You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pendidikan pada hakekatnya adalah pemberian bantuan kepada orang lain


secara sadar dan terencana untuk mewujudkan dan mengaktifkan potensi orang
lain, agar yang bersangkutan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut La sula ( Abimanyu, 2009 : 89-90) pendidikan adalah suatu
kegiatan yang sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian
peserta didik yang berlangsung di semua lingkungan yang saling mengisi
(lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat).
Masalah interaksi di kelas, yaitu komunikasi antara guru dan murid dalam
proses belajar mengajar di kelas merupakan masalah pendidikan yang sangat
menarik untuk dibicarakan yang sampai kini tidak pernah ada habisnya. Oleh
karena itu bagi para pendidik serta pengelola pendidikan senantiasa diharapkan
pemecahannya guna menuju proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan
baik.
Menurut Gene E ( 2008 : 45) , apa yang dikenal selama ini dalam proses
belajar mengajar yaitu bahwa mengajar harus menguasai :
a. Apa yang diajarkan;
b. Teori pengajaran yang relevan;
c. Hal-hal baru (mau melakukan penelitian untuk memperkaya isi bahan
ajar yang diajarkan);
d. Karakteristik siswa.
Setiap guru harus memiliki keahlian di dalam memilih model pengajaran
yang dipakai sehari-hari dikelas. Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran
tentu saja berorientasi pada tujuan pengajaran termasuk tujuan setiap materi yang
akan diberikan pada siswa. Dari beberapa model pengajaran yang baru, salah satu
bentuk model penyajian materi yang penting untuk diketahui adalah model
pengajaran langsung (Direct instruction). Istilah lain yang sering di pergunakan
ialah pengajaran aktif, Master learning dan Explicit Instruction.
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. Pengetahuan deklaratif
adalah pengetahuan tentang sesuatu sedangkan pengetahuan prosedural adalah
pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu yang keduanya berstruktur
dengan baik dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis dapat


merumuskan beberapa permasalahan yang akan di bahas pada makalah ini
sebagai berikut:

1. Apakah definisi model pembelajaran langsung tersebut ?


2. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran langsung ?
3. Bagaimana sintaks model pembelajaran langsung ?
4. Apakah pembelajaran langsung masih efektif digunakan dalam
pembelajaran matematika ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi model pembelajaran langsung tersebut.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran langsung .
3. Untuk mengetahui bagaimana sintaks model pembelajaran langsung.
4. Untuk mengetahui apakah pembelajaran langsung masih efektif digunakan
dalam pembelajaran matematika.
1.4 Manfaat
1. Agar mengetahui definisi model pembelajaran langsung tersebut.
2. Agar mengetahui pelaksanaan model pembelajaran langsung.
3. Agar mengetahui bagaimana sintaks model pembelajaran langsung.
4. Agar mengetahui mengetahui apakah pembelajaran langsung masih
efektif digunakan dalam pembelajaran matematika.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Model Pembelajaran Langsung

Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. Model


diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan (Nur, 1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau hakikat
mengajar adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide,
keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-
cara bagaimana belajar (Joyce dan Weil dalam Nur, 1996 : 79). Berdasarkan
pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam
merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat
membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan
langkah demi langkah adalah model pengajaran langsung (direct intruction).
Menurut Arends (2001):A teaching model that is aimed at helping student learn
basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our
purposes here, the model is labeled the direct instruction model. Artinya:
Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah.
Untuk tujuan tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran
langsung.
Model pengajaran langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar
perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk
pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah
pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan
penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut.
Menurut Joyce & Weil (Santrock, 2007: 472) pengajaran langsung adalah
pendekatan Teacher-centered yang terstruktur yang dicirikan oleh arahan atau
kontrol guru, ekspekstasi guru yang tinggi atas kemajuan murid, maksimalisasi
waktu yang dihabiskan murid untuk tugas- tugas akademik, dan usaha oleh guru
untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.

