You are on page 1of 27

BAB II.

PENELUSURAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


Pirolisis atau devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu.
Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 C, ketika komponen yang
tidak stabil secara termal, dan volatilematters pada sampah akan pecah dan
menguap bersamaan dengan komponenlainnya. Produk cair yang menguap
mengandung tar dan polyaromatic hydrocarbon. Produk pirolisis umumnya terdiri
dari tiga jenis, yaitu gas (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar (pyrolitic oil), dan
arang. Parameter yang berpengaruh pada kecepatan reaksi pirolisis mempunyai
hubungan yang sangat kompleks, sehingga model matematis persamaan kecepatan
reaksi pirolisis yang diformulasikan oleh setiap peneliti selalu menunjukkan
rumusan empiris yang berbeda (Trianna dan Rochimoellah, 2002). Selain itu,
plastik merupakan polimer yang berat molekulnya tidak bisa ditentukan, ataupun
dihitung. Karena itu, kecepatan reaksi dekomposisi didasarkan pada perubahan
massa atau fraksi massa per satuan waktu. Produk pirolisis selain dipengruhi oleh
suhu dan waktu, juga oleh laju pemanasan. Rodiansono dkk.,(2007) melakukan
perengkahan sampah plastik jenis polipropilena dari kemasan air mineral dalam
reaktor pirolisis terbuat dari stainless steel, dilakukan pada temperatur 475OC
dengan dialiri gas nitrogen (100 mL/menit).

Faktor-faktor atau kondisi yang mempengaruhi proses pirolisis adalah :


1. Waktu
Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena, semakin lama
waktu proses pirolisis berlangsung. produk yang dihasilkannya (residu padat, tar,
dan gas) makin naik. Kenaikan itu sampai dengan waktu tak hingga ( ) yaitu
waktu yang diperlukan sampai hasil padatan residu, tar, dan gas mencapai
konstan. Nilai dihitung sejak proses isotermal berlangsung. Tetapi jika melebihi
waktu optimal maka karbon akan teroksidasi oleh oksigen (terbakar), menjadi
karbondioksida dan abu. Untuk itu pada proses pirolisis penentuan waktu optimal
sangatlah penting.
2. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai dengan
persamaan Arhenius, suhu makin tinggi nilai konstanta dekomposisi termal makin
besar akibatnya laju pirolisis bertambah dan konversi naik.
3. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil,semakin besar ukuran partikel. Luas
permukaan per satuan berat semakin kecil,sehingga proses akan menjadi lambat.
(Wahyudi,2001)
4. Berat Partikel
Semakin banyak bahan yang dimasukkan,menyebabkan hasil bahan bakar cair(tar)
dan arang meningkat.(Wahyudi,2001)
Plastik adalah polimer rantai panjang dari atom yang mengikat satu sama
lain. Rantai ini membentuk banyak unit molekul berulang, atau "monomer".Istilah
plastik mencakup produk polimerisasi sintetik, namun ada beberapa polimer alami
yang termasuk plastik. Plastik terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan
polimer dan bisa juga terbentuk dengan menggunakan zat lain untuk
menghasilkan plastik yang ekonomis
Polyethylene(PE) berdensitas menengah dan tinggi, titik lelehnya berkisar
120oC hingga 135oC.Titik leleh polietilena berdensitas rendah berkisar 105oC
hingga115oC.HDPE memiliki derajat rendah dalam percabangannya dan memiliki
kekuatan antar molekul dan kekuatan regang sangat tinggi. Kegunaannya adalah
sebagai bahan pembuat botol susu,botol/kemasan deterjen, kemasan margarin,
pipa air dan tempat sampah. LDPE dicirikan dengan densitas 0,910-0,940 g/cm3.
LDPE memiliki derajat tinggi terhadap percabangan rantai panjang dan
pendekyang berarti tidak akanberubah menjadi struktur kristal. Hal ini juga
mengindikasikan bahwa LDPE memiliki kekuatan regangan yang
rendah.Kegunaannya adalah sebagai container yang agak kuat dan dalam aplikasi
film plastik seperti sebagai kantongplastik dan plastik pembungkus. LLDPE
dicirikan dengan densitas antara 0,915-0,925 g/cm3. LLDPE adalahpolimer linier
dengan percabangan rantai pendek dengan jumlah yang cukup signifikan,
kegunaannya sebagai pembungkus kabel, mainan, tutup kemasan, ember,
container dan pipa (Aprian et al, 2011). Reaksi pirolisis pada temperatur 475 oC
dalam reaktor yang terbuat dari stainless steel dan dialiri gas nitrogen(100
mL/menit) menghasilkan kecepatan reaksi dekomposisi perengkahan sampah
plastik jenis polipropilena (PP).Agus Sapriyanto (2011) telah melakukan
pengujian terhadap mesin pengubah sampah plastik menjadi BBM. Proses
pengujian dilakukan pada 1 kg sampah plastik dengan suhu pemanasan 530oC.
Jenis plastik yangdimasukkan ialah semua jenis plastik. Kemudian dalam waktu 2
jam menghasilkan bahan bakar cair sebanyak 300 ml. Berdasarkan hasil pengujian
didapat nilai kalor bahan bakar tersebut sampah plastik sebesar10.519 Cal/g atau
44.040,95 J/g, setara dengan nilai kalor premium yaitu 10.285 Cal/g atau
43061,24 J/g. Di tahun yang sama, Aprian dkk (2011) juga meneliti minyak yang
diperoleh dari proses pirolisis pengolahan sampah plastik.

