You are on page 1of 14

Malaria pada Wanita Hamil dan Penatalaksanaannya

Kelas: F (F1)
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk Jakarta Barat 11510
Telp. (021) 56942061. Fax (021) 5631731

Abstract

Malaria is a parasitic infectious disease is a health problem in many countries around the world. Malaria
is an infectious disease caused by the protozoa of the genus Plasmodium. In the history of medical
science is an interview of patients on complaints that happened. A good history is accompanied by
empathy from the doctor to the patient. Blend interviewing skills and a deep knowledge of the symptoms
and signs of a disease will provide satisfactory results in determining a diagnosis can help determine the
likelihood that a step further examination, cause of malaria is plasmodium infection, which is derived
from the family plasmodidae. Plasmodium to infect human erythrocytes and have breeding secaraseksual
in liver tissue and erythrocytes.

Keywords : malaria, plasmodium

Abstrak

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang merupakan masalah kesehatan di banyak
negara di seluruh dunia. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dengan
genus Plasmodium. Didalam ilmu kedokteran anamnesis merupakan wawancara terhadap pasien atas
keluhan yang dialaminya. Anamnesis yang baik disertai dengan empati dari dokter terhadap pasien.
Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala dan tanda dari suatu
penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis kemungkinan sehingga
dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, Penyebab infeksi malaria ialah
plasmodium, yang berasal dari famili plasmodidae. Plasmodium pada manusia menginfeksi eritrosit dan
mengalami perkembangbiakan secaraseksual di jaringan hati dan eritrosit.

1
Kata Kunci : malaria, plasmodium

Pendahuluan

Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi parasit yang merupakan masalah kesehatan di
banyak negara di seluruh dunia. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
protozoa dengan genus Plasmodium . penyakit malaria di tularkan melalui gigitan nyamuk jenis
tertentu yaitu nyamuk dari jenis Anopheles.setiap tahun 300-500juta kasus malaria menyebabkan
dua juta kematian menurut WHO pada tahun 2005. Salah satu negara yang memiliki masalah
utama terhadap penyakit malaria adalah indonesia, malaria merupakan penyakit yang cukup
banyak diderita. Penyakit ini pada umumnya menyerang penduduk yang tinggal di pedesaan
yang merupakan sebagian besar penduduk Indonesia.

Skenario

Seorang wanita usia 25 tahun dengan keluhan demam sejak 1 minggu yang lalu.

Pembahasan

Anamnesis
Didalam ilmu kedokteran anamnesis merupakan wawancara terhadap pasien atas keluhan yang
dialaminya. Anamnesis yang baik disertai dengan empati dari dokter terhadap pasien. Perpaduan
keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala dan tanda dari suatu
penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis kemungkinan
sehingga dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dapat dilakukan langsung terhadap pasien (auto-
anamnesis) maupun terhadap keluarganya atau walinya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien
tidak memungkinkan untuk dilakukan wawancara, misalnya dalam gawat-darurat.1
Dalam melakukan anamnesis perlu pertanyaan rutin yang harus diajukan kepada semua pasien,
misalnya pertanyaan tentang identitas, keluhan utama,keluhan penyerta, riwayat penyakit dahulu,
riwayat penyakit menahun dan riwayat penyakit sekarang yang spesifik terhadap diagnosa
sementara, terdapat pertanyaan yang spesifik di riwayat penyakit sekarang pada penderita
malaria, yaitu riwayat berpergian ke daerah endemis malaria lebih kurang 2 minggu sebelum
gejala klinis tumbuh. Selain itu kita harus membuat pertanyaan apakah pasien mengalami

2
kesulitan berkemih dan muntah-muntah hebat.1 untuk skenario 11 yang kita dapat anamnesis
sebagai berikut:
1. Identitas
Nama :-
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
2. Keluhan utama : Demam sejak 1 minggu yang lalu, hilang timbul ga tentu
3. Keluhan tambahan : disertai menggigil dan berkeringat.
4. Baru pindah dari papua 1 bulan lalu
5. Wanita hamil 11 minggu.
Pemeriksaan Fisik
Penderita dengan keluhan menderita malaria akan dilakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:

