You are on page 1of 15

BORANG PORTOFOLIO KASUS MEDIS

No. ID dan Nama Peserta dr. Chairunnisa Fitri Marpaung

No.ID dan Nama Wahana RSUD Sawahlunto

Topik Eklampsia
Tanggal (kasus) 4 Januari 2017
Nama Pasien Ny. Nelva Erna Dewi No.RM 57 48 03
Tanggal Presentasi Pendamping dr. Sidrati Amir
dr. Afdilla Hamni
Tempat Presentasi Ruang Komite Medik RSUD Kota Sawahlunto

Objektif Presentasi

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka


Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi Pasien wanita33 tahun, datang ke IGD dengan penuruan riwayat


kejang
Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan Stroke Hemoragik

Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis/Gambaran Klinis : Seorang wanita, usia 33 tahun masuk IGD RSUD Kota
Sawahlunto pada tanggal 4 Januari 2017 dengan :
Anamnesis : Alloanamnesis
Keluhan Utama : Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang :
Awalnya pasien mengalami kejang pada pukul 07.00 WIB, kejang tersebut dialami selama 5
menit. Kejang bersifat seluruh tubuh, dan mata mendelik ke atas.
Kemudian pasien dibawa keluarga ke Pustu dan tiba disana sekitar pukul 07.30 WIB ,
kemudian pasien mengalami kejang yang kedua, dengan karakteristik dan lama kejang yang
sama dengan kejang pertama.
Pasien tidak sadar sejak kejang pertama.
Adanya muntah disangkal, demam (-), batuk (-)
Sebelum terjadinya kejang pasien mengeluhkan adanya nyeri kepala, nyeri tengkuk dan
penglihatan yang kabur. Keluhan adanya nyeri ulu hati disangkal.
Pasien sedang hamil
Tidak ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan.
Riwayat mules mules mau melahirkan tidak dijumpai, riwayat keluar lendir darah dari
kemaluan tidak dijumpai
Pasien merupakan rujukan dari Pustu Lumindai dengan diagnosis eklampsia.
Belum ada tindakan pemberian oksigen maupun pemasangan akses IV di Pustu.
1. Riwayat Pengobatan : (-)
2. Riwayat KB : KB Suntik per tiga bulan selama 8 tahun sebelum hamil ini
3. Riwayat Operasi :-
4. Riwayat Kesehatan / Penyakit : DM (-), Hipertensi (-), Asma (-)

5. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini

6. Riwayat Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

7. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Baik

8. Riwayat Imunisasi : -

9. Riwayat Kebiasaan : Minum kopi (-) ,bergadang malam (-). Riwayat merokok (-),
riwayat sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak (+) dan rendah serat (+)

Riwayat menstruasi
- Menarche : umur 13 tahun.
- Siklus : teratur 28 hari sekali.
- Volume : 2-3 pembalut/ hari
- Lamanya : 5-6 hari
- Nyeri haid : (-)
- HPHT : 14 April 2016
- TTP : 26 Januari 2017

Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali dengan suami yang sekarang.

Riwayat persalinan
1. Abortus
2. Abortus
3. , aterm, 2500 gr, PSP, bidan, klinik, 13 tahun, sehat
4. , aterrm,2800 gr, PSP, bidan, klinik, 10 tahun, sehat
5. , aterm, 3000 gr, PSP, bidan, klinik, 8 tahun, sehat
6. Hamil ini
HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
1. Subjektif : Pasien kejang dan mengalami penurunan kesadaran

2. Objektif :
a.Vital sign
- Keadaan umum : Berat
- Kesadaran : E3M5V2

- Vital Sign
Tekanan darah : 210/120 mmHg
Nadi : 130 x/menit regular
Pernafasan : 29 x/menit
Suhu : 36,7 C
SpO2 : 93%
- Berat badan : 50 kg
- Tinggi badan : 150 cm
- Status Gizi : Normoweight

b.Pemeriksaan sistemik
Kulit : Teraba hangat, tidak ikterik, tidak sianosis.
Kepala : normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/- ,sklera ikterik (-) , pupil isokor, diameter
3mm/3 mm, Refleks cahaya +/+ Normal.
Leher : JVP 5-2 cmH2O
KGB : Tidak teraba pembesaran KGB pada leher, axilla dan inguinal.