2.2. Pengenalan Plastik


Plastik adalah salah satu jenis senyawa makromolekul yang dibentuk dengan
proses polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul
sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul
atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun
utamanya adalah karbondan hidrogen.Untuk membuat plastik,salah satu bahan
baku yang sering digunakan adalah naphta,yaitu bahan yang dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi atau gas alam.
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan
termosetting.Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai
temperatur tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk
yang diinginkan, sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat
dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan.
Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik diatas, thermoplastic adalah jenis yang
memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi
kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dalam
penggunaannya seperti yang ditampilkan pada Gambar 2.1 dan Tabel 2.1.
Sumber: UNEP,2009

Gambar 2.1 Nomor Kode Plastik

Tabel 2.1 Jenis plastik, kode dan penggunaannya

No.
Jenis Plastik Penggunaan
Kode

PET (polyethylene botol kemasan air mineral, botol minyak goreng,


1
terephthalate) jus, botol sambal, botol obat, dan botol kosmetik

HDPE (High-density botol obat, botol susu cair, jerigen pelumas, dan botol
2
Polyethylene) kosmetik
PVC (Polyvinyl pipa selang air, pipa bangunan, mainan, taplak
3
Chloride) meja dari plastik, botol shampo, dan botol sambal.

kantong kresek, tutup plastik, plastik pembungkus


LDPE (Low-density
4 daging beku, dan berbagai macam plastik tipis
Polyethylene)
lainnya.

PP (Polypropylene cup plastik, tutup botol dari plastik, mainan


5
atau Polypropene) anak, dan margarine
kotak CD, sendok dan garpu plastik, gelas plastik,
6 PS (Polystyrene) atau tempat makanan dari styrofoam, dan tempat
makan plastik transparan
botol susu bayi, plastik kemasan, gallon air minum,
Other (O), jenis
suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga,
7 plastik lainnya selain
komputer, alat-alat elektronik, sikat gigi, dan mainan
dari No.1 hingga 6
lego

2.3. Sifat Thermal Plastik


Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam
proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah
titik lebur (Tm), temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur
transisi adalah temperatur di mana plastik mengalami perenggangan struktur
sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik
lebur, plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih
bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur
adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair.
Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu
dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur
akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal
melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan
mengalami dekomposisi pada suhu diatas 1,5 kali dari temperatur transisinya
(Budiyantoro, 2010). Data sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
.
Tabel 2.2. Data temperaturtransisidan temperaturleburplastik
Temperatur
Tm Tg
Jenis kerja maks
(oC) (oC)
(oC)
PP 168 5 80
HDP 133 -110 82
LDP 330 -115 260
PA 260 50 100
PET 250 70 100
ABS 110 85
PS 90 70
PMM 100 85
PC 150 246
PVC 90 71
Sumber:Budiyantoro,2010

Perbandingan energi yang terkandung dalam plastik dengan sumber- sumber


energi lainnya dapat dilihat pada Table 2.3.
Tabel 2.3 Nilai Kalor bahan plastik dan bahan lainnya
Material Nilai Kalor (MJ/kg)
Polyethylene 46,3
Polypropylene 46,4
Polyvinyl chloride 18,0
Polystyrene 41,4
Coal 24,3
Petrol 44,0
Diesel 43,0
Heavy fuel oil 41,1
Light fuel oil 41,9
LPG 46,1
Kerosene 43,4
Sumber: Das dan Pande, 2007

2.4. Polyprophylen (PP)


Polyprophylen (PP) merupakan polimer hidrokarbon yang termasuk ke
dalam polimer termoplastik yang dapat diolah pada suhu tinggi. Polipropilena
berasal dari monomer propilena yang diperoleh dari pemurnian minyak bumi.
Struktur molekul propilena dapat dilihat pada gambar 2.1.1 berikut :
CH2=CH-CH3 8
Secara industri, polimerisasi polipropilena dilakukan degan menggunakan
katalis. Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai linear yang
berbentuk A-A-A-A-A-A-, dengan A merupakan propilena. Reaksi polimerisasi
dari propilena dapat dilhat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Reaksi Polimerisasi propilena menjadi polipropilena

Dalam kehidupan sehari-hari polipropilena dapat dijumpai penggunaannya


dalam bentuk kemasan botol minuman, alat tulis, peralatan laboratorium, serta
komponen otomotif. Contoh plastik jenis polipropilena dalam kehidupan sehari-
hari dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Jenis plastik polipropilena dalam kehidupan sehari-hari

