You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.6 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mungkin lepas dari
berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan
berarti dalam hubungan antar manusia. Salah satu kajian ilmu komunikasi
adalah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara
tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat kesehatan
dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program
yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang
lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku
sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Komunikasi merupkan aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Komunikasi
yang diterapkan perawat kepada pasien merupkan komunikasi terapeutikyang
mempunyai tujuan untuk kesembuhan pasien.
Seorang perawat penting sekali untuk menguasai kemampuan
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik jika dikuasai dengan baik oleh
seorang perawat, maka ia akan lebih mudah menjalin hubungan saling
percaya dengan pasien. Tak hanya hal itu saja, dengan kemampuan
komunikasi terapeutik yang baik maka perawat dapat mengatasi masalah
legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan
meningkatkan citra perawat.
Komunikasi yang baik dari seorang perawat, khususnya komunikasi
terapeutik, dapat memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini
ditekankan bahwa seorang perawat harus mampu berbicara banyak serta bisa
menunjukkan kesan low profile pada pasiennya. Dalam tulisan ini, kami
membahas mengenai komunikasi terapeutik yang meliputi teknik komunikasi
terpeutik dan hubungan terapeutik pada keadaan bencana.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja teknik-teknik dalam melakukan komunikasi terapeutik?
2. Bagaimana hubungan komunikasi terapeutik dengan keadaan bencana ?

1.3 Tujuan
1. Agar dapat menjelaskan teknik teknik dalam melakukan komunikasi
terapeutik bagi perawat.
2. Agar dapat mengetahui hubungan komunikasi terpeutik pada keadaan
bencana

1.4 Manfaat
1. Perawat dapat menjelaskan dan mengimplementasikan teknik teknik
dalam melakukan komunikasi terapeutik
2. Dapat mengetahui hubungan komunikasi terpeutik pada keadaan bencana

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.6 Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komununikasi terapeutik adalah proses dimana perawat menggunakan
pendekatan terencana dalam mempelajari kliennya (Keltner, Schwecke, dan
Bostrom, dalam Potter & Perry, 2005).
Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat
dan klien yang selama interaksi berlangsung perawat berfokus pada
kebutuhan khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang
efektif (Videback,2008)
2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
a. Hubungan perawat dan klien yang saling menguntungkan
b. Menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami
perasaan dan prilaku klien
c. Menjaga harga diri
d. Menciptakan hubungan saling percaya (trust)
2.3 Komponen komunikasi terapeutik
a. Empati
b. Kepercayaan
c. Kejujuran
d. Keterbukaan diri
e. Mendengarkan aktif
2.4 Tindakan atau Sikap yang Dilakukan Ketika Menunjukkan Kehadiran
Secara Fisik
Tindakan atau sikap yang dilakukan ketika menunjukkan kehadiran fisik
(Egan,1998 dalam Kozier,Et.Al, 2004) yaitu :
a. Berhadapan dengan lawan bicara
b. Sikap tubuh terbuka (tidak bersilangan)
c. Menunduk/memposisikan tubuh kearah lawan bicara atau lebih dekat
dengan lawan bicara
d. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural
e. Bersikap tenang
2.5 Hambatan dalam Komunikasi Terapeutik
Hambatan dalam komunikasi terapeutik (Delaune & Ladner, 2002) yaitu :
a. Perbedaan bahasa
Ketidakmampuan klien untuk berkomunikasi secara efektif dengan
petugas kesehatan dapat mempengaruhi respon klien terhadap intervensi
b. Perbedaan budaya
Perawat harus menyadari pola interaksi tipikal pada berbagai budaya.
Setiap budaya menggunakan bahasa yang berbeda beda.
c. Gender
Pengiriman, penerimaan, dan penafsiran pesan dapat bervariasi anatara
pria dan wanita.

