Professional Documents
Culture Documents
PUSKESMAS BALONGBENDO
DIABETES MELITUS
Disusun oleh :
Kiki Megasari
(14710071)
Pembimbing :
Sukma Sahadewa, dr., M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HOME VISIT DIABETES MELITUS
PUSKESMAS BALONGBENDO
KABUPATEN SIDOARJO
oleh :
Kiki Megasari
(14710071)
Mengetahui Menyetujui
Kepala Puskesmas Dokter Pembimbing
Balongbendo,
2
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ................................................................................................................ i
Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii
Daftar Isi........................................................................................................ iii
Form Hasil Kegiatan Home Visit................................................................... 7
Karakteristik demografi keluarga .................................................................. 8
BAB 1Pendahuluan
A Latar Belakang ...........................................................................9
B Rumusan Masalah ......................................................................9
C Tujuan .........................................................................................9
D Manfaat.....................................................................................10
3
BAB 3Pembahasan
A Masalah Aktif . ..................................................................... 31
B Pembahasan masalah sesuai konsep H.L Blum .................... 32
C Skala Prioritas masalah dengan konsep Gant Chart ............. 33
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami bisa menyelesaikan penyusunan laporan home visit skabies di wilayah
kerja Puskesmas Balongbendo. Tugas praktek kerja lapangan ini merupakan
salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas dalam kepaniteraan klinik di
dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dengan menyusun laporan ini, kami berharap dapat menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan kami, serta berpikir maju dan kritis
dalam menghadapi segala permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya
dalam bidang kesehatan.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak
yang membantu terwujudnya laporan ini di antaranya :
1. Prof. Dr. Sri Harmadji, dr., Sp.THT - KL (K), selaku rektor Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof.Soedarto, dr., DTM & H, Ph.D, Sp.Par (K), Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati Triyoga, dr., SKM, selaku Kepala Bagian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Sukma Sahadewa, dr.,M.Kes. Selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
koordinator kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
5. Titik Sri Harsasih, dr. selaku Kepala Puskesmas Balongbendo Kecamatan
Balongbendo Kabupaten Sidoarjo.
6. Syarifatul Kutsiyah, dr. selaku dokter pembimbing di Puskesmas
Balongbendo Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo.
7. Seluruh paramedis dan Non Medis yang telah banyak membantu kami
selama melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas Balongbendo
Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo.
5
8. Para bidan desa, kader puskesmas serta perawat desa yang telah banyak
membantu kami selama melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas
Balongbendo Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo.
9. Semua pihak yang telah membantu terselesaikan laporan penelitian ini.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini sehingga
kritik dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan laporan kinerja dalam
rangka praktek lapangan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak yang terlibat.
Penyusun
6
FORM HASIL KEGIATAN HOME VISIT
LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA
Berkas Pembinaan Keluarga
7
Lampiran
FORM HASIL KEGIATAN HOME VISIT
LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA
Berkas Pembinaan Keluarga
8
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolic
dengan karakterikstik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya. World Health Organization (WHO) merumuskan
bahwa DM merupakan suatu kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari
sejumlah faktor dimana didapati defisiensi insulin absolute atau relative dan
gangguan funfsi insulin (Gustian, 2006).
Menurut laporan WHO, Indonesia menempati urutan keempat terbesar
dari jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total
penduduk sedangkan posisi urutan diatasnya yaitu India, China, dan Amerika
Serikat dan WHO memprediksi kenaikan jumla penyandang DM di Idnonesia dari
8,4 juta padatahun 2000 menjadi sekita 21,3 juta pada tahun 2030. Menurut data
RISKESDAS menyebutkan prevalensi dari penderita DM cenderung meningkat
pada perempuan diabandingkan dengan laki-laki dan terjadi peningktana
prevalensi penyakit diabetes mellitus sesuai dengan pertambahan umur namun
muali umur 65 tahun menurun dan tersebut cenderung lebih tinggi bagi penderita
yang tinggal diperkotaan dibandingka dengan pedesaan. Jika ditinjau ari segi
pendidikan menurut RISKESDAS bahwa prevalensi diabetes mellitus cenderung
lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi serta dengan kuinl
indeks kepemilikan yang tinggi. (RISKESDAS, 2013).