1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah 100/60 mmHg
Suhu 38,5c
Heart rate 80x/menit
Respiration Rate 20x/menit
2. Didapati bahwa kesadaran pasien adalah compos mentis (conscious), yaitu kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dan dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya. Tingkat kesadaran lainnya adalah:
a) Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh takacuh .
b) Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
c) Somnolen (obtundasi, letargi) yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah di
bangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
d) Stupor (spoor koma) yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
e) Koma (cormotase) yaitu tidak bisa di bangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin
juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).2
3. Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk memeriksa apakah adanya cairan atau massa
dalam abdomen. Selain itu pemeriksaan abdomen juga dilakukan untuk mrncari apakah
ada pembengkakan pada hati dan limpa karena penyakit kronis.
Inspeksi

3
- Frekuensi pernafasan pasien jika lebih dari 35/menit pada dewasa, lebih dari
40x/menit pada balita, dan lebih dari 50x/menit pada bayi berumur dibawah 1 tahun
menenunjukan pasien mengalami malaria berat.3
- Inspeksi perdarahan untuk melihat adanya ptekiae, purpura dan hematoma.
Ptekiae adalah bercak merah dalam yang merupakan perdarahan kecil dibawah kulit.
Ptekiae mungkin mencermikan gangguan perdarahan atau fragilitas kapiler dan dapat
menyertai infeksi serius. Purpura adalah warna keunguan yang timbul di permukaan
kulit yang disebabkan oleh karena kerusakan pada darah. Hematoma adalah
kumpulan darah yang terletak diluar pembuluh darah, biasanya pada tempat dimana
tempat terjadinya trauma.3,4
- Tanda-tanda dehidrasi yaitu mata cekung, bibir kering, oliguria, turgor, elastisitas
kulit berkurang.
- Melihat tanda anemia berat dengan adanya konjungjiva pada mata, lidah pucat dan
telapak tangan pucat.
- Mata kuning (iketerus)

Palpasi

- Melakukan palpasi pada bagian hipokondrium kiri untuk mengecek apakah


adanya pembesaran limpa (splenomegali)

Dari pemeriksaan fisik pada skenario di temukan:

Hepotomegali dibawah arcus costae dan keadaan umum sakit sedang

Pemeriksaan Penunjang

Pada skenario pemeriksaan penunjang belum di lakukan, namun pada malaria biasanya
dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut:

Pemeriksaan Tetes Darah untuk Malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasite malaria sangat penting
untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif, tidak
mengesampingkan diagnose malaria. Pemeriksaan 3 kali darah tepi dengan hasil negatif maka
diagnose malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga
laboratorik yang berpengalaman dalam pemeriksaan parasite malaria. Pemeriksaan pada saat
penderita demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukan parasit.1

Tetesan Preparat Darah Tebal

Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasite malaria karena tetesan darah cukup banyak
dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan.

4
Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan
parasite dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandang dengan pembesaran kuat).
Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandang dengan pembesaran kuat
700-1000 kali tidak di temukan parasite.1

Tetesan Darah Tepi

Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium karena bila dilakukan dengan preparat darah
tebal, sulit ditentukan . kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count),
dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasitper 1000 sel darah merah.
Bila jumlah parasit >100.000 per mikro liter darah menandakan infeksi yang berat. Hitung
parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria, walaupun komplikasi juga dapat
timbul dengan jumlah parasit yang minimal. Pengecetan dilakukan dengan cat Giemsa,
Leishmans, Fields atau Romanowsk. Tetapi, yang biasa di gunakan adalah pengecatan Giemsa
karena mudah dipakai dengan hasil yang cukup baik.1

Tetes Antigen

Yaitu mendeteksi antigen dari Plasmodium falciparum (Histidin Rich Protein II). Deteksi ini
sangat cepat, hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, dan tidak
memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivax sudah beredar dipasaran yaitu dengan
metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehydrogenase dari palmodium (pLDH)
dengan cara immunochromotographic, telah dipasarkan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-200 parasit per mikro liter darah dapat membedakan apakah infeksi P.
falciparum atau P. vivax.

