Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
2. ETIOLOGI
a. Penyakit jantung koroner
b. Stress fisik (perdarahan, tersedak, serangan asthma berat)
c. Kelainan bawaan
4. PROGNOSIS
Kematian otak dan kematian permanen dapat terjadi hanya dalam jangka waktu 8
sampai 10 menit dari seseorang tersebut mengalami henti jantung (Diklat Ambulans
Gawat Darurat 118,2010). Kondisi tersebut dapat dicegah dengan pemberian resusitasi
jantung paru dan defibrilasi segera (sebelum melebihi batas maksimal waktu untuk
terjadinya kerusakan otak), untuk secepat mungkinan mengembalikan fungsi jantung
normal. Resusitasi jantung paru dan defibrilasi yang diberikan antara 5 sampai 7 menit
dari korban mengalami henti jantung, akan memberikan kesempatan korban untuk hidup
rata-rata sebesar 30% sampai 45%. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dengan
penyediaan defibrillator yang mudah diakses di tempat-tempat umum seperti pelabuhan
udara, dalam arti meningkatkan kemampuan untuk bisa memberikan pertolongan
(defibrilasi) sesegera mungkin, akan meningkatkan kesempatan hidup rata-rata bagi
korban cardiac arrest sebesar 64% (American Heart Assosiacion, 2010).
B. PEMERIKSAAN
a) Diagnostik
1) Elektrokardiogram
Biasanya tes yang diberikan ialah dengan elektrokardiogram
(EKG). Ketika dipasang EKG, sensor dipasang pada dada atau kadang-
kadang di bagian tubuh lainnya missal tangan dan kaki. EKG mengukur
waktu dan durasi dari tiap fase listrik jantung dan dapat menggambarkan
gangguan pada irama jantung. Karena cedera otot jantung tidak melakukan
impuls listrik normal, EKG bisa menunjukkan bahwa serangan jantung
telah terjadi. ECG dapat mendeteksi pola listrik abnormal, seperti interval
QT berkepanjangan, yang meningkatkan risiko kematian mendadak.
2) Elektrolit Jantung
Melalui sampel darah, kita juga dapat mengetahui elektrolit-
elektrolit yang ada pada jantung, di antaranya kalium, kalsium,
magnesium. Elektrolit adalah mineral dalam darah kita dan cairan tubuh
yang membantu menghasilkan impuls listrik. Ketidak seimbangan pada
elektrolit dapat memicu terjadinya aritmia dan sudden cardiac arrest.
3) Pemeriksaan Foto Torak
Foto thorax menggambarkan bentuk dan ukuran dada serta
pembuluh darah. Hal ini juga dapat menunjukkan apakah seseorang
terkena gagal jantung.
4) Ekokardiogram
Echocardiogram dapat membantu mengidentifikasi apakah daerah
jantung telah rusak oleh cardiac arrest dan tidak memompa secara normal
atau pada kapasitas puncak (fraksi ejeksi), atau apakah ada kelainan katup.
b) Pemeriksaan Lab
i. Pemeriksaan Enzim Jantung
Enzim-enzim jantung tertentu akan masuk ke dalam darah jika
jantung terkena serangan jantung. Karena serangan jantung dapat memicu
sudden cardiac arrest. Pengujian sampel darah untuk mengetahui enzim-
enzim ini sangat penting apakah benar-benar terjadi serangan jantung.
C. PENGKAJIAN
I. Primery survey
o Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adana benda asing. Pada klien
yang dapa berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula
pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.
o Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernapasan, retraksi dindin dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji aadanya suara napas
tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
o Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardic output
serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, nadi.
o Disability: nilai tinggi kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil
(pengkajian status neurologis) untuk mengevakusi tingkat kesadaran
dengan AVPU mnemonic:
A : Alert (waspada)
V : Responsive to voice (berespon terhadap suara)
P : Responsive to pain (berespon terhadap nyeri)
U : Unresponsive (tidak ada respon)
o Exposure: ada tidaknya jejas/trauma; kaji hasil laboratorium, EKG;
monitor pemberian terapi obat.
Wajah
Inspeksi dan palpasi tulang wajah.
Kaji ukuran pupil dan reaksinya terhadap cahaya.
Catat apakah lensa kontak terpasang; jika iya
lepaskan.
Catat adanya darah atau drainase dari telinga, mata,
hidung, atau mulut.
Observasi bibir, daun telinga, dan ujung kuku
terhadap sianosis.
Cek adanya gigi yang tanggal.
Cek adanya gigi palsu. Jika ada dan pasien
mengalami penurunan tingkat kesadaran atau gigi
palsu mempengaruhi jalan napas, lepaskan; lalu beri
nama dan simpan di tempat yang aman.