2.4.1. Sifat-sifat Polipropilena 9


Polipropilena merupakan jenis bahan baku plastic yang ringan dengan
densitas 0.90-0.92 gr/cm3, memiliki kekerasan dan kerapuhan yang paling tinggi
dan bersifat kurang stabil terhadap panas dikarenakan adanya hydrogen tersier.
Penggunaan bahan additive memungkinkan polipropilena memiliki mutu kimia
yang baik sebagai bahan polimer dan tahan terhadap pemecehan yang disebabkan
oleh tekanan maupun temeperatur yang tinggi.Polipropilena memiliki
konduktivitas panas yang rendah 0.12 W/m sehingga banyak juga dimanfaatkan
sebagai isolator.
Polipropilena memiliki tingakat kristalinitas yang rendah sehingga
rentanterhadap laju pendinginan, contohnya dalam suatu proses pencetakan
thermoplastik membentuk barang jadi yang tebal dan luas, maka bagian tengah
akan menjadi dingin lebih lambat daripada bagian luar, yang bersentuhan
langsung dengan dengan cetakan. Akibatnya akan terjadi perbedaan drajat
kristalinitas pada bagian permukaan dengan bagian tengah.
Tabel 2.4 Sifat Fisika dan Kimia Polypropylene (PP)
Sifat Fisika Sifat Kimia
Rumus Kimia : (C3H6)n Tidak Korosif
Bentuk : Butiran padat Pada suhu tinggi material akan mulai
Warna : Tembus cahaya membusuk menghasilkan asap yang
Bau : Sedikit berbau dapat berisi CO2, CO, Keton dan
Berat Molekul : 42 kg/mol aldehida
Densitas : 0,880-0,913 g/cm3
Titik Lebur : 150-170oC
Titik Nyala : >300oC
Suhu dekomposisi : >300oC
GO (kjoule/mol OK) : 62,72
HO (kjoule/mol OK) : 20,42
(sumber : Material Safety Data Sheet, polypropylene 2016)

Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi tahun


2008, Kementerian Energi danSumber Daya Mineral Republik Indonesia. Standar
dan mutu (spesifikasi) bahan bakar minyak jenis minyak bakaryang dipasarkan di
dalam negeri adalah sebagai berikut (ESDM, 2008).

Tabel 2.5 Spesifikasi bahan bakar minyak

(Sumber: SK Dirjen Minyak & Gas Bumi, ESDM, 2008)


2.5. Polystyrene (PS)
Polistirene adalah hasil polimerisasi dari monomer-monomer stirena,
dimana monomer stirenanya didapat dari hasil proses dehidrogenisasi dari etil
benzene (dengan bantuan katalissedangkan etil benzene-nya sendiri merupakan
hasil reaksi antara etilena dengan benzene (dengan bantuan katalis).
` Polystyrene dibentuk dari moleku molekul styrene.Ikatan rangkap antara
bagian CH2 dan CH dari molekul disusun kembalihingga membentuk ikatan
dengan molekul molekul styrene berikutnya danpada akhirnya membentuk
polystyrene. Material ini diaplikasikan untukpembuatan furniture (pelapis kayu ),
cashing monitor komputer ,cashing TV,utensil , lensa (optik dari plastik ).
Bilamana polystyrene dipanaskan dan udaraditiupkan maka melalui pencampuran
tersebut akan terbentuk styrofoam.Styrofoam memiliki sifat sangat ringan ,
moldable dan merupakan insulatoryang baik.

Gambar 2.4 Reaksi Polimerisasi Styrene Menjadi Polystryrene

Sifat-sifat umum dari polistirena :


1. Sifat-sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku, keras,
mempunyai bunyi seperti metallic bila dijatuhkan.
2. Ketahanan terhadap bahan kimia PS terhadap bahan-bahan kimia
umumnya tidak sebaik ketahanan yang dipunyai oleh PP atau PE. PS larut
dalam eter, hidrokarbon aromatik dan chlorinated hydrocarbon. PS juga
mempunyai daya serap air yang rendah yaitu dibawah 0,25%.
3. Abrasion resistance PS mempunyai kekuatan permukaan relative lebih
keras dibandingkan dengan jenis termoplastik yang lain. Meskipun demikian,
bahan ini mudah tergores.
4. Transparansi sifat optis dari PS adalah mempunyai derajat transparansi
yang tinggi, dapat melalui semua panjang gelombang cahaya (A 90%).
Disamping itu dapat memberikan kilauan yang baik yang tidak dipunyai oleh
jenis plastik lain, dimana bahan ini mempunyai indeks refraksi 1,592.
5. Sifat elektrikal karena mempunyai sifat daya serap air yang rendah maka
PS digunakan untuk keperluan alat-alat listrik. PS foil digunakan untuk
spacers, slot liners dan covering dari kapasitor, koil dan keperluan radar.
6. Ketahanan panas PS mempunyai softening point rendah (90oC) sehingga
PS tidak digunakan untuk pemakaian pada suhu tinggi, atau misalnya pada
makanan yang panas. Suhu maksimum yang boleh dikenakan dalam
pemakaian adalah 75oC. Disamping itu, PS mempunyai sifat konduktifitas
panas yang rendah.

Gambar 2.5 Jenis plastik polistirene dalam kehidupan sehari-hari

2.6. Polyethylene Terephtalate (PET)


Polyethylene terephtalate yang sering disebut PET dibuat dari glikol (EG)
dan terephtalic acid(TPA) atau dimetyl ester atau asam terepthalat (DMT).
Material ini dihasilkan darikondensasi antara ethylene glycol dengan asam
terepthalic dan termasuk padatipe thermoplastik. PET ini dapat dibentuk menjadi
fiber seperti dacron danFilm seperti mylar. Material PET ini merupakan plastik
utama untukpembuatan kantong kemasan makanan.
Gambar 2.6 Rumus bangun polyethylene terephtalate