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
pasien yang menderita Diabetes Melitus, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 60
tahun, dimana pasien merupakan salah satu dari pasien Diabetes Melitus yang
berada di wilayah Puskesmas Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo beserta berbagai
permasalahan yang dihadapi. Mengingat terdapatnya kasus ini di daerah
Puskesmas Balongbendo Kabupaten Sidoarjo maka perlu di cermati mengenai
permasalahan hingga timbulnya Diabetes Melitus. Permasalahan ini seperti masih
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Diabetes Melitus terutama masalah
9
gejala awal dan pengobatan penyakit Diabetes Melitus oleh karena itu penting
kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian
bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan (Association,2004).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi pasien
dengan penyakit yang diderita pasien?
2. Bagaimanakah hubungan antara pelayanan kesehatan yang diterima pasien
dengan penyakit yang diderita pasien?
3. Bagaimanakah hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan
penyakit yang diderita pasien?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui hubungan antara kehidupan sosial dan ekonomi
pasien dengan penyakit yang diderita pasien
b. Untuk mengetahui hubungan antara pelayanan kesehatan yang diterima
pasien dengan penyakit yang diderita pasien
c. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan sekitar pasien dengan
penyakit yang diderita pasien
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui identifikasi pasien sesuai dengan yang
ditetapkan puskesmas
b. Untuk mengetahui identifikasi kehidupan pasien dalam
keluarga melalui APGAR
c. Untuk mengetahui identifikasi faktor sosial ekonomi
pasien melalui SCREEM
d. Untuk mengetahui identifikasi faktor keturunan pasien
melalui Genogram
e. Untuk mengetahui identifikasi faktor pelayanan kesehatan
f. Untuk mengetahui identifikasi perilaku pasien disertai
dengan penyakitnya
10
g. Untuk mengetahui identifikasi faktor lingkungan (fisik,
sosial, ekonomi, dlsb)
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Pasien dan Keluarganya
Adapun manfaat home visit ini bagi pasien dan keluarganya adalah sebagai
pendekatan dalam pemberian informasi mengenai penyakit yang di derita
pasien serta hubungannya terhadap sosial, ekonomi, pelayanan kesehatan,
perilaku pasien dan faktor lingkungan
2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
Adapun manfaat home visit ini bagi pelayanan kesehatan adalah sebagai
sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap penyakit Diabetes
Melitus.
3. Manfaat bagi Puskesmas
Adapun manfaat home visit ini bagi puskesmas adalah sebagai pengetahuan
dan sumber evaluasi dalam peningkatan pelayanan terhadap penyakit
Diabetes Melitus serta pencegahannya.
11
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
BAB II
HASIL KUNJUNGAN
I. IDENTIFIKASI
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. M
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Dusun Plumpung,Desa Kendal RT 08/ RW 01,
Balongbendo, Sidoarjo
Suku : Jawa
Periksa terakhir ke puskesmas : Jumat,5 Agustus 2016
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : badan lemas
12
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat imunisasi :-
Riwayat batuk lama : tidak ada
Riwayat hipertensi : tidak ada
Riwayat kolesterol : ada
Riwayat asam urat : ada
Riwayat Diabetes melitus : tidak ada
Riwayat alergi obat : tidak ada
5. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok : pasien merokok 2pak/hari
- Riwayat olahraga : disangkal
- Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
- Pasien mengaku teratur minum obat untuk diabetes melitus,biasanya
sebelum makan(glibenclamid 1x2,5mg) dan sesudah makan
(metformin 1x500mg)
- Pasien suka mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis.