Tes Serologi

Mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai teknik indirect fluorescent antibody test.
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibody spesifik terhadap malaria atau keadaan
dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody
baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru dan
test > 1:20 dinyatakan positif.1

Pemeriksaan PCR ( Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplikasi DNA, waktu yang di pakai
cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan dari tes ini walaupun
jumlah parasite sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tetapi,, tes ini baru dipakai
sebagai sarana penilitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.1

Diagnosis Kerja

5
Malaria dengan kehamilan trisemeter I

Gejala klinis penyakit malaria adalah demam dan anemia, demam mempunyai 3 stadium, yaitu
frigoris (menggigil) yang berlangsung -2 jam, kemudian stadium acme (puncak demam)
selama 2-4 jam, kemudian memasuki stadium sudoris dimana penderita banyak keringat. Pada
malaria tertiana demam timbul setiap hari ketiga, sedangkan pada malaria tropika demam akan
berjalan terus menerus. Berdasarkan gejala-gejala yang timbul maka diagnosa pada orang
tersebut adalah malaria falsiparum atau tropika atau tersiana maligna.3

Diagnosis Banding

Diagnosis pembanding merupakan diagnosis yang diperkirakan dekat dengan hasil diagnosis
kerja.3

Demam Tifoid

Diagnosis pembanding dari penyakit malaria di tinjau dari demam dan keadaan icterus adalah
demam tifoid.4 gejala dari demam tifoid sendiri ialah panas lebih dari 4 hari kontinu terutama
pada malam hari . keadaan umum penderita kurang, nafsu makan berkurang, mulai apatis, fisik
lidah coatea, bercak reseola pada kulit, Hb turun dll.5

Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti. Gejala klinisnya adalah demam tinggi yang berlangsung dalam waktu
singkat selama 2-7 hari, yang dapat mencapai 40C. demam juga sering di tandai dengan gejala
tidak spesifik seperti tidak nafsu makan, lemah badan, nyeri sendi dan tulang, rasa sakit di daerah
belakang mata (retro-orbita), dan wajah yang kemerah-merahan. Tanda-tanda perdarahan seperti
mimisan (epistaksis), perdarahan gusi, perdarahan pada kulit seperti tes Rumpleede (+), ptekiae,
buang air besar yang berwarna merah kehitaman. Adanya pembesaran pada hati (hepatomegaly).
Kegagalan sirkulasi darah, ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah dan cepat, ujung jari
dingin,penurunan kesadaran, dan syok yang dapat menyebabkan kematian. Penurunan jumlah
trombosit <100.000 mm3 dan peningkatan kadar hematocrit >20% dari nilai normal.6

Etiologi dan Vektor

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang berasal dari famili plasmodidae. Plasmodium
pada manusia menginfeksi eritrosit dan mengalami perkembangbiakan secaraseksual di jaringan
hati dan eritrosit . untuk perkembangan seksualnya terjadi dalam tubuh nyamuk Anopheles
betina.7 di dunia terdapat sekitar 170 spesies plasmodium yang dikenal, tetapi hanya 4 yang
menjadi penyebab malaria pada manusia yaitu:8
Plasmodium falciparum

6
Dulu dikenal sebagai subtertian atau malaria tertian maligna merupakan spesies yang
paling mematiakan dan jika tidak diobati dapat fatal dalam beberapa hari sejak awitan.
Plasmodium ini merupakan penyebab malaria tropika/malaria serebral.
Plasmodium vivax
Spesies ini dapat bersembunyi di dalam tubuh (hati) dan dapat kambuh selama 3 tahun ke
depan . plasmodium ini merupakan penyebab malaria tertiana.
Plasmodium ovale
Spesies ini jarang, tapi bisa pula bersembunyi di dalam tubuh, plasmodium ini merupakan
penyebab malaria ovale.
Plasmodium malariae
Spesies ini dapat bersembunyi aliran darah selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan
gejala. Meskipun begitu, orang yang telah terinfeksi dapat menularkan ke orang lain
melalui gigitan nyamuk atau transfuse darah.