Thoraks
Paru : Inspeksi : Simetris
Palpasi : SF kiri = SF kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : SP: vesikuler, ST: ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur,bising tidak ada
Abdomen
Inspeksi : membesar simetris, distensi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan di seluruh regio abdomen (-), hepar dan
lien tidak teraba
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani seluruh kuadran abdomen

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik, CRT< 2 detik, edema pretibial (-)

c. Pemeriksaan Obstetrik
Abdomen : Membesar Simetris
TFU : 30 cm
Bagian tegang : kiri
Bagian terbawah : Kepala, masuk PAP
Gerak :+
HIS :-
DJJ : 157-167 x/i
VT : Tidak Dilakukan

Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin :
Hb : 14,47 gr/dl
Leukosit : 17.000/l
Trombosit : 74.000/l
Hematokrit : 45%

2. KGD Puasa : 69 mg/dl


3. Elektrolit : -
4. Urinalisis: Protein urin 3+

3. Assesment
G6P3A2H3 + Gravid (36-37) minggu + Eklampsia

4. Planning

1. Terapi di IGD:
- O2 via nasal kanul 5-6 l/menit
- Pasang Infus
- Pasang kateter urin
- Guyur regimen MgSO4
2. Konsul dr.Hendri Zola, SpOG
-Rencana SC Cito
Laporan Operasi

Tanggal : 4 Januari 2017


Nama pasien/ No. RM: Ny. Nelva / 574803
Umur :33 tahun
Alamat : Lumindai
Operator : dr. Hendri Zola, SpOG
Anestesi : dr. M. Rasyid, SpAn
Diagnosa Pre Operasi : G6P2A2H3 + Gravid (36-37) minggu + Eklampsia+
HELLP Syndrome
Diagnosa Post Operasi : Post SC a/I Eklampsia
Indikasi operasi : Eklampsia+ HELLP Syndrome

Jalannya Operasi
10.10 WIB Pasien mulai dianestesi umum
10.15 WIB Operator langsung melakukan operasi dengan melakukan insisi
abdomen lapis demi lapis, kemudian menginsisi uterus lapis demi
lapis dengan melintang. Anak dilahirkan dengan melahirkan kepala
sampai anak lahir.
10.16 WIB Anak lahir: perempuan, ada bernafas dan menangis, dengan
BB: 1900 gram
PB: 49 cm
A/S: 7/8
10.17 WIB Plasenta dan selaput janin dilahirkan, uterus dibersihkan dengan kassa
NaCl dan kassa betadine
10.18 WIB Uterus dihecting lapis demi lapis
11.04 WIB Operator selesai melakukan operasi, pasien belum sadar.
Instruksi Post Operasi
-Rawat ICU
-Inj. Ceftriaxone 2x1 gr (3 hari)
-Drip MgSO4 dalam RL 500 cc maintenance 30 tetes/menit
-IVFD RL 20 tetes/menit
-Cek Darah lengkap 2x 24 jam

FOLLOW UP ICU Rabu, 4 Januari 2017


Jam Subjektif dan Planning
(WIB) Objektif
S: Pasien Post SC baru Terapi konsul dengan dr. M. Rasyid, SpAn
12.00 datang dari OK, -Head up 30
kejang(-) -Awasi Vital Sign, suction berkala, dan balance cairan
O: harian
KU: Berat -O2 dengan ETT 5 l/menit
Kes: GCS E4M6VETT - Midazolam dengan Syringe pump 1 amp dalam 50 cc
TD:82/34 NaCl, 2 mg/jam
HR:150x/menit -IVFD RL 30 gtt/menit
RR: 35x/menit -IVFD Ketorolac 60 mg + Tramadol 200 mg dalam
SpO2: 98% RL 500 cc 20 tetes/menit
Perdarahan per - Naikkan TD dengan Bolus Efedrin 1 amp encerkan
vaginam (+) dalam aqua 10 cc- Bolus 1cc jika tidak ada respon-1
Urin (-) amp efedrin dalam 100 cc NaCl 0,4% 10 tts /menit
Jika respon (TD naik), Inj Furosemid
-Nifedipin 3x10 mg jika TD diatas 150 mmHg
Terapi Obgyn sesuai advice dr. Hendri Zola,
SpOG
-Inj Ceftriaxon 2x1 gr
-Drip MgSO4 lanjut

