You are on page 1of 28
Bab 5 Investasi INVESTAS!I SEMENTARA Perusahaan dapat menanamkan kelebihan kas yang sementara menganggur dalam surat surat berharga yang dapat menghasilkan pendapatan. Tnvestasi sementara dapat dilakukan dalam bentuk deposito, saham (prioritas atau biasa), dan obligasi. Investasi bersifat sementara apabila: 1. Surat-surat berharga tersebut mudah diperjual-belikan 2. Dimaksudkan untuk dikonversi menjadi kas pada saat diperlukan dalam satu tahun atau siklus operasi. SURAT-SURAT BERHARGA Dalam praktik banyak terjadi perbedaan mengenai jumlah yang dicatat sebagai investasi sementara, Ada perusahaan yang mencatat surat berharga sebesar harga perolehan, ada yang berdasar harga pasar, dan ada juga yang menggunakan yang terendah antara harga perolehan dan harga pasar. Perolehan Surat Berharga Saham Investasi dalam surat berharga saham yang dapat diperjualbelikan, seperti halnya investasi dalam aktiva lainnya, dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan meliputi harga beli dan biaya-biaya perolehan lainnya seperti biaya komisi broker dan pajak. Akuntansi Perubahan Harga Pasar-Surat Berharga Saham Setiap lembar saham mempunyai harga pasar, yang bila dikalikan dengan jumlah lembar saham akan diperoleh harga pasar agregat atau disebut juga nilai pasar. Surat berharga sham dilaporkan di neraca sebesar yang terendah antara kos dengan nilai pasar pada tanggal neraca, Jika jumtah cost lebih besar dari nilai pasar, surat berharga saham harus disajikan dengan “cadangan penilaian” di neraca dan rugi yang belum direalisasi dilaporkan daiam penentuan laba bersih suatu periode. Rugi-laba yang direalisasi dan perubahan dalam cadangan penilaian surat berharga saham yang termasuk dalam aktiva lancar harus disertakan dalam penentuan laba bersih dalam periode terjadinya. 157 Contoh: Selama tahun 1988 PT Vincent melakukan pembelian-pembelian surat berharga saham sebagai investasi sementara. Tahun 1987 merupakan tahun pertama perusahaan melakukan investasi dalam surat-surat berharga. 5 Mei 1988 — membeli 1.000 lembar saham biasa PT Jaya dengan harga Rp5.000 per lembar ditambah biaya komisi broker Rp250.000 (total harga perolehan Rp5.250.000) 14 Agustus — membeli 1.000 lembar saham biasa PT Tara dengan harga Rp1.500 per Jembar ditambah biaya komisi broker Rp150.000 (total harga perolehan Rp1.650.000) 10 Oktober — membeli 1.000 lembar saham biasa PT Yana dengan harga Rp3.000 per lembar ditambah biaya komisi broker Rp200.000 (total harga perolehan Rp3.200.000) Masing-masing pembelian di atas dicatat pada jumlah harga perolehan (harga pasat ditambah dengan biaya komisi broker) dengan mendebit rekening Surat Berharga Saham- Lancar dan mengkredit Kas. Selama 1988, Perusahaan Vincent menjual surat berharga saham sebagai berikut: 9 November — menjual 500 lembar saham biasa PT Jaya dengan harga Rp7.000 per lembar dikurangi dengan komisi broker, pajak dan lain-lain Rp300.000 (penerimaan bersih Rp3.200.000). Pada tanggal 31 Desember 1988, Perusahaan Vincent menentukan nilai surat berharga saham sebagai berikut: 31 Desember 1988 (dalam ribuan rupiah) Surat betharga saham Harga Harga Laba/rugi dalam jangka pendek Perolehan pasar belum direalisasi PT Jaya Rp2.625 Rp2.750 Rpl25 PT Tara 1.650 1.600 (50) PT Yana 3.200 3.000 (200) Total Rp7.475 Rp7.350 (Rp125) Saldo yang diperlukan untuk cadangan penilaian Rpl2: Penerapan metode LCOM untuk surat berharga saham perusahaan Vincent menunjukkan nilai Rp 7.350.000. Rugi bersih yang belum direalisasi sebesar Rp125,000 menunjukkan kelebihan harga perolehan di