Inspeksi lidah dan mukosa oral terhadap trauma.
Leher
o Observasi terhadap bengkak atau deformitas
terhadap leher.
o Cek spinal servikal untuk deformitas dan nyeri
palpasi.
o Observasi adanya deviasi trakea.
o Observasi adanya distensi vena jugularis.
Dada
- Inspeksi dinding dada untuk kualitas dan kedalaman
pernapasan, dan untuk kesimetrisan pergerakan.
Catat adanya segmen flail chest.
- Cek adanya fraktur iga dengan melakukan
penekanan pada tulang iga pada posisi lateral,
anterior, dan posterior; manuver ini menyebabkan
nyeri pada pasien fraktur iga.
- Catat keluhan pasien akan nyeri, dispnea, atau
sensasi dada terasa berat.
- Catat memar, perdarahan, luka, atau emfisema
subkutaneus.
- Auskultasi paru untuk kualitas dan kesimetrisan
bunyi napas.
Abdomen
- Catat adanya distensi, perdarahan, memar, atau
abrasi, khususnya di sekitar organ vital seperti limfa
atau hati.
- Kaji kekakuan dan tenderness. Selalu auskultasi
abdomen untuk bising usus sebelum mempalpasi
untuk mengkaji secara benar peristaltik.
Tulang Belakang
- Mulai tempatkan satu tangan dibawah leher pasien.
Dengan lembut palpasi vertebra. Rasakan
deformitas, dan catat lokasinya jika terdapat respon
nyeri dari pasien.
- Perhatian : jangan pernah membalik pasien untuk
memeriksa tulang belakang sampai trauma spinal
sudah dipastikan! Jika anda harus membalik pasien
(misalnya luka terbuka) gunakan teknik log-roll.
- Catat adanya keluhan nyeri dari pasien ketika
mempalpasi sudut costovertebral melewati ginjal.
Ekstremitas
- Cek adanya perdarahan, edema, pallor (kulit yang
pucat), nyeri, atau asimetris tulang dan sendi
dimulai pada segmen proksimal pada setiap
ekstremitas dan palpasi pada bagian distal.
- Cek pergerakan, range of motion (ROM), dan
sensasi pada semua ekstremitas.
- Palpasi nadi distal dan cek capillary refill pada
ujung kuku. Kaji warna kulit pada ekstremitas.
- Cek refleks seperti plantar, bisep, dan patella.
D. PENATALAKSANAAN
Penanganan henti jantung dilakukan untuk membantu menyelamatkan pasien atau
mengembalikan fungsi cardiovascular. Adapun prinsip-prinsipnya yaitu sebagai berikut:
Tahap I :
Berikan bantuan hidup dasar
Bebaskan jalan nafas, seterusnya angkat leher / topang dagu.
Bantuan nafas, mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke alat bantuan
nafas.
Jika nadi tidak teraba RJP dapat dilakukan oleh satu orang penolong atau dua orang
penolong.
Lokasi titik tumpu kompresi.
1. 1/3 distal sternum atau 2 jari proksimal Proc. Xiphoideus
2. Jari tengah tangan kanan diletakkan di Proc. Xiphoideus, sedangkan jari telunjuk
mengikuti
3. Tempatkan tumit tangan di atas jari telunjuk tersebut
4. Tumit tangan satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada tepat di titik
pijat jantung.
5. Jari-jari tangan dapat dirangkum, namun tidak boleh menyinggung dada korban
Tahap II :
- Bantuan hidup lanjut.
- Drugs
Setelah penilaian terhadap hasil bantuan hidup dasar, dapat diteruskan dengan bantuan
hidup lanjut (korban dinyatakan belum mati dan belum timbul denyut jantung spontan),
maka bantuan hidup lanjut dapat diberikan berupa obat-obatan. Obat-obatan tersebut dibagi
dalam 2 golongan yaitu,
1. Penting, yaitu :
a. Adrenalin
Mekanisme kerja merangsang reseptor alfa dan beta, dosis yang diberikan 0,5-
1 mg IV diulang setelah 5 menit sesuai kebutuhan dan yang perlu diperhatikan dapat
meningkatkan pemakaian O2 miocard, fibrilasi ventrikel.
b. Natrium bikarbonat
c. Sulfat Atropin
Mengurangi tonus vagus memudahkan konduksi atrioventrikuler dan
mempercepat denyut jantung pada keadaan sinus bradikardi. Paling berguna dalam
mencegah arrest pada keadaan sinus bradikardi sekunder karena infark miokard,
terutama bila ada hipotensi. Dosis yang dianjurkan mg, diberikan IV. Sebagai
bolus dan diulang dalam interval 5 menit sampai tercapai denyut nadi >60/menit,
dosis total tidak boleh melebihi 2 mg kecuali pada blok atrioventrikuler derajat 3
yang membutuhkan dosis lebih besar.