Arends (1997) menyatakan: The direct instruction model was specifically


designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative
knowledge that is well structured and can be taught in a step-by-step fashion.
Artinya: Model pengajaran langsung secara khusus dirancang untuk
mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah-demi-
langkah. Lebih lanjut Arends (2001) menyatakan: Direct instruction is a teacher-
centered model that has five steps: establishing set, explanation and/or
demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct
instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning
environment that businesslike and task-oriented. Artinya: Pengajaran langsung
adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan
tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan
perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan
yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan
berorientasi tugas.

Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran


yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model
pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat
perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct
instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa. Beberapa
pakar pendidikan seperti Good dan Grows, 1985 menyebut direct instruction
(model pembelajaran langsung) ini dengan istilah pengajaran aktif. Atau
diistilahkan sebagai mastery teaching (mengajar tuntas) oleh Hunter, 1982.
Sedangkan oleh Rosenshine dan Stevens, 1986 disebut sebagai pengajaran
eksplisit (explicit instruction) (Slavin, 2003 : 50 75).
Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan
mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan
gurunya. Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan
model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang
terlalu kompleks. Di samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan
pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan
keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
terstruktur.
Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung
jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan
keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan
kepada siswa, memberikan pemodelan atau demonstrasi, memberikan kesempatan
pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah
dipelajari, dan memberikan umpan balik.
Perlu diketahui dalam prakteknya di dalam kelas, direct instruction (model
pembelajaran langsung) ini sangat erat berkaitan dengan metode ceramah, metode
kuliah, dan resitasi, walaupun sebenarnya tidaklah sama (tidak sinomim). Model
pembelajaran langsung atau direct instruction menuntut siswa untuk mempelajari
suatu keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan
selangkah demi selangkah.
Ciri-ciri pengajaran langsung adalah:
1. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
2. Sintak atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
belangsung dan berhasilnya pengajaran.

2.2 Pelaksanaan Model Pembelajaran Langsung


Sebagaimana halnya pelaksanaan pembelajaran pada umumnya, dalam
pelaksanaan pembelajaran langsung guru perlu mengetahui bagaimana teknik
perencanaannya sehingga saat menerapkan model pembelajaran ini dapat sukses.
Adapun pembahasan tentang aspek-aspek perencanaan model pembelajaran
langsung ini meliputi:
a. Merumuskan tujuan
Tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa yang spesifik,
mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi),
dan mengandung tingkat ketercapaian kerja yang diharapkan (kriteria
keberhasilan).
b. Memilih isi
Bagi guru pemula yang masih dalam proses penguasaan sepenuhnya
materi ajar, disarankan agar memilih materi ajar mengacu pada GBPP
kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu.
c. Melakukan analisis tugas
Analisis tugas ini adalah alat yang digunakan oleh guru untuk
mengidentifikasi dengan presisi yang tinggi hakikatnya dari suatu
keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang
akan diajarkan oleh guru.
d. Merencanakan waktu dan ruang
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru:
Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat
dan kemampuan siswa
Memotifasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya
dengan perhatian yang optimal
e. Merencanakan Pengaturan Ruang Kelas

Dikarenakan model pembelajaran langsung (direct instruction)


membutuhkan atensi siswa kepada guru (model) yang sedang melakukan
presentasi dan demonstrasi, maka pengaturan ruang kelas juga menjadi
sesuatu hal yang penting untuk diperhatikan. Formasi tempat duduk dan
pengaturan ruang kelas harus memungkinkan siswa mudah mengamati
semua sesi demonstrasi yang dilakukan. Guru sebaiknya berada pada
posisi di depan kelas, kalau perlu di tempat yang lebih tinggi, yang dapat
dipandang atau diamati seluruh siswa dari setiap arah. Formasi kelas
tradisional sangat cocok digunakan untuk penerapan model pembelajaran
langsung (direct instruction).
2.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya


sintaks atau tahapan pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru
yang akan menggunakan pengajaran langsung juga harus memperhatikan
variabel-variabel lingkungan lain, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru,
harapan yang tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dari pembelajaran.
Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan.
Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan
melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber
belajar selama pembelajaran dan meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan
pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan
yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa. Sintaks
model pembelajaran langsung terdiri dari 5 fase (langkah), yaitu:
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
2. Mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan
3. Membimbing pelatihan
4. Mencek pemahaman dan umpan balik
5. Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan
Kelima fase dalam pengajaran langsung dapat dijelaskan secara detail

seperti berikut :

1. Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa


Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran langsung ini juga dilakukan
pada model-model pembelajaran yang lain, karena menyampaikan tujuan
pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran adalah
langkah pertama yang wajib dilakukan oleh setiap guru.
Tujuan dari fase (langkah) pertama dari sintaks model pembelajaran langsung
(direct instruction) ini adalah untuk membuat perhatian siswa menjadi terpusat
pada pembelajaran yang akan dilaksanakan sehingga mereka selanjutnya akan
memiliki motivasi belajar yang baik dalam mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian
dari fase ke-1 sintaks model pembelajaran langsung ini, yaitu: (a) menyampaikan
tujuan pembelajaran; dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran.

a. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran


Setiap guru wajib menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa
selama atau setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Dengan penyampaian
tujuan pembelajaran yang jelas dan lugas oleh guru maka siswa akan memiliki
alasan mengapa mereka harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selain
itu, tentu saja membantu siswa untuk tahu persis apa yang harus mereka kuasai
dari kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan.

b. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran


Selain menyampaikan tujuan pembelajaran, hal kedua yang harus dilakukan guru
adalah menarik perhatian siswa. Guru harus memusatkan perhatian mereka
sehingga mereka siap mengikuti kegiatan pembelajaran.
Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penting sebab:
1) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka miliki
(bekal awal) yang ada kaitannya, yang terdapat di dalam sistem memori jangka
panjang (long-term memory), dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) siswa masuk ke dalam kelas dengan berbagai macam pemikiran masing-
masing. Pikiran-pikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu
konsentrasi mereka selama mengikuti kegiatan belajar nantinya.
3) membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan oleh guru. Cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik sangat variatif. Setiap guru akan mempunyai
beragam ide untuk melaksanakan hal penting pada fase pertama sintaks model
pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Makin kreatif guru, akan makin
bagus cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan siswa.

2. Mempresentasikan dan Mendemontrasikan Pengetahuan atau


Keterampilan
Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model pembelajaran
langsung (direct instruction) ini, maka guru perlu menerapkan teknik-teknik
presentasi dan demonstrasi yang efektif. Fase kedua sintaks model pembelajaran
langsung ini (mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau
keterampilan) adalah fase yang sangat krusial.

a. Mempresentasikan Pengetahuan dengan Jelas


Apabila guru menyajikan informasi (pengetahuan) dengan jelas, maka dampaknya
sangat besar terhadap proses pembelajaran pada siswa. Penelitian telah banyak
membuktikan hal ini. Biasanya, kemampuan memberikan presentasi atau
penyajian informasi yang jelas diperoleh bersama waktu (pengalaman). Walaupun
demikian, karena kemampuan mempresentasikan informasi atau pengetahuan
dengan jelas merupakan sebuah keterampilan, maka ini dapat dipelajari dan
dilatihkan oleh seorang guru muda (pemula) yang belum berpengalaman.
Syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi
atau penyajian informasi adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi
dengan baik; dan (2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan
disajikan.
Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melakukan perencanaan dan
persiapan bila akan melakukan presentasi. Berikut tips yang dapat digunakan agar
sukses melakukan presentasi:

1) Kejelasan tujuan dan poin-poin kunci.


Untuk mendapatkan hal ini, nyatakan tujuan presentasi dengan jelas. Buat fokus
pada sebuah titik (arah) dalam suatu waktu tertentu. Selalu berhati-hati saat
presentasi agar tidak menyimpang dari pokok pembicaraan (presentasi).

2) Presentasi dilakukan step by step (selangkah demi selangkah)


Caranya, buat presentasi dalam langkah-langkah kecil yang berurutan secara logis.
Sajikan terlebih dahulu outline (kerangka utama) bila bahan presentasi sangat
kompleks.