3
2.6 Tahapan komunikasi terapeutik
a. Prainteraksi
Fase prainteraksi mirip dengan tahap perencanaan sebelum melakukan
wawancara. Biasanya perawat memiliki informasi tentang klien sebelum
bertatap muka yang pertama kali. Informasi tersebut dapat meliputi nama
klien, alamat, usia, riwayat medis, dan riwayat social. Tugas perawat pada
fase prainteraksi yaitu :
1. Meninjau data pengkajian dan pengetahuan
Meninjau data pengkajian dan pengetahuan seperti melihat informasi
dasar tentang klien fungsinya adalah untuk melihat hambatan atau
kendala komunikasi yang mungkin terjadi. Hambatan atau kendala
komunikasi yang mungkin terjadi ini dapat menjadi masalah potensial
2. Memikirkan area masalah potensial
Area masalah potensial dapat diprediksi berdasarkan kendala dan
hambatan komunikasi yang mungkin terjadi. Kendala tersebut
meliputi deficit bahasa, deficit sensorik, gangguan kognitif dan deficit
structural
Keterampilan perawat yang dibutuhkan pada fas pra interaksi adalah
mengumpulkan data yang terorganisir, menyadari keterbatasan yang ada
dan mencari bantuan sesuai kebutuhan
b. Tahap Orientasi
Pada fase ini disebut juga fase perkenalan atau fase prabantuan. Fase ini
merupakan fase mengenal satu sama lain dan membina rasa percaya
Kendala pada fase orientasi bisa berupa perilaku resitif. Perilaku resitif
merupakan bentuk perilaku yang dapat menghambat keterlibatan,
kerjasama, atau perubahan. Perilaku resitif ini dapat diatasi dengan
menunjukkan sikap aring, minat yang tulus, serta kompetensi. Kendala
fase orientasi dapat disebabkan oleh beberapa factor misalnya :
a. Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan untuk meminta bantuan
b. Ketergantungan rasa takut untuk mengungkapkan dan menghadapi
perasaan yang ada
c. Ansietas tentang ketidaknyamanan yang dirasakan dalam mengubah
pola perilaku.
Tugas perawat dalam fase orientasi/perkenalan :
1. membuka hubungan
a. baik klien maupun perawat mengidentifikasi satu sama lain dengan
menggunakan nama.

4
b. saat hendak mengawali interaksi, penting bagi perawat menjelaskan
perannya kepada klien agar klien memperoleh gambaran tentang proses
interaksi tersebut.
c. saat klien mengawali hubungan, perawat perlu membantu klien
mengungkapkan masalah dan alasannya mencari bantuan.
d. pertanyaan yang samar dan terbuka seperti bagaimana perasaan Anda
hari ini?
2. mengklarifikasi masalah
Karena pada awalnya klien mungkin tidak melihat masalah dengan jelas,
tugas utama perawat adalah mengklarifikasi masalah tersebut.
3. membuat dan memformulasikan kontrak
Perawat dan klien membangun tingkat kepercayaan dan kesepakatan yang
diungkapkan secara verbal tentang:
- Lokasi, frekuensi dan lamanya pertemuan
- Keseluruhan tujuan dari hubungan tersebut
- Bagaimana hal-hal yang sifatnya rahasia akan ditangani
- Tugas-tugas yang akan dituntaskan
- Durasi dan indikasi untuk mengakhiri pertemuan tersebut
Hasil yang diharapkan pada fase orientasi:
a. Menumbuhkan kepercayaan (memahami dan menghormati
keyakinan dan nilai budaya mereka, menghargai kerahasiaan klien)
b. Memandang perawat sebagai tenaga profesional yang kompeten
untuk memberikan bantuan
c. Memandang perawat sebagai pribadi yang jujur, terbuka dan peduli
dengan kesejahteraan mereka
d. Merasa nyaman berbicara
e. Memahami tujuan hubungan

Tahap kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
Tujuan : tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien
Tahap kerja hubungan perawat-klien biasanya dibagi menjadi dua subfase :
indentifikasi masalah dan eksploitasi
Indentifikasi masalah pada tahap kerja
1. Menerapkan active listening
2. Membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi
3. Bagaimana cara mengatasi masalahnya