atas harga pasar surat berharga yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Rugi yang belum direalisasi dicatat sebagai berikut: Rugi yang Belum Direalisasi atas Surat Berharga Saham 125.000 Cadangan Kelebihan Harga Perolehan Surat Berharga Saham Di Atas Nilai Pasar 125.000 Rekening Rugi disajikan dalam laporan Rugi-Laba pada bagian Biaya dan Rugi Lain- lain, Rekening Cadangan disajikan dalam Neraca sebagai rekening penilai aktiva (rekening Kontra), dengan mengurangkan jumlah tersebut dari harga perolehan surat berharga Rp7.475.000 sehingga nilai surat berharga yang tersajikan sebesar Rp7.350.000 Contoh: Melanjutkan contoh sebelumnya, selama tahun 1989 Perusahaan Vincent melakukan kegiatan pembelian dan penjualan surat berharga sebagai berikut: 14 Maret, menjual 500 lembar saham biasa PT Tara dengan harga Rp1.500 per lembar dikurangi biaya komisi, pajak dan lain-lain Rp100.000 (penerimaan bersih Rp850.000) 2 Desember, membeli 1.000 lembar saham biasa PT Fani dengan harga Rp2.250 per lembar ditambah biaya komisi broker sebesar Rp150.000 (total harga perolehan Rp2.100.000) Tanggal 31 Desember 1989, Perusahaan Vincent menentukan nilai surat berharga saham sebagai berikut: 31 Desember 1988 (dalam ribuan rupiah) Surat berharga saham Harga Harga Laba/rugi dalam jangka pendek Perolehan pasar belum direalisasi PT Jaya Rp2.625 Rp2.750 Rp125 PT Tara 8258 5025 PT Fani 2.400 2.650 250 PT Yana 3.200 3.100 (100) Total Rp8.300 Rp8.600 Rp300 Saldo yang diperlukan untuk cadangan penilaian Rp Penerapan metode LCOM untuk surat berharga Perusahaan Vincent pada 31 Desember 1988, menghasilkan jumlah Rp 8.300.000. Eliminasi perlu dilakukan padarekening cadangan penilaian dalam neraca sebesar Rp125.000. Jurnal penyesuaian yang dibuat untuk mencatat pengurangan cadangan penilaian adalah: Cadangan Kelebihan Harga Perolehan Surat Berharga Saham Di Atas Nilai Pasar 125.000 Penutupan Rugi yang Belum Direalisasi dari Penilaian Surat Berharga Saham 125.000 Penutupan Rugi Belum Direalisasi dari Penilaian Surat Betharga sebesar Rp125.000 dilaporkan dalam laporan rugi-laba sebagai Pendapatan dan Laba lain-lain. Perlu diperhatikan, jumlah penutupan yang diakui hanya sebesar kerugian yang belum direalisasi yang periode sebelumnya telah diakui. Begitu juga, penilaian dilakukan terhadap surat berharga secara keseluruhan, tidak secara individual. Reklasifikasi Apabila surat berharga saham ditransfer dari investasi jangka pendek menjadi investasi Jangka panjang, maka surat-surat berharga harus ditranfer sebesar yang terendahantara harga perolehan (cost) dengan harga pasar pada waktu pentransferan dilakukan. Jika harga pasar lebih rendah dibandingkan harga perolehan, maka harga pasar menjadi harga perolehan yang baru, dan selisihnya dicatat sebagai rugi direalisasi yang disertakan dalam penentuan laba bersih. Contoh: Jika Perusahaan Vincent pada tanggal 31 Desember 1988, mengklasifikasikan kembali surat berharga PT Tara dari jangka pendek menjadi jangka panjang, rugi belum direalisasi sebesar Rp150.000 (Rp2.150.000 - Rp2.000.000), harus dicatat sebagai rugi direalisasi bersama-sama dengan reklasifiasi, dengan jurnal sebagai berikut: Surat Berharga Saham- Jangka Panjang 2.000.000 Rugi Reklasifikasi Surat Berharga 150.000 Surat Berharga Saham- Jangka Pendek 2.150.000 Dengan demikian, jika reklasifikasi dilakukan, rugi yang belum direalisasi (begitu juga cadangan) pada tanggal 31 Desember 1988, akan menjadi bersaldo Rp75.000 (Rp125.000 dikurangi Rp50.000). Penjualan Surat Berharga Saham Surat-surat berharga saham dijual jika timbul