3) Beri contoh kongkrit yang beragam dan pengulangan


Kejelasan presentasi dapat diperoleh melalui contoh kongkrit yang beragam, yang
mudah dipahami siswa. Bila perlu lakukan pengulangan untuk poin-poin sulit.
4) Cek pemahaman siswa
Sebelum melanjutkan presentasi pada langkah berikutnya, pastikan siswa telah
paham langkah sebelumnya. Gunakan pertanyaan agar siswa juga dapat
memantau pemahaman mereka masing-masing. Bila perlu minta siswa
mengutarakannya dalam bahasa mereka sendiri.

b. Mendemonstrasikan Keterampilan
Mendemonstrasikan suatu keterampilan adalah ruh dari model pembelajaran
langsung yang berpegang pada Teori Belajar Sosial (Teori Pemodelan Tingkah
Laku). Asumsi dari teori belajar pemodelan tingkah laku adalah, bahwasanya
belajar dilakukan sesorang melalui proses mengamati orang lain. Belajar dengan
melakukan pemodelan (peniruan) akan sangat mengehemat waktu, tenaga, biaya,
bahkan menghindarkan pebelajar dari bahaya. Pebelajar tidak perlu melakukan
trial and error (coba-coba dan gagal). Agar demonstrasi keterampilan yang
dilakukan guru sukses, maka guru perlu memperhatikan 2 hal berikut: (1)
melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar; dan (2) berlatih sebelum
melakukan demonstrasi.

1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar


Agar implementasi model pengajaran langsung (direct instruction) berhasil
dilakukan guru harus mendemonstrasikan keterampilan dengan benar (akurat).
Melakukan demonstrasi secara akurat bukan hal yang mudah. Untuk itu perlu
diperhatikan tahapan-tahapan (komponen-komponen bagian) keterampilan secara
urut dan logis. Ini dapat dilakukan dengan analisis tugas (task analyisis) saat guru
merencanakan sebuah demonstrasi keterampilan yang rumit atau kompleks.

2) berlatih sebelum melakukan demonstrasi


Latihan yang dilakukan guru untuk melakukan demonstrasi suatu keterampilan
akan membuat pelaksanaan demonstrasi sukses. Latihan harus dilakukan oleh
guru agar ia dapat yakin saat mendemonstrasikan keterampilan tidak melakukan
kesalahan. Semakin sulit dan kompleks suatu keterampilan, semakin wajib guru
melakukan latihan. Telah banyak penelitian membuktikan, siswa tidak dapat
melakukan suatu keterampilan kompleks dengan baik dikarenakan guru kurang
tepat atau kurang baik saat melakukan demonstrasi.
3. Membimbing Pelatihan
Fase ketiga sintak model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah
membimbing pelatihan. Guru harus memberikan latihan terbimbing kepada siswa.
Pada fase ini siswa tidak sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah
bimbingan guru. Tujuan diberikan pembimbingan adalah agar latihan yang
dilakukan siswa dapat efektif. Setidaknya ada 4 (empat) prinsip yang harus
dipegang guru saat melakukan latihan terbimbing untuk siswanya, yaitu: (a)
latihan singkat tapi utuh; (b) keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati
terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan
latihan terdistribusi (distributed practice); dan (d) perhatikan tahap awal latihan.

a. Latihan Singkat Tapi Utuh


Suatu keterampilan yang baru dipelajari oleh siswa harus dilatihkan. Keterampilan
yang sulit atau kompleks perlu dilatihkan dengan cara disederhanakan, dilakukan
secara singkat, akan tetapi tetap utuh.

b. Keterampilan Harus Benar-Benar Dikuasai


Pada suatu keterampilan kompleks selalu terdapat sub keterampilan prasyarat.
Misalnya, ketika siswa belajar menggunakan mikroskop untuk melakukan
pengamatan objek-objek berukuran kecil, mereka terlebih dahulu harus menguasai
sub keterampilan bagaimana memfokuskan lensa mikroskop. Siswa tidak akan
dapat melakukan pengamatan dengan mikroskop apabila lensa-lensa mikroskop
belum fokus. Sub keterampilan yang merupakan prasyarat bagi sub keterampilan
selanjutnya harus dilatihkan hingga benar-benar dikuasai oleh siswa. Bila tidak,
sia-sia saja guru melanjutkan untuk mengajarkan sub keterampilan berikutnya.