PET merupakan keluarga polyester seperti halnya PC. Polymer PET dapat
diberi penguat fiber glass, atau filler mineral. PET film bersifat jernih, kuat, liat,
dimensinya stabil, tahan nyala api, tidak beracun, permeabilitas terhadap gas,
aroma maupun air rendah. PET engineer resin mempunyai kombinasi sifat-sifat:
kekuatannya tinggi, kaku (stiffness), dimensinya stabil, tahan bahan kimia dan
panas, serta mempunyai sifat elektrikal yang baik. PET memiliki daya serap uap
air yang rendah, demikian juga daya serap terhadap air. PET dapat diproses
dengan proses ekstrusi pada suhu tinggi 518- 608oF, selain itu juga dapat diproses
dengan tehnik cetak injeksi maupun cetak tiup. Sebelum dicetak sebaiknya resin
PET dikeringkan lebih dahulu (maksimum kandungan uap air 0,02 %) untuk
mencegah terjadinya proses hidrolisa selama pencetakan. Penggunaan PET sangat
luas antara lainbotol-botol untuk air mineral, soft drink, kemasan sirup, saus, selai,
minyak makan.

Gambar 2.7 Jenis plastik polyethylene terephtalate dalam kehidupan sehari-hari


2.7. Polyetylene (PE)
Polyethylene (LDPE dan HDPE) : Polimer yang paling umum dalam plastik
mialah polyethylene yang dihasilkan (dibuat) dari monomer monomer ethylene
(CH2=CH). Pertama kali dibuat ialah LDPE (low density polyethylene) ,material
ini mengambang pada larutan campuran air dan alkohol. Karakteristik LDPE ialah
lunak dan fleksibel sehingga pertamakali diaplikasikan sebagai isolator kawat
listrik, namun saat ini aplikasinya telah berkembang diantaranya untuk
pembuatan film , wraps (pembungkus makanan) ,botol ,kantong sampah , dan
sarung tangan yang sekali pakai buang.
HDPE (high density polyethylene) dibuat melalui polimerisasi ethylene
dengan penambahan berbagai metal,dan dihasilkan polimer polyethylene yang
tersusun hampir sebagaian besar polimer polimer linier. Bentuknya yang linier
menghasilkan sifat bahan yang bersifat kuat ,rapat dan strukturnya mudah diatur
.Plastik HDPE ini keras dan memiliki titik lebur tinggi dibandingkan LDPE selain
itu tenggelam dalam larutan campuran air dengan alkohol. Material ini
diaplikasikan untuk pembuatan hula hoop dan kontainer. Titik leleh LDPE
berkisar 105oC hingga115oC. LDPE dicirikan dengan densitas 0,910-0,940 g/cm3.
LDPE memiliki derajat tinggi terhadap percabangan rantai panjang dan pendek
yang berarti tidak akanberubah menjadi struktur kristal.