Tiga spesies plasmodium terakhir dapat mengalami rekurensi berminggu-minggu setelah


terlihat penyembuhan dari suatu serangan primer. Hal ini berbeda dengan infeksi-infeksi
Plasmodium falciparum yang kecuali pada kasus strai-strain yang resisten terhadap obat, jarang
mengalami rekurensi setelah pemberian obat standar.2

Plasmodium memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya yaitu manusia dan nyamuk
anopheles betina (lihat gambar 1). Siklus pada manusia mulai terjadi pada saat nyamuk
anopheles infektif menghisap darah manusia. Sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk
akan masuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang jam. Setelah itu
sporozoit masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi
skizon di hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung spesiesnya), siklus ini
disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P.vivax dan
P.ovale sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon tetapi ada yang
menjadi bentuk dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel
hati selama berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun,
akan menjadi aktif sehingga akan menimbulkan relaps (kambuh).8

Merozoit yang berasal dari skizon hati yamg pecah masuk ke peredaran darah dan
menginfeksi sel darah merah. Hal ini disebut sebagai sporulasi. Di dalam sel darah merah,
parasite terus berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit tergantung
spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini di sebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang
terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya.
Siklus ini disebut siklus eritrositer.8

Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah
membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan betina). Apabila nyamuk anopheles betina
mengisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina
melakukan pembuahan sehingga dihasilkan zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian

7
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk,ookinet akan menjadi
ookista dan selanjutnya pecah mengeluarkan ribuan sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan
siap di tularkan ke manusia.8

Masa inkubasi adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gajala
klinis yang di tandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung spesies plasmodium.
Masa prepaten adalah rentang waktu sejak sporozoit masuk sampai parasit dapat di deteksi
dalam darah tepi dengan pemeriksaan mikroskopis.8

Gambar 1 Siklus Hidup Plasmodium

Epidemiologi

Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua afrika, asia, amerika (bagian
selatan) dan daerah oeceania, serta kepulauan caribia namun terdapat juga daerah yang bebas
malaria yaitu amerika serikat, Canada, negara di eropa (kecuali rusia), Israel, singapura,
hongkong, jepang, Taiwan, korea, brunai dan Australia. Negara tersebut terhindar dari malaria
karena vector kontrolnya yang baik. Walaupun demikian negara tersebut makin banyak di
jumpai kasus malaria yang diimport karena pendatang dari negara malaria atau penduduknya
berkunjung ke daerah-daerah malaria.10

P. falciparum dan P.malariae umumnya di jumpai pada semua negara dengan malaria. Seperti di
Afrika, Haiti dan Papua Nugini, umumnya P.falciparum. P.vivax banyak di Amerika latin. Di
Amerika Selatan, Asia Tenggara, negara Oceania dan india umumnya P.falciparum dan P.vivax,
P.ovale biasanya hanya di Afrika. Di Indonesia kawasan Timur mulai dari Kalimantan. Sulawesi

8
tengah sampai ke utara, Maluku, irian jaya dan dari Lombor sampai Nusa Tenggara Timur serta
Timor Timur merupakan daerah endemis malaria dengan P.falciparum dan P.vivax.10

Patofisiologi

Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon (sporulasi) yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini merangsang sel-sel makrofag, monositatau limfosit yang
mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor necrosis factor). TNF akan di
bawah aliran darah ke hipotalamus yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi
demam. Proses skizogoni pada keempat plasmodium memerlukan waktu yang berbeda-beda
P.falciparum memerlukan waktu 36-48jam , P.vivax dan P.ovale 48 jam dan P.malariae 72jam.
Demam pada P.falciparum dapat terjadi setiap hari. P.vivax atau P.ovale selang waktu satu hari,
dan P.malariae demam timbul selang waktu 2 hari.8