c. Latihan Berkelanjutan (Massed Practice) Dan Latihan Terdistribusi


(Distributed Practice)
Bila suatu keterampilan amat kompleks dan rumit, maka dalam sekali kegiatan
pembelajaran, keterampilan itu tentu saja tak akan dikuasai sepenuhnya oleh
siswa. Karena itu diperlukan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan
terdistribusi (distributed practice). Misalnya, keterampilan menggunakan
mikroskop dapat dilatihkan pada kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya di
sepanjang semester atau tahun pembelajaran. Latihan dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kemahiran mereka dengan meningkatkan tingkat kesulitan, dan
juga dengan membagi-bagi latihan ke dalam segmen-segmen. Hal ini perlu
dilakukan karena bila suatu keterampilan kompleks diajarkan dalam tempo yang
lama tanpa berselang, maka siswa akan bosan. Akibatnya latihan yang diberikan
tidak lagi efektif.

d. Tahap Awal Latihan Sangat Penting


Perhatikan kemampuan siswa melakukan suatu keterampilan pada tahap-tahap
awal. Ini sangat penting karena siswa mungkin melakukannya tanpa sadar. Guru
perlu memperbaiki (membetulkan) kesalahan ini selagi masih di tahap awal,
supaya lebih mudah terkoreksi. Analoginya, lebih mudah meluruskan batang
bambu yang masih muda dibandingkan batang bambu yang sudah tua. Sebelum
keterampilan yang keliru itu menjadi begitu terotomatisasi, maka akan lebih
mudah memperbaikinya.

4. Mengecek Pemahaman dan Umpan Balik


Umpan balik amat diperlukan dan dilakukan pada fase keempat penerapan model
pembelajaran langsung (direct instruction). Pelatihan tidak akan efektif tanpa
umpan balik dari siswa. Guru harus menunjukkan di bagian mana kekeliruan itu,
lalu mendemonstrasikan kembali bagaimana seharusnya keterampilan itu
dilakukan. Selain itu guru juga harus memberikan umpan balik positif, sehingga
kemampuan melakukan keterampilan yang sudah baik akan dipertahankan oleh
siswa.
Pengecekan pemahaman dapat dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-
pertanyaan. Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka
sendiri sehingga guru dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau
demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan.

5. Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan


Fase terakhir (kelima) dari sintaks model pembelajaran langsung adalah memberi
kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan kepada siswa. Jenis pelatihan
lanjutan dan penerapan yang sering diberikan oleh guru adalah pelatihan mandiri
dalam bentuk penugasan rumah (PR). Melalui pelatihan lanjutan siswa dapat
berlatih secara mandiri untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya.
Pelatihan lanjutan sebenarnya juga dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu
belajar di luar pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di kelas.
Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan bagi guru saat memberikan pelatihan
lanjutan dan penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses pembelajaran; (b)
memberi informasi kepada orang tua siswa; dan (c) memberi umpan balik
terhadap PR yang telah diberikan.

a. PR bukan lanjutan proses pembelajaran


PR bukan kelanjutan dari sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. PR
adalah latihan lanjutan, atau dapat juga difungsikan sebagai sarana untuk
mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran berikutnya.

b. Keterlibatan Orang Tua Siswa


Orang tua sebaiknya mengetahui sejauh mana mereka harus terlibat dalam PR
yang diberikan oleh guru. Guru perlu memberi tahu apakah orang tua membantu
menjawabkan pertanyaan-pertanyaan yang sulit ataukah hanya sekedar
memberikan lingkungan belajar yang kondusif dan memotivasi sehingga siswa
dapat menyelesaikan PR yang diberikan.

c. Umpan Balik Terhadap PR yang Telah Diberikan


Umpan balik harus jelas. Guru tidak dapat hanya sekedar mencek apakah siswa
mengerjakan PR yang diberikan. Tetapi, guru juga harus betul-betul menelaahnya
dengan baik, di mana kelebihan siswa dan di mana kekurangan (kesulitan) yang
masih dimiliki siswa. Bila guru hanya mencek apakah siswa mengerjakan atau
tidak PR yang diberikan, lambat laun siswa akan sadar bahwa ia tidak perlu serius
mengerjakan PR: cukup mengerjakan (yang penting mengerjakan) atau sekedar
menuliskan sesuatu di atas kertas, dan semuanya menjadi beres. Hasil telaah
penting untuk bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran berikutnya agar
dapat sukses.