2.8. Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar


Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur
ulang tersier. Merubah sampah plastic menjadi bahan bakar minyak dapat
dilakukan dengan proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah
rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil
dari proses cracking plastik ini dapat digunakan sebagai bahan kimia atau bahan
bakar. Ada tiga macam proses cracking yaitu hidrocracking, thermalcracking dan
catalytic cracking (Panda, 2011).
1. Hidrocracking
Hidrocracking adalah proses cracking dengan mereaksikan plastik dengan
hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada
temperature antara 423 673 K dan tekanan hidrogen 3 10 MPa. Dalam
proses hydrocracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencapuran
dan reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan
decalin. Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous
silica alumina, zeolite dan sulphate zirconia.
Penelitian tentang proses hydrocracking ini antara lain telah dilakukan
oleh Rodiansono (2005) yang melakukan penelitian hydrocracking sampah
plastik polipropilena menjadi bensin (hidrokarbon C5-C12) menggunakan katalis
NiMo/Zeolit dan NiMo/Zeolit-Nb2O5. Proses hydro cracking dilakukan dalam
reaktor semi alir (semi flow-fixed bed reactor) pada temperature 300, 360, dan
400 C; rasio katalis/umpan 0,17; 0,25; 0,5 dengan laju alir gas hydrogen 150
ml/jam. Uji aktivitas katalis NiMo/zeolite yang menghasilkan selektivitas produk
C7-C8 tertinggi dicapai pada temperatur 360C dan rasio katalis/umpan 0,5.
Kinerja katalis NiMo/zeolit menurun setelah pemakaian beberapa kali, tetapi
dengan proses regenerasi kinerjanya bisa dikembalikan lagi.
Nurcahyo (2005), melakukan penelitian sama dengan penelitian Rodiansono
(2005) tetapi dengan katalis NiPd/Zeolite. Uji aktivitas katalis NiPd/Zeolit untuk
reaksi hydro cracking sampah plastik menjadi fraksi bensin telah dilakukan
dengan variasi temperatur 300, 350, 400, 450 dan 500 C dan variasi rasio berat
katalis: umpan 1/2, 1/4, dan 1/6 dengan sistem semi alir. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas katalis optimum dicapai pada temperatur 450C
dan rasio berat katalis : umpan = 1/2.
2. Thermalcrackingatau Pirolisis
Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi tanpa
adanya udara atau dengan udara terbatas. Proses dekomposisi pada pirolisis ini
juga sering disebut dengan devolatilisasi. Produk utama dari pirolisis yang dapat
dihasilkan adalah arang (char), minyak, dan gas. Arang yang terbentuk dapat
digunakan untuk bahan bakar ataupun digunakan sebagai karbon aktif. Sedangkan
minyak yang dihasilkan dapat digunakan sebagai zat additif atau campuran dalam
bahan bakar. Sedangkan gas yang terbentuk dapat dibakar secara langsung (A.S
Chaurasia., B.V Babu., 2005).
Pirolisis plastik yang pernah dilakukan oleh Purwanti adalah dari 100 gram
kantung plastik yang diolah pada suhu 400oC dalam waktu dua jam, diperoleh
cairan mirip minyak bumi sekitar 75 gram (Purwanti Ani dan Sumarni, 2008.).
Adapun gas bakar yang didapat mencapai 116 ml per gram plastik bekas. Adanya
kelemahan sistem batch, maka dikembangkan sistem "sinambung", dengan
konstruksi agak berbeda. Pemanasan dilakukan dengan listrik, dibantu dengan
nyala gas hasil pirolisis, dan sistem pendingin ditingkatkan. Pada proses ini, hasil
cair yang diperoleh 79%-83% dari berat plastik yang dimasukkan ke dalam
reaktor pirolisis, dengan panas dari luar yang dapat dikurangi 10%-15%.
Berdasarkan analisa yang pernah dilakukan Lembaga Minyak dan Gas Bumi,
minyak dari plastik bekas ini memiliki sifat tidak jenuh. Artinya, perbandingan
antara karbon dan hidrogen tidak seimbang sehingga ada mata rantai yang tidak
terisi. Minyak berwarna kuning kecokelatan, tetapi sudah bisa untuk bahan bakar
kompor atau obor (Purwanti Ani dan Sumarni, 2008). Minyak hasil pirolisis ini
mudah terbakar, mengeluarkan jelaga, dan baunya merangsang. Minyak pirolisis
ini dapat diolah lagi supaya mempunyai sifat jenuh dan stabil (Boy Macklin
Pareira, 2009).
Pranata, J.(2008) meneliti tentang minyak pirolisis dari plastik polietilena,
hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak pirolisis dari plastik polietilena
mempunyai densitas 939 kg/m3 atau lebih berat dari minyak tanah. Minyak bakar
ini mempunyai ignition point 30,4oC sehingga sangat mudah dinyalakan.
Komponen utama minyak pirolisis dari plastik polietilena adalah styrene
monomer yang kadarnya hampir 64%. Sedangkan lebih dari 80% minyak pirolisis
ini terdiri dari styrene. Karakteristik bahan bakar sampah plastik khususnya
plastik polietilena dapat dilihat di dalam tabel 2.4.
Skodars,G.,et al. (2006) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh
temperatur dan waktu terhadap hasil char pada proses pirolisis, dimana semakin
tinggi temperatur setelah melewati temperatur puncak, reaktifitas dari char akan
menurun. Sedangkan komponen waktu tidak terlalu berpengaruh terhadap
reaktifitas dari char. Oleh karena itu salah satu variasi pada penelitian yang akan
dilakukan adalah variasi suhu.
Tabel 2.6 Karakteristik bahan bakar dari sampah plastik polietilena
No Unsur Satuan Jumlah

1 Density (150 C) g/cm3 0,939

2 Kinematic viscosity (300 C) mm2/s 1,189


0
3 Ignition point C 30,5

Komponen

a. Styrene Monomer % 63,9

b. Styrene dimmer % 11,5

c.Styrene Trimer % 5,7


4
d.Toulene % 2,2

e.Ethyl Benzene % 1,4

f.Alphamethyl styrene % 2,2

g.Other % 13,1

3. Catalitikcracking
Cracking cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi perekahan.
Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi. Osueke
dan Ofundu (2011) melakukan penelitian konversi plastik low density
polyethylene (LDPE) menjadi minyak. Proses konversi dilakukan dengan dua
metode, yaitu dengan thermal cracking dan catalys cracking. Pyrolisis dilakukan
di dalam tabung stainless steel yang dipanaskan dengan elemen pemanas listrik
dengan temperatur bervariasi antara 475 600 C. Kondenser dengan temperatur
30 35C, digunakan untuk mengembunkan gas yang terbentuk setelah plastik
dipanaskan menjadi minyak. Katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah
silica alumina. Dari penelitian ini diketahui bahwa dengan temperatur pyrolisis
550 C dan perbandingan katalis/sampah plastik 1:4 dihasilkan minyak dengan
jumlah paling banyak.
Borsodi dkk., 2011, melakukan penelitian tentang pirolisis terhadap plastik
yang terkontaminasi untuk memperoleh senyawa hidrokarbon. Pirolisis dilakukan
di dalam reaktor tabung, dengan pemasukkan material plastik secara kontinyu.
Plastik yang diproses ada dua macam, yaitu HDPE dalam kondisi bersih dan
HDPE yang terkontaminasi minyak pelumas. Dalam penelitian ini temperatur
pirolisis 500C. Pirolisis dilakukan dengan katalis (thermo-catalytic pyrolysis)
dan tanpa katalis (thermal pyrolysis). Katalis yang digunakan adalah Y- zeolite.
Dari penelitian ini diketahui bahwa HDPE yang terkontaminasi produk
volatilenya lebih tinggi dan densitasnya juga lebih tinggi. Pemakaian katalis
mempengaruhi proses cracking pada HDPE yang tidak terkontaminasi, tetapi pada
HDPE yang terkontaminasi pengaruh pemakaian katalis tidak signifikan.
Pemakaian katalis menurunkan densitas dari minyak yang dihasilkan dari proses
pirolisis.