Rencana:
Cek darah rutin, Ureum, Kreatinin, elektrolit
13.10 TD:131/105 -Terapi lain lanjut
HR:150x/menit -Inj. furosemide 1 cc
RR: 35x/menit
SpO2: 96%
Urin: 100 cc
Laboratorium
Hb: 11,9 mg/dl
Ht:37%
Leu: 33.0000
Tromb: 102.000
KGD sewaktu: 103
mg/dl
Ur: 10 mg/dl
Kreatinin: 1,2 mg/dl
Na/K/Cl: 142/3,9/118
13.40 TD:74/62 -Terapi lanjut
HR:150x/menit 1 amp efedrin dalam 100 cc NaCl 0,4% 10 tts /menit;
RR: 35x/menit target TDS >100 mmHg
SpO2: 96% -Siapkan Norepinefrin
Perdarahan per -siapkan ventilator
vaginam (+) -informed concent keluarga
Urin: 100 cc
16.00 TD:109/54 Terapi lanjut
HR:150x/menit -bolus 200 cc RL
RR: 35x/menit -jika drip efedrin sebelumya sudah habis, ganti dengan
SpO2: 99% drip 1 amp efedrin dalam 500 cc RL 20 tetes/menit
Perdarahan per
vaginam (+)
Urin: 800 cc
18.10 TD:100/60 Konsul dr. M. Rasyid, SpAn
HR:160x/menit -Terapi lain lanjut
RR: 36x/menit -Pasang NGT, test feeding jika BU(+)
SpO2: 98% -guyur 500 cc RL
Perdarahan per
vaginam (+)
Urin: 1600 cc
20.10 TD:90/70 Konsul dr.M. Rasyid, SpAn
HR:153x/menit -Terapi sebelumnya lanjut
RR: 39x/menit -inf. Paracetamol 500 mg
T: 39OC -Loading HES 150 cc
SpO2: 98% -inj. Ompeprazole 1x1 amp
Perdarahan per
vaginam (+)
Urin: 1800 cc
22.10 TD:60/40 konsul dr. M. Rasyid, SpAn
HR:90x/menit -Terapi sebelumya lanjut
RR: 62x/menit - Drip Vascon mulai dari tetesan minimal
T: 39OC
SpO2: 98%

00.10 TD:89/60 -Vascon stop


HR:135x/menit - Pasang adrenalin 0,5 mg/kgBB/jam dengan D5%
RR: 30x/menit dalam syringe pump
T: 39OC -Siapkan ventilator
SpO2: 98%

01.35 TD:135/77 -Adrenalin stop


HR:116x/menit -Loading D5% 200 cc lalu lanjut RL 20 tts/menit
RR: 28x/menit -Ventilator stand by
T: 39OC
SpO2: 98%
FOLLOW UP ICU Kamis, 5 Januari 2017
Pukul Subjektif dan Planning
(WIB) Objektif
08.00 S: gelisah (+) Konsul d dr.Rasyid, SpAn
O: -ETT sambung ke ventilator dengan mode
Kes: GCS E4M6VETT SIMV(Volume Central) + Pressure Support
TD: 78/42 mmHg TV: 450 cc
HR: 111x/menit SIMV: 15x/menit
RR: ventilator Peep +8
SpO2: 99% FiO2 50%
Perdarahan per -Loading D5% 200 cc
vaginam (+) - IVFD D5% 500 cc/24 jam, RL 1500 cc/24 jam
-IVFD Ketorolac 60 mg + Tramadol 200 mg
Balance Cairan: dalam RL 500 cc 20 tetes/menit
Input:2865 cc -Drip MgSO4 lanjut
Output:3400 cc -Inj. Ceftriaxon 2x 1gr
Balance: +535 -Inj. Dexamethasone 1x1 amp
-Inj. Omeprazole 1x1 amp
- GV luka Post Op per hari