5
4. Mengevaluasi cara atau alternatif pemecahan masalah yang
telah dipilih
Eksploitasi pada tahap kerja
1. Perawat memandu klien mengkaji perasaan dan responnya
2. Mendorong perkembangan kesadaran diri
3. Dibangun rasa saling percaya antara perawat dan klien
4. Menyimpulkan percakapannya dengan klien
Kendala dalam tahap kerja
Transferen : klien biasanya secara tidak sadar memindahkan
perasaannya terhadap individu yang berartu dalam hidupnya
kepada perawat
Kontertransferen : respon perawat dipengaruhi kebutuhan dan
konflik pribadi yang tidak disadari
Tahap terminasi
a. Tahap terakhir
b. Klien ada yang menghindar ada yang tidak
c. Rencanakan dari awal
d. Jangan mengakhiri relasi secara tiba-tiba
Tahap-tahap terminasi yaitu :
Terminasi sementara : akhir dari tiap pertemuan perawat-klien
Terminasi akhir :
- Terjadi ketika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara keseluruhan
- Melakukan evaluasi objektif
- Melakukan evaluasi subjektif
- Menyepakati tingkat lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan
- Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya
Fokus dari analisa diri perawat dalam komunikasi terapeutik
Analisa diri dalam komunikasi terapeutik : proses stimulasi untuk
menentukan keberhasilan setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat.
Harus dilakukan setiap waktu karena erat kaitannya dengan kesadaran diri
perawat yang merupakan evaluasi dari apa yang telah dilakukan perawat
terhadap kliennya. Terbagi dalam 6 aspek, yaitu :
1. Kesadaran diri
2. Klarifikasi nilai
3. Eksplorasi keadaan
4. Role model
5. Altruisme
6. Etik dan tanggung jawab
Kesadaran diri

6
a. Akan membuat perawat dapat menerima perbedaan dan keunikan
klien
b. Perlu ditingkatkan agar penggunaan diri secara terapeutik dapat
lebih efektif
c. Jendela johari (johari window) adalah konsep komunikasi yang
diperkenalkan oleh joseph luth dan harry ingram menggambarkan
tingkat saling pengertian antar orang yang berinteraksi mengenai
perilaku, pikiran dan perasaan
1. Terbuka-umum : diketahui oleh diri sendiri dan orang lain
2. Buta-tidak sadar : hanya diketahui oleh orang lain
3. Tersembunyi-tersendiri : hanya diketahui oleh diri sendiri
4. Tidak diketahui : tidak diketahui oleh siapapun
3 prinsip yang dapat diambil dari johari window, yaitu :
1. Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain
2. Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau
kesadaran dirinya kurang (perilaku dan perasaan rendah)
3. Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran
diri yang tinggi

Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui 3 cara (Stuart & Sundeen,1987),


yaitu
a. Mempelajari diri sendiri :
Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku,
termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan
interpersonal dan kebutuhan pribadi
b. Belajar dari orang lain : kesediaan dan keterbukaan menerima
umpan balik dari orang lain akan meningkatkan pengetahuan
tentang diri sendiri. Dikarenakan banyak sekali sifat dan perilaku
yang tidak kita sadari tetapi orang lain melihat atau merasakannya.
c. Membuka diri : untuk ini harus ada teman intim yang dapat
dipercaya untuk menceritakan hal yang merupakan rahasia.
Sehingga seseorang akan merasa aman ketika berinteraksi karena
tidak ada sesuatu yang disembunyikan.
Eksplorasi perasaan
- Yaitu mengkaji atau menggali perasaan-perasaan yang muncul sebelum
dan sesudah berinteraksi dengan orang lain
- Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaan dirinya dan
mengontrolnya agar dapat berkomunikasi dengan klien secara maksimal
Klarifikasi nilai