d. Lidokain
Meninggikan ambang fibrilasi dan mempunyai efek antiaritmia dengan cara
meningkatkan ambang stimulus listrik dari ventrikel selama diastole. Pada dosis
terapeutik biasa, tidak ada perubahan bermakna dari kontraktilitas miokard, tekanan
arteri sistemik, atau periode refrakter absolute. Obat ini terutama efektif menekan
iritabilitas sehingga mencegah kembalinya fibrilasi ventrikel setelah defibrilasi yang
behasil, juga efektif mengontrol denyut ventrikel premature yang multi fokal dan
episode takhikardi ventrikel. Dosis 50-100 mg diberikan IV sebagai bolus, pelan-
pelan dan bisa dilang bila perlu. Dapat dilanjutnkan dengan infuse continue 1-3
mg/menit, biasanya tidak lebih dari 4mg/menit berupa lidocaine 500 ml dextrose 5%
2. Berguna, yaitu :
a. Isoproterenol
Merupakan obat pilihan untuk pengobatan segera (bradikardi hebat karena
complete heart block). Diberikan dalam infus dengan jumlah 2 sampai 20 mg/menit
(1-10 ml larutan dari 1mg dalam 500 ml dextrose 5%), dan diatur untuk meninggikan
denyut janutng sampai kira-kira 60 x/menit. Juga berguna untuk sinus bradikardi
berat yang tidak berhasil diatasi dengan atropine.
b. Propanolol
Suatu beda adregenic blocker yang efek aritmianya terbukti berguna untuk
kaus takhikardi ventrikl yang beurlang atau fibrilasi ventrikel berulang dimana ritme
jantung tidak dapat diatasi dengan lidocaine. Dosis umunya adalah 1mg iv, dapaat
dulang sampai total 3mg, dengan pengawasan yang ketat.
c. Kortikosteroid
Sekarang leih disukai kortikosteroid sintesis (5 mg/kg BB mthyl prednisolon
sodium succinate atau 1 mg/kg BB dexamethasone fosfat) untuk pengobatan syok
kardiogenik atau shuck lung akibat henti jantung. Bila ada kecurigaan edema
otaksetelah henti jantung, 60-100 mg methyl predhisolon sodium succinate tiap 6 jam
akan menguntungkan. Bila ada komplikasi paru seperti pneumonia post aspirasi,
maka digunakan dexamethason fosfsat 4-8 mg tiap 6 jam.
BAB II
TINJAUAN KASUS
SKENARIO
Tn.L (50th) dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada seperti dtusuk-tusuk dan tertimpa benda
berat, Enam bulan yang lalu pasien pernah mengalami keluhan yang hamper sama namun
menghilang setelah dibawa istirahat. Sejak saat itu pasien berobat ke dokter dan diketahui dirinya
sakit jantung koroner. Saat ini pasien merasakan nyeri sejak pukul 06.00 kemudian dibawa ke
UGD RSIJ CP dan tiba di UGD Pk.08.30. Nyeri yang sekarang dirasakan pasien lebih dari
15menit dan tidak hilang dengan istirahat dan obat-obat Nitrat. Pasien diberikan O2 6L/mnt,
kemudian dilakukan pemeriksaan EKG dan pengambilan Lab enzim Jantung. Gambaran EKG
terdapat ST elevasi dilead II, III, AVF dan pada V4, V5, dan V6, selanjutnya dipasang
monitoring Jantung. Hasil Lab CPK, CKMB dan Troponin T : meningkat 1. Dokter
merencanakan akan memberikan obat anti trombolitik. Namun ketika obat sedang disiapkan dan
akses intra vena sedang dipasang, kesadaran pasien semakin menurun, tekanan darah dimonitor
90/60mmHg, Hr: 120x/mnt. Dan setelah 15menit kemudian dilakukan observasi gambaran EKG
menjadi Idioventrikuler, Hr 25x/mnt tidak lama kemudian flat serta Nadi karotis pasien tidak
teraba.