2.9. Pirolisis
Ada 3 cara yang sering dilakukan untuk mengekstrak energi dari biomassa
yaitu:
1. Pembakaran
Oksidasi bahan bakar yang biomassa dapat sepenuhnya teroksidasi dan
ditransfer menjadi panas. Namun, efisiensi dari proses ini hanya sekitar10% dan
dengan cara ini penggunaan merupakan sumber polusi yang cukup besar.
2. Gasifikasi
Gasifikasi adalah sebagian proses oksidasi yang mengubah bahan bakar padat
menjadi bahan bakar gas.Proses gasifikasi dari limbah terjadi pada temperatur
yang lebih tinggi dari pirolisis dan dengan penambahan oksigen yang
terkontrol.Reaksi dasar gasifikasi adalah:
CnHm + 0,55n O2 nCO + 0,5m H2
Proses gasifikasi pada hakikatnya mengoksidasi suplai hidrokarbon pada
lingkungan yang terkontrol untuk memproduksi gas sintetis yang memiliki nilai
komersial yang signifikan. Perbedaan gasifikasi dengan pirolisis dan pembakaran:
berdasarkan kebutuhan udara yang diperlukan selama proses.
a. Jika jumlah udara : bahan bakar (AFR, air fuel ratio) = 0, maka proses disebut
pirolisis.
b. Jika AFR <1,5 maka proses disebut gasifikasi.
c. Jika AFR >1,5 maka disebut proses pembakaran

Gambar 2.9 Grafik perbedaan pembakaran, gasifikasi dan phyrolisis


3. Pirolisis
Pirolisis adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi tanpa
adanya udara atau dengan udara terbatas.Proses pirolisis bahan organik sangat
kompleks dan terdiri dari kedua simultan dan reaksi berturut ketika bahan organik
dipanaskan dalam suasana non-reaktif. Dalam proses ini dekomposisi termal dari
komponen organik dalam biomassa dimulai pada 350 C-550 C dan naik ke 700
C-800 C dalam ketiadaan udara atau oksigen. Rantai panjang karbon, hidrogen
dan oksigen senyawa yang terkandung dalam biomassa terurai menjadi molekul
yang lebih kecil dalam bentuk gas, uap terkondensasi (tar dan minyak) dan arang
padat.Gambar 2.9 menunjukan jalur reaksi yang mungkin untuk pirolisis
biomassa pada kayu.
Gambar 2.10 Representasi reaksi pirolisis kayu

Gambar 2.11 Proporsi relatif dari produk akhir pirolisis biomassa

a. Reaksi Pirolisis menggunakan plastik polypropylene (PP)


29C3H5
3H2+CH4+C2H4+C3H6+C3H8+C4H10+C8H16+C16H32+C28H56+20C
b. Klasifikasi Pirolisis
Berdasarkan kondisi operasi operasi pirolisis diklasifikasikan menjadi 3:
1. Pirolisis Lambat
2. Pirolisis Cepat
3. Pirolisis Flash
Tabel 2.7 Parameter operasi dan produk hasil pirolisis

Waktu
Laju Ukuran Yield Produk (%)
Proses tinggal Temperatur
Pemanasa Partikel
Pirolisi padata (K) Ga
n (K/s) (mm) OIL
s n (s) Char s
450-
Lambat 550 0.1-1 5.0-50 550-950 30 35 35
Cepat 0.5-10 10-200 <1 850-1250 50 20 30
Flash <0.5 >1000 <0.2 1050-1300 75 12 13
Sumber: Prabir Basu (Biomassa Gassification and Pyrolisis Handbook.2010)

a. Pirolisis Lambat
Pirolisis lambat telah digunakan selama ribuan tahun untuk meningkatkan
produksi arang pada suhu rendah dan tingkat pemanasan yang rendah. Dalam
proses ini, waktu tinggal uap terlalu tinggi (5 menit sampai 30 menit) dan
komponen dalam fase uap terus bereaksi satu sama lain yang menghasilkan char
padat dan cairan lainnya. Namun, pirolisis lambat memiliki beberapa keterbatasan
teknologi yang membuat itu tidak mungkin cocok untuk produksi bio-minyak
berkualitas baik. Produk utama dalam proses pirolisis lambat terjadi karena waktu
tinggal yang tinggi dan dapat mempengaruhi bio-minyak hasil dan kualitas. Selain
itu, waktu tinggal yang lama dan transfer panas yang rendah menuntut masukan
energi ekstra.
b. Pirolisis Cepat
Dalam proses pirolisis cepat, biomassa cepat dipanaskan sampai suhu tinggi
tanpa adanya oksigen. Biasanya secara berat, pirolisis cepat menghasilkan 60% -
75% dari produk berminyak (minyak dan lainnya Cairan) dengan 15% -25% dari
padatan (terutama biochar) dan 10% -20% dari fase gas tergantung pada bahan
baku yang digunakan. Produksi cairan biasanya dihasilkan dari biomassa dalam
suhu rendah, tinggi laju pemanasan dan waktu tinggal yang singkat . Karakteristik
dasar dari proses pirolisis cepat ialah transfer panas tinggi dan tingkat pemanasan,
sangat singkat waktu tinggal uap singkat, pendinginan uap cepat dan aerosol
untuk tinggi yield bio-oil. Teknologi pirolisis cepat menerima popularitas yang
luar biasa dalam memproduksi bahan bakar cair dan berbagai khusus dan
komoditas bahan kimia. Produk cair ini dapat dengan mudah dan ekonomis
diangkut dan disimpan, sehingga de-coupling penanganan biomassa padat dari
pemanfaatan. Ia juga memiliki potensial untuk memasok sejumlah bahan kimia
yang berharga yang menawarkan daya tarik nilai tambah yang jauh lebih tinggi
daripada bahan bakar. Teknologi pirolisis cepat dapat memiliki biaya investasi
yang relatif rendah dan energi tinggi efisiensi dibandingkan dengan proses
lainnya, terutama pada skala kecil.
c. Flash Pirolisis
Flash pirolisis biomassa adalah proses yang menjanjikan untuk produksi
bahan bakar padat, cair, dan gas dari biomassa yang dapat mencapai hingga 75%
dari hasil bio-oil. Hal ini ditandai dengan devolatilisasi cepat dalam suasana inert,
tingkat pemanasan partikel yang tinggi, tinggi suhu reaksi antara 450 C dan 1000
C dan waktu tinggal gas yang sangat singkat (kurang dari1s). Namun proses ini
memiliki beberapa keterbatasan teknologi, misalnya: stabilitas termal yang buruk
dan korosif minyak, padatan dalam minyak, Peningkatan viskositas dari waktu ke
waktu oleh aksi katalitik char, alkali terkonsentrasi di char larut dalam minyak
dan produksi air pirolitik.