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah, sehingga anemia
dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan P.ovale hanya menginfeksi sel
darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan
Plasmodium malariae menginfeksi sel darah merah tua yang jumlahnya hanya 1% dari jumlah
sel merah.sehingga anemia yang disebabkan oleh P.vivax, P.ovale dan P.malariae umumnya
terjadi pada keadaan kronis.8

Splenomegali terjadi karena limpa merupakan organ retikulo endothelial, dimana


plasmodium dihancurkan oleh sel-sel makrofag dan limposit. Penambahan sel-sel radang ini
menyebabkan limpa membeser.9

Malaria berat akibat Plasmodium falciparum mempunyai pathogenesis yang khusus


eritrosit yang terinfeksi P.falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu tersebarnya
eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh. Selain itu pada
permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai antigen
Plasmodium falciparum. Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob tersebut akan berikatan
dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat dari proses ini, terjadilah obstruksi (penyumbatan)
dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga
didukung oleh proses terbentuknya rosette yaitu bergerombolnya sel darah merah yang
berparasit dengan sel darah merah lainnya. Pada proses sitoadrenasi ini diduga juga terjadi proses
imunologik yaitu terbentukmnya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF interleukin), di
mana mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.11

Manifestasi Klinis

9
Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas penderita, tingginya transmisi infeksi
malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium, daerah asal infeksi, umur,
faktor genetic, keadaan kesehatan dan nutrisi, pengobatan sebelumnya. Keadaan kilnik dalam
perjalanan infeksi malaria.12

Serangan primer : keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan
proksimal yang terdiri dari menggigil, panas dan berkeringat. Serangan proksimal ini
dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas
penderita.
Periode latent : periode tanpa gejala dan tanpa parisetamia selama terjadinya infeksi
malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
Recrudescense : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer. Berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dan
serangan primer.
Recurrence : berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya
serangan primer.
Relaps : berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara
serangan periodic dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lama dari masa latent
(samapai lima tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di
luar eritrosit (hati) pada malaria vivax atau ovale.

Penatalaksanaan12,13,15
Terapi Pada Spesies Non-Falciparum
Sedikit sekali diketahui pengaruh spesies malaria non-falciparum terhadap ibu dan janin kecuali
P.vivax, akan tetapi diduga dua spesies yang lain juga mempunyai pengaruh yang sama.
Cloroquin (25 mg/kg BB) aman diberikan pada semua trisemester dan efektif. Pada episode
malaria non-falciparum kecuali P,vivax di Asia Tenggara (kawasan Indonesia) dimana telah
terjadi resistensi. Sedangkan di Thailand pada satu penelitian double-blind Placebo control
didapatkan bahwa klorokuin masih efektif terhadap P,vivax. Amodiaquin juga efektif terhadap
spesies non-falciparum, namun data mengenai efektifitas dan keamanan terhadap wanita hamil
masih sedikit. Oleh sebab itu amodiaquin tidak dianjurkan untuk diberikan sebagai profilaksis
oleh karena berisiko terjadinya agranulositosis. Primakuin dikontraindikasikan terhadap wanita
hamil dan menyusui oleh karena dapat mengakibatkan hemolisis sel darah merah.