kebutuhan kas atau jika ada alternatif investasi yang lebih menguntungkan. Dalam rangka menjual surat-surat berharga, Perusahaan mengeluarkan biaya komisi broker dan biaya-biaya lainnya sehingga hanya menerima jumlah bersih dari penjualan tersebut. Perbedaan antara penerimaan bersih dari Pejualan surat berharga dengan harga perolehannya merupakan laba atau rugi yang direalisasi. Contoh: Melanjutkan contoh sebelumnya, pada tanggal 9 Nopember 1988 Perusahaan Vincent menjual 500 lembar saham biasa PT Jaya dengan harga jual Rp5.000 per lembar, pengeluaran untuk komisi broker, pajak dan lain-lain sebesar Rp300.000 Rugi dari penjualan tersebut dihitung sebagai berikut: Penjualan kotor 500 Ib saham Rp5.000 Rp2.500.000 ( Biaya Komisi, pajak dan lain-lain 300.000 Penerimaan bersih dari penjualan Rp2.200.000 Harga perolehan 500 Ib saham (RpS.250.000 :2) 2.625. Rugi penjualan p.425.000 Jumnal untuk mencatat penjualan (9 November 1988): Kas 2.200.000 Rugi Penjualan Surat Berharga Saham 425.000 Surat berharga Saham 2.625.000 Pada tanggal 2 Desember 1989 perusahaan juga menjual 500 lembar saham biasa PT Fani dengan harga jual Rp2.000 perlembar, pengeluaran untuk biaya komisi sebesar Rp150.000. Rugi penjualan dihitung sebagai berikut: Penerimaan kotor penjualan Rp1.000.000 () Biaya komisi 150,000 Penerimaan bersih penjualan Rp850.000 Harga perolehan 500 Ib saham 1.125.000 Rugi penjualan Rp 325.000 Pada penjualan ini, seperti penjualan 1988, jumlah penerimaan bersih dari penjualan 1989 dibandingkan dengan harga perolehan mula-mula digunakan untuk menentukan laba atau rugi. Transaksi tersebut dicatat dengan jumal: Kas 850.000 Rugi Penjualan Surat Berharga Saham yang direalisasi 325.000 Surat Berharga Saham 1.125.000 Surat Berharga Obligasi Investasi sementara dalam surat berharga obligasi dinilai berdasarkan yang terendah antara harga perolehan dengan harga pasar seperti halnya investasi dalam saham. Perolehan surat berharga obligasi dicatat sebesar harga perolehan. Jika surat berharga obligasi dibeli diantara tanggal pembayaran bunga, pembayaran untuk bunga berjalan dari sejaktanggal pembayaran bungaterakhir sampai dengan tanggal pembelian harus dikeluarkan dari harga perolehan. 161 Contoh: Pada tanggal 1 April 1991, Perusahaan percetakan Siwi menginvestasikan kelebihan Kasnya dalam obligasi. Obligasi yang dibeli berjumlah 40 lembar dengan harga Rp7.500 (ailai nominal Rp 10.000 dengan tingkat bunga 10%). Bunga dibayar setiap setengah tahun pada tanggal 1 Januari dan 1 Juli. Biaya komisi broker Rp50.000 Perhitungan pengeluaran kas: Harga beli obligasi Rp300.000 Komisi 50,000 Perolehan obligasi Rp350.000 Bunga 1/1 - 1/4 (Rp10.000 x 3/12 x 10%) 250 Pembayaran kas Rp350.250 Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah: Surat Berharga Obligasi 350.000 Pendapatan bunga 250 Kas 350.250 Biasanya diskonto atau premium untuk investasi sementara tidak dicatat secara terpisah, Karena investasi jenis ini hanya untuk jangka pendek schingga jumlahnya tidak material. Jumal untuk mencatat penerimaan bunga 1 Juli 1991: Kas 500 Pendapatan bunga 500 Jika surat berharga obligasi dijual, perbedaan antara harga perolehan dengan harga jual dicatat sebagai laba atau rugi. Contoh: Jika pada tanggal 1 Oktober 1991, surat berharga obligasi Perusahaan percetakan Siwi dijual dengan harga Rp9.000 termasuk bunga berjalan. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar komisi broker dan pajak sebesar Rp 15.000, rugi penjualan dihitung sebagai berikut: Harga jual obligasi (40 Ib x Rp9.000) Rp360.000 () Biaya komisi dan pajak 15.000 Penerimaan bersih Rp345.000 Bunga (Rp10.000 x 3/12 x 10%) 250 Harga jual bersih 344.750 Harga perolehan obligasi 350,000 Rugi penjualan obligasi Rp5.250 Jurnal untuk mencatat transaksi ini: Kas 345.000 Rugi Penjualan Surat Berharga Obligasi 5.250 Pendapatan bunga 250 Surat Berharga Obligasi 350.000 INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi jangka panjang dalam surat-surat berharga dapat dilakukan dalam obligasi atau saham, baik saham prioritas dan saham biasa. Investasi suatu perusahaan dalam sekuritas perusahaan lain dimaksudkan untuk meningkatkan laba. Peningkatan laba perusahaan tersebut dapat diperoleh (1) secara langsung dari penerimaan deviden atau bunga dan kenaikan harga pasar sekuritas, atau (2) tidak secara langsung dengan menjalin dan menjaga hubungan operasional antar perusahaan untuk meningkatkan laba. Investasi jangka panjang biasanya termasuk dalam golongan yang terakhir. INVESTASI DALAM OBLIGASI Akuntansi Perolehan Obligasi Investasi dalam obligasi dicatat pada tanggal perolehan sevesar harga perolehan, termasuk didalamnya harga beli, komisi broker, dan biaya lain-lainnya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Harga beli investasi obligasi adalah sebesar harga pasar, yang merupakan hasil dari penilaian pasar terhadap risiko melekat yang mempertimbangkan tingkat bunga yang ditetapkan dibandingkan dengan tingkat bunga pasar. Pembayaran bunga akan diterima secara periodik dengan jumlah tetap sebesar tingkat bunga yang ditetapkan dari nilai nominal, Jika tingkat hasil yang diinginkan oleh investor sama persis dengan tingkat bunga yang ditetapkan, obligasi akan terjual sebesar nilai nominal. Jikatingkat hasil yang dinginkan oleh investor lebih besar dari tingkat bunga yang ditetapkan, obligasi akan terjual dengan diskonto. Jika tingkat bunga pasar lebih kecil dibandingkan tingkat bunga obligasi, investor akan membayar premium untuk memperoleh obligasi tersebut. Pembelian Obligasi Diantara Tanggal Pembayaran Bunga Dalam kasus ini, investor harus membayar kepada pemilik sebesar harga pasar ditambah dengan bunga untuk masa dari sejak pembayaran bunga terakhir sampai dengan tanggal transaksi. Investor akan memperoleh kembali pembayaran bunga ini dan bunga untuk masa setelah dia bertindak sebagai pemilik obligasi pada tanggal pembayaran bunga berikutnya. Contoh: Pada tanggal 1 Juni dibeli obligasi nominal Rp1.000.000 dan tingkat bunga 12%, pembayaran bunga dilakukan pada tangggal | April dan 1 Okober, dengan harga perolehan Rp970.000 Jurnal untuk mencatat pembelian dan bunga yang timbul: Investasi Dalam Obligasi 970.000 Pendapatan Bunga 20.000 (Rp1.000.000 x 12% x 2/12) ' Kas 990.000 Pada tanggal 1 Oktober, investor akan menerima bunga Rp60,000 termasuk didalamnya Rp20.000 yang dibayar pada tanggal perolehan dan Rp40.000 yang diperoleh dari pemilikan surat obligasi selama empat atau premium sebagai rekening penilaian diperbolehkan, tetapi dalam praktik jarang digunakan. Investasi obligasi, baik yang diperoleh dengan harga sebesar nilai nominal, dengan diskonto, maupun dengan premium dicatat dalam rekening sebesar harga peroleh, termasuk komisi broker dan biaya-biaya lain, kecuali untuk bunga berjalan. Penggunaan rekening terisah untuk mencatat diskonto atau premium sebagai rekening penilaian diperbolehkan, tetapi dalam praktik jarang digunakan. Apabila diskonto sebesar Rp30.000 dalam contoh sebelumnya dicatat secara terpisah dan obligasi dicatat pada nilai nominal, jurnal untuk mencatat investasi obligasi: Investasi Dalam Obligasi 1.000.000 Pendapatan