Di lain pihak, Slavin (2003 : 67 - 80) mengemukakan tujuh langkah dalam


sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut.
a. Meginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada
siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari
dan kinerja siswa yang diharapkan.
b. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru
mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan
yang telah dikuasai siswa.
c. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan
materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh,
mendemonstrasikan konsep dan sebagainya.
d. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan
mengoreksi kesalahan konsep.
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya
atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok.
f. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan
review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik
terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika
diperlukan.
g. Memberikan latihan mandiri. Dalam tahap ini, guru dapat memberikan
tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya
terhadap materi yang telah mereka pelajari.

Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok


untuk diterapkan dalam pembelajaran:

a. Ketika guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan
memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep
kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
b. Ketika guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang
memiliki struktur yang jelas dan pasti.
c. Ketika guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat
pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
d. Ketika guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual
(misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-
bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban
yang logis)
e. Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan
dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
f. Ketika guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
g. Ketika guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu
sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
h. Ketika guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk
memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau
independen.
i. Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan
penjelasan yang sangat terstruktur.
j. Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada
siswa atau ketika guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan
yang berpusat pada siswa.

2.4 Aplikasi Model Pengajaran dalam Pembelajaran Matematika

Apakah model pengajaran langsung masih efektif pada pembelajaran


matematika? Pertanyaan ini merupakan salah satu pertanyaan yang esensial yang
perlu mendapatkan jawaban yang jelas yang didukung oleh fakta teoritik
maupun fakta empirik.

Model pengajaran langsung masih merupakan model yang pengajaran


yang populer yang digunakan sebagaian besar guru di Indonesia khususnya pada
pembelajaran matematika, hal ini disebabkan bukan hanya karena guru tidak
mampu melaksanakan jenis model pengajaran yang lain, tetapi juga masih
adanya indikasi bahwa kurikulum yang diterapkan di Indonesia mengacu kepada
konsep pembelajaran tuntas (mastery Learning). Konsep ini menuntut bagaimana
seorang guru harus dapat menyelesaikan standar kompetensi yang ditargetkan
oleh kurikulum, dengan demikian model pengajaran langsung tentunya menjadi
model pengajaran yang efektif untuk tujuan ini. Dari segi dukungan teoritik,
model pengajaran langsung memperoleh dukungan dari teori perilaku, teori
pembelajaran sosial, dan penelitian efektifitas guru. Model pengajaran
langsung telah digunakan dan diuji secara luas dalam tatanan sekolah dan
luar sekolah. Model ini memiliki bukti empiris kuat untuk mendukung
penggunaanya dalam jenis-jenis pembelajaran.

Seiring pergeseran paradigma pembelajaran dari mengajar ke belajar


dan perubahan pendekatan dari teacher-center ke student-center, banyak orang
memandang bahwa model pengajaran langsung tidak efektif lagi, karena model
ini merupakan model yang menggunakan pendekatan teacher-center, namun
demikian tidak berarti bahwa model ini harus ditinggalkan dari semua situasi
dan kondisi pengajaran. Model pengajaran langsung pada matematika tentunya
masih tetap efektif apabila dilaksanakan dengan benar dan sesuai dengan materi
yang akan diajarkan pada matematika. Matematika sebagai disiplin ilmu yang
ketat dengan aturan-aturan, dan prinsip-prinsip tentunya masih membutuhkan
model ini dalam pengajaran.

Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses


belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan
deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola
kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Dalam matematika model ini
masih efektif apabila digunakan untuk mengajarkan fakta dasar, penanaman
konsep dan prinsip-prinsip pada matematika, namun akan lebih baik dan lebih
efektif lagi apabila model pengajaran ini diintegrasikan dengan model-model
pengajaran yang lain yang berpusat pada siswa (student-center).