-Rencana: Cek darah rutin, elektrolit


11.00 S: Pasien sudah sadar Konsul dr.M. Rasyid, SpAn
O: -Terapi lain lanjut
Kes: GCS E4M6VETT -Ventilator , Set RR Peep 10-8-5-spontan
TD: 129/60 mmHg -Pasang NGT No.16 (berhasil), test feeding
HR: 121x/menit Makanan Cair 3 x 15 cc air selang 2 jam
RR: ventilator selanjutnya me 6 x 50 kal
SpO2: 100% -Transfusi WB 1 kantong
Perdarahan per -Koreksi Na dengan NaCl 3% 12 jam/kolf
vaginam (+), urin 400 Kebutuhan Na
cc/5 jam, Bising usus = (135-115)x0,6x50
(+) =600 mEq
Laboratorium
Hb: 8,3 mg/dl Rencana:
Ht:37% -cek ulang elektrolit pukul 13.30 WIB
Leu: 23.200 -weaning ventilator sore
Tromb: 75.000
Na/K/Cl: 115/4,3/92

13.30 Kes: GCS E4M6VETT Konsul dr. M. Rasyid, SpAn


TD: 149/81 mmHg -Terapi lain lanjut
HR: 111x/menit -Coba weaning ventilator, pasien bisa bernafas
RR: ventilator spontan, tidak kuat, weaning ditunda
SpO2: 100% -Cek elektrolit
Perdarahan per Rencana: Cek AGDA besok
vaginam (+), urin 400
cc/5 jam
14.30 Laboratorium -Terapi lain lanjut
Na/K/Cl: 138/4,4/108 -Stop koreksi Natrium
FOLLOW UP ICU Jumat, 6 Januari 2017
Pukul Subjektif dan Objektif Planning
(WIB)
08.00 S: gelisah (+) -IVFD D5% 500 cc/24 jam, RL 1500 cc/24 jam
O: -IVFD Ketorolac 60 mg + Tramadol 200 mg
Kes: GCS E4M6VETT dalam RL 500 cc 20 tetes/menit
TD: 144/73 mmHg -Inj. Ceftriaxon 2x 1gr
HR: 115x/menit -Inj. Dexamethasone 1x1 amp
RR: 15-18 x/menit, -Inj. Omeprazole 1x1 amp
spontan -Drip regimen MgSO4
SpO2: 98%
Perdarahan per vaginam - Konsul dr. M. Rasyid, SpAn
(+) << -Cek AGDA tidak bisa dilakukakan (alat error)
-Diet MC 6x200 cc
Balance Cairan: -Ventilator dicabut, diganti dengan T-Piece 10
l/menit, awasi RR dan SpO2
Input:2784
Output:2700 Rencana:
Balance: +84 - Ekstubasi Pukul 10.00 WIB dengan terlebih
dahulu inj. Dexametason 1 amp, lalu pasang
NRM 12 l/menit

10.00 Kes: GCS E4M6V3 Konsul dr. M. Rasyid, SpAn


TD: 134/80 mmHg -Terapi lain lanjut
HR: 116x/menit -Inj. Dexamethasone 1 amp
RR: 18x/menit, spontan -Dilakukan ekstubasi
SpO2: 99% - NRM 12 l/menit
Perdarahan per vaginam -Pantau vital sign dan SpO2
(+)<<
-Stop Drip MgSO4, stop IVFD D5%
-Ganti Makanan Cair jadi Makanan Lunak