2.10. Perancangan Alat Pirolisis


2.10.1. Perancangan Tangki
Tangki merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap alat proses. Pada
sebagian besar alat proses, tangki dirancang dengan beberapa modifikasi sesuai
keperluan yang memungkinkan alat beroperasi pada fungsi yang dikehendaki.
Biasanya tahap awal dari perancangan tangki adalah pemilihan tipe/bentuk yang
paling sesuai dengan konsisi operasi yang diinginkan. Faktor terpenting yang
sesuai yang mempengaruhi pemilihan ini adalah:
1. Fungsi dan lokasi tangki
2. Sifat alamiah dari fluida yang akan digunakan
3. Suhu dan tekanan operasi
4. Volume yang dibutuhkan atau kapasitas untuk proses yang akan digunakan.
Secara umum tangki dapat digolongkan kedalam beberapa jenis yang
dapat dilihat pada Gambar 2.4. (Setiawan. P. H., 2013)
1. Tangki bentuk vertikal (vertical tank)
2. Tangki bentuk horizontal (horizontal tank)
3. Tangki berbentuk bola (hemispherical tank)

Vertical Tank Horizontal Tank Hemispherical Tank

Gambar 2.4. Jenis-Jenis Tangki


Dalam perancangan ini, tangki yang digunakan adalah tangki vertikal
berbentuk silinder. Pemilihan ini didasarkan pada tekanan yang diperlukan hingga
5 atm dan proses membutuhkan suhu yang tinggi.Dalam hal ini tangki berfungsi
sebagai reaktor pirolisis untuk mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar
minyak.
1. Diamteter tangki (Dt)
Menghitung diameter tangki memerlukan data volume tangki, volume tangki
terdiri dari volume silinder, volume ellipsoidal dan volume conical yang di
peroleh dari rumus berikut.
Vt = Vs + Ve + Vc
Volume silinder dapat dihitung dengan rumus berrikut.

Vs = 4 2 Hs = 1, 5 DD

Maka,
1,5
Vs = 3
4

Volume ellipsoidal dapat dihitung dengan rumus berikut.



Ve = 6 2 He = DD

Maka,

Ve = 24 3

Volume conical dapat dihitung dengan rumus berikut.



Vc = 6 2 Hc = Dt tan 30

Vc = 12 3 tan 30

Maka,
0,577
Vc = 3
12

Sehingga diperoleh
0,577
Vt =( 4 3 ) + (24 3 ) + 3
12

DD3 =
0,339

Proses ekstraksi membutuhkan panas sehingga factor keamanan 20% dari


volume larutan, sehingga diperoleh.
Vl = 0,8 Vt

Vt =
0,8

Volume larutan dapat diperoleh dari rumus berikut.



Vl =

2. Tinggi (Hs)
Tinggi silinder, Hs = 1,5 DD
Tinggi ellipsoidal, He = DD
Tinggi conical, Hc = Dt tan 30
Tangki direncanakan diletakkan di atas kaki penyangga yang terbuat dari
besi dengan tinggi 1 m.
Tinggi total, Ht = tinggi silinder + tinggi ellipsoidal + tinggi conical +
(tinggi kaki tinggi ellipsoidal)
3. Tebal (t)
Rumus yang digunakan untuk menghitung tebal Ekstraktor yaitu.
Tebal dinding , ts (walas, SM.,1990)

ts = +
0,6

2.10.2. Penutup (head)


Head merupakan bagian tangki yang berfungsi sebagai penutup silinder
(shell), baik bagian atas tangki (head) maupun bagian bawah tangki (bottom).
Pada umumnya jenis penutup silinder dibagi menurut bentuk geometrisnya dan
yang paling sering digunakan adalah bentuk (Setiawan. P. H., 2013)
a. Tipe Flat Flanged
Head jenis ini adalah yang paling ekonomis dalam pembuatannya, karena
hanya membentuk flange dengan radius pada plat datar. Penggunaannya yang
paling banyak adalah pada tangki bertekanan atmosferis. Head ini juga dapat
digunakan sebagai dasar dari tangki silinder vertikal dengan diameter maksimal
20 ft. Head jenis ini diukur dengan basis diameter luar dan tersedia untuk ukuran
12-42 in dengan selisih 2 in, 42 -144 in dengan selisih 6 in, 144 - 240 in dengan
selisih 12 in, juga tersedia untuk ukuran lebih dari 246 in. bentuk dari tipe flat
flanged dapat dilihat pada Gambar 2.5.(Suratno, 2009)