B. Kata Kunci
Nyeri dada seperti ditusuk-tusuk dan tertimpa benda berat
Riwayat 6 bulan lalu penyakit jantung koroner
Nyeri jam 06.00, tiba di UGD 08.30
Nyeri lebih dari 15menit tidak hilang dengan istirahat dan obat-obat nitrat
Pasien terpasang 02 6L/mnt
Gambaran EKG : ST elevasi di lead II, III, AVF dan pada V4, V5 dan V6
Lab CPK, CKMB dan Troponin T : meningkat 1
Dokter merencanakan akan memberi obat anti trombolitik
Ketika obat sedang disiapkan dan akses intravena sedang dipasang
- Kesdaran pasien
- TD : 90/60mmHg
- HR : 120x/mnt
15 menit kemudian, gambaran EKG menjadi Idioventrikuler, Hr 25xmnt
kemudian flat serta nadi karotis tidak teraba
BAB III
HASIL DISKUSI
SKENARIO
Tn.L (50th) dibawa ke UGD dengan keluhan nyeri dada seperti dtusuk-tusuk dan tertimpa benda
berat, Enam bulan yang lalu pasien pernah mengalami keluhan yang hamper sama namun
menghilang setelah dibawa istirahat. Sejak saat itu pasien berobat ke dokter dan diketahui dirinya
sakit jantung koroner. Saat ini pasien merasakan nyeri sejak pukul 06.00 kemudian dibawa ke
UGD RSIJ CP dan tiba di UGD Pk.08.30. Nyeri yang sekarang dirasakan pasien lebih dari
15menit dan tidak hilang dengan istirahat dan obat-obat Nitrat. Pasien diberikan O2 6L/mnt,
kemudian dilakukan pemeriksaan EKG dan pengambilan Lab enzim Jantung. Gambaran EKG
terdapat ST elevasi dilead II, III, AVF dan pada V4, V5, dan V6, selanjutnya dipasang
monitoring Jantung. Hasil Lab CPK, CKMB dan Troponin T : meningkat 1. Dokter
merencanakan akan memberikan obat anti trombolitik. Namun ketika obat sedang disiapkan dan
akses intra vena sedang dipasang, kesadaran pasien semakin menurun, tekanan darah dimonitor
90/60mmHg, Hr: 120x/mnt. Dan setelah 15menit kemudian dilakukan observasi gambaran EKG
menjadi Idioventrikuler, Hr 25x/mnt tidak lama kemudian flat serta Nadi karotis pasien tidak
teraba.
Idioventrikuler :
Irama jantung terdiri dari 3 macam yaitu Irama Sinus, Irama Junction, dan Irama
Ventrikel. Masing-masing irama dinamai sesuai dengan asal impuls listrik yang
keluar. Bila pencetus impuls listrik keluar dari SA Node maka irama yang muncul
disebut Irama Sinus, dari SA Node muncul Irama Junction dan dari Ventrikel
disebut Irama Idioventrikuler
Irama Ventrikel
Asal impuls dari area Ventrikel, ibarat lampu templok dayanya kecil sekali hampir
tidak bisa menerangi rumah, seperti itulah kira-kira irama ventrikel daya pompa
jantung sudah sangat lemah, menghasilkan impuls 20-40 x/menit.
1. Gelombang P tidak ada
2. Kompleks QRS lebar lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12 detik.
Yang terpenting adalah mengetahui kapan ke dua enzim ini akan meningkat,
kapan puncaknya, dan kapan akan kembali normal, sehingga pemeriksaan yang
dilakukan memiliki nilai diagnostic dan tidak sia-sia dilakukan. Contohnya, akan
percuma jika dilakukan pemeriksaan CKMB pada hari ke empat setelah serangan.
Nilai normal:
CPK:
Wanita : 40150 U/L
Pria : 38174 U/L
CPK-MB : <3% dari CPK
Obat NItrat : Merupakan obat anti angina, obat untuk meredakan nyeri dada yang
terjadi akibat berkurangnya suplai darah ke otot jantung akibat penyempitan
pembuluh koroner. Cara kerja : melebarkan pembuluh koroner dan sebagai
akibatnya aliran darah koroner , suplai makanan ke otot jantung dan angina
teratasi. Efek Samping : sakit kepala, terutama timbul pada penggunaan pertama
dan semakin sering menggunakan obat ini makan sakit kepala akan semakin . .
Indikasi
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan
parsial normal O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh
gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehingga sistem pernapasan
tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat
pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karena
kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga
terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea
(kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis
(perubahan warna menjadi kebiru-biruan pada permukaan kulit
karena kekurangan oksigen), apnea (tidak bernapas/ berhenti
bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal
dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan
lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit
(Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat
mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga
mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau
cedera akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi
dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan
meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan
hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan
pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke
seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen
yang cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika
dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan
dengan hemoglobin dalam darah. (Aryani, 2009:53)
CPK terdiri dari 2 tipe isoenzim yaitu M dan B. isoenzim dipisahkan oleh
elektroforesi : 1. MM ( Pada otot rangka & beberapa pd jantung)
2. MB ( Pada jantung)
3. BB ( Pada jaringan otak)
Troponin T adalah protein spesifik yang ditemukan dalam otot jantung & otot
rangka. Fungsinya untuk mengatur kontraksi otot. Troponin T untuk mendeteksi
nekrosis otot jantung.
C. Analisa Data