7. Riwayat Gizi
Penderita makan sehari biasanya 3 kali dengan nasi sepiring, sayur, dan
lauk seperti telur, tahu, tempe,daging. Pasien jarang makan buah.pasien
suka mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis.
13
8. Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan rutin kontrol ke dokter puskesmas dan teratur minum
obat. Gula darah terakhir tanggal 27 Agustus 2016 adalah 347 mg/dl.
Pasien rutin minum obat glibenclamid dan metformin.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi : 86 x/menit (reguler, kuat angkat)
Pernafasan : 25 x/menit
Suhu : 36,6 C (axila)
Tensi : 120/80 mmHg
Status Gizi
TB : 160 cm
BB : 53 kg
BMI : 20,7 kg/m2
Status Gizi : normal
3. Kulit : warna kulit sawo matang
4. Kepala
Mata
Konjunctiva pucat : (-)
Sklera ikterik : (-)
Penglihatan kabur : (-)
Pupil isokor (3mm/3mm)
Reflek kornea (+/+)
Katarak (-/-)
Radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
14
Hidung
Pernafasan Cuping Hidung : (-)
Septum deviasi : (-)
Sekret : (-)
Epistaksis : (-)
Deformitas hidung : (-)
Hiperpigmentasi : (-)
Mulut
Bibir kering : (-)
Bibir pucat : (-)
Lidah kotor : (-)
Papil lidah atrofi : (-)
Tepi lidah hiperemis : (-)
Tremor : (-)
Telinga
Otorhea : (-)
Pendengaran berkurang : (-)
Sekret : (-)
Tenggorokan
Dinding faring hiperemis : (-)
Nyeri telan : (-)
Tonsil membesar : (-)
5. Leher
Penonjolan vena jugularis : (-)
Pembesaran kelenjar getah bening : (-)
Trakea ditengah : (+)
pembesaran kelenjar tiroid : (-)
lesi pada kulit : (-)
6. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-).
Cor
15
I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis tidak teraba
P : Batas kiri atas : Intracostal Space II 1 cm lateral Linea
Parasternalis Sinistra
Batas kanan atas : Intracostal Space II Linea Parasternalis
Detra
Batas kiri bawah : Intracostal Space V 1 cm lateral Linea
Medioclavicularis Sinistra
Batas kanan bawah : Intracostal Space IV Linea Parasternalis
Dextra
Batas jantung kesan tidak ada pembesaran
A : S1S2 tunggal, regular, mur-mur (-), bising (-)
Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : Gerakan nafas simetris
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : Sonor/Sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan : rhonki (-/-), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I : Gerakan nafas simetris
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : Sonor/Sonor
A : suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan : rhonki (-/-), whezing (-/-)
7. Abdomen:
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada
A : Bising Usus (+)
P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : timpani seluruh lapang perut
8. Ekstremitas: Akral hangat (+/+), krepitasi (-/-), Oedema (-/-)
9. Sistem genetalia: Tidak dilakukan
10. Pemeriksaan Neurologik
16
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik : Reflek Fisiologis : Reflek patologis:
5 5 5 5 0 0
5 5 5 5 0 0
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Gula darah Sewaktu : 382
- Pemeriksaan Gula darah 2 jam PP : tidak dilakukan
- Pemeriksaan Gula darah puasa : tidak dilakukan
- Pemeriksaan Asam Urat : tidak dilakukan
E. RESUME
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan badan terasa lemas sepanjang
hari sudah sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengeluh saat tidur malam hari
sering terbangun karena buang air kecil. Selain itu pasien juga mengeluh
akhir-akhir ini sering merasa lapar dan sering mengantuk. Pasien juga
mengeluh badan linu-linu sehingga menggangu aktivitas pasien.
17
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
status gizi kesan obesitas. Tanda vital TD: 120/80 mmHg, N: 86x/menit, RR: 25
x/menit, S: 36,6 0C, TB: 160 cm, BB: 53 kg.
G. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai
bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting
dari pengelolaan DM secara holistik.