Rencana:
Cek ulang darah lengkap dan elektrolit
13.00 Kes: GCS E4M6V5 Konsul dr. M. rasyid, SpAn
TD: 134/80 mmHg -Terapi lain lanjut
HR: 116x/menit -Inj. Ca glukonas 1 gr bolus lambat
RR: 18x/menit, spontan -ACC pindah ke ruangan siang ini
SpO2: 99%
Perdarahan per vaginam
(+)<<
Laboratorium
Hb: 9,1 mg/dl
Ht:37%
Leu: 16.700
Tromb: 101.000
Na/K/Cl: 115/4,3/92
FOLLOW UP Ruangan Melati

Tanggal Subjektif dan Planning


Objektif
7/1/2017 S: Nyeri bekas operasi -IVFD Ketorolac 60 mg + Tramadol 200 mg
(+) sedikit, sakit dalam RL 500 cc 20 tetes/menit
kepala (-), sesak (-) -IVFD RL 20 tts/menit
O: -Inj. Ceftriaxon 2x1 gr
Kes: CMC -Inj. Omeprazole 2x1 gr
TD: 120/80 mmHg -GV luka post op
HR: 88x/menit
RR:18x/menit,
spontan
Perdarahan per
vaginam (+)<<, luka
post op kering

8/1/17 S: Nyeri bekas operasi -IVFD Ketorolac 60 mg + Tramadol 200 mg


(+) sedikit, sakit dalam RL 500 cc 20 tetes/menit (aff)
kepala (-), sesak (-) -IVFD RL 20 tts/menit (aff)
O: Inj. Ceftriaxon 2x1 gr (aff)
Kes: CMC Inj. Omeprazole 2x1 gr (aff)
TD: 120/80 mmHg -Aff kateter
HR: 88x/menit
RR:18x/menit, -Pasien bpl
spontan Obat pulang:
Perdarahan per -Ketoprofen tab 3x100 mg
vaginam (+)<<, luka -Cefixim caps 3x 100 mg
post op kering -Benovit C tab 3x1

Edukasi:
-ASI Eksklusif
-Perawatan luka di fasilitas kesehatan
-Kontrol kembali ke RS sesuai anjuran dan segera
kembali ke RS jika ada kejang

DISKUSI
Masalah pada kehamilan masih menjadi penyebab angka kematian janin dan ibu yang
cukup tinggi. Kejadian preeklamsia salah satu kejadian komplikasi masalah kehamilan yang
cukup besar pengaruhnya. Terdapat 10-15% dari jumlah kematian ibu yang berhubungan
langsung dengan preeklamsia dan eklamsia. Terdapat beberapa faktor risiko yang telah
ditemukan berpengaruh terhadap kejadian preeklamsia, antara lain: Primigravida, Usia >35
tahun, Usia <20 tahun, ras kulit hitam, riwayat pre-eklamsia pada keluarga, nulipara, Pre-
eklamsia pada kehamilan sebelumnya dan stress. Namun, pada kasus ini, pasien mengalami
eklampsia meskipun tidak memiliki faktor risiko seperti yang disebutkan.
Preeklamsia adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel dengan gejala yaitu tekanan darah >140/90 mm/Hg
setelah usia gestasi 20 minggu pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah yang
normal dan adanya proteinuria (0,3 gr protein dalam spesimen urin dalam 24 jam), sedangkan
eklampsia didefinisikan sebagai kejang yang tidak dapat dihubungkan dengan kasus lain pada
wanita dengan preeklampsia. Pada kasus kami, pasien dengan usia kehamilan 36 37 minggu
datang dengan keluhan kejang yang telah dialaminya sebanyak dua kali dalam rentang waktu
30 menit sebelum dibawa ke rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik di rumah sakit didapati
tekanan darah pasien 210/100 dengan riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya disangkal.
Pada pemeriksaan urinalisis didapati proteinuria +3.
Prinsip penatalaksanaan preeklamsia berat eklamsia adalah pemberian obat anti
konvulsan lini pertama yaitu Magnesium Sulfat 40% bolus IV sebanyak 4 gr dalam 15 20
menit dilanjutkan dengan drip 15 ml MgSO4 40% dalam 500 ml larutan RL sebanyak 24
tetes per menit. Pemberian MgSO4 pada pasien eklampsia dilakukan sampai 24 jam setelah
bebas kejang. Harus diperhatikan syarat-syarat pemberian MgSO4 yaitu, tersedianya
antidotum Calcium Glukonas, frekuensi nafas 16x/menit, produksi urin 30 cc/jam, dan
refleks patella positif. Selam pemberian regimen MgSO4, perhatikan tanda-tanda intoksikasi
berupa depresi nafas. Jika terjadi, segera hentikan pemberian MgSO4 dan segera berikan Ca
glukonas 1 gr IV (10 ml larutan 10%) bolus dalam 10 menit.