Berikut ini akan disajikan sebuah contoh penerapan model pengajaran


langsung pada pembelajaran matematika sesuai dengan sintaks pembelajarannya.
Untuk tujuan ini penulis akan menyajikan contoh pengajaran matematika
ditingkat SD.
Materi pembelajaran : Sudut

Kompetensi Dasar : Menggambar sudut , menentukan jenis sudut, dan


mengukur besar sudut.

Langkah-langkah pembelajaran sesuai sintaks model pengajaran langsung

Fase 1: Menyampaikan tujuan Perilaku Guru : Guru


dan memotivasi siswa mengkomunikasikan garis besar
tujuan pembelajaran, memberikan
informasi latar belakang, dan
menjelaskan mengapa pelajaran itu

penting.

Mempersiapkan siswa untuk belajar.

Contoh Penerapan:

1. Memotivasi siswa dengan memberikan beberapa contoh fakta makna belajar


sudut dalam kehidupan sehari-hari dan penting memahami konsep sudut
dengan memberi sejumlah pertanyaan pancingan (guiding question) seperti

- Kapan kalian menggunakan sudut?

- Mengapa tangga rumah dibuat miring?

- Dll

2. Mengkomunikasikan beberapa materi tentang sudut yang


akan dipelajari pada setiap pertemuan seperti; mengambar sudut, menentukan
jenis sudut, dan mengukur besar sudut .

3. Menginformasikan tujuan pembelajaran tentang sudut dengan jelas kepada


siswa.

Langkah-langkah pembelajaran sesuai sintaks model pengajaran langsung

Fase 2: Mempersentasekan Perilaku Guru :


pengetahuan atau mendemonstrasikan Guru mempersentasekan pengetahuan
keterampilan tersebut dengan benar atau
mendemonstrasikan keterampilan
langkah
demi langkah.

Contoh Penerapan:

Mengambar sudut dengan busur derajat (sudut 70o)

Langkah 1: Gambarlah satu sisi sudut tersebut dengan menarik sebuah garis

sembarang. Kemudian tandai titik sudutnya disalah satu ujung garis.

Langkah 2 : Letakkan titik pusat busur derajat pada titik sudut tersebut. Himpitkan
tanda yang berlabel o pada busur derajat dengan garis tersebut. Temukan 70o pada
skala busur derajat dan tandai dengan alat tulismu.

Langkah 3. Tariklah garis yang menghubungkan titik yang menunjukkan skala


70o tersebut (yang kamu tandai dengan busur ) dengan titik pada ujung garis yang
telah kamu buat pada langkah 1.
Langkah-langkah pembelajaran sesuai sintaks model pengajaran langsung

Fase 3: Memberi latihan terbimbing Perilaku Guru : Guru memberi dan


membimbing latihan awal.

Contoh Penerapan:

1. Memberikan soal untuk latihan terbimbing (tugas latihan pendek namun dan
bermakna)

Soal latihan terbimbing

Dengan menggunakan busur derajatmu, gambarlah besar sudut dengan ukuran


berikut ini.

a. 60o b. 105o c. 85o

2. Membantu siswa yang bermasalah (belum memahami) cara menggambar


sudut sesuai yang telah didemonstrasikan.

Langkah-langkah pembelajaran sesuai sintaks model pengajaran langsung

Fase 4: Mengecek pemahaman dan Perilaku Guru : Guru mengecek


memberikan umpan balik pemahaman siswa untuk mencari tahu
apakah siswa telah memahami konsep
dengan benar.

Contoh Penerapan :

Mengarahkan siswa untuk mengerjakan LKS

Contoh:

1. Hitunglah besar dalam lingkaran berikut


Sudut A =

Sudut B =

Sudut C =

Sudut D =

Sudut E =

2. Gambarlah setiap sudut berikut.

a. 120o b. 215o

c. 285o d. 345o

- Mengecek hasil pekerjaan siswa dan menginformasikan kesalahan-kesalahan


yang masih ditemukan sebagai umpan balik dari soal yang diberikan.