7
- Klarifikasi nilai bermanfaat bagi perawat untuk memahami dirinya
sendiri dan nilai-nilai pribadinya
- Proses klarifikasi nilai terdiri dari tiga langkah : memilih, menilai, dan
mengambil tindakan
Role model
a. Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan
memuaskan kehidupan pribadi, tidak didominasi oleh konflik serta
adaptasi yang sehat
b. Ciri perawat yang dapat menjadi role model adalah puas akan
hidupnya, tidak didominasi oleh stress, mampu mengembangkan
kemampuan, dan adaptif
Altruisme
a. Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa
memperhatikan diri sendiri
b. Altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan social
yang dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan
kesejahteraan
Etik dan tanggung jawab
a. Kode untuk perawat umumnya menyampaikan penguatan nilai
hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian
pelayanan yang merupakan rujukan untuk kesejahteraan pasien dan
tanggung jawab social
b. Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung
jawab untuk merubah perilaku
Sikap dalam komunikasi terapeutik
Sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat
memfasilitasi komunikasi yang terapeutik (egan,)
Sikap berhadapan
Sikap mempertahankan kontak mata
Sikap membungkuk ke arah klien atau pasien
Sikap mempertahankan sikap terbuka
Sikap tetap rileks
Sikap atau cara lain yang dapat dilakukan dalam komunikasi terapeutik
1. Sikap kesejatian
2. Sikap hormat
3. Sikap empati
4. Sikap konkret
Sikap terapeutik melalui perilaku non verbal (stuar dan sundeen (1998))
1. Isyarat vokal
2. Isyarat tindakan
3. Isyarat obyek

8
4. Ruang memberikan isyarat
5. Sentuhan

3.6 Teknik Komunikasi Terapeutik


Teknik komunikasi terapeutik dengan menggunakan referensi dari Stuart
dan Sundeen, dalam Ernawati (2009) yaitu:
1. Mendengarkan (lestening)
Mendengar ( listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi
terapeutik ( Keliat 1992). Untuk memberi kesempatan lebih banyak pada
klien untuk berbicara, maka perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibicarakan
klien dengan penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan
tepat dan tidak memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa
perawat mempunyai waktu untuk mendengarkan. Ketrampilan
mendengarkan penuh perhatian adalah dengan:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan
c. Sikap tubuh yang menunjukan perhatian dengan tidak
menyilangkan kaki atau tangan
d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu
e. Angkat kepala jika klien membicarakan hal penting atau
memerlukan umpan balik
f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara (pasien).
Mendengarkan ada dua macam :
a. Mendengarkan pasif
Kegiatan mendengarkan dengan kegiatan non verbal untuk klien
misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga
keikutsertaan secara verbal misalnya uh huuuh, mmmhhumm,
yeah, Saya dengar kamu. Mendengar pasif akan dapat
menyadarkan diri kita saat kita menengar dengan pasif, karena kita
kurang memahami perasaan orang lain.
b. Mendenngar aktif
Kegiatan mendengar yang menyediakan pengetahuan bahwa kita tahu
perasaan orang lain dan mengerti mengapa dia merasakan hal tersebut.
2. Bertanya (question)

9
Bertanya merupakan teknik yang dapat mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Teknik berikut sering
digunakan pada tahap orientasi:
a. Pertanyaan fasilitatif (fasilitatif question)
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat
bertanya perawat sensitive terhadap pikiran dan perasaan serta secara
langsung berhubungan dengan masalah klien, contoh : Tadi anda
katakana anada memiliki 3 orang saudara, siapa yang anda rasakan
paling dekat dengan anda?
b. Pertanyaan terbuka
Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)pertanyaan yang tidak
memerlukan jawaban ya dan mungkin tetapi pertanyaan yang
memerlukan jawaban yang luas, sehingga pasien dapat
mengemukakan masalahnya, perasaanya dengan kata-kata sendiri,
atau dapat memberikan informasi yang diperlukan. Contoh : apa
yang sedang saudara fikirkan ?, apa yang akan kita bicarakan
har ini?, atau Coba Ibu ceritakan apa yang biasanya ibu lakukan
bila ibu sakit perut ? . Agar klien merasa aman dalam
mengungkapkan perasaannya, perawat dapat memberi dorongan
dengan cara mendengar atau mengatakan saya mengerti apa yang
saudara katakan.
3. Penerimaan
Yaitu mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang
menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti
persetujuan. Penerimaan berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukan keraguan atau tidak setuju. Perawat sebaiknya
menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan
tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala
seakan tidak percaya. Berikut ini adalah sikap perawat yang menyatakan
penerimaan : mendegarkan tanpa memutuskan pembicaraaan,
memberikan umpan balik verbal yang menyatakan pengertian, dan
memastikan bahwa isyarat non verbal cocok dengan komunikasi verbal.
4. Mengulangi (restating)
Mengulangi (restating) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan
klien maksudnya adalah mengulangi pokok pikiran yang diungkapkan