Pemberian obat antihipertensi golongan Calcium Channel Blocker seperti Nifedipine


dan Nicardipine dilakukan untuk menurunkan kemungkinan kejang pada preeklampsia.
Setelah persalinan, pemilihan anti hipertensi pada pasien preeklampsia-eklampsia menjadi
lebih bebas. Pada kasus ini, setelah persalinan (dirawat di ICU), pasien cenderung hipotensi,
sehingga pemberian anti hipertensi hanya diberikan jika TD diatas 150 mmHg.

Pada pasien dengan eklampsia, terminasi kehamilan harus dilakukan dalam 12 jam
pertama setelah kejang. Pemberian Injeksi kortikosteroid diberikan untuk mempercepat
proses pematangan paru janin jika usia kehamilan belum aterm. Adapun indikasi dilakukan
pembedahan Caesar yaitu, tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam, induksi
persalinaan gagal, terjadi maternal distress dan atau fetal distress, dan bila umur kehamilan <
33 minggu.
Pada kasus ini, pasien sudah diguyur regimen MgSO4 di IGD, lalu langsung
dipersiapkan untuk dilakukannya SC segera. Alasan terminasi kehamilan dengan operasi
adalah kerena keadaan pasien yang sudah berat yaitu mengalami penurunan kesadaran
sehingga tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan induksi dan pimpinan persalinan normal.
Mengingat usia kehamilan yang sudah aterm, maka pemberian kortikosteroid tidak dilakukan.

Pada preeklamsia eklamsia terjadi aktifasi trombosit yang ekstensif dibandingkan


dengan hamil normal. Kerusakan endotel menyebabkan aktivasi trombosit dilanjutkan dengan
agregasi dan pembentukan trombus. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi maka jumlah trombosit
akan menurun dan menimbulkan sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver enzym, Low
Platelet Count). Sindrom HELLP merupakan kumpulan gejala yang melibatkan multi fungsi
dari organ-organ dalam tubuh. Fungsi dari morfologi darah dan keadaan darah (eritrosit dan
trombosit) dan fungsi hati. Ada terdapat beberapa kriteria untuk menegakkan sindroma
HELLP yaitu Tennessee dan Mississippi kriteria.

Menurut kriteria Sibai, Hemolisis dapat dicurigai melalui pemeriksaan apusan darah
tepi. Pada hemolisis dapat kita perhatikan morfologi sel darah merah yang tampak lisis yang
terdapat target cell. Kenaikan titer SGOT sebanyak 2 kali lipat dan penurunan kadar
trombosit <100.000/mm3 merupakan tanda dari HELLP sindrom5.
Pada Kasus ini diagnosis sindroma HELLP belum dapat ditegakkan, karena tidak ada
data tentang hemolisis dan peningkatan enzim hati, meskipun kadar tombosit di bawah
100.000/mm3.
Pembahasan Teori dan Kasus
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 33 tahun
dengan diagnosa eklampsia. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil alloanamnesa,
pemeriksaan fisik obstetri, serta pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium.
Wanita hamil Ny. Nelva, 33 tahun , G1P0A0, datang ke RSUD Sawahlunto pada
tanggal 4 Januari 2017 pukul 09.30 WIB. Awalnya pasien mengalami kejang pada pukul
07.00 WIB, kejang tersebut dialami selama 5 menit. Kejang bersifat seluruh tubuh, dan mata
mendelik ke atas. Kemudian pasien dibawa keluarga ke Pustu dan tiba disana sekitar pukul
07.30 WIB , kemudian pasien mengalami kejang yang kedua, dengan karakteristik dan lama
kejang yang sama dengan kejang pertama. Pasien tidak sadar sejak kejang pertama. Adanya
muntah disangkal. Sebelum terjadinya kejang pasien mengeluhkan adanya nyeri kepala, nyeri
tengkuk dan penglihatan yang kabur. Keluhan adanya nyeri ulu hati disangkal. Tidak ada
riwayat hipertensi sebelum kehamilan. Riwayat mules mules mau melahirkan tidak
dijumpai, riwayat keluar lendir darah dari kemaluan tidak dijumpai. Pasien merupakan
rujukan dari Pustu Lumindai dengan diagnosis eklampsia. Belum ada tindakan pemberian
oksigen dan akses IV di Pustu.