Bunga 20.000 Diskonto Investasi Obligasi 30.000 Kas 990.000 Apabila investasi dicatat setelah dikurangi diskonto sebesar Rp970.000 seperti contoh pertama, amortisasi diskonto dicatat dengan mendebit langsung rekening Investasi Dalam Obligasi. Apabila investasi dicatat pada nilai nominal Rp1.000.000 seperti pada contoh kedua, maka diskonto diamortisasi dengan mendebit rekening Diskonto Investasi Obligasi. Kedua metode tersebut menghasilkan laporan keuangan yang sama. Perhitungan Harga Investasi Dalam Obligasi Secara teoritis, harga pasar obligasi adalah sebesar nilai sekarang nominal obligasi ditambah dengan nilai tunai pembayaran bunga yang didiskontokan dengan tingkat bunga pasar. Apabila hal ini digunakan sebagai dasar, harga yang harus dibayar untuk obligasi nominal Rp1.000.000 dengan bunga 8% dibayar setiap setengah tahun berjangka 7 tahun dan tingkat bunga efektif 10% adalah: Perhitungan harga beli: Harga Beli = PV Nilai Nominal + PV Pembayaran Bunga = (Rp1.000.000 x 0,55684) + (Rp40.000 x 8,86325) = Rp5.568.400 + Rp3.545.300 = Rp9.113.700 Amortisasi Premium Dan Diskonto Obligasi ‘Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengamortisasi premiun dan diskonto 164 obligasi, yaitu: 1. metode garis lurus 2. metode bunga efektif Amortisasi Premium Metode Garis Lurus Diasumsikan bahwa pada tanggal 1 Maret 1990, dibeli obligasi nominal Rp5.000.000 dengan tingkat bunga 8% dibayar tiap 1 Januari dan 1 Juli dengan harga beli Rp5.300.800 ditambah dengan bunga berjalan. Jatuh tempo obligasi tanggal 1 Januari 1998. Jurnal untuk mencatat transaksi i Maret 1990: Investasi Dalam Obligasi 5.300.800 Pendapatan Bunga 66.667 (Rp5.000.000 x 8% x 2/12) Kas 5.366.667 Pada saat bunga untuk masa setengah tahun diterima tanggal 1 Juli, premium yang dialokasikan untuk empat bulan dihapus dengan mengkredit rekening. ‘Investasi dan pendapatan bunga akan berkurang dengan jumlah tersebut. Dengan metode garis lurus, premium yang diamortisasi sebesar 4/94 x Rp300.800 = Rp12.800 karena obligasi telah dipegang selama 4 bulan dari 94 bulan (jangka waktu obligasi = 7 x 12). Jurnal 1 Juli 1990: Kas 200.000 Investasi Dalam Obligasi 12.800 Pendapatan Bunga 187.200 Setelah jurnal tersebut rekening Pendapatan Bunga akan bersaldo Rp187.200 dikurangi Rp66.667 = Rp120.533 Berikut ini analisis pendapatan bunga yang diperoleh dari obligasi selama 4 bulan dari 1 Maret s.d. 1 Juli: Penerimaan bunga I Juli 1990 (Rp5.000.000 x 8% x 6/12) Rp200.000 (© bunga untuk 1/1 s.d 1/3 1990 66.667 Bunga selama 4 bulan Rp133.333 (©) amortisasi premium 4 bulah (4/94 x Rp300.800) 12.800 Pendapatan bunga yang diakui selama 4 bulan Rp120.533 Pada akhir periode, tanggal 31 Desember 1990, harus dibuat jurnal penyesuaian untuk mengakui bunga dan amortisasi premium untuk 6 bulan (1/7 s.d. 31/12): Piutang Bunga Obligasi 200.000 Investasi Dalam Obligasi 19.200 165 (Rp300.800 x 6/94) Pendapatan Bunga 180.800 (Rp5.000.000 x 8% x 2/12) Rekening Investasi dikredit Rp19.200 untuk amortisasi premium 6 bulan (1 Juli - 31 Desember 1990). Pendapatan bunga dikredit Rp180.800 menunjukkan selisih antara pembayaran bunga yang diterima (Rp 200.000) dengan amortisasi premium (Rp19.200). Jumlah pendapatan bunga selama 1990 dari investasi obligasi tersebut adalah Rp301.333 (Rp120.533 + Rp180.800) Jurnal yang dibuat pada tanggal jatuh tempo obligasi: Kas 5.000.000 Investasi Dalam Obligasi 5.000.000 Pada jurnal-jurnal di atas, premium diamortisasi bersamaan dengan bunga yang diterima atau diakui. Keduanya dikombinasikan dalam satu jumal pada waktu yang sama. Dalam praktik