Terapi Infeksi Falciparum

10
Wanita hamil yang terinfeksi oleh P,falciparum harus segera diberikan terapi walaupun
tidak menunjukkan gejala. Terapi berguna menghambat progresifitas menjadi simtomatik atau
infeksi berat sehingga dapat mengurangi anemia maternal dengan membunuh parasit di plasenta.
Terapi yang dini juga dapat mengurangi ancaman terhadap janin.
Klorokuin tidak lagi efektif namun masih luas digunakan oleh karena harga yang murah
dan mudah didapat. Sulfadoxin-pyrimetamin dianggap masih aman walaupun pada penelitian
preklinik adanya bukti toksisitas. Efektifitas sulfadoxin-pyrimetamin dikurangi oleh asam folat
(5 mg/hari). Penggunaan sulfadoxin-pyrimetamin dapat mengurangi perluasan resistensi
dibeberapa daerah. Kuinin dengan Clindamycin terbukti mempunyai efektifitas yang tinggi
terhadap strain multidrug-resisten P,falciparum. Kombinasi obat ini direkomendasikan untuk
trisemester pertama, sedangkan artemisin based combination therapy (ACT) efektif pada
trisemester kedua dan tiga dan digunakan sebagai terapi lini pertama sesuai dengan guideline
dari WHO. Dosis artesunat diberikan mulai dari 4 mg/kg single dose dan meningkat sampai 12-
16 mg/kg BB total dosis, diberikan 3-7 hari, dan tidak dijumpai efek samping terhadap ibu dan
janin. Meflokuin efektif terhadap parasit resisten klorokuin dan telah digunakan secara luas di
Asia lebih dari 20 tahun,namun resisten terhadap meflokuin telah dijumpai di Asia dan Amerika
selatan. Saat ini meflokuin dianjurkan untuk dikombinasikan dengan artesunat.
Meflokuin efektif terhadap pencegahan P,falciparum dan P,vivax pada wanita hamil,
namun dalam satu penelitian retrospektif meflokuin berkaitan dengan meningkatnya risiko
kematian bayi.
Kuinin masih merupakan terapi pilihan parenteral terhadap malaria berat dengan
kehamilan, akan tetapi memerlukan waktu terapi yang lama (7 hari), toleransinya rendah
(gastrointestinal dan pendengaran) dan rasa yang tidak menyenangkan (sangat pahit).
Kuinin dikategorikan sebagai obat kategori C oleh Food and Drug Administration. Kuinin sering
menyebabkan hipoglikemia pada wanita hamil, oleh sebab itu perlu dilakukan monitoring gula
darah dan kalau diperlukan dapat diberikan glukosa parenteral. Artesunat dan artemeter saat ini
direkomendasikan sebagai terapi malaria berat pada wanita hamil, oleh karena kerjanya cepat
dan tidak menimbulkan hipoglikemia.

11
Komplikasi

Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena plasmadium falciparum dan sering


disebut pamicious manefestations. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebelumnya,dan
sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan.
Komplikasi terjadi 5-10% pada seluruh penderita malaria yang dirawat di RS dan 20% dari
padanya merupakan kasus yang fatal. penderita malaria dengan komplikasi umumnya di
golongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisakan sebagai infeksi plasmodium
falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut.12

Malaria serebral (coma): tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit
setelah serangan kejang, acidemia/acidosis: pH darah <7,2>, anemia berat, gagal ginjal akut,
hipoglikemi: gagal sirkulasi atau syok (tekanan sitolik <70mmHg) disertai keringat dingin.
Kejang berulang leibh dari 2kali/24 jam, ganguan kesadaran ringan (GCS<15), kelemahan otot
(tidak bisa duduk ataupun berjalan), hiperparisitemia >5%, Ikterik (bilirubin> 3mg/dl),
hiperpireksia (temperature rektal > 400C) pada orang dewasa dan anak.

Pencegahan

Pencegahan malaria secara umum meliputi 3 hal, yaitu edukasi, kemoprofilaksis, dan
upaya menghindari gigitan nyamuk. Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang
harus diberikan pada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis. Materi
utama edukasi adalah mengajarkan tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan
yang terpenting pengenalan tentang gejala dan tanda malaria.pengobatan malaria terutam SBET,
dan pencegahan malaria dengan kemoprofilaksi serta pencegahan gigitan nyamuk, dan
pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan nyamuk seperti membuat drainase
yang efektif dan singkirkan tempat pembiakan nyamuk terutama rawa atau tempat air tergenang,
upaya paling efektif mencegah malaria adalah menghindari gigitan nyamuk anopheles. Upaya
tersebut berupa proteksi pribadi,modifikasi perilaku dan modifikasi lingkungan, contoh dari
proteksi diri adalah menggunakan insektisida, repellent dan mengurangi aktivitas di luar rumah
mulai senja.2