Pemeriksaan obstetrik didapatkan abdomen : membesar asimetris, TFU : 30 cm,


tegang : kiri, terbawah : kepala, gerak: (+) , His : (-), DJJ : 157-167 x/i.

TEORI KASUS
Definisi Pada pasien ini, ditemukan TD
210/120 mmHg, dan protein urin 3+,
Preeklamsia: serta adanya kejang sebanyak 2 kali.
-Tekanan Darah 140/90 mmHg pada usia Tidak ditemukan tanda-tanda
kehamilan >20 minggu penyebab kejang yang lain.
-Adanya preinutia minimal 1+, atau pemeriksaan
urin kuantitatif menunjukkan hasil >300mg/24
jam
Eklampsia
Kelainan akut pada pre-eklampsia, dalam
kehamilan, persalinan atau nifas yang ditandai
dengan timbulnya kejang dengan atau tanpa
penurunan kesadaran.
Faktor Risiko Pada pasien tidak ditemukan faktor
Faktor kehamilan terkait risiko
o Kelainan kromosom
o Mola hidatidosa
o Fetalis hidrops
o Kehamilan multifetal
o Oosit sumbangan atau donor inseminasi
o Anomali kongenital struktural
o Infeksi saluran kemih
Faktor ibu
o Umur lebih dari 35 tahun
o Umur kurang dari 20 tahun
o Ras kulit hitam
o Riwayat keluarga preeklampsia
o Nulliparitas
o Preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
o Kondisi medis tertentu: gestational
diabetes, diabetes tipe I, obesitas, hipertensi
kronis, penyakit ginjal.
Gejala Klinis GK pada pasien:
Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 Pada pemeriksaan pertama saat
mmHg sedikitnya enam jam pada dua kali pasien datang tekanan darah
pemeriksaan. terukur mencapai 210/120
Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik mmHg,
pada sampel urin sewaktu yang dikumpulkan Proteinuria +3 dari hasil
paling sedikit empat jam sekali. urinalisis yang dilakukan
Oliguria < 400 ml / 24 jam. Pada Kasus ini diagnosis
Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl. sindroma HELLP belum dapat
Gangguan visus dan serebral : penurunan ditegakkan, karena tidak ada data
kesadaran, nyeri kepala persisten, skotoma, dan tentang hemolisis dan
pandangan kabur. peningkatan enzim hati,
Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas meskipun jumlah tombosit di
abdomen akibat teregangnya kapsula glisson. bawah 100.000/mm3.
Edema paru dan sianosis.
Hemolisis mikroangipatik karena
meningkatnya enzim laktat dehidrogenase.
Trombositopenia berat (trombosit < 100.000
mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat)
Oligohidroamnion, pertumbuhan janin
terhambat, dan abrupsio plasenta.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan
hepatoselular) : peningkatan kadar alanin dan
aspartate aminotransferase.
Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver
Enzyme, Trombositopenia)
Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang di berikan:
Penderita preeklamsia berat harus segera - Terpasang IV Line
masuk rumah sakit untuk rawat inap dan - Terpasang Kateter urin
dianjurkan tirah baring ke satu sisi (kiri). -Regimen MgSO4
Dipasang foley catheter untuk mengukur
pengeluaran urin. -Nifedipin 3x10 mg bila TD diatas
Pemberian obat anti kejang 150 mmHg
Obat anti kejang yang banyak dipakai di
Indonesia adalah Mmagnesium sulfat
(MgSO47H2O)
Cara pemberian :
Magnesium sulfat regimen
- Loading dose : initial dose
4 gram MgSO4 intravena, (40 %