2. Terapi Nutrisi Medis ( TNM )
Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan
jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
3. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5 hari
seminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150meit perminggu,
dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut, latihan jasmani
yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobic dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti jalan cepat,
18
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung
dengan cara = 220- usia pasien.
Medikamentosa
Glibenclamide 1x2,5 mg (pagi hari)
Cek Gula Darah Acak
H. FOLLOW UP
Kamis 11 Agustus 2016.
- S :Pasien mengatakan badan pasien terasa lemas
- O : Keadaan Umum : cukup, compos mentis
Tanda Vital
Nadi : 86 x/menit, reguler, simetris
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,7 C
Tensi : 120/80 mmHg
19
- A : Diabetes Melitus
- P :
Non Medika Mentosa
1. Edukasi tetang penyakit yang diderita pasien
2. Terapi Nutrisi Medis ( TNM ) mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
3. Olahraga selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150meit perminggu,
dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Medikamentosa
Glibenclamide 1x2,5 mg (pagi hari)
Cek Gula Darah Acak
Status Generalis :
Kepala : rambut rontok (-), berwarna hitam
Mata : konjungtiva pucat (-/-), sclera icterus (-),mata cekung (-)
20
Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
Thoraks : tulang iga tidak tampak
Pulmo : Rh (-/-), Wh (-/-)
Abdomen : perut buncit (-), asites (-)
Ekstremitas : odem akraldingin
- A : diabetes melitus
- P :
Non Medika Mentosa
1. Edukasi tetang penyakit yang diderita pasien
2. Terapi Nutrisi Medis ( TNM ) mengenai pentingnya keteraturan jadwal
makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang
menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
3. Olahraga selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150meit perminggu,
dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Medikamentosa
Glibenclamide 1x2,5 mg (pagi hari)
Cek Gula Darah Acak
ADAPTATION
Dalam menghadapi masalah pasien selalu membicarakan kepada istrinya
dan mengungkapkan keinginan maupun keluhannya.pasien selalu mendapat
dukungan dari orang-orang terdekat. Serta petugas kesehatan yang membuat
pasien rutin melakukan kontrol rutin ke puskesmas.
21
PARTNERSHIP
Pasien mengetahui tentang penyakit diabetes melitus yang
dideritanya,sehingga penderita dan keluarganya kadang berkomunikasi tentang
masalah yang kemungkinan akan dihadapi sehingga dapat diwaspadai.
Komunikasi di dalam keluarga penderita berjalan cukup baik. Keluarga besar pun
terkadang membantu bila penderita ada masalah.
GROWTH
Pasien sadar bahwa ia harus bersabar dalam menghadapi penyakitnya, yaitu
dengan i rutin mengkonsumsi obat, selalu kontrol ke puskesmas, dan juga mematuhi
saran yang diberikan oleh dokter.
AFFECTION
Pasien merasa hubungan kasih dan interaksi dengan masing-masing individu
yang ada dalam rumah tersebut adalah cukup baik .
RESOLVE
Pasien merasa cukup puas dengan kebersamaan yang ada didalam keluarga
tersebut. Terjalinnya komunikasi yang efektif membuat penderita menjadi nyaman.
22
Tn.M sudah tidak bekerja,jadi ia selalu berusaha menyempatkan waktu untuk
berkomunikasi dengan keluarganya.
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. M adalah 18,
sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Tn. M adalah 8. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Tn.M dan anggota keluarganya
dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin
secara baik.
III. SCREEM
Fungsi patologis dari keluarga Tn.M dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Tabel 2.3 Tabel SCREEM
SUMBER PATOLOGI KET
23
Religion Pemahaman agama cukup baik. Sholat 5 waktu di jalani -
Agama menawarkan dengan baik. Dan setiap sholat sebisa mungkin mereka
pengalaman spiritual sholat bersama. Di dalam rumah pasien juga memiliki
yang baik untuk tempat beribadah khusus yang tidak tercampur dengan
ketenangan individu ruangan lain.
yang tidak didapatkan
dari yang lain
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong menengah kebawah, -
untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder sudah
bisa terpenuhi.
Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. -
Pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan masih
rendah.
Medical Mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih -
baik.Dalam mencari pelayanan kesehatan,keluarga ini
Pelayanan kesehatan
biasanya pergi ke puskesmas karena letaknya dekat
puskesmas memberikan
sehingga mudah dijangkau.Berobat dengan menggunakan
perhatian khusus terhadap
kartu BPJS
kasus pasien
24
IV. GENOGRAM
: laki-laki Penderita
: perempuan
Meninggal
25
V. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA
Hubungan antara Tn. M, dan Istri baik dan dekat. Antara Istri dan penderita baik.
Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan buruk antar
anggota keluarga.
26
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan bebas dari sakit, yaitu keadaan yang menghalangi aktivitas
sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila
mereka sakit, hal itu akan mengganggu pekerjaan dan menjadi beban di
keluarga. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh makanan,
bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu
mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih
mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau
dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah. Walaupun perabot
rumah tidak tertata dengan rapi. Keluarga ini juga kurang menjaga
kebersihan lingkungan rumahnya seperti kurang membersihkan seluruh sudut
rumah.
Keluarga ini memiliki fasilitas lengkap seperti PDAM sehingga
apabila ingin MCK ( mandi, cuci, kakus) sudah tersedia dirumah. Untuk
melakukan cuci dan kakus,mandi serta memasak air digunakan sumber air
dari PDAM.
b. Faktor Non Perilaku
Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga
menengah kebawah. Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai
karena belum memenuhi standar kesehatan. Lantai tidak ditegel,
pencahayaan ruangan yang kurang, ventilasi cukup, dan memiliki fasilitas
MCK bagi keluarga. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan
sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang sering
dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas Balongbendo.
27
kamar anak pasien. Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 1,5m x 5m.
Lantai rumah sebagian besar terbuat dari semen.Ventilasi dan penerangan
rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng dan ditutup langit-langit.
Kamar memiliki satu kasur dan diletakkan di depan. Dinding rumah terbuat
dari batubata dan sudah dilapisi semen dan di cat. Perabotan rumah tangga
cukup. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan
air PDAM. Secara keseluruhan kebersihan rumah kurang. Sehari-hari keluarga
memasak menggunakan kompor gas.
Denah Rumah :
T
Kamar tidur Gudang Kamar
anak mandi
E
S Kamar Kamar
tidur Tidur Dapur
pasien anak
R.Tamu
Keterangan :
: Tembok beton
: Tembok pembatas
: Pintu
28
PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada
dokternya. Antara lain dengan cara :
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitny dan dapat terjadi remisi. Faktor yang paling
penting adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk
dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi
tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa
berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya maupun
keluarga dan lingkungan sekitarnya, serta membangun semangat
hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan dan meningkatkan
kualitas hidupnya.
29
3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien
Memberikanpenjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah
tentang gangguan jiwa. Perhatikan semua kebutuhan pasien termasuk
berkomunikasi, makan, minum, dan mandi,Perhatikan hal-hal yang
menimbulkan rasa sedih atau marah pasien, dan sebisa mungkin
hindarkan pasien dari hal-hal tersebut, Motivasi dan latih pasien untuk
memenuhi kebutuhannya secara mandiri, Motivasi, latih, dan ajak pasien
untuk mampu mengerjakan hal-hal yang berguna (misalnya bersih-bersih
rumah) dengan perlahan-lahan, dimulai dengan lebih sering memujinya
jika pasien melakukan hal berguna dengan baik. Ajak pasien berbincang-
bincang tentang hal-hal yang bersifat ringan dan menarik bagi pasien
seperti acara TV, sepak bola, dan lain-lain. Jangan terlalu sering memarahi
dan menasehati pasien, karena hal itu akan menjadikan pasien merasa
tertekan dan memperlambat proses rehabilitasinya, berikan obat sesuai
dengan dosis dan petunjuk dokter, awasi pasien dalam meminumnya, dan
taati jangka waktu pemakaian obat,Perhatikan efek samping obat yang
terlihat pada pasien,Kontrol rutin ke dokter bila obat habis atau tampak
efek samping obat yang tidak biasa pada pasien, ataupun jika tidak tampak
perkembangan yang bermakna dalam kejiwaan pasien.
Pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang dianjurkan
oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah
penderita termasuk akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan
keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Menimbulkan rasa
percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri. Dokter perlu
menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien bahwa ia bisa
melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga ditanamkan
rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam jadwal
kontrol, keteraturan minum obat.
4. Pengobatan
Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera
dalam penatalaksanaan.
30
5. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah, lingkungan (menciptakan lingkungan
tempat tinggal yang membuat pasien merasa nyaman untuk berada
dirumah), meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara makan makanan
bergizi dan olah raga yang teratur..
31
BAB III
PEMBAHASAN
A. Masalah aktif :
1. Diabetes Melitus
2. Kurangnya pengetahuan mengenai Diabetes Melitus beserta komplikasinya
B. Faktor resiko :
a. Pola makan
b. Usia
c. Kurangnya pengetahuan mengenai Diabetes Melitus beserta komplikasinya
Keturunan
Tidak ada riwayat
penyakit keturunan
di keluarga pasien
Lingkungan Perilaku
Keterbatasan ruang Tn.M Tidak terkontrolnya diet
gerak buat berolahraga 60thn makanan dan minuman
manis
Pelayanan Kesehatan
Kurangnya
penyuluhan
mengenai penyakit
diabetes melitus
32
C. PEMBAHASAN MASALAH SESUAI DENGAN H.L BLUM
1. Faktor Keturunan / Genetik
Pada genogram Tn.K tidak ditemukan adanya faktor keturunan yang
mempengaruhi penyakit dari Tn. K, jadi dari segi genetik tidak bisa
diambil pemecahan masalahnya karena memang tidak ditemukan adanya
fakor keturunan yang mempengaruhi(Association,2004).
2. Faktor Lingkungan
Dari segi faktor lingkungan penderita secara fisik yang meliputi
kondisi rumah danperlakuan yang diterima pasien saat sedang kambuh
dapat dilihat bahwa lingkungan secara fisik kurang mendukung untuk
proses terapi yang dijalani penderita. Dari lingkungan secara sosial juga
kurang mendukung karena terjadi pembatasan aktifitas bahkan pembiaran
oleh keluarga, masyarakat di sekitar juga merasa penderita sebagai
ancaman sehingga timbul stigma yang buruk di masyarakat, padahal
penderita butuh dukungan keluarga maupun masyarakat di sekitar berupa
interaksi sosial dan kegiatan sebagai terapi non farmakologis, maka dari
itu penerimaan dalam keluarga dan masyarakat sangat penting, langkah
awal yang dapat dilakukan adalah mengadakan penyuluhan dan
pendampingan (Suyono, 2006).
3. Faktor Perilaku
Penderita tidak merasa dirinya sakit dan mengganggap dirinya normal
seperti orang lain, sehingga merasa dirinya tidak perlu minum obat dan
merasa tidak nyaman jika dibawa ke rumah sakit untuk berobat, penderita
tidak suka jika harus dipasung lagi karena penderita merasa bingung tidak
ada kegiatan yang dapat dilakukan selain tidur. Untuk masalah perilaku ini
disarankan agar keluarga dan masyarakat sekitar dapat melibatkan penderita
dalam kegiatan kegiatan sederhana, serta pendampingan dari petugas
kesehatan dalam pengawasan kepatuhan minum obat (PERKENI, 2006).