Langkah-langkah pembelajaran sesuai sintaks model pengajaran langsung

Fase 5: Memberikan latihan lanjutan Perilaku Guru : Guru mempersiapkan


sebagai latihan mandiri kondisi untuk latihan lanjutan dengan
memusatkan perhatian pada transfer
keterampilan tersebut kesituasi-situasi
yang lebih kompleks.
Contoh Penerapan :

- Memberikan latihan soal terhadap siswa-siswi dengan soal yang lebih kompleks.
A. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan-kelebihan
yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding
dengan model pembelajaran yang lainnya. Tetapi selain mempunyai kelebihan-
kelebihan pada setiap model pembelajaran juga ditemukan keterbatasan-
keterbatasan yang merupakan kelemahannya.
a. Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelebihan sebagai
berikut:

1. Dalam model pengajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan


urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah
sekalipun.
3. Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam
bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu
permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana
suatu pengetahuan dihasilkan.
4. Model pengajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan (melalui
ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga
membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
5. Model pengajaran langsung dapat memberikan tantangan untuk
mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta.
6. Model pengajaran langsung dapat diterapkan secara efektif dalam kelas
besar maupun kelas yang kecil.
7. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
8. Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
9. Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
10. Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
11. Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.
12. Model pengajaran langsung dapat digunakan untuk menekankan butir-
butir penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.
13. Model pengajaran langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk
mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur.
b. Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelemahan sebagai
berikut:

1. Karena dalam model ini berpusat pada guru, maka kesuksesan


pembelajaran bergantung pada guru. Jika guru kurang dalam persiapan,
pengetahuan, kepercayaan diri, antusiasme maka siswa dapat menjadi
bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
2. Model pengajaran langsung sangat bergantung pada cara komunikasi guru.
Jika guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan menjadikan
pembelajaran menjadi kurang baik pula.
3. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model
pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
4. Jika terlalu sering menggunakan model pengajaran langsung akan
membuat beranggapan bahwa guru akan memberitahu siswa semua
informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung
jawab mengenai pembelajan siswa itu sendiri.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Efek pengajaran model pengajaran langsung adalah meningkatkan


penuntasan keterampilan sederhana dan kompleks dan pengetahuan
deklaratif yang dapat didefenisikan secara jelas dan diajarkan secara
langkah-demi-langkah.

2. Sintaks dari model pengajaran langsung pada umumnya terdiri dari 5 fase
yaitu; (1)menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (2)mempersentasekan
pengetahuan atau mendemonstrasikan keterampilan; (3) memberikan latihan
terbimbing; (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik; (5)
memberikan latihan lanjutan dan latihan mandiri.

3. Model pengajaran langsung memerlukan sebuah lingkungan yang amat


terstruktur dan pengorganisasian yang seksama oleh guru. Struktur yang
ketat ini tidak berarti pengajaran harus bersifat otoriter atau tidak
menghiraukan siswa.

4. Melaksanakan sebuah pengajaran langsung menghendaki guru untuk


menjelaskan segala sesuatu dengan jelas; mendemonstrasikan dan
memodelkan perilaku secara tepat; dan memberikan latihan, dan
pemonitoran kinerja, serta umpan balik.

5. Penggunaan latihan pada model pengajaran langsung seharusnya


dipandu oleh beberapa prinsip: pemberian sejumlah latihan pendek dan
bermakna; pemberian latihan untuk meningkatkan pembelajaran lebih.

6. Model pembelajaran langsung masih efektif dalam pembelajaran


matematika dalam pengajaran yang berupa fakta, konsep dan prinsip-prinsip
matematika.
3.2 Saran

1. Pembaca diharapkan mampu memahami model pembelajaran langsung

2. Pembaca diharapkan mampu menerapkan model pembelajaran langsung dalam


KBM
DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu dkk, Soli. 2009. Bahan Ajar Cetak Strategi Pembelajaran 3 SKS.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Arends, R.I. 2001. Learning to Teach. New York : Mc graw Hill Companies, Inc.

Hall, Gene E., 2008. Mengajar dengan Senang. PT. Indeks :Jakarta.

Nur, Mohamad, 2005. Guru yang Berhasil dan Model Pengajaran Langsung.

DEPDIKNAS LPMP Jawa Timur: Surabaya.

Santrock, Jhon W. 2007. Psikologi Pendidikan. PT. Kencana: Jakarta.


Slavin, R.E. 2003. Educational Psychology : Theory and Practice. Sixth Edition.
Boston : Allyn Bacon.

You might also like