Gambar 2.5. tipe flat flanged


Sumber : Mc. Cabe,W.L, et. All, 1985

Untuk menentukan ketebalan head tipe flat flanged dapat menggunakan rumus.

P
t D 0.3 C
S

b. Tipe Sphere dan Hemisphere


Untuk ketebalan yang sama, Head ini merupakan yang paling kuat. Head ini
dapat menahan tekanan hingga 2 kali lipat dari elliptical head ataupun shell
silinder dengan tebal dan diameter yang sama. Tetapi harga pembuatan dan biaya
lain-lain dari head ini paling besar dibandingkan dengan yang lain. Ketersedian
head ini juga terbatas dalam ukurannya, karena pembuatan dari plat tunggal lebih
sulit. Bentuk dari tipe sphere dan hemisphere dapat dilihat pada Gambar 2.6.
(Suratno, 2009)

Gambar. 2.6. Tutup Bejana Tipe Sphere


Sumber : Suratno, 2009

Untuk menentukan ketebalan head tipe Sphere dan Hemisphere dapat


menggunakan rumus.
PR
t C
2SE - 0.2P

c. Tipe Ellipsoidal
Head ini digunakan untuk tangki bertekanan antara 100 psig hingga lebih dari
200 psig. Jika rasio sumbu mayor : sumbu minor = 2:1 maka kekuatan head akan
sama dengan kekuatan shell silinder dengan diameter dalam dan luar yang sama.
Kedalaman bagian dalam dari lengkungan sama dengan setengah dari sumbu
minor atau sama dengan 1/4 diameter dalam dari head. bentuk Dari tipe
ellipsoidal dapat dilihat pada Gambar 2.7. (Suratno, 2009)
Gambar. 2.7. Tutup Bejana Tipe Ellipsoidal
Sumber : Suratno, 2009

Untuk menentukan ketebalan head Ellipsoidal dapat menggunakan rumus.


PD
t C
2SE - 0,2P

d. Tipe Cone dan Conical


Tutup bejana conical biasanya digunakan sebagai penutup atas pada tangki
silinder tegak dengan laju alir yang rendah dan memiliki alas flat bottom yang
beroperasi pada tekanatmosperik. Disamping itu juga digunakan sebagai tutup
bawah pada alat-alat proses seperti: evaporator, spray dryer, crystallizer, bin,
hopper , tangki pemisah dan lain-lain. Bentuk dari tipe conical dapat dilihat pada
Gambar. 2.8. (Suratno, 2009).

Gambar. 2.8. Tutup Bejana Tipe Cone


Sumber : Suratno, 2009

Untuk menentukan ketebalan head tipe Cone dan Conical dapat menggunakan
rumus.
PD
t C
2cos (SE - 0,6P)
Catatan :
30, jika lebih dari 30 maka ada perhitungan khusus.
P = tekanan desain atau tekanan maksimal yang bekerja pada ketel uap
(psi atau Pa)
S = nilai tegangan dari material (psi atau Pa)
E = efisiensi dari pengelasan
R = jari-jari bagian dalam ketel uap (inchi atau mm)
D = diameter bagian dalam ketel uap (inchi atau mm)
= sudut puncak tutup ketel uap ( )
L = diameter bagian dalam dari tutup tipe Torishperical (inchi atau mm)
r = jari-jari knuckle bagian dalam V (inchi atau mm)
t = ketebalan tutup V (inchi atau mm)
M = faktor M dicari dari L/r

e. Tipe Torispherical (ASME Flanged dan Dished Head)


Dengan mengurangi stress lokal pada inside corner head, batas tekanan dari
flanged and dished head dapat ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membentuk head sehingga inside comer radius paling tidak sama dengan tiga kali
ketebalan plat, atau radiusnya tidak kurang dari 6% diameter dalam, dan radius
lengkungan harus sama atau kurang dengan diameter head. Head ini umumnya
digunakan untuk tangki bertekanan antara 15-200 psig bahkan dapat lebih dari
200 psig. Tetapi untuk penggunaan lebih dari 200 psig lebih ekonomis untuk
menggunakan elliptical flanged and dished head. Head ini dapat digunakan untuk
tangki vertikal maupun horisontal pada berbagai alat proses. bentuk dari tipe
torispherical dapat dilihat pada Gambar 2.9. (Suratno, 2009)

Gambar. 2.9. Tutup Bejana Tipe Torispherical


Sumber : Suratno, 2009

Untuk menentukan ketebalan head tipe Torispherical dapat menggunakan rumus.


Jika L /r = 16 2/3
0,885PL
t C
SE - 0,1P
Jika L /r < 16 2/3
PLM
t C
2SE - 0,2P
2.11.

You might also like