12
Edukasi yang dapat disampaikan pada masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di
daerah endemik penyakit malaria adalah sebagai berikut, tidur dengan kelambu,sebaiknya
dengan kelambu impregnated (dicelup peptisida; pemethrin atau daltametrhin.14

Menggunakan obat pembunuh nyamuk (gosok, spray, asap, atau elektrik)


Mencegah berada di alam bebas daiman nyamuk dapat menggigit atau memakai baju
lengan panjang, kaos/ stocking.
Memproteksi tempat tinggal/kamar tidur dari nyamuk dengan kawat anti nyamuk.
Dengan cara promotif juga dapat dilakukan pencegahan,yaitu dengan melakukan
penyuluhan gerakan 3M. Gerakan 3M contohnya; menguras bak mandi.
Menguras bak mandi harus dilakukan sesering mungkin. Tujuannya adalah nyamuk tidak
bertelur di bak mandi.

Prognosis

Telah kita ketahui sebelumnya, bahwa dikenal ada 4 jenis plasmodium pada malaria.

Keempat jenis plasmodium ini memiliki masing-masing prognosis sebagai berikut:1

p. vivax (baik, tidak menyebabkan kematian)

p. malariae (tampa pengobatan dapat menimbulkanrelaps 30-50 tahun)

p. ovale (baik)

Kesimpulan
Jadi, dari gejala klinik penyakit yang dapat menyebabkan demam diatas, disimpulkan bahwa,
wanita 25 tahun dengan kehamilan trisemseter 1 yang mengeluh demam sejak 1 minggu yang
lalu dengan sifat demam yang sempat menghilang kemudian naik lagi disertai menggigil,
berkeringat, sakit keapala dan mual. Sesuai dengan ciri-ciri pasien yang menderita penyakit
malaria.

13
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al. buku ajar ilmu penyakit dalam: Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik. Ed 5. Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing 2009.
2. Harijanto PN. Malaria. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S.
Buku ajar ilmu penyakit . Edisi ke 5. jilid 3 Jakarta : interna Publishing; 2009. h1754-69
3. Soedarto. Malaria. Jakarta: Sagung Seto; 2011.
4. Bateman H, Hillmore R, Jackson D, Lusznat S, McAdam K, Regan C. Dictionory of medical
terms. 4th ed. London: A & C Black Publisher; 2004.
5. Santoso M. Standart pelayanan medis penyakit dalam: Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta :
Yayasan Diabetes Indonesia; 2004. H. 13-7
6. Wahyu GG. Apa yang dokter anda tidak katakan tentang demam berdarah. Jakarta : PT Mizan
Publika; 2011
7. Alines. Seri lingkungan dan penyakit: Menajemen berbasis lingkungan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo; 2006. H 73-4
8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman penatalaksanaan kasus malaria di Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI; 2008. H.7.3
9. Natadisastra D. Agoes R. parasitologi kedokteran di tinjau dari organ tubuh yang diserang. Astuti
NZ, editor. Jakarta :EGC; 2009.h.214
10. Departemen Parasitologi FKUI. Buku ajar parasitology kedokteran. Sutanto I, editor. Jakarta :
Badan Penerbit FKUI; 2013.h.189-241
11. Price SA. Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Hartanto H,editor.
Jakarta : EGC; 2012.h. 258-9
12. Syarif A. Sadikin ZD. Obat malaria .dalam : Departemen Farmakologi Terepeutik Fakultas
Kedeokteran Universitas Indonesia. Farmokologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta : badan penerbit
FKUI; 2012.h. 556-70
13. Nosten F, McGready R, Mutabingwa T : Case Management of Malaria in Pregnancy.From
http//infection.thelancet.com.2007.Vol 7.
14. Rosenthal PJ. Obat antiprotozoa. Dalam : Katzung BG. Farmakologi dasar & klinis. Edisi 10.
Jakarta : EGC; 2007.h. 873-93
15. Harijanto PN : Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis & Penanganan,Penerbit
Buku Kedokteran EGC.1999.

14

You might also like