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Kurangnya penyuluhan dari pihak kesehatan kemungkinan menjadi
salah satu penyebab terjadinya permasalahan pada Tn. K, namun upaya
yang dilakukan puskesmas dalam pendampingan terhadap keluarga
33
maupun penderita sudah cukup baik, tetapi perlu diadakan penyuluhan
secara menyeluruh bukan saja hanya bagi penderita dan keluarganya tetapi
bagi semua orang di lingkungan tersebut agar masyarakat memiliki
pemahaman tentang penyakit ini dan terjadi penerimaan di dalam
masyarakat terhadap penderita (martono, 2007).
No Kegiatan M I V C P (MxIxV/C)
Memberikan penyuluhan
1 4 3 4 4 12
mengenai diabetes melitus
Pengadaan olahraga pagi
2 3 2 2 4 3
disetiap desa
Melakukan test gula darah
3 disetiap pos lansia didesa- 4 3 4 5 9,6
desa
Keterangan :
P :Prioritas penyeselaian masalah
M :Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi
inidilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan
34
35
Tabel 2. Rencana Kegiatan Memberikan Penyuluhan Mengenai Diabetes Melitus
36
Konsumsi
Warga desa Materi bisa 1x 1. Penyuluhan Angota LCD
Balai Sebulan
4 Penyuluhan tempat diterima penyuluhan 2. Tanya jawab TIM yang MIC
desa Sekali
penyuluhan peserta tiap desa 3. Membagikan leafplet ditunjuk Laptop
Kursi
Desa
Tingkat yang
kejadian sudah
1. Pendataan pasien diabetes Anggota Sebulan Buku
5 Evaluasi Warga desa diabetes 1x sebulan mendap
melitus TIM sekali Pulpen
melitus at
berkurang penyulu
han
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis :
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik,didapatkan :
Tn.M(60 tahun), menderita penyakit Diabetes Melitus
Status gizi Tn.M berdasarkan BMI termasuk dalam kategori
normal
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn.M tergolong kurang
sehat.
2. Segi Psikologis :
Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup akrab
Pengetahuan akan Diabetes Melitus cukup.
Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,
mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut
3. Segi Sosial :
Tidak ada masalah dari segi sosial
4. Segi fisik :
Rumah dan lingkungan sekitar tampak kurang bersih.
B. SARAN
1. Promotif : Edukasi pada penderita dan keluarga
Pasien dianjurkan untuk menjaga pola makan dengan membatasi
konsumsi makanan atau minuman manis,mengurangi asupan
karbohidrat yang berlebihan,selain itu pasien dianjurkan diet tinggi
serat dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah-buahan serta
memperbanyak minum air putih.
Pasien dianjurkan untuk olahraga atau latihan fisik ringan teratur setiap
hari pada saat 1 atau 1,5 jam sesudah makan.
38
Kontrol gula darah dan tekanan darah secara rutin sebulan sekali ke
puskesmas atau sarana kesehatan terdekat,bila ada kelainan sebaiknya
segera diobati karena akan mempercepat terjadinya komplikasi.
Tidak stres fisik maupun psikologis dalam menghadapi suatu masalah.
Penderita Diabetes Melitus sebaiknya kontrol secara teratur dan rutin
minum obat. Edukasi mengenai pengenalan tanda-tanda terjadinya
ancaman komplikasi diberikan selama perawatan dan kontrol.
2. Kuratif
Glibenclamid 2,5mg (1-0-0) pagi hari
Cek gula darah acak
3. Rehabilitatif : menyakinkan kepercayaan pasien,sehingga tetap memiliki
semangat untuk sembuh dan beraktifitas seperti biasa lagi.
39
DAFTAR PUSTAKA
Gustian, R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FK-UI. Pp. 1857-1859.
Martono H PK, Rahayu RA, Joni B, Huda IS, Murti Y. Diabetes mellitus pada lanjut
usia. In; Darmono ST, dkk editor. Naskah lengkap diabetes mellitus.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2007
Suyono S. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. IV ed.
Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK-UI; 2006
40
LAMPIRAN FOTO
41
Foto ruang tamu
42
Kamar mandi & WC
Pemeriksaan Pasien
43