dalam 10 cc) selama 15 menit.
- Maintenance dose :
Diberikan infus 6 gram dalam
larutan Ringer/6 jam; atau diberikan
4 atau 5 gram i.m. Selanjutnya
maintenance dose diberikan 4 gram
i.m. tiap 4-6 jam.
- Syarat-syarat pemberian MgSO4
Harus tersedia antidotum MgSO4
bila terjadi intoksikasi yaitu
kalsium glukonas 10 %=1 gram
(10 % dalam 10 cc) diberikan i.v. 3
menit.
Reflex patella (+) kuat
Frekuensi pernapasan > 16
kali/menit, tidak ada tanda-tanda
distress napas.
Pemberian antihipertensi
Antihipertensi diberikan jika tekanan
sistolik 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik 110 mmHg.
- Antihipertensi lini pertama
Nifedipine
Dosis 10-20 mg per oral, diulangi
setelah 30 menit, maksimum 120
mg dalam 24 jam.
- Antihipertensi lini kedua
Sodium nitroprusside: 0,25 g
i.v./kg/menit, infuse; ditingkatkan
0,25 g i.v./kg/5 menit.
Diazokside: 30-60 mg mg i.v./5
menit; atau i.v infuse 10 mg/menit
dititrasi
Cara Persalinan Cara persalinan pada kasus adalah
Sedapat mungkin persalianan diarahkan ke section caesaria. Pada kasus ini,
pervaginam pasien sudah diguyur regimen
o Penderita belum inpartu; MgSO4 di IGD, lalu langsung
Dilakukan induksi persalinan bila skor dipersiapkan untuk dilakukannya SC
Bishop lebih dari 8 segera. Alasan terminasi kehamilan
Bila perlu dilakukan pematangan dengan operasi adalah karena
serviks dengan misoprostol, induksi keadaan pasien yang sudah
persalinan harus mencapai kala II mengalami penurunan kesadaran
dalam waktu 24 jam, bila tidak induksi sehingga tidak memungkinkan lagi
persalinan dianggap gagal, harus untuk dilakukan induksi dan
segera disusul dengan pembedahan pimpinan persalinan normal.
secara cesar. Mengingat usia kehamilan yang
sudah aterm , maka pemberian
o Indikasi dilakukan pembedahan caesar: kortikosteroid tidak dilakukan.
o Tidak ada indikasi untuk persalinan
pervaginam
o Induksi persalinaan gagal
o Terjadi maternal distress Terjadi fetal
distress
o Bila umur kehamilan < 33 minggu
o Bila penderita sudah inpartu
o Perjalanan persalinan diikuti
o Memperpendek kala II
o Pembedahan caesar dilakukan apabila
didapati maternal distress dan fetal
distress

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Leveno, Bloom, et al. Chapter 34. Pregnancy Hypertension. William
Obstetrics . Ed. 23th. Conecticut : Appleton & Lange 2010 : 693 744.
2. Machado S, Figueiredo N, Borges A, et al. Acute Kidney Injury in Pregnancy: a Clinical
Challenge. Journal of Nephrology,2012.
3. Winkjosastro, H, dkk. Ilmu Kebidanan: Hipertensi dalam Kehamilan (edisi ke-3).
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Indonesia, hal. 2006 281-300.
4. Stillman I E, Karumanchi S A. The Glomerular Injury of Preeclampsia. Journal America
Society of Nephrology 18: 22812284, 2007.
5. World Health Organization. WHO recommendations for Prevention and Treatment of
Pre-Eclampsia and Eclampsia, 2011.
6. Magee L A, Helewa M, Mountquin JM, et al. Diagnosis, Evaluation, and Management of
the Hypertensive Disorders of Pregnancy. Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada,
2008.
7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. 2013.

You might also like