10
klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Gunanya untuk menguatkan
ungkapan klien dan perawat memberikan umpan balik bahwa ia mengerti
pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan. Misalnya :
Klien : Saya tidak bisa tidur sepanjang malam karena.
Perawat : ooh ,,, jadi saudara tadi malam tidak bisa tidur kerena..
5. Klarifikasi (clarification)
Klasifikasi (clarification) adalah penjelasan kembali ke ide atau pikiran
klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari
ungkapannya. Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar
atau klien malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak
lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Pada saat klarifikasi
perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan klien, juga
tidak boleh menambahkan informasi Gerald, D dalam Suryani, (2005).
Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian terhadap
perasaan klien sangat penting dalam memahami klien. Contoh : saya
tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan atau apa yang anda
maksudkan dengan?
6. Refleksi ( reflection )
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan,
pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk
memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan
menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien Antai-Otong
dalam Suryani, (2005). Refleksi menganjurkan klien untuk
mengungkapkan dan menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan
kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab; bagaimana
menurutmu? Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa
pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu
melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah
manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu
yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain. Contohnya :
Klien : Apakah menurut anda saya harus mengatakanya kepada
dokter?
Perawat : apakah menurut anda sendiri anda harus mengatakanya?
7. Memfokuskan (focusing)

11
Memfokuskan (focusing) adalah bertujuan memberikan kesempatan
kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi
klien pada pencapaian tujuan Stuart, G.W dalam Suryani, (2005). Metode
ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga
pembahasan masalah lebih spesifik dan dimengerti dan mengarahkan
komunikasi klien pada pencapaian tujuan. Contohnya : Hal ini
tampaknya lebih penting, mari kita bicarakan lebih dalam lagi.
8. Diam ( silence )
Teknik diam digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk Mengorganisasi pikiran
masing-masing. Penggunaan metode ini memerlukan keterampilan dan
ketepatan waktu, jika tidak akan menimbulkan perasaan tidak enak.
Contohnya :
Klien : Saya marah!!!
Perawat : (diam)
Klien : Istriku tidak perhatian lagi kepadaku
9. Memberikan Informasi ( informing )
Memberikan informasi tambahan merupakan tindakan penyuluhan
kesehatan untuk klien. Perawat tidak dibenarkan memberikan nasihat
kepada klien ketika memberikan informasi, karena tujuan dari tindakan
ini adalah memfasilitasi klien ketika memberikan informasi. Memberikan
informasi sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau
pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan
perawatan diri dan penyembuhan klien. Contohnya :
Klien : suster, kenapa suhu tbuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah
minum obat, kira-kira kenapa ya suster?
Perawat : baik saya jelaskan, panas tubh atau suhu tubuh meningkat
dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses
infeksi, dehidrasi atau karena metabolism tubuh yang meningkat.
10. Menyimpulkan (summerizing)
Menyimpulkan adalah teknik komunikasi yang membantu klien
mengeksporasi point penting dari interaksi perawat-klien. Teknik ini
membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama
saat mengakhiri pertemuan. Contohnya : Selama 30 menit ini kita telah
mebicarakan.

