik reaksi terbatas
pd tempat tsbt.
Penyebab: nikel,
formaldehid, balsam peru.
DIAGNOSIS
Anamnesis : Tanya riwayat kontak, pekerjaan,
hobi, obat topical yang pernah dipakai,
kosmeTk, penyakit kulit lain, riwayat atopi
DD
terutama dengan DKI
dermaTTs atopik, dermaTTs numularis, dermaTTs
seboroik, atau psoriasis
lakukan uji tempel
PP UJI TEMPEL
Dilakukan di punggung
Pake anTgen, ex: Finn Chamber System Kit dan T.R.U.E. Test
Bisa dengan anTgen bukan standar, berupa bahan kimia murni, bahan campuran dari rumah,
tmpt kerja atau tmpt rekreasi
Contoh bahan: kosmeTk, pelembab
Syarat dilakukan nya:
DermaTTs harus sudah tenang (sembuh)
Dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu setelah pemakaian korikosteroid sistemik
dihenTkan
Dibuka setelah 2 hari, lalu dibaca. Pembacaan kedua dilakukan pada hari ke-3 sampai
ke-7 setelah aplikasi
Jangan akTvitas yang membuat uji tempel jadi longgar. Jangan mandi sekurang2 nya 48
jam, menjaga punggung agar kering setelah dibuka uji tempel sampai pembacaan
terakhir
Uji tempel bahan standar jgn dilakukan pada penderita urTkaria dadakan
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji tempel dilepas.
Pembacaan pertama 15-30 menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan uji sdh hilang
PENGOBATAN
KorTkosteroid dpt diberikan jangka pendek untuk
peradangan, misal: prednisone 30mg/hari
Kelainan kulit cukup dikompres dgn larutan garam
faal atau larutan air salisil 1:1000
Untuk DKA ringan atau akut yang mereda (setelah
dpt korTkosteroid sistemik) cukup diberi
korTkosteroid atau makrolaktam secara topical
DERMATITIS ATOPI
DEFINISI
Peradangan kulit kronik dan residif,
disertai gatal, yang umumnya terjadi selama
masa bayi dan anak-anak,
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE
dalam serum dan riwayat atopi dalam
keluarga atau penderita. (D.A., rinitis
alergik, dan atau asma bronkial).
Kelainan kulit berupa gatal, yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya di lipatan.
FAKTOR PENCETUS
Makanan telur, susu, gandum, kedele,
dan kacang tanah dermatitis
ekzematosa, urtikaria, kontak urtikaria
Menghirup tungau debu rumah
eksaserbasi lesi lama, reaksi ekzematosa
Superantigen menembus sawar kulit
berasal dari toksin S. Aureus yang banyak
ditemukan pada lesi kulit penderita D.A.
Karena menurunnya imunitas seluler
GAMBARAN KLINIS
Kulit penderita umumnya:
kering, pucat/redup, kadar lipid epidermis berkurang,
peningkatan kehilangan air lewat epidermis, jari
tangan teraba dingin
Gejala utama:
pruritus (lebih hebat di malam hari).
Kelainan kulit:
papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi,
eksudasi dan krusta
FASE
DERMATITIS ATOPI INFANTIL (2 bulan2tahun)
DERMATITIS PADA ANAK (2 10 tahun)
DERMATITIS PADA REMAJA DAN DEWASA
DERMATITIS ATOPI INFANTIL
(2 BULAN 2 TAHUN)
Lesi meluas ke
tempat lain : skalp, eksudaTf, kruta, erosi.
leher, pergelangan
tangan, lengan dan
tungkai
DERMATITIS PADA ANAK
(2 10 TAHUN)
Predileksi : lipat siku, lipat lutut,
pergelangan tangan bagian fleksor,
kelopak mata, leher
Lesi : lebih kering (tidak begitu eksudatif),
banyak papul, likenifikasi, skuama, erosi
Penderita sensitif terhadap : wol, bulu
kucing dan anjing, bulu ayam dan burung
DERMATITIS PADA
REMAJA DAN DEWASA
Lesi : plak, papula-eritematosa dan
berskuama, atau plak likenikasi.
Predileksi
- remaja : lipat siku, lipat lutut, dan samping
leher, dahi dan mata
- dewasa : kurang karakterisTk tangan dan
pergelangan tangan, ditemukan setempat
misalnya di bibir, vulva, pujng susu, atau
skalp.
Diagnosis
Hanifin dan Rajka
Diagnosis D.A. Harus mempunyai tiga kriteria
mayor dan tiga kriteria minor.
Kriteria Mayor
Pruritus
Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan
anak
Dermatitis di fleksura pada dewasa
Dermatitis kronis atau residif
Riwayat atopi pada penderita atau keluarga
Kriteria Minor
Xerosis
Infeksi kulit (khususnya S. Aureus dan HSV)
Dermatitis non spesifik pada tangan atau kaki
Iktiosis/hiperliniar palmaris/keratosis pilaris
Pitiriasis alba
Dermatitis di papila mamae
White dermographism dan delayed blanch response
Keilitis
Lipatan di infra orbital Dennie-Morgan
Konjungtivitis berulang
Keratokonus
Katarak subskapular anterior
Orbita menjadi gelap
Muka pucat atau eritem
Gatal bila berkeringat
Intoleransi terhdap wol atau pelarut lemak
Aksentuasi perifolikuler
Hipersensitif terhadap makanan
Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan atau emosi
Tes kulit alergi tipe dadakan positif
Kadar IgE didalam serum meningkat
Awitan pada usia dini
Kelompok kerja Inggris yang dikoordinasikan oleh William
menyederhanakan dan memperbaiki riteria Hanifin dan
Rajka menjadi satu set kriterua diagnosis yang dapat
diulang dan di validasi.
Adhi Djuanda, dkk. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
TERIMA KASIH