tidak selalu mengikuti cara yang sama. Jurnal penerimaan bunga dapat dibuat pada waktu yang tepat, tidak bersamaan dengan jumnal amortisasi premium. Jumlah premium yang tepat boleh diamortisasi pada tiap akhir tahun atau waktu lain dengan mendebit pendapatan bunga dan mengkredit investasi obligasi. Contoh pengakuan penerimaan bunga dan amortisasi premium yang dijurnal secara terpisah: Untuk mencatat pengakuan bunga tanggal 31/12/1990: Piutang Bunga Obligasi 200.000 Pendapatan Bunga 200.000 Untuk mencatat amortisasi premium tanggal 31/12/1990: Pendapatan Bunga 19.200 Investasi Dalam Obligasi 19.200 Pembuatan jurnal secara terpisah sesuai jika digunakan jurnal pembalikan, karena jurnal untuk mencatat bunga yang timbul akan dibutakan jurnal pembalikan, sedangkan amortisasi premium tidak perlu jurnal pembalikan. Amortisasi Diskonto Diskonto terjadi apabila obligasi dibeli di bawah nilai nominal. Metode garis lurus yang digunakan untuk amortisasi diskonto sama dengan yang digunakan untuk amortisasi pre- mium di atas. Jumlah diskonto yang diamortisasi ditambahkan pada pendapatan bunga. Contoh: Obligasi nominal RpS00.000, dengan tingkat bunga 8%, bunga dibayar tiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli tanggal jatuh tempo 1 Januari1998, pada tanggal 1 Maret 1990 dibeli dengan harga Rp4.699.200 ditambah bunga berjalan. 166 oe oe qc Pembelian obligasi tersebut menimbulkan diskonto Rp300.800 yang akan diamortisasi selama 94 bulan. Jumal untuk mencatat pembelian: Investasi Dalam Obligasi 4,699,200 Pendapatan Bunga 66.667 Kas 4.765.867 Penerimaan bunga | Juli 1990 dijurmal: Kas 200.000 Investasi Dalam Obligasi 12,800 Pendapatan Bunga 212.800 Pada kasus ini, Investasi didebit dan Pendapatan bunga dikredit untuk seluruh bunga yang diterima ddan diskonto yang diamortisasi. Jika obligasi dibeli dengan diskonto, maka diskonto yang diamortisasi didebitkan kepada rekening aktiva, sehingga nilai buku investasi pada waktu jatuh tempo akan menunjukkan sejumlah nilai nominal. METODE BUNGA EFEKTIF Perbedaan amortisasi premium ataupun diskonto obligasi dengan menggunakan metode garis lurus atau metode bunga efektif adalah sebagai berikut: 1. Metode garis lurus menghasilkan pendapatan bunga yang konstan, tetapi menghasilkan tingkat pengembalian dari nilai buku investasi yang berubah-ubah. 2. Metode bunga efektif menghasilkan jumlah pendapatan bunga yang dicatat dari suatu periode ke periode lainnya berubah-ubah, tetapi menghasilkan tingkat pengembalian dari nilai buku yang konstan dari suatu periode ke periode. Pendapatan bunga dihitung dengan mengalikan tingkat bunga efektif dengan nilai buku investasi. Tiap-tiap periode, nilai buku investasi bertambah dengan amortisasi diskonto atau berkurang dengan amortisasi premium. Contoh: Pada tanggal 1 Januari 1989, PT Matahari membeli obligasi. PT Ramai, nominal Rp1.000,000 tingkat bunga 8%. PT Matahari membayar Rp922.780, Obligasi tersebut jatuh tempo pada tanggal 1 Januari 1994 dan bunga dibayar setiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli. Untuk memperoleh obligasi tersebut PT Matahari membayar Rp922.780. Tingkat bunga efektif 10%. Berikut ini tabel yang menunjukkan pengaruh amortisasi diskonto pada pendapatan bunga yang dicatat tiap periode dengan metode bunga efektif : 167 TABEL AMORTISASI DISKONTO DAN PENDAPATAN BUNGA -METODE BUNGA EFKTIF 8%, OBLIGASI DIBELI DENGAN TINGKAT BUNGA 10% ‘Tanggal Kas Pendapatan Diskento ‘Nilai buku Debit). bunga obligast obligast ’ Kredit (investasi V/1/89 Rp922.780 1/7189 *Rp40.000 *Rp46.140

You might also like