12
11. Eksplorasi atau Menempatkan kejadian secara berurutan
Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih dalam masalah
yang dialami klien, supaya masalah tersebut bisa diatasi. Teknik ini
bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail
tentang masalah yang dialami klien. Mengurutkan kejadian secara teratur
akan membantu perawatan dan klien untuk melihatnya dalam suatu
perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian akan menuntun perawat dan
klien untuk melihat kejadian berikutnyayang merupakan akibat dari
kejadian sebelumnya dan juga dapat menemukan pola kesukaran
interpersonal. Contohnya apakah yang terjadi sebelum dan sesudah
kejadian tersebut? atau kapan kejadian tersebut terjadi ?.
Teknik ini bernilai terapeutik apabila perawat dapat mengeksplorasi klien
dan memahami masalah yang penting.
12. Membagi Persepsi (Sharing perception)
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala
sesuatunya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas menguraikan
persepsinyakepada perawat. Sementara itu perawat harus waspada
terhadap gejala ansietas yang mungkin muncul. Teknik ini digunakan
ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respons
verbal atau respons nonverbal dari klien. Contohnya Coba ceritakan
kepada saya bagaimana perasaan saudara saat akan dioperasi.
13. Memberikan kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan
Memberikan kesempatan pada klien untuk berinisiatif untuk memilih
topik pembicaraan. Untuk klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti,
perawat dapat menstimulusnya untuk mengambil inisiatif dan meraskan
bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan. Contoh : adakah
sesuatu yang ingin anda bicarakan ? atau apa yang sedang anda
pikirkan ?
14. Menganjurkan untuk Melanjutkan Pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan. Teknik ini juga mengindikasikan bahwa perawat sedang
mengikuti apa yang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang dibicarakan
selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada
mengarahkan diskusi/pembicaraan. Dalam teknik ini perawat dapat

13
menggunakan kata terus atau dan kemudian.. atau bisa juga
mengatakan coba ceritakan kepada saya tentang hal tersebut
15. Menyatakan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan
hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima
dengan benar. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat
klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertanya, memfokuskan atau
mengklarifikasi pesan.
Contoh : Anda tampak tegang atau Apakah Anda merasa tidak
tenang apabila Anda
16. Humor
Sullivan dan Deane dalam Suryani,( 2005), melaporkan bahwa humor
merangsang produksi catecholamine dan hormone yang menimbulkan
perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi
ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan dan menggunakan humor
untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak
mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien. Contohnya : saya
anggota PDIP lo, (penurunan daya ingat progresif)
17. Menawarkan Diri
Bukan tidak mungkin bahwa klien belum siap untuk berkomunikasi
secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat
dirinya dimengerti. Perawat menyediakan diri tanpa renpons bersyarat
atau respons yang diharapkan. Contohnya : saya akan duduk
menemanimu selama 15 menit
18. Memberikan Penghargaan
Memberi salam pada klien dan keluarga dengan menyebut namanya,
menunjukan kesadaran tentang perubahan yang terjadi, untuk menghargai
klien dan keluarga sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan
tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan jangan
sampai jadi beban untuk klien. Dalam arti jangan sampai klien berusaha
keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau
persetujuan atas perbuatanya. Selain itu teknik ini tida pula dimaksudkan
untuk menyatakan bahwa yang ini bagus dan yang sebaliknya buruk.
Contohnya : ibu tampak cocok sekali mengenakan baju yang berwarna
merah ini, dan ibu memakainya dengan rapi sekali
19. Asertif

14
Asertif adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai
orang lain. Kemampuan asertif antara lain berbicara jelas, mampu
menghadapi manipulasi pihak lain tanpa menyakiti hatinya, dan
melindungi diri dari kritik.
Contoh 1 :
Klien : perawat, sup ini tidak enak dan dingin. Saya tidak mau makan
Perawat : sangat mengecewakan ya? Anda dapat mengganti yang lebih
hangat atau mengganti dengan yang lain. Mana yang lebih anda sukai?

2.2 Hubungan Komunikasi Terapeutik pada Keadaan Bencana


Komunikasi terapeutik pada keadaan bencana dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu ;
1. Verbal
Komunikasi verbal mempunyai karakteristik jelas dan ringkas, kata
mudah dimengerti. Komunikasi verbal merupaka komunikasi yang
dilakukan melalui kata-kata. Pada saat keadaan bencana komunikasi
verbal digunakan kepada para korban dan kepada sesama tim medis.
Komunikasi terapeutik kepada para korban bencana misalnya pada saat
penggolongan triase. Salah satu tim dari triase memanggil korban bencana
yang dapat berjalan agar menuju ke sumber suara atau bendera hijau yang
ada di tenda triase. Contohnya: Pengumuman kepada para korban
bencana alam yang dapat mendengar suara saya dan masih mampu
berjalan silakan menuju ke sumber suara.. Komunikasi verbal juga
dapat digunakan kepada para korban yang tergeletak, misalnya : Bapak,
Apa bapak dapat mendengar suara saya ?.
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan
bicara,komunikasi non verbal disampaikan melalui sentuhan, symbol,
dan stimulus.
Pada saat keadaan bencana komunikasi non verbal juga dilakukan
kepada para korban bencana serta kepada para anggota tim medis. Kepada
para korban, komunikasi non verbal dilakukan kepada korban yang tidk
merespon dengan komunikasi verbal. Sedangkan komunikasi non verbal

15
kepada sesama anggota tim medis dapat berupa pemberian symbol
bendera yang berwarna merah, kuning, hijau, dan hitam yang digunakan
sebagai symbol untuk menentukan penggolongan cedera korban dan
memudahkan anggota tim medis untuk mengetahui kemana korban harus
dibawa.

Jadi kita sebagai penlong memberikan pertolongan dengan prisnsip dasar


komunikasi terapeutik dan juga dalam keadaan bencana di sini memerlukan
tindakan yang cepat benar dan tepat yang bisa disampaikan melalui komunikasi
verbal dan non verbal. Tindakan yang cepat benar dan tepat ini harus dilakukan
dengan baik dikaranakan situasi kondisi yang gawat darurat pada saat terjadi
bencana. Disini komunikasi verbal dan non verbal dilakukan untuk
menggolongkan dengan tepat korban yang memiliki tingkat cidera yang berbeda
beda. Contohnya seperti menggunakan bendera merah kuning hijau dan hitam
untuk membantu dalam komunikasi agar mempermudah penolong dalam
mengamankan dan juga memberikan pertolongan kepada korban.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa ;
1. Teknik komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat berupa
Mendengarkan (lestening), Bertanya (question), Penerimaan, Mengulangi
(restating), Klarifikasi (clarification), Refleksi ( reflection ), Memfokuskan
(focusing) , Diam ( silence ), Memberikan Informasi ( informing ),
Menyimpulkan (summerizing), Eksplorasi atau Menempatkan kejadian
secara berurutan, Membagi Persepsi (Sharing perception), Memberikan
kesempatan pada klien untuk memulai pembicaraan, Menganjurkan untuk
Melanjutkan Pembicaraan , Menyatakan hasil observasi, Humor,
Menawarkan Diri, Memberikan Penghargaan, Asertif
2. Jadi kita sebagai penlong memberikan pertolongan dengan prisnsip
terapeutik dan juga dalam keadaan bencana di sini memerlukan tindakan
yang cepat benar dan tepat yang bisa disampaikan melalui komunikasi
verbal dan non verbal. Tindakan yang cepat benar dan tepat ini harus
dilakukan dengan baik dikaranakan situasi kondisi yang gawat darurat
pada saat terjadi bencana. Disini komunikasi verbal dan non verbal
dilakukan untuk menggolongkan dengan tepat korban yang memiliki
tingkat cidera yang berbeda beda.

17
Daftar Pustaka

Damaiyanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik


Keperawatan.Bandung: PT Refika aditama

Fatmawati, Siti, Musliha.2010.komunikasi Keperawatan Plus Materi Komunikasi


Terapeutik. Yogjakarta : Nuha Medika

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34273/3/Chapter%20II.pdf

18

You might also like